46
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data nilai dan jumlah ekspor teh baik menurut kelompok produk dan negara asal, serta informasi yang berkaitan dengan pasar teh secara internasional. Secara khusus juga digunakan informasi yang menyangkut potensi sumberdaya teh di Indonesia untuk kajian keunggulan kompetitif. Sumber-sumber data merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, CCDC Jawa Barat, Direktorat Jenderal Perkebunan, Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, International Trade Centre (ITC), International Tea Comittee (ITC), United Nations Commodity Trade Statistics Database (COMTRADE) serta informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari buku-buku literatur, media massa maupun media elektronik (internet) serta wawancara dengan narasumber. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei-Juni 2007. 4.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Tujuannya adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis potensi, kendala dan peluang komoditi teh Indonesia, analisis keunggulan kompetitif komoditi teh Indonesia dan kondisi perdagangan internasional. Analisis kuantitatif digunakan untuk
47
menganalisis struktur pasar dan daya saing teh di pasar internasional. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Microsoft Excel 2003. 4.2.1 Analisis Struktur Pasar Pada penelitian ini digunakan Concentration Ratio dan Herfindahl Index (HI) untuk mengetahui tingkat konsentrasi pasar teh secara internasional. Tingkat konsentrasi pasar yang diukur akan dikategorikan dan mengarahkan pada bentuk pasar yang terjadi pada pasar teh internasional. Bentuk pasar yang ada akan mempengaruhi tingkat persaingan yang akan dianalisis pada bagian selanjutnya. Analisis struktur pasar dirasakan sangat penting karena berimplikasi kepada persaingan ekonomi di suatu negara dimana dalam kepentingannya menyangkut negara-negara yang saling berkepentingan satu sama lain. Pengukuran tingkat konsentrasi sangat memperhitungkan besaran pangsa pasar yang diperoleh tiap negara dalam komposisi ekspor teh di pasar internasional. Dalam penelitian ini alat analisis Herfindahl Index digunakan dengan tujuan untuk mengetahui struktur pasar komoditi teh di pasar internasional sekaligus mengukur penguasaan pangsa pasar masing-masing negara yang terlibat dalam perdagangan teh tersebut. Menurut Kirana (2001), dari berbagai studi yang ditemukan bahwa pengukuran memiliki korelasi yang tinggi sehingga beberapa ahli berpendapat hasil yang baik dapat diperoleh dengan menggunakan pengukuran H (Hirschman-Herfindahl) dan E (Entrophy) sebagai pengganti rasio konsentrasi. Walaupun demikian, rasio konsentrasi tetap merupakan pengukuran serba-guna mengenai derajat kompetisi paling baik. Pengukuran ini lebih jelas daripada pengukuran lain dan mempunyai pengertian lebih mantap.
48
Tahapan yang pertama dilakukan untuk menganalisis pangsa pasar dengan menggunakan Herfindahl Index adalah menghitung pangsa pasar tiap negara produsen teh di pasar internasional melalui besaran nilai ekspor teh. Perhitungan pangsa pasar yang dilakukan menggunakan formula sebagai berikut:
Sij = Xij / TXj Dimana,
Sij
= Pangsa pasar teh negara i di pasar internasional
Xij
= Nilai ekspor teh negara i di pasar internasional
TXj
= Total nilai ekspor teh di pasar internasiona
Formula yang sama kemudian digunakan untuk mengukur struktur pasar dan pangsa pasar suatu negara dalam perdagangan teh internasional, yaitu sebagai berikut:
HI = Sij12 + Sij2 2 + Sij3 2 + ... + Sijn2 Dimana,
HI
= Indeks Herfindahl
Si
= Pangsa pasar negara ke-i dalam perdagangan teh dunia
n
= Jumlah negara yang terlibat dalam perdagangan teh dunia
Concentration Ratio yang digunakan adalah untuk mengukur persentase pangsa pasar yang dipegang oleh (dikonsentrasikan dalam) empat (CR4) negara produsen teh terbesar di pasar internasional. Rasio konsentrasi pasar (CR4) di rumuskan sebagai berikut:
CR4 = Sij1 + Sij2 + Sij3 + Sij4 Dimana, CR4
= Nilai konsentrasi pasar 4 produsen teh terbesar di pasar internasional
Sij
= Pangsa pasar teh negara i di pasar internasional
49
Rasio konsentrasi yang rendah berarti pasar teh di pasar internasional cenderung terdiri dari banyak negara produsen dan pesaing cenderung tajam. Ketika rasio konsentrasi tinggi maka negara-negara produsen teh terbesar mendominasi dan cenderung berpotensi berperan dalam penetuan harga dan laba ekonomi. Didasarkan pada analisa standar dalam ekonomi industri, bahwa struktur dikatakan berbentuk oligopoli bila empat negara produsen terbesar menguasai minimal 40 persen pangsa pasar penjualan dari industri yang bersangkutan (CR4 = 40 %). Apabila kekuatan keempat produsen tersebut dianggap sama, maka pangsa penjualan atau produksi masing-masing produsen adalah 10 persen dari nilai penjualan atau produksi suatu industri. Apabila penguasaan pasar oleh sepuluh produsen atau kurang dalam suatu industri merupakan batas minimum suatu industri berbentuk oligopolistik, maka terdapat kecenderungan peningkatan derajat penguasaan pasar dari tahun ke tahun. Sejalan dengan peningkatan derajat penguasaan pasar tersebut, beberapa subsektor industri telah beralih dari struktur persaingan dengan oligopolistik. Semakin sedikit jumlah produsen yang dominan dalam suatu industri (1/Herfindahl Index semakin kecil) maka struktur industri semakin terkonsentrasi. Nilai Herfindahl Index ini berkisar antara 0 hingga 1 ( atau 10.000 yang merupakan kuadrat dari 100 %). Jika nilai Herfindahl Index mendekati 0 berarti struktur pasar industri yang bersangkutan cenderung ke pasar persaingan (competitive market), sementara jika indeks bernilai lebih dari 1 ( atau 10.000) maka stuktur pasar industri tersebut cenderung bersifat monopoli. Semakin cenderung pasar ke arah monopoli maka semakin tinggi konsentrasinya.
50
Herfindahl Index akan semakin berarti jika diketahui nilai 1/ Herfindahl Index (1/H2) yang mencerminkan jumlah perusahaan yang menguasai suatu industri ( Swaranindita, 2005). Struktur pasar juga dapat diklarifikasikan berdasarkan rasio konsentrasinya yang dapat dirumuskan dari dua alat ukur yaitu HI dan CR4 sebagai berikut8 : -
Konsentrasi pasar yang tinggi dicirikan dengan nilai CR4 yang berkisar antara 80 hingga 100 persen, sedangkan kisaran nilai HI yaitu antara 1800 hingga 10000. Bentuk pasar yang mungkin untuk tingkat konsentrasi tinggi adalah monopoli atau sedikit monopoli yang cenderung oligopoli.
-
Konsentrasi pasar sedang dicirikan dengan nilai CR4 antara 50 hingga 80 persen dan nilai HI yang berkisar antara 1000 hingga 1800. Bentuk pasar untuk tingkat konsentrasi sedang adalah lebih banyak oligopoli.
-
Konsentrasi pasar rendah dicirikan dengan nilai CR4 antara 0 dan 50 persen dan HI antara 0 dan 1000. Bentuk pasar yang sangat ekstrim adalah persaingan sempurna, namun sekurang-kurangnya adalah persaingan monopolistik. Bahkan dapat dimungkinkan pasar dengan sedikit oligopoli. Nilai CR semakin banyak digunakan adalah CR4 dan CR8 menunjukkan
persentase output pasar yang dihasilkan oleh empat atau delapan produsen terbesar dalam industri. Semakin besar nilai rasio konsentrasi menunjukkan bahwa industri tersebut semakin terkonsentrasi dan semakin sedikit jumlah produsen yang berada di pasaran, sedangkan semakin rendah rasio konsentrasi menunjukkan konsentrasi pasar yang rendah, persaingan yang lebih ketat dikarenakan tidak ada produsen secara signifikan menguasai pasar. Dengan
8
http://www.quickmba.com, 16 Mei 2007
51
mengetahui nilai indeks Herfindahl dan rasio konsentrasi empat produsen terbesar ini maka industri teh nasional secara tidak langsung dapat mengetahui konsentrasi industri dan struktur pasar persaingan dimana Indonesia dan negara-negara produsen teh lainnya bersaing, serta menyesuaikan strategi kompetitif yang akan digunakan. Tipe struktur pasar selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 11. Tipe Pasar mulai dari Monopoli Murni sampai dengan Persaingan Murni Tipe Pasar Monopoli Murni Perusahaan yang dominan
Kondisi Utama Suatu negara memiliki 100 persen dari pangsa pasar Suatu negara memiliki 50-100 persen dari pangsa pasar dan tanpa pesaing yang kuat Oligopoli Ketat Penggabungan empat negara terkemuka yang memiliki pangsa pasar 60-100 persen. Kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga relatif mudah Oligopoli Longgar Penggabungan empat negara terkemuka yang memiliki pangsa pasar 40 persen atau kurang dari pangsa pasar. Kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga sebenarnya tidak mungkin Persaingan Monopolistik Banyak pesaing yang efektif, tidak satupun yang memiliki lebih dari 10 persen pangsa pasar Persaingan Murni Lebih dari 50 pesaing yang mana tidak satupun memiliki pangsa pasar yang berarti Sumber: Wihana K. Jaya, Ekonomi Industri, 2001
4.2.2 Analisis Keunggulan Komparatif Menurut Tambunan (2001), keunggulan komparatif dapat diukur salah satunya dengan menggunakan Balassa’s Revealed Comparative Advantage Index yang membandingkan pangsa pasar ekspor sektor tertentu tersebut di pasar dunia. Tujuan penggunaan indeks RCA dalam penelitian adalah untuk mengetahui posisi komparatif Indonesia diantara negara-negara produsen teh lainnya di pasar teh internasional. Selain itu, indeks ini bermanfaat untuk mengukur daya saing industri suatu negara, apakah industri tersebut cukup tangguh bersaing di pasar internasional atau tidak dapat diketahui secara kuantitatif dengan menggunakan indeks ini. Indeks RCA dirumuskan sebagai berikut :
52
RCA = Dimana,
[ Xij / Xj ] [ Xiw / Xw]
Xij
= Nilai ekspor sektor i negara j
Xj
= Total ekspor dari negara j
Xiw
= Total ekspor dunia dari sektor i
Xw
= Total ekspor dunia
Bila suatu negara memiliki nilai RCA lebih besar dari 1, maka dapat dikatakan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produk yang terkait dan berdaya saing kuat. Apabila nilai RCA kurang dari 1 mengindikasikan kerugian komparatif dalam produk terkait dengan kata lain menunjukkan daya saing yang lemah. Semakin tinggi nilai RCAnya maka semakin tangguh daya saingnya. Keuntungan dari menggunakan RCA Indeks adalah bahwa indeks ini memepertimbangkan keuntungan intrinsik komoditi ekspor tertentu secara konsisten dengan perubahan di dalam suatu ekonomi produktivitas dan faktor anugerah relatif. Namun indeks ini memiliki kelemahan dalam mengukur keunggulan komparatif dari kinerja ekspor didasarkan pada asumsi adanya persaingan bebas antar negara dan produk yang homogen untuk diperbandingkan. Indeks ini mengesampingkan pentingnya permintaan domestik, ukuran pasar domestik dan perkembangannya. Maka selain analisa RCA juga digunakan model berlian Porter untuk melihat kondisi sektor teh di dalam negeri khususnya Indonesia yang berkaitan dengan keunggulan kompetitifnya.
53
4.2.3 Analisis Keunggulan Kompetitif Michael Porter (1990), mengemukakan bahwa tidak ditemukan korelasi positif antara keunggulan keberlimpahan sumberdaya alam dan banyaknya tenaga kerja di suatu negara untuk dijadikan keunggulan bersaing dalam perdagangan internasional. Keunggulan kompetitif suatu negara ditentukan oleh empat faktor yang harus dipunyai suatu negara untuk bersaing secara global. Keempat faktor tersebut adalah faktor-faktor produksi (factor condition), keadaan permintaan dan tuntutan mutu (demand condition), industri terkait dan pendukung yang kompetitif (related supporting industry) dan juga faktor struktur, strategi serta persaingan perusahaan. Selain keempat faktor penentu tersebut ditambah juga oleh faktor eksternal
yaitu
sistem
pemerintahan
(government)
dan
kesempatan
(chance events). Secara bersama faktor-faktor ini membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing yang disebut model berlian daya saing internasional. Data-data yang dibutuhkan untuk menganalisis dengan model Porter ini adalah data produksi, ekspor, luas areal, produktivitas, konsumsi teh perkapita dalam dan luar negeri, perkembangan teknologi yang terkait dengan komoditi teh, kebijakan pemerintah serta data lainnya yang terkait dengan perkembangan komoditi teh di Indonesia. Tahapan yang dilakukan adalah dengan melakukan pengkajian potensi, kendala dan peluang teh. Ketentuan tinggi atau rendahnya faktor yang terdapat pada metode analisis Berlian Porter mengacu pada perbandingan antara kondisi faktor-faktor di Indonesia dengan kondisi faktorfaktor yang sama di negara pesaing utama teh lainnya.