IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Panafil Essential Oil. Lokasi dipilih dengan pertimbangan bahwa perusahaan ini berencana untuk melakukan usaha dibidang budidaya tanaman nilam. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Moch. Toha Km 6,8 Cisirung, Desa Pasawahan, Bandung. Lokasi yang akan digunakan untuk mengembangkan usaha budidaya nilam terletak di Desa Ciburuy, Kelurahan Padalarang, Kabupaten Bandung. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Maret 2010. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan, wawancara langsung dengan pimpinan perusahaan, dan para pekerja mengenai data yang berhubungan dengan biaya sarana produksi, termasuk biaya investasi, biaya opersional, biaya umum, jumlah produksi, tingkat harga dan sumber modal, aspek pasar, aspek teknis, dan aspek manajemen usaha. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait seperti Balitro, Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor (IPB), penelusuran internet, buku, jurnal dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis yang digunakan terdiri dari metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek keuangan. Sedangkan metode analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek keuangan. Data dan informasi yang telah dikumpulkan, diolah dengan menggunakan bantuan kalkulator, komputer dengan menggunakan software Microsoft Excel, dan disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mempermudah proses analisis
30
data. Dari berbagai data yang telah didapat akan diperoleh arus kas tunai, biaya investasi, biaya operasional, harga jual dan harga beli yang selanjutnya dianalisis menggunakan kriteria kelayakan investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period. Setelah kriteria investasi tersebut didapatkan, kemudian ditarik kesimpulan mengenai layak atau tidaknya usaha budidaya nilam tersebut dijalankan. Apabila hasil yang didapatkan menyatakan bahwa usaha tersebut layak untuk dilaksanakan, maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan analisis sensitivitas, untuk mengetahui kepekaan usaha budidaya nilam ini apabila terjadi kenaikan harga pada variabel pupuk kandang, pupuk pendukung, dan bibit nilam, serta jika terjadi penurunan pada volume produksi dan penurunan harga nilam basah. 4.3.1 Analisis Kelayakan Investasi Tingkat
kelayakan
usaha
budidaya
nilam
dapat
diketahui
dengan
menggunakan kriteria investasi usaha yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PP). 4.3.1.1 Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) yaitu manfaat bersih sekarang (present value) yang diperoleh selama umur bisnis. Maka NPV merupakan selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya. Suatu proyek dapat dikatakan layak jika menghasilkan NPV lebih besar dari nol (positif), sedangkan jika proyek menghasilkan NPV kurang dari nol (negatif) maka proyek tidak layak untuk dijalankan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV (Gittinger 1986) adalah sebagai berikut:
NPV =
Bt − Ct (1 + )
31
Keterangan : Bt = Manfaat usaha budidaya nilam yang merupakan perkalian antara harga jagung dan nilam basah dengan jumlah yang dihasilkan pada triwulan ke-t Ct = Biaya usaha budidaya nilam pada triwulan ke-t. Biaya ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. n = Umur ekonomis usaha budidaya nilam yaitu 12 triwulan. i
= Tingkat suku bunga yang ditetapkan dalam triwulan (persen).
Kriteria kelayakan finansial berdasarkan NPV, yaitu: a) NPV > nol, berarti usaha budidaya nilam layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. b) NPV = nol, berarti usaha budiaya nilam ini memperoleh pengembalian yang besarnya sama dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. c) NPV < nol, berarti usaha budidaya nilam tidak layak dilaksanakan karena usaha tersebut hanya akan mendatangkan kerugian. 4.3.1.2 Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) merupakan presentase tingkat pengembalian investasi yang diperoleh selama umur proyek. Atau dengan kata lain IRR adalah tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Pada umumnya menghitung tingkat IRR dilakukan dengan metode interpolasi diantara tingkat suku bunga yang lebih rendah (yang menghasilan NPV positif) dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif). Suatu dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat discount rate yang ditentukan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat discount rate, maka usahanya tidak layak untuk dijalankan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan IRR adalah sebagai berikut (Gittinger 1986):
IRR =
+
(
−
)
( − ) 32
Keterangan : i1
= Discount rate untuk menghasilkan NPV positif
i2
= Discount rate untuk menghasilkan NPV negatif
NPV1= NPV yang bernilai positif NPV2= NPV yang bernilai negatif 4.3.1.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan besarnya tingkat tambahan manfaat dari setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Net B/C dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara nilai NPV yang bernilai positif (sebagai pembilang) dengan NPV yang bernilai negatif (sebagai penyebut). Perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut (Gittinger 1986) : n
Net B/C
Bt C t
(1 i ) t 1 n
Bt C t
(1 i ) t 1
t
t
untuk ( Bt C t ) 0 untuk ( Bt C t ) 0
Keterangan : Bt = Manfaat usaha budidaya nilam yang diterima pada triwulan ke-t Ct = Biaya usaha budidaya nilam yang dikeluarkan pada triwulan ke-t n = Umur ekonomis usaha budidaya nilam yaitu 12 triwulan. i = Tingkat suku bunga yang ditetapkan dalam triwulan (persen) Jika : a) Net B / C > 1, maka investasi usaha budidaya nilam menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan b) Net B / C = 1, maka investasi usaha budidaya nilam tidak menguntungkan dan tidak merugikan. c) Net B / C < 1, maka investasi usaha budidaya nilam tidak layak untuk dilaksanakan karena hanya akan mendatangkan kerugian.
33
4.3.1.4 Payback Period (PP) Payback Period (PP) merupakan jangka waktu atau periode yang diperlukan untuk membayar kembali pengeluaran investasi suatu usaha. Semakin cepat kemampuan suatu usaha mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi usaha maka usaha tersebut semakin layak. Rumus yang digunakan adalah :
PP = I / Ab Keterangan: I
= besarnya biaya investasi yang dikeluarkan dalam usaha budidaya nilam.
Ab = benefit bersih yang dapat diperoleh dari usaha budidaya nilam setiap triwulannya. 4.3.2 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil dari suatu analisis kelayakan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting. Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis sensitivitas usaha budidaya nilam adalah dengan analisis nilai pengganti (switching value analysis). Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen arus masuk (penurunan harga nilam basah dan penurunan hasil produksi nilam basah) atau komponen arus keluar (kenaikan harga pupuk kandang dan harga bibit nilam polibag) yang masih dapat ditoleransi agar usaha budidaya nilam masih tetap layak. Perbedaan antara analisis sensitivitas dengan switching value adalah besarnya perubahan pada analisis sensitivitas sudah diketahui secara empiris, sedangkan pada perhitungan switching value besarnya perubahan tersebut dicari hingga mendapat perubahan maksimum yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba hingga mendapat perubahan maksimum yang boleh terjadi.
34
4.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi Harga Pokok Produksi (HPP) merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan suatu produk per unit. Perhitungan HPP pada umumnya dilakukan untuk menentukan harga jual suatu produk. Adapun perhitungan HPP yaitu: TR = TC TR = TVC + TFC P . Q = TVC + TFC P
= TVC + TFC Q
Keterangan: TR
= Penerimaan Total
TC
= Pengeluaran Total
TVC = Biaya Variabel Total TFC = Biaya Tetap Total P
= Harga Pokok Per Unit
Q
= Jumlah Unit
4.5 Asumsi Dasar Dalam penelitian ini, terdapat beberapa asumsi yang digunakan untuk mempermudah analisis. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut:. 1.
Tingkat diskonto (discount rate) yang digunakan dalam penelitian adalah sebesar 17 persen per tahun, yang merupakan suku bunga kredit yang ditetapkan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI).
2.
Umur dari proyek usaha budidaya tanaman nilam ini adalah selama tiga tahun, yang diasumsikan dari umur maksimum tanaman nilam yang dibudidayakan.
3.
Hari kerja untuk memproduksi minyak nilam yang ditargetkan perusahaan dalam sebulan adalah 24 hari.
4.
Metode penyusutan yang digunakan adalah garis lurus.
35
5.
Harga input dan output yang digunakan adalah harga aktual yang diasumsikan sama dari awal proyek hingga akhir proyek.
6.
Arus masuk dan arus keluar merupakan proyeksi berdasarkan pada informasi biaya yang didapatkan dari perusahaan.
7.
Kebutuhan bibit untuk lahan seluas satu hektar dengan jarak tanam 100 x 100 cm adalah 10.000 bibit. Dan untuk mengantisipasi terjadinya kematian maka persediaan bibit nilam ditambah sebanyak 10 persen, sehingga kebutuhan total bibit per hektar adalah 11.000 bibit.
8.
Jenis nilam yang digunakan adalah Nilam Aceh (Pogostemon cablin, Benth) dengan umur ekonomis selama tiga tahun. Bibit nilam yang digunakan perusahaan merupakan bibit nilam polibag yang dibeli dari daerah Subang. Volume produksi nilam basah yang digunakan dalam perhitungan analisis kelayakan penelitian ini adalah 13 ton untuk menghindari kekurangan bahan baku perusahaan dalam memproduksi minyak nilam.
9.
Panen pertama dilakukan pada saat nilam berusia enam bulan sejak penanaman, sedangkan panen berikutnya dapat dilakukan setiap tiga bulan. Namun karena budidaya nilam yang akan dijalankan menggunakan pola tanam yaitu dengan tiga tahap penanaman, maka pemanenan nilam dapat dilakukan setiap bulan setelah tanaman nilam pada penanaman tahap pertama berusia enam bulan.
10. Perhitungan pajak melalui analisis rugi laba berdasarkan UU pasal 17 nomor 36
tahun 2008 dan pasal 31, yang baru disahkan dan berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009 tentang pajak penghasilan badan usaha, yaitu: a. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap dikenakan pajak sebesar 28 persen pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 dan selanjutnya dikenakan pajak sebesar 25 persen. b. Wajib pajak perseroan terbatas yang 40 persen sahamnya diperdagangkan dibursa efek, dikenakan pajak lima persen lebih rendah dari yang seharusnya. c. Wajib pajak yang peredaran brutonya sampai dengan 50.000.000.000, dikenakan pengurangan pajak sebesar 50 persen dari yang seharusnya.
36
37