IV. 4.1.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Serambi Botani yang berlokasi di lantai dasar
GF 14-15 mall Botani Square, Jalan Raya Padjajaran, Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Serambi Botani merupakan salah satu tempat beras analog akan dipasarkan. Selain itu, adanya kecenderungan bahwa konsumen Serambi Botani merupakan konsumen yang sadar akan kesehatan dan lingkungan, sehingga menjadi peluang yang besar bagi konsumen Serambi Botani untuk bersedia membayar beras analog. Pengambilan data responden dilakukan pada bulan Juli 2012 sebelum launching beras analog diadakan di Serambi Botani. 4.2.
Metode Penentuan Sampel Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode non-probability sampling technique, dimana tidak semua anggota populasi pengunjung Serambi Botani mempunyai peluang atau kemungkinan yang sama untuk menjadi responden. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan menggunakan
metode
convenience
sampling
dimana
responden
dipilih
berdasarkan kemudahan atau kenyamanan mendapatkannya. Dengan kata lain sampel diambil atau dipilih karena ada di tempat dan waktu yang tepat. Sampel yang diambil untuk dijadikan responden pada penelitian ini dipilih dari konsumen atau pengunjung Serambi Botani yang bersedia dijadikan responden. Responden tersebut telah lulus tahap screening terlebih dahulu. Screening terhadap konsumen yang akan dijadikan responden yaitu responden yang berusia lebih atau sama dengan 16 tahun karena menurut Sumarwan (2004), konsumen yang berusia pada umur tersebut dikatakan telah memiliki pola pemikiran yang lebih matang dibandingkan dengan usia dibawahnya. Selain itu, pengunjung yang akan dijadikan responden tersebut peduli terhadap diversifikasi pangan, dengan harapan agar didapat hasil yang sesuai. Apabila pengunjung Serambi Botani adalah rombongan keluarga, maka yang berhak mengisi kuesioner adalah satu orang saja, yaitu kepala keluarga sebagai pembuat keputusan pembelian dalam keluarga atau siapa saja yang telah berusia 16 tahun atau lebih. Hal ini dilakukan
agar jawaban dalam kuesioner tidak saling mempengaruhi. Jika pengunjung adalah rombongan teman maka yang berhak mengisi kuesioner adalah salah satu atau seluruhnya jika bersedia, namun responden harus berusia 16 tahun atau lebih dan antar responden tidak saling mempengaruhi jawaban kuesioner. Dalam pengukuran WTP, responden yang relevan adalah seseorang yang tidak memiliki hak atas barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam tersebut. Oleh karena itu, pengunjung yang belum pernah mengonsumsi beras analog merupakan pilihan yang tepat untuk dijadikan responden. Pengunjung yang bersedia menjadi responden dijelaskan terlebih dahulu apa itu beras analog, apa perbedaannya dengan beras konvensional, dan apa saja manfaat yang didapat dari mengonsumsi beras analog tersebut. Hal ini dimaksudkan agar menghindari jawaban yang bias dan diharapkan konsumen yang tadinya tidak mengetahui beras analog menjadi tahu dan bersedia membeli beras analog. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 responden. 4.3.
Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian secara deskriptif. Metode
deskriptif dilakukan dengan pencarian fakta dan interpretasi terhadap sifat-sifat dari beberapa fenomena (Nazir 2009). Tujuan utama dari penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan sesuatu yang biasanya karakteristik atau fungsi pasar, misalnya (Sumarwan et al. 2011): 1.
Untuk menggambarkan karakteristik kelompok-kelompok yang relevan, seperti konsumen, tenaga penjualan, organisasi, atau daerah pasar.
2.
Untuk memperkirakan persentase unit-unit dalam populasi tertentu, menunjukkan perilaku tertentu.
3.
Untuk menentukan persepsi karakteristik produk.
4.
Untuk menentukan sejauh mana variabel pemasaran yang terkait.
5.
Untuk membuat prediksi spesifik. Jenis penelitian deskriptif yang digunakan adalah metode survei yang
berupa sampel. Metode survei digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara fakta mengenai karakteristik konsumen beras analog dan willingness to pay konsumen terhadap beras analog. 32
4.4.
Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan (observasi) di lapangan, wawancara langsung dengan pihak Serambi Botani dan pihak F-Technopark Fakultas Teknik Pertanian Institut Pertanian Bogor serta diperoleh dari hasil kuesioner mengenai karakteristik dan nilai willingness to pay responden beras analog. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur berbagai buku, artikel, internet dan instansi terkait seperti, Badan Pusat Statistik, Kementrian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, Perpustakaan Lembaga Swadaya Informasi IPB, Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, dan sumber lainnya yang mendukung topik penelitian. Instrumentasi atau alat pengumpul yang digunakan berupa kuesioner. 4.5.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei. Metode
survei adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan instrumen untuk meminta tanggapan dari responden. Umumnya instrumen yang digunakan dalam metode survei adalah kuesioner. Kuesioner yang dibuat berbentuk pertanyaan tertutup, semi terbuka, dan terbuka yang diberikan kepada pengunjung Serambi Botani. Pertanyaan tertutup berisi pertanyaan yang alternatif jawabannya telah disediakan, sehingga responden hanya memilih salah satu alternatif jawaban yang menurutnya paling sesuai. Pertanyaan semi terbuka adalah pertanyaan yang selain memberikan alternatif jawaban juga menyediakan tempat menjawab secara bebas jika jawaban responden ada di luar pilihan yang tersedia. Sedangkan pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memberikan kebebasan responden untuk menjawab. Penyebaran kuesioner dilakukan setiap hari, baik itu pada hari kerja (Senin-Jumat) ataupun hari libur (Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional). Waktu penyebaran kuesioner adalah sepanjang jam operasional gerai Serambi Botani Bogor (10.00-21.00 WIB). Pemilihan waktu tersebut dimaksudkan agar seluruh populasi konsumen terwakili pada siang hari maupun pada malam hari, baik yang mengunjungi Serambi Botani pada hari kerja maupun pada hari libur, sehingga
33
diharapkan hasil yang diperoleh merupakan kesimpulan dari keseluruhan populasi di Serambi Botani. 4.6.
Metode Pengolahan Data Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif seperti karakteristik responden, digunakan untuk data-data yang diolah secara deskriptif yaitu menggunakan Microsoft Excel 2007. Analisis data kuantitatif digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik responden dengan kesediaan membayar beras analog dengan uji Chi-Square, mengestimasi nilai WTP beras analog menggunakan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM). Selain itu juga dilakukan analisis regresi berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP beras analog tersebut. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, SPSS 16.0, dan Minitab 16. 4.6.1. Uji Chi-Square Uji Chi-Square digunakan untuk melihat apakah dua variabel (X dan Y) yang berupa kategorik, berkorelasi signifikan di populasinya berdasarkan data sampel yang dimiliki (Harmini 2009). Data sampel disajikan dalam bentuk tabulasi silang yang berukuran b baris dan k kolom. Untuk menyimpulkannya, dilakukan melalui uji hipotesis sebagai berikut: H0
= Kedua variabel tidak berkorelasi
H1
= Kedua variabel berkorelasi
Hipotesis statistik tersebut diuji melalui statistik uji: π
π
2
βππ‘
π
= π=1 π =1
πππ β πΈππ πΈππ
2
Keterangan : b
= Banyak kategori variabel X (baris)
k
= Banyak kategori variabel Y (kolom)
N
= Ukuran sampel
πππ
= Banyak objek di baris ke-i kolom ke-j (sel ke-ij) pada data sampel
ππ
= Banyak objek pada baris ke-i
34
ππ
= Banyak objek pada kolom ke-i
πΈππ
= Frekuensi harapan di bawah H0 pada sel ke-ij =
ππ ππ π
Statistik π 2 βππ‘ menyebar mengikuti sebaran Chi-Square (π 2 ) dengan derajat bebas (df) sebesar (b-1)(k-1). Pada output SPSS, tersaji informasi Asymp.Sig (2-sided), yakni besarnya peluang sebaran π 2 ππ = πβ1
(πβ1)
yang lebih
besar dari π 2 βππ‘ . Untuk taraf nyata πΌ dan (df) = (b-1)(k-1), dari tabel Chi-Square diperoleh nilai π 2 πΌ
ππ = πβ1 (πβ1)
. Apabila nilai π 2 βππ‘ > π 2 πΌ
ππ = πβ1 (πβ1)
, atau
Asymp.Sig(2-sided) < πΌ maka disimpulkan tolak H0. Artinya, kedua variabel berkorelasi signifikan pada taraf nyata πΌ. Pada penelitian ini, uji Chi-Square dilakukan untuk melihat korelasi antara karakteristik responden dengan kesediaan membayar beras analog. Adapun hipotesis yang digunakan: H0
= Tidak terdapat hubungan antara karakteristik responden dengan kesediaan membayar beras analog
H1
= Terdapat hubungan antara karakteristik responden dengan kesediaan membayar beras analog Karakteristik responden yang akan diuji terdiri dari jenis kelamin, usia,
status pernikahan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Kriteria uji digunakan dengan melihat nilai Asymp.Sig(2-sided) dengan taraf nyata (Ξ±)=5%. Adapun kriteria uji yang digunakan sebagai berikut: a.
Tolak H0 = Asymp.Sig(2-sided) < Ξ±, maka terdapat hubungan antara karakteristik responden yang diuji dengan kesediaan membayar beras analog.
b.
Terima H0 = Asymp.Sig(2-sided) > Ξ±, maka tidak terdapat hubungan antara karakteristik responden yang diuji dengan kesediaan membayar beras analog.
4.6.2. Analisis Willingness to Pay Beras Analog Analisis Willingness to Pay beras analog dalam penelitian ini menggunakan pendekatan metode Contingent Valuation Method (CVM). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang menanyakan secara langsung kepada pengunjung Serambi Botani berapa besarnya nilai maksimum yang bersedia dibayarkan untuk beras analog. Adapun tahapan yang dilakukan sebagai berikut: 1.
Membuat Hipotesis Pasar 35
Dalam penelitian ini pasar hipotesis dibentuk atas dasar isu ketahanan pangan, yaitu suatu pasar yang menawarkan alternatif pangan sebagai upaya diversifikasi pangan. Responden sebelumnya telah menjawab pertanyaanpertanyaan mengenai identitas responden dan responden juga ditanyakan mengenai konsumsi beras konvensional, kepedulian terhadap diversifikasi pangan, preferensi pangan sumber karbohidrat, dan pengetahuan beras analog. Untuk membentuk pasar hipotesis, terlebih dahulu responden diminta untuk mendengarkan atau membaca suatu pernyataan dimana beras analog berpotensi sebagai alternatif pangan pokok masyarakat, sehingga berperan dalam perbaikan lingkungan yaitu penyuksesan program diversifikasi pangan. Pasar hipotesis dibuat dengan skenario sebagai berikut: Jika dengan adanya isu ketahanan pangan mengakibatkan Anda peduli terhadap diversifikasi pangan dan ingin mengurangi konsumsi beras, Anda diberikan solusi dengan adanya Beras Analog yang diproduksi oleh FTechnopark Fateta IPB dan akan dipasarkan di Serambi Botani, Botani Square, Bogor. Beras analog merupakan alternatif pangan berbahan baku tepung pangan lokal yang didesain menyerupai bentuk beras sehingga tidak mengubah kebiasaan masyarakat yang terbiasa mengonsumsi beras konvensional. Beras analog ini tidak hanya aman untuk dikonsumsi, namun juga terbukti lebih sehat karena memilki Indeks Glikemik yang lebih rendah dan juga dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan gizi seperti menaikkan kadar protein, serat, dan antioksidan dengan menyesuaikan bahan baku. Selain itu, beras analog dibuat dari bahan pangan lokal sehingga dapat meningkatkan kearifan pangan lokal. Dari segi penyajiannya, beras analog lebih praktis karena pada saat memasak tidak perlu dicuci terlebih dahulu seperti beras konvensional. Pengonsumsian beras analog bertujuan dapat menurunkan konsumsi beras yang pada akhirnya berperan dalam perbaikan lingkungan yaitu mendukung program diversifikasi pangan. Oleh karena itu, Serambi Botani ingin mengetahui kesediaan masyarakat untuk membayar beras analog sesuai dengan manfaat yang dimiliki jika mengonsumsi beras analog tersebut. Bersediakah atau tidak Anda untuk membayar beras
36
analog dengan harga Rp 20.000,00 per 800 gram? Berapa besar biaya maksimum yang bersedia Anda bayarkan untuk beras analog tersebut? 2.
Mendapatkan Nilai Lelang (Bids) Tahap ini dilakukan melalui survei langsung dengan menggunakan kuesioner. Tujuan dari survei ini adalah untuk mendapatkan nilai maksimum yang ingin dibayarkan (Willingness to Pay) responden terhadap beras analog. Nilai lelang ini didapatkan dengan teknik permainan lelang (bidding game) dimana responden diberi pertanyaan berulang-ulang tentang keinginan membayar beras analog sejumlah harga tertentu. Nilai awal (starting point) yang diambil dalam permainan lelang ini yaitu nilai (harga) yang akan ditetapkan jika beras analog sudah dipasarkan di serambi Botani dengan harga Rp. 20.000,00 per 800 gram. Setelah itu, dilihat respon yang diberikan responden, jika responden merasa tidak bersedia dengan harga tersebut, nilai (harga) bisa diturunkan sampai nilai (harga) tertentu disepakati, begitu juga sebaliknya.
3.
Menghitung Rataan WTP Nilai ini dihitung berdasarkan nilai lelang yang diperoleh pada tahap sebelumnya. Dugaan rataan WTP dapat dihitung dengan rumus: π
πΈπππ =
ππ. πππ π=0
Keterangan :
4.
EWTP
= Dugaan nilai rataan WTP (Rp)
Wi
= Nilai WTP ke-i (Rp)
Pfi
= Frekuensi relatif kelas WTP ke-i
n
= jumlah kelas WTP
i
= responden ke-i (i = 1,2,β¦,n)
Memperkirakan Kurva Lelang (Bid Curve) Kurva lelang (bid curve) diperoleh dengan meregresikan WTP sebagai variabel tidak bebas (dependent variable) dengan beberapa variabel bebas (independent variable). Pada penelitian ini, kurva lelang WTP beras analog didapatkan dengan persamaan:
37
WTP = f (JK, USIA, PDDKN, PNKHN,JAK, PKRJN, PDPTN, KONV, DIVER, KARBO, ANLG) Keterangan : WTP
= Nilai WTP responden
JK
= Jenis kelamin
USIA
= Usia
PDDKN = Tingkat pendidikan PNKHN = Status pernikahan JAK
= Jumlah anggota keluarga
PKRJN = Pekerjaan PDPTN = Pendapatan per bulan KONV = Konsumsi beras konvensional DIVER = Tingkat kepedulian diversifikasi pangan KARBO = Preferensi konsumsi pangan sumber karbohidrat ANLG = Pengetahuan mengenai beras analog 5.
Mengagregatkan Data Proses ini melibatkan konversi data rataan sampel ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk mengonversi ini adalah mengalikan rataan sampel dengan jumlah rumah tangga dalam populasi. TWTP = EWTP.Ni Keterangan : TWTP
= Total WTP (Rp)
EWTP
= Dugaan atau rataan WTP (Rp)
Ni
= Populasi (orang)
4.6.3. Analisis Regresi Berganda Seringkali ditemui suatu permasalahan bisnis, yang dalam pendekatannya melibatkan lebih dari dua variabel, dengan hubungan yang bersifat kausal. Pada dasarnya,
analisis
regresi
berganda
merupakan
suatu
teknik
untuk
merepresentasikan pola hubungan fungsional satu variabel dependent (metrik), yang dipengaruhi oleh lebih dari satu variabel independent (metrik), dalam suatu model matematis. Data sampel digunakan sebagai basis untuk membangun model dugaan. Pola hubungan pada data sampel akan direpresentasikan ke dalam model 38
dugaan, sehingga akurasinya antara lain ditentukan oleh tingkat kesesuaian antara model dugaan dengan pola hubungan dalam data sampel. Bila pola hubungan dalam data sampel linier maka direpresentasikan dalam model regresi linier, sebaliknya, bila pola hubungan nonlinier maka direpresentasikan dalam model regresi nonlinier. Bentuk umum rumusan model strategi: ππ = π½0 +
π½π ππ + ππ
Keterangan : Yi
= Peubah tidak bebas, dengan i = 1,2,β¦,n (sampel)
π½0
= Intersep (konstanta)
π½π
= Parameter penduga bagi ππ (koefisien regresi dari variabel bebas)
ππ
= Variabel bebas ke-n dengan n= 1,2,β¦., n
ππ
= Error (galat) Pendugaan model tersebut dilakukan dengan menggunakan metode
kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square). Oleh karena itu, kelayakan model tersebut akan diuji berdasarkan asumsi OLS melalui pemeriksaan sisaan. Sisaan adalah menyimpangnya nilai amatan yi terhadap dugaan nilai harapannya (ππ = π¦π β π¦π ). Nilai sisaan dapat mengetahui asumsi-asumsi yang disyaratkan pada pendugaan dengan metode OLS dipenuhi atau tidak. Beberapa asumsi yang mendasari model tersebut adalah uji multikolinieritas, asumsi kenormalan sisaan, kehomogenan sisaan, dan kebebasan sisaan. Apabila asumsi tersebut dapat terpenuhi maka koefisien regresi (parameter) yang diperoleh merupakan penduga tak bias linear terbaik (BLUE: Best Linear Unbiased Estimator). Sebuah model dinyatakan terbebas dari masalah multikolinearitas apabila memiliki nilai VIF (Variance Inflation Factor) di bawah 10. Asumsi normalitas mengharuskan nilai residual dalam model menyebar atau terdistribusi secara normal. Untuk mengetahuinya dilakukan uji grafis normalitas residu dengan memplotkan nilai standar residual dengan probabilitasnya pada tes normal. Jika pada normal probability plot titik-titik residual yang ada tergambar mengikuti garis linier, maka dapat disimpulkan bahwa model terdistribusi secara normal. Kehomogenan sisaan berarti bahwa nilai-nilai bervariasi dalam satuan yang sama. Pengujian ini dapat menggunakan uji grafis residu yang melihat pada plot versus fit setiap sisaan memiliki lebar pita yang sama serta mendekati nol, maka asumsi 39
kehomogenan sisaan terpenuhi. Untuk menguji asumsi kebebasan sisaan dapat dilihat apakah tebaran berpola atau tidak. Jika pada plot versus order menunjukkan bahwa setiap plot sisaan tidak membentuk pola, maka asumsi kebebasan sisaan terpenuhi. Setelah diuji dan terbukti memenuhi asumsi-asumsi tersebut, maka dilanjutkan dengan melakukan regresi untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP untuk beras analog di Serambi Botani. Variabel bebas (independent) yang diduga mempengaruhi nilai WTP yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu karakteristik demografi responden seperti jenis kelamin, usia, status pernikahan, jumlah anggota keluarga, lama pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Selain itu, variabel independent lainnya yang diduga berpengaruh adalah konsumsi beras konvensional, tingkat kepedulian terhadap diversifikasi pangan, preferensi konsumen dalam mengonsumsi pangan sumber karbohidrat, dan pengetahuan mengenai beras analog. Pendugaan faktor tersebut berdasarkan pada observasi langsung keadaan yang sedang terjadi dan wawancara yang dilakukan dengan pihak Serambi Botani. Adapun model dugaan analisis regresi linier berganda yang digunakan pada penelitian ini, yaitu: πππ = π0 + π1 π·1 π½πΎπ + π2 πππΌπ΄π + π3 ππ·π·πΎππ + π4 π·2 πππΎπ»ππ + π5 π½π΄πΎπ
+ π6 π·3 ππΎπ
π½ππ + π7 ππ·ππππ + π8 π·4 πΎππππ + π9 π·πΌππΈπ
π + π10 π·5 πΎπ΄π
π΅ππ + π11 π·6 π΄ππΏπΊπ + Ξ΅π Keterangan : WTP
= Nilai WTP beras analog (Rp/800gr)
b0-b11
= Koefisien model
π·1 JK
= Dummy Jenis Kelamin (1=Perempuan; 0=Laki-laki)
USIA
= Usia (1=16-18 tahun; 2=19-24 tahun; 3=25-35 tahun; 4=36-50 tahun; 5=51-65 tahun; 6=lebih dari 65 tahun)
PDDKN
= Lama Pendidikan (Tahun)
π·2 PNKHN = Dummy Status Pernikahan (Sudah menikah=1; Belum menikah=0) JAK
= Jumlah anggota keluarga (orang)
π·3 PKRJN
= Dummy pekerjaan (1=Pegawai; 0=Non Pegawai)
PDPTN
= Pendapatan per bulan (1=kurang dari Rp 500.000; 2=Rp 500.000βRp 1.499.999; 3=Rp 1.500.000-Rp 2.499.999; 4=Rp
40
2.500.000βRp 3.499.999; 5=Rp 3.500.000βRp 4.500.000; 6=lebih dari Rp 4.500.000) π·4 KONV
= Dummy konsumsi beras konvensional (1=tidak mengonsumsi beras konvensional setiap hari; 0=mengonsumsi beras konvensional setiap hari)
DIVER
= Tingkat kepedulian terhadap diversifikasi pangan (3=Sangat Peduli; 2=Peduli; 1=Cukup Peduli)
π·5 KARBO = Dummy
preferensi
pangan
sumber
karbohidrat
(1=untuk
responden yang lebih memilih mengonsumsi pangan sumber karbohidrat berbahan baku lokal; 0=untuk responden yang lebih memilih pangan sumber karbohidrat berbahan baku impor) π·6 ANLG
= Dummy pengetahuan beras analog (1=mengetahui beras analog sebelumnya; 0=tidak mengetahui beras analog sebelumnya)
i
= Responden ke-i
Ξ΅
= Galat (error) Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai jawaban sementara
terhadap
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
nilai
kesediaan
membayar
(Willingness to Pay) beras analog, yaitu: 1.
Jenis kelamin perempuan diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai kesediaan membayar (Willingness to Pay) beras analog di Serambi Botani karena jenis kelamin perempuan cenderung lebih konsumtif dibanding laki-laki. Selain itu, umumnya perempuan memiliki andil yang besar dalam keputusan pembelian (pembayaran) pangan pokok, seperti beras analog sehingga perempuan diduga akan meningkatkan nilai WTP beras analog yang diberikan.
2.
Usia diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai kesediaan membayar beras analog karena diduga semakin bertambah usia maka kebutuhan akan pangan yang lebih sehat semakin dibutuhkan, sehingga akan meningkatkan nilai WTP beras analog.
3.
Lama pendidikan diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP beras analog karena tingkat pendidikan yang telah ditempuh responden mempengaruhi pola pikir terhadap makanan yang akan dikonsumsinya. 41
Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi lebih mengetahui makanan mana yang lebih baik untuk dikonsumsi sehingga menyebabkan seseorang tersebut lebih selektif dalam pemilihan konsumsi pangannya sehari-hari. Jadi, semakin lama seseorng menempuh pendidikan diduga akan semakin meningkatkan nilai WTP beras analog yang diberikan 4.
Responden yang sudah menikah diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP beras analog karena diduga responden yang sudah menikah dan berkeluarga lebih memilih untuk mengonsumsi pangan yang lebih sehat untuk keluarganya.
5.
Jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai WTP yang diberikan. Semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin akan mengurangi nilai WTP yang diberikan. Hal ini dikarenakan keluarga tersebut bertanggung
jawab
dalam
pemenuhan
konsumsi
seluruh
anggota
keluarganya. 6.
Pekerjaan yang dimiliki responden, terutama pegawai diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan membayar beras analog karena diduga responden yang berprofesi sebagai pegawai cenderung memiliki pendapatan yang lebih banyak dan akan meningkatkan nilai WTP beras analog yang diberikan.
7.
Pendapatan responden diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP beras analog. Hal ini diduga karena semakin tinggi pendapatan responden akan meningkatkan daya beli terhadap suatu produk, sehingga akan meningkatkan nilai WTP beras analog yang diberikan.
8.
Responden yang tidak mengonsumsi beras konvensional setiap hari diduga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP yang diberikan. Hal ini dikarenakan jika seseorang yang sudah terbiasa menyelingi konsumsi pangannya setiap hari dengan pangan alternatif lainnya, diduga akan responsif terhadap pangan alternatif seperti beras analog dan akan meningkatkan nilai WTP yang diberikan.
9.
Tingkat kepedulian terhadap diversifikasi pangan diduga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP yang diberikan. Semakin
42
seseorang peduli terhadap diversifikasi pangan akan semakin meningkatkan nilai WTP beras analog yang diberikan. 10. Responden yang mengonsumsi pangan sumber karbohidrat berbahan baku lokal diduga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP yang diberikan. Seseorang yang lebih memilih untuk mengonsumsi pangan berbahan baku lokal diduga akan meningkatkan nilai WTP beras analog yang diberikan karena karakteristik beras analog yang dibuat dari tepung berbahan baku lokal. 11. Responden yang telah mengetahui beras analog sebelumnya, diduga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP yang diberikan. Apabila seseorang telah mengetahui produk beras analog sebelumnya diduga akan meningkatkan nilai WTP yang diberikan dikarenakan seseorang tersebut telah memiliki gambaran mengenai karakteristik maupun fungsi beras analog. Model regresi yang dianalisis membutuhkan pengujian terhadap hipotesishipotesis yang dilakukan. Pengujian hipotesis secara statistik bertujuan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh peubah-peubah bebas yang dipilih terhadap peubah tidak bebas yang diteliti. Adapun pengujian yang dilakukan, antara lain: 1.
Pengujian terhadap model penduga Pengujian ini untuk mengetahui apakah faktor yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP beras analog. Hipotesis: H0 : b1 = b2 = . . . = bi = 0 H1 : minimal ada salah satu dari bi ada yang β 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji F. Kriteria uji digunakan dengan melihat nilai P-value, dengan kriteria sebagai berikut: a. Tolak H0 = P-value < Ξ±, maka secara bersama-sama variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap nilai WTP beras analog. b. Terima H0 = P-value > Ξ±, maka variabel yang digunakan secara bersamasama tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP beras analog. Selain itu dihitung besarnya koefsien determinasi yang merupakan suatu nilai statistik yang dapat digunakan untuk mengukur ketepatan/kecocokan suatu
43
garis regresi serta dapat pula digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas (X) terhadap variasi variabel (Y) dari suatu persamaan regresi. Dalam Hanley dan Spash (1993), Mitchell dan Carson (1989) merekomendasikan 15% atau 0,15 sebagai batas minimum dari R 2 yang realibel. Apabila nilai R2 yang diperoleh lebih kecil dari 0,15 maka penggunaan CVM ini tidak realibel, sedangkan nilai R2 yang tinggi atau lebih besar dari 0,15 menunjukkan tingkat reabilitas yang baik dalam penggunaan CVM. 2.
Pengujian untuk masing-masing parameter Pengujian untuk masing-masing parameter yaitu dengan uji-t yang menguji secara statistik bagaimana pengaruh nyata dari setiap parameter bebas (X) yang digunakan secara terpisah terhadap parameter tidak bebas (Y). Hipotesis pengujian secara statistik adalah sebagai berikut: Hipotesis: H0 : bi = 0 H1 : bi β 0 Kriteria uji digunakan dengan melihat nilai P-value, dengan kriteria sebagai berikut: a.
Tolak H0 = P-value < Ξ±, maka variabel yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.
b.
Terima H0 = P-value > Ξ±, maka variabel yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.
44