29
IV. METODE PENELITIAN
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi adalah salah satu daerah yang beberapa penduduknya melakukan usahatani jamur tiram putih. Pelaksanaan pengambilan data untuk keperluan penelitian dilaksanakan pada bulan September – Oktober 2008.
4.2.
Metode Pengambilan Responden Responden dalam penelitian ini adalah penduduk Kecamatan Pamijahan
yang membudidayakan jamur tiram putih. Responden terkonsentrasi di Desa Gunung Menyan, Cibening, dan Gunung Bunder I. Penentuan responden dilakukan dengan teknik snowball sampling yaitu responden yang terpilih berdasarkan informasi dari responden sebelumnya. Pemilihan reponden dilakukan terus menerus sampai mencapai taraf redundancy, yaitu dengan menggunakan responden baru lainnya ternyata tidak menambah informasi baru yang bermakna. Teknik snowball sampling digunakan karena tidak terdapat list data penduduk Kecamatan Pamijahan yang membudidayakan jamur tiram putih untuk dijadikan frame sampling. Sampling yang dimaksud disini adalah responden pilihan peneliti sendiri secara purposive.
4.3.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder
yang berhubungan dengan penelitian. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan responden yang bersangkutan. Data primer yang diperlukan diantaranya penerimaan, pengeluaran, dan pendapatan dari usahatani jamur tiram putih di lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari internet, literatur-literatur, serta penelitianpenelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder yang
30
digunakan yaitu PDB nasional hortikultura, neraca perdagangan jamur, dan data permintaan jamur.
4.4.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif
dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan kegiatan usahatani jamur tiram putih di lokasi penelitian. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan dan kelayakan usahatani jamur tiram putih. Data dan informasi yang diperoleh disusun dalam bentuk tabulasi agar lebih mudah untuk dianalisis. Pengolahan data dilakukan secara manual dengan menggunakan kalkulator serta komputer terutama program excel.
4.4.1. Analisis Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan atas biaya tunai (pendapatan tunai) dan pendapatan atas biaya total (pendapatan total). Pendapatan merupakan hasil pengurangan antara penerimaan dengan biaya. Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pendapatan usahatani dirumuskan dalam persamaan matematik sebagai berikut (Soekartawi, 1995):
I
= R–C
............................................ 1)
R
= Py x Y
............................................ 2)
C
= FC + VC
.. .......................................... 3)
Keterangan: I
= pendapatan (Rp)
R
= penerimaan (Rp)
C
= biaya (Rp)
Py
= harga output (Rp)
Y
= output (kg)
FC
= biaya tetap (fixed cost) (Rp)
VC
= biaya variabel (variable cost) (Rp)
31
Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, dan penyusutan alat-alat. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan jumlah produksi yang dihasilkan misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, obat-obatan, dan biaya tenaga kerja musiman. Biaya tunai, adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) yaitu biaya penyusutan alat-alat pertanian dan sewa lahan milik sendiri (biaya tetap). Biaya total adalah penjumlahan antara biaya tunai dengan biaya diperhitungkan. Biaya diperhitungkan yang dimasukkan ke dalam analisis pendapatan ditunjukkan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan petani jika modal, sewa lahan, dan tenaga kerja dalam keluarga diperhitungkan. Pada umumnya petani hanya memperhitungkan biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai saja. Untuk mengukur efisiensi usahatani dapat diketahui dari perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan (R/C). Analisis R/C dibagi dua yaitu R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1995):
a
...........................................................4)
R
= R C = Py x Y
C
= FC + VC
...........................................................6)
...........................................................5)
Keterangan: a
= nilai R/C
R
= penerimaan (Rp)
C
= biaya (Rp)
Py
= harga output (Rp)
Y
= output (Kg)
FC
= biaya tetap (fixed cost) (Rp)
VC
= biaya variabel (variable cost) (Rp)
Secara teoritis nilai R/C = 1 menggambarkan keadaan usahatani yang tidak untung dan tidak rugi. Usahatani dapat dikatakan untung apabila nilai R/C > 1 (R
32
> C). Sebaliknya jika nilai R/C < 1 (R < C) maka usahatani itu rugi. Semakin besar nilai R/C maka usahatani yang dilakukan semakin menguntungkan. Nilai R/C menggambarkan setiap penambahan biaya Rp1 maka akan memperoleh penerimaan senilai R/C. Titik impas adalah suatu kondisi dimana suatu usaha tidak mengalami kerugian ataupun memperoleh laba. Untuk dapat menentukan tingkat titik impas maka biaya yang dikeluarkan harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel, serta harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisa. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak berubah dalam range output tertentu, tetapi untuk setiap satuan produksi akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan produksi. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan naik turun sebanding dengan hasil produksi atau volume kegiatan, tetapi untuk setiap satuan produksi akan tetap. Hasil penjualan dikurangi dengan biaya variabel merupakan sisa atau margin yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba. Rasio antara margin dengan hasil penjualan disebut dengan marginal income ratio. Dalam keadaan impas labanya adalah nol, maka dengan membagi jumlah biaya tetap dengan marginal income ratio-nya, akan diperoleh tingkat penjualan (dalam rupiah) yang harus dicapai agar perusahan tidak menderita rugi ataupun memperoleh laba. Titik impas dalam rupiah dapat ditentukan dengan rumus (Munawir, 1995):
Titik Impas (dalam rupiah) =
TFC 1 - TVC S
Keterangan: TFC
=
biaya tetap total (Rp)
TVC
=
biaya variabel total (Rp)
S
=
volume penjualan (Rp)
…………………………………….7)
33
4.4.2. Analisis Kelayakan Investasi Untuk mengetahui kelayakan budidaya jamur tiram putih maka akan dibandingkan antara manfaat dan biaya untuk menghitung beberapa kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, net B/C, dan tingkat pengembalian investasi (payback period).
4.4.2.1. Net Present Value (NPV) NPV dapat dikatakan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi. Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang arus manfaat dengan nilai sekarang arus biaya. NPV dihitung dengan rumus matematik (Gray, et. al.,1993):
n
NPV
=
Bt − Ct
∑ (1 + i)
t =0 / 1
t
...........................................................8)
Keterangan: Bt
= penerimaan (benefit) pada tahun ke-t (Rp)
Ct
= biaya (cost) pada tahun ke-t (Rp)
n
= umur proyek (tahun)
i
= tingkat suku bunga per tahun (8,74%)
Nilai NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari proyek/usaha selama umur proyek pada discount rate tertentu. Suatu proyek dikatakan layak diusahakan apabilai nilai NPV > 0.
4.4.2.2. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa mendatang, atau nilai discount rate yang membuat nilai NPV sama dengan nol. Cara menghitung IRR adalah dengan cara mencoba-coba. Langkah pertama adalah dengan cara mencari tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif, selanjutnya dicari lagi tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif (Husnan dan Suwarsono, 1999). Perkiraan IRR diperoleh dengan interpolasi berdasarkan perhitungan tingkat
34
bunga dan NPV yang sudah dilakukan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan IRR yaitu:
⎡
IRR
⎤ NPV 1 x ( i 2 − i1 ) ⎥ ...........................9) ⎣ NPV 1 + NPV 2 ⎦
= i1 + ⎢
Keterangan: i1
= tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif
i2
= tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif
NPV1
= NPV yang bernilai positif
NPV2
= NPV yang bernilai negatif
Jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto maka proyek dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan.
4.4.2.3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan present value yang negatif (sebagai penyebut). Jika net B/C > 1 maka proyek layak untuk dilaksanakan. net B/C dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
n
Net B/C =
Bt − Ct
∑ (1 + i)
t =0 / 1 n
t
Bt − Ct
∑ (1 + i)
t =0 / 1
t
B–C>0 ..........................................10) B–C<0
Keterangan: Bt
= penerimaan (benefit) pada tahun ke-t (Rp)
Ct
= biaya (cost) pada tahun ke-t (Rp)
n
= umur proyek (tahun)
i
= tingkat suku bunga per tahun (8,74 %)
Nilai net B/C menunjukan setiap tambahan biaya sebesar Rp1 maka tambahan manfaat bersih yang akan dihasilkan adalah sebesar nilai net B/C.
35
4.4.2.4. Tingkat Pengembalian Investasi (Payback Period) Payback period merupakan jangka waktu atau period yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali karena itu satuan hasilnya bukan persentase tetapi satuan waktu (bulan, tahun, dan sebagainya). Jika periode payback ini lebih pendek dari umur proyek, maka proyek dikatakan menguntungkan dan layak dilaksanakan. Perhitungan payback period dilakukan dengan metode discounted payback period dimana nilai manfaat bersih yang terdapat pada cash flow didiskontokan dan dikumulatifkan dari tahun ke tahun. Dengan demikian akan didapatkan tahuntahun ketika manfaat bersih kumulatif masih bernilai negatif dan tahun-tahun ketika manfaat bersih bernilai positif, yang menandakan bahwa investasi sudah kembali Ibrahim (1998) dalam Yunus (2005).
4.4.3. Analisis Sensitivitas Variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti (Switching Value Analysis). Dalam analisis nilai pengganti, dicari berapa banyak elemen yang kurang baik yang akan diganti agar proyek dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek. Variabel yang diduga dapat menyebabkan perubahan terhadap kelayakan investasi jamur tiram di Kecamatan Pamijahan adalah upah tenaga kerja dan produksi jamur tiram putih. Pengujian dengan menggunakan nilai pengganti yang dilakukan pada penelitian ini adalah menentukan berapa besarnya proporsi penurunan produksi jamur tiram putih dan proporsi kenaikan upah tenaga kerja tetap akibat manfaat sekarang neto menjadi nol. Nilai nol itu tentu saja akan membuat perbandingan manfaat investasi neto menjadi persis sama dengan 1.