IV. METODE PENELITIAN 4.1. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah semua nelayan yang seluruh atau sebagian besar aktivitasnya melakukan usaha penangkapan ikan demersal di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan. Terdapat 5 (lima) desa yang penduduknya menjadikan usaha penangkapan ikan sebagai pekerjaan utama, yakni: Desa Mola Selatan, Desa Mola Samaturu, Desa Mola Bahari, Desa Mola Nelayan Bhakti, dan Desa Mola Utara. Jumlah populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 Populasi dan sampel penelitian pada lima desa di Kecamatan WangiWangi Selatan No
Nama Desa
Populasi (orang)
Sampel (orang)
1 2
Desa Mola Selatan Desa Mola Samaturu
55 60
13 14
3
Desa Mola Bahari
67
16
4 5
Desa Mola Nelayan Bhakti Desa Mola Utara
72 70
17 16
324
76
Jumlah Sumber: Registrasi Desa, Tahun 2007
Sampel penelitian adalah sebagian dari nelayan yang berada di lima desa tersebut. Hasil pengambilan sampel berdasarkan rumus Slovin diperoleh 76 orang nelayan yang menjadi responden dalam penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) setelah menentukan proporsi jumlah sampel pada masing-masing desa. Secara rinci, sebanyak 13 orang dari keseluruhan sampel penelitian terdapat di Desa Mola Selatan, 14 orang di Desa Mola Samaturu, 16 orang di Desa Mola Bahari, 17 orang di Desa Mola Nelayan Bhakti, dan 16 orang di Desa Mola Utara. 4.2. Rancangan Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian korelasional dengan mempelajari pengaruh dari umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga dan sifat perintis sebagai peubah X pada kemandirian nelayan sebagai peubah Y dalam usaha penangkapan ikan demersal.
51
4.3. Data dan Instrumentasi 4.3.1. Data Data yang dihimpun terdiri dari data primer dan data sekunder, menyangkut umur, pendidikan formal, pengalaman berusaha, jumlah anggota keluarga, sifat perintis dan kemandirian nelayan dalam usaha penangkapan ikan demersal. Data tersebut adalah: a. Umur, pendidikan formal, pengalaman berusaha, jumlah anggota keluarga, dan sifat perintis yang diduga berpengaruh pada kemandirian nelayan ikan demersal. 1) Umur yaitu satuan usia yang dihitung berdasarkan jumlah tahun sejak lahir hingga penelitian ini dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, tingkat umur dibagi dalam tiga kategori yaitu kelompok umur: (1) muda = 20-33 tahun, (2) sedang = 34-43 tahun, dan (3) tua = 44-63 tahun. 2) Pendidikan formal adalah lamanya nelayan mengikuti proses belajar melalui bangku sekolah yang dihitung dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi, dikategorikan menjadi: (1) rendah = 0-4 tahun, (2) sedang = 5-8 tahun, dan (3) tinggi = 9-2 tahun. 3) Pengalaman berusaha ikan demersal adalah lamanya nelayan menjalankan usaha penangkapan ikan demersal yang dinyatakan dalam tahun. Berdasarkan hal ini, pengalaman nelayan dibagi dalam tiga kategori yakni: (1) kurang = 1-17 tahun, (2) cukup = 18 - 34 tahun, dan (3) berpengalaman = 35 - 53 tahun. 4) Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya angota keluarga yang ditanggung sebagian atau seluruh kehidupannya oleh nelayan. Jumlah anggota keluarga dibagi menjadi tiga kategori yakni: (1) sedikit = 0-2 orang, (2) cukup = 3 - 5 orang, dan (3) banyak = 6 - 8 orang 5) Sifat perintis nelayan adalah sifat yang melekat pada nelayan untuk merintis hal baru yang berkaitan dengan usahanya untuk melakukan penangkapan ikan demersal dalam setiap bulannya. Sifat perintis ini dihitung berdasarkan intensitas nelayan dalam mencari hal baru, dikategorikan menjadi: (1) tidak merintis = 0 kali, (2) kurang = 1–2 kali, dan (3) banyak = 3– 4 kali. b. Kompetensi nelayan adalah perilaku terukur yang dimiliki oleh nelayan untuk menjalankan usaha penangkapan ikan demersal secara efektif mencakup pengetahuan dan kecakapan pribadi untuk mencapai kinerja pada bidang
52
tugasnya dengan penuh tanggungjawab. Kompetensi yang diukur dalam penelitian ini lebih difokuskan pada kesadaran kognitif dalam menjalankan usaha penangkapan ikan demersal pada bidang kompetensi berikut: 1) Aspek perencanaan, ditunjukkan dengan kemampuan nelayan dalam: (a) memilih dan menetapkan jenis ikan demersal yang bernilai ekonomi tinggi untuk ditangkap seperti kerapu, sunu, baronang, (b) memilih untuk tidak menjual hasil produksinya kepada tengkulak, (c) memilih pasar yang memiliki kemudahan akses transportasi, (d) melakukan kalkulasi keuangan dan menabung sebagian pendapatannya. 2) Aspek permodalan, ditunjukkan dengan kemampuan nelayan dalam: (a) memahami peruntukkan modal usaha secara tepat, (b) menentukan sumber modal yang baik, (c) memahami cara memperoleh modal usaha, (d) mengetahui proses memperoleh pinjaman modal dari bank 3) Penentuan daerah penangkapan, ditunjukkan dengan kemampuan nelayan dalam: (a) mengidentifikasi habitat ikan demersal pada ekosistem karang, (b) mengidentifikasi habitat ikan demersal pada ekosistem lamun, (c) penggunaan triangulasi visual pada ekosistem laut dalam, dan (d) mengidentifikasi alur pergerakan ikan melalui pasang surut air laut 4) Penentuan waktu menangkap, ditunjukkan dengan kemampuan nelayan dalam: (a) menentukan waktu penangkapan berdasarkan musim (bulan), (b) menentukan waktu penangkapan berdasarkan temperatur air laut, (c) menentukan waktu penangkapan pada siang hari, dan (d) menentukan waktu penangkapan pada malam hari. 5) Aspek teknologi penangkapan, ditunjukkan dengan kemampuan nelayan dalam: (a) memilih alat tangkap yang sesuai untuk ekosistem karang, (b) memilih alat tangkap yang sesuai untuk ekosistem lamun, (c) memilih alat tangkap yang sesuai untuk ekosistem laut dalam, (d) memilih alat tangkap yang efektif dan efisien untuk menangkap ikan dalam jumlah besar. 6) Aspek pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah, ditunjukkan dengan: (a) kemampuan mengidentifikasi masalah dan mengetahui faktor penghambat dan pendukung pemecahannya, (b) kemampuan mengumpulkan informasi untuk mendukung keputusannya, (c) sikap percaya diri, yakin dan optimis terhadap keputusan yang diambilnya, (d) sikap konsisten dalam menjalankan keputusannya
53
7) Pengendalian usaha, ditunjukkan dengan kemampuan nelayan dalam: (a) menyesuaikan intensitas kegiatan penangkapan dengan hambatanhambatan alam seperti ombak keras, (b) menggunakan jenis alat tangkap yang sesuai untuk cuaca yang tidak bersahabat, (c) mengendalikan harga jual, (d) menyisihkan hasil penjualan untuk modal usaha berikutnya 8) Aspek pemasaran, ditunjukkan dengan kemampuan nelayan dalam: (a) menjual langsung hasil produksi ke konsumen, (b) menentukan bentuk produk yang menguntungkan (hidup, segar atau olahan), (c) menentukan harga jual berdasarkan kualitas produk, (d) menentukan waktu yang tepat untuk menjual hasil produksi. Komponen kompetensi yang harus dimiliki oleh nelayan sebagaimana disebutkan di atas, diklasifikasi menjadi: (1) kurang kompeten, skor = 0–10, (2) cukup kompeten, skor = 11–21, dan (3) kompeten, skor = 22-32. c. Kemandirian nelayan adalah sikap individu nelayan yang mengutamakan kemampuannya sendiri untuk mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan usaha penangkapan ikan demersal tanpa harus tergantung pada pihak lain.
Kemandirian ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan oleh
nelayan dengan kategori: Kurang (skor 181-197), sedang (skor 198-214), tinggi (skor 215-233). Kemandirian dalam penelitian ini dielaborasi dari 4 (empat) unsur yakni: kemandirian intelektual, kemandirian emosional, kemandirian ekonomi dan kemandirian sosial. Data dari keempat unsur tersebut adalah sebagai berikut: 1) Merencanakan
usaha
penangkapan,
merupakan
unsur
kemandirian
intelektual yang diukur dari kemampuan nelayan dalam menggunakan akal dan daya pikirnya untuk melakukan perencanaan usaha penangkapan ikan demersal. Perencanaan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan oleh nelayan untuk merencanakan usaha, dikategorikan menjadi: (1) kurang mandiri (perlu cukup bantuan, (2) cukup mandiri (perlu sedikit bantuan), (3) mandiri (tidak perlu bantuan). 2) Menentukan
daerah
penangkapan,
merupakan
unsur
kemandirian
intelektual yang diukur dari kemampuan nelayan dalam memilih dan menentukan daerah penangkapan yang dianggapnya dapat memberikan hasil produksi yang optimal. Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan oleh nelayan, dikategorikan menjadi: (1) kurang mandiri (perlu cukup bantuan, (2) cukup mandiri (perlu sedikit bantuan), (3) mandiri (tidak perlu bantuan).
54
3) Menentukan cara berproduksi, merupakan unsur kemandirian intelektual yang menunjuk pada kemampuan nelayan untuk menentukan cara berproduksi atau cara menangkap ikan demersal yang dianggapnya sangat menguntungkan. Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan oleh nelayan, dikategorikan menjadi: (1) kurang mandiri (perlu cukup bantuan, (2) cukup mandiri (perlu sedikit bantuan), (3) mandiri (tidak perlu bantuan). 4) Mengambil keputusan dalam memecahkan masalah merupakan unsur kemandirian intelektual yang menunjuk pada kemampuan nelayan untuk mengidentifikasi dan menyeleksi seperangkat tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam usaha penangkapan ikan demersal. Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan oleh nelayan, dikategorikan menjadi: (1) kurang mandiri (perlu cukup bantuan, (2) cukup mandiri (perlu sedikit bantuan), (3) mandiri (tidak perlu bantuan). 5) Mengambil keputusan pemasaran merupakan unsur kemandirian intelektual yang menunjuk pada kemampuan nelayan untuk memilih dan menentukan alternatif
pemasaran yang
menguntungkan bagi
hasil
produksinya.
Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan oleh nelayan, dikategorikan menjadi: (1) kurang mandiri (perlu cukup bantuan, (2) cukup mandiri (perlu sedikit bantuan), (3) mandiri (tidak perlu bantuan). 6) Melepas
ketergantungan
dari
otoritas
keluarga,
merupakan
unsur
kemandirian emosional yang menunjuk kepada kemampuan nelayan untuk melepaskan ketergantungan dari otoritas keluarga dalam segala aspek yang berkaitan dengan usaha penangkapan ikan demersal, diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan, dikategorikan menjadi: (1) kurang mandiri (perlu cukup bantuan, (2) cukup mandiri (perlu sedikit bantuan), (3) mandiri (tidak perlu bantuan). 7) Melepas ketergantungan dari ikatan patron-klien, merupakan unsur kemandirian emosional yang menunjuk kepada kemampuan nelayan untuk melepaskan ketergantungan pada ikatan pola hubungan patron-klien dalam menjalankan usaha penangkapan ikan demersal, diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan yan dikategarikan menjadi: (1) kurang mandiri (perlu cukup bantuan, (2) cukup mandiri (perlu sedikit bantuan), (3) mandiri (tidak perlu bantuan).
55
8) Menyikapi
ritual
kepercayaan
lokal,
merupakan
unsur
kemandirian
emosional yang menunjuk kepada kemampuan nelayan untuk menyikapi berbagai ritual kepercayaan lokal. Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan oleh nelayan untuk menyikapi ritual tersebut, dikategorikan menjadi: (1) kurang mandiri (perlu cukup bantuan, (2) cukup mandiri (perlu sedikit bantuan), (3) mandiri (tidak perlu bantuan). 9) Mengatasi sikap fatalistik, merupakan unsur kemandirian emosional yang menunjuk kepada kemampuan nelayan untuk mengatasi sikap fatalistik dalam menjalankan usaha penangkapan ikan demersal, Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan oleh nelayan untuk menyikapi sikap fatalistik tersebut, dikategorikan menjadi: (1) kurang mandiri (perlu cukup bantuan, (2) cukup mandiri (perlu sedikit bantuan), (3) mandiri (tidak perlu bantuan). 10) Mengembangkan
kerjasama
pemanfaatan
laut
merupakan
unsur
kemandirian emosional yang menunjuk kepada kemampuan nelayan untuk menyikapi berbagai kemungkinan konflik dan mengembangkannya dalam bentuk kerjasama, diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan dengan kategori: (1) kurang mandiri (perlu cukup bantuan, (2) cukup mandiri (perlu sedikit bantuan), (3) mandiri (tidak perlu bantuan). 11) Nilai aset merupakan unsur kemandirian ekonomi berupa nilai kekayaan yang dimiliki dan digunakan oleh nelayan untuk menjalankan usaha penangkapan ikan demersal. Aset yang dihitung adalah fixed asset berupa nilai dari sarana tangkap maupun sarana budidaya, rumah beserta perabotnya, tanah, dan lain-lain, dikategorikan menjadi: (1) rendah = Rp.1.525.000–Rp.38.876.000, (2) sedang = Rp. 38.877.000–Rp. 76.227.000 dan (3) tinggi = Rp. 76.228.000–Rp. 113.579.000. 12) Biaya operasional merupakan unsur kemandirian ekonomi yang menunjuk jumlah biaya yang dibutuhkan oleh nelayan untuk melakukan penangkapan ikan demersal, baik yang sifatnya langsung digunakan setiap kali melakukan penangkapan maupun tidak langsung yang disiapkan untuk mengatasi kerusakan sarana tangkap. Kebutuhan biaya operasional ini dihitung dalam satuan Rupiah/bulan, dikategorikan menjadi: (1) sedikit = Rp.55.000–Rp.321.000, (2)cukup=Rp.322.000–Rp.588.000, dan (3) banyak = Rp. 589.000 – Rp. 858.000
56
13) Diversifikasi usaha merupakan unsur kemandirian eknomi yang dilakukan oleh nelayan dengan jalan mengkombinasikan pekerjaannya untuk menghadapi resiko ketidakpastian dalam usaha penangkapan ikan demersal. Kemampuan nelayan dalam menjalankan diversifikasi usaha diukur dari ada tidaknya jenis usaha lain yang dilakukan, dikategorikan menjadi: (1) tidak ada = 0 jenis, (2) sedikit = 1 jenis, dan (3) banyak = 2-3 jenis. 14) Pendapatan merupakan unsur kemandirian ekonomi yang menunjuk pada besarnya penghasilan atau nilai rupiah yang diperoleh nelayan dalam menjalankan
usaha
penangkapan
ikan
demersal
setiap
bulannya.
Pendapatan nelayan dibagi dalam kategori: (1) rendah = Rp. 177.500 – Rp. 423.000, (2) sedang = Rp. 424.000 – Rp. 669.000, dan (3) tinggi = Rp. 670.000 – Rp. 920.000 15) Jumlah tabungan merupakan unsur kemandirian ekonomi yang menunjuk pada banyaknya nilai simpanan nelayan yang berbentuk uang tunai, simpanan bank, atau dibelikan barang berharga seperti emas, dikategorikan menjadi: (1) sedikit = Rp.300.000–Rp.9.231.000, (2) sedang = Rp.9.232.000 – Rp.18.123.000, dan (3) banyak = Rp.18.124.000–Rp.27.100.000. 16) Menjaga
independensi,
merupakan
unsur
kemandirian
sosial
yang
menunjuk pada kemampuan nelayan untuk tetap independen dan tidak konformis secara kaku pada tatanan kelembagaan sosial dalam kelompok maupun lingkungannya. Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan untuk menjaga independensi sosial yang dibagi dalam kategori: (1) kurang mandiri (perlu cukup bantuan, (2) cukup mandiri (perlu sedikit bantuan), (3) mandiri (tidak perlu bantuan). 17) Membina hubungan dengan sesama kelompok nelayan, merupakan unsur kemandirian sosial yang menunjuk pada kemampuan responden untuk melakukan hubungan sosial dengan sesama nelayan,
diukur dari
banyaknya bantuan yang dibutuhkan untuk membina hubungan tersebut, dikategorikan menjadi: (1) kurang mandiri (perlu cukup bantuan, (2) cukup mandiri (perlu sedikit bantuan), (3) mandiri (tidak perlu bantuan). 18) Membina hubungan dengan kelompok di luar nelayan, merupakan unsur kemandirian sosial yang menunjuk pada kemampuan responden untuk melakukan hubungan dengan kelompok di luar nelayan, diukur dari
57
banyaknya bantuan yang dibutuhkan untuk membina hubungan tersebut, dikategorikan menjadi: (1) kurang mandiri (perlu cukup bantuan, (2) cukup mandiri (perlu sedikit bantuan), (3) mandiri (tidak perlu bantuan). 19) Membina hubungan dengan kelompok pemimpin, merupakan unsur kemandirian sosial yang menunjuk pada kemampuan responden untuk melakukan hubungan dengan kelompok pemimpin, baik pemimpin formal maupun dengan pemimpin nonformal. Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan untuk membina hubungan tersebut, dikategorikan menjadi: (1) kurang mandiri (perlu cukup bantuan, (2) cukup mandiri (perlu sedikit bantuan), (3) mandiri (tidak perlu bantuan). 20) Mengembangkan strategi adaptasi, merupakan unsur kemandirian sosial yang menunjuk pada kemampuan nelayan untuk melakukan adaptasi pada lingkungan sosialnya dalam mengantisipasi setiap keadaan yang tidak menguntungkan. Strategi ini antara lain dilakukan dengan memobilisasi istri dan anak untuk ikut mencari nafkah, mengembangkan jaringan sosial melalui pola hubungan tolong menolong atau pinjam-meminjam dengan kerabat, tetangga, dan teman. Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi adaptasi tersebut, dikategorikan menjadi: (1) kurang mandiri (perlu cukup bantuan, (2) cukup mandiri (perlu sedikit bantuan), (3) mandiri (tidak perlu bantuan).
4.3.1. Instrumentasi Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang berisi seperangkat pertanyaan yang dijabarkan dari variabel-variabel penelitian. Agar data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, instrumen penelitian diuji terlebih dahulu baik validitas maupun reliabilitasnya. 4.3.1.1. Validitas instrumen Validitas atau disebut pula kesahihan, menunjukkan berapa dekat alat ukur menyatakan apa yang seharusnya diukur (Sastroasmoro dan Ismael, 2003; 60). Menurut Singarimbun dan Effendi (1995: 122), validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas konstruk
(construct validity), yaitu dengan
mendasarkan pada konsep dan definisi operasional. Untuk memenuhi syarat kesahihan (validitas) instrumen penelitian ini, maka upaya yang dilakukan adalah:
58
1)
konsultasi
dengan
dosen
pembimbing
dalam
penyusunan
instrumen,
2) konsultasi dengan beberapa ahli yang menguasai aspek sosial ekonomi perikanan tangkap, 3) melakukan uji coba instrumen sebelum digunakan dalam pengumpulan data. 4.3.1.2. Reliabilitas Instrumen Suatu pengukuran dikatakan reliable, andal, memiliki ketepatan atau presisi, apabila memberikan nilai yang sama ataupun hampir sama jika pemeriksaan dilakukan berulang-ulang (Sastroasmoro dan Ismael, 2003; 55). Reliabilitas instrumen ini diperlukan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan pengukuran. Sebelum pengumpulan data dan pelaksanaan penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan uji reliabilitas instrumen pada 20 (dua puluh) orang nelayan ikan demersal yang berada di wilayah administrasi Desa Mola Utara. Koefisien reliabilitas dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach-alpha: k α
Vi
=
1 k - 1
Vt
Keterangan: α k Vi Vt
= = = =
koefisien reliabilitas alat ukur banyaknya butir pertanyaan varians butir pertanyaan varians total Penghitungan nilai koefisien reliabilitas instrumen dilakukan dengan
memanfaatkan perangkat lunak program komputer SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Jika nilai koefisien reliabilitas berada pada nilai 0,6 – 1, maka instrumen penelitian ini dikatakan reliable atau signifikan (Marzuki dan Burhan, 2000: 309). 4.4. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2008 sampai dengan bulan September 2008. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara dan pengisian kuisioner yang telah disiapkan. Wawancara dengan nelayan yang menjadi responden dalam penelitian ini dilakukan pada lima desa terpilih yakni Desa Mola Selatan, Desa Mola Samaturu, Desa Mola Bahari, Desa Mola Nelayan Bhakti dan Desa Mola Utara. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor pemerintah seperti kantor desa dan instansi terkait.
59
4.5. Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. 1. Analisis statistik deskiriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi digunakan untuk mendeskripsikan setiap peubah. 2. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menentukan pengaruh umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga, sifat perintis dan kompetensi pada kemandirian nelayan ikan demersal. Rumus dari persamaan regresi adalah sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + e Keterangan: Y = Variabel dependen α = intersep β1... β2 = Koefisien regresi X1... X2 = Variabel independen e = error Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer program SPSS versi 11,5.
60