IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1. Tahap Perencanaan, yang dilaksanakan pada bulan September 2006 – Februari 2007, dilaksanakan di Aceh Besar. 2. Tahap Pelaksanaan Kampanye Bangga, yang dilaksanakan pada bulan Februari 2007 – Februari 2008, kampanye ini dilaksanakan di 21 Gampong (baca desa) Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung di dua Kecamatan berbeda yaitu Kecamatan Lhoknga (15 Gampong) dan Kecamatan Leupung (6 Gampong) dan di Kabupaten Aceh Besar Nanggroe Aceh Darussalam. 3. Tahap analisa data dan penulisan tesis, yang dilaksanakan pada bulan Maret – Juli 2008, yang dilaksanakan di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 4.2 Alat dan Bahan Sebuah penelitian membutuhkan berbagai macam alat dan bahan untuk membantu memperlancar dan memudahkan penelitian tersebut. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 2. Alat-alat untuk penelitian. No. Nama Alat Kegunaan 1. Buku Pegangan Ukuran Panduan dalam merancang, Keberhasilan (Nick Salafsky dan melaksanakan, dan memantau program. Richard Margoluis, 1998) 2.
Software SurveyPro
3.
GPS (Global Positioning System)
4.
Binokuler
5.
Stiky Wall
6.
Kamera
7.
Perekam
9.
Handycam
Analisis data hasil survei pra kampanye dan pasca kampanye. Untuk menentukan titik ajimut pada saat pembuatan peta pertisipatif hutan ulayat. Identifikasi keanekaragaman hayati kawasan target Untuk mempermudah proses fasilitasi pada saat mengadakan pertemuan dengan stakeholder Mendokumentasikan kegiatan Kampanye Bangga (visual). Mendokumentasikan kegiatan Kampanye Bangga (audio) seperti dalam FGD. Mendokumentasikan kegiatan Kampanye Bangga (audio-visual).
40
Tabel 2 Alat-alat untuk penelitian (lanjutan). No. Nama Alat 11 Papan flipchart 12 LCD/ In focus
13 14
Kegunaan Untuk memudahkan fasilitasi Presentasi rencana kerja serta beberapa kegiatan pertemuan lainnya dengan masyarakat serta stakeholder lainnya. 1 set alat peraga (game) Yang digunakan untuk bermain dengan siswa pada saat kunjungan sekolah 1 set panggung boneka lengkap Digunakan pada saat pertunjukan panggung dengan boneka boneka
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel dibawah ini. Tabel 3. Bahan-bahan untuk penelitian. No. Nama Bahan 1. Plano dan Meta Plan
2. 3. 4. 5.
Kain Planel Pipa Paralon Lembar kerja kuesioner
Kegunaan Untuk mempermudah proses fasilitasi pada saat mengadakan pertemuan dengan stakeholder Untuk membuat kostum dan boneka Untuk pembuatan panggung boneka Digunakan pada saat survei
4.3 Metode 4.3.1 Penentuan Lokasi dan Responden Pemilihan lokasi Kampanye Bangga dilakukan secara purposive sampling (secara sengaja). Kampanye Bangga biasanya dilakukan hanya pada kawasan yang memiliki nilai keanekaragaman hayati yang tinggi. Maka penelitian ini dilaksanakan di Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung, karena lokasi ini memenuhi kriteria sebagai berikut: 1.
Desa-desa tersebut berbatasan langsung dengan hutan yang ada di Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung Aceh Besar, dan terdapat berbagai jenis keanekaragaman hayati baik itu satwa maupun tumbuhan.
2.
Masyarakat sekitar kawasan memiliki ketergantungan terhadap hutan baik langsung maupun tidak langsung, dari segi keanekaragaman hayati serta ekologi, guna memenuhi kebutuhan kebutuhan hidupnya.
3.
Kawasan tersebut mengalami degradasi akibat kegiatan penebangan, kebakaran dan juga galian C dengan alasan rehabilitasi dan rekontruksi terutama pasca bencana tsunami.
41
4.
Total populasi di lokasi tersebut tidak lebih dari 200 ribu jiwa (Satu tahun Kampanye Bangga tidak efektif dilakukan pada populasi > 200 ribu jiwa). Berdasarkan kriteria tersebut, maka lokasi yang menjadi contoh dalam
penelitian ini adalah tiga kemukiman yaitu Kueh, Lhoknga dan Leupung. Kemukiman Kueh terdiri dari desa Naga Umbang, Lambaro Kueh, Kueh, Lam Ateuk, Aneuk Paya, Lamgaboh, Tanjong, Seubun Keutapang, Seubun Ayon, Lambaro Seubun, serta Nusa; Kemukiman Lhoknga terdiri dari desa Mon Ikeun, Weuraya, Lam Kruet dan Lampaya. Kemukiman Leupung terdiri dari desa Layeun, Pulot, Lamseunia, Meunasah Mesjid, Meunasah Bak U
serta Deah
Mamplam. Karakteristik responden adalah petani, pegawai negeri/pensiunan, pekerja swasta yang memanfaatkan hasil hutan baik secara langsung maupun tidak langsung (manfaat ekonomi maupun ekologi) serta berumur 15 s/d 65 tahun, juga bertempat tinggal di kawasan sekitar hutan yang terancam kelestariannya akibat berbagai kegiatan yang merusak. Penentuan responden dilakukan secara acak (simple random sampling). Dalam pelaksanaan, berdasarkan penghitungan statistik, dengan jumlah populasi sebesar 23.147 jiwa maka jumlah sampel responden untuk tingkat kepercayaan (LOC) 95% dan interval confident(CI) + 5 poin adalah sebanyak 378 responden. Namun untuk mengantisipasi jumlah kuisioner yang tidak valid (sah) untuk dianalisa maka jumlah sampel yang diambil adalah 442 responden. Responden kelompok target ini berasal dan menetap di kemukiman Kueh, Lhoknga serta Leupung. Metode penentuan responden untuk pertemuan diskusi kelompok terfokus (FGD)
dipilih
berdasarkan
kelompok
ancaman
didentifikasikan dalam pertemuan stakeholder pertama.
langsung
yang
telah
Penentuan responden
untuk FGD dilakukan setelah pertemuan stakeholder pertama. Setelah pertemuan stakeholder diidentifikasikan 3 prioritas ancaman maka responden yang dipilih untuk diskusi terfokus adalah orang-orang yang memiliki kapasitas untuk memberikan informasi lebih banyak tentang isu ancaman langsung. Misalnya dalam pertemuan stakeholder diidentifikasikan bahwa 3 prioritas ancaman adalah
42
penebangan, perburuan, dan pembukaan lahan maka responden untuk diskusi terfokus adalah penebang, pemburu, dan petani pembuka lahan. Tabel 4 Banyak Gampong dan jumlah penduduk yang menjadi fokus penelitian Nama Desa
Kemukiman
Populasi
Naga Umbang
424
Lambaro Kueh
570
Lam Ateuk
444
Aneuk Paya
784
Lamgaboh
1103
Tanjong/Lamcok Kueh
Kueh
836 543
Nusa
724
Seubun Keutapang
586
Seubun Ayon
838
Lambaro Seubun
431
Mon Ikeun
2700
Weuraya
1700
Lamkruet
Lhoknga
2150
Lampaya
1315
Layeun
1205
Pulot
441
Lamseunia Mesjid Leupung
Leupung
780 1348
Meunasah Bak U
1580
Deah Mamplam
2725
Total Keseluruhan Kelompok Target
23227
(Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, BPS 2004) 4.3.2 Informasi dan Data Pengumpulan informasi dan data ini sangat diperlukan karena akan membantu peneliti mengenal kawasan target sehingga akan membantu dalam merancang program Kampanye Bangga. Informasi dan data baik itu sebagai data primer maupun data sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti Badan Pusat
43
Statistik (BPS), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), serta berbagai survei langsung yang dilaksanakan oleh Yayasan Peduli Nanggroe Atjeh. Informasi dan data yang dikumpulkan adalah data keanekaragaman hayati, data mengenai ancaman konservasi yang terjadi, data demografi, data sosial budaya masyarakat, situasi politik, serta informasi tentang para stakeholder yang ada di kawasan terget. Informasi dan data mengenai pengetahuan dan sikap masyarakat diperoleh melalui survei pra kampanye dan survei pasca kampanye dengan menggunakan lembar kuesioner. Selain itu melalui survei juga dikumpulkan data mengenai tingkat pendidikan, preferensi media dan saluran komunikasi terpercaya di masyarakat target. Informasi mengenai pola pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat target juga diperoleh dari hasil wawancara langsung baik formal maupun informal dengan anggota dan tokoh masyarakat. 4.3.3 Tahapan Dalam Kampanye Bangga Tahapan kerja Kampanye Bangga mengadopsi manajemen adaptif proyekproyek konservasi yang terdiri dari tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan; dan tahapan evaluasi (Salafsky 1998). Ketiga tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: I. Tahap Perencanaan Tujuan dari tahapan ini adalah untuk merancang program Kampanye Bangga. Tahapan ini meliputi: 1) Studi Literatur dan Analisa Kawasan Studi literatur dilakukan oleh manajer kampanye untuk melihat kawasan dan berbagai hal yang berlangsung di lokasi penelitian. Dalam studi literatur ini yang dilihat seperti data sosial dan kependudukan, data keanekaragaman hayati, identifikasi ancaman di kawasan, serta mengidentifikasi para stakeholder yang memiliki kepentingan terhadap kawasan dan pemanfaatan sumberya alam yang ada di kawasan. Data sekunder diperoleh dari literatur, instansi pemerintahan seperti Badan Pusat Statistik (BPS) , Dinas Kehutanan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Identifikasi stakeholder dilakukan dengan membuat Matriks stakeholder. Dalam mengidentifikasi stakeholder, peneliti dapat meminta informasi dari
44
lembaga lain yang sudah pernah melakukan kegiatan di kawasan target. Analisa dibuat berdasarkan isu yang dibawa oleh stakeholder, motif stakeholder, kontribusi yang dapat diberikan oleh stakeholder untuk kegiatan Kampanye Bangga serta konsekuensi yang ditimbulkan jika stakeholder terlibat kegiatan Kampanye Bangga. Tidak semua peserta atau individu atau wakil kelompok masyarakat yang ada di dalam matriks ini akan dilibatkan terutama jika kepentingannya dan sumbangannya sudah dapat diwakili oleh peserta lain. Hasil dari tahapan ini adalah gambaran umum tentang lokasi dan masyarakat target serta sebuah matriks analisa stakeholder (Salafsky 1998). Setelah melakukan studi literatur kemudian kita mengkaji ulang atau merampungkan apa yang sudah kita rencanakan apakah itu sesuai atau tidak dengan yang sudah direncanakan dan kemudian baru kita merencanakan pertemuan pemangku kepentingan, tentunya dengan menggunakan matrik stakeholder yang sudah kita hasilkan. Contoh Matriks stakeholder dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 5 Contoh Matriks stakeholder Peserta/Stakeholder Nama
Minat/Motif Potensi
Konsekuensi
Kontribusi
2). Pertemuan Stakeholder Pertama Matrik yang sudah dihasilkan pada saat review dokumen dan analisa kawasan kemudian dipakai untuk menentukan dan mengundang individu atau kelompok yang nantinya akan hadir dalam sebuah pertemuan yang diberi nama Stakeholder Workshop. Dalam pertemuan ini semua orang yang hadir diharapkan dapat menyumbangkan pikirannya dan bekerjasama untuk mengembangkan sebuah model pemikiran (Concept Model). Tujuan dari pertemuan stakeholder I ini adalah untuk mengembangkan sebuah Model Konseptual, membuat peringkat ancaman, mendapatkan kandidat maskot dan slogan bagi kegiatan Kampanye yang akan dilakukan.
45
Model pemikiran ini bertujuan untuk menunjukan perkiraan hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi target. Para stakeholder yang diundang seperti Camat, Polsek, Imum Mukim, Keuchik, Tokoh Adat, Tokoh Agama, Kelompok Perempuan, Kelompok Pemuda, Dinas Terkait, Lembaga Asing dan Lokal. Sebuah Model Konseptual yang baik adalah: a) Menampilkan sebuah gambaran situasi di lokasi target. b) Menunjukkan perkiraan hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi target. c) Hanya menghadirkan faktor yang relevan. d) Didasarkan atas data atau informasi yang dapat dipercaya. e) Merupakan hasil kerja tim. Model Pemikiran dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini:
Faktor Kontribusi
Kegiatan
Faktor Tidak Langsung
Kegiatan
Faktor Tidak Langsung
Faktor Tidak Langsung
Faktor Langsung
Kondisi Target Faktor Langsung
Faktor Langsung
Gambar 5 Model Pemikiran yang dikembangkan dalam Pertemuan Stakeholder Keterangan : a) Kondisi target adalah: kondisi yang ingin dipengaruhi melalui Kampanye Bangga dalam hal ini kawasan hutan. b) Faktor adalah: peristiwa, situasi, kondisi, kebijakan, sikap, keyakinan atau tingkah laku khusus yang diyakini akan mempengaruhi kondisi target. Ada
46
dua faktor dalam Model Pemikiran yaitu faktor langsung (ancaman langsung) artinya faktor-faktor yang langsung berdampak terhadap keanekaragaman hayati atau secara fisik menyebabkan kerusakannya misalnya penebangan dan sebagainya. Sedangkan faktor tidak langsung (ancaman tidak langsung) adalah faktor-faktor yang mendasari akau mengakibatkan ancaman langsung misalnya kurangnya pengetahuan dan sebagainya. c) Kegiatan adalah : tindakan yang direncanakan untuk memodifikasi faktorfaktor tertentu, yang pada gilirannya akan mempengaruhi faktor kondisi target, misalnya pendampingan masyarakat, penanaman dan sebagainya. d) Garis Hubungan (→) adalah: hubungan dalam Model Konseptual yang digambar dengan tanda panah. Tanda panah ini biasanya menunjuk ke satu arah satu faktor menghantar ke faktor lainnya atau satu aktivitas mempengaruhi satu atau lebih faktor lain. e) Faktor Tambahan adalah : faktor-faktor yang tidak diklasifikasikan sebagai ancaman langsung maupun tidak langsung, misalnya cuaca dan sebagainya. Dalam pertemuan stakeholder kondisi target ditetapkan oleh manajer kampanye. Kemudian manajer kampanye meminta kepada para stakeholder mengidentifikasikan faktor langsung, faktor tidak langsung dan faktor kontribusi. Setelah semua faktor diidentifikasikan maka manajer kampanye memfasilitasi para pemangku kepentingan untuk melakukan pemeringkatan terhadap ancaman langsung (Pemeringkatan Matriks). Pemeringkatan dibatasi hanya pada 3 suara terbanyak. Metode ini memungkinkan manajer kampanye menggabungkan sudut pandang sejumlah pemangku kepentingan lokal dalam penilaian manajer kampanye. Metode ini mirip dengan pemungutan suara. Ilustrasi tabel rangking ancaman dapat dilihat dalam tabel 3. Tabel 6 Ilustrasi Rangking Ancaman Ancaman
Klpk 1
Klpk 2
Klpk 3
Total Rangking (suara) II IIII I 1 Penebangan 7 II I I 3 Kebakaran 4 I III II 2 Pembukaan lahan 6 I I I 3 4 Galian C Tahap selanjutnya dalam pertemuan stakeholder adalah manajer kampanye meminta setiap stakeholder mengajukan satwa liar yang menjadi kebanggaan
47
masyarakat lokal yang akan menjadi maskot Kampanye Bangga. Syarat spesies maskot adalah: a) Spesies yang terancam punah b) Mempunyai nilai ekonomi tinggi c) Memiliki nilai kebanggaan bagi masyarakat setempat d) Memiki nilai sejarah, sosial maupun budaya 3). Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) Pertemuan kelompok fokus khususnya terdiri atas tujuh hingga dua belas orang yang memiliki atribut sama yang sesuai dengan topik yang dibahas. Misalnya, jika ingin mengetahui pendapat para petani pemanfaat hasil hutan mengenai pemanfaatan dan pengelolaan hasil hutan yang baik atau segala hal yang berkaitan dengan kegiatan penebangan hutan. Kelompok fokus diasuh oleh seorang moderator yang mengajukan serangkaian pertanyaan (yang sudah diatur lebih dulu) secara spontan, para peserta kelompok meninjau isunya dan mengemukakan pandangan mereka sendiri tanpa harus mencapai kesepakatan bersama apa pun. Sebelum diskusi dilaksanakan manajer kampanye merancang pertanyaanpertanyaannya. Hasil dari pelaksanaan diskusi kelompok terfokus adalah transkripsi diskusi kelompok terfokus yang mencatat pendapat responden, ide responden, pengalaman responden, persamaan dan perbedaan pengalaman antar responden; dan konsensus. 4). Survei Pra Kampanye Survei adalah metoda kuantitatif yang dalam Pride dibuat valid secara statistik (bisa dipertanggungjawabkan), Secara umum teknik survei yang digunakan adalah simple random sampling dengan tipe pertanyaan semi-closed questions, pertanyaan setengah tertutup (ada pilihan tapi juga disediakan jawaban “lainnya”) dan terbuka, dengan menggunakan LOC (tingkat keyakinan) 95% dan tingkat kesalahan 5%, yang kemudian jika kita menggunakan simple survey calculation (yang softwarenya ada secara online) dengan memasukkan jumlah total populasi target kita maka akan didapat jumlah sample yang disasar.
48
Survei yang dilakukan dalam Kampanye Bangga adalah Survei KAP (Knowledge, Attitude, Practice) yaitu survei yang bertujuan mengetahi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sasaran. Tahapan dalam melaksanakan Survei Pra Kampanye adalah: a) Menetapkan karakteristik populasi sasaran Kampanye Bangga. b) Menetapkan tujuan survei. c) Mempersiapkan pertanyaan survei. Pertanyaan survei dipersiapkan dengan menggunakan informasi-informasi yang diperoleh dari studi literatur, pertemuan stakeholder pertama, dan diskusi kelompok terfokus. d) Melakukan pre uji atas pertanyaan survei yang telah dipersiapkan. e) Menetapkan sampling (contoh) dari populasi sasaran. Dengan keterbatasan waktu dan dana maka tidak mungkin melakukan wawancara dengan seluruh anggota populasi sehingga perlu diambil sampel yang mampu mewakili populasi sasaran. Sampel yang baik tidak tergantung pada besar atau kecilnya jumlah sampel, tetapi sampel yang baik adalah sampel yang dapat mewakili populasi seluruhnya. Cara terbaik untuk memperoleh sampel adalah dengan sistem acak. Acak berarti setiap orang dalam populasi sasaran mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih masuk ke dalam sampel. Metode pengambilan sampel dalam Kampanye Bangga adalah Simple Random Sampling (sampel acak sederhana). f) Menetapkan ukuran sampel. Dalam menetapkan ukuran sampel harus diperhatikan beberapa hal yaitu: 1. Jika populasi sasaran besar dan beragam (suku, agama, bahasa) maka dibutuhkan sampel yang lebih besar untuk mewakili populasi. 2. Jika populasi sasaran relatif kecil dan seragam (suku, agama, bahasa, budaya) maka sampel kecil sudah cukup. Semakin besar ukuran sampel semakin kecil kemungkinan kesalahan terjadi. Lazimnya hal ini dinyatakan dengan interval kepercayaan (Confidence Interval). Untuk mendapatkan ukuran sampel maka kita harus mengetahui total populasi sasaran, derajat kepercayaan yang diinginkan (pada banyak Kampanye Bangga para manajer kampanye menggunakan derajat kepercayaan 95%), dan interval
49
kepercayaan yang diinginkan (sebagian jajak pendapat atau program kampanye menggunakan interval kepercayaan 3% -5 %). g) Menetapkan kelompok kontrol. 5). Pertemuan Stakeholder Kedua Setelah survei Pra Kampanye kembali dilakukan pertemuan Pemangku Kepentingan Kedua untuk melihat kembali Model Konseptual yang sudah di hasilkan pada saat pertemuan pertama. Pada pertemuan ini juga disampaikan hasil-hasil temuan yang sudah didapatkan pada stakeholder I, FGD dan survei masyarakat serta penyampaian rencana kerja yang telah dirumuskan oleh Tim Pride Campaign PeNA kepada semua stakeholder guna mendapatkan kritikan dan saran, kemudian mendiskusi objektif yang ingin dicapai bersama guna perbaikan rencana kerja (termasuk slogan dan maskot yang dipilih) dan beberapa kegiatan utama yang akan dilaksanakan dalam 1 tahun ke-depan, dan yang terakhir menyusun dewan penasehat untuk kampanye Pride serta agenda lain yang dirasa perlu sebagai bagian dari persiapan implementasi. Biasanya pada pertemuan stakeholder yang kedua terjadi perubahan dari Model Konseptual yang telah dihasilkan pada saat stakeholder I, karena pada saat survei, masyarakat yang dilibatkan lebih banyak dari pada saat stakeholder workshop I dan juga FGD. Tujuan pertemuan stakeholder kedua adalah merevisi Model Konseptual Awal dan membantu manajer kampanye untuk mengidentifikasikan sasaran kampanye yang fokusnya kepada perubahan pengetahuan dan kesadaran yang dapat mempengaruhi ancaman kuncinya. Para stakeholder dalam pertemuan stakeholder pertama diundang kembali dalam pertemuan stakeholder kedua. Manajer kampanye menyampaikan kepada para stakeholder semua informasi yang diperoleh dari diskusi kelompok terfokus dan survei pra kampanye. Informasi ini digunakan untuk merevisi Model Konseptual Awal
untuk
membantu merancang kegiatan. Hasil dari pertemuan ini adalah Model Konseptual Final dan rumusan tentang sasaran dan kegiatan Kampanye Bangga (Salafsky 2008).
50
6). Menetapkan Sasaran SMART Sasaran SMART adalah menegmbangkan sebuah sasaran kegiatan dengan menerapakan kaedah SMART yaitu sasaran yang spesifik, terukur, berorientasi pada aksi, realistis dan terikat waktu. Sasaran yang dibuat adalah sasaran yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat target (Salafsky 1998). SMART artinya : a) Spesifik yaitu didefinisikan dengan jelas, sehingga dapat dimengerti oleh semua orang yang terlibat. Bila sasaran terlalu umum misal untuk mengurangi penebangan pohon (pohon yang mana, dimana, umur pohon berapa dan sebagainya) maka itu akan membuat kita tidak jelas. Tetapi bila sasaran lebih spesifik, misal untuk menurunkan sepertiga jumlah kayu api dari pohon pinus untuk kebutuhan rumah tangga di Leupung, maka lebih mudah untuk melihat apakah sasaran sudah tercapai atau belum. b) Measurable (dapat diukur) dapat didefinisikan dalam hubungannya dengan skala standar ( angga, persentase, pecahan atau keadaan-keadaan semua atau tidak sama sekali. c) Action Oriented (berorientasi kepada keigatan) yaitu mewakili perubahan yang diinginkan dalam faktor-faktor ancaman kritis yang mempengaruhi tujuan proyek. d) Realistic (Realistis) yaitu rencana yang disusun benar-benar bisa diterima, masuk akal dan memungkinkan untuk dilakukan. e) Time bound (terikat waktu) yaitu setiap sasaran yang ingin dicapai selalu direncanakan batasan waktunya, sehingga dapat menilai keberhasilan yang akan dicapai. 7) Merancang kegiatan dalam Kampanye Bangga Tujuan dari tahapan ini adalah memilih bentuk-bentuk kegiatan yang sesuai, terkait langsung dengan pencapaian sasaran yang spesifik, dan dapat diselesaikan dengan sumber daya yang tersedia. Hasilnya adalah kegiatan yang akan dilaksanakan selama 1 tahun Kampanye Bangga (Salafsky 1998). 8) Menyusun Rencana Kerja Sasaran-sasaran SMART yang telah disusun kemudian dimasukkan ke dalam suatu Rencana Kerja yang menjadi suatu dasar arahan kampanyenya.
51
Rencana Kerja meliputi Penjelasan Umum Kawasan, Matriks stakeholder, Model Pemikiran Awal (Hasil Pertemuan Stakeholder I), Hasil Diskusi Kelompok Terfokus, Hasil Survei Pra Kampanye, Maskot dan Slogan Terpilih, profil Maskot (Spesies Kunci), Model Pemikiran Revisi (Hasil Pertemuan Stakeholder II), Rencana Kegiatan yang terdiri dari sasaran SMART, kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk membantu pencapaian sasaran SMART, Kalender Kegiatan dan Strategi Monitoring. II. Tahap Pelaksanaan Kampanye Bangga Tujuan dari tahapan ini adalah memberikan treatment kepada masyarakat target untuk mencapai tujuan konservasi tertentu. Jika rencana kerja telah disusun maka dilaksanakanlah Kampanye Bangga selama periode 1 tahun. Rencana kerja membantu manajer kampanye melaksanakan kampanye secara sistematis dan strategis. III. Tahap Analisis Data dan Penulisan Tesis Analisa dan penulisan tesis merupakan tahap ke III dari kegiatan ini. Analisa ini bertujuan untuk untuk mengolah dan menganalisi data yang dikumpulkan diakhir periode Kampaye Bangga sebagai bahan kajian efektifitas Kampanye Bangga serta penulisan laporan akhir berupa tesis. Analisis data ini juga membantu dalam merancang rencana tindak lanjut (follow-up plan). Analisis data dilakukan setelah survei pasca kampanye. Daftar kuesioner yang digunakan sama dengan daftar kuesioner survei pra kampanye. Data kuesioner yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan program analisis data Survey Pro. Pada analisa yang lihat adalah tingkat pendidikan, pekerjaan, tokoh penyampai pesan yang masih dipercaya, tingkat pengetahuan masyarakat tentang konservasi, sistem pengelolaan hutan, dan juga keberadaan lembaga adat dalam pengelolaan hutan, baik sebelum kampanye maupun setelah kampanye.