IV.C.2. Urusan Pilihan Pertanian
2. URUSAN PERTANIAN Pembangunan pertanian menempati prioritas utama dalam pembangunan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo tidak lepas dari pertumbuhan sektor pertanian secara umum yang cukup besar. Pada tahun 2010 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Wonosobo sebesar 47,46% yang merupakan sumbangan terbesar dibandingkan sektor-sektor lainnya. Besarnya prosentase ini menunjukkan sektor pertanian masih menjadi sumber pencaharian masyarakat Wonosobo. Pembangunan pada urusan pertanian merupakan suatu langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas, karena sektor ini menyangkut kehidupan mayoritas masyarakat Kabupaten Wonosobo. Paradigma pembangunan pertanian ke depan adalah pertanian berkelanjutan yang menempatkan pembangunan berorientasi manusia untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat tani sebagai sasaran pemberdayaan masyarakat perlu terus dibina dan didampingi sebagai manusia tani yang makin maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan. Dengan demikian kebijakan yang ditempuh antara lain : Peningkatan kesejahteraan petani maupun peternak melalui peningkatan kapasitas dan kualitas SDM; Pengembangan kelembagaan petani dan peternak, peningkatan akses terhadap sumberdaya, perlindungan usaha pertanian terhadap resiko alam dan persaingan yang tidak sehat; Menjaga kelestarian sumberdaya pertanian yang berkelanjutan; Peningkatan akses pasar produk-produk pertanian melalui pemantapan sistem informasi agar lebih mudah diakses oleh masyarakat; Pemantapan revitalisasi penyuluhan melalui upaya peningkatan koordinasi penyuluhan, pelatihan, penyebaran informasi dan peningkatan kinerja operasional penyuluh.
a. PROGRAM DAN KEGIATAN Sejalan dengan arah kebijakan tersebut pada tahun 2011 telah dilaksanakan berbagai program dan kegiatan dengan tetap memfokuskan pada upaya pengembangan agribisnis, peningkatan sumber daya manusia petani dan aparatur serta peningkatan kesejahteraan petani Untuk mendukung dan mewujudkan tujuan tersebut, melalui Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2011 telah dialokasikan anggaran untuk urusan pertanian sebesar Rp 9.349.164.000 atau sebesar 0,92% dari total APBD Tahun 2011 sebesar Rp 1.014.666.738.473. Dari alokasi tersebut terealisasi sebesar Rp 9.035.602.0756 atau 96,65%. Anggaran tersebut digunakan untuk peningkatan produksi dan produktivitas pertanian, perkebunan, peternakan dan peningkatan kesejahteraan petani melalui pemberdayaan masyarakat tani. Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut:
LKPJ 2010 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
219
IV.C.2. Urusan Pilihan Pertanian
Tabel. IV.C.2.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Pertanian Tahun 2011 No. A 1 2 3 4 5 6 7 8 B 1 2
Program Belanja Langsung Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan Program Pengembangan Agribisnis Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Belanja Tidak Langsung Belanja Gaji dan Tunjangan Tambahan Penghasilan PNS Total
Alokasi (Rupiah) 2.987.418.000 200.000.000
Realisasi (Rupiah) 2.908.037.581 198.771.600
729.000.000
717.559.000
30.000.000
30.000.000 691.504.000
715.000.000 10.000.000
10.000.000
276.000.000
273.101.900 654.011.586
684.798.000 342.620.000
333.089.495
6.361.746.000 5.838.546.000 523.200.000 9.349.164.000
6.127.564.494 5.647.835.494 479.729.000 9.035.602.075
Sumber : APBD Kabupaten Wonosobo 2011 (diolah)
b. REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui pemberdayaan dan peningkatan akses petani terhadap sumberdaya usaha tani, dalam rangka budidaya pertanian ramah lingkungan. Melalui program ini telah dilaksanakan kegiatan berupa: 1) Pengiriman Peserta Pekan Nasional (PENAS) KTNA & Magang Petani Dilaksanakan melalui pengiriman 9 orang peserta PENAS ke Desa Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Kutai Kertanegara, pengiriman 24 orang peserta magang petani dan kursus petani di Balai Diklat Soropadan dan Balai Diklat Perikanan di Ngrajek Muntilan Magelang dan pengiriman 1 orang pemuda tani untuk magang ke Jepang selama 1 tahun. Dengan adanya kegiatan Pengiriman Peserta Pekan Nasional (PENAS) KTNA & Magang Petani diharapkan bisa meningkatkan SDM Petani sehingga pendapatan petani akan meningkat. 2) Pengembangan Budidaya Pertanian Organik Dalam rangka meningkatkan kualitas hasil pertanian, masyarakat tani diharapkan melaksanakan budidaya pertanian organik yang bebas bahan kimia. Dengan demikian dalam proses pemupukan harus memakai pupuk ramah lingkungan yaitu
LKPJ 2010 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
220
IV.C.2. Urusan Pilihan Pertanian
pupuk organik atau pemupukan dilakukan secara berimbang antara pupuk kimia dengan pupuk organik. Untuk itu pemerintah memfasilitasi pembuatan pupuk organik yang bertempat di Kelompok Tani ECO FARM Dusun Kenjeran dan Desa Karangluhur Kecamatan Kertek. 3) Produksi Hasil Pertanian Pasca Panen Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pengadaan alat pengolahan pasca panen dengan tujuan meningkatkan kualitas hasil pertanian, sehingga meningkatkan nilai tambah hasil pertanian. Alat pengolahan berupa penepung jagung, pemarut kelapa, penggiling gethuk, perajang serba guna dan oven diberikan kepada Kelompok Tani Wanita (KWT) di Kabupaten Wonosobo yaitu KWT Kartika Sari Desa Tracap Kecamatan Kaliwiro, KWT Dewi Sri Desa Pasuruhan Kecamatan Watumalang, KWT Permata Dusun Aggrugondok Desa Reco Kecamatan Kertek, KWT Sekarsari Dusun Bangsari Desa Wilayu Kecamatan Selomerto, KWT Mawar Desa Mojosari Kecamatan Selomerto, KWT Melati Desa Derongisor Kecamatan Mojotengah, KWT Sidomaju Desa Selokromo Kecamatan Leksono, KWT Mekartani Desa Medono Kecamatan Kaliwiro, KWT Melati Dusun Siwadas Desa Tegalsari Kecamatan Garung dan KWT Dahlia Dusun Kenteng Desa Kejiwan Kecamatan Wonosobo.
Program Pengembangan Agribisnis Program Pengembangan Agribisnis dimaksudkan untuk mengoperasionalkan pembangunan sistem dan usaha-usaha agribisnis, yang mengarahkan agar seluruh sub sistem agribisnis dapat secara produktif dan efisien menghasilkan berbagai produk pertanian yang memiliki nilai tambah dan daya saing yang tinggi. Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi : 1) Primatani Kegiatan Primatani (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian) merupakan langkah terobosan untuk mempercepat dan memantapkan inovasi teknologi pada kondisi nyata di lapangan dengan agroekosistem yang beragam. Keunggulan dari konsep Primatani dibandingkan proyek-proyek sebelumnya adalah karena menerapkan prinsip partisipatif, berbasiskan ilmu dan teknologi, kesisteman, serta keberlanjutan. Melalui kegiatan ini telah diberikan bantuan bibit ternak kambing jawa randu sebanyak 27 ekor, bibit burung puyuh sebanyak 3.425 ekor, bantuan saprodi serta alsintan. Kegiatan dilaksanakan di Gapoktan Sindutani Desa Sindupaten Kecamatan Kertek. Melalui kegiatan ini diharapkan Desa Sindupaten dapat menjadi desa percontohan pertanian berbasis teknologi. 2) Pengawalan Kegiatan pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Melalui pelaksanaan PUAP diharapkan Gapoktan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan
LKPJ 2010 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
221
IV.C.2. Urusan Pilihan Pertanian
dikelola petani. Pendampingan dilakukan oleh penyuluh pendamping, yang bertugas membantu memecahkan permasalahan usaha petani /kelompok tani, mendampingi Gapokan selama proses penumbuhan kelembagaan, memberikan bimbingan teknis dalam pemanfaatan dana BLM-PUAP; dan membantu Gapoktan membuat laporan perkembangan PUAP. Melalui kegiatan ini telah dilaksanakan pendampingan dan pengendalian program PUAP di 123 Gapoktan. Diharapkan melalui pendampingan dan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP maka kegiatan PUAP berjalan sesuai dengan kebijakan teknis yang ada. 3) Pengadaan Peralatan Kantor APTI Dalam rangka meningkatkan/ tertib administrasi organisasi APTI (Asosiasi Petani Tembakau Indonesia) diperlukan sarana dan prasarana penunjang untuk pelaksanaan kegiatan administrasi berupa personal computer (PC) dan printer. Melalui kegiatan ini diberikan bantuan PC dan printer masing-masing 7 unit di Kantor APTI Kecamatan Kertek, Kalikajar, Garung, Mojotengah, Kejajar, Sapuran dan Watumalang. Diharapkan dengan adanya PC dan Printer, kegiatan administrasi APTI dapat berjalan dengan baik dan penguatan kelembagaan bisa berjalan secara optimal. 4) Diklat Kades/Kalur dalam Pelayanan Penatausahaan Hasil Hutan Kayu Masyarakat masih kurang paham akan tata cara penatausahaan hasil hutan kayu, ditambah dengan kenyataan bahwa saat ini masih marak kegiatan illegal logging. Untuk itu dibutuhkan bimbingan terknis terkait aturan-aturan baru khususnya bagi pemberi ijin di tingkat desa (dalam hal ini kades/kalur). Kegiatan diklat penatausahaan hasil hutan kayu dilaksanakan di Hotel Dewi Wonosobo dengan peserta kegiatan adalah 30 orang kades/kalur se-Kabupaten Wonosobo (12 kecamatan), dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kades/kalur akan aturan penatausahaan kayu. Diharapkan setelah mengikuti diklat, kades/kalur paham akan aturan-aturan penatausahaan hasil hutan kayu sehingga resiko terjerat kasus hukum masalah penatausahaan kayu bisa diminimalisir, dampaknya kegiatan penebangan/pemanenan kayu dapat terkendali, administrasi dalam hal penatausahaan kayu berjalan dengan tertib serta ekologi terjaga.
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak Kesehatan ternak dipengaruhi oleh pemeliharaan dan pemberian pakan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini akan menimbulkan penyakit pada ternak yang dapat merugikan dalam usaha ternak. Oleh karena itu usaha pencegahan dan penanggulangan penyakit sangat diperlukan agar ternak yang dipelihara tetap sehat. Tujuan dari program ini adalah mencegah penyebaran penyakit ternak serta menanggulangi penyebab penyakit yang dapat menyebabkan zoonosis dan penurunan produksi ternak. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah : 1) Pelayanan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Menular Ternak Masih banyak peternak yang masih kurang memperhatikan kesehatan hewan dan pengobatan yang dilakukan untuk menanggulangi/mengobati penyakit ternak. Salah satu sebabnya karena peternak memikirkan biaya yang harus ditanggung untuk pengobatan ternak tersebut. Sehingga kegiatan ini dilaksanakan untuk meringankan beban peternak, juga meningkatkan produktivitas ternak. Kegiatan dilaksanakan dalam LKPJ 2010 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
222
IV.C.2. Urusan Pilihan Pertanian
bentuk pemeriksaan kesehatan hewan dan pengobatan massal bagi 2.678 ternak ekor kecil dan 742 ekor ternak besar dan unggas yang dilaksanakan di Desa Besuki Kecamatan Wadaslintang, Desa Mojosari dan Dero Duwur Kecamatan Mojotengah, Desa Ngadikerso dan Batursari Kecamatan Sapuran, Desa Medono, Pucungkerep dan Kemiriombo Kecamatan Kaliwiro, Desa Dempel dan Karangsambung Kecamatan Kalibawang, Desa Bowongso dan Desa Simbang Kecamatan Kalikajar, Desa Warangan dan Ropoh Kecamatan Kepil serta Desa Kupangan Kecamatan Sukoharjo.
Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak sehingga akan menjamin ketersediaan pangan dan menghasilkan nilai tambah ekonomi bagi petani. Program ini diharapkan mampu meningkatkan produksi dan produktivitas ternak di Kabupaten Wonosobo sehingga menjadi daerah yang ketercukupan akan kebutuhan daging, telur dan susu yang memiliki aspek jaminan keamanan pangan. Kegiatan yang dilakukan berupa : 1) Pembibitan dan Perawatan Ternak Unggul Ternak bibit unggul perlu mendapatkan perhatian agar kualitas ternak dapat terjaga. Melalui kegiatan ini Pemerintah memberikan stimulus berupa bantuan ternak Dombos sebanyak 18 ekor, obat-obatan dombos sebanyak 1 paket, stimulan perbaikan kandang sebanyak 1 unit dan anting telinga ternak kecil sebanyak 18 pasang. Kegiatan ini berlokasi di KTT Tani Maju Dusun Jenggeran Desa Butuh Kidul Kecamatan Kalikajar. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini populasi Dombos akan meningkat yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan peternak Dombos. 2) Peningkatan Pelayanan RPH Wonosobo Untuk meningkatkan pelayanan pemotongan Hewan dan ketersediaan produk ternak (daging) yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) perlu dilaksanakan kegiatan pengawasan dan peningkatan pelayanan RPH, berupa pengawasan dan penanganan produk asal hewan di tiga RPH yaitu RPH Wonosobo, Kertek dan Sapuran. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat tersedia bahan pangan asal hewan yang ASUH. 3) Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Peternakan Untuk meningkatkan kelancaran dan hasil kegiatan APBN perlu didampingi dengan kegiatan dari APBD Kabupaten. Kegiatan ini dialokasikan untuk memperlancar dan meningkatkan hasil kegiatan dari pusat (sumber dana APBN). Disamping itu untuk meningkatkan pemahaman kepada masyarakat tujuan dari adanya kegiatan peternakan. Kegiatan ini dilaksanakan di Kecamatan Wadaslintang, Sapuran, Kaliwiro dan Selomerto. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini maka akurasi program dari sumber dana APBN di masyarakat dapat meningkat. 4) Pengembangan Pertanian Terpadu Tanaman, Ternak dan Kompos Pengembangan peternakan tidak akan lepas dari pengembangan di bidang lain seperti pertanian. Sehingga diperlukan integrasi kegiatan yang diharapkan meningkatkan hasil pengelolaan ternak. Kegiatan ini dilaksanakan di KTT "Tunas Harapan" Durensawit Desa Selomanik Kecamatan Kaliwiro, KTT "Bina Satwa" Desa Binangun Kecamatan Watumalang dan KTT "Al-Hanif" Desa Gumawang Kidul Kecamatan Watumalang berupa pelatihan untuk 6 orang, pengadaan bibit ternak
LKPJ 2010 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
223
IV.C.2. Urusan Pilihan Pertanian
Jawa Randu sebanyak 45 ekor, Bibit Kaliandra sebanyak 200 batang, obat-obatan ternak sebanyak 45 paket dan anting telinga ternak kecil sebanyak 50 pasang. Diharapkan melalui kegiatan ini sumberdaya peternakan dapat meningkat. 5) Stimulasi Pembuatan Kandang Ternak Salah satu kendala dalam pengelolaan ternak yang sesuai dengan teknis budidaya serta meningkatkan hasil produksi dan produktivitas ternak adalah belum adanya kandang yang sesuai standar teknis, sehingga diperlukan stimulan dan contoh bagaimana kandang yang baik dan benar dalam budidaya ternak. Kegiatan ini berlokasi di KTT "Satwa Abadi Unggul" Kelurahan Wadaslintang Kecamatan Wadaslintang, KWT "Bina Mulya" Desa Ngadimulyo Kecamatan Selomerto, KTT "Wilada Jaya" Desa Jolontoro Kecamatan Sapuran dan KTT "Tani Sejahtera" Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo. Melalui kegiatan ini telah dibuat kandang kelompok 4 unit kandang untuk 4 kelompok, sosialisasi pembuatan kandang sebanyak 4 kali dan pembinaan pembuatan kandang sebanyak 4 kali. Diharapkan melalui kegiatan ini masyarakat terpacu dan mau meniru pembuatan kandang yang sesuai dengan standar teknis. 6) Fasilitasi Kelompok Peternakan Petani Sapi Potong (DBHCHT) Program swasembada daging sapi 2014 terkait dengan upaya mewujudkan ketahanan pangan hewani asal ternak yang berbasis sumberdaya domestik. Program ini merupakan peluang untuk dijadikan pendorong dalam mengembalikan Indonesia sebagai eksportir sapi seperti pada masa lalu, walaupun hal itu tidak mudah karena saat ini impor daging dan sapi bakalan sangat besar (30% dari kebutuhan daging nasional). Bahkan ada kecenderungan volume impor terus meningkat yang secara otomatis akan menguras devisa yang sangat besar. Melalui program PSDS-2014, diharapkan impor sapi bakalan dan daging dapat menurun sampai 10% sedangkan 90% dipenuhi melalui penyediaan sapi lokal. Dalam rangka mendukung program nasional PSDSK 2014, diperlukan adanya kegiatan yang langsung terkait dengan program tersebut. Melalui kegiatan ini telah dilaksanakan pemberian bantuan sapi sebanyak 12 ekor dan stimulan kandang 12 paket yang berlokasi di KTT "Rajawali" Desa Kalidesel Kecamatan Watumalang dan KTT "Mandiri" Desa Kupangan Kecamatan Sukoharjo. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini ekonomi masyarakat sekitar penghasil tembakau dapat meningkat. 7) Pengembangan Usaha Ekonomi Pedesaan di Wilayah Penghasil tembakau (DBHCHT) Komoditas pertanian utama di daerah pegunungan Wonosobo adalah hortikultura dan tembakau. Seiring jatuhnya harga tembakau di pasaran, maka banyak petani mencari alternatif lain sebagai sumber mata pencaharian yaitu usaha peternakan. Hal ini disebabkan komoditas peternakan selain dapat digunakan sebagai tambahan gizi keluarga, juga dapat menghasilkan pupuk kandang yang sangat berguna untuk menyuburkan tanaman. Oleh karena itu, pemerintah memberikan stimulan melalui kegiatan ini berupa bantuan ternak kambing sebanyak 85 ekor, obat-obatan kambing sebanyak 85 paket, pakan kambing sebanyak 1275 kg serta perbaikan kandang sebanyak 40 paket. Kegiatan ini berlokasi di KTT "Merdidadi" Desa Pungangan Kecamatan Mojotengah, KTT "Husada Tani" Bowongso Desa Limbangan Kecamatan Watumalang, KTT "Suka Maju" Desa Gondowulan Kecamatan Kepil, KTT "Tuk Sewu Makmur" Desa Kauman Kecamatan Kaliwiro serta KTT "Bina Usaha"
LKPJ 2010 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
224
IV.C.2. Urusan Pilihan Pertanian
Kersan Desa Bojasari Kecamatan Kertek. Diharapkan dengan kegiatan ini ekonomi masyarakat di lingkungan industri hasil tembakau akan meningkat. 8) Penguatan Ekonomi Rakyat di Wilayah Penghasil Tembakau (DBHCHT) Masyarakat sekitar wilayah penghasil tembakau perlu mendapatkan alternatif penghasilan. Salah satu usaha yang bisa menjadi alternatif adalah usaha peternakan. Usaha peternakan yang penerapannya cukup menjanjikan adalah usaha peternakan domba. Ternak domba selama ini cukup dikenal masyarakat desa. Ternak domba umum dipelihara karena pemeliharaannya relatif mudah, domba juga memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan dan mampu mengkonversi bahan pakan berkualitas rendah seperti limbah pertanian menjadi produk bergizi tinggi (daging). Melalui kegiatan ini, telah diberikan bantuan ternak domba sebanyak 95 ekor, obat-obatan domba sebanyak 95 paket, pakan domba sebanyak 1425 kg dan stimulan perbaikan kandang sebanyak 50 paket. Kegiatan ini berlokasi di KTT "Sindoro Kasih" Desa Damarkasihan Kecamatan Kertek, KWT "Permata Sindoro" Dusun Anggrunggondok Desa Reco Kecamatan Kertek, KTT "Dombos Indah" Desa Surenggede Kecamatan Kejajar, KTT"Maju Bersama" Kelurahan Jaraksari Kecamatan Wonosobo dan KTT"Mandiri" Desa Bowongso Kecamatan Kalikajar. Diharapkan dengan kegiatan ini ekonomi masyarakat di lingkungan industri hasil tembakau akan meningkat. 9) Peningkatan Kelembagaan Peternak di Wilayah Penghasil Tembakau (DBHCHT) Melalui kegiatan ini telah dilaksanakan pelatihan bagi 40 orang peternak dari kelompok penerima kegiatan dari Dinas Peternakan dan Perikanan tahun 2011. Harapan yang ingin dicapai setelah pelaksanaan kegiatan adalah meningkatnya pemahaman dan pengetahuan peternak di lingkungan industri hasil tembakau.
Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Tujuan dan sasaran program ini adalah untuk meningkatkan produksi tanaman pertanian/perkebunan dengan cara meminimalkan input produksi dan penggunaan teknologi. Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi : 1) Pengembangan Cacao Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten Wonosobo yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, sesuai agroklimat dan jenis tanah yang ada. Oleh karena itu komoditas ini sangat cocok untuk dikembangkan di Kabupaten Wonosobo. Pengembangan tanaman kakao dapat ditempuh antara lain dengan perluasan luas area tanam dan penggunaan bibit yang bermutu. Melalui kegiatan ini telah terealisasi pemberian bibit kakao sebanyak 15.000 batang untuk kelompok tani dengan luas areal penanaman 15 Ha. Diharapkan dengan kegiatan ini bibit kakao bermutu dapat tersedia sehingga meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas perkebunan khususnya kakao. 2) Peremajaan Tanaman Kelapa Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu penghasil komoditas kelapa dan gula kelapa khususnya di Kecamatan Kaliwiro, Kepil dan Wadaslintang. Namun demikian, produktivitas kelapa di Kabupaten Wonosobo termasuk sedang/rendah bila dibandingkan dengan kemampuannya untuk berproduksi. Rendahnya produksi ini, disamping belum menggunakan bibit unggul dan kurangnya pemeliharaan,
LKPJ 2010 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
225
IV.C.2. Urusan Pilihan Pertanian
serangan hama dan penyakit Arthona, juga disebabkan oleh umur tanaman yang telah tua dan lingkungan tumbuh yang tidak sesuai. Kondisi yang demikian mengakibatkan pendapatan petani kelapa sangat rendah. Untuk meningkatkan produktivitas kelapa dan pendapatan petani, kelapa tua perlu diremajakan, kelapa yang relatif muda direhabilitasi. Untuk itu melalui kegiatan Peremajaan Tanaman Kelapan ini pada tahun 2011 Pemerintah Kabupaten Wonosobo telah memberi bantuan bibit kelapa sebanyak 3.400 batang untuk kelompok tani dengan luas areal penanaman 34 Ha yang meliputi Kecamatan Kaliwiro (Desa Grugu) dan Kec Kepil (Desa Jangkrikan). 3) Peningkatan Kualitas Bahan Baku melalui Diversifikasi Usaha Tani yang Terintegrasi pada Lahan Tembakau (DBHCHT) Kondisi pertembakauan di Kabupaten Wonosobo berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Hal ini ditandai dengan kondisi lahan areal tembakau yang semakin rusak. Selain itu petani tembakau juga berada dalam kondisi ketidakpastian, karena bila cuaca mendukung dan hasil panen baik, maka petani akan mendapatkan untung, namun bila cuaca tidak bersahabat dan petani gagal panen, maka menimbulkan kerawanan sosial pada lingkungan masyarakat petani tembakau. Melalui kegiatan ini, para petani difasilitasi bibit kopi arabika andongsari untuk ditanam di area perkebunan tembakau. Tanaman kopi ditanam secara terintegrasi pada Lahan Tembakau seluas 225 Ha di 15 Desa yaitu Desa Banyumudal, Tempuran Duwur (Kecamatan Sapuran), Desa Kalikuning, Karangduwur, Purwojiwo, Lamuk, Butuh Lor (Kecamatan Kalikajar) Desa Reco, Kapencar, Candimulyo, Candiyasan, Purbosono, Pagerejo, Tlogodalem (Kecamatan Kertek) serta Desa Sojopuro (Kecamatan Mojotengah). Selain itu juga diberikan bantuan berupa pupuk kandang di lokasi-lokasi kegiatan. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengurangi tingkat pengangguran apabila produksi tembakau gagal panen. Selain itu dengan adanya tanaman kopi, kelangsungan perekonomian petani terjaga mengingat mayoritas masyarakat Indonesia mengkonsumsi kopi. Dampak lebih lanjut adalah terjaganya tingkat kesuburan tanah dan terjaganya tingkat perekonomian petani apabila terjadi kemerosotan hasil/harga tembakau. 4) Pengadaan Bibit Kehutanan dan Pupuk Penghijauan (DBHCHT) Kegiatan ini diadakan untuk menangani lahan kritis dan konservasi lahan pada areal tembakau serta mengembalikan kesuburan tanah. Bantuan yang diberikan berupa bibit suren sebanyak 17.500 batang dan pupuk kandang sebanyak 17.500 kg. Lokasi Kegiatan di Kecamatan Kalikajar (Desa Bowongso, Butuh Kidul, Butuh Lor) dan Kecamatan Kertek (Desa Reco dan Pagerejo). Diharapkan dengan adanya bantuan bibit suren dan pupuk kandang dapat memperbaiki kondisi tanah bekas areal lahan tembakau sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. 5) Fasilitasi Peningkatan Ekonomi Kelompok Tani (DBHCHT) Sejalan dengan peningkatan dan perluasan komoditas kopi di areal/lahan tembakau, maka perlu adanya nilai tambah dari produksi kopi tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan pembangunan gedung pengolah kopi. Gedung pengolah kopi berlokasi di Desa Kapencar, Kecamatan Kertek. Diharapkan dengan adanya gedung pengolah kopi, masyarakat/petani kopi bisa meningkatkan nilai tambah dan
LKPJ 2010 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
226
IV.C.2. Urusan Pilihan Pertanian
kualitas komoditas kopi, tidak hanya dijual dalam bentuk wose tetapi sudah dalam bentuk lain misalnya bubuk kopi.
Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan Tujuan program ini adalah untuk pemberdayaan penyuluh lapangan serta peningkatan pengetahuan dan kapasitasnya. Diharapkan dengan program ini pelayanan dan transfer ilmu kepada masyarakat akan semakin baik, sehingga tujuan dinas dalam melaksanakan program-programnya dapat berjalan dan bermanfaat bagi masyarakat. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah Peningkatan kapasitas tenaga penyuluh pertanian/perkebunan Penyuluh sebagai ujung tombak Dinas/SKPD yang langsung berhubungan dengan masyarakat senantiasa membutuhkan peningkatan kapasitas dan pengetahuan dalam rangka menjalankan tugasnya. Melalui kegiatan ini telah diadakan pelatihan bagi 33 orang penyuluh dalam hal penyusunan programa, rencana kerja tahunan, usahatani kopi dan jamur, serta telah disusun materi penyusunan dalam bentuk CD (2 judul).
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah penyediaan jasa surat menyurat, penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik, penyediaan jasa administrasi keuangan, penyediaan alat tulis kantor, penyediaan barang cetakan dan penggandaan, penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor, penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor, penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan, penyediaan makanan dan minuman, rapat-rapat kordinasi dan konsultasi ke luar daerah, rapat-rapat koordinasi dan konsultasi dalam daerah, penyediaan jasa kebersihan dan keamanan kantor, kota dan pasar, penyelesaian pekerjaan kantor dan penyediaan jasa pelayanan umum pemerintahan. Hasil dan manfaat yang diraih dalam penyelenggaraan program pelayanan administrasi perkantoran adalah terlaksananya kegiatan pelayanan administrasi perkantoran sehingga menunjang dan memperlancar pelayanan pekerjaan, serta tersedianya sarana dan prasarana pelayanan administrasi perkantoran yang mendukung pelayanan umum pemerintahan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Program ini mencakup pemeliharaan rutin/berkala rumah dinas, pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor, pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional, pemeliharaan rutin/berkala meubeler, pemeliharaan rutin/berkala alat-alat kantor, pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan kantor serta rehabilitasi sedang/berat gedung kantor. Hasil dan manfaat yang diraih dalam penyelenggaraan program peningkatan sarana dan prasarana aparatur adalah terlaksananya pemeliharaan gedung kantor, rumah dinas, kendaraan dinas operasional, meubelair, alat kantor, perlengkapan kantor sehingga menunjang dan memperlancar pelaksanaan pekerjaan, serta tersedianya gedung kantor, sarana dan prasarana komputer yang mendukung kenyamanan dan mempercepat pelaksanaan tugas dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
LKPJ 2010 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
227
IV.C.2. Urusan Pilihan Pertanian
Capaian Kinerja Urusan Pertanian Capaian kinerja urusan Pertanian berdasarkan evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah (EKKPD) dapat dilihat pada beberapa indikator sebagai berikut : Tabel. IV.C.2.2 Capaian kinerja Urusan Pertanian Tahun 2011 berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) penyelenggaraan pemerintahan daerah
No. 1
2
Indikator Kinerja Berdasarkan EKPPD
Capaian Kinerja 2010
2011
Produktivitas padi atau bahan pangan utama (Produksi tanaman padi (ton) / luas areal tanaman padi (ha)
=180.821/32.566 =5,55
=167.481/30.440
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (jumlah kontribusi PDRB dari sektor pertanian / jumlah total PDRB) x 100%
47,46
=5,50
47,37
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Capaian kinerja urusan pertanian dapat dilihat dari produktivitas padi atau bahan pangan utama di mana tahun 2011 produktivitasnya menurun sebesar 0,05% dibandingkan tahun 2010. Penurunan produktivitas ini terjadi karena menurunnya produksi sebesar 7,38% dan menurunnya luas panen sebesar 6,53%. Luas panen berkurang karena adanya alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi fungsi lain secara signifikan. Produktivitas padi di tahun 2011 adalah 5,50, di bawah target capaian tahun 2011 yaitu 5,65. Namun demikian, produksi tanaman padi di tahun 2011 yaitu 167.481 ton masih di atas target capaian tahun 2011 yaitu 166.477 ton. Walaupun produktivitas pertanian menurun, namun masih dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Kabupaten Wonosobo. Sedangkan bila dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB, pada tahun 2011 mencapai 47,37% yang merupakan kontribusi terbesar dari delapan sektor lainnya. Kontribusi terbesar berasal dari sub sektor tanaman bahan makanan diikuti peternakan, kehutanan, tanaman perkebunan dan perikanan. Apabila dibandingkan dengan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 0,19%. Untuk meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB, setiap komoditas pertanian yang hendak dijual baik di tingkat lokal maupun ekspor harus dalam bentuk barang jadi sehingga ada nilai tambah dari komoditas pertanian tersebut. Sedangkan untuk capaian RPJMD 2010-2015 adalah sebagai berikut :
LKPJ 2010 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
228
IV.C.2. Urusan Pilihan Pertanian
Tabel IV.C.2.3 Capaian Urusan Pertanian Berdasarkan Indikator RPJMD Capaian Kinerja 2011 Naik/Turun
Target RPJMD Meningkatnya produksi pertanian :
2010
1
Tanaman pangan (ton)
494.939
482.051
467.404
-3,04%
2
Hortikultura (kw)
2.841.990
3.939.742
2.967.891
-24,67%
3
Daging (kg)
5.402.970
5.418.948
5.980.128
10,35%
4
Telur (kg)
2.609.000
2.532.009
2.375.816
-6,16%
5
Susu (lt)
556.320
556.316
559.676
0,6%
No.
Indikator RPJMD
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Peternakan dan Perikanan
Berdasarkan data capaian RPJMD 2006-2010 terlihat bahwa produksi daging dan susu meningkat, dan capaiannya melampaui target RPJMD, sementara untuk produksi telur mengalami penurunan dari yang ditargetkan. Sementara untuk produksi tanaman pangan dan hortikultura terjadi penurunan. Penurunan produksi hortikultura terutama terjadi pada produksi buah-buahan. Sehingga untuk tanaman pangan dan hortikultura perlu terus digenjot produksinya dengan cara penerapan teknologi yang ramah lingkungan, pemberian fasilitasi maupun stimulan yang terkait dengan penanganan pasca panen serta perbaikan infrastruktur pertanian yang memadai. Selain itu dari sektor peternakan, pada tahun 2011 Domba Wonosobo yang merupakan plasma nutfah khas Wonosobo telah berhasil mendapatkan penetapan sebagai rumpun Domba Wonosobo melalui Surat Keputusan Menteri No. 2915/kpts/ot.14/06/2011. Seperti diketahui, sumberdaya genetik merupakan unsur penting dalam pemuliaan tanaman terutama untuk mendapatkan bibit bermutu. Sumberdaya genetik tersebut perlu dimanfaatkan dan dilestarikan demi menunjang peningkatan produksi ternak sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan sumberdaya genetik hewan bisa dilakukan melalui kegiatan pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya genetik hewan misalnya pembudidayaan, pemuliaan, eksplorasi, konservasi dan penetapan kawasan pelestarian. Sementara untuk mencegah kemungkinan pengambilan secara ilegal rumpun atau galur terbentuk di suatu wilayah, pemerintah memberikan perlindungan hukum melalui penetapan dan pelepasan rumpun atau galur ternak. Pengaturan ini dilakukan untuk menjamin adanya pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya genetik hewan. Ternak lokal merupakan sumber genetik unik yang seharusnya dapat dimanfaatkan pengembangannya dan dijadikan sebagai sumber ketahanan pangan nasional. Ternak mempunyai kontribusi dalam hal ketahanan pangan baik di tingkat rumah tangga maupun industri. Untuk itu, pemerintah perlu segera menerapkan langkah-langkah konservasi karena banyak ternak lokal yang telah punah.
LKPJ 2010 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
229
IV.C.2. Urusan Pilihan Pertanian
c. PERMASALAHAN DAN SOLUSI Permasalahan umum yang muncul pada urusan pertanian antara lain : Semakin intensifnya peralihan fungsi penggunaan lahan dan budidaya komoditas non pangan yang berakibat turunnya luasan lahan sawah; Rasio antara luas lahan pertanian dibanding dengan petani semakin kecil; Rendahnya daya saing investasi dan produk pertanian beserta UMKM, yang dikarenakan kurangnya akses pasar dan informasi teknologi; Masih rendahnya tingkat penguasaan teknologi oleh petani dan peternak sehingga tingkat produksi dan produktivitas komoditas pertanian dan peternakan masih rendah. Lemahnya kelembagaan, posisi tawar dan sistem pemasaran yang belum berpihak pada petani dan peternak. Menurunnya daya dukung dan daya tampung sumber daya pertanian dalam upaya peningkatan produktivitas. Makin meluasnya lahan kritis dan buruknya tata air, karena adanya kerusakan hutan sehingga mempengaruhi fungsi hutan sebagai pengatur tata air. Upaya mengatasi permasalahan dalam penyelenggaraan urusan pertanian di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut : Dalam mengatasi rendahnya tingkat penguasaan teknologi oleh petani dan peternak diupayakan melalui peningkatan kemampuan dan ketrampilan SDM pertanian dengan mengikutsertakan pelatihan bimbingan di bidang pertanian khususnya dalam hal peningkatan produksi secara efisien melalui penggunaan dan adopsi teknologi yang sesuai. Menumbuhkan dan menguatkan lembaga pertanian dan perdesaan (GAPOKTAN) untuk meningkatkan posisi tawar petani, mengaktifkan kembali lembaga-lembaga koperasi sebagai lembaga pemasaran produk pertanian, mengembangkan pasar lelang komoditi, serta melakukan revitalisasi pasar tradisional. Melakukan pertanian berkelanjutan melalui pertanian terpadu dengan cara sistem tanam ganda, komplementari hewan ternak dan tumbuhan, usaha terpadu peternakan dan perkebunan, agroforesty, pemeliharaan dan peningkatan sumberdaya genetik, pengelolaan hama terpadu. Melakukan upaya pembinaan penanganan pra produksi, pasca panen dan pengolahan hasil pertanian. Melakukan pengembangan agribisnis pertanian melalui pengembangan industri hilir pertanian sehingga dapat menghasilkan produk akhir pertanian yang berkualitas dan berdaya saing.
LKPJ 2010 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
230