IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur pada bulan Mei sampai dengan Juli 2004. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer terutama digunakan untuk analisis deskriptif tentang tugas dan kewenangan lembaga pemerintah daerah Kabupaten Pasuruan dan lembaga-lembaga yang membawahi industri gula. Data primer diperoleh dari wawancara dengan lembaga-lembaga tersebut yaitu Dinas Kehutanan dan Perkebunan , PG Kedawung, APTR (Asosiasi Petani Tebu Rakyat) dan Kelompok Tani. Data sekunder digunakan untuk menurunkan Tabel I-O Kabupaten Pasuruan Tahun 2000 yaitu Tabel I-O Provinsi Jawa Timur Tahun 2000, PDRB Kabupaten Pasuruan, Data Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Pasuruan (Realisasi APBD Kabupaten Pasuruan), Data konsumsi rumah tangga menurut sektor ekonomi dan data sekunder lain yang diperlukan untuk penelitian ini. Tahun 2000 dipilih karena dianggap bahwa pada tahun ini merupakan tahun terakhir dimana data yang tersedia cukup lengkap untuk membentuk tabel I-O selain itu pada tahun ini akan diperoleh gambaran perekonomian Kabupaten Pasuruan sebelum otonomi deaerah. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), yaitu data survei sosial ekonomi nasional (SUSENAS), survei khusus pembentukan modal (SKPM), survei ongkos usaha tani (SOUT), survei tahunan industri pengolahan
65
besar/sedang (IBS) dan survey tahunan industri kecil dan kerajinan rakyat (IKKR). Selain dari BPS juga diperoleh dari BAPPEDA Pasuruan, Pemerintah Daerah Kabupaten Pasuruan dan sumber-sumber lain yang terkait. 4.3. Metode Analisis 4.3.1. Analisis Deskriptif Untuk menjawab tujuan 1 dan 2, yaitu untuk menelaah penerapan otonomi daerah menurut Undang -Undang No. 22 Tahun 1999 dan UndangUndang No. 25 Tahun 1999 dari sudut pandang kelembagaan dan perubahan hubungan membawahi
(fungsional industri
dan gula
koordinasi) dilakukan
antar analisis
lembaga/organisasi deskriptif,
yait u
yang dengan
membandingkan dua kondisi sebelum dan sesudah dilaksanakannya kedua undang-undang otonomi di atas. Hal-hal yang diuraikan untuk menjawab tujuan 1 adalah: 1.
Struktur organisasi dan kewenangan Pemerintah Daerah
2.
Sumber-sumber penerimaan serta alokasi anggaran menurut sektor pembangunan
Sedangkan untuk menjawab tujuan 2 dilakukan dengan mendeskripsikan secara lebih spesifik tugas dan kewenangan masing-masing lembaga yang terkait dengan industri gula di Kabupaten Pasuruan, diantaranya adalah Dinas Kehutanan dan Perkebunan , Pabrik Gula Kedawung, APTR dan Kelompok Tani serta
beberapa
kebijakan
pemerintah
daerah
yang
berkaitan
dengan
pengembangan industri gula. 4.3.2. Analisis Kuantitatif Untuk menjawab tujuan 3 dan 4 yaitu untuk menganalisis kondisi perekonomian daerah dan peranan industri gula dalam perekonomian Kabupaten
66
Pasuruan sebelum penerapan otonomi daerah serta dampak penerapan otonomi daerah terhadap kinerja industri gula digunakan analisis Input-Output. Analisis Input-Output terhadap kinerja in dustri gula di Kabupaten Pasuruan ini dilakukan dengan beberapa tahap: 1. Tahap Derivasi Tabel Input-Output Kabupaten Pasuruan Tahap ini dilakukan karena Kabupaten Pasuruan belum memiliki tabel I-O maka penyusunan tabel I-O dengan menggunakan metode semi survey perlu dilakukan. Metode semi survey yang digunakan adalah menggunakan metode RAS Modifikasi, tabel dasar yang digunakan untuk menurunkan tabel I-O Pasuruan adalah Tabel I-O Jawa Timur Tahun 2000. Metode ini dipilih karena lebih sederhana dan tidak membutuhkan data yang mendetail namun merupakan metode yang efektif dan tepat waktu dalam penyusunan tabel I-O (BPS, 2000a). Penggunaan metode RAS modifikasi ini adalah untuk mengatasi kelemahan yang biasanya terdapat pada penggunaan metode RAS Sederhana. Tabel I-O Pasuruan y ang
dihasilkan
dari
metode
RAS
sederhana
akan
menunjukkan
komposisi/struktur input antara yang identik dengan komposisi/struktur input antara pada Tabel I-O Jawa Timur.
Metode RAS modifikasi adalah dengan
memasukkan informasi baru ke dalam kuadran antara yang menunjukkan struktur input yang sesungguhnya dari suatu sektor yang ada di Kabupaten Pasuruan sedangkan untuk sektor-sektor yang belum memiliki data, struktur input antaranya dicari menggunakan metode RAS. Metode RAS pertama kali diperkenalkan oleh Stone dan Brown (1962) sebagai suatu metode yang digunakan untuk up dating tabel I-O. Metode RAS merupakan suatu metode untuk mencari satu set bilangan pengganda baris dan pengganda kolom untuk mendapatkan matriks kuadran I yang baru. Jika matriks
67
A adalah matriks koefisien input kuadran I dan aij adalah sel-sel matriks, maka aij tersebut terbentuk dari dua macam pengaruh: 1. Pengaruh substitusi, yang menunjukkan seberapa jauh komoditi i dapat digantikan oleh komoditi lain dalam proses produksi. 2. Pengaruh fabrikasi, yang menunjukkan seberapa jauh komoditi j dapat menyerap input antara dari jumlah input yang tersedia. Miller dan Blair (1985) mengemukakan bahwa penggunaan metode RAS untuk menyesuaikan matriks koefisien tidak hanya pada masalah lintas waktu (updating) tetapi juga lintas ruang (masalah regionalisasi). Bahkan karena keterbatasan data daerah (regional), metode RAS akhirnya menjadi lebih sering digunakan untuk menurunkan tabel I-O daerah dari tabel I-O nasional (antar daerah) dibandingkan untuk keperluan up dating. Apabila pengganda substitusi diberi notasi r, pengganda fabrikasi diberi notasi s dan Ao adalah matriks koefisien input Jawa Timur maka koefisien input Pasuruan adalah: At = r A o s............................................................................................ (1) Untuk menurunkan Tabel I-O Pasuruan dengan metode RAS modifikasi dilakukan langkah -langkah sebagai berikut: 1 . Melakukan klasifikasi sektor-sektor ekonomi untuk Kabupaten Pasuruan. Pengklasifikasian sektor didasarkan pada tujuan penelitian, peranan penting suatu sektor dalam perekonomian (ditunjukkan oleh share masing-masing sektor terhadap PDRB) serta ketersediaan data di Kabupaten Pasuruan. Hasil pengklasifikasian ditentukan bahwa Tabel I-O Pasuruan dibagi menjadi 40 sektor (Lampiran 1).
68
2 . Mengisi nilai output Kabupaten Pasuruan menurut sektor berdasarkan data dinas dan dari publikasi BPS dalam Pasuruan Dalam Angka Tahun 2000. 3 . Memasukkan data komposisi input sektor-sektor Kabupaten Pasuruan tahun 2000. Sektor-sektor yang memiliki data komposisi input adalah sektor 16-31, data yang digunakan berasal dari data IBS dan IKKR tahun 2000. Untuk sektor-sektor yang belum memiliki informasi tentang komposisi inputnya selanjutnya dicari dengan menggunakan metode RAS. 4. Memasukkan data Kabupaten Pasuruan tahun 2000 untuk menyusun komponen-komponen permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, ekspor (luar negeri maupun antar daerah), dan pembentukan stok. Selain permintaan akhir juga memasukkan jumlah permintaan antara, input antara, dan input primer (nilai tambah bruto) masing-masing sektor. Data konsumsi rumah tangga diambil dari SUSENAS, data untuk kolom pengeluaran pemerintah diperoleh dari Rincian Realisasi APBD Kabupaten Pasuruan sedangkan untuk pembentukan modal tetap bruto dan perubahan stok diperoleh dari data SKPM dan survey BPS. 5. Menyusun klasifikasi (agregasi) sektor untuk Tabel I-O Jawa Timur Tahun 2000 sesuai dengan klasifikasi sektor Kabupaten Pasuruan dan kemudian menyusun matriks koefisien input dari Tabel I-O Jawa Timur sesuai dengan klasifikasi sektor Kabupaten Pasuruan tersebut. 6. Proses penyusunan matriks dengan menggunakan pengganda baris ke-r dan pengganda kolom ke-s (metode RAS), dengan mengunci sel-sel input antara yang telah disesuaikan dengan struktur nput i Kabupaten Pasuruan , yakni sektor 16-31. Proses ini berlanjut terus sampai diperoleh suatu matriks,
69
dimana jumlah angka untuk masing-masing baris sama dengan jumlah permintaan antara masing-masing sektor dan jumlah angka masing-masing kolom sama dengan jumlah input antara masing-masing sektor. 7 . Setelah kolom-kolom dalam tabel I-O terisi, selanjutnya dilakukan rekonsiliasi dimana jumlah penawaran harus sama dengan jumlah permintaan. Penawaran terdiri dari output domestik (600) + impor (409) + margin perdagangan dan transportasi (509), sedangkan permintaan terdiri dari total permintaan antara (180) + total permintaan akhir (309). Rekonsiliasi ini dilakukan, khususnya untuk melakukan adjustment terhadap data yang sumbernya lemah seperti perubahan stok (304), ekspor (305) dan impor (409). 2. Tahap Analisis Struktur Perekonomian Daerah dan Peranan Industri Gula Sebelum Penerapan Otonomi Daerah Tabel I-O Kabupaten Pasuruan Tahun 2000 yang diperoleh dari hasil derivasi kemudian dianalisis untuk melihat struktur perekonomian Kabupaten Pasuruan sebelum diberlakukannya otonomi daerah termasuk posisi dan peranan industri gula dalam perekonomian Kabupaten Pasuruan. Analisis struktur perekonomian Kabupaten Pasuruan dilakukan dengan mendeskripsikan struktur permintan dan penawaran,
permintaan akhir, output sektoral, nilai tambah
bruto, ekspor dan impor serta struktur ketenagakerjaan. Analisis peranan industri gula dalam perekonomian Kabupaten Pasuruan dilakukan dengan menggunakan analisis keterkaitan dan analisis pengganda (multiplier). Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat hubungan sektor industri gula dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian daerah. Analisis keterkaitan yang dilakukan terdiri dari analisis keterkaitan langsung ke depan dan ke belakan g serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke
70
belakang. Analasis keterkaitan industri gula dihitung dengan rumus sebagai berikut: 1.
Keterkaitan Langsung Ke Depan 40
Fi =
∑X
i
40
= ∑ a ij ............................................................................... (2)
j =1
Xi
j =1
dimana: Fi = Keterkaitan langsung ke depan industri gula X ij = Banyaknya output industri gula yang digunakan sebagai input antara oleh sektor j X i = Total output industri gula aij = Unsur matriks koefisien teknis 2.
Keterkaitan Langsung Ke Belakang 40
Bj =
∑X
i
i =1
Xj
40
= ∑ a ij ............................................................................. (3) i =1
dimana: B j = Keterkaitan langsung ke belakang industri gula X ij = Banyaknya input antara yang digunakan oleh industri gula, yang berasal dari sektor i X j = Total input sektor industri gula aij = Unsur matriks koefisien teknis 3.
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Depan 40
FLTL i = ∑ C ij ....................................................................................... (4) j =1
dimana: FLTLi C ij 4.
= Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan = Unsur matriks kebalikan leontief terbuka Industri gula (jumlah matriks kebalikan leontif terbuka pada baris industri gula)
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Belakang 40
BLTL j = ∑ C ij ...................................................................................... (5) i =1
dimana: BLTLj = Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang C ij = Unsur matriks kebalikan leontief terbuka Industri gula (jumlah
71
matriks kebalikan leontif terbuka pada kolom industri gula) Analisis
pengganda
(multiplier) merupakan
suatu
koefisien
yang
digunakan untuk menilai dampak perubahan permintaan akhir industri gula terhadap penciptaan output, pendapatan dan kesempatan kerja baik pada industri gula itu sendiri maupun dalam perekonomia n secara keseluruhan. Rumus perhitungan koefisien pengganda secara ringkas disajikan pada Tabel 7. Tabel 7.
Rumus Pengganda Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja
No
Nilai
Pengganda Pendapatan (Rp)
Output (Rp)
1. Efek Awal 1 hj 2. Efek Putaran Pertama Σ iaij Σ iaij . hj 3. Efek Dukungan Industri Σ iαij–1-Σ iaij Σ iα ij hj–h j -Σ iaij hj 4. Efek Induksi Konsumsi Σ iα*ij–1-Σ iaij Σ iα *ij hj–hj -Σ iaijhj * 5. Efek Total Σ iα ij Σ iα *ij hj * 6. Efek Lanjutan Σ iα ij–1 Σ iα *ij hj–hj Sumber : Daryanto dan Morison, 1992 Keterangan aij = Koefisien output hj = Koefisien pendapatan rumah tangga ej = Koefisien tenaga kerja αij = Matriks kebalikan leontief terbuka α*ij = Matriks kebalikan leontief tertutup
Tenaga Kerja (Orang) ej Σ iaij . e j Σ iαij ej–ej -Σ iaije j Σ iα*ij e j–e j -Σ iaije j Σ iα*ij e j Σ iα*ij e j–e j
Untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pada pengukuran output, pendapatan dan tenaga kerja maka dihitung dengan menggunakan rumus pengganda tipe I dan tipe II, sebagai berikut: Tipe I =
Efek Awal + E. Putaran Pertama + E. Dukungan Industri
Tipe II =
Efek Awal Efek Awal + E. Putaran Pertama + E. Dukungan Industri + E. Induksi Konsumsi Efek Awal
3. Tahap Analisis Dampak Otonomi Daerah Konsekuensi
dari
pelaksanaan
kebijakan
otonomi
daerah
adalah
pemberian kewenan gan yang lebih besar bagi daerah (Kabupaten Pasuruan) dalam bidang pengelolaan keuangan daerah. Penerapan otonomi daerah akan dicerminkan oleh adanya perubahan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
72
(APBD), baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran. Peningkatan dana yang ada di daerah, khususnya akibat adanya perubahan mekanisme dana transfer pemerintah pusat terhadap daerah akan mempengaruhi besaran dan alokasi belanja pemerintah daerah. APBD merupakan instrumen bagi Pemerintah Daerah untuk menjalankan fungsinya dalam memproduksi barang dan jasa publik bagi kepentingan masyarakat. Melalui pengalokasian dana dalam APBD, Pemerintah Daerah dapat memberikan dampak pada perekonomian sehingga tercapai sasaran-sasaran pembangunan, yakni
pertumbuhan ekonomi (Peningkatan output dan PDRB)
dan penciptaan lapangan pekerjaan. Perubahan APBD dalam model I-O ini merupakan perubahan yang bersifat eksogen, artinya perubahan ini timbul dari luar sistem ekonomi namun pada akhirnya akan menciptakan permintaan baru dan menghendaki pemenuhan dari dalam sistem ekonomi yang telah ada. Dalam pemenuhan permintaan inilah perubahan APBD (otonomi daerah) menciptakan dampak terhadap sistem perekonomian. Analisa dampak otonomi daerah dilakukan dengan menggunakan 3 skenario, yakni: (1) perubahan APBD Kabupaten Pasuruan yang dicerminkan oleh adanya perubahan pada pengeluaran pemerintah (kolom 302) dan perubahan pada total PMTB (kolom 303). Pengeluaran Pemerintah yang dimasukkan kedalam kolom 302 adalah pengeluaran yang bersifat rutin (non gaji) sedangkan pengeluaran pembangunan dan pengeluaran rutin untuk barang-barang modal (barang-barang yang mempunyai umur pemakaian satu tahun atau lebih) akan masuk kedalam kolom 303 . (2) perubahan APBD yang diikuti oleh perubahan pembentukan modal tetap bruto (investasi) oleh swasta. Hal ini dilakukan
73
berdasarkan asumsi bahwa penerapan otonomi daerah secara tidak langsung akan menciptakan iklim yang kondusif bagi masyarakat (swasta) untuk melakukan investasi atau perluasan usaha yang kemudian dicerminkan oleh meningkatnya pembentukan modal bruto oleh sektor swasta. Namun demikian isian pada kolom PMTB tidak menunjukkan nilai pembentukan modal yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi yang ada, karena isian pada kolom ini hanya menggambarkan komposisi barang-barang modal. (3) perubahan konsumsi pemerintah, total PMTB dan perubahan ekspor. Asumsi yang mendasari skenario ini adalah bahwa selain menciptakan kondusifitas dalam berusaha,
penerapan
otonomi
daerah
akan
mendorong
kondusifitas
perdagangan. Perhitungan dan keterangan asal-usul data yang digunakan untuk analisa dampak dijelaskan pada Lampiran 3. Analisis dampak ini digunkan untuk menjawab tujuan ke-4, yakni untuk mengetahui efek perubahan neraca eksogen y aitu pengeluaran pemerintah, pembentukan modal tetap bruto dan ekspor terhadap variabel endogen seperti output, nilai tambah bruto dan kesempatan kerja. Analisis dampak yang digunakan adalah analisis pengganda (multiplier). Analisis dampak dengan menggunakan pengganda (multiplier) adalah sebagai berikut: 1. Dampak Output Dalam model I-O, output memiliki hubungan timbal balik dengan permintaan akhir. Artinya jumlah output yang diproduksi tergantung tergantung dari permintaan akhirnya dan pada sisi yang lain output juga menentukan besarnya permintaan akhir. Dampak output dihitung dengan rumus berikut:
(
X AO = I - A d
) (F ) .......................................................................... (1) -1
AO
74
∆X = X AO - X BO ................................................................................. (2) dimana: X AO = FAO = X BO = ∆X =
Output yang terbentuk setelah otonomi daerah Permintaan akhir setelah otonomi daerah Output sebelum otonomi daerah (Output tahun 2000) Perubahan output akibat adanya otonomi daerah
2. Dampak Nilai Tambah Bruto Sesuai dengan asumsi dasar penyusunan tabel I-O, maka hubungan antara nilai tambah bruto (NTB) dengan output bersifat linier. Artinya kenaikan atau penurunan output akan diikuti secara proporsional oleh kenaikan atau penurunan NTB. Hubungan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: ∧
VAO = V X AO ....................................................................................... (3) ∆V = VAO - VBO .................................................................................. (4) dimana: V AO = ˆ = V V BO = ∆V =
NTB yang terbentuk setelah otonomi daerah Matriks diagonal koefisien NTB NTB sebelum otonomi daerah (NTB tahun 2000) P erubahan NTB akibat adanya otonomi daerah
Matriks diagonal koefisien NTB adalah matriks dimana isian sel-sel diagonalnya adalah NTB sektor yang bersangkutan dibagi dengan outputnya, sedangkan sel- sel di luar diagonalnya adalah nol. 3. Dampak Kesempatan Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang
balas jasa
terhadapnya merupakan salah satu komponen input primer. Tenaga kerja juga memiliki hubungan linier dengan output. Artinya naik turunnya output di suatu sektor akan mempengaruhi naik turunnya jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor tersebut. berikut:
Dampak kesempatan kerja dapat dihitung dengan persamaan
75
L AO = Lˆ X AO ....................................................................................... (5) ∆L = L AO - L BO .................................................................................. (6) dimana: LA O= Lˆ = LB O= ∆L=
kesempatan kerja yang terbentuk setelah otonomi daerah Matriks diagonal koefisien tenaga kerja Kesempatan kerja sebelum otonomi daerah Perubahan kesempatan kerja akibat adanya oto nomi daerah
Matriks diagonal koefisien tenaga kerja adalah matriks dimana isian selsel diagonalnya adalah koefisien tenaga kerja, yaitu jumlah tenaga kerja suatu sektor dibagi dengan outputnya. Isian sel-sel di luar diagonal adalah nol. Penurunan Tabel I-O Kabupaten Pasuruan Tahun 2000 maupun pengolahan data menggunakan program komputer GRIMP (Generation Regional Impact) versi 7.02.