IV. METODE PENELITIAN 4.1.
Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Karehkel yang berada di wilayah
Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Objek penelitian ini adalah Gapoktan Pandan Wangi yang berada di Desa Karehkel. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Pemilihan lokasi penelitian didasari oleh adanya pertimbangan bahwa Gapoktan Pandan Wangi memiliki rencana untuk mengembangkan usahatani terpadu antara sayuran organik-hewan ternak. Keberadaan usahatani terpadu antara komoditas hortikultura-hewan ternak masih sangat jarang dilakukan Indonesia karena sebagian besar program pertanian terpadu yang diterapkan pemerintah hanya melibatkan usahatani tanaman panganhewan ternak. Oleh karena itu rencana pembangunan pertanian terpadu sayuran organik-hewan ternak di Desa Karehkel memerlukan penelitian secara khusus sehingga dapat
membantu Gapoktan Pandan Wangi dalam melakukan
perencanaan secara tepat. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2010. 4.2.
Penentuan Responden Responden dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi beberapa
golongan yakni responden untuk aktivitas usahatani sayuran organik, aktivitas ternak domba, aktivitas ternak kelinci, dan aktivitas memproduksi pupuk bokashi. Responden setiap aktivitas usaha tersebut dipilih secara purposive sehingga dapat memberikan gambaran yang mendekati kondisi aktual pengusahaan masingmasing aktivitas usahatani.. Petani sayuran yang menjadi responden adalah petani sayuran yang telah memiliki pengalaman budidaya sayuran organik minimal selama enam bulan. Jumlah petani organik di Desa Karehkel berjumlah enam orang dan sudah berpengalaman bertani organik lebih dari enam bulan. Petani yang dipilih menjadi responden hanya lima orang petani saja yang dipilih sebagai responden. Hal ini disebabkan karena jenis sayuran organik yang dibudidayakan di Desa Karehkel adalah lima jenis sayuran diantaranya selada, kangkung, caisin, bayam merah, dan bayam hijau. Petani yang paling banyak menanam jenis sayuran organik tertentu pada saat periode penelitian dijadikan sebagai responden.
37
Peternak domba yang dijadikan sebagai responden hanya satu orang peternak. Hal tersebut didasari oleh pengamatan lapangan saat pra penelitian dimana aktivitas ternak domba di Desa Karehkel mayoritas dilakukan dengan karakteristik yang relatif sama. Karakteristik yang dimaksud antara lain pola budidaya yang mayoritas semi intensif, rata-rata kepemilikan domba per peternak yang relatif sama, penggunaan input produksi, dan pakan yang relatif sama. Jumlah responden peternak kelinci juga sebanyak satu orang peternak. Hal ini disebabkan karena karakteristik budidaya yang relatif sama. Peternak kelinci yang dipilih sebagai responden adalah peternak kelinci yang memiliki jumlah kelinci terbanyak sehingga dapat menggambarkan aktivitas beternak kelinci yang mendekati aktual. Aktivitas memproduksi pupuk bokashi di Desa Karehkel masih dilakukan pada skala percobaan atau dalam skala kecil saja. Oleh karena itu responden produsen pupuk bokashi dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa responden tersebut benar-benar menguasai proses pembuatan pupuk bokashi. Responden produsen pupuk bokashi berjumlah satu orang. Aktivitas memproduksi silase di Desa Karehkel bahkan belum ada dan masih belum ada anggota GPW yang mengetahui proses pembuatan silase. Bahkan aktivitas memproduksi silase di Bogor masih sangat sulit untuk ditemui sehingga setiap metode produksi dan kebutuhan bahan baku aktivitas memproduksi silase. 4.3.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan responden dengan menggunakan kuisioner
yang telah disusun
sebelumnya. Data primer meliputi demografi responden, luas lahan usahatani sayuran organik, pola tanam, penggunaan input, tingkat output yang dihasilkan, ketersediaan dan pemakaian tenaga kerja, harga input dan output, serta upah tenaga kerja. Data sekunder merupakan data pelengkap yang bersumber dari literaturliteratur yang relevan. Sumber data sekunder ini dapat berupa publikasi instansiinstansi dan perusahaan seperti Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, BP4K, dan ICDF. Selain itu data sekunder juga dapat diperoleh melalui jurnal, hasil 38
penelitian, internet, dan buku yang dapat dijadikan rujukan terkait dengan permodelan usahatani terpadu tanaman-ternak. Selanjutnya data-data tersebut digunakan sebagai instrumentasi untuk menyusun permodelan usahatani sayuran organik terpadu di Desa Karehkel. 4.4.
Pengolahan dan Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif
digunakan untuk mengolah data primer dan merancang model usahatani sayuran organik terpadu yang tepat di Desa Karehkel. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk mengintepretasikan dan mendeskripsikan hasil analisis kuantitatif yang dihasilkan oleh pendekatan LP. Pemilihan LP sebagai pendekatan untuk membangun model usahatani terpadu sayuran organik-hewan ternak didasari oleh adanya pertimbangan keterbatasan data yang dapat dikumpulkan karena pada kondisi aktual pertanian terpadu masih belum dilaksanakan. Hasil analisis LP yang bersifat normatif telah dapat memberikan informasi yang cukup mengenai kegiatan usahatani yang sebaiknya diintegrasikan, skala usaha pengusahaan masing-masing aktivitas usaha dan alokasi sumberdaya secara optimal sehingga diperoleh keuntungan maksimum. Selain itu hasil analisis optimal model usahatani sayuarn organik juga dapat memberikan informasi mengenai tingkat penggunaan sumberdaya tenaga kerja, tingkat pemanfaatan produk antara yang dihasilkan dan dipergunakan sendiri di dalam desa, serta tingkat penggunaan input pendukung usahatani. Dengan demikian, penggunaan LP telah dapat membantu perencanaan usahatani terpadu sayuran organik-hewan ternak di Desa Karehkel. 4.4.1. Perancangan Model Linear Usahatani Sayuran Organik Terpadu Perancangan MUSOT didasarkan pada koefisien teknis kebutuhan input produksi, tingkat produksi, tingkat harga maupun biaya, dan ketersediaan sumberdaya pada tingkat wilayah yang diperoleh dari data primer maupun data sekunder. Data primer yang diperoleh kemudian diolah terlebih dahulu menggunakan bantuan software Microsoft Excel sehingga dapat memberikan informasi yang mudah dipahami dan sesuai dengan kebutuhan peneliti. Persamaan maupun pertidaksamaan yang dihasilkan dari perancangan MUSOT kemudian diolah dengan LINDO (Linear
Interactive Discrete Optimizer). Pemilihan
39
software LINDO didasarkan pada pertimbangan kemudahan penggunaan dan hasil analisis yang dihasilkan telah cukup memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini serta lebih mudah dipahami. Penyusunan program linear didahului dengan menentukan fungsi tujuan dan fungsi kendala. Besarnya nilai koefisien pada fungsi tujuan dan fungsi kendala serta ketersediaan sumberdaya masing-masing kendala didasarkan pada koefisien teknis setiap aktivitas yang diperoleh dari data primer maupun sekunder. 4.4.1.1.Penerapan Model Usahatani Terpadu Sayuran Organik-Hewan Ternak (MUSOT) Pada dasarnya model yang dibangun dalam penelitian ini adalah model usahatani terpadu antara sayuran organik-hewan ternak. Namun untuk memberikan gambaran mengenai perbandingan penerapan setiap aktivitas usahatani secara tidak terpadu dengan penerapan usahatani secara terpadu maka model yang dibangun diterapkan pada dua kondisi yang berbeda yakni kondisi tidak terintegrasi (SI) dan kondisi terintegrasi (SII). Adanya penerapan model pada dua kondisi yang berbeda dilatarbelakangi oleh adanya tujuan dari penelitian ini
yakni
ingin
memberikan
informasi
mengenai
dampak
ekonomi
penyelenggaraan aktivitas usahatani secara terpadu. Dengan demikian dapat dibandingkan mana yang lebih menguntungkan saat menerapkan pertanian secara terpadu atau pada saat setiap aktivitas usaha dilakukan secara tidak terpadu sehingga pengambil keputusan, dalam hal ini GPW, dapat menentukan keputusan yang tepat dalam pengelolaan aktivitas usahatani di Desa Karehkel. Pada model SI diberikan kendala pemenuhan kebutuhan produk antara sehingga setiap kebutuhan produk antara dalam aktivitas produksi di dalam desa seluruhnya dipenuhi dengan membeli dari luar desa. Berbeda halnya pada model SII dimana kebutuhan produk antara setiap aktivitas produksi di dalam desa dapat dipenuhi dengan tiga alternatif yakni memanfaatkan produk antara yang dihasilkan di dalam desa, membeli produk antara dari luar desa, atau kombinasi keduanya.
40
4.4.1.2.Penentuan Aktivitas dalam Fungsi Tujuan Tujuan dari MUSOT adalah memaksimumkan total keuntungan wilayah dengan adanya penerapan pertanian terpadu. Aktivitas-aktivitas yang dimasukkan dalam fungsi tujuan meliputi komponen penerimaan dan komponen pengeluaran masing-masing aktivitas usaha yang dilibatkan dalam MUSOT yang dibangun. Fungsi tujuan MUSOT ini adalah untuk memaksimumkan total keuntungan wilayah dari aktivitas-aktivitas yang diintegrasikan. 1.
Aktivitas Produksi, antara lain aktivitas memproduksi sayuran selada, kangkung, caisin, bayam merah, bayam hijau, ternak kelinci, ternak domba, silase, dan pupuk bokashi. Aktivitas produksi diukur dengan biaya produksi yang tidak termasuk biaya penggunaan produk antara. Biaya produksi memproduksi sayuran organik adalah seluruh biaya pembelian input kecuali biaya pupuk organik. Biaya produksi ternak domba dan ternak kelinci adalah seluruh biaya kecuali aktivitas mencari maupun membeli pakan hijauan. Pada aktivitas silase, biaya diukur berdasarkan pembelian input-input kecuali pembelian bahan baku hijauan. Biaya produksi pupuk bokashi adalah biaya-biaya selain biaya limbah ternak untuk bahan baku pupuk bokashi. Biaya produk antara tersebut akan dijadikan koefisien pada aktivitas penggunaan produk antara sehingga dapat terlihat tingkat penggunaan produk antara di dalam desa dan keputusan pemenuhan kebutuhan produk antara.
2.
Aktivitas Jual, meliputi aktivitas menjual produk akhir maupun kelebihan produk antara yang dihasilkan di Desa Karehkel. Output dari aktivitas usahatani sayuran organik adalah sayuran segar dan limbah sayuran. Produk yang dihasilkan dari aktivitas ternak yakni dapat berupa daging (domba), anakan (kelinci), dan limbah ternak seperti kotoran dan urin. Aktivitas memproduksi silase dan pupuk bokashi menghasilkan pakan silase dan pupuk bokashi. Kedudukan sebuah produk dapat berperan sebagai produk, produk akhir, maupun keduanya.
3.
Aktivitas Beli, secara garis besar merupakan aktivitas untuk memperoleh produk antara yang dijual pada pasar produk antara yang ada di luar Desa Karehkel. Produk antara yang diperoleh dari aktivitas membeli ini
41
merupakan produk antara yang berasal dari luar desa. Aktivitas beli yang dimaksud antara lain membeli kotoran domba, kotoran kelinci, urin kelinci, pupuk kotoran ayam dari luar desa, dan membeli limbah organik pasar untuk bahan baku hijauan silase. 4.
Aktivitas Sewa Tenaga Kerja, dibedakan menjadi lima jenis yakni setiap aktivitas usaha memiliki aktivitas menyewa tenaga kerja yang berbedabeda. Hal ini disebabkan karena model yang dibangun merupakan model terpadu yang dibangun pada skala wilayah dimana setiap aktivitas usaha dilakukan oleh kelompok yang berbeda-beda sehingga ketersediaan sumberdaya tenaga kerja keluarga akan berbeda dan aktvitas menyewa tenaga kerja akan berbeda-beda pula. Adanya pembedaan aktivitas sewa tenaga kerja dapat berfungsi untuk mengetahui tingkat pemanfaatan dan kemampuan tenaga kerja dalam keluarga memenuhi kebutuhan tenaga kerja aktivitas produksi.
4.4.1.3.Pengukuran Kendala Kendala
yang dimasukkan dalam MUSOT
antara
lain kendala
ketersediaan lahan, kendala tenaga kerja, kendala transfer produk, ketersedian input maupun sumberdaya pendukung penerapan pertanian terpadu, dan kendala permintaan sayuran organik. 1.
Kendala Ketersediaan Lahan, hanya terdapat pada aktivitas usahatani sayuran organik. Satuan lahan yang digunakan pada usahatani sayuran organik adalah bedengan yakni sesuai dengan kondisi aktual lokasi penelitian.Ukuran bedengan pada penelitian ini didasarkan ukuran bedengan rata-rata di lokasi penelitian
2.
Kendala Tenaga Kerja, dibedakan menjadi lima yakni masing-masing untuk aktivitas memproduksi sayuran organik, ternak kelinci, ternak domba, silase, dan pupuk bokashi. Komponen penyusan dalam kendala tenaga kerja adalah kebutuhan tenaga kerja per unit aktivitas usaha dan aktivitas menyewa tenaga kerja dari luar keluarga.
3.
Kendala Transfer Produk, pada pertanian terpadu cukup banyak yakni transfer produksi sayuran organik per jenis sayuran per bedeng, kendala transfer produk ternak, kendala transfer produk silase dan pupuk bokashi, 42
kendala transfer pemanfaatan produk antara di dalam desa, dan kendala transfer kebutuhan pakan ternak. Kendala transfer produk sayuran, ternak, silase, dan pupuk bokashi didefinsikan sebagai jumlah produk yang dapat dihasilkan oleh satu satuan aktivitas produksi. Kendala transfer ditunjukkan dengan aktivitas untukmemenuhi kebutuhan produk antara oleh suatu aktivitas usaha melalui pemanfaatan produk antara di dalam desa atau membeli dari luar desa. 4.
Kendala Ketersediaan Input dan Sumberdaya Pendukung, dapat dibedakan menjadi ketersediaan pakan hijauan lapang yang dapat disediakan peternak, ketersediaan pupuk kotoran ayam yang dapat diperoleh dari luar desa, ketersediaan tenaga yang dapat disewa di Desa Karehkel, dan ketersediaan limbah organik pasar yang digunakan untuk aktivitas produksi silase.
5.
Kendala pakan rumput, dibedakan menjadi dua yakni pakan rumput untuk kelinci dan pakan rumput untuk domba.
6.
Kendala Permintaan Sayuran Organik, didasarkan pada data penjualan sayuran organik aktual enam orang petani sehingga diasumsikan data penjualan merupakan permintaan aktual pembeli. Data tersebut kemdudian dikonversikan menjadi data permintaan kelompok tani yang berjumlah 29 orang petani.
4.4.1.4.Model Matematis Usahatani Sayuran Organik Terpadu Penentuan aktivitas-aktivitas pada fungsi tujuan dan fungsi kendala tersebut sangat penting untuk menyusun model linear usahatani sayuran oragnik terpadu pada penelitian ini. Secara matematis, model yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Fungsi Tujuan Maks Z = ∑
-∑
-∑
-∑
dimana: ai
= harga jual produk aktivitas produksi Xi (Rp/unit)
bi
= biaya produksi non produk antara aktivitas produksi Xi (Rp/unit)
cj
= harga beli produk antara j (Rp/unit)
43
di
= biaya sewa tenaga kerja aktivitas produksi Xi (Rp/HOK)
SXi
= aktivitas menjual produk aktivitas produksi Xi (unit)
aktivitas menjual produk aktivitas produksi Xi adalah sebagai berikut: SXS
= aktivitas menjual selada (kg)
SXK
= aktivitas menjual kangkung (kg)
SXC
= aktivitas menjual caisin (kg)
SXM
= aktivitas menjual bayam merah (kg)
SXH
= aktivitas menjual bayam hijau (kg)
SXG
= aktivitas menjual daging domba (kg)
SXR
= aktivitas menjual anakan kelinci (Rp)
SLIYUR =
aktivitas
menjual
limbah
sayuran
organik
(Kg)
SLULXG = aktivitas menjual kotoran domba ke luar desa (Kg) SLULXR = aktivitas menjual kotoran kelinci ke luar desa (Kg) SLULUR = aktivitas menjual urin kelinci ke luar desa (Kg) SLUXKO = aktivitas menjual pupuk bokashi ke luar desa (Kg) SLUXSIL = aktivitas menjual silase ke luar desa (Kg) Xi
= aktivitas produksi i (unit)
aktivitas produksi i yang dimaksud adalah sebagai berikut ini:
PAj
XS
= aktivitas memproduksi selada (bedeng)
XK
= aktivitas memproduksi kangkung (bedeng)
XC
= aktivitas memproduksi caisin (bedeng)
XM
= aktivitas memproduksi bayam merah (bedeng)
XH
= aktivitas memproduksi bayam hijau (bedeng)
XG
= aktivitas memelihara domba (ekor)
XR
= aktivitas memelihara indukan kelinci (ekor)
XKO
= aktivitas memproduksi pupuk bokashi(Kg)
XSIL
= aktivitas memproduksi silase (Kg)
= aktivitas membeli produk antara j (unit)
aktivitas membeli produk antara j yang dimaksud adalah sebagai berikut ini: BLLXG = aktivitas membeli kotoran domba dari luar desa (Kg) BLLXR
= aktivitas membeli kotoran kelinci dari luar desa (Kg)
44
BLLUR
= aktivitas membeli urin kelinci dari luar desa(Kg)
BKOTA = aktivitas membeli pupuk kotoran ayam dari luar desa (Kg) BLUSIL = beli silase dari luar desa (kg) BSOP TKSi
= aktivitas membeli limbah organik pasar (Kg)
= aktivitas menyewa tenaga kerja luar keluarga aktivitas produksi Xi, dimana terdiri dari:
TKSAY
= aktivitas sewa tenaga kerja usahatani sayura organik (HOK)
TKSG
= aktivitas sewa tenaga kerja ternak domba (HOK)
TKSR
= aktivitas sewa tenaga kerja ternak kelinci (HOK)
TKSKO = aktivitas sewa tenaga kerja produksi silase (HOK) TKSIL 2.
= aktivitas sewa tenaga kerja produksi silase (HOK)
Fungsi Kendala a. Kendala Ketersediaan Lahan Sayuran Organik ∑
≤e1
dimana: Xi = jenis sayuran organik: selada (XS), kangkung (XK), caisin (XC), bayam merah (XM), bayam hijau (XH) (bedeng) e1 = ketersediaan lahan (bedengan) b. Kendala Tenaga Kerja Usahatani sayuran organik, silase, dan pupuk bokashi: ∑
−
≤fi
Usahaternak: ∑
+
−
≤fi
dimana: Xi
= aktivitas produksi i (unit)
RUMz
= aktivitas mencari rumput lapang ternak z(Kg/HOK)
GRUM = jumlah rumput yang disediakan untuk domba (Kg) RRUM = jumlah rumput yang disediakan untuk kelinci (Kg) f
= kebutuhan tenaga kerja per unit aktivitas (HOK/unit)
fi
= ketersediaan tenaga kerja aktivitas produksi i (HOK)
45
c. Kendala Transfer Produk Transfer Produk utama sayuran organik dan ternak: SXi – gXi ≤ 0 Transfer Rendemen pupuk dan silase: Xi - hiBBi ≤ 0 Transfer pupuk bokashi: -BKOTA- XKO+XS+kXK+kXC+kXM+kXH+SLUXKO ≤ 0 Transfer silase: -BLUSIL-XSIL+lXG+lXR+SLUXSIL≤ 0 Transfer kotoran domba: -BLLXG-mXG+nBBKO+SLULXG ≤ 0 Transfer Kotoran kelinci -BLLXR-oXR+pBBKO+SLULXR ≤ 0 Transfer urin kelinci: -BLLUR-qXR+rBBKO+SLULUR ≤ 0 Transfer Limbah Sayuran: sBBSIL-tXSay -BSOP +SLIYUR ≤ 0 dimana: g
=produksi produk per unit aktivitas selada,kangkung,caisin,bayam merah, bayam hijau, daging domba (kg); kelinci (ekor anakan)
hi
= koefisien teknis rendemen silase; pupuk bokashi
BBi = total kebutuhan bahan baku silase; pupuk bokashi (Kg) k
= kebutuhan pupuk organik per bedengan sayuran (Kg/bedeng)
l
= kebutuhan pakan silase per jenis ternak (Kg)
m
= produksi kotoran domba per ekor (Kg/ekor)
n
= koefisien kebutuhan bahan baku bokashi kotoran domba
o
= produksi kotoran kelinci per ekor (Kg/ekor)
p
= koefisien kebutuhan bahan baku bokashi kotoran kelinci
q
= produksi urin kelinci per ekor (Kg/ekor)
r
= koefisien kebutuhan bahan baku bokashi urin kelinci
s
= koefisien kebutuhan baku hijauan silase
t
= produksi limbah sayuran per bedeng (Kg/bedeng)
46
d. Kendala Pakan Rumput -RUMz+a1XT ≤ 0 Dimana: XT = jenis ternak domba (XG), kelinci (XR) a1 = kebutuhan pakan rumput masing-masing jenis ternak (Kg) e. Kendala Input dan sumberdaya pendukung Tenaga Kerja Sewa: ∑
≤ a2
Ketersediaan Rumput Lapang: ∑
≤ a3
Ketersediaan Pupuk Kotoran Ayam: ∑
≤ a4
Ketersediaan Limbah Organik Pasar: ∑
≤ a5
dimana: a2
= ketersediaan tenaga kerja sewa di Desa Karehkel (HOK)
a3
= ketersediaan rumput lapang (Kg)
a4
= ketersediaan pupuk kotoran ayam luar desa(Kg)
a5
= Ketersediaan limbah organik pasar (Kg)
f. Kendala Permintaan Sayuran Organik SXSay ≥ a6 dimana: SXSay
= jual setiap jenis sayuran organik: selada (XS), kangkung (XK), caisin (XC), bayam merah (XM), bayam hijau (XH)
a6
= permintaan minimum sayuran organik (Kg)
4.4.1.5.Analisis Sensitivitas Adanya sifat deterministik pada LP yang menyebabkan hasil yang diperoleh berupa single value expectation menyebabkan analisis sensitivitas menjadi hal yang sangat penting. Analisis sensitivitas digunakan untuk menangkap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada kondisi aktual sehingga dapat diketahui selang kepekaan yang dapat ditolerir sehingga tidak mengubah keputusan optimal. Analisis sensitivitas dilakukan pada koefisien 47
fungsi tujuan yakni berupa perubahan harga jual, harga beli, maupun biaya produksi per unit aktivitas produksi. Analisis sensitivitas juga dilakukan pada ketersediaan sumberdaya pada fungsi kendala.
4.4.1.6.Analisis Pasca Optimal Analisis pasca optimal pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui dampak dari adanya pemaksaan kondisi terintegrasi pada MUSOT yang dibangun terhadap total keuntungan wilayah, alokasi sumberdaya, pengusahaan masingmasing aktivitas usaha, dan tingkat pemanfaatan produk antara. Skenario yang dijalankan adalah dengan menetapkan kebijakan penggunaan pupuk bokashi masing-masing sebesar 30 persen, 50 persen, 70 persen, dan 100 persen dari total kebutuhan pupuk organik di dalam desa. Penentuan setiap kebijakan pemanfaatan pupuk bokashi yang semakin besar tersebut digunakan untuk mengetahui dampak kebijakan terhadap total keuntungan wilayah apabila proporsi pemanfaatan pupuk bokashi di dalam desa semakin besar. Total keuntungan yang dihasilkan oleh kondisi optimal masing-masing kebijakan dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui konsekuensi penerapan kebijakan tersebut terhadap perubahan harga jual sayuran organik setiap kilogramnya agar keuntungan yang diperoleh adalah minimal sama dibandingkan penyelenggaraan usahatani secara tidak terintegrasi.
48