18
IV. HASIL KEGIATAN MAGANG 4.1.
Kondisi Umum Perusahaan
4.1.1. Profil Perusahaan PT. Innovative Development for Eco Awareness (Idea) Consultant merupakan perusahaan konsultan perencanaan dan perancangan lanskap yang berbasis lingkungan dan ekologis bagi pemerintah, swasta, dan masyarakat. Perusahaan konsultan ini beralamat di Kompleks Perumahan Dosen Kampus IPB Dramaga, Jalan Cempaka No.3 Bogor. PT. Idea Consultant menyediakan pelayanan untuk klien swasta dan umum dengan cakupan layanan yaitu land planning dan master planning. Dalam perencanaannya PT. Idea tidak hanya melibatkan detail studi mengenai kawasan, tetapi juga melibatkan pemahaman aspek ekologis kawasan tersebut berdasarkan pemetaan lingkungan. PT. Idea Consultant mencari metode baru dan unggul dalam setiap pengembangan kawasan untuk memenuhi kebutuhan setiap pengguna dengan cara yang terbaik. PT. Idea Consultant menerapkan konsep “eco” yaitu ecoperencanaan, eco-desain, eco-teknologi, dan eco-aktivitas untuk menciptakan pengembangan kawasan yang berbasis ekologis dan ramah lingkungan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup alam dan penggunanya serta masa depan yang berkelanjutan. PT. Idea Consultant menitikberatkan pada pelayanan bidang desain, master plan, perencanaan lingkungan dan ekologi, untuk hasil yang bertanggung jawab, berkelanjutan, dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di dalamnya. Layanan bidang arsitektur lanskap yang dimiliki PT. Idea Consultant memiliki sumber daya dan kemampuan untuk memandu suatu proyek dari langkah yang paling awal yaitu tahap konseptual desain hingga tahap administration construction sampai tahap akhir evaluasi dan konsultasi konstruksi. PT. Idea Consultant telah menangani beberapa proyek sejak tahun 2004. Beberapa proyek yang telah dikerjakan oleh perusahaan antara lain: 1.
Kajian Lanskap Prospektif Kota Lama Sawahlunto pada tahun 2009
2.
Dukungan pengembangan pariwisata daerah Kelimutu, NTT pada tahun 2007
19
3.
Rencana Pemanfaatan Pariwisata Taman Nasional Kelimutu pada tahun 2006
4.
Perancangan Zona Pemanfaatan intensif Sukamade dan Bande Alit, Taman Nasional Meru Betiri pada tahun 2006
5.
Master Plan Kebun Raya Kuningan pada tahun 2006
6.
Perancangan Area Parkir Baru Taman Safari Indonesia, Cisarua pada tahun 2005
7.
Master Plan Pengembangan Pariwisata Alam dan jasa lingkungan Taman Nasional Berbak, Jambi pada tahun 2004 PT. Idea Consultant juga turut berperan aktif dalam beberapa kompetisi
desain lanskap dan memperoleh beberapa penghargaan desain. Penghargaan yang pernah didapat perusahan ini antara lain: 1.
Memenangkan Juara Pertama pada Sayembara Desain Kebun Raya Kuningan yang diadakan oleh Departemen Pekerjaan Umum, Lembaga Bahasa dan Ilmu Pengetahuan Indonesia, Asosiasi Arsitek Indonesia pada tahun 2006.
2.
Mengembangkan Caravan Camping Ground Pertama di Asia Untuk Taman Safari Indonesia pada tahun 2005.
4.1.2. Struktur Organisasi Struktur organisasi memegang peranan yang cukup penting dalam kinerja para karyawan dalam suatu perusahaan. Struktur organisasi ini berfungsi untuk mengatur hubungan kerja dan juga efisiensi kerja sehingga kegiatan dalam perusahaan dapat berkembang dengan baik serta meningkatkan kinerja para karyawan. PT. Idea Consultant memiliki struktur organisasi yang sederhana untuk menjalankan perusahaannya. Perusahaan memiliki direktur yang sekaligus menjadi pemilik perusahaan. Terdapat tiga divisi di dalam perusahaan, yaitu divisi Produksi, Manajemen, Pemasaran dan Sumber Daya Manusia. Divisi produksi merupakan bagian perencanaan dan perancangan. Divisi ini mengerjakan pekerjaan-pekerjaan teknis yang berhubungan dengan proses perencanaan dan perancangan lanskap. Mulai dari kegiatan awal seperti pengumpulan data, analisis, sintesis, pemmbuatan konsep, sampai mempresentasikan produk akhir. Divisi ini memiliki beberapa tenaga ahli yang dipimpin oleh manajer produksi.
20
Divisi manajemen merupakan merupakan divisi yang bertugas mengelola studio proyek perusahaan. Selain itu, manajer pengelola juga mengerjakan kegiatan yang berhubungan dengan perpajakan dan administrasi seperti menyiapkan dan membuat kontrak proyek. Divisi Pemasaran dan SDM merupakan divisi yang bertugas mengelola sumber daya manusia yang terdapat di dalam perusahaan serta mencari proyek-proyek yang dapat dikerjakan oleh perusahaan melalui kegiatan lelang/tender. Jumlah seluruh sumber daya manusia yang terdapat di perusahaan saat kegiatan magang berlangsung adalah 10 orang, yang terdiri dari 4 orang staf tetap, 4 orang mahasiswa magang dan 2 orang pekerja lepas (freelance). Bagan struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 2.
Direktur Eksekutif PT. Idea Consultant Ir. Soehartini Sekartjakrarini M.Sc, Ph.D
Produksi
Manajemen
Pemasaran & SDM
Manajer Produksi
Manajer Pengelola
Manajer Pemasaran & SDM
Tenaga Ahli : Regional and Urban Planner - Tourism Planner - Landscape Architect -
Keterangan :
-
Studio : Drafter GIS Operator Perpajakan & Administrasi
Alur komunikasi langsung Alur komunikasi tidak langsung
(Sumber : Idea, 2011) Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Perusahaan
21
Direktur Eksekutif perusahaan memberikan pengarahan kepada setiap divisi serta melakukan diskusi dalam mengerjakan proyek agar menghasilkan produk yang baik dan maksimal. Produk yang dihasilkan yaitu produk yang fungsional, estetik, tidak menimbulkan kerusakan bagi lingkungan sekitarnya, dan juga sesuai dengan keinginan klien. Komunikasi dua arah yang dilakukan semua staf perusahaan bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kesalahan, tercapainya efisiensi waktu pada proses perancangan, pelaksananaan dan penanganan proyek. 4.1.3.
Pengelolaan Proyek Lanskap
4.1.3.1. Fasilitas Peralatan Kerja Perusahaan PT. Idea Consultant memiliki fasilitas peralatan kerja yang cukup lengkap dalam membantu pengerjaan proyek-proyek yang dikerjakan. Beberapa fasilitas yang dimiliki perusahaan dapat dilihat melalui kondisi studio proyek perusahaan pada Gambar 3.
(Sumber : Idea, 2011) Gambar 3. Kondisi studio proyek perusahaan
Peralatan kerja yang digunakan perusahaan meliputi peralatan gambar secara manual serta fasilitas lainnya. Peralatan gambar yang digunakan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 3.
22
Tabel 3. Peralatan gambar yang digunakan Perusahaan No.
Jenis alat gambar
Kegunaan
1.
Alat gambar (spidol, drawing Pembuatan gambar secara manual pen, penggaris, rapido dengan berbagai ukuran ketebalan, serta pensil dengan berbagai ukuran ketebalan).
2.
Tracing paper dan kertas kalkir
Pembuatan gambar secara manual serta untuk menjiplak gambar
3.
Kertas HVS ukuran A3 dan A4
Pembuatan gambar secara manual, mencetak laporan serta gambar-gambar kerja
4.
Meja kerja panjang (2 unit) dan Pengerjaan proyek kursi kerja (8 unit)
Selain peralatan gambar seperti yang telah disebutkan, terdapat juga fasilitas seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Fasilitas yang digunakan Perusahaan No.
Fasilitas
Jumlah
Kegunaan
1.
PC, komputer
3 unit
Pelaksanaan pekerjaan proyek, pembuatan gambar, pembuatan laporan, pencarian data.
2.
Printer A3 dan A4
Masingmasing 1 unit
Mencetak laporan serta gambar-gambar kerja
3.
Scanner A4
1 unit
Mendapatkan images reference untuk proyek dari sumber berupa hardcopy.
4.
Mesin Fax dan Telepon
Masingmasing 1 unit
Berkomunikasi dengan klien ataupun kontraktor, memudahkan dalam hal pengiriman data atupun informasi
5.
Harddisk
2 unit
Penyimpanan data
6.
Wifi
Memudahkan dalam penyelesaian suatu proyek, searching materi yang berhubungan dengan proyek(ide,konsep,dll) serta cara berkomunikasi dengan klien.
7.
Berbagai buku sumber (perencanaan, perancangan)
Referensi materi pengerjaan proyek
untuk
mendukung
23
Dalam kegiatan studio perusahaan didukung dengan berbagai perangkat lunak (software) dan aplikasi seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Aplikasi software yang digunakan Perusahaan No. Software
Kegunaan
1.
AutoCAD 2004, 2007
CAD Drawing
2.
Google Sketch Up 7
3D Rendering
3.
Adobe Photoshop CS3
3D Rendering
4.
3D Studio Max
Animasi dan 3D Rendering
5.
Google Earth
Mengetahui bentuk tapak sebelum site visit dilakukan dan juga untuk mengetahui lokasi proyek yang berlangsung, kondisi fisik.
6.
MS. Office 2007
Terkait untuk presentasi kepada klien, daftar RAB, list material. (Document Publishing)
4.1.3.2. Cara Mendapat Proyek Proyek yang ditangani oleh PT. Idea Consultant baik proyek mengenai perencanaan, perancangan, maupun pengelolaan lanskap diperoleh melalui tiga cara, yaitu : 1. Permintaan langsung dari klien PT. Idea Consultant mendapatkan proyek tanpa harus mengajukan penawaran pada pihak lain, melainkan permintaan langsung dari klien. Klien merupakan individu ataupun suatu perusahaan ataupun suatu lembaga pemerintahan yang mempunyai proyek dan menyediakan kebutuhan finansial dari proyek tersebut. Klien yang dimaksud adalah klien yang baru ataupun klien yang sudah berlangganan menggunakan jasa perusahaan. 2. Mengikuti tender/lelang Cara lain yang digunakan PT. Idea Consultant dalam memperoleh sebuah proyek adalah dengan mengajukan penawaran tender pada klien baik klien swasta maupun dari lembaga pemerintahan. Tahap proses lelang untuk proyek pemerintah dijelaskan sebagai berikut:
24
a. Tahap awal penetapan proyek Sebelum proses lelang dilakukan, telah terdapat Judul Proyek yang telah ditetapkan dalam DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) serta produk yang akan dihasilkan dari proyek tersebut. Anggaran yang ditetapkan untuk suatu proyek berasal dari dana APBD atau APBN. Setelah penetapan judul dan anggaran proyek, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akan memutuskan untuk dilakukan proses lelang. Setelah itu pihak panitia lelang membuat Term of Reference (TOR) untuk lelang tersebut. b. Tanggapan terhadap TOR Dalam proses lelang tersebut, setiap perusahaan yang mengikuti kegiatan lelang membuat usulan teknis sesuai dengan TOR yang telah dibuat panitia lelang. Dalam proses TOR perusahaan membuat usulan teknis dari proyek tersebut yang anggarannya kurang dari anggaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Usulan teknis berisi tahapan-tahapan yang akan dilakukan oleh perusahaan serta hasil produk yang dibutuhkan untuk proyek tersebut. Dalam proses lelang, masing-masing perusahaan membuat anggaran untuk pelaksanaan proyek tersebut. c. Proses lelang Peraturan lelang perusahaan swasta tidak mengikuti peraturan lelang yang dilakukan oleh pemerintah. Peraturan lelang pemerintah hanya berlaku untuk kalangan lembaga pemerintahan, BUMN dan BUMD. Jenis pengadaan jasa sesuai dengan nilai kontrak diuraikan pada Tabel 6. Tabel 6. Jenis dan Nilai Kontrak lelang Nilai Kontrak (rupiah)
Metode Pengadaan Jasa
0 – 50 juta
Penunjukan langsung
50 – 125 juta
Lelang diikuti oleh tiga perusahaan
Lebih dari 125 juta
Lelang diikuti oleh lima perusahaan
(Sumber : Idea, 2011) Penggunaan jasa pada proyek pemerintah yang bernilai lebih dari 125 juta rupiah dilakukan dengan perbandingan 70 : 30, yang dijelaskan sebagai berikut:
25
-
Biaya sebesar 70% merupakan biaya yang digunakan langsung dalam pengerjaan proyek seperti membayar tenaga ahli untuk pelaksanaan pengerjaan proyek tersebut.
-
Biaya sebesar 30% merupakan biaya yang digunakan untuk melakukan kegiatan survey, meeting ataupun kegiatan FGD (Focused Group Discusion) lainnya.
3. Kerjasama dengan lembaga Dalam mendapatkan proyek, PT. Idea Consultant juga melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga baik pemerintahan maupun swasta. Dinas pemerintahan yang dimaksud contohnya Dinas Pertamanan dan Pemakaman, Dinas Kehutanan dan lainnya di beberapa daerah di Indonesia. Sedangkan pihak swasta adalah perusahaan-perusahaan atau kantor non pemerintah. Contoh kerjasama PT. Idea Consultant dengan Dinas pemerintahan yaitu kerjasama dengan Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas dan Departemen Kehutanan dalam proyek Rencana Penyusunan (Site Plan) Taman Nasional Bukit Dua Belas. Sedangkan kerjasama PT. Idea Consultant dengan pihak swasta yaitu kerjasama dengan Taman Safari Indonesia dalam proyek Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) dan Rancangan Arsitektur Parkir Baru Taman Safari Indonesia Cisarua.
4.1.3.3. Prosedur dan Sistem Kerja Perusahaan 1. Prosedur Kerja Perusahaan PT. Idea Consultant memiliki prosedur standar dalam mengerjakan proyek lanskap. Prosedur pengerjaan setiap proyek memiliki tahapan yang berbeda-beda tergantung kesepakatan awal dari klien. Prosedur standar pengerjaan proyek yang telah ditetapkan oleh perusahaan meliputi tahap persiapan, tahap inventarisasi dan analisis, tahap desain konsep, tahap pengembangan desain, tahap pembuatan gambar kerja, dan pelaksanaan. a.
Tahap persiapan Tahap pertama yang dilakukan oleh PT. Idea Consultant pada semua proyek yang ditangani melalui tahap persiapan. Tahap ini memiliki tujuan untuk mempersiapkan berbagai teknis kebutuhan proyek
26
dan juga urusan administrasi proyek. Pada tahap ini terjadi pertemuan pertama dengan klien. Pada pertemuan ini klien membicarakan mengenai keinginannnya dan harapannya akan proyek yang ditangani, konsep yang ingin dicapai dan kepentingan lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan proyek. Selanjutnya pihak perusahaan mempersiapkan usulan kegiatan yang lebih detail yang mencakup pelayanan, bentuk produk, dan biaya. Jika klien setuju maka kedua belah pihak menandatangani kontrak kerja. Pada tahap ini dilakukan penerimaan proyek. b.
Tahap inventarisasi dan analisis Tahap
inventarisasi
merupakan
tahap
awal
pada
proses
perancangan. Tujuan dari tahap ini adalah melakukan pengumpulan data mengenai proyek serta mempelajari kondisi tapak. Tahap ini dilakukan secara langsung ke lokasi proyek untuk melihat kondisi awal tapak dengan survei lapang oleh staf perusahaan. Data untuk keperluan proyek diperoleh melalui data primer dan sekunder. Data primer merupakan data eksisting yang ada pada tapak seperti letak dan luas, aksesibilitas, tata guna lahan, vegetasi, topografi dan hidrologi serta merekamnya dalam gambar berupa foto. Data sekunder merupakan data yang berhubungan dengan tapak dan lingkungannya. Pencarian data sekunder dilakukan melalui internet atau melalui buku-buku yang berkaitan dengan tapak. Data ini diperlukan juga untuk proses analisis. Selanjutnya dilakukan proses analisis, yang bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap data yang diperoleh pada proses inventarisasi serta mempelajari potensi dan kendala dalam tapak. Pada tahap ini dilakukan diskusi bersama di dalam perusahaan untuk mendapatkan sintesis setelah analisis dilakukan. Pada semua proyek yang dikerjakan, tahapan analisis dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama (singkat), karena staf perusahaan telah berpengalaman dalam banyak proyek lain yang sudah ditangani. c.
Tahap desain konsep (concept design) Tahap ini bertujuan untuk membuat arahan mengenai rancangan yang akan dibuat selanjutnya pada proyek. Pada tahap ini juga terdapat
27
proses pembuatan rencana tata ruang jika klien belum memiliki masterplan dari tapak yang akan dirancang. Desain konsep merupakan tahap awal untuk membuat perancangan lanskap secara konseptual dengan memasukan semua ide untuk menciptakan sebuah tema dan karakter yang sesuai dengan keinginan klien. Untuk pembuatan konsep awal ini dilakukan diskusi tim proyek untuk mempertimbangkan keinginan dari klien. d.
Tahap pengembangan desain (design development) Tahap pengembangan desain merupakan pengembangan dari desain konsep. Tahap ini bertujuan untuk mengaplikasikan perencanaan tapak (planning application) pada tiap zona tapak. Pada tahap ini juga dibuat gambar-gambar ilustrasi yang mendukung konsep, gambar potongan, serta imagery boards untuk memberikan gambaran kepada klien mengenai desain yang diusulkan.
e.
Tahap pembuatan gambar kerja Tahap ini merupakan tahap yang bertujuan untuk menghasilkan gambar-gambar kerja detail seperti detail rancangan, detail zonasi, detail material, detail konstruksi, RAB dan informasi lainnya yang mendukung. Produk dari tahap ini digunakan sebagai acuan dalam proses pelaksanaan.
f.
Pelaksanaan Tahap pelaksanaan memiliki tujuan untuk mewujudkan atau membangun rancangan pada tapak. Meskipun tahap ini biasanya ditangani oleh kontraktor, arsitek lanskap tetap bisa memantau tahap pembangunan untuk memberikan saran apabila diperlukan.
2. Sistem Kerja Perusahaan Selain prosedur standar pengerjaan proyek, perusahaan juga memiliki sistem
kerja.
Sistem
kerja
perusahaan
merupakan
suatu
bentuk
pengorganisasian proyek dalam perusahaan. Sistem kerja perusahaan ini dalam pengerjaan proyek diketahui oleh seluruh staf dengan dilakukannya briefing terlebih dahulu dan mendapatkan penjelasan dari owner (direktur). Suatu proyek dikerjakan dengan cara teamwork. Setiap proyek memiliki
28
struktur tim proyek yang dibentuk pada tahap persiapan. Tim proyek dipimpin oleh project leader. Direktur atau owner menjelaskan mengenai proyek
tersebut
kepada
project
leader
kemudian
project
leader
menyampaikan, berdisikusi dan mengerjakan bersama dengan tim. Struktur tim proyek yang ditetapkan perusahaan terdiri dari project leader, main designer, dan tim teknis. Project leader bertanggung jawab untuk mengatur dalam pelaksanaan proses pembagian kerja dalam tim. Main designer bertugas membuat konsep dan desain awal untuk proyek yang dikerjakan. Tim teknis pada proyek bertanggung jawab dalam pengamatan lapang serta pengerjaan pengembangan desain dan gambar kerja.
4.2.
Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam Pulau Peucang TNUK
4.2.1. Deskripsi Proyek Proyek ini mengkaji penerapan desain sarana dan prasarana yang sesuai untuk pengembangan kegiatan wisata alam di kawasan taman nasional. Proyek yang terletak di Pulau Peucang ini, termasuk ke dalam wilayah Provinsi Banten, Indonesia. Pulau ini merupakan salah satu pulau yang termasuk ke dalam TNUK dan berbatasan langsung dengan Selat Panaitan. Pada pulau ini terdapat 100 ha zona pemanfaatan taman nasional yang terletak di bagian timur pulau ini. Proyek dengan judul Kajian terapan Desain Tapak Wisata Alam di Pulau Peucang, TNUK adalah proyek yang dimintakan langsung kepada PT. Idea Consultant oleh Dinas Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung (PJLKKHL) yang berada langsung dibawah Departemen Kehutanan. Proyek ini merupakan proyek kajian terapan desain tapak sebagai suatu bentuk percontohan proses pengerjaan desain tapak yang akan digunakan pihak balai taman nasional lainnya dalam mengembangkan kawasan wisata alam. Maksud dari kajian tersebut adalah untuk mengkaji kesesuaian lingkungan dari zona pemanfaatan yang tersisa di Pulau Peucang dengan aktifitas dan fasilitas yang akan diterapkan pada tapak sebagai kawasan wisata alam. Rentang waktu proses pengerjaan proyek adalah satu bulan. Struktur tim yang terlibat dalam pengerjaan proyek ini seperti terlihat pada Gambar 4.
29
CLIENT
Dinas Pemanfaatan Jasa
Balai Taman Nasional
Lingkungan Kawasan
Ujung Kulon
Konservasi dan Hutan Lindung
LANDSCAPE ARCHITECT PT. Innovative Development for Eco Awareness (Idea) Consultant
Penanggungjawab
PROJECT LEADER
Penanggungjawab
Sumaedi
Soehartini Sekartjakrarini
I Putu Garjita
MAIN DESIGNER Puspita Galih Resi
INTERN STUDENT
INTERN STUDENT
MAPPING
Faizol Hatzri (UPM)
Fika Widya Nastiti (IPB)
Haryono
Gambar 4.Struktur Tim Proyek Kajian terapan Desain Tapak Wisata Alam di Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon
Dari 100 ha zona pemanfaatan di kawasan Pulau Peucang ini, 50 ha sebelumnya sudah dimanfaatkan untuk pengembangan beberapa fasilitas penginapan bagi wisatawan yang berkunjung dibawah pengelolaan pihak Wana Wisata Alam Hayati (WWAH). Pekerjaan yang dilakukan oleh PT. Idea Consultant ini adalah melakukan kajian terapan desain tapak pada 50 ha zona pemanfaatan yang tersisa. Zona pemanfaatan ini dikelola pihak balai TNUK untuk dimanfaatkan sebagai kawasan wisata alam. Dari kawasan seluas 50 ha ini akan
30
diletakan fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan wisata alam dimulai dari kawasan pantai hingga kawasan dalam hutan. Dalam proyek ini PT. Idea Consultant terlibat dari awal proyek dan berperan dalam penentuan tata ruang pada tapak. Sebagian besar data awal untuk proyek merupakan data sekunder yang di dapat dari pihak Balai TNUK. Disamping itu dilakukan survei langsung ke lokasi tapak serta dilakukan juga studi pustaka untuk pengerjaan proyek ini.
4.2.2. Kondisi Umum TNUK Kawasan Ujung Kulon dinyatakan sebagai calon Taman Nasional pada tahun 1982, dari fungsi awalnya sebagai Cagar Alam berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor: 736/Kpts/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982 pada saat kongres III taman nasional sedunia di Bali. Kemudian, tahun 1992 kawasan Ujung Kulon ditetapkan sebagai taman nasional dan pengelolaannya dibawah Balai Taman Nasional Ujung Kulon berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor: 284/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992 (BTNUK, 2010). Taman Nasional Ujung Kulon bersama Cagar Alam Krakatau merupakan aset nasional, dan telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Alam Dunia (World Heritage) oleh UNESCO pada tahun 1991. Untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai Situs Warisan Alam Dunia, UNESCO telah memberikan dukungan pendanaan dan bantuan teknis. TNUK merupakan perwakilan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang tersisa dan terluas di Jawa Barat, serta merupakan habitat yang Ideal bagi kelangsungan hidup satwa langka badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan satwa langka lainnya. Terdapat tiga tipe ekosistem di taman nasional ini yaitu ekosistem perairan laut, ekosistem rawa, dan ekosistem daratan (BTNUK, 2010).
4.2.1.1. Batas Geografis dan Administratif Secara geografis kawasan ini terletak antara 6q30’43”-6q52’17” LU dan 102q2’32”-105q37’37” BT. Secara administratif TNUK terletak di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. TNUK memiliki batas wilayah sebagai berikut (BTNUK, 2010):
31
1. Sebelah Barat dan Utara, berbatasan dengan Selat Sunda dan Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang. 2. Sebelah Timur, berbatasan dengan Teluk Selamat Datang dan Kecamatan Cimanggu, Kab. Pandeglang. 3. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudera Hindia. TNUK yang terdiri dari daratan dan perairan merupakan salah satu taman nasional di Indonesia yang memiliki peranan penting dalam konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya. TNUK merupakan hutan tropis dataran rendah dengan luas wilayah 122.956 ha, yang terdiri dari 78.619 ha daratan dan 44.337 ha perairan laut. Ditetapkannya taman nasional ini bertujuan untuk pelestarian sumber daya alam serta memberikan dukungan dalam kesejahteraan masyarakat setempat. Bagian-bagian penting dalam kawasan terbagi menjadi 5 wilayah yaitu, Semenanjung Ujung Kulon, Gunung Honje, Pulau Handeleum, Pulau Pecang, dan Pulau Panaitan (Gambar 5).
(Sumber : BTNUK, 2010) Gambar 5. Peta Taman Nasional Ujung Kulon
32
4.2.1.2. Iklim TNUK memiliki iklim tropis laut dengan curah hujan tahunan rata-rata 3.250 mm. Suhu dalam kawasan berkisar antara 25-30qC dengan kelembaban antara 80-90%. Bulan April-Oktober merupakan musim kering, khususnya JuliOktober. Musim hujan mulai dari Bulan November dan berakhir pada Bulan Maret dengan rata-rata curah hujan 400 mm. Musim hujan terberat antara Bulan Desember-Januari dan disertai dengan angin kencang. Musim kemarau terjadi pada Bulan Mei-September dengan curah hujan normal tiap bulan rataǦ rata tidak melebihi 100 mm (BTNUK, 2010). Pada musim angin barat antara Bulan Oktober hingga Bulan April angin bertiup kencang. Musim angin barat ini sering menyebabkan pohon tumbang dan menyulitkan perjalan kapal karena ombak besar. Angin timur berlangsung selama Bulan Mei hingga Bulan September membuat perairan bagian utara Semenanjung Ujung Kulon menjadi terang dan kurang berombak.
4.2.1.3. Flora dan Fauna Keanekaragaman tumbuhan dan satwa di TNUK mulai dikenal oleh para peneliti, pakar botani Belanda dan Inggris sejak tahun 1820. Kurang lebih 700 spesies tumbuhan terlindungi dengan baik dan 57 spesies diantaranya langka seperti Merbau (Intsia bijuga), Palahlar (Dipterocarpus haseltii), Bungur (Lagerstroemia speciosa), Cerlang (Pterospermum diversifolium), Ki Hujan (Engelhardia serrata) dan berbagai macam jenis anggrek (BTNUK, 2010). Satwa di TNUK terdiri dari 35 spesies mamalia, 59 spesies reptilia, 22 spesies amfibia, 240 spesies burung, 72 spesies insekta, 142 spesies ikan dan 33 spesies terumbu karang. Satwa langka dan dilindungi selain Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) adalah Banteng (Bos javanicus javanicus), Ajag (Cuon alpinus javanicus), Surili (Presbytis comata comata), Lutung (Trachypithecus auratus auratus), Rusa (Cervus timorensis russa), Macan Tutul (Panthera pardus), Kucing Batu (Prionailurus bengalensis javanensis), Owa (Hylobates moloch), dan Kima Raksasa (Tridacna gigas). Pada Gambar 6 dapat dilihat beberapa jenis satwa yang terdapat pada TNUK (BTNUK, 2010).
33
Rusa
Badak Jawa
Babi Hutan
Banteng dan Burung Merak
(Sumber : BTNUK, 2010) Gambar 6. Satwa-satwa di TNUK Jenis-jenis ikan yang menarik di TNUK baik yang hidup di perairan laut maupun sungai antara lain Ikan Kupu-Kupu (Pantodon buchholzi), Ikan Badut (Clown Fish), Ikan Bidadari (Angle Fish), Ikan Glodok (Mudskipper) dan Ikan Sumpit (Archer Fish). Ikan Glodok dan Ikan Sumpit (Gambar 7) adalah dua jenis ikan yang sangat aneh dan unik yaitu ikan glodok memiliki kemampuan memanjat akar pohon bakau, sedangkan ikan sumpit memiliki kemampuan menyemprot air ke atas permukaan setinggi lebih dari satu meter untuk menembak mangsanya (serangga kecil) yang berada di daun-daun yang rantingnya menjulur di atas permukaan air.
Ikan Glodok
Ikan Sumpit
(Sumber : BTNUK, 2010) Gambar 7. Jenis-jenis ikan yang menarik di TNUK
34
4.2.1.4. Aksesibilitas Balai TNUK beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 51 Labuan, Pandeglang. Aksesibilitas menuju ke kawasan Balai TNUK dapat dicapai melalui beberapa jalur darat, yaitu sebagai berikut (Gambar 7): 1. Jakarta – Serang (via jalan Tol) – Pandeglang – Labuan, dengan jarak 153 km dan waktu tempuh ± 3,5 jam. 2. Jakarta – Cilegon (via jalan Tol) – Labuan, dengan jarak 153 Km dan waktu tempuh ± 3 jam. 3. Bogor – Rangkasbitung – Pandeglang – Labuan, dengan jarak 160 Km dan waktu tempuh ± 4 jam. Untuk menuju kawasan-kawasan TNUK, dari Balai TNUK Labuan ditempuh melalui daerah Sumur yang merupakan kawasan transit. Daerah Sumur juga merupakan kawasan tambat kapal-kapal kecil nelayan dan perahu motor. Kapal-kapal kecil nelayan dan perahu motor digunakan sebagai kapal transit menuju kapal-kapal besar yang akan digunakan untuk penyebrangan laut. Aksesibilitas menuju kawasan-kawasan TNUK dapat ditempuh dengan melalui jalan darat atau laut (Gambar 8), antara lain: 1. Kawasan Resort Taman Jaya (90 km) Perjalanan melalui darat menggunakan kendaraan umum dari Labuan menuju Sumur dengan jarak 70 km memakan waktu ± 2 jam. Perjalanan dari Sumur menuju kawasan Resort Taman Jaya dapat ditempuh dengan kendaraan mobil dan motor (20 km/jam) atau perjalanan laut dengan cara menyewa perahu motor dari Sumur (1,5 jam). 2. Pulau Handeleum Perjalanan laut (speed boat) dengan waktu tempuh 2-6 jam dari Carita atau dari Labuan, 2 jam perjalanan laut (speed boat) dari Sumur dan 40 menit perjalanan laut dari Taman Jaya. 3. Pulau Peucang dan Pulau Panaitan Perjalanan laut (speed boat) dengan waktu tempuh 2-6 jam dari Carita atau dari Labuan, 3,5 jam perjalanan laut (speed boat) dari Sumur dan 3 jam perjalanan laut dari Taman Jaya.
35
(Sumber : BTNUK, 2010) Gambar 8. Peta Aksesibilitas Menuju TNUK
4.2.3. Kondisi Umum Pulau Peucang Pulau Peucang terletak di sebelah barat laut Semenanjung Ujung Kulon (Gambar 9). Pulau ini merupakan salah satu pulau yang termasuk ke dalam kawasan TNUK dan berbatasan langsung dengan Selat Panaitan. Pulau Peucang merupakan pulau dengan luas kurang lebih 450 ha. Pada pulau ini terdapat zona pemanfaatan taman nasional seluas 100 ha. Pulau Peucang memiliki hutan hujan dataran rendah yang merupakan tempat berlindung bagi aneka ragam satwa liar. Kawasan ini merupakan kawasan yang lanskap alaminya masih sangat terjaga dan terlindungi. Dari Pulau Peucang menyeberangi selat perairan laut selebar 800 m, terletak Semenanjung Ujung Kulon yang memiliki berbagai jenis daya tarik. Pulau ini terletak pada perairan yang biru jernih, serta pantainya yang berpasir putih (Gambar 10).
36
Provinsi Banten
TNUK
Pulau Peucang : Lokasi Pulau Peucang (Sumber : BTNUK, 2010) Gambar 9. Orientasi Pulau Peucang
(Sumber : Survei, Juni 2011) Gambar 10. Kondisi perairan di Pulau Peucang Dari 100 ha zona pemanfaatan di kawasan Pulau Peucang ini, 50 ha sudah dimanfaatkan untuk pengembangan beberapa fasilitas sarana dan prasana untuk wisatawan yang berkunjung. Pengelolaan 50 ha zona pemanfaatan ini dikelola oleh Wana Wisata Alam Hayati (WWAH). Balai TNUK merencanakan 50 ha
37
zona pemanfaatan yang tersisa sebagai kawasan wisata alam. Oleh karena itu, tapak ini menjadi lokasi proyek kajian terapan desain tapak wisata alam (Gambar 11). Selain untuk pengembangan kegiatan wisata alam, proyek ini juga merupakan contoh proses pengerjaan desain tapak yang akan digunakan pihak balai taman nasional lain.
(Sumber: BTNUK, 2010) Gambar 11. Lokasi Proyek
Fasilitas sarana dan prasarana yang telah ada di Pulau Peucang antara lain, pusat informasi, penginapan, tempat ibadah, dan restoran. Lokasi sarana dan prasarana yang ada di Pulau Peucang dapat dilihat pada Gambar 12.
38
e f g
d c b
a
a. Darmaga
b. Restoran
c. Penginapan
d. Penginapan
e. Pusat informasi
f. Mushola
g. Kamar petugas
(Sumber : Survei, Juni 2011) Gambar 12. Lokasi Sarana dan Prasarana di Pulau Peucang
Terdapat juga fasilitas lain berupa beberapa signage di Pulau Peucang. Signage berfungsi sebagai penunjuk lokasi maupun peta objek-objek wisata yang terdapat di Pulau Peucang dan sekitarnya (Gambar 13).
39
Penunjuk Lokasi
Peta Objek-objek Wisata
(Sumber : Survei, Juni 2011) Gambar 13. Signage yang terdapat di Pulau Peucang Satwa-satwa liar seperti rusa, babi, monyet dan kadal merumput dan bermain di sekitar tempat penginapan yang tersedia. Hal ini menjadi objek yang menarik bagi wisatawan yang meyukai fotografi, untuk mengambil beberapa foto dari aktifitas yang dilakukan oleh satwa-satwa tersebut (Gambar 14).
(Sumber : Survei, Juni 2011) Gambar 14. Wisatawan sedang mengambil foto rusa
40
4.2.4.
Proses Pengerjaan Proyek
4.2.4.1. Persiapan Persiapan adalah tahap awal dari proses pekerjaan perancangan. Pada tahap ini dilakukan pengaturan terhadap semua pihak yang terkait dan menyiapkan anggota tim untuk melaksanakan proses pengerjaan proyek. Tahap awal yang dilakukan oleh PT. Idea Consultant adalah membentuk suatu tim proyek yang terdiri dari project leader, main designer, dan tim teknis. Pada proyek Kajian terapan desain tapak Pulau Peucang ini mahasiswa magang bertindak sebagai tim teknis
4.2.4.2. Inventarisasi dan Analisis (1) Inventarisasi Sebelum dilakukan inventarisasi, terlebih dahulu dibuat rencana awal untuk fasilitas yang akan dikembangkan pada tapak. Fasilitas utama yang akan dikembangkan pada tapak adalah darmaga dan chalets (penginapan). Inventarisasi dilakukan dengan cara survei langsung untuk mendapatkan datadata pada tapak dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) dan kamera. GPS dan kamera digunakan untuk menentukan titik-titik lokasi yang sesuai untuk darmaga dan chalets tersebut. (2) Analisis Analisis yang dilakukan perusahaan pada tapak menitikberatkan kepada perlindungan kawasan sehingga mengacu pada hal-hal sebagai berikut, yaitu filosofi pengembangan kawasan, prinsip panduan pengembangan kawasan, peraturan dan pedoman pengembangan kawasan, serta studi arsitektur lokal. a. Filosofi Pengembangan Kawasan Berdasarkan konsep arahan pengembangan, rencana tapak harus dibuat sebagai arahan untuk pembangunan fasilitas/sarana dan prasarana. Rencana tapak tersebut harus didasarkan pada kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan dalam pengembangan, yaitu penerapan etika ecodesign yang telah ditetapkan perusahaan. Perusahaan telah menetapkan etika eco-design yang akan diterapkan dalam konsep pengembangan sarana dan prasarana wisata alam di Pulau Peucang, yaitu:
41
i)
Pengembangan sarana dan prasarana harus proporsional dengan luas area pengembangan dan tidak mendominasi sumber daya alam kawasan. Konsep pengembangan teknis tidak terlepas dari ketentuan yang mengatur pengembangan pariwisata alam di Taman Nasional, yaitu luas area yang diizinkan untuk pengembangan wisata tidak melebihi dari 10% luas seluruh Zona pemanfaatan. Dari luas area pengembangan tersebut, maksimum luas area pembangunan sarana dan prasarana dibatasi sampai dengan 10%.
ii)
Pengembangan sarana dan prasarana menghindari sejauh mungkin daerah-daerah perlindungan setempat seperti: sempadan pantai dan sungai, tumbuhan dan atau koral endemik, jelajah satwa.
iii) Pengembangan sarana dan prasarana harus seminimal mungkin melakukan perubahan terhadap lanskap yang ada, namun memberikan kepuasan kepada pengunjung semaksimal mungkin. iv) Kepedulian terhadap lingkungan harus dicerminkan dengan pengembangan
pusat
interpretasi,
yang
bertujuan
untuk
memperkaya pengalaman pengunjung melalui pelayanan yang menyenangkan dan penyampaian informasi yang akurat tentang sumber daya alam dan budaya di dalam dan di sekitar kawasan. Fungsi pusat interpretasi yaitu: (a) menjelaskan sumber-sumber daya alam dan budaya kawasan; (b) memberikan dan merangsang pengalaman yang menyenangkan bagi pengunjung; (c) memberikan sarana pendidikan lingkungan; (d) menambah daya tarik wisata. v)
Penurunan kualitas sumber daya kawasan harus dikurangi atau dihindari dengan memberikan alternatif atau mengembangkan desain sarana dan prasarana
yang memenuhi persyaratan
kebersihan, kesehatan, keselamatan, keamanan, dan kenyamanan. vi) Pengembangan sarana dan prasarana kegiatan harus merupakan kesatuan sistem dengan mempertimbangkan, misalnya: waktu dan jarak yang digunakan pengunjung untuk mencapai masing-masing sarana
dan
prasarana,
koordinasi
antar
sarana
prasarana,
kemudahan mendapatkan informasi tentang sarana prasarana.
42
vii) Pengembangan sarana dan prasarana harus sesuai dengan kegunaan dan kebutuhan. viii) Penggunaan bahan untuk sarana dan prasarana harus sesuai dengan kondisi iklim kawasan dan menerapkan konsep arsitektur tradisional setempat. b. Prinsip Panduan Pengembangan Kawasan Dalam penyusunan kajian ini, pemanfaatan lingkungan bertujuan untuk membangun hubungan simbiosis antara wisata dengan lingkungan yang dilandaskan pada prinsip-prinsip, antara lain : i)
Pemanfaatan untuk perlindungan.
ii) Penggalian serta penyajian produk wisata yang diselaraskan dengan potensi dan karakter lingkungan setempat dan bermuatan pendidikan dan pembelajaran. iii) Pemanfaatan
yang
memberikan
nilai
tambah
terhadap
penyelenggaraan program konservasi. iv) Keindahan lingkungan ternikmati dan terapresiasi oleh pengunjung, penyelenggara kegiatan dan masyarakat. c. Peraturan dan Pedoman Pengembangan Kawasan Untuk memastikan bahwa pengembangan tidak melebihi daya dukung dan secara bersamaan berwawasan pariwisata dan konservasi, diperlukan panduan atau pedoman penataan ruang secara menyeluruh di TNUK serta panduan pengembangan fasilitas atau sarana dan prasarana pendukung program kegiatan wisata alam di Pulau Peucang. Peraturan dan pedoman yang digunakan dalam pengerjaan proyek ini antara lain Peraturan Direktur Jendral No. P.3/IY-SET/2011 tanggal 9 Maret 2011 dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 mengenai Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Peraturan Direktur Jendral No. P.3/IY-SET/2011 tanggal 9 Maret 2011 mengenai Pedoman Penyusunan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, menetapkan bahwa untuk perlindungan
43
kawasan atau tapak yang akan dimanfaatkan diberlakukan hal-hal sebagai berikut, untuk daerah mangrove diberlakukan garis sempadan 400 m dari batas terluar mangrove dan pada daerah pantai garis sempadan
adalah
100
m
dari
pasang
tertinggi.
Pengecualian
pembangunan fisik dalam kawasan diberlakukan untuk pembangunan dermaga atau jeti dan bangunan dengan konstruksi tidak permanen untuk keperluan tempat berteduh (shelter) serta fasilitas penunjang kegiatan rekreasi. Sedangkan untuk batas sempadan sungai adalah 50 m dari batas kanan dan kiri sungai. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 mengenai Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, menetapkan jika zona pemanfaatan akan diusahakan oleh pihak ketiga, areal tapak peruntukan pengembangan sarana dan prasarana maksimal 10% dari luas areal tapak yang akan dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) pada proyek ini adalah sebesar 10%, yang diperhitungkan dari luas tapak peruntukan. Angka koefisien ini mencakup konstruksi sarana dan prasarana yang akan dibangun pada tapak. Untuk jumlah lantai dan bangunan aturan yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) jumlah lantai bangunan maksimal dua lantai dengan tinggi maksimal bangunan sepuluh meter, (2) pengecualian diberlakukan untuk menara pengamatan yang menuntut ketinggian lebih. Arahan perancangan arsitektur yang digunakan pada proyek pengembangan wisata alam ini antara lain, yaitu dermaga dirancang dengan ketinggian minimal 50 cm lebih tinggi dari ketinggian air pasang pada umumnya. Tangga/pijakan untuk naik ke dermaga harus dirancang seaman mungkin. Material yang dipilih untuk pijakan tidak boleh licin dalam keadaan basah. Arahan yang digunakan untuk arsitektur bangunan antara lain : i)
Bangunan mengambil bentuk panggung, lantai tidak melekat langsung di permukaan tanah. Ketinggian lantai dasar minimal 50 cm lebih tinggi dari ketinggian air pasang.
44
ii)
Arsitektur bangunan mencerminkan ciri/karakter arsitektur lokal, minimal berupa adaptasi bentukan/kemiringan atap.
iii) Bahan atap tidak menggunakan bahan dari metal dan aluminium. Dianjurkan menggunakan atap kayu/sirap atau genting berwarna natural atau gelap. iv) Bahan bangunan menggunakan bahan-bahan asal setempat tetapi tidak
diperkenankan
mengambil/memanfaatkan
bahan
dari
kawasan pelestarian alam. v)
Pemilihan bahan dan warna bahan bangunan diserasikan dengan lingkungan alam sekitar untuk memberikan kesan harmonis. Jika pengecatan dibutuhkan, dianjurkan menggunakan warna yang netral. Aturan-aturan yang digunakan untuk Signage adalah sebagai
berikut : i)
Tanda-tanda dan petunjuk arah, larangan/peringatan dan rambu lalu lintas ditempatkan di lokasi-lokasi yang strategis dan terlihat serta terbaca jelas.
ii) Papan informasi untuk keperluan indirect interpretation, denah kawasan, dibuat dalam skala besaran yang memungkinkan untuk jelas terbaca dalam jarak yang wajar, dan ditempatkan di lokasilokasi strategis. iii) Tidak diperkenankan memajang papan reklame/iklan komersial di areal ruang terbuka. iv) Pemajangan elemen estetik dalam tatanan lanskap diperbolehkan, terbatas pada pencerminan budaya setempat atau alam lingkungan setempat. d. Studi Arsitektur Lokal Pulau Peucang merupakan pulau yang terletak di Provinsi Banten. Suku asli yang terdapat di Provinsi Banten ini adalah Suku Baduy. Oleh karena itu, ciri arsitektur bangunan yang digunakan dalam pengerjaan proyek ini adalah filosofi arsitektur lokal Suku Baduy. Bangunan rumah tinggal Suku Baduy berbentuk rumah panggung. Konsep rancangannya
45
mengikuti kontur lahan, tiang penyangga masing-masing bangunan memiliki ketinggian berbeda-beda. Pada bagian tanah yang datar atau tinggi, tiang penyangganya relatif rendah. Adapun pada bagian yang miring, tiangnya lebih tinggi. Material atap yang digunakan adalah ijuk dengan alasan pemilihan ijuk sebagai material atap karena ijuk merupakan material yang dapat menyerap panas dengan baik sehingga tidak menimbulkan suasana panas di dalam rumah. Arsitektur rumah tinggal dapat dilihat pada Gambar 15.
(Sumber : www.iai-banten.org) Gambar 15. Rumah tinggal Suku Baduy (3) Hasil Inventarisasi dan Analisis
Hasil dari inventarisasi dan analisis melalui data primer dan sekunder pada tapak meliputi faktor letak dan luas, hidrologi, topografi, aksesibilitas, tata guna lahan, aspek visual, vegetasi, dan satwa. a. Letak dan luas Lokasi proyek ini terletak di Pulau Peucang, tepatnya di bagian timur Pulau Peucang. Luas keseluruhan wilayah untuk proyek kawasan wisata alam ini adalah 50 ha. Namun luas wilayah yang akan di lakukan kajian terapan desain tapak oleh PT. Idea Consultant mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 mengenai Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam adalah 10% dari luas wilayah yaitu 5 ha. Berdasarkan pertimbangan hasil inventarisasi dan analisis yang telah dilakukan maka luas 5 ha dari tapak yang akan dilakukan kajian terapan
46
desain tapak dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17 memperlihatkan letak dan luasan tapak proyek Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang. Tapak dikeilingi oleh hutan kecuali pada bagian sebelah timur yang berbatasan langsung dengan Selat Panaitan. b. Hidrologi Di Pulau Peucang tidak dijumpai adanya sungai, tetapi pada bagian timur laut Pulau Peucang terdapat Salt lick yaitu daerah tergenang/rawa yang termasuk di dalam kawasan tapak. Apabila di area ini terjadi surut air laut, rawa tersebut akan berubah menjadi suatu danau kecil karena rawa tersebut terpisahkan oleh daratan pasir putih. Apabila air pasang atau musim hujan, rawa tersebut akan menyatu dengan air laut. Gambar kondisi rawa dan daerah disekitar rawa saat air surut dapat dilihat pada Gambar 16.
(Sumber : Survei, Juni 2011) Gambar 16. Kondisi rawa pada tapak
(Sumber : BTNUK, 2011)
7
2
5
8
4
3
1
6
Gambar 17. Letak dan Luasan Tapak
9
47
47
48
c.
Topografi Dilihat dari keadaan topografi berdasarkan hasil survei yang dilakukan, lokasi tapak dikategorikan sebagai daerah yang relatif datar. Ketinggian tanahnya berkisar antara 0 m sampai 10 m diatas permukaan laut.
d. Tata Guna lahan Sebagian besar lahan yang terdapat di Pulau Peucang merupakan kawasan hutan lebat. Terdapat banyak sekali jenis vegetasi di dalamnya, karena termasuk ke dalam hutan hujan tropis dataran rendah yang kaya akan jenis vegetasi. Terdapat satu lokasi yang tergenang/rawa. Lokasi ini merupakan tempat minum bagi satwa seperti rusa, monyet, dan babi. Keadaan air laut yang masih jernih dan belum terjadi perusakan pada sekitar daerah pantai melengkapi keindahan kawasan ini. Gambar 18 merupakan kondisi eksisting dan tata guna lahan pada tapak dan sekitarnya.
(Sumber : BTNUK, 2010)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 18. Tata Guna Lahan disekitar tapak e. Aspek Visual Kondisi eksisting pada tapak merupakan lanskap yang masih alami. Tapak merupakan kawasan hutan hujan dataran rendah yang memiliki kerapatan vegetasi yang sangat tinggi. Daerah pesisir memiliki hamparan
49
pasir putih yang cukup luas dan indah, sehingga sangat potensial untuk dijadikan objek wisata. Berdasarkan kondisi eksisting tapak, beberapa view yang terdapat pada tapak dapat dilihat pada Gambar 19.
(Sumber: Google Earth)
a
b
c
d
e
f
g
h
(Sumber : Survei, Juni 2011) Gambar 19. Beberapa view yang terdapat pada tapak
50
f. Vegetasi Secara umum vegetasi yang terdapat di Pulau Peucang adalah hutan hujan dataran rendah. Terdapat berbagai jenis tumbuhan yang terdapat kawasan hutan Pulau Peucang antara lain Pohon Ara (Ficus carica), Pohon Salam (Syzygium polyanthum, Pohon Bayur (Pterospermum javanicum) dan Pohon Putat (Planchonia valida). Pohon Ara (Ficus carica) tumbuh dari biji yang ditimbun di dalam lubang di pohon oleh burung, kelelawar, dan binatang-binatang kecil lainnya. Sekali bertumbuh, pohon ini menyatukan selubung sulurnya ke tanah, yang kemudian membentuk kisi-kisi akar disekeliling batang pohon yang dirambati. Pohon Salam (Syzygium polyanthum), Pohon Bayur (Pterospermum javanicum), dan Pohon Putat (Planchonia valida) merupakan tumbuhan-tumbuhan yang terdapat di kawasan hutan primer Pulau Peucang. Pohon Salam (Syzygium polyanthum) merupakan salah satu jenis pohon tertinggi pada hutan primer ini. Ketinggian pohon ini dapat mencapai 40 meter melebihi tinggi kanopi jenis-jenis lainnya (BTNUK, 2010). Selain vegetasi hutan terdapat pula vegetasi hutan pantai. Menurut Nasrullah (2009), berdasarkan susunan vegetasinya, ekosistem hutan pantai dapat dibedakan menjadi 3, yaitu Formasi Pes-Caprae, Formasi Barringtonia dan Formasi Mangrove. Hutan formasi Pes Caprae didominasi oleh tumbuhan merambat, hutan formasi Barringtonia didomonasi pepohonan, sedangkan hutan mangrove di dominasi oleh jenis bakau (Gambar 20).
(Sumber: Nasrullah, 2009) Gambar 20. Ekosistem Hutan Pantai
51
Formasi ekosistem hutan pantai yang terdapat pada tapak adalah Formasi Pes-Caprae dan Formasi Barringtonia. Formasi Pes-Caprae didominasi oleh tanaman Daun Katang-Katang (Ipomea pescaprae), sedangkan Formasi Barringtonia didominasi oleh Pohon Butun (Barringtonia asiatica), Pohon Nyamplung (Calophyllum inophyllum) dan Pohon Ketapang (Terminalia catappa) dan Daun Katang-Katang (Ipomea pescaprae). Jenis jenis vegetasi yang terdapat pada tapak dapat dilihat pada Gambar 21.
Pohon Nyamplung
Ipomea pescaprae
Pohon Putat
Pohon Salam
Pohon Butun
Pohon Ara
Pohon Bayur
(Sumber: BTNUK, 2010) Gambar 21. Jenis-jenis vegetasi yang terdapat pada tapak g. Satwa Terdapat berbagai jenis satwa yang terdapat pada tapak antara lain rusa (Cervus timorensis), kera (Macaca fasicularis), Biawak (Varanus salvator) dan Babi Hutan (Sus verrucosos) (Gambar 22). Satwa ini
52
memperoleh sumber air minum yang berasal dari Salt lick (lokasi tergenang air/rawa pada tapak). Oleh karena itu, lokasi rawa tersebut direncanakan sebagai salah satu area yang berpotensi untuk melakukan pengamatan satwa liar pada tapak.
Rusa
Babi hutan
Monyet (Sumber: Survei, Juni 2011)
Biawak
Gambar 22. Jenis-jenis satwa yang terdapat pada tapak 4.2.4.3. Konsep dan Rencana Tata Ruang (1) Konsep Desain Konsep desain pada pengerjaan proyek ini adalah “The Windows To The Last Home Of The Javan Rhinos”. Konsep The Windows (Gambar 23) digunakan karena pada tapak terdapat beberapa “jendela view” yang membentuk beberapa vista ke arah lautan dan Pulau Semenanjung Ujung Kulon.
(Sumber: Idea, 2011) Gambar 23. Konsep The Windows
53
The Last Home Of The Javan Rhinos menerangkan bahwa Pulau Semenanjung Ujung Kulon merupakan lokasi habitat asli penangkaran badak jawa. Jendelajendela view ini terbentuk oleh dahan-dahan pepohonan yang menjulur sehingga membentuk sebuah vista (Gambar 24). The Last Home Of The Javan Rhinos
(Sumber: Idea, 2011)
Jendela view
Gambar 24. Salah satu vista yang terbentuk pada tapak
(2) Konsep Ruang Setelah dilakukan inventarisasi dan analisis, konsep pembagian ruang pada tapak secara umum dibagi ke dalam lima ruang yaitu area penerimaan, area gedung multifungsi, area chalet dan ecotoilet, area multifungsi dan area danau (Gambar 25). Sarana dan prasarana yang akan didirikan pada ruangruang tersebut adalah: a.
Area penerimaan terdiri dari mooring buoy area dan jetty area.
b.
Area gedung multifungsi terdiri dari beberpa fasilitas yaitu, information centre, canteen and resto, toko souvenir dan gudang.
c.
Area chalet dan ecotoilet merupakan area yang digunakan untuk penerapan konsep The Windows. Area ini merupakan titik-titik lokasi vista yang terdapat pada tapak yang akan digunakan untuk mendirikan chalets bersama dengan ecotoilet. Chalet adalah jenis bangunan yang terbuat dari kayu, dengan atap yang memiliki kemiringan landai, dalam
54
proyek ini chalet direncanakan sebagai penginapan wisatawan. Sedangkan ecotoilet merupakan toilet yang mnggunakan sistem biofil. d.
Area multifungsi merupakan ruang yang akan digunakan untuk area berkemah (camping ground).
e.
Area danau merupakan daerah rawa yang membentuk sebuah danau saat air laut surut. Pada area ini akan didirikan shelter untuk menikmati pemandangan danau.
f.
Pedestrian circulation merupakan penghubung antar fasilitas yang akan direncanakan pada tapak.
g.
Pada setiap ruang-ruang tersebut juga akan didirikan signage sebagai petunjuk lokasi.
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 25. Pembagian ruang pada tapak
55
4.2.4.4. Pengembangan Desain (Design Development) Pada tahap pengembangan desain ini, pembagian ruang yang telah dilakukan pada tahap desain konsep diterapkan pada tapak (planning application). Rencana dan rancangan sarana dan prasarana yang akan diterapkan dibuat dalam bentuk ilustrasi gambar maupun imagery board. Imagery board adalah susunan dari foto-foto referensi desain yang disusun oleh PT. Idea Consultant dan diajukan kepada klien sebagai gambaran untuk desain sarana dan prasarana yang akan diterapkan pada tapak. Tujuan dari pembuatan imagery board adalah untuk mempresentasikan jenis karakter material yang akan digunakan, serta gambargambar suasana yang memberikan kesan lanskap yang terbentuk. (1) Area penerimaan Area penerimaan terdiri dari mooring buoy area dan jetty area. Tujuan dirancangnya fasilitas ini adalah sebagai pintu masuk utama pada tapak dari luar pulau. Mooring buoy area direncanakan untuk area darmaga apung sebagai tempat peralihan kapal. Darmaga apung ini merupakan tempat pemberhentian kapal-kapal besar, dari area ini jika akan memasuki tapak digunakan kapal-kapal boat kecil sehingga tidak merusak terumbu karang yang ada pada kawasan perairan (Gambar 26).
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 26. Lokasi mooring buoy area
56
Mooring buoy didesain dengan empat sisi tambat kapal (Gambar 27). Tiang pancang dibangun dipusat darmaga apung ini yang berfungsi sebagai penahan keseimbangan darmaga apung ini (Gambar 28).
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 27. Ilustrasi tampak atas mooring buoy
(Sumber: Idea, 2011) Gambar 28. Rekomendasi desain mooring buoy Jetty area dirancang sebagai kawasan darmaga pemberhentian kapalkapal boat kecil. Area ini direncanakan sebagai kawasan pintu masuk utama
57
pada tapak. Pada jetty area ini juga direncanakan adanya signage Pulau Peucang yang berfungsi sebagai penunjuk lokasi pintu masuk kawasan wisata alam Pulau Peucang. Kondisi eksisting untuk untuk jetty area dapat dilihat pada Gambar 29. Jetty dirancang dengan material kayu dan memiliki dua area tambat kapal (Gambar 30).
(Sumber: Survei, Juni 2011) Gambar 29. Kondisi eksisting jetty area
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 30. Ilustrasi tampak atas jetty area Terdapat tiang-tiang tambat kapal untuk mengikatkan tali-tali kapal. Di sisi kanan dan kiri jetty terdapat railing sebagai pelindung agar wisatawan dapat berjalan dengan nyaman saat berjalan di darmaga Selain itu, digunakan
58
beberapa lampu yang berfungsi sabagai penerangan ketika malam hari (Gambar 31).
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 31. Rekomendasi desain jetty (2) Area Gedung Multifungsi Pada area ini direncanakan beberapa fasilitas yang akan didirikan antara lain information centre, kantin, toko souvenir dan gudang. Kondisi eksisting area ini dapat dilihat pada Gambar 32. Kerapatan pohon yang ada pada area ini tidak terlalu tinggi sehingga sesuai untuk dibangun gedung multifungsi.
(Sumber: Survei, Juni 2011) Gambar 32. Kondisi eksisting area gedung multifungsi
Information centre berada ditengah area di antara kantin, toko souvenir dan gudang. Gedung information centre ini berfungsi sebagai pusat informasi bagi wisatwan yang datang (Gambar 33).
59
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 33. Ilustrasi tampak atas area gedung multifungsi Seluruh bangunan pada area ini dirancang dengan bentuk panggung. Bangunan-bangunan didesain panggung mengikuti arsitektur lokal bangunan rumah Baduy. Material yang digunakan untuk atapnya adalah ijuk. Selain menggunakan filosofi arsitektur rumah Baduy, tujuan bangunan didesain berbentuk panggung yaitu agar tidak mengganggu jalur satwa yang ada pada tapak. Area ini juga dilengkapi dengan ecotoilet (Gambar 34).
(Sumber: Idea, 2011) Gambar 34. Information centre dan canteen yang dilengkapi dengan ecotoilet
60
Di sisi kanan teras bangunan terdapat railing sebagai pelindung agar wisatawan dapat berjalan dengan nyaman saat berjalan di darmaga. Material yang digunakan adalah kayu. Penggunaan material ini berfungsi agar ketika cuaca panas kayu tersebut dapat menyerap panas, sehingga suhu didalam ruangan bangunan tersebut tetap sejuk tanpa perlu menggunakan alat pendingin udara (Gambar 35).
(Sumber: Idea, 2011) Gambar 35. Rekomendasi desain bangunan pada area gedung multifungsi
(3) Area Chalet dan Ecotoilet Area ini merupakan area yang digunakan untuk penerapan konsep The Windows. Pada area ini, titik-titik lokasi vista yang terdapat pada tapak yang akan digunakan untuk mendirikan chalets bersama dengan ecotoilet. Tujuan perancangan fasilitas ini adalah untuk mengakomodasi sarana penginapan bagi wisatawan yang datang. Terdapat empat titik lokasi vista yang direncanakan akan didirikan Chalet dan ecotoilet. Keempat Chalet dan ecotoilet tersebut memiliki desain yang sama. Selain itu, pada area Chalet dan ecotoilet akan dilengkapi dengan signage dan juga bangku-bangku untuk menikmati view dan vista pada tapak. Gambar 36 menunjukkan titik lokasi Chalet 1 dan 2 beserta ecotoilet. Area chalet 1 merupakan lokasi yang sangat indah untuk melihat matahari terbit. Sedangkan area chalet 2 berpotensi sebagai lokasi snorkling karena kawasan perairan dilokasi ini memiliki terumbu karang yang sangat indah (Gambar 37 dan 38).
61
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 36. Ilustrasi tampak atas area chalet 1 dan 2
(Sumber: Survei, Juni 2011) Gambar 37. Kondisi eksisting area chalet 1
62
(Sumber: Survei, Juni 2011) Gambar 38. Kondisi eksisting area chalet 2
Area Chalet 3 dan 4 memiliki hamparan pasir putih yang luas dan berpotennsi untuk kegiatan berenang karena kondisi perairannya yang jernih (Gambar 39 dan 40). Gambar 41 memperlihatkan titik-titik lokasi Chalet 3 dan 4 beserta ecotoilet.
(Sumber: Survei, Juni 2011) Gambar 39. Kondisi eksisting area chalet 3
(Sumber: Survei, Juni 2011) Gambar 40. Kondisi eksisting area chalet 4
63
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 41. Ilustrasi tampak atas area chalet 3 dan 4
Keempat bangunan chalet dan ecotoilet memiliki desain yang sama. Chalet didesain minimalis namun tetap menggunakan filosofi arsitektur lokal baduy. Bangunan didesain berbentuk panggung menggunakan filosofi arsitektur lokal rumah Baduy. Atap chalet dirancang dengan kemiringan atap 20o, dengan kemiringan tersebut udara dapat masuk ke dalam ruangan semaksimal mungkin sehingga suhu dalam ruangan menjadi sejuk. Material atap yang digunakan juga sama seperti rumah Baduy yaitu menggunakan ijuk.
64
Jendela pada chalet didesain menggunakan kasa transparan
agar dapat
menangkap cahaya matahri semaksimal mungkin (Gambar 42).
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 42. Kasa transparan yang digunakan sebagai material untuk jendela Gambar detail chalet dan ecotoilet dapat dilihat pada Gambar 43. Pada rancangan ecotoilet digunakan teknologi biofil (Gambar 44) sehingga air limbah dapat dipergunakan kembali untuk keperluan ecotoilet. Pada sistem biofil, pipa saluran pembuangan air dipisahkan dengan pipa saluran kotoran. Limbah air akan disalurkan langsung menuju sumur resapan dan saluran drainase. Untuk limbah kotoran akan masuk ke dalam tank biofil dan mengalami tiga kali penyaringan didalam tank biofil tersebut. Lalu hasil akhir limbah kotoran yang sudah bersih dialirkan ke sumur resapan dan saluran drainase.
(Sumber: Idea, 2011)
Detail Chalet
Gambar 43. Gambar detail chalet dan ecotoilet
Detail ecotoilet
Digambar oleh : Fika W. N.
65
65
66
(Sumber: Idea, 2011) Gambar 44. Sistem pemasangan septic tank biofil pada ecotoilet
(4) Area Danau Area danau merupakan lokasi salt lake yang membentuk sebuah danau saat air laut surut (Gambar 45). Area ini merupakan sumber air minum bagi satwa liar yang terdapat pada tapak. Namun pada saat air laut pasang, lokasi tergenang ini akan menyatu dengan laut. Pada area ini akan direncanakan didirikan shelter untuk menikmati pemandangan danau. Selain untuk
menikmati
pemandangan,
juga
direncanakan
sebagai
lokasi
pengamatan satwa liar.
(Sumber: Survei, Juni 2011) Gambar 45. Kondisi eksisting area danau Shelter didesain dengan bentuk atap menyerupai daun (Gambar 46). Untuk atap, tetap menggunakan filosofi arsitektur lokal rumah Baduy, yaitu menggunakan material ijuk. Shelter dirancang langsung menghadap ke arah danau dengan tujuan agar wisatwan dapat langsung menikmati pemandangan
67
danau serta dapat mengamati satwa liar yang sedang minum di area ini (Gambar 47). Shelter dirancang lengkap dengan bangku untuk tempat beristirahat yang dibuat dengan menggunakan material kayu (Gambar 48). Hal ini dikarenakan material kayu merupakan material yang paling sesuai digunakan didalam kawasan hutan. Selain warna alami kayu yang tidak memantulkan cahaya seperti logam/metal, kayu juga tidak menyerap panas sehingga kondisi suhu disekitar shelter akan tetap sejuk.
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 46. Ilustrasi tampak atas area danau
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Faizol dan Fika W. N.
Gambar 47. Ilustrasi area danau
68
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Faizol dan Fika W. N.
Gambar 48. Rekomendasi desain shelter
(5) Area Multifungsi Area multifungsi merupakan area yang direncanakan sebagai camping ground area serta area pertemuan outdoor. Kerapatan pohon yang ada pada area ini tidak terlalu tinggi dan keadan permukaan tanahnya datar (Gambar 49) sehingga sesuai untuk menjadi lokasi camping ground. Luas area ini direncanakan seluas 1 ha agar tidak melebih daya dukung kawasan dan tidak merusak kondisi lanskap alami hutan hujan dataran rendah. Pada area ini juga direncanakan didirikan ecotoilet.
(Sumber: Survei, Juni 2011) Gambar 49. Kondisi eksisting area multifungsi
69
Area ini tetap dibiarkan seperti kondisi aslinya. Tidak banyak sarana yang akan dibangun pada area ini, karena adanya area ini berfungsi sebagai area camping untuk wisatawan yang tidak ingin menginap di dalam chalet. Imagery boards area multifungsi ini dapat dilihat pada Gambar 50.
(Sumber: Google images, 2011) Gambar 50. Imagery Boards untuk area multifungsi
70
(6) Signage Setiap area yang telah direncanakan pada tapak juga akan dilengkapi dengan signage. Signage ini dirancang dengan bentuk sederhana dengan menggunakan material kayu agar tidak menyilaukan saat terbias oleh sinar matahari serta dilengkapi dengan bangku-bangku untuk menikmati view-view di area tersebut. Namun untuk jetty area, desain signage menggunakan material semen dan menyerupai tugu karena merupakan penunjuk lokasi Pulau Peucang (Gambar 51).
Ilustrasi signage di area Chalet 1
Ilustrasi signage di area Chalet 2 dan 3
Ilustrasi signage di area Jetty (Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 51. Rekomendasi desain signage di beberapa lokasi
71
Selain penunjuk lokasi, pada area-area tersebut direncanakan juga signage untuk edukasi (Gambar 52), dimana pada signage diberikan penjelasan mengenai kawasan yang dipandang dari spot didirikannya signage tersebut.
(Sumber: Idea, 2011) Gambar 52. Imagery Boards untuk education signage
(7) Pedestrian circulation (Boardwalk) Boardwalk merupakan penghubung antar fasilitas yang telah direncanakan pada tapak. Boardwalk ini dirancang dengan sistem deck dengan material kayu. Tujuan digunakan sistem deck agar jalur jalan wisatawan tidak mengganggu jalur lintas satwa yang ada pada tapak. Selain itu, boardwalk ini juga dirancang dengan light walkway pada sisi kanan dan
72
kiri sebagai penerangan jika wisatawan berjalan pada malam hari (Gambar 53). Imagery boards untuk boardwalk dapat dilihat pada gambar 54.
Boardwalk
Light walkway
(Sumber: Idea, 2011) Gambar 53. Rekomendasi desain boardwalk dan light walkway
(Sumber: Idea, 2011) Gambar 54. Imagery Boards untuk boardwalk