IV. 4.1.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di CV Multi Global Agrindo yang berlokasi di
Jl. Solo, Tawangmangu KM 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Pemilihan lokasi perusahaan CV Multi Global Agrindo dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa CV Multi Global Agrindo merupakan salah satu perusahaan pembenihan melon yang terkenal di Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, Karanganyar merupakan sentra melon karena melon merupakan tanaman subtropis yang mudah beradaptasi pada lingkungan udara yang sejuk. Udara yang sejuk membuat daerah ini sangat cocok sebagai sentra produksi benih melon. Hal lain yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi penelitian adalah beberapa penghargaan yang sudah diterima oleh CV Multi Global Agrindo. Beberapa penghargaan tersebut diantaranya adalah penghargaan pada acara Apresiasi Penerapan Teknologi Budidaya Maju Melon pada tahun 2001, piagam penghargaan atas Prestasi dan Prakarsa Dalam Upaya Pengembangan Ketahanan Pangan Melalui Pengambangan Agribisnis Pangan pada tahun 2003, dan penghargaan pada acara Apresiasi Penerapan Budidaya Maju Melon pada tahun 2003. 4.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data kualitatif merupakan data-data non angka berupa keterangan-keterangan mengenai perkembangan usaha pembenihan melon, kondisi usaha, peralatan yang digunakan, teknis pelaksanaan kegiatan usaha, dan sebagainya yang berhubungan dengan penelitian. Data kuantitatif merupakan data angka atau numerik seperti pendapatan perusahaan, jumlah produksi per periode, harga jual dan semua keterangan yang berupa angka. Data primer diperoleh melalui observasi (pengamatan) secara langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan. Data primer diperoleh dari semua kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan masalah penelitian, dan wawancara
29
langsung dengan pimpinan dan karyawan CV Multi Global Agrindo untuk mengetahui proses produksi, mengetahui risiko yang dihadapi perusahaan, penyebab risiko yang terjadi di perusahaan dan mengetahui bagaimana proses penanganan risiko yang selama ini telah dilakukan oleh perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari CV Multi Global Agrindo yang meliputi luas lahan yang diusahakan, harga benih melon, serta data lainnya yang mendukung dan yang berkaitan dengan risiko yang terjadi pada perusahaan, Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jenderal Hortikultura, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, internet dan literatur yang relevan dengan penelitian. 4.3.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan umum perusahaan dan pengelolaan risiko produksi yang diterapkan perusahaan. Sedangkan analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko pada kegiatan usaha spesialiasasi dan diversifikasi. 4.3.1. Analisis Risiko Tunggal Peluang merupakan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa. Peluang hanya suatu kemungkinan, jadi nilai dari suatu peluang diperoleh berdasarkan dari suatu kejadian pada kegiatan pembenihan yang dapat diukur dari pengalaman yang telah dialami perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha. Nilai peluang ditentukan dengan mengobservasi kejadian yang sudah terjadi. Peluang dari masing-masing kegiatan akan diperoleh pada setiap kondisi yaitu tertinggi, normal dan terendah. Penentuan peluang kondisi tinggi, normal, dan rendah ditentukan oleh pihak perusahaan, khususnya bagian produksi. Penentuan peluang ini berdasarkan hasil produksi dan penetapan angka daya tumbuh benih yaitu benih dapat dikatakan berhasil jika memiliki daya tumbuh lebih dari atau sama dengan 85%. Produksi dengan tingkat keberhasilan tertinggi yaitu tingkat produksi yang paling tinggi sehingga perusahaan memperoleh keuntungan maksimal pada masa panen tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan keberhasilan normal yaitu kondisi rata-rata perusahaan, dimana tingkat persentase keberhasilan produksinya 30
berada diantara tingkat keberhasilan tinggi dan keberhasilan rendah. Tingkat keberhasilan normal ini juga mengindikasikan tingkat keberhasilan produksi yang sering terjadi pada CV MGA. Sementara itu, yang dimaksud dengan keberhasilan rendah yaitu tingkat persentase keberhasilan yang paling rendah sehingga dapat membuat perusahaan tidak dapat mencapai keuntungan maksimal bahkan perusahaan bisa memperoleh kerugian karena biaya produksi yang dikeluarkan tidak dapat tertutupi oleh penjualan produk yang dihasilkan. Menurut Darmawi (2004), dari sudut pandang empiris maka probabilitas dapat dipandang sebagai frekuensi terjadinya event dalam jangka panjang yang dinyatakan dalam persentase. Probabilitas adalah nilai yang terletak antara 0 dan 1 yang diberikan kepada masing-masing kejadian. Apabila nilai dari suatu peluang adalah 1, maka hal tersebut merupakan sebuah kepastian. Berarti peristiwa yang diperkirakan pasti terjadi. Pengukuran peluang diperoleh dari frekuensi kejadian setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung, secara sistematis dapat dituliskan:
Keterangan: f = frekuensi kejadian (kondisi tertinggi, normal, dan terendah) T = periode waktu proses produksi Pada penelitian ini, peluang yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko produksi dalam pembenihan melon di CV Multi Global Agrindo. Penentuan peluang diperoleh berdasarkan dari suatu kejadian pada kegiatan pembenihan yang dapat diukur dari pengalaman yang telah dialami perusahaan. Peluang yang ditentukan mencerminkan kemungkinan terjadinya risiko produksi benih melon di CV Multi Global Agrindo. Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan mennggunakan nilai harapan (expected return). Nilai harapan adalah jumlah dari nilai-nilai diharapkan terjadi probabilitas (peluang) masingmasing dari suatu kejadian tidak pasti. Nilai harapan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melanjutkan kegiatan usaha.
31
Darmawi (2004), menyatakan bahwa suatu kejadian dapat ditentukan dengan membuat tabel-tabel untuk hasil-hasil yang mungkin diperoleh dan menilai hasil tersebut berdasarkan probabilitasnya. Dengan menambahkan hasil dari masing-masing kejadian tersebut dapat diperoleh nilai harapannya. Rumus expected return dituliskan sebagai berikut: E(Ri) = ∑
.
Dimana: E(Ri) = Expected Return Pi
= Peluang pada kondisi tertinggi, normal, dan terendah pada benih melon varieatas LADIKA, MAI 119, dan SUMO
Ri
= Return (Rp) Analisis kuantitatif dalam penilaian risiko yang dilakukan pada penelitian
ini didasarkan dengan pengukuran penyimpangan. Beberapa ukuran dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan diantaranya adalah ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). a. Ragam (Variance) Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Guber, 1995): σt2 = ∑
ij (Rij
– E(Ři) )2
dimana: σt2
= Variance dari return
Pij
= peluang pada kondisi tertinggi, normal, dan terendah pada masingmasing
varietas benih melon
Rij = Return atau penerimaan masing-masing varietas benih melon Ři = Expected Return dari masing-masing varietas benih melon Nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut.
32
b. Simpangan Baku (Standard Deviation) Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut: σt= √ dimana: σt2 = Variance masing-masing varietas benih melon σt
= standard deviation masing-masing varietas benih melon
c. Koefisien Variasi (Coefficient Variation) Coefficient Variation diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient variation adalah: CV =
Ř
Dimana: CV = Coefficient variation masing-masing varietas benih melon σt
= Standard deviation masing-masing varietas benih melon
Ři = Expected Return masing-masing varietas benih melon 4.3.2. Analisis Risiko Portofolio Kegiatan usaha diversifikasi juga tidak terlepas dari risiko seperti halnya kegiatan spesialisasi. Risiko yang terdapat dalam kegiatan diversifikasi dinamakan risiko portofolio. Untuk mengukur risiko portofolio dapat dilakukan dengan menghitung variance gabungan dari beberapa varietas benih melon. Komoditas yang dianalisis dalam kegiatan diversifikasi adalah kombinasi antara benih melon varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Elton dan Gruber (1995), menyatakan bahwa risiko portofolio lebih kompleks dibandingkan dengan risiko pada aset individu, dimana diharapkan
33
salah satu aset memiliki return yang baik ketika aset lain memiliki return yang menurun. Oleh karena itu, dilakukan analisis kombinasi dua aset atau lebih (portofolio) untuk menganalisis risiko kombinasi dari semua aset yang mungkin berisiko dibandingkan dengan individual aset. Perhitungan expected return pada portofolio dua aset adalah sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995): P
= XA
A+
XB
B
Dimana : XA = Fraction portofolio pada investasi aset pertama XB = Fraction portofolio pada investasi aset kedua A=
Expected return pada investasi aset pertama
B=
Expected return pada investasi aset kedua Fraction (proporsi) dari masing-masing aset adalah: XA + XB = 1 Jika benih melon digunakan untuk dua varietas, maka variance gabungan
dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995): σp2 = k2 σa2 + (1-k)2 σb2 +2 k (1-k) σab Dimana : σp 2
= Variance portofolio untuk investasi aset A dan B
σab
= Covariance antara investasi aset A dan B
k
= Fraction portofolio pada investasi aset A
(1-k) = Fraction portofolio pada investasi aset B Jika σab = ρab σaσb , dimana σab merupakan covariance varietas A dan B, sementara ρ ab merupakan koefisien korelasi antara investasi aset A dan B maka persamaan variance portofolio dari dua aset dapat dituliskan menjadi sebagain berikut: σp2 = k2 σa2 + (1-k)2 σb2 + 2 ρ ab k (1-k) σa σb Nilai koefisien korelasi investasi aset A dan B (ρ
ab)
mempunyai
maksimum positif satu (+1) dan minimum negatif satu (-1). Beberapa kemungkinan korelasi diantara dua aset diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset A dan B selalu bergerak bersama-sama.
34
2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset A dan B selalu bergerak berlawanan arah. 3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset A dan B tidak ada hubungan satu dengan yang lain. Menurut Diether (2009) jika terdapat tiga aset yaitu, A, B, dan C. Bobot untuk ketiga aset adalah Wa, Wb, dan Wc dimana jumlah ketiga bobot adalah satu (Wa + Wb + Wc = 1). Maka besarnya expected return gabungan kombinasi tiga komoditas dapat dituliskan sebagai berikut: E(rp) = Wa E(ra) + Wb E(rb) + Wc E(rc) Dimana: E(rp)
: Expected return gabungan ketiga investasi (A, B, dan C)
Wa
: Bobot atau fraction portofolio pada investasi aset A
Wb
: Bobot atau fraction portofolio pada investasi aset B
Wc
: Bobot atau fraction portofolio pada investasi aset C
E(ra)
: Expected return dari investasi aset A
E(rb)
: Expected return dari investasi aset B
E(rc)
: Expected return dari investasi aset C Dalam penelitian ini koefisien korelasi diasumsikan memiliki nilai (+1)
atau memiliki korelasi positif diantara kedua varietas yang digabungkan. Penilaian berupa peningkatan varietas dalam produksi benih melon berupa peningkatan luas lahan dan upaya pengendalian hama dan penyakit. Hal ini akan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diterima dengan harapan risiko yang ditimbulkan akan menjadi lebih kecil. Besarnya variance gabungan ketiga varietas dapat dituliskan sebagai berikut (Diether 2009): σ2 (rp) = Wa2 σ2(ra) + Wb2 σ2 (rb) + Wc2 σ2(rc) + 2 Wa Wb covar (ra, rb) + 2 Wa Wc covar (ra, rc) + 2Wb Wc covar (rb, rc) Dimana: σ2 (rp)
: Variance portofolio untuk benih melon varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO
σ2(ra)
: Variance varietas LADIKA
35
σ2 (rb)
: Variance varietas MAI 119
2
σ (rc)
: Variance varietas SUMO
Wa
: Bobot atu fraction portofolio pada varietas LADIKA
Wb
: Bobot atau fraction portofolio pada varietas MAI 119
Wc
: Bobot atau fraction portofolio pada varietas SUMO
covar (ra, rb) :Covariance antara investasi LADIKA dan MAI 119, diperoleh dengan rumus: σab = ρab σaσb, dimana ρab diasumsikan nilainya +1 covar (ra, rc)
:Covariance antara investasi LADIKA dan SUMO, diperoleh dengan rumus: σac = ρac σaσc, dimana ρac diasumsikan nilainya +1
covar (rb, rc) :Covariance antara investasi MAI 119 dan SUMO, diperoleh dengan rumus: σbc = ρbc σbσc, dimana ρbc diasumsikan nilainya +1 σa
: Standard deviation aset LADIKA
σb
: Standard deviation aset MAI 119
σc
: Standard deviation aset SUMO Perhitungan besarnya fraksi portofolio pada penelitian ini adalah
berdasarkan alokasi investasi perusahaan yaitu penggunaan lahan pada ketiga varietas benih melon yang diusahakan. Total lahan yang digunakan adalah 7.500 m2. Pembagian lahan untuk ketiga varietas benih melon yaitu 2.000 m2 untuk varietas LADIKA, 4.000 m2 untuk varietas MAI 119, dan 1.500 m2 untuk varietas SUMO. Adapun nilai fraksi untuk ketiga gabungan varietas benih melon dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai Fraksi Untuk Setiap Gabungan Varietas Benih Melon Fraksi % Varietas Benih Melon LADIKA MAI 119 LADIKA+MAI 119 33,3 66,7 LADIKA+SUMO 57,1 MAI 119+SUMO 72,7 LADIKA+MAI 119+SUMO 26,7 53,3
SUMO 42,9 27,3 20
Tabel 7 merupakan nilai fraksi dari ketiga varietas benih melon yaitu LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Nilai fraksi di atas diperoleh dari luasan lahan masing-masing varietas dibagi dengan total luas lahan varietas benih melon yang akan digabungkan. Hasil dari pembagian tersebut dikalikan dengan 100 persen 36
sehingga diperoleh pembagian fraksi untuk setiap gabungan varietas benih melon. Misalnya, untuk gabungan dua varietas yaitu LADIKA dan MAI 119, luas lahan untuk masing-masing varietas yaitu 2.000 m2 dan 4.000 m2, sehingga total dari gabungan kedua varietas yaitu 6.000 m2. Untuk varietas LADIKA luas lahan 2.000 m2 dibagi dengan total luas lahan yaitu 6.000 m2, sehingga diperoleh hasil 0,333. Hasil tersebut kemudian dikalikan dengan 100 persen sehingga diperoleh nilai fraksi yaitu 33,3 persen. Hal yang sama juga dilakukan untuk menghitung nilai fraksi varietas MAI 119, dimana luas lahan 4.000 m2 dibagi dengan total luas lahan kedua varietas yaitu 6.000 m2, sehingga diperoleh hasil 0,667. Hasil tersebut kemudian dikalikan dengan 100 persen sehingga diperoleh nilai fraksi untuk varietas MAI 119 yaitu 66,7 persen. Perhitungan di atas berlaku juga untuk gabungan varietas LADIKA dan SUMO, MAI 119 dan SUMO, dan juga gabungan ketiga varietas LADIKA, MAI 119 dan SUMO. 4.3.3. Analisis Strategi Pengelolaan Risiko Analisis strategi pengelolaan risiko dilakukan dengan melihat dan mengkaji strategi strategi pengelolaan risiko produksi yang sudah diterapkan oleh CV MGA dalam menghadapi risiko produksi benih melon. Analisis ini bertujuan untuk menilai bentuk strategi yang telah diterapkan untuk kemudian dievaluasi apakah upaya yang dilakukan sudah efektif dalam mengatasi risiko produksi yang ada. Bentuk teknik analisis ini dilakukan dengan menggunakan media wawancara kepada direktur perusahaan, staf Research and Development (R&D), staf produksi, staf pemasaran, dan tenaga kerja di lapang. Selain itu, dilakukan pengamatan langsung pada seluruh proses produksi yang dilakukan oleh CV MGA. Teknik ini dilakukan untuk menggali informasi yang menunjukkan bagaimana CV MGA menangani permasalahan risiko produksi yang merupakan langkah pencegahan risiko sebelum terjadi dan penanganan risiko ketika risiko produksi sudah terjadi. Kemudian, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi teknik atau upaya yang sudah dilakukan oleh CV MGA dan diakhiri dengan memberi masukan yang efektif kepada perusahaan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mengatasi risiko produksi pada usaha diversifikasi benih melon varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO.
37
4.4. Definisi Operasional 1. Peluang (P) merupakan frekuensi kejadian setiap kondisi dibagi dengan periode waktu selama kegiatan produksi benih melon. 2. Expected return adalah jumlah dari penerimaan yang diharapkan pada benih melon. 3. Variance merupakan ragam atau variasi dari peluang ketiga kondisi pendapatan benih melon. 4. Return yang digunakan berdasarkan penerimaan yang diterima perusahaan dari benih melon (rupiah). 5. Standard deviation merupakan penyimpangan dari return yang diharapkan dari memproduksi benih melon. 6. Coefficient variation diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan. 7. Diversifikasi merupakan penanaman tiga varietas benih melon dengan proporsi lahan yang berbeda-beda. 8. Koefisien korelasi pada penelitian ini diasumsikan nilainya sebesar (+1).
38