IV. KERANGKA PEMIKIRAN
4.1. Tinjauan Umum Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan perkembangan berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan (Djojohadikusumo, 1994). Sedangkan pembangunan ekonomi mempunyai makna yang lebih luas, tidak hanya menyangkut peningkatan produksi melainkan juga menyangkut perubahan pada komposisi produksi, perubahan pola penggunaan sumberdaya, perubahan pola distribusi kekayaan dan pendapatan diantara pelaku ekonomi serta perubahan pada kerangka kelembagaan dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh paling sedikit tiga hal, yaitu (1) investasi, (2) pengeluaran pemerintah, dan (3) perkembangan ekspor-impor. Investasi merupakan salah satu bagian penting di dalam pembangunan ekonomi, yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya investasi tidak hanya meningkatkan permintaan agregat seperti dalam model makroekonomi Keynes, tetapi juga meningkatkan penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif jangka panjang, investasi meningkatkan stok kapital dan setiap penambahan stok kapital akan meningkatkan pula kemampuan untuk menghasilkan output yang berarti pula meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Salah satu model makroekonomi yang memberikan perhatian pada peranan investasi adalah model Harrod-Domar. Model ini berpendapat bahwa peningkatan investasi tidak hanya meningkatkan permintaan agregat dalam jangka pendek tetapi juga meningkatkan penawaran agregat dalam jangka panjang.
129
Selain investasi, pengeluaran pemerintah (government expenditure) juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, demikian juga dengan ekspor. Balassa (1985) menyatakan bahwa 43 negara sedang berkembang yang melakukan penggalakan ekspor menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi masing-masing negara. Menurut Azis (1994) terdapat dua kerangka konseptual pembangunan ekonomi regional. Pertama, Konsep Basis Ekonomi. Konsep ini beranggapan bahwa permintaan terhadap input hanya dapat meningkat melalui perluasan permintaan terhadap output yang diproduksi oleh sektor basis (ekspor) dan sektor non basis (lokal). Permintaan terhadap produksi sektor non basis hanya dapat meningkat apabila pendapatan lokal meningkat. Namun, peningkatan pendapatan ini hanya terjadi bila sektor basis (ekspor) meningkat. Dengan demikian menurut Teori Basis, ekspor regional (daerah) merupakan penentu dalam pembangunan ekonomi regional. Kedua, Konsep Tingkat Pengembalian Hasil (Rate of Return). Konsep ini beranggapan bahwa perbedan tingkat pengembalian hasil (rate of return) lebih disebabkan karena perbedaan lingkungan atau prasarana daripada ketidakseimbangan rasio modal tenaga kerja (capital-labor ratio). Dalam kerangka pikir ini keterbelakangan suatu daerah bukan karena tidak beruntung atau kegagalan pasar, tetapi karena produktifitasanya rendah. Oleh karena itu, investasi dalam prasarana adalah penting sebagai sarana pembangunan daerah. Ekspor dalam pengertian ekonomi regional adalah menjual produk ke luar wilayah baik ke wilayah lain dalam negeri maupun ke luar negeri. Tenaga kerja yang berdomisili di suatu wilayah, tetapi bekerja dan memperoleh uang dari wilayah lain termasuk dalam pengertian ekspor. Pada dasarnya semua kegiatan
130
yang mendatangkan uang dari luar wilayah adalah kegiatan basis. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi permintaan yang bersifat eksogenus. Sektor non basis adalah semua kegiatan lain yang bukan kegiatan basis, yang diperuntukkan bagi kebutuhan konsumsi lokal. Dengan demikian permintaan sektor non basis sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat. Berarti sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah (tidak bebas tumbuh). Studi ini berpijak pada kerangka teori basis dengan alasan (1) bahwa yang dikaji dalam studi ini adalah pertumbuhan ekonomi regional dan distribusi pendapatan interregional, (2) ”pertumbuhan produksi per kapita suatu wilayah tidak hanya ditentukan oleh lokasi penduduk dan aktivitas di daerah yang bersangkutan, tetapi juga oleh daerah lain” (Azis, 1994), dan (3) ekspor sebagai sektor basis yang bersifat eksogenus mampu meningkatkan perekonomian regional melebihi pertumbuhan alamiah. 4.2. Dampak Pembangunan Jalan Terhadap Ekonomi Makro Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan nasional. Infrastruktur jalan sebagai bagian dari sistem transportasi diharapkan dapat menciptakan dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
Jaringan jalan mendukung kelancaran arus orang dan barang antar/intra pusatpusat produksi,pusat-pusat
distribusi, dan
pusat-pusat permukiman, serta
sekaligus pembentuk struktur ruang wilayah. Manfaat pembangunan jaringan jalan
adalah,
terwujudnya
pertumbuhan
ekonomi
nasional,
pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya serta pengentasan kemiskinan, menciptakan
131
lapangan kerja langsung dan tidak langsung, menjaga kesatuan dan persatuan nasional. Infrastruktur jalan di Indonesia mempunyai peran yang vital dalam transportasi nasional dengan melayani lebih dari 85% angkutan penumpang dan angkutan barang. Sejauh ini total nilai kapitalisasi aset infrastruktur jalan nasional saja telah melebihi 200 triliun rupiah, yang perannya sangat strategis dalam menurunkan biaya transportasi. Apabila infrastruktur jalan terus menerus dikembangkan agar semakin handal, maka jalan akan menjadi salah satu faktor yang memberikan pengaruh positif bagi pembangunan ekonomi, sehingga meningkatkan daya saing ekonomi daerah dalam perekonomian nasional dan juga peningkatan daya saing ekonomi nasional terhadap perekonomian internasional. Pembangunan infrastruktur jalan memperlancar arus distribusi barang dan jasa. Secara ekonomi makro ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur jalan mempengaruhi tingkat produktivitas marginal modal swasta, sedangkan secara ekonomi mikro, infrastruktur jalan berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Infrastruktur jalan juga berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, antara lain: peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja. Dari sisi pasar tenaga kerja, pembangunan infrastruktur jalan dalam menciptakan peluang usaha dan menampung angkatan kerja juga sangat besar dan berpotensi untuk memberikan efek multiplier terhadap perekonomian lokal
132
maupun kawasan. Sebagai contoh pembangunan jalan tol Cipularang sepanjang 58 km yang menelan biaya sekitar Rp. 1.6 triliun dan 100% dikerjakan oleh tenaga lokal. Proyek pembangunan ini melibatkan 50.000 tenaga kerja, disamping menyerap jumlah tenaga kerja yang banyak pembangunan Jalan Tol Cipularang juga meningkatkan nilai konsumsi dengan menggunakan 500 ribu ton semen, 25 ribu ton besi beton, 1.5 juta m3 agregat dan 500 ribu m3 pasir. Potensi Kesempatan Kerja (Perkiraan Kesempatan KerjaLangsung dan Tidak Langsung) Konstruksi Jalan
Langsung
Tahap Operasi dan Pemeliharaan
Tahap Design dan Konstruksi
tenaga kerja konstruksi dan penunjang teknik
profesional (engineer, management )
Manufactu rer dan Franchiser
Pemasok Material
management penarik toll dan operasional
Pemeliharaan jalan
Tidak Langsung Tahap Operasi dan Pemeliharaan
Tahap Design dan Konstruksi
sektor makanan
pendidikan dan pelatihan
Sumber: Khazanah Nasional (2006), modifikasi Gambar 23. Potensi Kesempatan Kerja
akomodasi
sektor retail
133
Linkage mikro pembangunan jalan dengan sektor industri dan jasa serta potensi kesempatan kerja seperti yang di ilustrasikan oleh Khazanah Nasional (2006) dalam Proposed Aggregated Trans-Jawa Expressway seperti Gambar 24.
Jaringan jalan sebagai prasarana distribusi dan sekaligus pembentuk struktur ruang wilayah harus dapat memberikan pelayanan transportasi secara efisien (lancar), aman (selamat) dan nyaman. Jaringan jalan juga harus dapat memfasilitasi peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga secara ekonomi produk-produk yang dikembangkan menjadi lebih kompetitif. Umum • • • •
Pendukung
Drainase/Pengairan
Air dan listrik Bahan Bakar Asuransi Peralatan Berat Pengangkutan
• Precast draint dan culvert • Pasir, agregat • Semen • Work farmwork, scafd ding
• • • •
Earthwork
Ruang kerja Ruang Penyimpanan Akomodasi lokal Konsumsi lokal
Struktur
• Peralatan berat pengangkutan (eskavator, dump truk, compactor) • Materi bawaan, Engenering fill, pasir, Agregate, batu • Geotextile • Solum tanah dan turfing • landscaping
Linkage Mikro Pembangunan Jalan dengan sektor Industri dan Jasa
• Cranage • Farmwork (wood playwood) scafd rental, pasir, aggregate, semen ,reinforcing steel, baja struktur, precast piles, precast bridge beams, precastculverts, produk precast lainya, design bangunan • M&E plants/equipment • Tol equipment
Road Furniture
Perkerasan
• • • •
• Consrtuction plant (paver, compactors, dll) • Pasir, aggregates, semen, bituminous binders
Pembatas jalan Marka dan stud Jalan Rambu lalu lintas Lampu jalan dan Instalasi listrik • Pagar
Sumber: Khazanah Nasional (2006), modifikasi
Gambar 24. Linkage Mikro Pembangunan Jalan dengan Sektor Industri dan Jasa Pembangunan infrastruktur jalan harus memperhatikan secara bersamaan tiga aspek utama yang sangat penting yaitu: aspek ekonomi, sosial dan lingkungan,
134
karena jaringan jalan merupakan bagian dari interaksi tata ruang dan sistem transportasi (Gambar 25). Sehingga keberadaan jalan tidak memberikan dampak negatif kepada masyarakat maupun lingkungan lainnya yang ada di sekitarnya.
Tata Ruang Aspek Ekonomi
Aspek Sosial
Interaksi Tata Riang & Sistem Tansportasi
Sarana Angkutan Umum
Jaringan Jalan Aspek Lingkungan
Sumber: Bina Marga, 2009 Gambar 25. Interaksi Tata Ruang dan Sistem Transportasi Peran infrastrukur jalan dalam menggerakkan roda perekonomian sangat penting, dimana ketersediaan infrastruktur jalan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi terutama berkaitan dengan PDB. Setiap 1% pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan pertumbuhan lalulintas sebesar 1.5%, sehingga dari sini harus diantisipasi kebutuhan tersebut baik dengan menyediakan penambahan kapasitas fisik maupun melalui bentuk pengaturan dan pengendalian kebutuhan transportasi atau Transport Demand Management (TDM). Disamping itu dari hasil pengamatan empirik yang ada di lapangan, dengan adanya pembangunan infrastruktur jalan memiliki hubungan yang positif dan efek “saling ketergantungan” dengan harga tanah. Dengan adanya infrastruktur jalan menyebabkan harga tanah di sepanjang koridor yang ada umumnya dapat meningkat hingga 10 kali lipat pada tahun-tahun pertama. Sehingga di samping manfaat jangka panjang, pembangunan infrastruktur jalan
135
juga
berpotensi
untuk
dapat
menggairahkan
dan
menggerakkan
roda
perekonomian secara langsung untuk jangka pendek. Besarnya kontribusi infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi sangat signifikan, beberapa studi menunjukkan elastisitas infrastruktur terhadap perubahan output (PDB) berkisar antara 0.07 hingga 0.44. Di sisi lain beberapa studi menunjukkan bahwa economic rate of return dari investasi infrastruktur berada disekitar 19-117% jauh di atas biaya hutang yang mungkin berkisar diantara 10% (Easterly and Seeven, 2003 dalam Susantono, 2005). Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan tidak semata-mata mengandalkan konsumsi saja, akan tetapi dari investasi juga. Pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6.6% sebagaimana yang diharapkan, akan sulit dicapai tanpa disertai dengan peningkatan ekspor dan investasi. Untuk mendukung pencapaian tersebut investasi yang dilakukan harusnya dimulai dengan investasi di bidang infrastruktur, tetapi dilihat dari keadaan yang ada, maka dapat dikatakan bahwa kondisi infrastuktur Indonesia pada saat ini sudah tidak mendukung pertumbuhan ekonomi yang memadai dan bahkan sudah menjadi penghambat utama perbaikan iklim investasi (Susantono, 2005). 4.3.
Peranan Investasi Infrastruktur Jalan Jika diperhatikan, analisis tentang dampak pembangunan infrastruktur
terhadap output perekonomian pada umumnya mengambil kasus infrastruktur jalan termasuk di sini jalan raya (highway), jalan toll ataupun expressway. Hal ini tidaklah mengherankan karena sistem transportasi yang paling dominan di banyak negara dan daerah ditunjang oleh transportasi darat. Infrastruktur jalan yang
136
merupakan prasarana transportasi jalan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Hal ini dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 26.
Sistem Transportasi Persaingan Daerah
Investasi
Ekspor
Tenaga Kerja
Konsumsi
Pendapatan Pemerintah
Belanja Pemerintah
Pertumbuhan Regional GRDP = C + I + G + Nx
Gambar 26. Transportasi Menggerakkan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Ketika konsumsi dan investasi meningkat, maka akan terjadi pertumbuhan ekonomi, dengan infrastruktur jalan dapat menurunkan biaya distribusi barang dan jasa bagi produk-produk yang dihasilkan oleh maupun yang memanfaatkan sebagai bagian dari sistem pergerakan. Investasi jalan akan menunjukkan dampak ekonomi makro apabila dapat menurunkan marjin transportasi yang kemudian dikonversi menjadi konsumsi, investasi maupun tabungan (yang selanjutnya akan digunakan untuk investasi swasta). Margin transportasi adalah perbedaan antara harga sebuah komoditi ketika di pabrik atau pertanian dan harga yang dibayar pada pelanggan (harga akhir konsumen). Inilah yang nanti akan menggerakkan roda perekonomian dengan prinsip diminishing return. Artinya semakin besar investasi yang diberikan, dampak ekonomi yang timbul akan meningkat dengan
137
rata-rata yang semakin kecil, karena sifat infrastruktur lebih kepada mendorong rata-rata untuk daerah yang masih belum maju secara ekonomi maupun fasilitasi untuk daerah yang telah maju (Parikesit dan Purwoto, 2003). Infrastruktur transportasi menurut Lewison Lee Lem dalam Utomo (2008) akan mempengaruhi : 1.
Production Cost, infrastruktur transportasi memperbaiki kinerja transportasi, kinerja transportasi yang baik menurunkan biaya produksi. Biaya produksi rendah maka produk kompetitif dan menjadi daya tarik bagi investor.
2.
Industrial Location, biaya transportasi mempengaruhi industrial location dan member economic benefits bagi daerah.
3.
Regional Productitivity, biaya produksi rendah akan meningkatkan produktifitas daerah.
4.
Cost of interregion trade, biaya produksi rendah akan mendorong interregion trade. Daerah yang memiliki banyak industri akan mampu mendominasi interregion trade. Selain itu, infrastruktur berperan sebagai instrumen bagi pengurangan
kemiskinan, pembukaan daerah terisolasi dan juga mempersempit kesenjangan antarwilayah. Untuk menjawab hal tersebut maka program investasi pemerintah di bidang infrastruktur harus lebih berfokus pada kawasan tertinggal, dengan anggapan bahwa untuk daerah yang relatif lebih maju, maka secara ekonomis mereka telah mampu membiayai pembangunannya sendiri melalui keterlibatan peran serta pihak swasta dan juga melalui pengguna yang mampu membayar kualitas pelayanan yang baik. Manfaat investasi infrastruktur jalan adalah sebagai berikut:
138
1. Manfaat langsung, yaitu panjang jalan dan kondisi jalan yang berupa: Road User Cost (RUC) berupa: BOK (Biaya Operasi Kendaraan), yakni biaya yang dikeluarkan pengguna jalan sebagai akibat dari kondisi jalan seperti konsumsi BBM, harga kendaraan, harga suku cadang. Manfaat BOK dihitung dari penghematan BOK relatif dengan membandingkan antara BOK pada investasi minimum dan BOK yang dihasilkan dari investasi existing. Time Cost, waktu yang diperlukan pengguna jalan dalam melakukan perjalanan dikonversi ke dalam nilai uang (Rupiah). 2.
Manfaat tidak langsung, yaitu: PDRB dan tenaga kerja yang terserap, peningkatan kualitas struktur jalan berpengaruh terhadap penambahan PDRB dan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan untuk linkage mikro pembangunan jalan dengan sektor industri dan jasa sendiri dapat digambarkan dapat dilihat pada Gambar 22.
4.4. Justifikasi Pengunaan Model Interregional Social Accounting Matrix (IRSAM) Sejalan dengan kerangka teoretis yang digunakan, studi ini akan menggunakan model (IRSAM). Model ini dapat memotret seluruh neraca ekonomi baik yang endogen maupun eksogen, baik yang intraregional maupun interregional. Selain itu model ini juga dapat, (1) menjelaskan keterkaitan antara aktivitas produksi, distribusi pendapatan, konsumsi barang dan jasa, tabungan dan investasi serta perdagangan luar negeri, (2) memberikan suatu kerangka kerja yang bisa menyatukan dan menyajikan seluruh data perekonomian wilayah, (3) dapat dihitung multiplier perekonomian wilayah dan menjelaskan pengaruh dari suatu perubahan terhadap produksi, distribusi pendapatan dan permintaan serta pengaruh interregional, dan (4) menjelaskan struktur ekonomi intra dan
139
interregional, struktur pendapatan dan pengeluaran rumahtangga intra dan interregional. Dengan model ini akan dapat dianalisis keterkaitan antarwilayah antara kawasan KBI dengan KTI dalam satu matrik yang konsisten dan kompak. Secara diagramatik analisis ketergantungan antarwilayah dalam model IRSAM KBI-KTI. Dengan dukungan model tersendiri di luar model IRSAM KBI-KTI akan dibuat beberapa skenario pada neraca eksogen (exogenous projection) yang berdampak kepada neraca-neraca endogen melalui analisis pengganda. 4.5. Kerangka Sederhana Social Accounting Matrix Secara garis besar, model Social Accounting Matrix (SAM) dibagi atas empat neraca, yaitu (1) neraca faktor produksi, (2) neraca institusi, (3) neraca sektor produksi, dan (4) rest of the world. Neraca 1, 2 dan 3 adalah neraca endogen, yang secara diagramatik disusun dalam bentuk segitiga pada Gambar 25, sedangkan neraca 4 adalah neraca eksogen, berada pada lingkaran luar memagari ketiga neraca endogen. Garis panah pada gambar segitiga tersebut melambangkan arus uang yang mengalir dari neraca sektor (aktivitas) produksi ke neraca faktor produksi, kemudian ke neraca institusi dan selanjutnya ke neraca sektor produksi. Panah dari neraca sektor produksi 3 ke neraca faktor produksi 1 menyatakan bahwa kenaikan permintaan output oleh blok neraca eksogen 4 akan mengakibatkan kenaikan permintaan input dan sebagai imbalan atas input faktor tersebut mengalirlah uang dari blok neraca sektor produksi ke blok neraca faktor produksi. Selanjutnya bahwa sesungguhnya pemilik faktor-faktor produksi 1 tersebut adalah rumahtangga, perusahaan dan pemerintah 2. Dengan demikian, meningkatnya permintaan input akan meningkatkan pendapatan institusi sesuai
140
dengan besarnya input yang diserahkannya. Pendapatan institusi dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa. Ini dilambangkan oleh garis panah dari blok neraca institusi 2 ke blok neraca sektor produksi 3. Secara matematis, keempat neraca tersebut disusun dalam bentuk matrik, yang terdiri atas baris dan kolom. Neraca baris menunjukkan penerimaan dan neraca kolom menggambarkan pengeluaran. Setiap sel (perpotongan antara baris dan kolom) menggambarkan interaksi antara neraca. Makna dari setiap sel seperti yang terdapat di dalam Tabel 20. Tabel 20 terlihat bahwa SAM dapat menggambarkan keterkaitan antarsektor, distribusi pendapatan (factorial distribution dan income distribution) dan pengaruh dari konsumsi, investasi serta ekspor-impor terhadap pendapatan regional dan kesempatan kerja. Dalam perjalan waktu, Thorbecke (2001) mengembangkan neraca-neraca dalam SAM sederhana menjadi enam tipe neraca, yaitu (1) neraca aktivitas produksi, (2) neraca komoditas, (3) neraca faktor produksi, (4) neraca institusi, (5) neraca modal (kapital), dan (6) neraca Rest of The World. Neraca aktivitas produksi merupakan neraca yang berkaitan dengan transaksi pembelian row material, intermediate goods dan sewa faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa (komoditas). Pada baris neraca aktivitas (penerimaan aktivitas) meliputi hasil penjualan komoditas pada pasar domestik dan pasar luar negeri, serta penerimaan subsidi ekpor dari pemerintah. Pada kolom neraca aktivitas (pengeluaran aktivitas) meliputi pengeluaran untuk impor, biayabiaya dari jasa perdagangan dan pembayaran pajak tidak langsung. Neraca institusi oleh Thorbecke (2001) dipecah lagi menjadi tiga neraca, yaitu (1) rumahtangga, (2) perusahaan, dan (3) pemerintah. Baris neraca
141
rumahtangga meliputi penerimaan atas kompensasi tenaga kerja, keuntungan atas modal, transfer antara rumahtangga, penerimaan transfer dari perusahaan (berupa asuransi), transfer dari pemerintah dan transfer luar negeri. Sedangkan kolom neraca rumahtangga meliputi pengeluaran konsumsi, transfer antarrumahtangga, transfer kepada perusahaan, pembayaran pajak langsung dan tabungan pada neraca modal. Selanjutnya baris neraca perusahaan (penerimaan perusahaan) meliputi laba yang ditahan, transfer dari rumahtangga dan transfer pemerintah. Tabel 20. Struktur Sederhana Social Accounting Matrix Pengeluaran
Penerimaan Faktor Produksi
1
Institusi
2
Sektor Produksi
3
Neraca Eksogen
Total
Faktor Produksi
Institusi
1 T 11
2 T 12
0
0
T 21 T 22 Alokasi Transfer pendapatan faktor ke antarinstitusi institusi T 31 T 32 Permintaan 0 domestik
4
X 41 Alokasi pendapatan faktor ke luar negeri
5
Y’ 1 Y’ 2 Jumlah Jumlah pengeluaran pengeluaran faktor institusi produksi
Sektor Produksi 3 T 13 Alokasi nilai tambah ke faktor produksi T 23 0
T 33 Permintaan antara
Neraca Eksogen
4 5 X 14 Y1 Pendapatan Distribusi faktor pendapatan produksi dari faktorial luar negeri X 24 Y2 Distribusi Transfer pendapatan dari luar institusional negeri X 34 Y3 Ekspor dan Total outout Investasi menurut sektor produksi X 44 Y4
X 42
X 43
Tabungan
Impor dan pajak tidak langsung
Transfer lainnya
Y’ 3
Y’ 4 Jumlah pengeluaran lainnya
Total input
Total
Total penerimaan neraca lainnya
Sumber: Thorbecke (1998) Sedangkan kolom neraca perusahaan (pengeluaran perusahaan) meliputi transfer kepada rumahtangga, pembayaran pajak dan tabungan perusahaan pada
142
neraca kapital. Baris neraca pemerintah meliputi semua penerimaan pajak, yaitu pajak nilai tambah, pajak tidak langsung, pajak pendapatan, pajak langsung dan pajak keuntungan dari perusahaan. Sedangkan kolom neraca pemerintah meliputi pengeluaran subsidi ekspor, belanja barang dan jasa, transfer kepada rumahtangga dan perusahaan serta tabungan pemerintah. Sisi penerimaan dari neraca kapital meliputi tabungan rumahtangga, tabungan perusahaan dan tabungan pemerintah. Sedangkan sisi pengeluarannya meliputi pembagian keuntungan kepada rumahtangga dan pembayaran pajak kepada pemerintah. Dari struktur sederhana SAM Tabel 20, dapat dirumuskan persamaan matrik pendapatan dan pengeluaran neraca endogen secara agregat sebagai berikut: Y = T + X………………………………………………………….. (4.1) Distribusi pendapatan neraca endogen dan neraca eksogen dapat dirumuskan sebagai berikut: Y1 = T 13 + X 14 ……………………………………………………… (4.2) Y2 = T 21 + T 22 + X 24 ………………………………….…………… (4.3) Y3 = T 32 + T 33 + X 34 ……………………………………………… (4.4) Y4 = X 41 + X 42 + X 43 + X 44 ………………………………….......... (4.5) Persamaan (4.2) menunjukkan distribusi pendapatan faktorial. Sedangkan persamaan (4.3) menunjukkan distribusi pendapatan institusional, persamaan (4.4) menunjukkan total output menurut faktor produksi dan persamaan (4.5) menunjukan total pendapatan lainnya (eksogen). Sedangkan distribusi pengeluaran neraca endogen dan neraca eksogen dirumuskan sebagai berikut: Y’ 1 = T 21 + X 41 ………………………………….............................
(4.6)
143
Y’ 2 = T 22 + T 32 + X 42 ….................................................................... (4.7) Y’ 3 = T 13 + T 23 + T 33 + X 43 ……………………………………..... (4.8) Y’ 4 = X 14 + X 24 + X 34 + X 44 ………………………………………
(4.9)
Persamaan (4.6) menunjukkan total pengeluaran faktor-faktor produksi (factorial). Sedangkan persamaan (4.7) menunjukkan total pengeluaran institusional, persamaan (4.8) menunjukkan total pembelanjaan input oleh sektor-sektor produksi dan persamaan (4.9) menunjukan total pengeluaran lainnya (eksogen). Sebenarnya model SAM merupakan perluasan dari model I-O. Namun demikian model ini memiliki sejumlah keterbatasan yang melekat pada asumsiasumsi dari model. Adapun asumsi-asumsi yang digunakan, adalah (1) seluruh produk yang dihasilkan oleh setiap sektor habis dikonsumsi pada periode tertentu, (2) hubungan input-output dalam kegiatan produksi bersifat linier atau constant return to scale, (3) tidak ada substitusi antara faktor produksi yang digunakan, (4) suatu kelompok produk tidak dihasilkan bersama-sama oleh dua perusahaan atau lebih, (5) harga konstan, (6) tidak ada eksternalitas negatif, dan (7) perekonomian dalam keadaan keseimbangan. Sekalipun SAM memiliki sejumlah keterbatasan namun model ini telah digunakan secara luas, antara lain oleh Marko Nokkala (2000) dalam penelitiannya yang berkaitan dengan kebijakan investasi sektor pertanian di Zambia. Sedangkan Iqbal dan Siddiqui (2000) untuk menganalisis dampak penyesuaian struktural terhadap ketidakmerataan pendapatan (income inequity) di Pakistan, Wagner (1998) untuk menganalisis dampak ecotourism terhadap perekonomian wilayah APA de Guarquechaba Brazil, sedangkan Bautista (2000) untuk
menganalisis
dampak
pembangunan
sektor
pertanian
terhadap
perekonomian wilayah Vietnam. Argumentasi umum yang dikemukakan dalam
144
menggunakan model SAM adalah bahwa model ini dapat memotret keterkaitan aktivitas perekonomian pada suatu wilayah atau interregional dengan disagregasi yang luas sehingga dapat diperoleh obyek yang beragam. Rest of the World X76/X67
X73/X37
Wilayah II/KTI
Wilayah I/KBI
Sektor Produksi (3)
T36
T63
T35 T13
T62
T32
Faktor Produksi (1)
T21
Institusi (2)
Sektor Produksi (6)
T23
Institusi (5)
T65
T46
T54
Faktor Produksi (4)
T52 T51
X71/X17
T24 X71/X17
X71/X17
Rest of the World (7)
Sumber: Hadi (2001), Achjar et al. ( 2003), dan Alim (2005) modifikasi Keterangan : = transaksi intraregion, = transaksi interregion al Gambar 27. Kerangka SAM Interregional
X71/X17
145
Wagner (1998) mengemukakan tiga alasan mengapa memakai model SAM, yaitu (1) model SAM dapat menjelaskan keterkaitan antara aktivitas produksi, distribusi pendapatan, konsumsi barang dan jasa, tabungan dan investasi serta perdagangan luar negeri, (2) SAM dapat memberikan suatu kerangka kerja yang bisa menyatukan dan menyajikan seluruh data perekonomian wilayah, dan (3) dengan menggunakan SAM dapat dihitung multiplier perekonomian wilayah yang berguna untuk mengukur dampak dari ecotourism terhadap produksi, distribusi pendapatan dan permintaan, yang juga merupakan gambarandari struktur perekonomian. Di Indonesia beberapa studi telah menggunakan model Social Accounting Matrix Interregional (SAM Interregional), antara lain oleh Hidayat (1991) dan Hadi (2001). Hidayat membagi Indonesia ke dalam dua wilayah, yaitu wilayah Jawa (inner island) dan wilayah luar Jawa (outer island), kemudian membangun SAM Interregional yang terintegrasi. Hadi membagi wilayah Indonesia menjadi Kawasan Barat Indonesia (KBI) yang meliputi seluruh provinsi di pulau Sumatera dan pulau Jawa dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang meliputi provinsiprovinsi di luar pulau Sumatera dan Jawa. Interregional SAM (IRSAM) memiliki beberapa kelebihan dibanding SAM single region (regional tunggal), dimana Interregional SAM memberikan tambahan informasi interaksi atau hubungan yang terjadi antarwilayah, khususnya dalam aktivitas-aktivitas seperti: (1) arus barang antarwilayah, (2) distribusi pendapatan antarwilayah, dan (3) keseimbangan keragaan ekonomi makro antarwilayah. Gambaran umum tentang IRSAM dapat dilihat pada Gambar 28 dan Tabel 21.
146
Tabel 21. Struktur IRSAM Pengeluaran Wilayah I KBI Penerimaan Wilayah I KBI Wilayah II KTI
Faktor Produksi Institusi
1 2
Sektor Produksi Faktor Produksi Institusi Sektor Produksi
3 4
1
2
T 21
T 22
3
Wilayah II KTI 6
4
5
T 24
T 25
X 17 X 27
Y1 Y2
T 35 T 36 T 46
X 37 X 47
Y3 Y4
T 13 T 32
T 33
T 52 T 62
T 63
Total Neraca Peneri Eksogen -maan 7 8
5 6
T 51
T 54
T 55 T 65 T 66
X 57 X 67
Y5 Y6
Neraca Eksogen
7
X 71 X 72 X 73 X 74 X 75 X 76
X 77
Y7
Total Pengeluaran
8
Y’ 1 Y’ 2 Y’ 3 Y’ 4 Y’ 5 Y’ 6
Y’ 7
Gambar 27 menunjukkan bahwa sektor produksi (3 dan 6) menghasilkan output yang membutuhkan input faktor (1 dan 4). Selanjutnya nilai tambah tersebut dialokasikan kepada institusi sebagai pemilik faktor produksi (T 21 dan T 54 ). Hubungan T 21 dan T 54 menunjukkan distribusi pendapatan, sebab ada perbedaan pemilikan faktor produksi pada setiap institusi. Selanjutnya, institusi mengalokasikan pendapatan yang diperolehnya kepada sektor produksi baik dalam bentuk konsumsi langsung, investasi, tabungan maupun transfer antara institusi. Transaksi institusi dalam model SAM antarwilayah tidak hanya dilakukan di dalam wilayah (intrawilayah), tetapi juga lintas wilayah (antarwilayah), yaitu alokasi pendapatan institusi kepada sektor produksi dalam wilayah dan sektor produksi antarwilayah, serta transfer antara institusi di dalam wilayah dan transfer antara institusi antarwilayah. Hubungan atau interaksi ekonomi antara Wilayah I dan Wilayah II ditunjukkan oleh panah putus-putus dengan tanda T 24 , T 25 , T 35 , T 36 , T 51 , T 52 , T 62 , dan T 63 sebagaimana terlihat pada Gambar 24. Transaksi
147
masing-masing wilayah (Wilayah I dan Wilayah II) dengan luar negeri (termasuk wilayah lain di luar kedua wilayah tersebut) ditunjukkan oleh hubungan masingmasing blok neraca dengan rest of the world. Tabel 22. Definisi Neraca Transaksi IRSAM Neraca
Definisi
T 13 ; T 46
Pendapatan faktor produksi dari sektor produksi setiap wilayah
T 21 ; T 54
Pendapatan institusi atas pemilikan faktor produksi dalam wilayah
T 22 ; T 55
Transfer antarinstitusi dalam wilayah
T 24 ; T 51
Pendapatan institusi atas pemilikan faktor produksi interregional
T 25 ; T 52
Transfer antara institusi interregional
T 32 ; T 65
Permintaan atas barang dan jasa oleh institusi dalam wilayah
T 33 ; T 66
Permintaan antara dalam wilayah
T 35 ; T 62
Permintaan atas barang dan jasa oleh institusi interregional
T 36 ; T 63
Permintaan antara interregional
X 17 ; X 47
Pendapatan faktor produksi dari transfer luar negeri
X 27 ; X 57
Transfer luar negeri kepada institusi
X 37 ; X 67
Ekspor barang dan jasa setiap wilayah
X 71 ; X 74
Permintaan luar negeri atas pemilikan faktor produksi
X 72 ; X 75
Tabungan institusi
X 73 ; X 76
Impor barang dan jasa setiap wilayah
X 77
Tranfer lainnya
Y 18 ; Y 48
Distribusi pendapatan faktorial setiap wilayah
Y 28 ; Y 58
Distribusi pendapatan institusional setiap wilayah
Y 38 ; Y 68
Total output sektor produksi setiap wilayah
Y 78
Total penerimaan neraca lainnya
Y 81 ; Y 84
Distribusi pengeluaran faktorial setiap wilayah
Y 82 ; Y 85
Distribusi pengeluaran institusional setiap wilayah
Y 83 ; Y 86
Total input sektor produksi setiap wilayah
Y 87
Total pengeluaran neraca lainnya
148
Hubungan antara blok neraca sektor produksi dengan rest of the world menunjukkan adanya perdagangan langsung dengan luar negeri oleh masingmasing wilayah. Sedangkan, hubungan antara blok neraca faktor produksi dengan rest of the world menunjukkan aliran modal (capital flows) dari dan ke luar negeri. Kemudian hubungan antara blok neraca institusi dengan rest of the world menunjukkan adanya transfer institusi ke dan dari luar negeri. Dari Gambar 27 dapat dibangun kembali dalam bentuk tabel (Tabel 21) untuk menunjukkan struktur SAM Interregional secara agregat. Dengan Tabel 21 ini, nampak dengan jelas posisi setiap sel, adapun pengertian dari setiap sel (neraca transaksi) dirumuskan dalam Tabel 22. 4.6. Kerangka Analisis Pengganda SAM Analisis pengganda di dalam model SAM dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu pengganda neraca (accounting multiplier) dan pengganda harga tetap (fixed price multiplier). Analisis accounting multiplier pada dasarnya sama dengan pengganda dari Leontief Inverse Matrix yang terdapat dalam model I-O. Ini berarti bahwa semua analisis pengganda yang terdapat dalam model I-O seperti own multiplier, other linkage multiplier dan pengganda total dapat digunakan dalam analisis SAM. Sedangkan analisis fixed price multiplier mengarah pada analisis respon rumahtangga terhadap perubahan neraca eksogen dengan memperhitungkan expenditure propensity (Isard et al., 1998). Selanjutnya apabila diasumsikan bahwa besarnya kecenderungan rata-rata pengeluaran, A ij yang merupakan perbandingan antara pengeluaran sektor ke-j untuk sektor ke-i dengan total pengeluaran ke-j (Y j ), maka:
149
A ij = T ij / Y j …………………………………………………..............(4.10) atau dalam bentuk matrik adalah:
0 A = A21 0
0 A22 A32
A13 0 ………....………….......................................... (4.11) A33
Apabila persamaan (4.10) dibagi dengan Y, maka diperoleh: Y/Y = T/Y + X/Y .………………..……………………………………(4.12) Selanjutnya persamaan (4.10) disubsitusikan ke persamaan (4.11) menjadi: I = A + X/Y I – A = X/Y (I – A)Y = X Y = (I – A)-1 X …………………………………………………….....(4.13) Jika, M a = (I – A)-1 maka: Y = Ma X
....................................................................................... (4.14)
Dimana A adalah koefisien-koefisien yang menunjukkan pengaruh langsung (direct coefficients) dari perubahan yang terjadi pada suatu sektor terhadap sektor lainnya. Sementara itu M a adalah pengganda neraca (accounting multiplier) yang menunjukkan pengaruh perubahan suatu sektor terhadap sektor lainnya dari seluruh SAM. Pyatt dan Round (1985) melakukan dekomposisi terhadap pengganda neraca agar mendapatkan dampak langsung dan tidak langsung yang dalam bentuk multiplikatif: M a = M a3 M a2 M a1
……………………………………………… (4.15)
atau secara aditif dapat ditulis: M a = I + M a1 - I + (M a2 - I) M a1 + (M a3 - I) M a2 M a1 ……………….(4.16)
150
M a1 adalah transfer multiplier yang menunjukkan pengaruh dari satu blok neraca terhadap dirinya sendiri, yang dirumuskan sebagai berikut: M a1 = (I – A0 )–1 ……………………………………………..…… (4.17) dimana:
0 A = 0 0 0
0 A22 0
0 0 …………………………………………………(4.18) A33
sehingga:
M a1
0 0 0 ……………………………….. (4.19) −1 0 = 0 ( 1 − A22 ) 0 0 ( 1 − A33 ) −1
Selanjutnya M a2 adalah open loop multiplier atau cross effect yang menunjukkan pengaruh langsung dari satu blok ke blok lain. Dalam hal ini M a2 dapat dirumuskan: M a2 = (I + A* + A*2) ……………………………………………… (4.20) dimana A* = (I – A0)-1 (A – A0) Oleh karena: A*13 = A 13 A*21 = (I – A 22 )-1 A 21 A*32 = (I – A 33 )-1 A 32 maka M a2 dapat ditulis sebagai berikut:
M a2
1 = A* 21 A* 32 A* 21
A* 13 A* 32 1 A* 32
A* 13 A* 21 A* 13 1
……………………… (4.21)
Proses open loop multiplier antara blok nampak pada Gambar 25. Gambar ini menunjukkan bahwa misalnya injeksi awal terjadi pada peningkatan
151
permintaan ekspor (X 3 ), maka output yang terkait dengan blok aktivitas produksi (Y3 ) akan meningkat, kemudian memberikan pengaruh berikutnya terhadap pendapatan pada blok faktor produksi (Y1 ) dengan nilai pengganda sebesar A 13 .
Y3 Aktivitas Produksi
(I-A33)-1X3 X3= Permintaan ekspor
A*32=(I-A33)-1A32
Y2 Distribusi pendapatan institusi
(I-A22)-1X2 X2= pendapatan non-faktor dari luar negeri
A*13=A13
*
-1
A 21=(I-A22) A21
Y1 Distribusi pendapatan faktor produksi
X1= pendapatan faktor dari luar negeri
Sumber : Thorbecke (1998)
Gambar 28. Proses Pengganda Antarneraca Endogen SAM Selanjutnya, peningkatan pendapatan pada blok faktor produksi akan memberikan pengaruh lanjutan terhadap pendapatan pada blok institusi (Y2 ) dengan nilai pengganda sebesar A* 21, dan selanjutnya akan meningkatkan pendapatan blok produksi dengan nilai pengganda sebesar A* 32 . Apabila injeksi awal bersumber dari peningkatan pendapatan blok faktor produksi yang berasal dari luar negeri (X 1 ), maka injeksi ini akan berpengaruh terhadap pendapatan pada
152
blok institusi dengan nilai pengganda sebesar A*21 dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok aktivitas produksi dengan nilai pengganda A*32 . Peningkatan pendapatan pada blok aktivitas produksi akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok faktor produksi dengan nilai pengganda sebesar A 13 . Apabila injeksi berawal dari peningkatan pendapatan blok non faktor produksi yang berasal dari luar negeri (X 2 ), maka injeksi ini akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok aktivitas produksi dengan nilai pengganda sebesar A*32 dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok faktor produksi dengan nilai pengganda A 13 . Peningkatan pendapatan pada blok faktor produksi akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok institusi dengan nilai pengganda sebesar A* 21 . Terakhir M a3 merupakan closed loop multiplier yang menunjukkan pengaruh dari satu blok ke blok lain, kemudian kembali pada blok semula. Dalam bentuk matrik M a3 dapat ditulis sebagai berikut: M a3 = (I – A* 3 )-1................................................................................ (4.22) Persamaan (4.23) secara rinci dapat ditulis sebagai berikut:
M a3
( 1 − A* 13 A* 32 A* 32 )−1 0 0 0 ( 1 − A* 13 A* 32 A* 32 )−1 0 = ... (4.23) * * * − 1 0 0 ( 1 − A 13 A 32 A 32 )
Dekomposisi pengganda neraca tidak hanya dilakukan dengan pendekatan rata-rata, tetapi juga dapat dilakukan dengan pendekatan marjinal. Dekomposisi pengganda neraca dengan pendekatan marjinal memerlukan suatu matrik yang disebut marginal expenditure propensities yang dinotasikan dengan C. Matrik C dibentuk berdasarkan asumsi harga tetap, sehingga pengganda yang diperoleh
153
dengan cara ini seringkali disebut pengganda
harga tetap. Secara matematis
matrik C dirumuskan sebagai: C = ∂T/∂Y
……………………………………………………… (4.24)
Secara rinci ditulis sebagai:
0 C = C 21 0
0 0 ……………………………………… ............ (4.25) C 33
0 C 22 C 32
karena Y = T + X, maka: ∂Y = ∂T + ∂X
……………………………………………………… (4.26)
dengan demikian, ∂Y = C∂T + ∂X ∂Y = (I – C)-1 ∂X
......... …………………………………………… (4.27)
atau, ∂Y = M c ∂X
…………………………………………………… (4.28)
Dimana M c adalah pengganda harga tetap, yang selanjutnya dapat didekomposisi ke dalam M c1 (transfer multiplier), M c2 (open loop mutiplier) dan M c3 (closed loop multiplier), sehingga: M c = M c3 M c2 M c1 ............................................................................... (4.29) Bentuk matrik M c3 , M c2 , M c1 sama seperti pada matrik dekomposisi sebelumnya, hanya saja yang digunakan disini adalah marjinal pengeluaran, sedangkan untuk interregion SAM, Pyatt dan Round (1985) menunjukkan dekomposisi multiplier sebagai berikut: M = M r3 M r2 M r1 …………………………………………………..... (4.30) dimana: M r3 = closed-loop multiplier effect within region
154
M r2 = interregional open-loop multiplier effect M r1 = transfer effect within region Persamaan (4.30) diperoleh dengan penurunan sebagai berikut: Y1 = B 11 Y1 + B 12 Y2 + X 1
........................................................... (4.31)
Y2 = B 22 Y2 + B 21 Y1 + X 2 ....................................................................(4.32) dimana: Y1 , Y 2
= total pengeluaran untuk masing-masing regional
B 11 , B 22 = koefisien intraregional B 12 , B 21 = koefisien interregional X 1 , X 2 = neraca eksogen Dari persamaan [4.31] dan [4.32], maka: Y1 = (1 - B 11 )-1 b 12 Y2 + (1 - B 11 )-1 X 1 ............................................. (4.33) Y2 = (1 – B 22 )-1 b 21 Y1 + (1 – B 22 )-1 X 2 .............................................. (4.34) Persamaan [4.33] dan [4.34] bila ditulis dalam bentuk perkalian matrik adalah: Υ1 0 Υ = −1 2 [I − B22 ] b21
[I − B11 ]−1b12 Υ1 [I − B11 ]−1 0
+ Υ 2
0
Χ1 [I − B22 ]−1 Χ 2 0
........ (4.35)
Bila didefinisikan bahwa D 12 = [I – B 11 ]-1 b 12 dan D 21 = [I – B 22 ]-1 b 21 , selanjutnya persamaan (4.35) dapat ditulis sebagai berikut: Υ 1 I Υ = D 2 21
D12 I
−1
[I − B11 ]−1 0
Χ1 . [I − B22 ]−1 Χ 2 0
................... (4.36)
Dengan demikian: Μ r1 sedangkan,
[I − B11 ]−1 = 0
[I − B22 ]−1 0
..................................................... (4.37)
155
Μ rx
[I − D12 D21 ]−1 = [I − D21 D12 ] D21
[I − D12 D21 ]−1 D12 [I − D21 D12 ]−1
................................. (4.38)
sehingga : Μ rx
[I − D12 D21 ]−1 = 0
1 [I − D21 D12 ] D21 0
D12 ........................ (4.39) 1
Dengan demikian, maka:
D12 1 Μ r2 = ............................................................................ (4.40) D21 1 dan, [I − D12 D21 ]−1 Μ r3 = 0
......................................... (4.41) [I − D21 D12 ]−1 0
4.7. Kompilasi Jaringan Interregional Dengan mengasumsikan ada dua wilayah, r dan R dan setiap wilayah terdiri dari tiga sub sistem ekonomi (aktivitas produksi, faktor produksi dan insitusi) kompilasi jaringan interregional, matrik A** dapat dinyatakan sebagai berikut (Achjar et al., 2003):
0 rr A21 0 ** A = 0 Rr A213 0
0 A22rr A32rr 0 Rr 22 Rr 32
A A
A13rr 0 A33rr Rr 13
A 0
A33Rr
0 A21rR 0 0 A21RR 0
0 A22rR A31rR 0 A22RR A32RR
A13rR 0 A33rR A13RR 0 A33RR
............................ (4.42)
Menggunakan suatu pendekatan dekomposisi untuk membangun Block Structural Path Analysis (BSPA), blok parsial matrik input langsung untuk tiga blok dan invers Leontief parsial dalam setiap wilayah (Sonis et al., 1997a, b, 1998, 2003), sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
156
1. Pasangan institusi dengan aktivitas:
A* A* (1) = 22 * A23
0 * A33
..................................................................... (4.43)
Besaran input-input dalam first layer feedback loop dalam kerangka interregional SAM dinyatakan sebagai: * ; A12* = A13* B3* A32
A13* = A13*
* A21 = A12*
* A23 = A12 A13 ................................................... (4.44)
;
* * * ; A31 = A22 B2* A21
* * A32 = A23
dengan invers Leontief parsial adalah:
[
]
B (1) = I − A (1) *
(
*
−1
B3* = * * * B3 A32 B2
)
0 ............................................. (4.45) B3*
* * * dimana: B2* = I − A22 dan B33 ) = (I − A33
−1
2. Pasangan faktor produksi dengan aktivitas:
A
*
0
(2) =
0
A13* * A33
............................................................................ (4.46)
dengan invers Leontief parsial adalah:
[
]
B * (2 ) = I − A* (2 )
−1
I = 0
A13* B3* ..................................................... (4.47) B3*
3. Pasangan faktor produksi dengan institusi:
0 A* (3) = * A21
0 * A22
......................................................................... (4.48)
dengan invers Leontief parsial adalah:
[
]
B * (3) = I − A* (3)
−1
I = * * B21 A21
0 ................................................. (4.49) B2*
157
Menggunakan metode dekomposisi yang sama dengan BSPA, perluasan invers Leontief untuk first layer feedback loop dalam interregional block structural path analysis (IRBSPA) dapat dinyatakan sebagai:
[ = [I − A
* * B11* = I − A13* B3* A32 B2* A21 * B22
* 22
]
−1
* * − A21 B13* A13* B3* A32
[
* * * * B33 = I − A33 − A32 B2* A21 A13*
Kompilasi
jaringan
]
−1
..................................................... (4.50)
]
−1
interregional
diusulkan
untuk
mentransformasi
pengaruh sistem ekonomi dalam wilayah r yang berhubungan dengan subsistem ekonomi dalam wilayah R. Untuk tujuan ini, peluasan invers Leontief dari suatu wilayah seperti pada persamaan (4.50) ditetapkan sebagai second layer economic subsystem. Menggunakan pendekatan ini, pengaruh semua subsistem ekonomi terhadap subsistem ekonomi secara keseluruhan dapat ditangkap dengan memasukkan first layer dari perluasan invers Leontief ke dalam second layer. Misalkan
sub
blok
matrik
interregional
Aij** digunakan
untuk
mengkonstruksi blok matrik direct inputs interregion parsial, yaitu aktivitas produksi i dan faktor produksi j dalam kerangka intra atau interregional dinyatakan sebagai: A rr Aij* = ijRr Aij
AijrR .............................................................................. (4.51) AijRR
Dengan menggunakan matrik yang sama dilakukan dekomposisi untuk menurunkan first layer invers Leontief parsial dari (4.43) ke (4.49), untuk SAM interregional dua arah, setiap wilayah berisikan tiga sub sistem ekonomi, ada empat cluster dari second layer invers Leontief yang diperluas. Setiap cluster
158
berisikan tiga blok, sehingga diperoleh 12 blok second layer invers Leontief yang diperluas, ini disajikan pada persamaan (4.52) sampai (4.55) berikut ini:
[ = [I − A = [I − A
rr B11rr = I − A13rr B3rr A32rr B2rr A21
Intraregional rr B22rr B33rr
]
−1
rr 22
rr rr rr rr − A21 A13 B3 A32
rr 33
rr rr A13 − A32rr B2rr A21
[ = [I − A = [I − A
] ]
−1
−1
B11RR = I − A13RR B3RR A32RR B2RR A21RR
Intraregional RR B22RR B33RR
B33rR
B33Rr
−1
− A21RR A13RR B3RR A32RR
RR 33
− A32RR B2RR A21RR A13RR
[ = [I − A = [I − A
−1
..........................(4.53)
−1
−1
rR 22
rR rR rR rR − A21 A13 B3 A32
rR 33
rR rR − A32rR B2rR A21 A13
[ = [I − A = [I − A
] ]
]
B11Rr = I − A13Rr B3Rr A32Rr B2Rr A21Rr
Interregional Rr B22Rr
]
RR 22
rR B11rR = I − A13rR B3rR A32rR B2rR A21
Interregional rR B22rR
............................... (4.52)
] ]
−1
............................ (4.54)
−1
]
−1
Rr 22
− A21Rr A13Rr B3Rr A32Rr
Rr 33
− A32Rr B2Rr A21Rr A13Rr
] ]
−1
............................(4.55)
−1
Dengan mengkompilasi jaringan interregional A** tersebut ke dalam persamaan (4.42), final demand d * dan total output X * sistem tersebut dapat dinyatakan sebagai:
0 rr A21 0 A** = 0 A Rr 21 0
0 A22rr A32rr 0 A22Rr A32Rr
A13rr 0 A33rr A13Rr 0 A33Rr
0 A21rR 0 0 A21RR 0
0 A22rR A32rR 0 A22RR A32RR
A13rR 0 0 d r X r 0 I 1 r rR d λ * X λr A33 * d ; = ; X = ....(4.56) A13RR 0 0 d IR X 1R 0 R R A33RR X λ d λ
159
Mengacu pada Sonis dan Hewings (1998), sekumpulan hirarki feedback loop yang menangkap efek-efek feedback loop yang diterima oleh sistem ekonomi secara keseluruhan dibangun sebagai berikut: B11** ** ** B ** d * = B2* A21 B11 ** ** ** ** B3** A32 B2 A21 B11
** ** A13** B3** A32 B22 ** 22 ** 32
B ** B3** A B22
0 B A A B d I* d λ* B ** A13** B33
** 2
** A13** A13** B3** A32 ** * ** ** ** ** ** I = B22 d1 + B2 A21 A13 B33 d A ** B3** A32 I
** 21
** 13 ** 33
** 33
............................. (4.57)
Secara umum, invers Leontief untuk sistem interregional ditulis sebagai: B11** ** ** B ** = B2* A21 B11 * * * * * * ** ** B3 A32 B2 A21 B11 I * ** ** = B2 A21 B11 ** ** ** ** B3** A32 B2 A21 B11
** ** A13** B3** A32 B22 ** B22 ** ** ** B3 A32 B22
** ** A13** B3** A32 B22 I ** ** ** B3 A32 B22
** A13** B33 ** ** ** ** B2 A21 A13 B33 ** B33
** B11** A13** B33 ** ** ** B2** A21 A13 B33 0 0 I
0 ** B22 0
0 0 ..(4.58) ** B33
Kompilasi rantai jaringan interregional mulai dari dampak sendiri (self-influence) ** * B22 d I , pengeluaran institusi, d I* , terhadap pendapatan institusi dan dampak ** ** ** pengeluaran institusi terhadap pendapatan faktorial, A13** B3** A32 B22 d I dan output
** ** * aktivitas-aktivitas, B3** A32 B22 d I , dapat dinyatakan sebagai berikut: ** * ** ** * ** ** ** d I* → B22 d I → B3** A32 B22 d I → A13** B3** A32 B22 d I ............................... (4.59)
** * Dampak sendiri, B33 d A , dari injeksi ke dalam aktivitas-aktivitas produksi,
** * d A* dan dampak dari injeksi ini terhadap pendapatan faktoraial, A13** B33 d A dan
** ** ** * pendapatan insitutusi, B2** A21 A13 B33 d A , direfleksikan oleh rantai kompilasi
sebagai berikut:
160
** * ** * ** ** ** * d A* → B33 d A → A13** B33 d A → B2** A21 A13 B33 d A .................................... (4.60)
Walaupun kompilasi jaringan (4.59) dan (4.60) telah masuk feedback loop effects dari semua aktivitas, faktor-faktor produksi dan institusi-institusi antarwilayah namun rantai kompilasi jaringan tersebut tidak didekomposisi ke asal dampak dari injeksi yang diturunkan dari suatu wilayah secara individual. Dalam rangka untuk menjajaki dampak wilayah secara individual yang didapatkan dengan memasukkan rest of the regions ke dalam sistem perekonomian nasional, rantai kompilasi jaringan (4.59) dan (4.60) dikonstruksikan sebagai berikut: 1. Kompilasi jaringan injeksi institusi dari wilayah r
d Ir B22rr → Rr 0 B 22
B22rR d Ir B3rr → B22RR 0 B3Rr
B22rr Rr B 22
B22rR d Ar A13rr → B22RR 0 A13Rr
B22rr Rr B 22
B22rR d Ar B22RR 0
B3rR A32rr B3RR A32Rr
A13rR B3rr A13RR B3Rr
B32rR B32RR
B3rR A32rr B3RR A32Rr
B32rR ................ [4.61] B32RR
Feedback loops effects dari injeksi tersebut terhadap institusi oleh wilayah r dalam kerangka SAM interregional dapat disimplifikasi dalam format berikut ini: d Ir
→
B22rr d Ir ↓ rr r B3rr A32rr B22 dI
↓ rr r A13rr B3rr A32rr B22 dI
→
B22Rr d Ir ↓
B3Rr A32Rr B22Rr d Ir ............................................ (4.62)
↓ A13Rr B3Rr A32Rr B22Rr d Ir
dimana, d Ir adalah injeksi terhadap institusi dari wilayah r, B22rr d Ir adalah pendapatan institusi yang diciptakan dalam wilayah r (self-influence income),
161
rr r B3rr A32rr B22 dI
adalah
output
aktivitas-aktivitas
pada
wilayah
r,
dan
rr r A13rr B3rr A32rr B22 d I adalah pendapatan faktorial yang diciptakan dalam wilayah r.
Dampak eksternal terhadap pendapatan institusi dalam wilayah R diperlihatkan oleh B22Rr d Ir , kemudian permintaan untuk aktivitas-aktivitas dalam wilayah R sebagai B3Rr A32Rr B22Rr d Ir dan dampak terhadap pendaptan faktorial dalam wilayah R sebagai A13Rr B3Rr A32Rr B22Rr d Ir . 2. Kompilasi jaringan injeksi aktivitas-aktivitas dari wilayah r
d Ar B33rr → Rr 0 B 33 B2rr Rr B 2
B33rR d Ar A13rr → B33RR 0 A13Rr
B2rR A13rr B2RR A13Rr
A13rR B33rr A13RR B33Rr
B13rR B33rr B13RR B33Rr
B33rR d Ar → B33RR 0
B33rR d Ar ........................................ (4.63) B33RR 0
Menggunakan dekomposisi yang sama seperti untuk institusi pengaruh injeksi aktivitas-aktivitas produksi dari wilayah r dan dampaknya terhadap sub sistem ekonomi pada kedua wilayah r dan R dapat disimplifikasi sebagai berikut: d Ar
→
B33rr d Ar
↓ A13rr B33rr d Ar
↓ rr B22 A13rr B33rr d Ar
→
B33Rr d Ar
↓ A13Rr B33Rr d Ar ............................................. (4.64)
↓ B22Rr A13Rr B33Rr d Ar
dimana, d Ar adalah injeksi aktivitas-aktivitas dari wilayah r, B33rr d Ar dan B33Rr d Ar berturut-turut adalah output yang dihasilkan dari aktivitas-aktivitas dalam wilayah r dan wilayah R (self-influence output),
A13rr B33rr d Ar dan A13Rr B33Rr d Ar adalah
162
pendapatan faktorial yang dihasilkan dalam wilayah r dan R. Dampak eksternal terhadap transfer pendapatan institusi dalam wilayah r dan R diperlihatkan oleh B22rr A13rr B33rr d Ar dan B22Rr A13Rr B33Rr d Ar . 4.8.
Metode Updating dan Balancing SAM Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa model SAM
merupakan pengembangan dari model input-output. Pada umumnya data inputoutput dikelompokkan pada interval waktu yang panjang (antara 5 tahun atau lebih), sedangkan data-data pendukung seperti data produk dan pendapatan nasional tersedia setiap tahun. Data-data pendukung diperoleh dari berbagai sumber, antara lain sensus atau survei industri, tenaga kerja, pertanian, neraca pemerintah, neraca pedagangan dan survei rumahtangga. Model SAM yang dibangun pada tingkat nasional maupun daerah juga banyak yang masih sangat agregat. Untuk mendapatkan SAM per tahun dan yang didisagregasi secara lebih rinci dapat dilakukan dengan metode RAS atau metode Cross-Entrophy. Dengan metode RAS dapat dibangun matrik A yang baru (A 1 ) berukuran n x n dari matrik A yang lama (A 0 ) dengan mengaplikasikan multiplier baris (r) dan kolom (s). Apabila T adalah matrik transaksi SAM, dimana t ij adalah nilai sel yang memenuhi kondisi T j =
∑t
ij
. Koefisien matrik SAM (A), dibangun dari
i
matrik transaksi (T) dibagi dengan sel-sel setiap kolom dari T dengan jumlah total kolom,
aij =
tij tj
.......................................................................................... (4.65)
163
Pendekatan klasik untuk memecahkan masalah untuk membangun suatu matrik baru (A 1 ) dari matrik lama (A 0 ) dikenal dengan operasi proporsional ganda (biproportional) baris dan kolom, dinyatakan sebagai berikut:
aij1 = ri aij0 s j ........................................................................................ (4.66) Dalam notasi matrik dinyatakan sebagai berikut:
~ ~ A1 = R A 0 S ....................................................................................... (4.67) dimana (~) mengindikasikan elemen matrik diagonal r i dan s 2j . Metode RAS merupakan suatu algoritma yang bersifat interaktif dari penyesuaian proporsional ganda. Langkah-langkah dalam operasional metode RAS dinyatakan sebagai berikut: Langkah ke-1 ai1 =
xˆ i ⇒ xij1 = ai1 xij0 ⇒ b1j = 0 ∑ xij j
xˆ j
∑x
⇒ xij2 = b1j xij1 .........................(4.68)
1 ij
i
Langkah ke-2 ai2 =
xˆ i ⇒ xij3 = ai2 xij2 ⇒ b 2j = 2 ∑ xij j
xˆ j
∑x
3 ij
⇒ xij4 = b 2j xij3 ....................... (4.69)
i
....... sampai dengan langkah ke-t
Langkah ke-t ait =
xˆ i ⇒ xij2t −1 = ait xij2t − 2 ⇒ b tj = t −2 ∑ xij j
xˆ j
∑x
2 t −1 ij
⇒ xij2t = b tj xij2t −1 .........(4.70)
i
Proses ini dilakukan sampai dengan diperoleh iterasi yang konvergen. Langkahlangkah ini dapat diringkas sebagai berikut: t −1 t xij2t −1 = ∏ b hj ∏ aik xij0 , untuk rank nilai ganjil, xij1 , xij3 , xij5 ,... ........ (4.71) h =1 k =1
164
t t xij2t = ∏ b hj ∏ aik xij0 , untuk rank nilai genap, xij2 , xij4 , xij6 ,... ......... (4.72) h =1 k =1 t k t h t t = = A a B dengan i ∏ i dan i ∏ b j k =1 h =1
⇒ xij2t −1 = Ait B tj−1 xij0 ; untuk rank nilai ganjil, xij1 , xij3 , xij5 ,...
⇒ xij2t = Ait B tj xij0 ; untuk rank nilai genap, xij2 , xij4 , xij6 ,...
........................ (4.73) ........................... (4.74)
Ketika ada suatu solusi, metode RAS mempunyai keunggulan karena aplikasinya sederhana. Tetapi, kesederhanaan ini memiliki banyak kelemahan, yaitu: (1) memiliki fondasi ekonomi yang lemah, dan (2) tidak mampu mengakomodasi sumber-sumber data lainnya selain total baris dan kolom. Disebabkan oleh kelemahan tersebut, maka banyak peneliti yang menggunakan metode Cross-Entrophy untuk updating dan balancing SAM. Namun demikian metode RAS banyak digunakan oleh peneliti untuk updating dan balancing tabel input-output. Metode Cross-Entropy
merupakan perluasan dari metode RAS, dimana
metode Cross-Entropy lebih fleksibel dan unggul untuk mengestimasi SAM ketika data scattered (tersebar) dan tidak konsisten. Sementara itu metode RAS mengasumsikan bahwa estimasi dimulai dari suatu SAM terdahulu yang konsisten dan hanya mengetahui tentang total baris dan kolom. Kerangka Cross-Entropy mengacu pada rentang informasi terdahulu yang lebih luas untuk digunakan secara efisien dalam estimasi (Robinson et al., 1998). Ada dua pendekatan yang digunakan dalam penerapan model CrossEntropy, yaitu pendekatan deterministik dan pendekatan stokastik. Pendekatan deterministik digunakan apabila terdapat ketergantungan yang bersifat fungsional
165
antara satu peubah dengan peubah lainnya. Sedangkan pendekatan stokastik digunakan apabila terdapat ketergantungan yang bersifat random antara satu peubah dengan peubah lainnya (Robinson et al., 1998; Robinson dan El-Said, 2000). Penelitian ini menggunakan metode Cross-Entropy dengan pendekatan deterministik, sebab estimasi SAM hanya dilakukan pada tahun tertentu, serta ketergantungan antar yang akan didisagregasi bersifat fungsional. Langkah pertama dari metode Cross-Entrophy dengan pendekatan deterministik adalah mendefinisikan matrik T sebagai suatu matrik transaksi SAM, dimana t ij adalah aliran pengeluaran dari neraca kolom j ke naraca baris i yang memenuhi kondisi: yi = ∑ tij = ∑ t ji ………................................................................... (4.75) j
j
Pada suatu SAM, setiap jumlah baris ( y i ) harus sama dengan jumlah kolom ( y *j ), dimana koefisien matrik A dapat dibentuk dari setiap sel pada matrik T dibagi dengan jumlah kolomnya. Secara matematis hal ini dirumuskan sebagai berikut:
Aij =
tij yj
................................................................................................. (4.76)
Kullback dan Leibler, (1951) mengaplikasikan ukuran jarak cross-entrophy antara dua distribusi probabilitas dalam mengestimasi SAM. Hal ini dilakukan untuk memperoleh satu set koefisien matrik yang baru (A) dengan cara meminimumkan jarak cross-entrophy antara koefisien matrik yang baru dengan koefisien matrik sebelumnya ( A ) . Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
166
Aij min I = ∑∑ Aij ln {A} Aij i j = ∑∑ Aij ln Aij −∑∑ Aij ln A ...................................................... (4.77) j j
Dengan kendala:
∑A y ij
* j
= yi* ……………………………………………………....(4.78)
j
∑A
ji
= 1 dan 0 ≤ A ji ≤ 1 ..........................................………........ (4.79)
j
4.9. Konsep Distribusi Pendapatan Konsep distribusi pendapatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah konsep World Bank yaitu adalah dengan membagi populasi menjadi 3 kelompok, yaitu 40 persen berpendapatan rendah, 40 persen berpendapatan menengah, dan 20 persen berpendapatan tinggi. Pengukuran kesenjangan yang digunakan dengan cara (1) Maximum to Minimum Ratio (MMR) yaitu suatu perbandingan daerah pendapatan tertinggi (maksimum) dengan daerah pendapatan terendah (minimum) per kapita PDRB yang memberikan suatu ukuran dari range perbedaan di antara keduanya. Maksimum to minimum ratio (MMR) mampu menjelaskan secara cepat, mudah untuk dipahami dan secara politik dipakai sebagai ukuran ketimpangan pendapatan daerah yang nyata (Li dan Xu, 2008). y − ymin ymax ymin = − R = max ymin ymin ymin y R = max − 1 ……………………………..…(4.80) ymin Dimana : y = pendapatan
167
(2) Coefficient of Variation (CV) sebagai berikut :
(
)
2 1 1 n CV = ∑ yi − y y n i =1
1
2
……………………………………..(4.81)
Dimana y = pendapatan; Perhitungan CV dimaksudkan untuk pembanding MMR 4.10. Structural Path Analysis Menurut Defourny dan Thorbecke (1988) dalam Daryanto (2001) metode dekomposisi yang konvensional tidak mampu untuk menguraikan multiplier ke dalam transaksi komponennya atau untuk mengidentifikasi transaksi dengan menyertakan suatu keterkaitan secara berurutan. Dekomposisi multiplier yang konvensional hanya mampu menguraikan pengaruh-pengaruh dalam dan antara neraca endogen saja. Melalui Structural Path Analysis (SPA) dapat ditelusuri interaksi dalam suatu perekonomian yang dimulai dari suatu sektor tertentu dan berakhir pada sektor tertentu lainnya. Metode SPA mampu menunjukkan bagaimana pengaruh transmisi dari satu sektor ke sektor lainnya secara bersambungan dalam suatu gambar. Dalam SPA, masing-masing elemen pada multiplier SAM dapat didekomposisi ke dalam pengaruh langsung, total, dan global. Ini berarti, SPA itu pada dasarnya adalah sebuah metode yang dilakukan untuk mengidentifikasi seluruh jaringan yang berisi jalur yang menghubungkan pengaruh suatu sektor pada sektor lainya dalam suatu sistem sosial ekonomi. Pengaruh dari suatu sektor ke sektor lainnya tersebut dapat melalui sebuah jalur dasar (elementary path) atau sirkuit (circuit) (Prihawantoro, 2002) Disebut jalur dasar apabila jalur tersebut melalui sebuah sektor tidak lebih dari satu kali. Misalkan sektor i mempengaruhi sektor j. Pengaruh dari i ke j dapat terjadi secara langsung, dapat pula terjadi melalui sektor-sektor lain, katakan x dan
168
y. Apabila dalam jalur i ke j tersebut i, x, y, dan j hanya dilalui satu kali, maka hal seperti ini disebut sebagai jalur dasar, sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 29.
j
x
y
atau
i
i
j
Sumber: Prihawantoro (2002) Gambar 29. Jalur Dasar Dalam Analisis Jalur Ada kalanya suatu sektor, setelah mempengaruhi sektor yang lain, pada akhirnya akan kembali lagi mempengaruhi sektor itu sendiri. Misalkan pengaruh sektor i ke j ternyata belum selesai. Jika j mempengaruhi z, dan z mempengaruhi i, maka jalur dari i ke x ke y ke j ke z dan kembali ke i disebut sirkuit. Dalam jalur ini setiap sektor dilalui hanya satu kali, kecuali i. Sektor i dilalui dua kali, yakni pada awal jalur dan pada akhir jalur, lihat Gambar 30. Pengaruh
adalah
ukuran
yang
mencerminkan
besarnya
dampak
pengeluaran dari suatu sektor ke sektor lainnya, dan karenanya menggambarkan keeratan hubungan di antara kedua sektor tersebut. Besaran yang dipakai untuk mengukur keeratan hubungan tersebut tergantung pendekatan yang digunakan, apakah pendekatan rata-rata ataukah pendekatan marginal. Oleh karena itu dapat digunakan besaran a ij atau c ij.
x
y j
169
i
z
Sumber : Prihawantoro (2002) Gambar 30. Sirkuit Dalam Analisis Jalur Dalam metodologi SPA ada tiga elemen penting sebagai bahan pembahasan, yakni jalur pengaruh langsung (direct influence), pengaruh total (total influence), dan pengaruh global (global influence) (Daryanto et.al 2010; Daryanto, 2001; Prihawantoro, 2001). Ketiga pengaruh tersebut didiskusikan berdasarkan ilustrasi pada Gambar 31.
Chemical industry
ayx Wholesaler/retail service sector
X
Y axy
axi axz
ajy azy
Z Oil producer (energy sector)
Farmers
I
J
asi
Gas supplier
ajs
S avi
ajv Refinery
V
170
avv
Sumber : Daryanto (2001) Gambar 31. An Example of he Possible Linkages Between Two Sectors 4.10.1. Pengaruh Langsung Pengaruh langsung (direct influence) dari i ke j (ID i
→j )
menunjukkan
perubahan pendapatan atau produksi j disebabkan oleh perubahan satu unit i, selama pendapatan atau produksi pada titik lain (kecuali pada jalur dasar yang dilalui dari i ke j) tidak mengalami perubahan. Dengan pendekatan rata-rata, pengaruh langsung (ID i →j ) dari i ke j adalah : ID (i → j) = a ij
...................................................................... (4.82)
Gambar 29 menyajikan contoh tentang SPA untuk kasus dua sektor, jalur dasar ini diukur sepanjang garis ij. Ini berarti petani (sektor j) tampak secara langsung membeli bahan bakar dari produsen bahan bakar (sektor i). Karena jalur yang dilalui hanya sekali, ini berarti jalur dasar dari i ke j mempunyai panjang sebesar satu. Setiap kecenderungan pengeluaran rata-rata (average expenditure propensity), a ij, dapat diinterpretasikan sebagai kekuatan dari pengaruh transmisi dari sektor i ke sektor j. Matriks A n dalam model SAM dapat dikatakan sebuah matriks pengaruh langsung, yang ditentukan berdasarkan persamaan (4.33) di atas. Pengaruh langsung dapat juga diukur dengan jalur dasar yang memiliki panjang lebih dari satu. Seperti yang disajikan dalam Gambar 15, kita lihat petani (sektor i) membeli bahan bakar dari pedagang (sektor s) dimana pedagang membeli bahan bakar
171
tersebut dari produsen (sektor j). Karena tampak ada dua busur, berarti jalur dasar dari pengaruh langsung ini mempunyai panjang sebesar dua. Keterkaitan ini dapat dirumuskan sebagai berikut. ID(i , sj ) = a si a js
...................................................................
(4.83)
4.10.2. Pengaruh Total Pengaruh total (total influence) dari i ke j adalah perubahan yang dibawa dari i ke j baik melalui jalur dasar maupun sirkuit yang menghubungkannya. Pengaruh total (IT) merupakan perkalian antara pengaruh langsung (ID) dan penggganda jalur atau path multiplier (Mp), yang dapat dirumuskan: IT (i → j) = ID (i → j) Mp ..........................................................
(4.84)
IT (i → j) = a xi a yx a jy [1 – a yx (a xy + a zy a xz )]–1 .........................
(4.85)
dimana : Mp = [1 – a yx + (a xy + a zy a xz )]–1 ................................................
(4.86)
Dalam Gambar 29, IT dijelaskan sepanjang tiga jalur busur, yaitu i → x → y → j. Dengan demikian IT mempunyai jalur dasar sebanyak tiga. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa para petani membeli input obat-obatan dari sektor jasa pedagang besar atau pengecer (y) dimana mereka memperolehnya dari sektor industri obat-obatan pertanian (x). Kemudian untuk memproduksi obat-obatan, sektor industri juga membutuhkan input dari produsen bahan bakar (j). Dari serangkaian jalur transaksi tersebut kita melihat adanya pengaruh timbal balik baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk kasus ini pengaruh timbal balik secara langsung dapat terlihat pada jalur x ke y, yang mengindikasikan bahwa pedagang obat-obatan (y) secara langsung membeli barang dagangannya dari sektor industri (x). Sedangkan pengaruh timbal balik secara tidak langsung
172
kelihatan pada jalur z ke y dan x ke z, yang menunjukkan bahwa sektor jasa pedagang (y) dapat membeli output dari perusahaan yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan (reseacrh and development firm) dimana perusahaan ini memperoleh inputnya dari industri kimia (x). 4.10.3. Pengaruh Global Pengaruh global (global influence) dari i ke j mengukur keseluruhan pengaruh pada pendapatan atau produksi j yang disebabkan oleh satu unit perubahan i. Pengaruh global (IG) sama dengan pengaruh total (IT) sepanjang jalur dasar yang saling berhubungan pada titik i dan titik j. Pengaruh global ini dapat diturunkan dengan rumus berikut. n
IG(i → j ) = maji = ∑ IT(i → j ) = ∑ ID(i → j ) Mp ..................................... p =1
(4.87)
dimana : IG (i → j) = pengaruh global dari kolom ke i dalam SAM ke baris j, m aji
= elemen ke ( j ,i ) pada matriks multplier Ma ,
IT (i → j) = pengaruh total dari i ke j , ID (i → j) = pengaruh langsung dari i ke j , dan Mp
= multiplier sepanjang jalur p.
Dalam Gambar 28 titik asal i dan titik tujuan j sama-sama mempunyai tiga jalur dasar. Contohnya ( i , x , y , j ) , ( i , s , j ) dan ( i , v , j ). Anggaplah untuk ketiga jalur itu masing-masing kita beri inisial 1, 2 dan 3, maka kita dapat menurunkan pengaruh global dari lintasan itu sebagai berikut. IG (i → j) = IT (i,x, y, j) + IT (i , s , j ) + IT (i , v , j) = IT (i → j) 1 + IT (i → j) 2 + IT (i → j) 3
173
= ID (i → j) 1 M 1 + a si a js + ( a vi a jv ) ( I – a vv )-1 = ID (i → j) 1 M 1 + ID (i → j) 2 + ID (i → j) 3 M 3 ....
(4.88)
Akhirnya, dapat dikatakan SPA telah membuktikan sebagai perangkat yang mampu untuk mengidentifikasi keterkaitan-keterkaitan yang paling penting di dalam model SAM yang sangat kompleks. Kesulitan yang utama dalam menggunakan SPA adalah ketika kita ingin menghitung jalur dasar dalam jumlah yang sangat besar, perhitungannya menjadi lebih rumit dan kompleks. Akan tetapi dengan menggunakan komputer hal itu dapat diatasi dan diselesaikan dengan baik. Untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan semacam itu, beberapa software komputer yang tersedia antara lain Matlab, GAM’s, Math, dan lain-lain khususnya yang dapat digunakan untuk pemecahan perhitungan matematik.