IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Agropolitan Koto Baru, Kenagarian Aie Angek, Kabupaten Tanah Datar pada Institut Pertanian Organik (IPO) Aie Angek Koto Baru Kecamatan X Koto. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive), dengan mempertimbangkan bahwa IPO Aie Angek selain sebagai sarana pelatihan petani organik juga merupakan salah satu usahatani sayuran organik yang baru memasuki pasar sayuran organik sejak tahun 2005, sedangkan pemilihan kawasan agropolitan itu sendiri karena kawasan tersebut merupakan salah satu kawasan pengembangan sayuran organik yang pertama di Sumatera Barat. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2008.
4.2 Jenis Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan langsung di lapangan, wawancara langsung dan pemberian kuesioner kepada koordinator lapang dan pengelola lapang yang banyak berhubungan dengan masalah pemasaran dan promosi yaitu dengan Bapak Sutan Pamenan dan Bapak Nofrizal. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait pada tingkat Kabupaten serta tingkat pusat, seperti Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Selain itu datadata tambahan lainnya diambil dari literatur-literatur, artikel-artikel yang berkaitan, dan penelitian terdahulu.
4.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara dengan pihak pengelola lapang IPO Aie Angek yang mengetahui permasalahan promosi dan pemasaran secara langsung. Pengumpulan data tersebut untuk mengidentifikasi kegiatan bauran promosi yang dilaksanakan, menilai kinerja kegiatan promosi, faktor-faktor yang berperan dalam kegiatan promosi, serta pemilihan alternatif strategi promosi yang tepat bagi perusahaan sesuai dengan kendala dan pendukung yang dimiliki oleh IPO Aie Angek. Pengisian matriks banding berpasangan dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada Bapak Sutan Pamenan dan Bapak Nofrizal sebagai manajer lapang dan pengelola lapang. Pemilihan responden dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan responden adalah pelaku (individu) yang mempengaruhi pengambilan kebijakan di IPO Aie Angek, menguasai atau mengetahui informasi yang dibutuhkan, dan juga mempertimbangkan faktor-faktor pemahaman mengenai kegiatan promosi perusahaan dan pemahaman responden mengenai strategi promosi perusahaan.
4.4 Metode Pengolahan Data 4.4.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif menurut Nasir (2003) adalah metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kilas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deksriptif ini adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Menurut Nasir (2003), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian. Dalam mengumpulkan data digunakan teknik wawancara, dengan menggunakan kuisioner ataupun penduan interview. 4.4.2 Evaluasi Kegiatan Promosi Evaluasi kegiatan promosi ini mengukur dampak dari alat promosi yang digunakan oleh IPO Aie Angek terhadap audiens sasaran yaitu pelanggan tetap dari IPO Aie Angek, masyarakat disekitar kawasan agropolitan dan para peserta pelatihan di IPO sendiri. Kegiatan itu mencakup menanyakan kepada audiens sasaran apakah mereka mengenali atau mengingat pesan yang telah disampaikan, berapa kali mereka melihatnya, hal-hal apa saja yang mereka ingat, bagaimana perasaan mereka tentang pesan tersebut, dan sikap mereka yang sebelumnya dan yang sekarang atas produk dan perusahaan itu. Selain itu, dalam mengevaluasi kegiatan promosi ini juga perlu dikumpulkan ukuran perilaku dari tanggapan audiens, seperti berapa kali orang membeli produk tersebut, apakan mereka menyukainya, dan menceritakannya kembali kepada orang lain (Kotler, 2002). 4.4.3 Alternatif Strategi Promosi Alternatif strategi promosi yang dilakukan antara lain menitikberatkan pada periklanan, menitikberatkan pada promosi penjualan, menitikberatkan pada penjualan pribadi, menitikberatkan pada hubungan masyarakat dan publisitas dan mentikberatkan pada pemasaran langsung. Alternatif strategi yang dibuat berdasarkan hasil pengamatan oleh pihak perusahaan yang dikaitkan dengan situasi dan kondisi yang menyertai produk di lapang. Untuk pengolahan data dilakukan dengan metode PHA dan berdasarkan kerangka kerja PHA, maka
penelitian ini diawali dengan pengumpulan data dan informasi dari pihak IPO Aie Angek untuk mebuat struktur hierarki. Struktur hierarki yang telah disusun kemudian menjadi dasar dalam pembuatan kuesioner bagi responden. Kuesioner diberikan untuk mengetahui pembobotan setiap elemen pada seluruh tingkat struktur hierarki. Sebuah hierarki yang telah disusun dengan elemen-elemennya menjadi tidak akan berarti apabila tanpa nilai atau bobot yang menyertainya. Dalam penggunaan metode PHA ini sangat mengutamakan kualitas dari responden dan bukan kuantitas responden. Data yang diperoleh melalui kuesioner kemudian diolah dengan menggunakan program komputer ”Expert Choice 2000”, hasil pengolahan data ini diperlukan untuk menganalisis faktorfaktor yang berpengaruh terhadap penyusunan strategi promosi sesuai dengan tujuan promosi perusahaan dan pemilihan alternatif strategi promosi yang tepat dan disajikan dalam bentuk uraian, gambar, dan tabel. Kerangka kerja PHA terdiri dari delapan langkah utama (Saaty, 1993) yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Mendefinisikan persoalan dan merincikan pemecahan persoalan yang diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penguasaan masalah secara mendalam, karena yang menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan, kriteria dan elemen-elemen yang menyusun struktur hierarki. Tidak terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem, seperti tujuan, kriteria, dan aktifitas-aktifitas yang akan dilibatkan dalam suatu sistem hierarki. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasi berdasarkan kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem. 2. Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh. Struktur hierarki ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang
mempengaruhi sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan pelaku dan akhirnya ke alternatif strategi, pilihan atau skenario. Penyusunan hierarki ini berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil. Pada tingkat puncak hierarki hanya terdiri dari satu elemen yang disebut dengan fokus yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas. Tingkat di bawahnya dapat terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok homogen, agar dapat dibandingkan dengan elemenelemen yang berada pada tingkat sebelumnya. Abstraksi dari sebuah struktur hierarki dapat dilihat pada Gambar 2.
Tingkat 1 : Fokus
Tingkat 2 : Faktor
G
......
F1
F2
F3
Fn
Tingkat 3 : Pelaku
A1
A2
A3
......
.. An
Tingkat 4 : Tujuan
O1
O2
O3
......
On .....
Tingkat 5 : Skenario
S1
S2
S3
.......
Sn
Gambar 2. Model Struktur Proses Hierarki Analitik Sumber : Saaty, 1993, hal: 67
3. Menyusun matriks banding berpasangan. Dimulai dari puncak hierarki yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar elemen yang terkait yang ada di bawahnya. Pembandingan berpasangan pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua terhadap fokus yang ada di puncak hierarki. Menurut perjanjian, suatu elemen yang ada di sebelah kiri
diperiksa perihal dominasi atas yang ada di sebelah kiri suatu elemen di puncak matriks. 4. Mengumpulkan
semua
pertimbangan
yang
diperlukan
dari
hasil
perbandingan berpasangan antar elemen pada langkah 3. Setelah matriks perbandingan berpasangan antar elemen dibuat, dilakukan perbandingan berpasangan antar setiap elemen pada kolom ke-i, dengan perbandingan berpasangan antar setiap elemen
pada
baris ke-j.
Perbandingan
berpasangan antar elemen tersebut dilakukan dengan pernyataan : ”Seberapa kuat elemen baris ke-j didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh fokus di puncak hierarki, dibandingkan dengan kolom kel?”. Apabila elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan suatu peluang atau waktu, maka pertanyaannya adalah : ”Seberapa lebih mungkin suatu elemen baris ke-j dibandingkan dengan elemen kolom ke-l sehubungan dengan elemen di puncak hierarki”. Untuk mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 6. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibanding dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat atau kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah. 5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hierarki (X) dibandingkan dengan Fj, sedangkan bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan Fj maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya.
Tabel 6. Nilai Skala Banding Berpasangan Intensitas
Definisi
Penjelasan
Pentingnya 1
Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu
3
Elemen
yang satu
sedikit
lebih
penting dari pada yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen lainnya
5
Elemen yang satu sangat penting
Pengalaman dan pertimbangan dengan
dari pada elemen lainnya
kuat
menyokong
satu
elemen
atas
elemen lainnya 7
9
Satu elemen jelas lebih penting dari
Satu elemen dengan kuat disokong dan
pada elemen lainnya
dominannya telah terlihat dalam praktek
Satu elemen mutlak lebih penting
Bukti yang menyokong elemen yang satu
dari pada elemen lainnya
atas
yang
lainnya
memiliki
tingkat
penegasan yang tertinggal yang mungkin menguatkan 2, 4, 6, 8
Nilai-nilai di antara dua pertimbangan
Kompromo
diperlukan
diantara
dua
yang berdekatan
pertimbangan
Kebalikan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.
Sumber : Saaty, 1993, hal: 85
6. Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkatan dan gugusan dalam hierarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hierarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atas. Matriks pembandingan dalam metode PHA dibedakan menjadi : (1). Matriks Pendapat Individu (MPI) dan (2). Matriks Pendapat Gabungan (MPG). Matriks pendapat individu adalah matriks hasil perbandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij yaitu elemen matriks pada baris ke-i dan kolom kej. Matriks pendapat individu dapat dilihat pada Gambar 3.
X
A1
A2
A3
............
An
A1
A11
A12
A13
............
A1n
A2
A21
A22
A23
............
A2n
A3
A31
A32
A33
............
A3n
............
.............
.............
.............
............
............
An
An1
An2
An3
............
Ann
Gambar 3. Matriks Pendapat Individu Sumber : Saaty, 1993, hal: 84
Matriks pendapat gabungan adalah susunan matriks baru yang elemen (gij) berasal dari rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio inkosistensinya lebih kecil atau sama dengan 10 persen dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. Matriks pendapat gabungan dapat dilihat pada Gambar 4. Persyaratan MPG yang bebas dari konflik adalah : a) Pendapat masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki selisih kurang dari empat satuan antara nilai pendapat individu yang tertinggi dengan nilai yang terendah. b) Tidak terdapat angka kebalikan pada baris dan kolom yang sama. X
G1
G2
G3
............
Gn
G1
G11
G12
G13
............
G1n
G2
G21
G22
G23
............
G2n
G3
G31
G32
G33
............
G3n
............
.............
.............
.............
............
............
Gn
Gn1
Gn2
Gn3
............
Gnn
Gambar 4. Matriks Pendapat Gabungan Sumber : Saaty, 1993, hal : 84
7
Mensintesis
prioritas
untuk
melakukan
pembobotan
vektor-vektor
prioritas. Menggunakan komposisi secara hierarki untuk membobotkan
vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan MPI terdiri dari dua tahap, yaitu (1) pengolahan horisontal dan (2) pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diolah secara horisontal., dimana MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi. a) Pengolahan horisontal, terdiri dari tiga bagian yaitu penentuan vektor prioritas (vektor eigen), uji konsistensi dan revisi MPI dan MPG yang memiliki rasio inkonsistensi tinggi. Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horisontal ini adalah : § Perkalian baris (Z) dengan rumus : n
Zi =
n
∏ aij
(i, j = 1,2,3,...,n)
k =1
§ Perhitungan Vektor Prioritas (VP) atau Eigen Vektor dengan rumus : n
n
∏ aij k =1
VPi =
VP = (VPi), untuk i = 1,2,3,...,n
n
n
∑ ∏ aij n
i =1
k =1
§ Perhitungan nilai Eigen Maks (Maks ), dengan rumus : VA
= (aij) x VP
VB
=
maks =
VA VP
1 n
dengan VA = (VAi) dengan VB = (VBi)
n
∑VBi i =k
dengan i = 1,2,3,...,n
§ Perhitungan Indeks Inkonsistensi (CI) dengan rumus : CI =
maks − n n −1
§ Perhitungan Rasio Inkonsistensi (CR) dengan rumus :
CR =
CI RI
RI = Indeks Acak (Random Index) yang dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory dari matriks berorde 1 sampai dengan 15 yang menggunakan sample berukuran 100. Nilai Rasio Inkonsistensi (CR) yang lebih kecil atau sama dengan 0.1 merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolak ukur bagi konsistensi atau tidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan dalam suatu matriks pendapat (Saaty, 1993). Tabel 7. Nilai Indeks Acak (RI) Matriks Berorde 2 Sampai 8 Orde
Indeks Acak (RI)
2
0.00
3
0.58
4
0.90
5
1.12
6
1.24
7
1.32
8
1.41
Sumber : Saaty, 1993
b) Pengolahan vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Apabila CVij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka :
CVij =
∑ CHij (t; i − 1) x VWt (i − 1)
dengan i,j,t = 1,2,3,...,n
Dimana : Chij (t;i-1) = nilai prioritas elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat di atasnya (i-1), yang diperoleh dari hasil pengolahan horisontal. VWt (i-1) = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke (i-t) terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil pengolahan horisontal.
8
P
= Jumlah tingkat hierarki
r
= Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i
s
= Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (i-t)
Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hierarki. Pada pengisian judgement pada tahap MPB (Matriks Pembanding Berpasangan) terdapat kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam membandingkan elemen satu
dengan
elemen
yang lain. Sehingga diperlukan
suatu
uji
inkonsistensi. Dalam PHA, penyimpangan diperlukan dengan toleransi rasio inkonsistensi di bawah 10 persen. Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai denagn dimensi masing-masing matriks. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensi hierarki harus bernilai kurang dari satu atau sama dengan 10 persen. Rasio inkonsistensi diperoleh setelah matriks diolah secara horisontal dengan menggunakan program komputer ”Expert Choice Version 2000”. Jika rasio inkonsistensi mempunyai nilai yang lebih dari 10 persen, maka mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan
pertanyaan ketika melakukan pengisian ulang kuesioner dan dengan lebih mengarahkan responden yang mengisi kuesioner.