IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari pihak-pihak yang terkait dengan penelitian, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), dan sebagainya. Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan Februari 2009 hingga Januari 2010 mulai dari penyusunan proposal hingga penyerahan skripsi. 4.2. Data dan Instrumentasi Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan dari BPS, DKP serta informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari buku-buku literatur, media massa, media elektronik (internet). Data yang diambil adalah data ekspor ikan tuna negaranegara dunia tahun 1998-2007 , data pendukung untuk gambaran umum ikan tuna di Indonesia terkait dengan keberadaan faktor sumberdaya dan peran pemerintah, serta gambaran mengenai keberadaan pesaing. Menurut segi waktu, maka data yang digunakan merupakan data time series.
Instrument yang dipakai untuk
mendapatkan data berupa alat pencatat dan penyimpan elektronik berupa flashdisk dan camera. 4.3. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber instansi yang terkait yaitu BPS dan DKP yang terletak di Jakarta melalui studi literatur dan penelusuran situs UN Comtrade untuk data ekspor dunia. Data yang diambil pada penelitian ini mulai dari tahun 1998 hingga tahun 2007. Pengumpulan data penelitian dilakukan mulai dari bulan Maret hingga Mei tahun 2009. 4.4. Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Menurut Whitney (1960) diacu dalam Nazir (2003) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Tujuannya adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat,
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka. Teknik pengumpulan data dalam
metode deskriptif diperoleh melalui schedule
questioner ataupun interview guide (Nazir 2003). Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis struktur pasar dan persaingan komoditas ikan tuna di pasar internasional. Analisis kuantitatif dilakukan dengan metode Herfindahl Index (HI), Concentration Ratio (CR) atau konsentrasi rasio dan Revealed Comparative Advantage (RCA).
Analisis kualitatif digunakan
untuk menganalisis situasi dan kondisi faktor penentu daya saing serta faktor strategis perusahaan sehingga diperoleh strategi yang dapat digunakan untuk menghadapi
persaingan
global.
Analisis
kualitatif
dilakukan
dengan
menggunakan Teori Berlian Porter dan Analisis SWOT. Proses pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan Software Microsoft Excel 2007. 4.4.1. Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR) Herfindahl Index dan Concentration Ratio (CR) adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui struktur pasar yang dihadapi suatu industri.16 Tingkat konsentrasi yang diukur dikategorikan dan diarahkan pada bentuk pasar yang selama ini terjadi pada pasar ikan tuna internasional. Bentuk pasar yang ada akan mempengaruhi tingkat persaingan yang dianalisis pada bagian selanjutnya. Pengukuran tingkat konsentrasi sangat memperhitungkan besaran pangsa pasar yang diperoleh tiap negara dalam komposisi ekspor komoditas ikan tuna di pasar internasional. Herfindahl Index (HI) atau Herfindahl–Hirschman Index (HHI) merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk mengukur besar kecilnya (ukuran) perusahaan-perusahaan dalam suatu industri dan sebagai indikator jumlah persaingan diantara mereka. Penelitian ini menggunakan alat analisis HI dengan tujuan untuk mengetahui struktur pasar komoditas ikan tuna di pasar internasional
16
Anonim. 2009. Herfindahl Index. http://en.wikipedia.org/wiki/Herfindahl_index Diakses tanggal 6 Maret 2009.
sekaligus mengukur penguasaan pangsa pasar masing-masing negara yang terlibat dalam perdagangan komoditas ikan tuna tersebut. `
Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghitung pangsa pasar tiap
negara produsen ikan tuna di pasar internasional melalui besaran nilai ekspor ikan tuna. Pangsa pasar komoditas ikan tuna suatu negara dapat dihitung dengan cara membandingkan ekspor komoditas ikan tuna negara tersebut dengan total ekspor komoditas ikan tuna dunia. Perhitungan pangsa pasar tersebut dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut:
S ij
X ij TX j
………………………………………….. (1)
Keterangan : Sij
Xij TXj
= Pangsa pasar negara i dalam perdagangan komoditas ikan tuna di pasar internasional
= Nilai ekspor komoditas ikan tuna negara i di pasar internasional = Total nilai ekspor komoditas ikan tuna seluruh negara di pasar internasional Langkah selanjutnya adalah mengetahui struktur pasar yang dihadapi oleh
suatu industri.dengan cara menghitung nilai HI.
Nilai HI mencerminkan
penguasaan pangsa pasar oleh suatu negara dalam pasar internasional. Indeks tersebut merupakan hasil penjumlahan kuadrat pangsa pasar tiap-tiap negara dalam pasar internasional. Rumusnya adalah sebagai berikut: HI = S12 + S22 + S32 + … + Sn2 ………………………………….. (2)17 Keterangan : HI Sn
= Hefindahl Index = Pangsa pasar negara I dalam perdagangan komoditas ikan tuna di pasar internasional Nilai HI berkisar antara nol hingga satu (atau 10.000 yang merupakan
kuadrat dari 100 persen).
Jika nilai HI mendekati nol berarti struktur pasar
industri.yang bersangkutan cenderung ke pasar persaingan (competitive market), 17
Anonim. 2009. Hefindahl Index. http://www.investopedia.com/terms/h/hhi.asp Diakses tanggal
6 Maret 2009.
sementara jika nilai HI bernilai mendekati satu maka struktur industri.tersebut cenderung bersifat monopoli. Semakin cenderung pasar ke arad monopoli maka semakin tinggi konsentrasinya. HI akan semakin berarti jika diketahui nilai 1/HI yang mencerminkan jumlah perusahaan yang menguasai suatu industri.18 Berdasarkan analisis strandar dalam ekonomi industri., bahwa strukutr industri.dikatakan berbentuk oligopoli bila empat negara produsen terbesar menguasi minimal 40 persen pangsa pasar penjualan dari industri.yang bersangkutan (CR4= 40 persen). Apabila kekuatan keempat produsen tersebut dianggap sama, maka pangsa penjualan atau produksi suatu industri.. Apabila kekuatan keempat produsen tersebut dianggap sama, maka pangsa penjualan atau produksi suatu industri. Apabila penguasaan pasar oleh sepuluh produsen atau kurang dalam suatu industri merupakan batas minimum suatu industri berbentuk oligopolistik, maka terdapat kecenderungan peningkatan derajat penguasaan pasar tersebut, beberapa subsektor industri telah beralih dari struktur persaingan ke arah oligopolistik. Semakin sedikit jumlah produsen dominan dalam suatu industri (1/HI semakin kecil) maka struktur industri semakin terkonsentrasi. Selain dengan menggunakan nilai HI, struktur pasar juga dapat diklasifikasikan berdasarkan Concentration Ratio (CR) adalah sebagai berikut19: 1) Struktur pasar persaingan sempurna ditunjukkan dengan nilai rasio konsentrasinya sangat rendah. 2) Struktur pasar persaintgan monopolistik ditunjukkan dengan nilai rasio konsentrasi untuk empat produsen terbesar (CR4) di bawah 40 persen. 3) Struktur pasar oligopoli ditunjukkan dengan nilai rasio konsentrasi empat produsen terbesar (CR4) di atas 40 persen. 4) Struktur pasar monopoli ditunjukkan dengan nilai rasio konsentrasi empat produsen terbesar (CR4) mendekati 100 persen. Rasio konsentrasi suatu industri diformulasikan sebagai berikut:
CR 18
ni
Anonim. 2009.
n
S ij
j 1 Hefindahl
Index. http://www.bizterms.net/term/Herfindahl-index.html. Diakses
tanggal 6 Maret 2009. 19
Anonim. 2009. Concentration Ratio. http://en.wikipedia.org/wiki/Concentration_ratio. Diakses
tanggal 6 Maret 2009.
………………………………………..... (3) Keterangan : Sij
= Pangsa pasar negara I dalam perdagangan komoditas ikan tuna di pasar internasional
CRni = n-rasio konsentrasi pada pasar internasional Struktur pasar juga dapat diklarifikasikan berdasarkan rasio konsentrasinya yang dapat dirumuskan dari kedua alat ukur HI dan CR adalah sebagai berikut: 1) Konsentrasi pasar yang tinggi dicirikan dengan nilai CR4 yang berkisar antara 80 hingga 100 persen, sedangkan kisaran nilai HI yaitu antara 1800 hingga 10000. Bentuk pasar yang mungkin untuk tingkat konsentrasi tinggi adalah monopoli atau sedikit monopoli yang cenderung oligopoli. 2) Konsentrasi pasar sedang dicirikan dengan nilai CR4 antara 50 hingga 80 persen dan nilai HI yang berkisar antara 1000 hingga 1800. Bentuk pasar untuk tingkat konsentrasi sedang adalah lebih banyak oligopoli. 3) Konsentrasi pasar rendah dicirikan dengan nilai CR4 antara 0 hingga 50 persen dan HI antara 0 hingga 1000. Bentuk pasar yang sangat ekstrim adalah pasar persaingan sempurna, namun sekurang-kurangnya adalah persaingan monopolistik. Bahkan dapat dimungkinkan pasar dengan sedikit oligopoli. Nilai CR yang banyak digunakan adalah CR4 dan CR8 yang menunjukkan persentase output pasar yang dihasilkan oleh empat atau delapan negara produsen terbesar dalam industri.
Semakin besar nilai rasio konsentrasi menunjukkan
bahwa industri tersebut semakin terkonsentrasi dan semakin sedikit jumlah produsen yang berada di pasaran, sedangkan semakin rendah rasio konsentrasi menunjukkan konsentrasi pasar yang rendah dan persaingan lebih ketat, sebab tidak ada produsen yang secara signifikan menguasai pasar. Nilai HI dan CR yang didapatkan secara tidak langsung dapat diketahui konsentrasi industri dan struktur persaingan komoditas ikan tuna dimana Indonesia termasuk negara yang ikut bersaing dalam indutri tersebut dan dapat menyesuaikan strategi kompetitif yang akan digunakan. 4.4.2. Keunggulan Komparatif
Keunggulan Komparatif berdasarkan kamus Bahasa Indonesia diartikan memiliki sifat perbandingan atau menyatakan perbandingan.
Keunggulan
komparatif adalah suatu keunggulan yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk dapat membandingkannya dengan yang lainnya. Keunggulan komparatif adalah keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh organisasi seperti SDM, fasilitas, dan kekayaan lainnya, yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi atau perpaduan keunggulan beberapa organisasi untuk mencapai tujuan bersama.20 4.4.3. Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif adalah dengan menggunakan Balassa’s Revealed Comparative Advantage Index (RCA) yang membandingkan pangsa pasar ekspor sektor tertentu suatu negara dalam pangsa pasar sektor tertentu tersebut di pasar dunia. Indeks RCA ini dapat digunakan untuk mengetahui posisi keunggulan bersaing dari suatu komoditas di pasar internasional dibandingkan dengan negara produsen lainnya. Keunggulan
menggunakan
indeks
RCA
adalah
indeks
ini
mempertimbangkan keuntungan intrinsik komoditas ekspor tertentu dan konsisten dengan perubahan di dalam suatu ekonomi produktivitas dan faktor anugerah relative (Li dan Bender21). Kelemahan indeks RCA ini adalah indeks ini tidak dapat membedakan antara peningkatan di dalam faktor sumberdaya dan penerapan kebijakan perdagangan yang sesuai.
Selain itu indeks RCA ini
memiliki kelemahan dalam mengukur keunggulan komparatif dari kinerja impor dan mengesampingkan pentingnya permintaan domestik, ukuran pasar domestik dan perkembangannya22. Tujuan dari penggunaan indeks RCA dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui posisi keunggulan komparatif komoditas ikan tuna Indonesia diantara 20
Hidayat. 2008. Perbedaan Keunggulan Komparatif dan Kompetitif. http://hidayaters.wordpress.com/2008/04/15/perbedaan-keunggulan-kompetitif-dengankeunggulan-komparatif/. Diakses tanggal 5 Maret 2009. 21 Li K, Bender S. 2002. The Changing Trade and Revealed Comparative Advantages of Asian and Latin American Manufacture Exports .http://www.econ.yale.edu/growth_pdf/cdp843.pdf. Diakses tanggal 6 Maret 2009. 22 Khan Z, Batra A. 2005. Revealed Comparative Advantage:An Analysis For India and China http://www.icrier.org/pdf/wp168.pdf. Diakses tanggal 6 Maret 2009.
negara-negara produsen lainnya di pasar internasional. Selain itu, indeks ini juga dapat mengukur daya saing industri suatu negara, apakah industri tersebut cukup tangguh di pasar internasional atau tidak dapat diketahui secara kuantitatif dengan menggunakan indeks ini. Smyth diacu dalam Meryana (2007) berdasarkan rumus yang ditemukan oleh Balllas, untuk mengukur keunggulan komparatif komoditas suatu negara dengan menggunakan indeks RCA adalah: Keterangan : Xij
= Ekspor sektor i negara j
Xij
= Total ekspor i dari negara j
Xij
= Total ekspor dunia dari sektor i
j
i
Xij j
= Total ekspor dunia
i
X ij Keterangan : Xi j X ij i X = Ekspor 82efens I negara j ij i RCA = Total ekspor I dari negara j j Xi j Xi X j ij j Xij = Total ekspordunia dari 82efensi i Xi j X ij Xi j Xi j i j dunia i ekspor j i Xij =j Total
…………… (4)
Jika nilai indeks RCA suatu negara lebih besar dari 1, maka negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam komoditas yang terkait dan berdaya saing kuat. Sebaliknya, jika nilai indeks RCA kurang dari 1 berarti tidak memiliki keunggulan komparatif terhadap produk tersebut dan komoditas tersebut memiliki daya saing lemah. Hal ini menunjukkan, bahwa semakin tinggi nilai RCA maka semakin kuat daya saingnya. 4.4.4. Keunggulan Kompetitif Keunggulan Kompetitif adalah merujuk pada kemampuan sebuah organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu
posisi yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya. Keunggulan Kompetitif muncul bila pelanggan merasa bahwa mereka menerima nilai lebih dari transaksi yang dilakukan dengan sebuah organisasi pesaingnya.
Kamus
Bahasa Indonesia menyatakan bahwa keunggulan kompetitif bersifat kompetisi dan bersifat persaingan.
Bertitik tolak dari kedua sumber diatas, kami
berpendapat bahwa keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh organisasi, dimana keunggulannya dipergunakan untuk berkompetisi dan bersaing dengan organisasi lainnya guna mendapatkan sesuatu.23 4.4.5. Analisis Berlian Porter Alat analisis Berlian Porter digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi dari setiap atribut yang ada, seperti kondisi permintaan domestik, kondisi faktor sumberdaya, industri pendukung dan terkait, serta struktur, persaingan, dan strategi industri ikan tuna nasional. Selain hal tersebut, tedapat juga dua atribut tambahan yaitu peran pemerintah dan peran dari kesempatan yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan industri ikan tuna nasional. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisi industri ikan tuna national adalah sebagai berikut: 1) Menentukan siapa saja yang ada di dalam industri. Hal ini dilakukan dengan membuat daftar yang memuat para peserta industri secara langsung. 2) Menelaah industri. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya hasil
telaah
industri yang realtif cukup lengkap atau sejumlah artikel yang cakupannya luas. 3) Laporan tahunan. Laporan tahunan dapat berupa data-data perdagangan yang bersifat nasional maupun internasional dengan rentang waktu tertentu. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menentukan apa yang ingin diketahui dari industri dan bagaimana cara mengembangkan data di setiap bidang secara berurutan. Hal ini perlu diperhatikan sebagai pedoman dalam menganalisis suatu industri yang terlalu luas jika tidak dibatasi (Maulana diacu dalam Meryana, 2007). 4.4.6. Analisis SWOT 23
Ibid, Hlm 38.
Formulasi alternatif strategi dilakukan dengan menganalisis peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan yang diperoleh melalui identifikasi lingkungan internal dan eksternal.
Identifikasi kekuatan dalam analisis
keunggulan kompetitif ditunjukkan dengan keadaan suatu atribut yang mendukung, sedangkan kelemahan ditunjukkan dengan keadaan atribut yang kurang mendukung. Alat analisis yang digunakan untuk menyusun formulasi strategis tersebut adalah matriks SWOT.
Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi yang dijelasan pada Gambar 4. Tahap analisis dilakukan setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan industri ikan tuna melalui proses identifikasi terhadap peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan. Menurut David (2006), terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT adalah sebagai berikut: 1) Menentukan faktor-faktor peluang organisasi atau perusahaan. 2) Menentukan faktor -faktor ancaman organisasi atau perusahaan 3) Menentukan faktor faktor kekuatan organisasi atau perusahaan. 4) Menentukan faktor -faktor kelemahan organisasi atau perusahaan. 5) Menyesuaikan
kekuatan
internal
dengan
peluang
eksternal
untuk
mendapatkan strategi SO. Alternatif strategi yang terdapat dalam strategi SO bersifat agresif yaitu memaksimalkan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada.
Strategi ini direkomendasikan agar
perusahaan dapat bersaing dalam suatu industri yang sedang tumbuh dan diharapkan terus tumbuh cukup tinggi. 6) Menyesuaikan
kelemahan
internal
dengan
peluang
eksternal
untuk
mendapatkan strategi WO. Alternatif strategi yang terdapat dalam strategi WO bersifat intensif yaitu strategi yang memanfaatkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang dimiliki. 7) Menyesuaikan
kekuatan
internal
dengan
ancaman
eksternal
untuk
mendapatkan strategi ST. Alternatif strategi yang terdapat dalam strategi ST
bersifat diversifikasi yaitu strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk menghadapi ancaman. 8) Menyesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi WT. Alternatif strategi yang terdapat dalam strategi WT bersifat defensive yaitu strategi yang dilakukan untuk mengatasi ancaman yang ada dan kelemahan yang dimiliki. INTERNAL EKSTERNAL Opportunities (O) Menentukan 5-10 faktor peluang eksternal Threaths (T) Menentukan 5-10 ancaman eksternal
faktor
Gambar 4. Matriks SWOT Sumber : David (2006)
Strenghts (S) Menentukan 5-10 kekuatan internal Strategi SO Menciptakan strategi menggunakan kekuatan memanfaatkan peluang Strategi ST Menciptakan strategi menggunakan kekuatan mengatasi ancaman
faktor yang untuk yang untuk
Weaknesses (W) Menentukan 5-10 faktor kelemahan internal Strategi WO Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman