19
BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG DAN PEMBAHASAN
4.1
Manajemen PT IdeA
4.1.1 Profil Umum dan Ruang Lingkup Kerja PT IdeA PT Innovative Development for eco Awareness (IdeA) merupakan salah satu konsultan lanskap yang berlokasi di Kompleks Perumahan Dosen Kampus IPB Dramaga, Jalan Cempaka No.3 Bogor. Ruang lingkup kerja dari PT IdeA mencakup penyediaan jasa di bidang arsitektur lanskap, seperti perencaanaan, perancangan, dan rencana pengelolaan lanskap pada sektor privat, sektor pemerintah, dan sektor umum dengan cakupan layanan land use planning dan master planning. Dalam penyediaan jasa arsitektur lanskap yang bertanggung jawab dan memuaskan, PT IdeA memiliki pandangan untuk bertindak dan berpikir inovatif dalam mencari metode pendekatan kebutuhan klien dan kebutuhan lingkungan sehingga dapat menemukan kebutuhan yang tepat bagi klien, lanskap yang ditangani,
serta
kebutuhan
perusahaan.
Perusahaan
juga
berusaha
mengembangkan pertumbuhan sosio-ekonomi lokal ke arah yang positif tanpa merusak sistem ekologis dan sosial yang ada. Implementasi eco-planning, ecodesign, eco-technology, dan eco-activity untuk mengacu kepada pengembangan yang ekologis, serta memiliki kesadaran untuk merubah sikap dan pendekatan dalam meningkatkan kualitas hidup lokal yang berkelanjutan. PERLINDUNGAN
Tempat tujuan yang merefleksikan keseimbangan ekologi-sosial budayakeberlanjutan ekonomi PEMANFAATAN
PELESTARIAN
Gambar 3 Skema Konsep Pandangan Kerja PT IdeA Sumber : PT IdeA (2011)
20
PT IdeA menitikberatkan pada pelayanan bidang desain, masterplan, dan perencanaan lingkungan dan ekologi untuk hasil yang bertanggung jawab, berkelanjutan, dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di dalamnya dan pengguna tapak. Layanan bidang arsitektur lanskap yang dimiliki PT IdeA memiliki sumber daya dan kemampuan untuk memandu suatu proyek dari langkah yang paling awal yaitu tahap inventarisasi hingga tahap administration construction sampai tahap akhir evaluasi dan konsultasi konstruksi. PT IdeA telah menangani beberapa proyek perancangan lanskap sejak tahun 2004. Beberapa proyek yang telah dikerjakan oleh PT IdeA antara lain: 1.
Site Plan and Detail Design of Bintangur Area, Giam Siak Kecil-Bukit Batu Biosphere Reserve tahun 2011
2.
Site Plan and Architectural Design Four Priority Sites in Karimun Jawa National Park tahun 2011
3.
Site Plan and Detail Design of Tekelan Eco Camp, Betung Kerihun National Park tahun 2010
4.
Eco Friendly Parking Area Site Plan, Indonesia Safari Park tahun 2006
5.
Sukamade and Bande Meru Betiri National Park Site Plan tahun 2006
6.
Bukit Dua Belas National Park Site Plan tahun 2006
7.
Berbak National Park Tourism Development Plan, Jambi pada tahun 2004 PT IdeA juga turut berperan aktif dalam beberapa kompetisi desain lanskap
dan memperoleh beberapa penghargaan desain. Penghargaan yang pernah didapat perusahan ini antara lain: 1.
Memenangkan Juara Pertama pada Sayembara Desain Kebun Raya Bogor yang diadakan oleh Departemen Pekerjaan Umum, Lembaga Bahasa dan Ilmu Pengetahuan Indonesia, Asosiasi Arsitek Indonesia.
2.
Mengembangkan Caravan Camping Ground Pertama di Asia Untuk Taman Safari Indonesia
4.1.2
Struktur Organisasi Perusahaan PT IdeA memiliki struktur organisasi yang sederhana untuk mengatur dan
mengarahkan hubungan kerja perusahaannya. Struktur organisasi yang ada juga bertujuan untuk memberikan diferensiasi pekerjaan bagi para pekerjanya sesuai
21
dengan keahlian masing-masing pekerja sehingga dapat meningkatkan kinerja dan efesiensi kerja, serta produktivitas kerja di dalam perusahaan sehingga berjalan dan berkembang dengan baik. Terdapat tiga divisi dalam perusahaan ini, yaitu divisi produksi, manajemen, pemasaran dan sumber daya manusia. Dalam penanganan suatu proyek pimpinan perusahaan yang juga berstatus pemilik perusahaan yaitu Ir. Soehartini Sekartjakrarini, M.Sc, Ph.D memiliki peran penting dalam memberikan arahan dan melakukan pengawasan terhadap ketiga divisi tersebut. Divisi
produksi
meliputi
pekerjaan
di
bidang
perencanaan
dan
perancangan lanskap. Tim ahli yang tergabung di dalam divisi ini memiliki peran dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan teknis yang berkaitan dengan proses perencanaan dan perancangan lanskap sesuai arahan manajer produksi. Tim desain yang ada terdiri dari berbagai bidang disiplin ilmu, seperti arsitektur, arsitektur lanskap, teknik sipil, spesialis grafis dan 3D. Pekerjaan teknis yang dimaksud meliputi pekerjaan awal seperti inventarisasi atau pengumpulan data primer dan sekunder kondisi tapak, lalu analisis dan sintesis, penentuan ide konseptual, perancangan lanskap, sampai pada mengemas dan mempresentasikan produk akhir kepada klien dengan baik. Pekerjaan-pekerjaan tersebut akan dilakukan di bawah pengawasan langsung pimpinan perusahaan dan project leader. Divisi manajemen bertugas mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan administrasi perusahaan seperti urusan perpajakan yang menjadi kewajiban perusahaan, menyiapkan dan membuat kontrak proyek, membuat rancangan anggaran biaya (RAB), dan mengarsipkan dokumen-dokumen perusahaan. Selain itu, divisi ini juga bertugas mengelola kebutuhan studio proyek perusahaan, perekrutan tenaga kerja dengan proses seleksi, dan tim pendukung seperti drafter dan operator GIS. Divisi manajemen memerlukan ketelitian yang tinggi dalam pembuatan kontrak proyek dan perhitungan rencana angaran biaya sehingga tidak menimbulkan kerugian pada pihak klien ataupun PT IdeA. Divisi pemasaran dan sumberdaya manusia merupakan divisi yang bertugas mengawasi kegiatan perusahaan serta mengelola sumber daya manusia
22
yang terdapat di dalam perusahaan, serta memasarkan penyediaan jasa perusahaan melalui berbagai media khusunya melalui situs resmi perusahaan. Komunikasi internal yang dilakukan oleh pekerja perusahaan dilakukan secara dua arah sehingga dapat meminimalisir kesalahan komunikasi dalam penanganan suatu proyek lanskap sehingga pekerjaan proyek dapat diselesaikan sesuai target atau deadline. Komunikasi eksternal juga dilakukan secara dua arah oleh direktur setiap divisi produksi dan Direktur Eksekutif (pimpinan perusahaan) dengan klien. Bagan struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 7.
Direktur Eksekutif PT IdeA Ir. Soehartini Sekartjakrarini M.Sc, Ph.D
Produksi
Manajemen
Pemasaran & SDM
Manajer Produksi
Manajer Pengelola
Manajer Pemasaran & SDM
Tenaga Ahli : Regional and Urban Planner - Tourism Planner - Landscape Architect - Architect -
Keterangan :
-
Studio : Drafter GIS Operator Perpajakan & Administrasi
Alur struktur organisasi perusahaan Alur komunikasi dalam perusahaan Gambar 4 Bagan Struktur Organisasi PT IdeA Sumber : PT IdeA (2011)
4.1.3
Penerimaan Proyek Proyek yang ditangani oleh PT IdeA baik proyek mengenai perencanaan,
perancangan, maupun pengelolaan lanskap diperoleh melalui tiga cara, yaitu :
23
1. Penunjukkan langsung dari klien Beberapa proyek yang telah ditangani oleh PT IdeA merupakan proyek yang langsung diberikan oleh klien tanpa pengajuan penawaran dari pihak perusahaan. Klien yang dimaksud merupakan klien baru maupun klien yang telah mempercayakan proyeknya dan sudah berlangganan jasa PT IdeA. 2. Kerjasama dengan lembaga PT IdeA juga melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga baik lembaga swasta maupun lembaga pemerintahan dalam
mendapatkan
proyek. Dinas pemerintahan yang dimaksud contohnya Dinas Pertamanan dan Pemakaman, Dinas Kehutanan dan lainnya di beberapa daerah di Indonesia, sedangkan pihak swasta adalah perusahaan-perusahaan atau kantor non pemerintah. 3. Mengajukan penawaran (tender) pada pihak-pihak tertentu Pengajuan penawaran yang dilakukan oleh PT IdeA kepada penyelengara proyek merupakan rancangan proyek yang akan dilaksanakan beserta dengan rencana kerja dan syarat (RKS) dan rancangan anggaran biaya (RAB). Penyerahan proyek kepada PT IdeA sebagai pemenang tender dilakukan melalui proses penilaian kesesuaian dengan nilai proyek dan berdasarkan penilaian-penilaian teknis lainnya. Tahapan proses lelang dengan jenis pengadaan jasa sesuai nilai kontrak proyek diuraikan pada Lampiran 1. 4.1.4
Tahapan Proses Perancangan Lanskap Perusahaan PT IdeA memiliki standar proses penanganan dan pengerjaan proyek
lanskap khususnya proyek perancangan lanskap. Namun, proses setiap proyek berbeda-beda sesuai dengan kesepakatan awal dengan klien. Standar proses yang telah ditetapkan oleh PT IdeA meliputi kegiatan tahap persiapan, tahap inventarisasi dan analisis, tahap desain konseptual, tahap pengembangan desain, tahap pembuatan gambar kerja, dan pelaksanaan. Pengembangan selanjutnya dapat muncul pada masing-masing tahapan proyek berdasarkan kebutuhan klien dan kondisi lapang. Pengembangan tersebut sering kali membutuhkan waktu yang lebih lama sehinga dapat menyebabkan bergesernya perubahan jadwal target yang
24
diharapkan. Hal tersebut terjadi karena munculnya beberapa kendala yang berasal dari perusahaan sendiri maupun pihak luar sehingga membuat tahapan yang ada dikerjakan berulang-ulang dan keluar dari jadwal. Tahapan kerja yang dilakukan oleh PT IdeA dalam perancangan lanskap adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan (Inception), diawali penyusunan proposal dan penawaran rancangan proyek, serta pertemuan dengan klien untuk kesepakatan dan penyerahan proyek. 2. Tahap Inventarisasi dan Analisis (Inventaritation and Analysis), meliputi kegiatan pengumpulan informasi dan data kondisi tapak, baik data primer ataupun data sekunder, kemudian dianalisis guna mengidentifikasi potensi dan kendala tapak. Pada tahap ini dilakukan diskusi bersama di dalam perusahaan untuk menemukan solusi terbaik. 3. Tahap Desain konseptual (Conceptual Design), meliputi penentuan ide secara konseptual, pembuatan masterplan dan gambar ilustrasi. Penentuan tema utnuk konsep dilakukan dengan mempertimbangkan keinginan dari klien. 4. Tahap Pengembangan Desain (Design Development), pada tahap ini pembuatan gambar ilustrasi dilakukan untuk mendukung konsep yang telah dibuat guna membantu dalam planning application, dan gambar detil secara general layout. 5. Tahap Pembuatan Gambar Kerja (Documentation Production), produk akhir berupa gambar kerja detil rancangan dan zonasi tapak, pembuatan gambar teknis beserta penggunaan hardscape dan softscape, detil konstruksi, dan informasi lainnya yang mendukung dalam pelaksanaan. 6. Tahap Pelaksanaan (Implemetation), implementasi hasil akhir dari perencanaan dan perancangan ke dalam tapak. 7. Tahap Evaluasi (Evaluation), dilakukan setelah tahap pelaksanaan untuk mengetahui hasil akhir dari produktivitas dan produk kerja. Tahap ini juga sebagai penuntun untuk menyusun rencana pemeliharaan lanskap yang telah didesain dan dibnagun agar kualitasnya dapat terjaga.
25
4.1.5
Teknologi dan Fasilitas Kerja Studio Gambar PT IdeA memiliki fasilitas peralatan kerja yang cukup lengkap dalam
membantu pengerjaan proyek-proyek yang dikerjakan. Fasilitas berupa peralatan kerja yang digunakan perusahaan antara lain berupa perlengkapan sebagai berikut, yaitu : (1) Alat gambar (marker, spidol, drawing pen, rapido dengan berbagai ukuran ketebalan), serta pensil dengan berbagai ukuran ketebalan); (2) Meja tracing; (3) Tracing paper dan kertas kalkir; (4) Kertas ukuran A3 dan A4; (5) Meja dan kursi kerja; (6) Berbagai buku sumber (perencanaan, perancangan dan manajemen) yang ada di perusahaan sebagai library dan referensi dalam pengerjaan proyek lanskap. Kegiatan studio PT IdeA juga didukung dengan berbagai perangkat lunak (software) dan aplikasi berikut ini (Tabel 7). Tabel 7 Teknologi Berupa Software yang Digunakan dalam Pengerjaan Proyek Perusahaan No.
Software yang digunakan
Kegunaan
1.
AutoCAD 2004, 2007
CAD Drawing
2.
Google Sketch Up 7
3D Rendering, Animasi
3.
Adobe Photoshop CS3
3D Rendering
4.
3D Studio Max
Animasi dan 3D Rendering
5.
Google Earth
Mengetahui bentuk tapak sebelum site visit dilakukan dan juga untuk mengetahui lokasi proyek yang berlangsung, kondisi fisik.
6.
MS. Office 2007
Terkait untuk presentasi kepada klien, daftar RAB, list material (Document Publishing)
Sumber : PT IdeA (2011) Terdapat juga fasilitas kerja lainnya yang ikut mendukung dalam pengerjaan proyek. Fasilitas kerja yang terdapat di PT IdeA dapat terlihat pada Tabel 8. Tabel 8 Fasilitas yang Digunakan dalam Pengerjaan Proyek Perusahaan No.
Fasilitas
Kegunaan
1.
PC, komputer
Pengerjaan grafis dan 3D animasi
2.
Printer A3 dan A4
Mencetak produk kerja seperti laporan dan gambargambar kerja
3.
Scanner A4
Mendapatkan images reference untuk proyek dari sumber berupa hardcopy
26
4.
Mesin fax dan telepon
Berkomunikasi dengan klien ataupun kontraktor, memudahkan dalam hal pengiriman data atupun informasi
5.
Harddisk
Penyimpanan data
6.
LCD Projector
Untuk rapat intern PT. Idea Consultant
7.
Wifi
Penghubung satu sama lainnnya (antar staf) dan klien memudahkan dalam penyelesaian suatu proyek, searching materi yang berhubungan dengan proyek (ide,referensi,dll), serta sarana berkomunikasi dengan klien.
Sumber : PT IdeA (2011) Produk yang dihasilkan oleh perusahaan berkualitas baik dengan memanfaatkan fasilitas dan teknologi tersebut. Oleh karena itu, setiap fasilitas yang ada dijaga dengan baik dan kualitasnya juga terus ditingkatkan dengan sistem upgrade. Perusahaan juga selalu update dengan fasilitas dan teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja perusahaan. Sistem kerja pada perusahaan ini dalam pengerjaan proyek diketahui oleh seluruh staf dengan dilakukannya briefing terlebih dahulu untuk mendapatkan penjelasan dari pimpinan perusahaan. Suatu proyek dikerjakan dengan cara teamwork. Setiap proyek memiliki project leader yang bertanggung jawab untuk mengatur pelaksanaan proses pembagian kerja
dalam tim. Pimpinan perusahaan
menjelaskan mengenai proyek tersebut kepada project leader kemudian project leader menyampaikan, berdisikusi dan mengerjakan bersama dengan tim. Setelah itu, project leader bersama dengan pimpinan perusahaan akan mempresentasikan hasil kerja tim kepada klien. 4.2
Analisis Manajemen Perusahaan PT IdeA sebagai sebuah konsultan yang bekerja di bidang arsitektur
lanskap bertugas dalam memberikan barang dan jasa kepada klien. Perusahaan berupaya memberikan barang berupa produk-produk lanskap dan jasa yang terbaik bagi perusahaan, klien, maupun lingkungan,
khususnya yang terkait
dengan proses perancangan. Menurut Stoner dan Freeman (1992), fungsi manajemen operasi PT IdeA dalam menghasilkan produk memiliki faktor pendukung dan penghambat sebagai berikut :
27
1. Faktor pendukung dalam menghasilkan produk antara lain : a. Manajemen Kerja Pembagian kerja yang jelas dalam manajemen studio dan manajemen administrasi. Manajer tiap divisi dan pimpinan perusahaan berperan langsung dalam mengatur, memberikan motivasi, arahan, serta mengawasi kerja staf. Hal tersebut mengharapkan kerja staf dalam menghasilkan produk desain lanskap dan administrasi sesuai dengan tujuan proyek. Sebelum pengerjaan proyek perancangan lanskap dimulai project leader membentuk tim kerja pengerjaan proyek sehingga proyek yang dikerjakan dapat menghasilkan produk yang
berkualitas. Manajemen kerja yang
dilakukan juga melalui pengelolaan waktu atau jadwal proyek yang meliputi identifikasi kegiatan, penyusunan kegiatan, dan perkiraan kurun waktu pengerjaan proyek. Tersusunnya jadwal kerja dalam proyek telah berhasil menuntun tim proyek perancangan dalam perusahaan untuk tetap fokus pada pembagian tugas masing-masing anggota. b. Struktur Organisasi Pengelolaan sumber daya manusia perusahaan terlihat dalam pembagian kerja melalui stuktur organisasi perusahaan telah memberikan diferensiasi pekerjaan bagi pegawai sesuai dengan spesialisasi masing-masing sehingga dapat menghasilkan kualitas produk yang baik. Pengelolaan ini meliputi penyusunan organisasi, pembentukan tim, serta mempraktekan cara kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan kegiatan proyek. Tim dalam pengerjaan setiap proyek juga memiliki struktur yang dipimpin langsung oleh ecotourism plan expert sebagai team leader, arsitek lanskap senior sebagai main designer, dan tim drafter. Setiap bagian sudah memiliki bagian kerjanya masing-masing yang telah ditetapkan oleh project leader. Dalam tim juga memungkinkan tambahan anggota seperti tenaga ahli yang dapat membantu kelancaran pengerjaan proyek. c. Fasilitas Kerja Pengerjaan proyek lanskap didukung oleh fasilitas dan peralatan berupa hardware dan software yang terkait dengan perancangan lanskap. Kelengkapan hardware berupa komputer kurang memadai. Komputer
28
kurang memadai secara kuantitas karena jumlahnya lebih kecil dari jumlah staf yang bekerja sehingga staf harus membawa hardware tersendiri (laptop)
untuk
kegiatan
kerja.
Hal
tersebut
tidak
menghambat
belangsungnya proses kerja. Namun, produktivitas akan meningkat dengan kuantitas komputer yang memadai. d. Pendekatan dalam Proses Perancangan Lanskap Perusahaan bersikap terbuka terhadap metode baru dan memberi perhatian khusus kepada isu-isu strategis yang ada dalam proyek. Project leader atau tim dapat mengusulkan metode baru dan pendekatan strategis tersebut untuk didiskusikan bersama. Metode yang digunakan umumnya yang dapat meningkatkan efesiensi kerja dan waktu. Selain itu, perhatian juga diberikan oleh pihak manajerial PT IdeA guna melihat peluang dan menempatkan posisi perusahaan di dalam proyek. e. Produktivitas Kerja Produktivitas kerja yang selalu ditingkatkan selain dengan motivasi, arahan, dan fasilitas yang diberikan perusahaan, penghematan strategis terhadap waktu dan biaya juga dilakukan. Penghematan tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik hand drawing dalam proses analisis sampai pada tahap pengembangan desain dan dan revisi dari klien dalam beberapa proyek. Melalui teknik tersebut penghematan waktu seperti saat di lapang untuk menggambarkan konsep dapat lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan
teknik
komputerisasi.
Mahasiswa
magang
turut
mengembangkan keterampilannya dalam bagian tersebut. f. Suasana Kerja Pengerjaan proyek dalam studio juga didukung dengan suasana yang nyaman. Selama mahasiswa melakukan kegiatan magang, pimpinan perusahaan berencana melakukan perpindahan studio ke ruang yang lebih luas, memadai, dan nyaman. Hal ini menunjukkan perhatian perusahaan yang tinggi akan suasana dan kualitas lingkungan kerja. 2. Faktor penghambat dalam menghasilkan produk antara lain : a. Waktu Pengerjaan Proyek
29
Sebelum memulai pengerjaan proyek, tim produksi menyusun jadwal dan pembagian kerja untuk tim. Namun, jadwal kerja yang telah dibuat perusahaan dapat berubah karena adanya deadline proyek yang singkat sehingga kerja lembur juga dilakukan pegawai jika mendekati deadline proyek, sehingga waktu kerja diperpanjang pada saat kerja lembur. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi waktu kerja adalah tapak yang dikerjakan kurang memiliki informasi eksisiting yang lengkap seperti data sekunder, sehingga kegiatan inventarisasi dapat dilakukan lebih lama dari waktu yang diperkirakan untuk memperoleh seluruh data yang dibutuhkan dalam kegiatan perancangan. b. Kondisi Tapak yang Rentan dan Sensitif Situasi dan kondisi tapak sebagai lanskap konservasi merupakan lanskap yang rapuh dan sensitif terhadap kegiatan pengembangan tapak dan aktivitas manusia. Maka diperlukan perhatian khusus untuk menghadapi hal tersebut, seperti diperlukannya tenaga ahli yang sesuai dengan kebutuhan
tapak.
Tapak
yang
memiliki
sedikit
informasi
akan
menghambat kerja perusahaan dengan munculnya kebutuhan tenaga ahli secara tiba-tiba, seperti tenaga ahli raptor yang dibutuhkan di lokasi proyek Loji Salak 1. PT IdeA telah menunjukkan eksistensi perusahaan selama tujuh tahun. Hal tersebut dibuktikan dengan kelebihan PT IdeA sebagai konsultan dalam bidang arsitektur lankap menurut Gold (1980), antara lain : 1. Banyaknya proyek yang diperoleh dan ditangani oleh PT IdeA dengan penunjukkan langsung dari klien, melalui proses lelang dan kerja sama dengan lembaga membuktikan bahwa konsultan tersebut mampu menunjukkan kualitas perusahaan dan dipercaya oleh berbagai kalangan klien. 2. Layanan terhadap klien diberikan secara maksimal oleh PT IdeA. PT IdeA berhak menerima masukan dari klien sehingga dapat didiskusikan dan diperbaiki. Komunikasi yang dijaga dengan klienpun bertujuan agar klien dan perusahaan dapat menemukan kepuasan bersama terhadap produk yang dihasilkan.
30
3. Fasilitas berupa teknologi dan peralatan yang dimiliki oleh PT IdeA dikelola dan digunakan dengan baik untuk mendukung pengerjaan proyek. 4. Perusahaan memiliki sumber daya manusia yang telah diproses secara selektif dengan melihat keterampilan dan pengalaman kerja yang dimiliki tenaga tersebut. Selain itu, kemampuan perusahaan dalam menyediakan tenaga tambahan berupa staf ahli juga dimiliki PT IdeA. Sering kali perusahaan mendapatkan proyek yang berkaitan dengan konservasi maka diperlukan pula ahli di bidang khusus, seperti tenaga ahli GIS, ahli animasi dan desain, ahli burung, ahli geologi, dan sebagainya untuk memenuhi muatan kerja. Mendatangkan tenaga ahli GIS sering dilakukan dalam proyek pengembangan lanskap di kawasan konservasi, seperti pada proyek di Resort PTNW Kawah Ratu dan Hutan Diklat Jampang Tengah, dan Hutan Diklat Rumpin. 5. Produk yang objektif dan profesional selalu diberikan PT IdeA kepada kliennya. Melalui berbagai pertimbangan dari klien, perusahaan, lingkungan, dan isu-isu strategis lainnya, PT IdeA berhasil menemukan solusi terbaik. Solusi tersebut membantu perusahaan dalam menghasilkan kualitas produk yang memuaskan klien dan tetap menjaga lingkungan dan tidak merusaknya. Hal tersebut juga didukung oleh pengalaman dan fasilitas yang dimiliki perusahaan. 6. Jadwal kerja yang telah dibuat perusahaan berfungsi mengatur sistem kerja perusahaan. Sistem kerja dilaksanakan dengan baik oleh staf perusahaan sesuai dengan jadwal kerja yang telah dibuat. 4.3
Proyek Perancangan Lanskap
4.3.1 Kajian Terapan Desain Tapak Zona Pemanfaatan di Resort PTNW Kawah Ratu Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Kecamatan Cidahu 4.3.1.1 Tujuan dan Sasaran Proyek Proyek ini bertujuan untuk melakukan penataan lanskap pada lokasi proyek menjadi kawasan yang menyediakan kegiatan wisata alam dengan nilai intrinsik lingkungan melalui eksplorasi, pendidikan, dan apresiasi terhadap alam yang akan menghadirkan kesadaran publik terhadap lanskap alami. Ruang lingkup penataan lanskap tersebut meliputi proses perancangan dan pembuatan design
31
guidelines berisi pengembangan persyaratan dan ketentuan fasilitas. Beberapa sasaran dari PT IdeA pada lokasi proyek adalah 1) menawarkan ekopembangunan melalui wisata yang berkelanjutan; 2) melestarikan serta melindungi sumber daya alami dan atraksi di TNGHS; 3) memberikan pengunjung pengalaman yang berbeda di TNGHS; 4) memberikan tujuan tambahan nilai ekonomi melalui ekowisata. 4.3.1.2 Tahapan Kegiatan Perancangan Proyek penataan lanskap bersama dengan PJLKHHL dan Balai TNGHS pada zona pemanfataan Taman Nasional Halimun Salak, Kecamatan Cidahu, Saat kegiatan magang berlangsung, proyek berada pada tahap awal perancangan sehingga
tahapan
perancangan
yang
dikerjakan
hanya
sampai
tahap
pengembangan desain. Produk yang dihasilkan berupa conceptual landscape plan, bubble diagram, ilustrasi suasana dengan fasilitas pada zona-zona dalam kawasan yang mendukung konsep. Proyek pengembangan wisata alam di PTNW Resort Kawah Ratu dikerjakan melalui tahapan kegiatan seperti terlihat pada Gambar 5. Persiapan
Inventarisasi dan Analisis
Desain konseptual
Pengembangan Desain Gambar 5 Tahapan Perancangan Lanskap dalam Pengerjaan Proyek TNGHS a. Tahap Persiapan Klien pada proyek ini adalah Balai TNGHS dan PJLKKHL menunjuk langsung PT IdeA untuk menangani tapak yang akan dikerjakan. Klien menginginkan adanya penataan lanskap kembali untuk pengembangan kegiatan wisata alam dan edukasi di zona pemanfaatan TNGHS, Kecamatan Cidahu, Bogor sehingga menjadi lebih tertata dan dapat menunjang kebutuhan wisata alam bagi pengunjung. b. Tahap Inventarisasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan taman nasional yang terdapat di Gunung Halimun Salak. Gunung Halimun salak
32
merupakan pegunungan yang masih berstatus aktif dan pemilik hutan hujan tropis terluas di Pulau Jawa. Sebelumnya pihak balai TNGHS telah melakukan survai dan pemetaan pada lokasi dan memberikan peta dasar untuk PT IdeA. Kegiatan survai dan inventarisasi yang dilakukan meliputi pengambilan foto, cek plot jalur atau trek dengan alat GPS, dan pengumpulan data sekunder dengan cara studi pustaka dari berbagai sumber. Penggunaan dan spesifikasi GPS yang digunakan dijabarkan pada Lampiran 2. Luas total keseluruhan kawasan adalah ±75 Ha.
Gambar 6 GPSmap 60CSx Sumber : PT IdeA (2011) Peta dasar yang diperoleh PT IdeA dari Balai TNGHS telah terbagi menjadi zona sarana publik, zona petualangan, zona akomodasi, dan zona wisata tirta, seperti yang terlihat pada Gambar 7. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses inventarisasi dan proses analisis selanjutnya. Kunjungan lapang tetap dilakukan pada sekitar zona yang menjadi lokasi proyek, walaupun telah mendapat peta dasar. Pembagian zona dengan kondisi eksisting zona-zona tersebut untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 9. Kondisi eksisting tapak berdasarkan perekaman trek jalur dengan GPS dan pengambilan foto terlihat pada Gambar. Data yang telah diperoleh dimasukkan dan diolah dengan sistem komputerisasi dengan menggunakan software Arc Gis 9.3, Auto Cad Land Development 2009, Auto Cad 2004, dan Garmin Map Source 5.0. Data tersebut diolah bersama tim ahli Balai TNGHS.
33
Tabel 9 Kondisi Eksisting Keempat Zona dalam Tapak TNGHS No. 1.
Zona Sarana Publik
Luas 2,2 Ha
2.
Sarana Petualangan
36,25 Ha
3.
Sarana Akomodasi
5, 9 Ha
4.
Sarana Tirta
1,3 Ha
5.
Sekitar tapak
Kondisi Eksisting Tapak welcome area dengan fasilitas berupa visitor center, guest house, mushola, MCK, areal parkir, dan jalan utama. Areal ini didominasi oleh hutan damar pada kiri dan kanan jalan, serta terdapat sarana berkemah yaitu blok 1A dan 1B seluas 1699 m² dan 2355 m² Terdapat 7 blok untuk perkemahan yaitu blok 2A, 2B, 2C, 2D, 2E, 3A, dan 3B, masing-masing blok perkemahan dengan luas 2128 m², 1601 m², 7566 m², 4382 m², 1767 m², 7285 m², 5571 m² dan terdapat warung-warung liar di beberapa spot. Kondisi fasilitas sanitasi tidak berfungsi dengan baik Resort berupa Wisma Cangkuang dan blok perkemahan Cangkuang, keadaan bangunan dan blok perkemahan cenderung rusak dan tidak terawat Air terjun dan sungai, warung-warung liar, MCK, belum ada penataan lanskapnya, didominasi oleh bebatuan, rumput dan pohon penaung Enclave berupa Javana Spa Resort yang hanya dapat diakses melalui pintu gerbang zona pemanfaatan di Cidahu; terdapat objek wisata berupa hutan damar, 6 potensial air terjun dan Kawah Ratu
Bentuk sarana yang disediakan dalam kawasan terbagi menjadi sarana rekreasi pasif dan sarana rekreasi aktif. Zona dengan sarana publik, sarana petualangan, dan sarana tirta merupakan sarana dengan fasilitas yang mendukung berbagai kegiatan rekreasi pengunjung bersifat aktif, seperti visitor centre untuk briefing kepada pengunjung mengenai kawasan, lahan berkemah dan lahan untuk outbound. Namun terdapat juga sarana pasif dalam zona sarana tirta dan petualangan seperti chalet, bangku, dan shelter. Sarana akomodasi merupakan sarana rekreasi yang bersifat pasif karena aset berupa vila masih berstatus milik perhutani sehingga tidak dapat diganggu oleh pihak TNGHS sendiri.
Gambar 8 Peta Dasar Pembagian Zona Resort PTNW Kawah Ratu Sumber : PT IdeA (2011)
34
35
Hidrologi Tapak kawasan wisata alam Cidahu memiliki sumber air dari 6 air terjun yang terdapat di sisi timur kawasan. Air terjun 1 merupakan air terjun dengan ketinggian paling tinggi dan lanjutkan ke posisi yang lebih rendah oleh air terjun 2, 3, 4, 5, 6. Keenam air terjun tersebut secara garis besar memiliki debit air yang cukup besar dengan penampang yang cukup luas dan airnya yang terus mengalir menuju sungai. Selain itu ada dua air terjun dekat dengan blok 3A tetapi dengan debit dan penampang air yang lebih kecil. Debit aliran air pada beberapa air terjun dan sungai cukup deras. Hal ini diperoleh melalui pengukuran dengan teknik sederhana, yaitu : x Mengukur luas penampang sungai yang ada (A) dengan cara mengasumsikan setiap bentuk penampang adalah persegi dan mengukur lebar dan panjang penampang sungai, serta mengukur ketinggian air terjun. Luas yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus berikut : A= ∑ kotak yang terisi air/ ∑ kotak per 1 m² ∑ kotak yang terisi lebih dari setengah air dihitung dengan melakukan pembulatan ke atas. x Mengitung kecepetan (V) aliran air terjun dengan menggunakan metode benda apung (misal : daun). Daun dilepaskan pada jarak 1,5 m lalu hitung lama waktu tempuhnya dengan menggunakan stopwatch. Pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali dan dirata-rata. Satuannya dikonversi menjadi m/detik dari sekian detik per 1,5m. x Setelah luas penampang (A) dan kecepatan (V) diperoleh, lalu dimasukkan ke dalam rumus : Q=K (V.A) K= 850 untuk musim kering/kemarau K=900 untuk musim hujan Hitungan : Luas Penampang sungai (A) : Lebar = 5 m =27/16=1,7 m² Kecepatan aliran sungai (V) : 1,46m /detik (hasil pengukuran rata-rata) Debit sungai (Q)=K(V.A) =850 (1,46 x 1,7)=2109,7 l/detik
36
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
Gambar 9 Sumber Air dalam Tapak ; Air Terjun 1 (a) Penampang Air Terjun 2 (b) Air Terjun 3 (c) Air Terjun 4 (d) Air Terjun 5 (e) Air Terjun 6 (f) Aliran Air Terjun Menuju Sungai (g) View Sungai(h) Sumber : PT IdeA (2011) Topografi Tapak berada pada ketinggian ±785 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kondisi topografi setiap blok perkemahan yang terdapat secara garis besar memiliki kemiringan 0-8%. Berikut merupakan peta kontur yang diambil berdasarkan trek jalur dengan menggunakan GPS.
Gambar 10 Peta Kontur Resort PTNW Kawah Ratu Sumber : PT IdeA (2011)
Skala 1 : 7500
37
38
Vegetasi dan Satwa Vegetasi yang ada dalam dan sekitar tapak adalah pepohonan dan semak berciri khas hutan hujan tropis. Tapak dikelilingi oleh dominasi pohon Damar (Agathis damara) dengan kerapatan cukup tinggi, khususnya pada blok perkemahan 1A dan 1B. Namun pohon tidak terlalu rapat pada blok-blok perkemahan lainnya dengan penutupan vegetasi ±30% dari luas tiap blok. Vegetasi berupa pohon-pohon tinggi seringkali menjadi habitat atau tempat singgah untuk satwa jenis burung, seperti Elang Jawa (Nisaetus bartelsi). Elang Jawa merupakan salah satu dari tiga spesies satwa kunci di TNGHS. Selain itu terdapat Macan Tutul Jawa (Panthera pardus) dan Owa Jawa (Hylobates moloch). Ketiga spesies tersebut merupakan jenis satwa langka yang dilindungi.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 11 Vegetasi dan Satwa yang Terdapat di TNGHS ; Dominansi Damar pada Blok Perkemahan (a) Damar Sebagai Pembatas Blok Perkemahan (b) Kombinasi Pohon, Semak, dan Ground Cover Pada Tapak (c) Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) (d) Owa Jawa (Hylobates moloch) (e) Macan Tutul Jawa (Panthera pardus) (f) Aksesibilitas Tapak Cidahu memiliki aksesibilitas yang relatif cukup mudah dengan pintu masuk dari Parung Kuda (Sukabumi) dan jalan potong dari Cicurug. Kedua jalur tersebut dapat diakses dengan menggunakan kendaraan roda empat berupa mobil atau kendaraan roda dua. Hal tersebut membuat tapak Cidahu sering
39
mengalami lonjakan pengunjung yang tidak terkendali. Oleh karena itu, diperlukan panduan untuk pembatasan jumlah pengunjung sehingga pengelolaan kawasan dapat lebih terkendali. Selain itu, pengunjung yang datang ke tapak sering kali tidak terdata karena kawasan memiliki dua pintu masuk yang minim pengawasan. Karakteristik Pengunjung Perilaku dan aktivitas pengunjung di kawasan ini pada umumnya adalah berkemah (sebagai wisata minat khusus, bukan untuk wisata masal), outbound, pengamatan satwa, bermalam di Javana Spa Resort, mendaki menuju Kawah Ratu, penelitian, dan lain lain. Rata-rata jumlah pengunjung adalah 400-800 penunjung per bulan. Resort PTNW Kawah Ratu dapat menampung maksimal 1000 pengunjung per bulan. Hal tersebut terjadi karena obyek wisata Kawah Ratu yang sebagai obyek wisata dan harga tiket masuk yang relatif terjangkau. Pengunjung kawasan seringkali belum ada kesadaran mengenai manfaat pelestarian Taman Nasional sehingga masih banyak sisa berkemah berupa sampah yang ditemukan di tapak. Penduduk Setempat Mata pencaharian penduduk desa setempat adalah bertani. Namun seringkali beberapa penduduk terutama anak muda yang menjadi volunteer atau menawarkan diri untuk menjadi guide bagi para pengunjung, akan tetapi hal tersebut hanya sebagai pekerjaan sampingan selain bertani. Selain itu, ada juga masyarakat yang mencari nafkah dengan mendirikan warung-warung liar di blokblok perkemahan dalam tapak. Penyadapan getah damar oleh masyarakat secara ilegal sebagai sumber penghasilan juga sering dilakukan. Hal tersebut mengakibatkan beberapa permasalahan dengan masyarakat lokal. Oleh karena itu, penyuluhan dan pendidikan umum secara khusus mengenai lanskap konservasi. Sehingga masyarakat dapat menjadi lebih peduli untuk menjaga kelestarian kawasan lanskap konservasi.
40
c. Tahap Analisis Selanjutnya tahap analisis tapak dilakukan untuk mengetahui potensi dan kendala yang ada di tapak. Secara keseluruhan kendala pada tapak ditimbulkan akibat gejala-gejala erupsi Gunung Halimun Salak, seperti gempa dan tanah yang berpotensi untuk longsor, serta vandalisme di beberapa fasilitas wisata dalam tapak. Munculnya warung-warung liar pada zona petualangan menjadi kendala dalam mengatur kesesuaian tapak dengan kepentingan ekonomi masyarakat lokal. Kurangnya signage sebagai informasi mengenai kawasan sangat minim, maka dari itu pengunjung kurang bisa mengeksplor kawasan. Berdasarkan hasil inventarisasi tapak yang dilakukan pada tahap sebelumnya, maka perusahaan menganalisis kondisi eksisting tapak pada zona yang telah terbagi. Proses analisis ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Dari data pembagian zona yang ada, yaitu : 1.
Zona Sarana Publik dengan kondisi eksisting topografi yang cukup landai dan relatif datar dengan kemiringan 0-12% cukup menunjang kebutuhan fasilitas berupa guest house dan visitor center yang berperan sebagai tempat peristirahatan dan peroleh informasi kawasan bagi pengunjung. Selain itu terdapat kendala MCK dan mushola yang terpisah dan tidak terawat, serta penempatan warung liar yang kurang tepat menjadi pengurangan nilai estetik kawasan, area parkir yang ada berdasarkan pengalaman tidak mencukupi kebutuhan parkir untuk pengunjung. Oleh karena itu, dibutuhkan perluasan area parkir dan penentuan penempatan warung agar lebih tertata. Kebutuhan ruang lapangan parkir dengan asumsi ukuran kendaraan roda empat 3mx6m dan motor 1mx2m, maka dibutuhkan areal parkir seluas 55mx20m yaitu seluas 1100 m² ( dengan batasan parkir untuk 20 motor, 10 mobil dan 4 bus), serta efesiensi pengelolaan MCK, mushola, dan visitor center menjadi satu, serta perlunya identitas kawasan berupa sign board sebagai signage. Pada zona ini juga terdapat blok perkemahan 1A dan 1B. Kedua blok tersebut merupakan blok perkemahan yang hanya digunakan untuk bermalam jika terdapat pendaki Kawah Ratu yang datang saat pintu kawasan Cidahu tutup. Selain itu, lahannya yang berbatu dan lebar lahan kurang dari 3 m tidak memiliki cukup ruang untuk mendirikan tenda dan jarang sekali digunakan
41
untuk berkemah, maka dari itu blok ini tidak akan digunakan lagi sebagai blok perkemahan. 2.
Zona Sarana Petualangan memiliki kondisi eksisting dengan tujuh blok perkemahan memilliki kualitas yang baik sebagai obyek wisata. Secara garis besar blok-blok perkemahan tersebut dikelilingi oleh dominasi tegakan damar (Agathis damara) sebagai penaung dan keasrian alam, open view yang menarik, seperti pemandangan ke Gunun Gede Pangrango, kemiringan lahan 0-8%, memiliki air terjun di sekitar blok sebagai sumber air bersih, dan sudah memiliki fasilitas sanitasi. Kendala berupa warung-warung liar terdapat di setiap bloknya. Pada blok 2A, 2B, dan 2C terletak di sebelah kanan jalan dengan potensi good view yang luar biasa menarik dengan iklim mikro yang menyejukkan pada ketinggiannya. Sedangkan pada blok 2D dan 2E memiliki lahan cenderung lebih sempit untuk mendirikan tenda minim view. Namun blok 2D masih dapat digunakan sebagai blok perkemahan. Sementara blok 2E dengan luasan yang lebih kecil dan kerapatan pohon yang tinggi maka blok tersebut tidak akan digunakan lagi untuk berkemah. Blok perkemahan yang paling diminati oleh pengunjung adalah blok 3A dan 3B karena memiliki lahan yang paling luas dengan toporafi datar, serta memiliki good view yang terbuka mengarah ke Gunung Pangrango. Posisi blok 3A dan 3B terletak pada ketinggian ±387 mdpl, maka dari itu suasana sejuk dan pemandangan yang luas dapat dirasakan dan dilihat dari blok tersebut. Selain itu, blok 3A memiliki daya tarik tersendiri berupa dua objek wisata air terjun. Namun, di blok 3A terdapat saluran air kering sebagai penyalur air hujan yang dipenuhi banyak sampah dan bekas pembuangan orang berkemah. Signage pun sebagai penunjuk arah, papan interpretasi, dan titik lokasi pun tidak ada di zona ini. Menyadari pentingnya informasi yang dibutuhkan oleh pengunjung mengnai zona tersebut. Fasilitas sanitasi yang dibutuhkan berupa kamar mandi dan toilet, tempat mencuci, tempat penampungan air bersih dan tempat pembuangan sampah dan fasilitas sanitasi yang dimiliki setiap blok perkemahan tersebut termasuk buruk dan tidak memadai yang memenuhi kebutuhan sanitasi. Dengan asumsi pengunjung 80 orang per harinya maka membutuhkan sedikitnya 2 kamar
42
mandi, 2 WC, dan 1 area untuk mencuci. Oleh karena itu, diperlukan pengadaan dan perbaikan fasilitas sanitasi. Fasilitas lain yang diperlukan untuk kebutuhan rekreasi di zona petualangan adalah gazebo untuk kepentingan ruang evakuasi jika terjadi badai atau hujan deras. Bangku, tempat duduk, jembatan, shelter, signage, dan lain-lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas rekreasi seperti bersantai, photo hunting, menikmati pemandangan, penelitian di Kawah Ratu dan pendidikan hutan hujan tropis sebagai the last tropical rain forest in Java, serta pengamatan wildlife tourism pada tiga spesies kunci yaitu Macan Tutul Jawa, Owa Jawa, dan Elang Jawa. 3.
Zona Sarana Akomodasi adalah lanskap berupa Wisma Cangkuang dan perkemahan Cangkuang yang sudah cukup lama ditinggalkan sehingga kurang tertata. Wisma Cangkuang adalah milik atau asset Perum Perhutani, dulu dibangun karena ada aktivitas wisata di daerah Cidahu. Sebelumnya kawasan Cidahu merupakan kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung yang dikelola Perum Perhutani. Akan tetapi pada tahun 2003, tepatnya dengan keluarnya SK Menhut No. 175/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003 tentang Alih Fungsi Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Lindung di Kelompok Gunung Halimun dan Gunung Salak yang dikelola Perum Perhutani menjadi TN Gunung Halimun Salak, maka pengelolaannya diambil alih oleh Balai TNGHS. Didalamnya termasuk serah terima kawasan, pengelolaan dan asset yang dimiliki Perum Perhutani kepada Balai TNGHS. Serah terima kawasan dan pengelolaan telah diselesaikan dalam proses yang cukup lama sekitar 6 tahun (2003-2009), tetapi masalah asset tidak dapat diselesaikan karena asset Perum Perhutani telah terdaftar di Kementerian BUMN. Proses serah terima yang dilakukan cukup sulit dan berbelit-belit, termasuk status Wisma Cangkuang sekarang masih milik Perum Perhutani. Asset tersebut menjadi tidak terawat dan dalam kondisi yang sangat rusak sehingga tidak dapat dimanfaatkan dan terbengkalai begitu saja, begitu pula dengan lanskapnya. Melalui Wisma Cangkuang terdapat jalan potong jalur pendakian menuju Kawah Ratu dan menuju jalur belakang guest house. Pada jalur tersebut memiliki potensi pengamatan wildlife tourism pada spesies kunci TNGHS.
43
Jalur tersebut memiliki topografi mencapai 8-15% sehingga cukup berbahaya namun memiliki ketertarikan tersendiri bagi petualang atau pendaki untuk melalui jalur tersebut. Alternatif yang diberikan adalah perlu disediakannya railing hand sebagai penuntun pengguna dan pembuatan anak tangga pada jalur yang curam. Di jalur tersebut juga terdapat area pembibitan yang berpotensi untuk wisata edukasi. 4.
Zona Sarana Tirta dan Zona Sekitar Tapak memiliki daya tarik wisata berupa 6 air terjun dengan ketinggian yang berbeda dan pemandangan lanskap yang indah, 4 diantaranya dimanfaatkan oleh Javana Spa Resort untuk wisata terapi dan alam. Air terjun dan sungai yang ada dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih dalam perkemahan. Fasilitas menuju air terjun merupakan loop trail yang difasilitasi tangga dan hand railing, tetapi tangga yang tersedia telah tertutupi oleh lumut sehingga sangat licin ketika dipijak dan kondisi hand railing dari besi yang berkarat maka untuk tutupan anak tangga akan menggunakan batuan andesit lapis propan stone care untuk mencegah lumut dan hand railing akan menggunakan stainless steel anti karat. Sedangkan untuk loop trail yang ada kurang bisa menopang tubuh seseorang karena tidak diaplikasikan dengan baik. Selain itu, juga terdapat sungai dengan ruang terbuka dan jembatan yang cukup baik kondisinya. Berdasarkan informasi penduduk dan pengelola, air terjun belum pernah mengalami kekeringan kecuali sungai pada musim kemarau. Karena jarak sungai yang cukup jauh, maka dibutuhkan aliran yang deras dari air terjun untuk memenuhi penampang sungai. Selain sebagai sumber air, gemericik dan suara air terjun juga dapat dinikmati dalam menciptakan suasana alami pegunungan. Area dekat sungai tersebut juga memerlukan pengendalian terhadap warung-warung liar dan pengadaan toilet bersih yang berfungsi dengan baik. Potensi lainnya berupa panorama alam juga menarik untuk dinikmati di tapak. Potensi untuk dibangunnya chalet sebagai sarana alternatif bermalam terdapat di hutan tegakan damar menempati ruang eks warung yang sudah tidak berfungsi lagi yang didukung dengan panorama indah mengarah ke Gunung Gede Pangrango.
Sumber : PT IdeA (2011)
Gambar 12 Peta Kondisi Eksisting dan Analisis Resort PTNW Kawah Ratu
Skala 1 : 7500
44
45
d. Tahap Desain konseptual Pengembangan fasilitas rekreasi yang akan dilakukan hanya seluas 10% dari total luas tapak yang dikembangkan, yaitu 7.500 m. Proses perancangan dilakukan dilakukan secara manual dan grafik. Tahap perancangan dimulai dengan menggunakan sketsa kasar pembagian ruang. Dilanjutkan dengan sistem komputerisasi untuk memperhalus gambar. Keikutsertaan yang dilakukan dalam pengerjaan kedua jenis produk yang dihasilkan, yaitu : (1) Conceptual landscape plan Menyajikan gambar pembagian ruang atau zonasi pada tapak. Konsep dasar dari pembagian ruang yang telah dilakukan dengan mengangkat keberadaan tiga spesies kunci dan hutan hujan tropis TNGHS dengan tema “The Gate of Three Javana Endangered Species”. Tema tersebut diajukan dari diskusi PT IdeA kepada Balai TNGHS dan PJLKKHL dengan tujuan menjadikan tapak Cidahu sebagai gerbang untuk mengenal tiga spesies yang dilindungi yaitu Elang Jawa, Owa Jawa, dan Macan Tutul Jawa dalam kawasan konservasi dengan kegiatan penelitian, edukasi, dan rekreasi dengan pendekatan ekowisata sehingga tetap menjadikan kawasan terjaga secara ekologis dan memiliki peran dalam membangun perekonomian masyarakat lokal. Konsep Ruang Zona Alami Sub Zona Wisata AlamPenelitian
Sub Zona Wisata AlamEdukasi
Sub Zona Wisata Alam-Wisma
Sub Zona Wisata Alam-Bumi Perkemahan
Zona Wisata Alam
Zona Pelayanan
Keterangan Zona Alami sebagai pembatas dan penyangga Gambar 13 Konsep Ruang Pada Tapak Sumber : PT IdeA (2011)
Sub Zona Wisata AlamTirta
Sub Zona Wisata AlamWisata WismaTirta
46
Pembagian zona tersebut dilakukan berdasarkan fungsi dan aktivitas yang akan dilakukan dalam tapak. Diagram konsep ruang seperti yang terlihat pada Gambar membagi ruang dalam tapak menjadi 3 zona, yaitu : x Zona Pelayanan berperan sebagai ruang publik berupa welcome area untuk menyambut pengunjung dengan berbagai informasi dan arahan yang dibutuhkan pengunjung sebelum melakukan kegiatan wisata alam dalam tapak. Zona pelayanan memiliki bentuk terpusat dengan fasilitas visitor center, information center, toilet, mushola, lapangan parkir, guest house, signage, papan interpretasi dan toko souvenir. x Zona Wisata Alam terbagi menjadi beberapa sub zona yaitu sub zona perkemahan, sub zona wisma dan tirta, sub zona wisata tirta, sub zona penelitian, dan sub zona edukasi. Pembagian tersebut dibagi berdasarkan fungsi tiap sub zona dengan memperhatikan aktivitas yang dapat dilakukan. Tiap sub
zona juga saling mendukung kebutuhan wisata satu sama lain
khususnya untuk mengenal dan mempelajari unsur alami TNGHS. Unsur alami yang dapat dipelajari salah satunya adalah jenis satwa dalam TNGHS. Pengunjung dapat mengenali perilaku satwa melalui jejak yang ditinggalkan satwa pada zona ini. x Zona Alami merupakan zona yang berperan untuk konservasi hutan alami yang ada dalam tapak berupa hutan hujan tropis juga sebagai habitat satwa kunci TNGHS. Zona ini juga berperan dalam mengkonservasi tanah dan air dalam tapak sehingga zona ini diminimalisasikan aktivitas manusianya. Sebelumnya zona dengan zona wisata alam dibatasi oleh adanya enclave dari Javana Spa Resort yang berfungsi sebagai pembatasan aktivitas perusakan dari zona wisata alam ke zona alami. Diantara ketiga zona tersebut juga terdapat pembatas dan penyangga berupa hutan alami dengan tujuan preservasi tiap zona sehingga menjauhkan dari dampak negatif alami seperti erosi. Selain itu, untuk menjaga keragaman vegetasi dalam tapak dan meningkatkan kualitas iklim mikro tapak.
47
Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi dalam Zona Pemanfaatan TNGHS, Kecamatan Cidahu memiliki pola cul de sac dengan pintu masuk sama dengan pintu keluarnya. Sistem sirkulasi yang ada dalam tapak terbagi menjadi sirkulasi primer yang dapat diakses oleh kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua dengan arus dua arah yang menghubungkan langsung
ruang a, b, c, dan h. Sedangkan sirkulasi
sekunder tidak dapat diakses oleh kendaraan karena merupakan jalan setapak dari tanah dan atau dari bebatuan yang hanya dapat diakses oleh pejalan kaki. h d g c.
b. f
e a
a. b. c. d. e. f. g. h.
Sirkulasi Primer Sirkulasi Sekunder Pintu Masuk dan Keluar Pengunjung Zona Pelayanan Sub Zona Perkemahan Sub Zona Wisma Sub Zona Penelitian Sub Zona Edukasi Sub Zona Tirta Sub Zona Wisma dan Tirta Pembatas berupa enclave
Gambar 14 Konsep Sirkulasi dalam Tapak Sumber : PT IdeA (2011) Konsep Fasilitas Fasilitas yang akan disediakan dalam tapak akan ditata dan didesain sedemikian rupa dengan menyesuaikan pada ruang, fungsi, serta akivitas yang akan dilakukan pengguna tapak. Fasilitas yang akan disediakan menggunakan konsep hemat energi dan ramah lingkungan karena untuk meminimalisir dampak negatif bagi lingkungan alami disekitarnya. Material yang akan digunakan pada fasilitas merupakan material yang menyesuaikan dengan warna pohon damar (Agathis damara) yang merupakan dominansi jenis pohon dalam tapak dan material bambu sebagai cermin tanaman khas Jawa Barat karena posisi TNGHS terletak di kota Bogor, Jawa Barat.
48
Hubungan antara ruang atau zona, aktivitas, dan fasilitas akan diperlihatkan dalam Tabel 10. Tabel 10 Hubungan Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas Zona Pelayanan
Sub Zona x Pengelola
Aktivitas x Memberikan informasi dan arahan, menjaga pintu masuk x Mencari informasi, buang air besar/kecil, sholat, parkir, belanja souvenir
x Pengunjung
Wisata Alam
x Bumi Perkemahan
x Tidur, memasak, mencuci, interpretasi alam, bermain, dll x Bermalam, memasak, mencuci, interpretasi alam,dll x Meneliti Kawah Ratu (gejala erupsi Gunung Halimun Salak, interpretasi alam, pengamatan satwa liar, pendakian x Bertanam, outbond, pengamatan satwa liar, dll x Bermain, duduk-duduk, interpretasi alam,dll
x Wisma x Penelitian
x Edukasi x Tirta x Enclave Javana Spa x Konservasi
Alami
Bermalam, beristirahat, dll
Fasilitas Visitor center, shelter, bak sampah, toilet, mushola, lapangan parkir, guest house, toko souvenir dan kantin, sign dan board interpretation board, bangku, pos jaga, saluran drainase Areal tenda, shelter, wc, kamar mandi, bangku, bak sampah, signage, gazebo, tree house (chalet), stasiun penelitian, areal bertanam, saluran drainase, jembatan
Bio wall
retaining
Interpretasi alam
Sumber : PT IdeA (2011)
(2) Illustration image Konsep awal desain yang dikerjakan oleh perusahaan didukung dengan penambahan image yang diperoleh dari berbagai sumber. Image yang diberikan guna memberikan gambaran yang lebih nyata kepada pihak klien mengenai konsep
yang
diajukan.
Bahan
image
yang digunakan berasal
dari
perbendaharaan library perusahaan dan dokumentasi di berbagai lokasi yang pernah dikunjungi. Seluruh image yang diberikan mencakup elemen lanskap yang menggambarkan suasana lokasi yang diinginkan.
49
Ilustration image yang dihasilkan menggambarkan suasana dari bumi perkemahan untuk menciptakan citra ekslusif seperti pada Gambar 17 yang dilengkapi dengan fasilitas shelter, sanitasi, dll. Selain itu penyediaan tree house berupa chalet juga akan dikembangkan merunut pada illustration image.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 15 Ilustrasi Blok Perkemahan (a) Chalet 1 (b) Tree House Berupa Chalet (c) Ilustrasi Shelter (d) Sumber : PT IdeA (2011) (3) Bubble Diagram Setelah menemukan konsep final maka dibuatlah bubble diagram untuk memberikan gambaran secara garis besar pengembangan tapak TNGHS, Kecamatan Cidahu dengan wilayah sekitarnya. Bubble diagram yang dihasilkan berisi final pembagian ruang perkemahan, rencana peletakan posisi fasilitas pada tiap zona, seperti WC dan eco-toilet, shelter, gazebo, visitor center, guest house, tree house (chalet), sirkulasi, warung, signage, dan tempat sampah.
Sumber : PT IdeA (2011)
Gambar 16 Bubble Diagram Resort PTNw Kawah Ratu
the formatting of the pull quote text box.]
position the text box anywhere in the document. Use the Text Box Tools tab to change
[Type a quote from the document or the summary of an interesting point. You can
Ska la 1 : 2010.000 .000
Skala 1 : 7500
50
51
e.
Tahap Pengembangan Desain Pada tahap ini dibuat beberapa alternatif desain untuk menampilkan
kesatuan material dalam tapak yang menyesuaikan dengan konsep awal. Proses menghasilkan produk yang diinginkan pun melewati beberapa kali revisi dari klien. Pendekatan desain fasilitas, seperti visitor center, guest house, warung dan toko souvenir, tree house berupa chalet, shelter, signage, bak sampah, bangku, eco toilet, dan gazebo adalah dengan desain ramah lingkungan dan mengikuti tata letak penanaman pada tapak. Hal tersebut ditujukan agar fasilitas tetap terlihat natural dengan lingkungan sekitar dan memberikan dampak negatif seminimal mungkin bagi lingkungan. Desain arsitektur bangunan dibuat dengan model panggung sehingga tidak mengganggu jalur lintas satwa dan tidak secara langsung menghancurkan kondisi fisik dan mikroba tanah.
(a)
(b)
(c)
(d) Gambar 17 Material fasilitas Terbangun Menyerupai Dahan Pohon Damar (a) Model Rumah Panggung yang Diadaptasi (b) Kayu Lapis Pernis (c) Siklus Konsep Eco-Design (d) (Sumber : http://beterworld.wordpress.com/page/2/ dan http://global.epson.com/SR/environment/lifecycle/)
52
Berikut ilustrasi dari ketiga zona yang dirancang, yaitu Zona Pelayanan, Zona Wisata Alam, dan Zona Alami : x Zona pelayanan Zona yang berfungsi sebagai welcome area akan menyambut pengunjung dengan sign board kawasan. Sign board yang akan disediakan memiliki keterangan dalam dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk memudahkan pengunjung lokal dan mancanegara. Material utama dengan menggunakan kayu beserta atap sebagaii penaung. Atap berwarna hijau untuk menciptakan kesan atraktif, namun tetap menyatu dengan kawasan sehingga gerbang dapat langsung terlihat pengunjung dari jarak 300-500 m. Desain tersebut terlihat pada Gambar 17.
(a)
(b)
(c) Gambar 18 Ilustrasi Welcome Sign Board TNGHS, Kecamatan Cidahu; Sebelum Adanya Welcome Sign Board (a) Setelah Adanya Welcome Sign Board (b) Welcome Sign Board Tampak Depan (c) Sumber : PT IdeA (2011) (Digambar oleh Caroline Puspita Dewi) Fasilitas guest house, penempatan dan pengembangan visitor center, mushola, toilet, interpretation board, serta penempatan warung, dan perluasan
53
areal parkir. Visitor center, mushola, dan toilet dijadikan satu bangunan dan dipindahkan dekat dengan lapangan parkir sehingga mudah dicapai pengunjung. Luasan dari visitor center tersebut adalah 10mx8m agar memuat pengunjung massal dan pengelola lebih leluasa dalam memberikan arahan dalam melakukan kegiatan wisata di dalam tapak. Desain dibuat agar lebih hemat energi dengan desain transparansi dari kaca sehingga cahaya dapat masuk dan banyak udara segar yang dapat dinikmati. Tinggi bangunan yang didesain adalah 6m. Dasar bangunan tidak langsung menyentuh tanah untuk menghindari gangguan lintas hewan dan mengantisipasi kerusakan tanah jika bangunan akan dipindahkan atau dihancurkan. Sementara itu, sirkulasi untuk pejalan kaki mencapai visitor center, souvenir shop, dan warung/kantin dilengkapi dengan fasilitas tangga. Tangga tersebut dimulai dari areal parkir sampai ke objek masing-masing dengan mengikuti kontur tapak. Alas tangga terbuat dari susunan bebatuan sedangkan penguat tangga menggunakan kayu.
(a)
(b)
Gambar 19 Ilustrasi Zona Pelayanan Dilengkapi Fasilitasnya (a) Zona Pelayanan Sebelum Perancangan (b) Zona Pelayanan Sesudah Proses Perancangan Sumber : PT IdeA (2011) (Digambar oleh Caroline Puspita Dewi) Fasilitas lainnya yang ada adalah interpretation board. Melalui interpretation board tersebut pengunjung dapat memperoleh informasi jalur, ruang, dan pengetahuan mengenai vegetasi dan satwa yang ada di dalam tapak. Interpretation Board untuk vegetasi dan satwa didesain dengan tinggi 1,5 m sedangkan interpretation board untuk peta dan jalur didesain dengan tinggi 2,5 m. Material yang digunakan untuk kedua interpretation board sama, yaitu kayu yang telah dipelitur agar lebih terjaga kualitasnya. Selain itu, warna akan lebih
54
terang dari warna damar agar lebih atraktif untuk mendapat perhatian pengunjung. Signage lainnya berupa petunjuk arah terdapat di zona pelayanan dan zona wisata alam dengan tinggi 2 m.
(a)
(b)
(c)
Gambar 20 Interpretation Board untuk Vegetasi dan Satwa (a) Interpretation Board untuk Peta Kawasan dan Jalur (b) Signage Berupa Petunjuk Arah (c) Sumber : PT IdeA (2011) (Digambar oleh Caroline Puspita Dewi) x Zona Wisata Alam Zona wisata alam menyediakan bumi perkemahan dengan fasilitas perkemahan dan wisata alam berupa area tenda, MCK, warung, saluran pembuangan sampah, saluran air, shelter, chalet, signage, dan gazebo. Ilustrasi dari eco toilet dengan luasan 4mx4m termasuk dua WC dan dua kamar mandi didalamnya. Hal tersebut dilakukan untuk menghemat area yang akan dibangun. Desain eco-toilet dengan model semi terbuka dapat memberikan aliran angin yang baik dan dengan atap tembus pandang sehingga
55
toilet mendapat pencahayaan langsung untuk menghemat energi pada siang hari. Elemen berupa material yang akan digunakan pada eco toilet akan menggunakan material kayu dengan warna dan tekstur menyerupai batang pohon damar dan dilapisi dengan pernis sehingga bisa tahan terhadap rayap dan iklim. Atap bermodel datar dengan transparency glass untuk mendukung penerimaan cahaya di dalam ruang toilet. Hal tersebut ditujukan untuk penghematan energi pada siang hari.
(a)
(b)
(c)
Gambar 21 Ilustrasi Eco-Toilet Dalam Zona Petualangan; Kondisi Eksisting Toilet (a) Toilet Menjadi Eco-Toilet (b) Eco Toilet Tampak Atas (c) Sumber : PT IdeA (2011) (Digambar oleh Caroline Puspita Dewi) Shelter yang disediakan pada zona wisata alam diletakkan di titik-titik potensial
dengan
good
view.
Penyediaan
shelter
tersebut
bertujuan
memfasilitasi pengunjung dalam interpretasi alam dan pengamatan satwa liar. Shelter akan dikembangkan dengan ukuran 5mx5m dan berdiri diatas tebing dengan topangan kayu lapis pernis dan dikuatkan dengan pondasi yang
56
menempel pada tebing sehingga pemandangan terbuka dapat langsung diterima pengunjung ketika berada di shelter.
(a)
(b)
Gambar 22 Ilustrasi ShelterEksisting Blok Perkemahan 3A (a) Blok Perkemahan 3A Dilengkapi Fasilitas Shelter (b) Sumber : PT IdeA (2011) (Digambar oleh Caroline Puspita Dewi) Fasilitas lainnya yang akan disediakan adalah tree house berupa chalet. Chalet yang akan dikembangkan tidak akan menempel langsung pada pohon karena pohon pasti akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kerusakan chalet dari pertumbuhan cabang pohon dan kerukan pohon itu sendiri. Luasan dari chalet adalah 5mx5m dilengkapi dengan tangga dan transisi tangga berukuran 4mx4m sehingga total ukuran chalet dan tangga adalah 9mx9m. Chalet yang akan dikembangkan hanya ada dua. Mengingat hanya terdapat dua lokasi yang memenuhi dan mendukung luasan chalet.
(a)
57
(b) Gambar 23 Ilustrasi Desain Chalet; Penempatan Chalet Pada Hutan Damar (a) Chalet Tampak Atas (b) Sumber : PT IdeA (2011) (Digambar oleh Caroline Puspita Dewi)
Fasilitas berupa gazebo akan disediakan di dua blok perkemahan yaitu di blok 2C dan blok 3A. Peletakkan gazebo pada kedua blok tersebut memperhatikan posisi strategis yang dapat dicapai pengunjung dari setiap blok kemah, blok perkemahan 2C dan 3A memilki luas lahan yang paling besar dan dapat memenuhi pendirian gazebo di lahan datar. Tujuan membangun gazebo pada kedua blok tersebut adalah untuk antisipasi hujan badai sehingga pengunjung dapat dievakuasi sementara di gazebo. Gazebo yang dilengkapi dengan pos pemantauan memiliki luasan 8mx8m=64m². Gazebo memiliki pondasi panggung agar tidak mengganggu jalur lintas satwa dan menggunakan material kayu dengan warna dan tekstur menyerupai batang pohon damar dan dilapisi dengan pernis. Bangku dan warung juga disediakan pada blok perkemahan untuk memenuhi kebutuhan kemah pengunjung.
58
Gambar 24 Ilustrasi Gazebo, Warung, Bangku, dan Signage dalam Blok Kemah 3A Sumber : PT IdeA (2011) (Digambar oleh Caroline Puspita Dewi) Loop trail menuju sub zona wisata tirta berupa tangga difasilitasi dengan jalur tapak dari batuan alam dan hand railing dari stainless steel, sepanjang 2k m dengan lebar 1 m, asumsi yang dibutuhkan 2000mx1m=2000m². Batu Andesit, Batu ini juga terbentuk dari pendinginan lava saat gunung meletus. Batu ini berwarna abu-abu, dan pori-porinya sangat sedikit. Kekerasan dan kepadatannya, membuat batu andesit sulit tergores, serta lebih tahan cuaca. Antisipasi lumut pada batuan maka dilapisi Propan Stone Care, adalah pelapis batu alam yang
59
terbuat dari bahan acrylic solvent based, mempunyai tampilan akhir yang mengkilap. Cat ini melekat kuat pada batu alam dan tahan cuaca, serta cocok digunakan pada batu yang berwarna tua dan gelap, seperti andesit, atau batu pacitoroso. Propan Stone Care membuat guratan dan warna batu lebih indah dan menonjol. Selain loop trail akan disediakan fasiitas berupa canopy trail di atas loop trail yang terhubung diantara pepohonan. Memperhatikan adanya kehidupan yang berjalan sebesar 60% di dalam hutan maka canopy trail akan disediakan pada 30-40 m diatas permukaan tanah. Canopy trail tentunya akan memberikan pemandangan yang berbeda. Fasilitas ini disediakan bagi pengunjung yang ingin melakukan eksplorasi dengan tambahan pandangan sekilas dari satwa Elang Jawa, Owa Jawa, dan Surili.
(a)
(b)
Gambar 25 Stainless Steel untuk Material Hand Railing (a) Batu Andesit untuk Alas Tangga Loop Trail Menuju Air Terjun (b) (Sumber : http://www.boiler-tubes.com/Stainless-Steel-Pipe/316-Tube-SSTubing.html dan http://www.indonetwork.co.id/stonemart/2273715/batu-andesitbakar.html) 4.3.2 Review Management Plan Hutan Diklat Jampang Tengah, Sukabumi dan Review Management Plan Hutan Diklat Rumpin, Bogor Klien kedua proyek ini adalah Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Jampang Tengah dan Rumpin menyampaikan keinginannya untuk pengembangan Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin agar dapat didiskusikan bersama dengan PT. Idea Consultant sehingga menghasilkan tujuan dan sasaran proyek sebagai pedoman pengerjaan proyek. Kedua proyek tersebut akan dibahas sisi perancangan lanskapnya beserta fasilitas dalam pengembangan lanskap wisata edukasi untuk menyusun rencana pengelolaan tapak melalui Review Management Plan pada kedua Hutan Diklat.
60
4.3.2.1 Tujuan dan Sasaran Proyek Kedua proyek bertujuan untuk : x
Mendapatkan efek optimal untuk fungsi Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin, pengunjung, dan pengelola.
x
Mendukung pengembangan database untuk perlindungan Hutan Diklat.
x
Mengembangkan program dan manajemen yang tepat dari kegiatan wisata alam berupa wisata edukasi bidang kehutanan, sosial, dan dasar ekonomi.
x
Meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat di sekitar kawasan yang berantung pada perkembangan itu sendiri. Sejalan dengan Undang-Undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan, pengelolaan Hutan Diklat Jampang Tengah dan Rumpin harus didasarkan atas perencanaan jangka panjang yang kemudian dijabarkan ke dalam rencana jangka pendek yang terintegrasi melalui perancangan lanskap Hutan Diklat dan mengakomodasikan aspirasi publik. Selain itu perencanaan jangka panjang tersebut harus dapat mengakomodir tujuan pengelolaan Hutan Diklat yaitu sebagai sarana dan prasarana praktek lapangan peserta Diklat. 4.3.2.2 Tahapan Perancangan Hutan Diklat Jampang Tengah, Sukabumi Kegiatan perancangan yang dilakukan pada lokasi proyek di Jampang Tengah memiliki alir proses seperti pada Gambar 25. Persiapan
Inventarisasi dan analisis
Desain konsep Akhir
Desain konseptual
Rencana Strategi
Gambar 26 Tahapan Perancangan Lanskap dalam Pengerjaan Proyek Hutan Diklat Jampang Tengah
61
a.
Tahap Persiapan Pada tahap persiapan PT IdeA melakukan persamaan persepsi dengan
pengelola dan untuk mengetahui metode survai yang akan digunakan. Tahap perancangan awal dari kedua proyek yang sempat diikuti hanya sampai pada tahap pengembangan desain berupa desain sarana dan prasarana yang akan disediakan dalam tapak. Hasil dari perancangan lanskap, seperti pemanfaatan potensi lanskap, penatagunaan lahan, desain sarana dan prasarana, sampai pada pemberdayaan masyarakat akan dimasukkan dalam rencana strategi untuk program pengelolaan Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin. b.
Tahap Inventarisasi dan Analisis Secara administratif Hutan Diklat Jampang Tengah terletak di Kampung
Ciareuy, Desa Sindang Resmi Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Hutan Diklat Jampang Tengah terletak diantara 106047’48” - 106048’54” BT dan 7 01’42” - 702’12” LS, dengan batasbatas di bagian Utara dengan Kampung Ciburial, sebelah Selatan dengan Kampung Ciareuy dan Perkebunan Panumbangan, sebelah Timur dengan Kampung Bojongwaru dan sebelah Barat berbatasan dengan jalan raya Bojonglopang-Sukabumi. Total luas kawasan hutan adalah 45,539 Ha dengan sistem manajemen untuk lebih mengoptimalkan pengelolaan kawasan Hutan Diklat yang diimplementasikan ke dalam sistem pembagian petak untuk kepentingan diklat dan pemanfaatan lainnya.Hutan Diklat Jampang Tengah terbagi atas 10 (sepuluh ) petak yaitu petak A s/d petak J sesuai pada peta eksisting yang terlihat pada Gambar 26. Metode survai yang digunakan adalah dengan perekaman jalur trek dengan menggunakan GPS dan perekaman kondisi tapak dengan menggunakan kamera. Kegiatan survai didampingi langsung oleh pihak Balai Hutan Diklat Jampang Tengah. Pada tahap inventarisasi, perusahaan menyediakan tenaga ahli GIS untuk membuat dan mengolah peta kondisi eksisting, peta persebaran flora dan fauna, peta kontur, peta kondisi di sekitar kawasan, dan peta fasilitas terbangun di dalam kawasan.
62
D B C A I
H J
E G F
0
90
180 270M
Gambar 27 Peta Kondisi Eksisting di Hutan Diklat Jampang Tengah Sumber : PT IdeA (2011) x Blok A adalah Jalur Hijau seluas 1,116 Ha dibuat sepanjang tepi hutan diklat,
yang berbatasan dengan jalan raya bojong lopang selebar 20-25 m. Kemiringan areal ini langsung berbatasan dengan jalan utama yang disertai dengan vegetasi, seperti pohon jati, kaliandra, dan akasia yang berperan sebagai jalur hijau, serta border blok A. Blok ini akan tetap dipertahankan. Jenis-jenis tanaman yang ada selain jati, kaliandra, dan akasia, ada pula mahoni, suren, midi, lantoro, nangka, petai, dan sengon. Tanaman-tanaman terus akan dikembangkan menjadi green belt di seluruh kawasan dengan mengelilingi kawasan. Di blok ini juga terdapat pagar yang berfungsi sebagai border, namun telah mengalami kondisi yang tidak layak. Sebagai alternatif akan dibuat pagar setinggi 1,75 m yang dililit tanaman rambat yang berfungsi sebagai rekayasa pagar. x Blok B adalah Petak Contoh Persemaian seluas 1 ha dengan kondisi relatif
datar kelerengan 4%-12%. Kondisi petak persemaian saat ini tidak terpelihara, bedengan rusak dan didominasi bibit yang telah membesar karena terlambat
63
dipindahkan, sumber air tidak ada, gubuk kerja rusak dan telah dibongkar. Dengan kondisi bedengan yang tidak layak dan gubuk kerja yang telah dibongkar akan diperbaiki kembali untuk mengoptimalkan fungsi demplot persemaian. x Blok C adalah Petak Contoh Teras Gulud Luas petak 3,258 ha dengan
kelerangan 5-10%. Teras gulud dibangun dengan jarak antar guludan 10 m, dan diberi tanaman penguat kaliandra. Teras gulud dilengkapi saluran pembuangan air dan terjunan bambu dan batu. Kondisi teras gulud saat ini sudah tidak tampak guludan tanah dan saluran air, terjunan bambu serta batu telah rusak. Blok ini telah berubah fungsi menjadi kebun garapan masyarakat yang tidak memiliki izin resmi dari pengelola kawasan. Hal ini menyebabkan banyak terjadinya penebangan pada pohon penguat tanah oleh masyarakat untuk memperluas lahan garapan. Oleh karena itu, blok ini akan dikembangkan dengan penyediaan bangunan pengawas agar dapat mengontrol aktivitas dalam Blok B. Selain itu, pohon cendana akan ditanam kembali pada setiap lipatan teras untuk memperkuat tanah yang membentuk teras gulud. Teras gulud yang ada akan ditanami tanaman palawija untuk dikerjasamakan dengan masyarakat dalam pengelolaannya. x Blok D adalah Petak Contoh Hutan Rakyat membentang searah jalur jalan raya propinsi antara Sukabumi dan Surade seluas 11,513 ha. Petak contoh ini berada di lokasi yang memiliki solum tanah dangkal bahkan berupa tumpukan batuan dengan kelerangan 5-35% dan dibagi dalam pola : tumpang sari dan hutan rakyat. Akar pohon yang kuat telah tertanam pada pori-pori bebatuan dan memecahkannya, sehingga memberikan ruang lebih untuk terjadinya infiltrasi (penyerapan air hujan yang mengalir di permukaan tanah). x Blok E adalah Lahan Praktek Peserta Diklat kehutanan seluas 16,197 Ha. Petak lahan diklat yang merupakan areal ini merupakan lahan kosong untuk kegiatan praktek lapangan, saat ini petak praktek telah tertutupi pohon mahoni dan kaliandra yang awalnya dibuat sebagai sekat bakar. Pada petak ini terdapat menara pengawas kebakaran hutan yang saat ini kondisinya sudah rusak. Model lahan praktek ini kurang terawasi dan terkontrol dan terdapat bangunan yang sudah tidak layak. Selain itu, kegiatan pemberdayaan lahan tersebut pun
64
tidak optimal. Lahan ini berpotensi untuk menjadi area penelitian dan pendidikan tanaman kehutanan. x Blok F adalah enclave seluas 1,00 ha. Enclave yang terdapat yaitu berbentuk wisma dari rumah masyarakat dan bangunan percontohan cek DAM yang sudah tidak terpakai. Lahan di Blok F ini memiliki cukup lawn area yang dapat dikembangkan menjadi rest area. Bangunan DAM pun akan dikonstruksikan menjadi wisma. x Blok G adalah wilayah perlindungan mata air seluas 1,971 ha. Petak ini dimaksudkan melindungi mata air Cikompa, petak ini banyak ditumbuhi berbagai tanaman seperti mahoni, jati, laban, sungkai dan bambu. Blok G berpotensi sebagai area konservasi tanah dan air. Selain itu, mata air yang ada berfungsi sebagai sarana irigasi untuk petak-petak contoh yang ada dalam kawasan. Menara pandang yang ada didalamnya dengan kondisi yang tidak layak di dalam blok ini akan dipertahankan dan dikembangkan menjadi rest area. x Blok H adalah Petak Teras Bangku dengan luas petak contoh 6,1 Ha dengan kelerangan 5%-35%. Pada petak ini dibangun teras bangku dengan vertikal interval 50-75 cm, lebar 4 m dan lebar bidang olah 3,5 m. Tanaman penguat teras pada awal pembangunannya adalah kaliandra, rumput dan murbei. Dilengkapi dengan saluran pembuangan air, terjunan batu dan bambu. Kondisi saat ini petak contoh teras bangku telah terbagi dalam beberapa lahan garapan oleh masyarakat setempat. Masyarakat mengolah dan menanami lokasi tersebut dengan tanaman semusim. Tanaman penguat teras sudah rusak, bangunan teras, saluran air dan terjunan batu telah hancur. Semua telah diratakan oleh masyarakat penggarap dengan alasan untuk memperluas bidang garapan. Akibatnya bidang garapan yang dibangun pada areal yang miring sangat rawan erosi dan mempercepat pemiskinan hara tanah. Pemanfaatan liar hampir menguasai 20% area. Pengembangan Blok H akan dilakukan dengan pembangunan kebun benih dan teras bangku yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk penelitian, pengenalan tanaman kehutanan, dan area penanaman palawija.
65
x Blok I adalah Sarana Kampus seluas 2,016 Ha. Sarana kampus yang tersedia meupakan sarana kampus wirawana Lokasi ini merupakan pusat kegiatan wirawana yang berisi bangunan ruang kelas, perpustakaan, asrama, dapur, ruang makan, lapangan upacara dan olah raga, dll. Kondisinya saat ini mengalami rusak berat. Base Camp juga tersedia di petak ini yang merupakan pusat kegiatan pendidikan dan pelatihan yang didalamnya berisi sarana prasarana kegiatan diklat seperti : bangunan kelas, rumah karyawan, dapur, ruang makan, dan asrama. x Blok J adalah Petak Kebun Koleksi. Lokasi seluas 0,284 Ha ini merupakan tempat penanaman berbagai macam tanaman penghijauan holtikultura dan buah-buahan. Kebun koleksi juga merupakan tempat penanaman berbagai macam jenis buah-buahan seperti lengkeng, melinjo, nam-nam, jeruk, dan sawo kecik. Luas lahan yang ada pada Blok J tidak cukup luas sebagai area pendidikan pengenalan tanaman hortikultura dan tanaman hutan. Oleh karena itu. Blok J akan dikembangkan dengan memperluas kawasan dan mengambil lahan praktek hutan diklat dengan tujuan dapat menanam tanaman contoh yang lebih banyak untuk dipelajari dan dikonservasi. Vegetasi dan Satwa Jenis vegetasi yang ada di hutan Diklat Jampang Tengah antara lain adalah a. Rerumputan dan perdu. Jenis dominan : alang-alang dan gelagah. Jenis lain : harendong, saliara, dan kirinyuh b. Tanaman berkayu : jenis dominan : akasia, kaliandara dan mahoni dan jenis lain : randu, albisia, lamtoro gung, puspa, jati, tanaman buah-buahan, sonokeling, merbau, kuku, salam dan pinus. Jenis fauna yang dapat ditemukan adalah : kelelawar, biawak, burung, kupu-kupu, puyuh, ular, trenggiling, musang, dan kera.
66
0
90
180 270M
Gambar 28 Peta Tutupan Vegetasi Hutan Diklat Jampang Tengah (Sumber : PT IdeA (2011)
Iklim dan Topografi Curah hujan dalam tapak Hutan Diklat Jampang Tengah sebesar 3.000 mm/th. Bulan basah terjadi selama tujuh sampai sembilan bulan dalam satu tahun. Sedangkan ketinggian Hutan Diklat Jampang Tengah yaitu 490-600 mdpl. Topografi yang ada dalam tapak secara garis besar memiliki kontur bergelombang dengan kemiringan lapangan antara 51-152 m. Tabel 11Kelas Kemiringan Lahan dan Luasnya di Hutan Latihan Jampang Tegah No
Kelas kemiringan
Luas (Ha)
Prosentase (%)
1
0-5
0,572
1,3
2
5-10
17,860
29,6
3
10-15
13,629
31,4
4
15-35
10,744
24,7
5
>35
5,664
13,0
JUMLAH
43,469
100
Sumber : PT IdeA (2011)
67
Hutan Diklat Jampang Tengah memiliki potensi sebagai berikut : 1.
Terletak di jalan Provinsi Sukabumi – Surade dan merupakan jalur lintas tempat wisata laut atau pantai Ujung Genteng dan tempat peneluran penyu di Pangumbahan. Jarak dari Hutan Diklat Jampang Tengah–Ujung Genteng/Pangumbahan sekitar 100 km dengan kondisi jalan mulus. Obyek wisata lainnya adalah pantai Pelabuhan Ratu yang berjarak sekitar 60 km.
2.
Hutan Diklat Jampang Tengah dapat menjadi percontohan rehabilitasi lahan kritis di wilayah Kabupaten Sukabumi yang memiliki karakteristik alam relatif sama. Mengingat upaya rehabilitasi & penanaman di Hutan Diklat Jampang Tengah pada beberapa lokasi cukup berhasil dengan tingkat penutupan lahan yang cukup rapat.
3.
Hutan Diklat Jampang Tengah ditumbuhi pepohonan yang menciptakan iklim mikro yang sejuk dan menjaga tata air bagi lingkungan sekitarnya.
4.
Hutan Diklat menyimpan potensi berbagai jenis pohon langka dan bernilai ekonomi tinggi diantaranya cendana, sono keling, salam, mahoni, jati, akasia, ebony, aquilaria (gaharu), dan lain-lain.
5.
Di sekitar lokasi Hutan Diklat Jampang Tengah sekitar 2 km terdapat obyek wisata Curug Pareang dan Goa Lalay. Kedua lokasi tersebut telah menjadi obyek wisata daerah Kabupaten Sukabumi.
6.
Obyek wisata lainnya yang dekat dengan Hutan Diklat Jampang Tengah adalah wisata arung jeram di Sungai Cimandiri yang berjarak 5 km, dan Sungai Citarik yang berjarak sekitar 50 km.
7.
Sarana prasaran hutan diklat Jampang Tengah sering dimanfaatkan untuk kegiatan rapat pemerintah daerah, serta kegiatan kepramukaan lingkup Kabupaten Sukabumi.
Kendala utama Hutan Diklat Jampang Tengah diantaranya : 1.
Terdapat 33 penggarapan lahan Hutan Diklat Jampang Tengah di petak teras gulud dan petak teras bangku. Penggarap kurang memelihara tanaman pokok kehutanan dan cenderung menghilangkan tanaman pokok, serta bangunan konservasi tanah pada areal garapan. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengawasan dan pembinaan dari petugas, masyarakat tidak merasa memiliki terhadap tanaman pokok dan hanya memikirkan
68
kelangsungan tanaman tumpang sari yang merupakan mata pencaharian utama masyarakat. 2.
Penggembalaan liar ternak kambing, khususnya di musim kemarau sangat mengganggu anakan pohon yang baru tumbuh.
3.
Pengambilan kayu bakar, kadangkala mayarakat meneres pohon yang sehat hingga mati dan selanjutnya ditebang untuk kayu bakar.
4.
Ketidaktegasan pengelola Hutan Diklat Jampang Tengah terhadap para penggarap yang seringkali lalai dalam pemeliharaan tanaman hutan.
5.
Adanya kebiasaan masyarakat sekitar Hutan Diklat yang membersihkan lahan untuk pertanian lahan kering dengan melakukan pembakaran. Api dari kegiatan tersebut seringkali masuk ke dalam kawasan.
6.
Adanya perburuan burung yang banyak dijumpai di Hutan Diklat Jampang Tengah.
Proyeksi kawasan untuk masa depan adalah sebagai berikut : 1.
Hutan Diklat Jampang Tengah sebagai wahana praktek diklat aparatur kehutanan dan menjadi tempat pelatihan masyarakat seperti mahasiswa, murid sekolah dan guru untuk pendidikan lingkungan.
2.
Tanaman cendana rencana perlu dibuat blok atau petak tersendiri agar dalam perkembangan dan penyebarannya dapat tumbuh secara optimal.
3.
Penataan lokasi petak teras bangku dengan tanaman keras kehutanan sebagai kebun benih.
4.
Perlunya pengkayaan tanaman untuk meningkatkan keragaman jenis di petak Hutan Rakyat.
5.
Untuk mendukung pendidikan lingkungan perlu penataan dan penyesuaian fungsi sarana prasarana yang ada di Hutan Diklat Jampang Tengah. Seperti : pusat informasi hutan diklat, trek jalan hutan, jalur interpretasi, menara pengamatan dan shelter. Pengembangan model wisata alam/wisata pendidikan akan dikembangkan
mengitari Blok I berupa jalur interpretasi kawasan. Jalur ini akan dimanfaatkan oleh pengguna kawasan untuk mengelilingi Blok A sampai Blok J dalam kegiatan pelatihan dan pendidikan tanaman kehutanan dan tanaman hortikultura dimana
69
kawasan memiliki langit yang biru dsan banyak pepohonan rimbun yang dapat mengoptimalkan fungsi jalur interpretasi ini. Selain itu, rest area yang akan dikembangkan di Blok F akan menjadi salah satu objek wisata alam berupa camp area dan shelter yang didukung oleh panorama alam didalamnya. Produk interpretasi dalam kawasan memiliki keunggulan untuk menjadi sarana pendidikan dan pelatihan tanaman kehutanan dan tanaman hortikultur yang ada di dalam kawasan. Hal tersebut juga tujuan peruntukkan untuk mengembangkan camp area di Blok F. Pengembangan produk interpretasi dan camp area ini berlandaskan pada : x Mendorong terciptanya obyek wisata alam dengan introduksi interpretasi yang memiliki cakupan luas; x Menyajikan program interpretasi dan camp area memiliki 1) nilai penafsiran; 2) nilai pembelajaran; 3) nilai rekreasi; x Kelayakan secara finansial, agar manfaat terkembalikan ke konservasi. b.
Tahap Desain konseptual Pada tahap ini dilakukan proses pembagian ruang dengan menggunakan sketsa
kasar. Keterlibatan dalam menghasilkan produk pada tahap ini adalah sebagai berikut : a) Conceptual landscape plan Ruang dalam kawasan Hutan Diklat Jampang Tengah sebagai hutan pendidikan dan pelatihan akan dikembangkan berdasarkan prinsip pemanfaatan secara lestari dan ditentukan berdasarkan pendekatan integrated enviromental mapping. Pendekatan ini tertuang dalam desain tapak. Keseluruhan rencana tapak memiliki sistem organization space yang kuat sehingga memiliki kesatuan tema dalam ruang yang ada dalam kawasan. Tema “GREENEDUFORESTRY” diangkat untuk pengembangan Hutan Diklat Jampang Tengah menjadi salah satu hutan berwawasan pendidikan hutan dan lingkungan di kawasan urban melalui kegiatan wisata edukasi berupa pelatihan dan pendidikan yang akan dikembangkan bagi pengunjung dan pengelola. Kombinasi ragam tanaman hutan dan pertanian akan menjadi pendukung dalam aktivitas dalam tapak, serta guna melestarikan lingkungan melalui konservasi tanah dan air.
70
Konsep Ruang Zona Penyangga Petak Persemaian
Petak Contoh Hutan Rakyat Area penelitian
Teras Gulud Sarana Kampus dan Administrasi Area Penerimaan
Petak Contoh Teras Bangku Petak Kebun Benih Petak Kebun Koleksi
Petak perlindungan mata air dan rest area
Petak Camp dan Shelter
Petak Lahan Diklat
Gambar 29 Konsep Ruang Hutan Diklat Jampang Tengah Sumber : PT IdeA (2011) Konsep Sirkulasi Pada pintu masuk memiliki dua alternatif rencana, yaitu 1) membuat pintu masuk pola cul de sac (pengguna kawasan hanya dapat keluar masuk kawasan melalui satu pintu masuk saja) denga tujuan untuk lebih mudah mengontrol dan mengawasi siapa dan apa aktivitas yang dilakukan pengguna dalam kawasan; 2) Pola pintu masuk terbagi menjadi 3 dengan satu gerbang utama. Pintu masuk 2 dan 3 dapat diakses langsung oleh masyarakat dengan syarat pengawasan pada pintu masuk tersebut. Sirkulasi antar ruang dalam kawasan memiliki keterkaitan akses langsung dan tidak langsung dimana akses langsung ke setiap ruang dimiliki oleh Blok Sarana Kampus dan Gedung Administrasi agar lebih mudah mengawasi dan mengontrol kegiatan kawasan. Sementara akses tidak langsung dimiliki ruang yang tidak berhubungan langsung, seperti antara petak teras gulud dan kebun benih. Jalur sirkulasi pada kawasan berupa jalur kendaraan, jalan setapak, dan jalur interpretasi. Jalur utama merupakan jalur yang dapat diakses oleh kendaraan, sedangkan jalur dalam ruang merupakan jalur berupa jalan setapak yang hanya dapat diakses oleh manusia. Sementara jalur interpretasi dapat diakses manusia untuk interpretasi alam dengan mengelilingi ruang tiap ruang dalam tapak.
71
L
K
B
C
D
A
J
I
E
A
H
G
F A
A
(a)
L
K
B
C
D
J
I
E A
H
G
A. Zona Penyangga B. Petak Persemaian C. Petak Teras Gulud D. Petak Contoh Hutan Rakyat E. Petak penelitian Lahan F. Petak Diklat G. Petak Shelter dan Camp H. Petak Perlindungan Mata Air dan Rest Area I. Petak Kebun Benih J. Petak Kebun Koleksi K. Sarana Kampus dan Administrasi L. Area Penerimaan Sirkulasi Utama Sirkulasi Antar Ruang Akses Masuk dan Keluar
F
(b) Gambar 30 Alternatif Pintu Masuk; Pola dengan Tiga Pintu Masuk )a) Pola Cul De Sac (b) Sumber : PT IdeA (2011) Konsep Fasilitas Menerapkan etika eco-design dalam pembangunan fasilitas pengembangan kegiatan dan utilitas dikemas untuk : x Membangun kesadaran dan meningkatkan apresiasi pengguna kawasan terhadap pelestarian lingkungan dan pengelolaan konservasi; x Menyediakan area untuk rekreasi di alam terbuka, pendidikan, pelatihan, penelitian, dan konservasi yang berkaitan dengan status kawasan. Hubungan antara ruang, aktivitas dan fasilitas dapat dilihat pada Lampiran 3.
72
Konsep Vegetasi Pohon Cendana akan digunakan sebagai tanaman pengarah sepanjang jalur pedestrian menuju ke berbagai blok dalam tapak, sedangkan pohon jati akan digunakan sebagai buffer. Pada Kebun koleksi akan dibuat seperti kolom sebagai plot ragam jenis vegetasi. Pada Blok Teras Gulud akan juga akan ditanami pohon cendana pada tiap lipatan teras sebagai penguat tanah, sedangkan pada Blok Teras Bangku akan ditanami kaliandra sebagai penguat tanah sesuai dengan fungsinya pada awal pembentukan blok tersebut.
4.3.2.3 Tahapan Perancangan Review Management Plan Hutan Diklat Rumpin, Bogor Kegiatan perancangan yang dilakukan pada lokasi proyek di Rumpin memiliki alir proses sama dengan alur tahapan kegiatan perancangan lasnkap di Hutan Diklat Jampang Tengah seperti yang digambarkan pada Gambar 30. Persiapan
Inventarisasi dan analisis
Desain konsep Akhir
Desain konseptual
Rencana Strategi
Gambar 31 Tahapan Perancangan Lanskap dalam Pengerjaan Proyek Hutan Diklat Rumpin a.
Tahap Persiapan Hutan Diklat Rumpin terletak di Desa Rumpin, Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor. Secara geografis terletak antara 106º38’50” Bujur Timur dan 6º26’30” sampai dengan 6º26’50” Lintang Selatan dengan ketinggian ±80 m sampai 100 m dpl. Kawasan hutan diklat berbatasan sebelah Utara dengan Kampung Pagutan, sebelah Selatan dengan Kampung Lembur Sawah, sebelah barat dengan Kampung Janala dan sebelah Timur dengan Kampung Lio. Total luas kawasan hutan adalah 66,80 Ha terdiri dari : x
Blok I : seluas 10 ha dijadikan areal pemakaman rimbawan oleh Kementerian kehuanan dan sisanya digarap oleh masyarakat. Tanamannya didominasi tanaman singkong. Pada blok ini terdapat plot konservasi tanah dan air (teras
73
bangku 2 Ha) dan saat ini sudah tidak terpelihara. Pertimbangan dipilihnya lokasi ini sebagai demplot konservasi tanah dan air (KTA) karena akses jalan dekat, sudah ada penggarap dan kemiringan lahannya sesuai. Kondisi lahan saat memerlukan penanganan khusus, kemudian kepada penggarap dilakukan pembinaan atau perlu fasilitasi berupa Pemberdayaan masyarakat dengan contoh kegiatan antara lainnya : beternak dan budidaya rumput gajah. Karakteristik wilayah dengan topografi, sebagian bergelombang dengan kondisi awal bekas perkebunan karet yang tidak produktif, sebagain lahan digarap oleh masyarakat dan sebagian di dominasi oleh alang-alang. Demplot Konservasi Tanah dan Air (KTA) dan demplot perlindungan merupakan potensi yang dimiliki blok ini. Alasan dijadikannya demplot perlindungan adalah sesuai dengan kondisi lapangannya yang curam dan bergelombang. Demplot KTA sebenarnya sudah ada tetapi tidak terpelihara sehingga untuk kedepannya ini dapat di lakukan rehabilitasi kembali. x
Blok II : seluas 2,90 Ha dengan kondisi saat ini masih didominasi oleh alangalang dan sebagian kecil aeral ditanami dengan jenis tanaman Gmelina, johar, puspa manglid, shorea, sungkai, rasamala, mahoni, merbau, pulaim Hopea sp dengan diameter bervariasi antara 5 -15 cm., tanaman shorea dan Hopea sp lebih dominan.(20 % yang ad tanaman). perlu penananan pada aeral yang masih kosong (alang-alang ). Blok II memiliki potensi untuk dijadikan blok /zona pemanfaatan wisata alam, pendidikan konservasi/lingkungan karena sudah ada tanaman dengan jenis, akses ke jalan utama dekat, dan ada sumber air
x
Blok III : seluas 42,90 Ha sudah ditanami dengan Acasia mangium, Eucalyptus, dan Acasia oocarpa dan sebagian lainnya ditanami buah-buahan. Tanaman ini dimulai tahun 1998 dan saat telah membentuk ekosistem baru yang ditandai dengan munculnya berbgai jenis burung, dan satwa lain seperti biawak, musang, monyet, dan terbentuk iklim mikro yang ditandai dengan udara yang segar. Jadi fungsi ekosistem di Blok III sebagai habitat flora dan fauna. Hal ini dapat difungsikan sebagai tempat kegiatan pendidikan lingkungan, wisata pendidikan dan sarana praktek bagi peserta diklat. tetap
74
dipertahankan peruntukannya, untuk kantor, perumahan pegawai, dan lainlainnya. x
Blok IV : seluas 10,30 Ha memiliki kerjasama antara BDK dengan Dinas Kehutanan Kab Bogor tahun 2005 dimana lahan tsb dijadikan areal GERHAN. Jenis yang ditanam adalah mahoni, sengon, gmelina, dan buahbuahan seperti rambutan, sukun, papaya. Kondisi tanaman saat ini diameter antara 5 -10 cm, dan masih digarap oleh para penggerap. Permasalahan yang ada pada blok IV yaitu : pola kerja samanya harus ditinjau ulang sesuai dengan fungsi kawasan Hutan Diklat dijadikan demplot percontohan agroforestry karena ada lahan yang telah digarap masyarakat dengan sistem tumpang sari dan dengan jenis tanaman yang dapat ditentukan kemudian. Lahan yang masih ditumbuhi alang-alang dan dijadikan demplot sumber benih dengan jenis tanaman : akasia, sengon, jati dan jabon dan demplot hutan rakyat. Blok I
Blok II
Blok III
Blok IV 0
90
180 270M
Gambar 32 Peta Kondisi Eksisting Hutan Diklat Rumpin Sumber : PT IdeA (2011)
75
Vegetasi dan Satwa Jenis flora yang ada dihutan Diklat Rumpin antara lain adalah A. mangium, A. carpa, Eucalyptus, Albizia, karet, benuang, jati, meranti, mahoni, kenari, pulai, puspa, manglid, shorea, sungkai, rasamala, kayu merbau, gmelina, ketapang, beringin, ki putri, kemiri, ki hujan, salam, mindi, pinus, secang, tanaman buahbuahan, tanaman obat-obatan, dan bambu. Data flora di Blok III secara rinci sebagai berikut : 1) Blok Acasia Mangium tahun tanam 1998 dengan diameter pohon 90 cm, 90 cm, 110 cm, 68 cm, 88 cm, 88 cm, 55 cm, 88 cm, 97 cm dan 110 cm, 2) Areal Arboretum dengan jenis tanaman dan diameter sebagai berikut meranti 85 cm, gmelina 115 cm, mahoni 90 cm, kenari 21 cm, 3) Blok Eucalyptus, tahun tanam 1999 dengan diameter : 109 cm, 90 cm, 36 cm, 71 cm, 86 cm, 56 cm, 65 cm, 52 cm, 62cm, 100 cm, 4) Blok Acasia Aucarpa dengan diameter : 141 cm, 123 cm, 82 cm, 65 cm, 82 cm, 80 cm, 74 cm, 105 cm 80 cm dan 52 cm, 5) Blok Sengon (tanaman sudah mati dan diganti dengan rumput gajah, pisang) dan 6) Blok Sengon Buto dengan diameter 265 cm dan 170 cm. Jenis fauna yang dapat ditemukan adalah : kelelawar, biawak, burung (3 jenis), kupu-kupu (12 jenis), kelinci hutan, puyuh, ular (4 jenis), trenggiling, musang, dan kera.
0
90
180 M
Gambar 33 Persebaran Satwa pada Kawasan Hutan Pendidikan Rumpin Sumber : PT IdeA (2011)
76
Iklim Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson, kawasan hutan Diklat Rumpin termasuk ke dalam tipe iklim A ( Q > 16 %), rata-rata bulan basah pertahun 10 bulan dengan curah hujan tahunan di atas 2.500 mm. suhu udara antara 25,4 ºC – 27,1ºC dengan rata-rata kelembaban udara 81,3%
Topografi Topografi kawasan sebagian besar landai dengan kemiringan lereng antara 0 % sampai dengan 24 %. Areal Blok I di beberapa tempat terutama bagian Utara dan bagian Barat berbatasan langsung dengan tebing dan tebing sungai, sedangkan bagian Selatan terdapat tebing curam akibat penggalian pasir.
0
90
180 270M
Gambar 34 Kontur pada Kawasan Hutan Pendidikan Rumpin Sumber : PT IdeA (2011) Hidrologi Hutan diklat di sebelah Timur dan Utara sungai Cisadane, sebelah selatan Barat sungai Cipinang dan sungarang Cikarang yang berbatasan langsung dengan blok IV dan sebagai sumber air bagi masyarakat sekitar terutama pada musim kemarau. Selain itu ada 500 sumur pompa, 70 sumur galian dan 5 mata air . Pada saat musim hujan masyaakat menggunakan sumur pompa dan sumur galian
77
sedangkan pada musim kemarau sebagai besar masyarakat menggunakan sungai untuk kebutuhan MCK. Sedangkan kebutuhan air bersih/minum dipenuhi dari air sumur. Hutan Diklat Rumpin dalam perspektif pembangunan daerah berpotensi sebagai : 1.
Hutan kota (ruang terbuka hijau)
2.
Rekreasi/ wisata pendidikan
3.
Pusat Pendidikan Konservasi/ Pendidikan Lingkungan
4.
Pusat Penelitian dan pengembangan Teknologi Kehutanan
5.
Tempat Olah raga
6.
Peningkatan ekonomi masyarakat lokal, sektor jasa (transportasi, penginapan, makanan, dan lain-lainnya).
Permasalahan dan isu stategis terkait kawasan antara lain : 1.
Belum sesuainya luas berdasarkan SK Menhut dengan hasil pengukuran
2.
Masih ada lahan yang digarap masyarakat dan belum ada pembaharuan kontrak
3.
Masih banyak lahan kosong yang belum di kelola secara optimal
4.
Masih ada lahan hutan diklat seluas 1,00 Ha ada bangunan Puskesmas
5.
Sekitar 0,50 ha di Blok IV, ada bangunan Puskesmas dan sekolah
6.
Masih ada masyarakat yang menggarap lahan di Blok I dan Blok IV
Berdasarkan potensi kawasan maka beberapa kegiatan yang dapat dikembangkan antara lain membuat demplot-demplot sebagai berikut : 1.
Demplot Persemaian Demplot persemaian merupakan salah satu demplot yang berlokasi di blok
III. Luas demplot adalah 0,50 Ha demplot ini akan tetap dipertahankan. Jenis-jenis tanaman persemaian yang ada adalah : mahoni, sengon, kemiri, ki hujan, nyamplung, myopsis, beringin, mindi, salam, kiputri, pinus, dan tanaman buahbuahan. 2.
Demplot Tanaman Obat Demplot tanaman obat terletak pada Blok III yang sudah ada, tetap
dipertahankan dan lebih dikembangkan lagi. Luas demplot : 0,50 Ha. Jenis tanaman yang telah ada adalah kumis kucing, morinda, jahe. Demplot ini akan
78
dikembangkan menjadi model pemanfaatan tanaman obat. Pengembangan demplot ini kedepan diarahkan untuk menyiapkan sumber bahan baku obat yang dibutuhkan oleh masyarakat. Rencana jenis yang akan dikembangkan 10 jenis 3.
Demplot Sumber Benih Sumber benih adalah suatu tegakan hutan, baik berupa hutan alam maupun
hutan tanaman yang ditunjuk atau dibangun khusus untuk dikelola guna memproduksi benih. Kelas sumber benih yang akan dikelola dan dikembangkan pada Hutan Diklat Rumpin disesuaikan dengan Standar Nasional Indonesia antara lain adalah : Tegakan Benih Teridentifikasi untuk bebeberapa jenis, Tegakan Benih Terseleksi dan Areal Produksi Benih. Demplot ini sudah ada di Blok III. Jenis yang dapat dijadikan sumber benih antara lain,
Jabon, Auriculi carpa,
akasia, melina, eucaliptus, dan kayu afrika. 4.
Petak Contoh Hutan Rakyat Demplot hutan rakyat akan dikembangkan di blok IV dengan alasan
penggarap/kelompok tani di blok ini aktif , mudah di jangkau karena dekat dengan jalan kabupaten. Seluas 3 ha. 5.
Model Silvopastural Model silvopastural (berternak di kawasan hutan) dapat dikembangkan di
Blok I. Pengembangan model ini sejalan dengan
kegiatan pemberdayaan
masyarakat khususnya dalam upaya peningkatan pendapatan dan pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar hutan. Jenis ternak yang akan dikembangkan adalah ternak domba atau kambing. 6.
Demplot Bambu Demplot tanaman bambu dapat dibangun di Blok IV karena disini tersedia
banyak bambu dan merupakan batas dengan lahan penduduk. Luas demplot bambu yang dapat dibangun sekitar 1,00 Ha. Demplot tanaman bambu ini dikembangkan dengan tujuan melestarikan tanaman bambu yang semakin langka. Demplot ini kedepannya akan dikembangkan menjadi areal sumber benih bambu serta lokasi untuk penelitian dan pengembangan bambu. 7.
Arboretum Arboretum merupakan salah satu demplot yang berada di Blok III, dengan
luas 0,50 Ha. Jenis-jenis tanaman yang sekarang terdapat pada arboretum antara
79
lain adalah 35 jenis antara lain jenis-jenis meranti, dahu, gmelina, buni, mahoni, kenari, hopea, cendana, jati, eboni, kayu putih, kiputri, bintaro, dan buah-buahan. Untuk kedepannya akan ditambahkan lagi seluas 1,00 ha dengan jenis eksotik. Lokasi Arboretum dikembangkan menjadi lokasi sarana pendidikan lingkungan. Pada lokasi ini nantinya dapat dibangun sarana out bound, koleksi tanaman langka dari jenis exotic species dan indiginous species dan sebagai tempat kegiatan pendidikan lingkungan atau pendidikan konservasi. 8.
Pengembangan wisata alam/wisata pendidikan Pengembangan model wisata alam /wisata pendidikan akan dikembangkan
pada Blok II karena lokasi ini dengan luas 2,90 Ha mempunyai potensi untuk dibangun berbagai atraksi wisata. Selain lokasi dekat dengan jalan, juga mempunyai sumber air. Pengembangan model wisata alam /wisata pendidikan ini sejalan dengan pengembangan dan pengelolaan sarana prasarana lainnya seperti sarana dan fasilitas out bound dan camping ground dan fasilitas yang menunjang kegiatan wisata alam.
b.
Tahap Desain konseptual Pengembangan zona kawasan hutan Diklat Rumpin memfokuskan pada
konsep rekreasi alam dan pendidikan pembelajaran mengenai ekosistem hutan dan tanaman-tanaman kehutanan, mulai dari keterkaitan ruang di dalam kawasan, vegetasi, sirkulasi bangunan dan alam, serta manusia sebagai penggunanya. Kawasan Hutan Diklat Rumpin yang terdiri dari beberapa area yang terpisah memerlukan kesatuan tema sehingga dapat memberikan karakter setiap area yang merupakan kawasan Hutan Diklat Rumpin. Oleh karena itu, potensi tanaman bambu-bambu yang tumbuh subur di sekitar kawasan dapat digunakan sebagai material utama untuk bangunan dan signage pada kawasan agar tercipta kesatuan tema dan karakter kawasan. (1) Conceptual Landscape Plan Ruang dalam kawasan Hutan Diklat Rumpin sebagai hutan pendidikan dan pelatihan akan dikembangkan berdasarkan prinsip pemanfaatan secara lestari dan ditentukan berdasarkan pendekatan integrated enviromental mapping. Pendekatan ini tertuang dalam desain tapak. Keseluruhan rencana tapak memiliki sistem
80
organization space yang kuat sehingga memiliki kesatuan tema dalam ruang yang ada dalam kawasan. Tema “Bambu” diangkat untuk pengembangan Hutan Diklat Rumpin sebagai ciri kawasan tersebut karena dominansi kawasan ditumbuhi ragam tanaman bambu. menjadi salah satu hutan berwawasan pendidikan hutan dan lingkungan di kawasan urban melalui kegiatan wisata edukasi berupa pelatihan dan pendidikan yang akan dikembangkan bagi pengunjung dan pengelola. Konsep Ruang Berdasarkan potensi yang terdapat pada kawasan serta konsep pengembangan kawasan sebagai area rekreasi alam dan pendidikan pembelajaran mengenai ekosistem hutan, maka masing-masing area dalam ruang terpisah pada kawasan ini akan ditetapkan sebagai simpul-simpul pelayanan antar area untuk mendapatkan struktur ruang. Area-Area tersebut adalah : A. Area Konservasi Hutan
A
B. Area Utama C. Area Pemanfaatan Masyarakat lokal
C
B
Gambar 35 Konsep Ruang Hutan Diklat Rumpin Sumber : PT IdeA (2011) x
Area Konservasi Hutan Area ini adalah area pada Blok I dan Blok II Hutan Diklat Rumpin yang merupakan area perlindungan serta area konservasi tanah dan air.
x
Area Utama Area utama kawasan Hutan Diklat Rumpin adalah Blok III yang merupakan area perkantoran, perumahan pegawai, area praktek pendidikan dan latihan
81
kehutanan, serta area rekreasi alam, penangkapan kupu kupu, arboretum, kebun campuran, kawasan rehat, kebun mpts, kebun karet, kawasan pesemaian dan lain-lainnya. Pada area ini terdapat pintu masuk utama kawasan Hutan Diklat Rumpin. x
Area Pemanfaatan Masyarakat lokal Area ini adalah area Blok IV merupakan kawasan Hutan Diklat Rumpin yang dapat dimanfaatkan masyarakat sehingga dapat menambah penghasilan masyarakat. Untuk itu, area
ini dialokasikan
sebagai area
model
agrosilvopasture yaitu area hutan yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian dan peternakan, sehingga masyarakat dapat beternak dan bertani pada kawasan ini. Konsep Fasilitas Fasilitas yang akan dikembangkan dalam kawasan akan mengusung material dari bambu yang mencerminkan tema yang diajukan. Material tersebut diusung karena memanfaatkan potensi kawasan yang memiliki dominansi vegetasi bambu. Salah satu aplikasi material bambu dalam fasilitas kawasan adalah pada rangka interpretation board dan hand railing sebagai pelengkap tangga di beberapa area yang curam sebagai pengaman untuk pejalan kaki. Aplikasi tersebut dapat terlihat pada gambar 35. Ruang, aktivitas, dan fasilitas akan dikembangkan dalam tapak memiliki konektivitas. Hubungan antara ruang, aktivitas, dan fasilitas dalam tapak disajikan pada tabel 12.
Gambar 36 Material Utama bambu untuk Fasilitas seperti Hand Rail dan Papan Informasi Sumber : PT IdeA (2011)
82
Tabel 12 Hubungan Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas Hutan Diklat Jampang Tengah Area Pengembangan Area
konservasi
Lingkup Area Area pada Blok I
hutan
dan Blok II
Area utama
Area pada Blok III
Area pemanfaatan
Area pada Blok IV
masyarakat lokal
Kegiatan yang Dikembangkan
Fasilitas
Penanaman tanaman bambu untuk demplot bambu pada blok I Penggarapan tanah kembali pada area konservasi tanah dan air pada blok I dan II Penambahan penanaman pohon jati pada blok II Pengawasan dan pengelolaan untuk kawasan blok I dan blok II Praktek pendidikan dan pelatihan kehutanan Camping dan outbond Penelitian untuk para peneliti Pengawasan dan pengelolaan Hutan Diklat Penangkaran kupu-kupu Persemaian Pengelolaan dan produksi benih untuk tanaman tegakan hutan Penanaman tanaman obat untuk pengembangan demplot tanaman obat Rest area
Kantor pengelola kawasan Gerbang dan pembatas kawasan Jalan setapak dalam kawasan Signage
Penggarapan lahan pertanian oleh masyarakat lokal Kegiatan peternakan Tempat tinggal masyarakat sekitar
Kantor pengelola kawasan Gerbang dan pembatas kawasan Jalan setapak dalam kawasan Gudang alat pertanian dan peternakan Guest house Kandang unutk hewan ternak
Kantor pengelola kawasan Gerbang masuk utama dan pembatas kawasan Jalan setapak dalam kawasan Guest house Shelter dan gazebo Rumah penangkaran kupu-kupu Signage Sarana outbond
Sumber : PT IdeA (2011 Konsep Sirkulasi Pintu gerbang atau akses masuk terletak pada Blok III yang berperan sebagai welcome area. Akses ini dibuat sehingga setiap pengunjung dapat diawasi dari ruang admministrasi dan pengawas pada Blok III. Jalan utama hanya dapat diakses oleh kendaraan bermotor, sedanngkan jalan setapak hanya dapat dilalui oleh manusia karena hanya memiliki lebar jalan 1,5 m.
83
Jalan Utama Jalan Setapak Gambar 37 Konsep Sirkulasi Hutan Diklat Rumpin Sumber : PT IdeA (2011)
4.4
Analisis Proses Perancangan Lanskap dalam Proyek Secara umum tahapan kegiatan perancangan lanskap pada beberapa
proyek yang dilakukan PT IdeA mulai dari persiapan (penerimaan proyek), inventarisasi dan analisis, proses desain, pelaksanaan, sampai pada pemeliharaan, sesuai dan mendekati dengan proses perancangan yang dikemukakan oleh Booth (1983). Proses perancangan lanskap yang dikemukakan Booth (1983) dimulai dari penerimaan proyek, riset dan analisis, proses desain, pelaksanaan, evaluasi setelah konstruksi dan pemeliharaan. Perbandingan proses perancangan lanskap PT IdeA dan Booth (1983) diperlihatkan pada Gambar 40.
84
Proses Perancangan Menurut Booth (1983) Penerimaan Proyek
Desain
Riset dan Analisa
Gambar-Gambar Konstruksi
Evaluasi Pelaksanaan Pemeliharaan
Proses Perancangan PT IdeA Persiapan
Desain
Penerimaan Proyek
Desain konsep Pengembangan Desain
Inventarisasi Analisa
Pelaksanaan
Evaluasi Pemeliharaan
dan Gambar-Gambar Konstruksi
Gambar 38 Proses Perancangan Lanskap Menurut Booth (1983) dan PT IdeA Pada ketiga proyek pengembangan wisata alam di Resort PTNW Kawah Ratu, Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin tidak melalui tahapan atau proses sesuai dengan Booth (1983) karena menyesuaikan dengan waktu deadline dan kondisi tapak dalam proyek. Rancangan
yang
baik
adalah rancangan
yang
dapat
digunakan
penggunanya dan dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan (Dahl dan Molnar, 2003). Maka dari itu, rancangan yang harus dibuat seoptimal mungkin untuk memenuhi nilai fungsional dan estetika tapak, serta kepuasan dan kenyamanan bagi penggunanya. Dalam proses perancangan lanskap untuk penyediaan jasa pengembangan wisata alam di kawasan konservasi, perusahaan masih memiliki beberapa kekurangan dan ketidaksesuaian dengan melewatkan tahapan standar dalam proses perancangan lanskap menurut Booth (1983), yaitu seperti pembuatan produk pada tahap desain konsep dalam proyek di Resort PTNW Kawah Ratu, Hutan Diklat Jampang Tengah, dan Hutan Diklat Rumpin dan belum memenuhi produk sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh klien berupa dalam bidang keilmuan arsitektur lanskap. Hal tersebut dapat membuat klien menganggap perusahaan tidak memenuhi volume pekerjaan karena melewati
85
tahapan tersebut dan dapat membuat hal rancu kepada klien ketika pengerjaan proyek selanjutnya perusahaan menggunakan tahapan yang berbeda-beda. 4.4.1 Proyek Perancangan Tapak Zona Pemanfaatan TNGH, Resort PTNW Kawah Ratu, Kecamatan Cidahu Proyek ini memiliki dua lokasi proyek yaitu di Resort PTNW Kawah Ratu dan Loji Salak 1. Akan tetapi, proyek Loji Salak 1 hanya sampai pada tahap inventarisasi karena kurangnya tenaga ahli raptor untuk kawasan dengan melihat satwa kunci di dalam kawasan adalah jenis Elang Jawa. Maka lokasi proyek yang dibahas hanya pada lokasi proyek Resort PTNW Kawah Ratu, Kecamatan Cidahu. Proses perancangan pada lokasi tersebut selama kegiatan magang hanya sampai pada tahap persiapan sampai pada tahap pengembangan desain selama lima hari. Pendekatan perancangan kawasan konservasi melalui ekowisata pada tahap analisis dan desain konseptual yang dilakukan PT IdeA memperhatikan isu-isu strategis berupa peluang yang ada di kawasan sekitarnya dan kebijakan pemerintah mengenai penataan kawasan konservasi dengan tujuan agar tapak dapat dikembangkan secara optimal tanpa merusak lingkungan. Tenaga ahli perusahaan dalam pengerjaan proyek ini yaitu tourism planner yang memilik posisi sebagai project leader, serta arsitek lanskap sebagai main designer. Dalam pengerjaan proyek, tim teknis digantikan posisinya oleh mahasiswa magang. Dalam pengerjaan proyek ini mahasiswa magang melakukan beberapa kegiatan sesuai dengan jadwal dan pembagian kerja yang telah ditetapkan project leader. Tenaga ahli untuk GIS juga direkrut perusahaan sebagai tim proyek. Struktur tim proyek ini juga terdapat staf lapang dari pihak Balai TNGHS sebagai pendamping dan staf dari PJLKKHL sebagai pengawas proyek. Analisis tahapan kegiatan perancangan lanskap pada proyek ini ada sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Tim kerja dari perusahaan melakukan pengumpulan data sekunder dari berbagai sumber sebelum proyek dimulai untuk mengetahui gambaran lokasi proyek. Pertemuan pertama antara pemilik perusahaan dan klien terjadi pada tahap ini. Pertemuan tersebut menghasilkan persetujuan syarat administrasi, nilai kontrak proyek, dan output dari pengerjaan proyek, serta penyerahan proyek kepada pihak perusahaan dari pihak klien. Jadwal dan pembagian kerja dalam
86
proyek yang telah ditetapkan menjadi panduan untuk mengerjakan proyek. Hal tersebut membantu tim untuk tetap fokus dengan pembagian tugas masin-masing dan tujuan proyek. 2. Tahap Inventarisasi dan Analisis Peta dasar pembagian zona lokasi proyek telah diperoleh perusahaan dari pihak klien untuk mempermudah dan mempersingkat waktu pengerjaan proyek, mengingat deadline proyek yang sangat singkat. Perekaman kembali kondisi eksisting tapak dengan GPS dan kamera dilakukan tim proyek selama dua hari. Penentuan batas tapak, perekaman objek daya tarik wisata, dan penentuan lokasilokasi untuk peletakkan fasilitas wisata alam dilakukan pada saat survai lapang. Survai lapang tidak hanya pada zona yang telah terbai dalam peta dasar tetapi zona disekitar tapak juga dilalui untuk melihat potensi yang dapat mendukung kegiatan wisata alam. Setelah dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder maka dilanjutkan identifikasi potensi dan kendala melalui tahap analisis. Penetapan bagian sebagai blok perkemahan pada zona wisata alam sub zona wisata kemah oleh perusahaan menunjukkan kebutuhan ruang areal tenda harus berada di area relatif datar (kemiringan <8%). Hal ini untuk menghindari adanya genangan air (drainase buruk) yang akan mengganggu aktivitas berkemah. Apabila diasumsikan nilai TOF (Turn Over Factor) untuk areal tenda sama dengan satu kebutuhan ruang per orang adalah 8,9 m² (Samosir dalam Aniaty, 1995), dengan kapasitas tampung 80 orang per hari maka kebutuhan ruangnya adalah 712 m². Dengan demikian dapat dikatakan areal tenda pada blok 2A, 2B, 2C, 2D, 3A, dan 3E dengan kemiringan 0-8% dan masing-masing luas 2128 m², 1601 m², 7566 m², 4382 m², 7285 m², 5571 m² sudah memenuhi standar kelayakan. Nilai TOF adalah nilai yang menunjukkan frekuensi pemakaian area atau fasilitas rekreasi dalam satu hari. Selain itu, Menurut PHPA (1986), kebutuhan air bagi para pekemah adalah 230 l/orang/hari. Dengan debit air ±300 l maka kebutuhan air untuk blok perkemahan dapat terpenuhi dari air sungai yang ada. Pada blok kemah 1A dan 1B tidak akan digunakan lagi sebagai blok kemah karena hanya digunakan bermalam saat pekemah datang ke kawasan pada malam hari. Pekemah yang datang setelah lokasi tutup akan dialihkan untuk bermalam di rumah warga sehingga dapat membantu meningkatkan ekonomi masyarakat lokal.
87
Penentuan area blok perkemahan tersebut telah memperhatikan kondisi kemiringan lahan dari peta kontur dan potensi, serta kendala yang terlihat pada peta eksisting dan analisis kawasan. Memperhatikan bahwa kondisi tapak yang dikkerjakan sangat rentan terhadap aktivitas manusia maka diperlukan identifikasi potensi dan kendala yang lebih mendetail untuk menghindari hal yang dapat memberikan dampak negatif dalam tapak di masa mendatang. Metode analisis yang digunakan pada proyek ini adalah dengan metode quick analyze, yaitu dengan menganalisis langsung dan cepat di lapang saat tahap inventarisasi kemudian langsung digambarkan di studio. Namun, hasil dari analisis tersebut tidak digambarkan secara detail spasial oleh perusahaan. Analisis yang dihasilkan perusahaan dengan melihat peta kondisi eksisting tapak dan peta topografi untuk melihat kesesuaian lahan yang dibutuhkan. Produk yang dihasilkan pada tahap ini adalah peta kontur dan peta eksisting dan analisis tapak. Peta eksisting dan analisis tapak menggambarkan kondisi eksisiting tapak dan area atau obyek yang dapat menjadi potensi dan kendala dalam tapak. Peta kontur yang dihasilkan disertakan juga bagian enclave berupa Javana Spa Resort karena kegiatan survai dilakukan sampai pada air terjun yang hanya dapat dicapai melalui enclave tersebut. Peta kontur bertujuan untuk menggambarkan kemiringan sampai pada air terjun-air terjun tersebut untuk melihat potensinyza sebagai sumber air bersih dan sarana interpretasi alam. Kawasan enclave juga terdapat pada peta eksisting dan analisis kawasan untuk menggambarkan potensi air terjun yang terletak pada jalur enclave. 3. Tahap Desain konseptual Pada penetapan konsep ruang pengembangan fasilitas wisata alam seluas 10% dari total luas tapak yang dikembangkan, yaitu 7.500 m telah disesuaikan dengan Peraturan Dirjen PHKA No. P.3/IV-SET/2011 tentang Pedoman Penyusunan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Penentuan desain konsep untuk rencana tata ruang memperhatikan pada tiga spesies satwa kunci TNGHS yang terancam keberadaannya. Selain itu, keberadaan obyek daya tarik wisata kawasan dan kondisi kawasan menjadi pertimbangan dalam rencana tata ruang.
88
Desain konsep yang diajukan oleh project leader telah didiskusikan dan disepakati bersama dengan teamwork dan klien. Produk yang dihasilkan pada tahap ini adalah bubble diagram kawasan dengan zona pelayanan, zona wisata alam, dan zona alami dilengkapi dengan penentuan letak fasilitas wisata alam dalam kawasan. Penataan letak fasilitas telah diposisikan pada bubble diagram. Namun, penggambaran tersebut tidak berupa area hanya berupa simbol dalam titik-titik yang telah ditentukan. Dalam pengerjaan proyek ini tidak dibuat siteplan detail secara keseluruhan. Tidak tersedianya produk site plan dikarenakan deadline proyek yang sangat singkat. Hal ini perlu dievaluasi oleh perusahaan, karena pembuatan site plan secara detail keseluruhan sangat diperlukan untuk membantu klien dalam memahami desain dari tapak yang dibuat perusahaan. Pengembangan fasilitas dalam kawasan mengusung studi arsitektur lokal yaitu rumah panggung pada fasilitas terbangun seperti chalet, gazebo, dan visitor centre dengan pondasi umpak. Hal ini bertujuan agar bangunan tahan gempa, mendapatkan
cahaya
matahari
yang
cukup
sehingga
dapat
melakukan
penghematan energi pada siang hari dengan kemiringan atap 20q, tidak mengganggu jalur lalu lintas satwa, serta dapat direcycle ketika bangunan akan dipindahkan atau dihancurkan. 4. Tahap Pengembangan Desain Pada perancangan fasilitas tiap zona yang telah terbagi seperti chalet, signage, bangku, eco-toilet, visitor centre, gazebo, shelter dan tempat sampah memiliki konsep eco-design dengan elemen arsitektural menyerupai tekstur dan warna kulit batang pohon damar untuk memberi kesan menyatu dengan alam disekitar PTNW Resort Kawah Ratu. Harmonisasi arsitektural dengan alam yang telah didesain pada fasilitas wisata alam di kawasan Resort Kawah Ratu merupakan repetisi yang diciptakan dari elemen batang pohon damar. Pola atap arsitektural chalet, warung, dan visitor centre memiliki repetisi bentuk dengan kemiringan 20q. Hal tersebut sesuai dengan ”the law of the similar” menurut Simonds (1983). Pola kemiringan atap pada fasilitas telah disesuaikan dengan kondisi iklim dan arah cahaya matahari sehingga sirkulasi udara dan cahaya yang diterima di dalam sarana dapat diperoleh secara optimal. Hal tersebut bertujuan dalam penghematan energi pada siang hari. Prinsip yang telah diterapkan pada
89
fasilitas dalam kawasan telah sesuai dengan etika eco-design menurut Walker (2008), yaitu 1) menggunakan material lingkungan setempat dan ramah lingkugnan; 2) terletak pada daerah alami dan mendukung kegiatan konservasi kawasan melalui kegiatan wisata alam yang disediakan; 3) meminimalisasi penggunaan energi dan pembuangan limbah. Penyediaan fasilitas wisata alam didiskusikan langsung bersama dengan pihak balai TNGHS dan PJLKKHL mengenai jenis sarana yang dibutuhkan pengunjung. Pada fasilitas seperti eco-toilet terjadi ketidaksesuaian dengan penyediaan toilet melalui model arsitektur dengan standar penyediaan toilet di Indonesia, yaitu dari penyediaan fasilitas sirkulasi udara melalui open half door. Hal ini kurang sesuai dengan budaya warga setempat karena secara psikologis dapat memberikan rasa ketidaknyamanan dan rasa takut ketika menggunakan toilet dengan akses yang terlalu terbuka. Perusahaan perlu mereview kembali model fasilitas yang akan dikembangkan dalam kawasan sehingga dapat membuat design guidelines
untuk
diberikan kepada
klien yang
sesuai
standar
dengan
memperhatikan kebutuhan pengguna dan tapak. Proses perancangan dilakukan langsung bersama dengan tim ahli Balai TNGHS sehingga revisi dan masukan dari klien dapat langsung diaplikasikan dalam produk. Hal ini telah meningkatkan efektifitas kerja dan efisiensi waktu mengingat deadline proyek yang cukup singkat. Selain itu, untuk menambah efektifitas kerja dilakukan hand drawing berupa sketsa kasar untuk pembagian ruang dalam tahap desain konseptual. Produk yang dihasilkan diperhalus dengan menggunakan
sistem komputerisasi
berupa
Auto CAD, Garmin,
Land
Development, Sketch Up, dan Adobe Photoshop sehingga dapat dihasilkan gambar yang berkualitas. 5. Tahap Presentasi Produk Proyek ini diikuti mahasiswa sampai pada presentasi produk kepada klien dengan bantuan Microsoft Power Point. Produk yang dipresentasikan merupakan peta inventarisasi dan analisis, dan conceptual landscape plan berupa desain konsep pengembangan tapak dan bubble diagram, dan ilustrasi suasana dan fasilitas tapak beserta dengan perkiraan kasar harga per fasilitas yang akan
90
dikembangkan. Hasil rapat non formal bersama Balai TNGHS dan PJLKKHL selama proyek berlangsung dapat dilihat pada Lampiran 3. Tahap pembuatan gambar-gambar konstruksi tidak diikuti oleh mahasiswa karena terbatasnya waktu magang yang dimiliki. Tahap pelaksanaan tidak dilakukan oleh perusahaan karena tahap ini akan dilakukan oleh PPA yang nantinya akan mengembangkan tapak tersebut sesuai dengan standar yang telah diberikan. Namun, pengawasan
perusahaan akan siap membantu
pelaksanaannya.
Sementara,
tahap
PJLKKHL
evaluasi
dalam
dilakukan oleh
perusahaan secara intern dalam proses perancangan lanskap yang telah dilakukan dalam proyek. 4.4.2
Proyek Perancangan Tapak Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin Proses perancangan pada kedua lokasi proyek melalui alur proses
perancangan lanskap yang sama yaitu tahap persiapan, tahap inventarisasi dan analisis, tahap desain konseptual melalui proyeksi kawasan untuk penentuan rencana strategis sampai pada tahap desain konsep akhir. Analisis tahapan kegiatan perancangan lanskap pada kedua proyek sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Pertemuan pertama pemimpin perusahaan dengan klien terjadi pada bulan Oktober 2010 dalam proyek penyusunan management plan kedua lokasi proyek. Kemudian dilakukan review management plan pada lokasi proyek pada bulan Februari 2011. Proyek review management plan merupakan proyek dimana mahasiswa terlibat didalamnya. Pihak klien menyampaikan tujuan dan sasaran proyek melalui persetujuan syarat administrasi, nilai kontrak proyek, dan penyerahan proyek kepada perusahaan. Klien juga menginginkan sususan booklet dari Review Managemen Plan Hutan Diklat Jampang Tengah dan Review Management Plan Hutan Diklat. 2. Tahap Inventarisasi dan Analisis Pada tahap inventarisasi lapang yang dilakukan pada proyek ini didampingi langsung oleh staf dari Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin. Namun, mahasiswa tidak mengikuti tahap ini karena dimulainya waktu magang saat tahap inventarisasi telah selesai.
91
Selanjutnya tahap analisis dilakukan langsung sampai pada tahap desain konseptual dan rencana tata ruang. Mahasiswa magang terlibat langsung pada tahap tersebut. Mahasiswa bersama tim kerja melakukan analisis untuk mengidentifikasi potensi dan kendala dalam kawasan dengan dibimbing oleh project leader dan main designer dalam tim. Mendekati waktu deadline kedua proyek maka dilakukan penghematan strategis untuk efisiensi waktu dan biaya yaitu dengan menggunakan teknik hand drawing berupa sketsa kasar dalam analisis tapak. Analisis potensi dan kendala dalam tapak dilakukan dengan melihat kondisi kemiringan lahan serta persebaran flora dan fauna yang dapat menjadi obyek daya tarik wisata. 3. Tahap Desain Konseptual Keterlibatan langsung mahasiswa magang juga terjadi pada tahap ini. Mahasiswa ikut belajar mengenai pembagian ruang dalam Hutan Diklat yang tepat dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki kawasan. Perusahaan melakukan proyeksi kawasan di masa mendatang sebagai penuntun pendekatan untuk pengelolaan jangka panjang dalam kawasan. Tema yang diangkat pada Hutan Diklat Jampang Tengah disesuaikan dengan kondisi eksisting lingkungan dan mengandalkan keanekaragaman jenis vegetasi didalamnya, seperti pohon kaliandra, jati, dan akasia yang diproyeksi pada pengembangan konsep vegetasi. Sedangkan pada Hutan Diklat Rumpin mengangkat tema vegetasi bambu karena bambu merupakan vegetasi dominan dari Hutan Diklat Rumpin. Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin memiliki berbagai tipe blok dalam hutan. Tahap perancangan lanskap dan rencana strategi yang dilakukan PT IdeA pada kedua lokasi proyek dalam melihat proyeksi kawasan untuk masa mendatang sehingga rencana tersebut dapat dijadikan penuntun dalam menyusun rencana pengelolaan jangka panjang kawasan. Memperhatikan kebutuhan pengguna tapak untuk beraktivitas dalam pendidikan dan pelatihan hutan maka tapak dikembangkan dan didukung dengan pengembangan konsep wisata edukasi yang berkaitan dengan alam berupa hutan. Seluruh pengembangan perencanaan dan perancangan tapak dilakukan berdasarkan tujuan dan kriteria hutan dalam meningkatkan kualitas tapak sesuai
92
dengan kriteria lahan dan implikasi pengelolaannya menurut Soemarno (2002). Pengembangan
wisata
edukasi
pada
Hutan
Diklat
Jampang
Tengah
memperhatikan berbagai fungsi didalamnya sehinggga dapat ditata dengan baik dan optimal. Fungsi konservasi tanah yang pada blok teras gulud dan teras bangku akan ditanam pohon cendana pada tiap lipatan teras. Pohon cendana digunakan karena memiliki perakaran yang dalam dan memiliki fungsi sebagai penguat tanah.
Pada blok hutan rakyat akan diposisikan dekat dengan desa sekitar
sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
denan supervisi dari lembaga
kehutanan. Sementara, pada Hutan Diklat Rumpin diciptakan karakter bambu sebagai ciri khas kawasan. Bagi kenyamanan pengunjung maka konsep fasilitas yang dikembangkan bertujuan untuk mendukung kegiatan wisata edukasi berupa pendidikan lingkungan hidup, seperti jalur interpretasi, signage sebagai titik lokasi, signage nama tanaman dalam kawasan, wisma, camping area, dan lain lain di dalam Hutan Diklat dengen menggunakan prinsip eco-design. Hal tersebut dikembangkan agar kualitas kawasan dapat tetap terjaga secara fungsional dan estetika sehingga kepuasan bagi penggunannya pun dapat diberikan. Keseluruhan desain dan rencana tata ruang pada tapak yang telah dibuat bertujuan untuk menuntun klien dalam pengelolaan kawasan yang disajikan dalam Review Management Plan Hutan Diklat Jampang Tengah dan Review Management Plan Hutan Diklat Rumpin pada tahap pelaksanaan. Mahasiswa magang pun ikut membantu dalam penyusunan laporan dan penuntun management plan tersebut. Namun, pembuatan produk seperti siteplan belum dilakukan karena konsep masih dalam bentuk proposed kepada klien. Maka perusahaan membuat produk pengembangan fasilitas dalam kawasan hanya sebagai gambaran kepada klien mengenai fasilitas yang akan dikembangkan sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna tapak.
Selama kegiatan magang berlangsung, mahasiswa magang berpartisipasi aktif dalam berbagai proyek yang sedang dilaksanakan oleh PT IdeA. Mahasiswa magang ditempatkan dalam divisi produksi dan berpartisipasi aktif untuk
93
menghasilkan produk perancangan
lanskap, khususnya dalam ketiga proyek
perancangan lanskap yang telah dibahas. Produk yang dihasilkan menggunakan dua metode yaitu dengan hand drawing dan sistem komputerisasi. Mahasiswa magang lebih dominan terlibat menhasilkan produk dengan menggunakan sistem komputerisasi, yaitu dengan menggunakan Adobe Photoshop CS3, Auto CAD, dan Sketch Up Pro 7. Keterlibatan mahasiswa magang dalam proses perancangan lanskap selama kegiatan magang berlangsung di PT IdeA adalah sebagai berikut : 1.
Kajian Terapan Desain Wisata Alam di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Kecamatan Cidahu Mahasiswa magang mengikuti tahapan proses perancangan dari tahap inventarisasi sampai pada tahap pengembangan desain. Kegiatan yang dilakukan pada tahap inventarisasi adalah perekaman kondisi eksisting dengan menggunakan kamera selama mengikuti jalur yang ada dalam tapak. Mahasiswa magang juga terlibat secara aktif dalam tahap analisis. Selain itu, mahasiswa magang mengerjakan ilustrasi fasilitas dan suasana dengan menggunakan Adobe Photoshop dan Sketch Up Pro 7. Ilustrasi yang dibuat berdasarkan pada konsep dan masukan dari klien. Pada presentasi produk mahasiswa magang juga ikut hadir untuk mengetahui pendapat klien dari hasil keseluruhan sampai pada tahap pengembangan desain. Pada presentasi produk mahasiswa memiliki tugas sebagai notulis untuk perusahaan.
2.
Pengembangan Lanskap Wisata Edukasi di Hutan Diklat Jampang Tengah, Kecamatan Sukabumi dan Hutan Diklat Rumpin, Bogor Proyek ini berada pada tahap analisis ketika kegiatan magang berlangsung. Kemudian hasil akan diperhalus dengan sistem komputerisasi. Mahasiswa magang lebih terlibat aktif dalam desain konseptual. Mahasiswa Magang juga ikut membantu dalamm penyusunan booklet Review Management Plan dengan menggunakan Microsoft Office Word.
3.
Mahasiswa magang bekerja sebagai drafter pada proyek-proyek perusahaan lainnya, seperti proyek dengan klien Sinar Mas Forestry. Pada Proyek tersebut terdapat empat area pengembangan. Mahasiswa memberikan beberapa alternatif desain untuk pengembangan fasilitas, maka mahasiswa
94
membuat ilustrasi fasilitas dan suasana dalam ketiga lokasi proyek. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk membuat alternatif desain chalet untuk proyek wisata alam di kawasan pantai. Kegiatan magang yang berlangsung selama 3,5 bulan di PT IdeA menyebabkan terjadinya pertukaran informasi dan pengetahuan yang dilakukan antara PT. Idea Consultant dan mahasiswa magang. Pengetahuan dan pengalaman yang diberikan oleh PT IdeA kepada mahasiswa berupa proses perancangan lanskap khususnya di lanskap alami, teknik komputerisasi, seperti penggunaan software, peningkatan teknik hand drawing, sikap dan cara berkomunikasi saat berhadapan dengan klien dan bekerja dalam tim, serta teknik presentasi produk kepada klien. PT IdeA juga menerima informasi dari pengetahuan mahasiswa magang yang diperoleh saat perkuliahan. Kerja lembur juga dialami mahasiswa magang ketika menyelesaikan proyek yangg
sudah mendekati tenggat waktu. Hal tersebut terjadi karena
kurangnya sumber daya yang tersedia. 4.5 Pencapaian Kegiatan Magang Kegiatan magang yang dilakukan di PT IdeA bertepatan dengan padatnya waktu dan banyaknya proyek yang sedang dikerjakan. Waktu magang bertepatan dengan dimulainya proses perancangan lanskap dari tahap inventarisasi sampai pada tahap pengembangan desain pada proyek Kajian Terapan Desain Tapak Zona Pemanfaatan di Resort PTNW Kawah Ratu Taman Nasional Gunung Halimun Salak, serta pada tahap analisis sampai pada tahap desain konsep akhir dan mengedit booklet review management plan pada proyek Review Management Plan Hutan Diklat Jampang Tengah, Sukabumi dan Review Management Plan Hutan Diklat Rumpin, Bogor. Pada proyek Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin penentuan konsep desain dan desain fasilitas kawasan ditujukan untuk membuat design guidelines dan penuntun dalam membuat rencana pengelolaan kawasan kepada klien Mahasiswa magang sangat terlibat dalam proyek di TNGHS, pada tahap inventarisasi mahasiswa ikut melakukan survai lapang selama dua hari dengan menggunakan GPS untuk perekaman trek, pengukuran debit air terjun dengan meteran dan stopwatch, serta perekaman kondisi tapak dengan kamera. Pada tahap
95
analisis dan desain konseptual, mahasiswa magang bersama dengan tim ahli dari perusahaan, serta tim ahli dari Balai TNGHS melakukan diskusi. Pembuatan peta kondisi eksisting dan analisis mahasiswa ikut membantu memilih foto yang dapat menggambarkan situasi tapak dalam peta. Pada tahap pengembangan desain berupa pembuatan alternatif desain, dilakukan pengembangan pada zona yang telah terbagi. Mahasiswa magang dilibatkan dalam pengembangan desain dengan membuat ilustrasi suasana tapak dengan fasilitasnya untuk memberikan gambaran lebih jelas kepada klien. Kegiatan pengembangan desain
tersebut digunakan
untuk mempermudah pekerjaan desain PT IdeA karena dikerjakan langsung di lapang dengan masukan yang diberikan dari perusahaan dan Balai TNGHS. Seluruh kegiatan perancangan pada proyek ini sepenuhnya melalui arahan dari arsitek lanskap senior (main designer) dan team leader. Masukan dan arahan mengenai fasilitas wisata disampaikan langsung oleh main designer kepada mahasiswa. Mahasiswa juga ikut hadir dalam presentasi dengan klien pada proyek ini. Pada presentasi produk mahasiswa memiliki tugas sebagai notulis berupa catatan rapat untuk perusahaan. Arahan, pembagian dan jadwal kerja dari arsitek senior (main designer) dan team leader dalam proyek ini dapat dilihat pada Lampiran 5. Mahasiswa mendapatkan ilmu baru yang tidak diperoleh selama perkuliahan, yaitu penggunaan GPS dan memasukkan data tersebut ke dalam GIS, pemahaman regulasi mengenai penataan lanskap taman nasional, pengetahuan dasar mengenai konstruksi rumah panggung, dan cara berkomunikasi dengan rekan kerja juga klien. Pada proyek Hutan Diklat Jampang Tengah dan Rumpin, mahasiswa mulai mengikuti proses perancangan lanskap dari tahap analisis, desain konseptual, sampai pada desain konsep akhir. Mahasiswa bersama dengan mahasiswa magang lainnya diminta untuk menganalisis dan menentukan konsep untuk tapak dengan bimbingan dari pimpinan proyek dan pimpinan perusahaan. Hasil darri analisis dan sintesis, serta pembuatan konsep dalam tapak dengan menggunakan sketsa kasar digambarkan pada Lampiran 6. Pada proyek ini mahasiswa mendapatkan pengetahuan bagaimana menjaga konservasi tanah dan air, menyediakan ruang untuk wisata edukasi bagi peserta diklat dan pengunjung, teknik pembuatan ilustrasi menggunakan marker, serta regulasi penataan hutan diklat.
96
Selain itu, mahasiswa magang juga diminta untuk membuat alternatif desain fasilitas untuk menggambarkan konsep yang telah dibuat. Ilustrasi berupa welcome gate dan signage. Ilustrasi suasana jalan setapak juga dibuat mahasiswa yang dapat mendukung penggambaran desain konsep yang telah dibuat untuk kawasan.
(a)
(b)
(c)
Gambar 39 Ilustrasi Welcome Gate dan Signage; Welcome Gate Hutan Diklat Jampang Tengah (a) Welcome Gate Hutan Diklat Rumpin (b) Papan Titik Blok Hutan Diklat Jampang Tengah (c) (Digambar oleh Caroline Puspita Dewi)
(a)
(b)
Gambar 40 Ilustrasi Bambu Sebagai Pengarah Jalan di Hutan Diklat Rumpin (a) Ilustrasi Cendana Sebagai Pengarah Jalan Hutan Diklat Jampang Tengah (b) (Digambar Oleh Caroline Puspita Dewi)
97
Desain fasilitas kawasan menampilkan repetisi dari penggunaan material bambu sebagai material utama untuk fasilitas. Pada Hutan Diklat Rumpin dari welcoming gate sampai pada pengarah jalan akan menggunakan material utama yaitu bambu. Sementara pada Hutan Diklat Jampang Tengah yang digunakan adalah material bambu dan pengarah jalan dalam tapak adalah pohon cendana. Hal tersebut tidak mencerminkan “The Law of The Similar” yang dikemukakan oleh Simond (1983) karena tidak ada kesatuan material atau elemen yang menunjukkan harmonisasi elemen lanskap. Perusahaan seharusnya dapat lebih teliti dalam menilai hasil desain yang akan diajukan kepada klien untuk menyesuaikan dengan konsep yang telah dibuat. Ilustrasi fasilitas lainnya yang telah dibuat oleh mahasiswa magang untuk kedua kawasan juga dapat dilihat pada lampiran 7. Kemampuan dan cara berkomunikasi dengan klien dan rekan kerja telah dipelajari mahasiswa dalam pengerjaan setiap proyek sehingga tujuan dari proyek dapat tercapai. Tambahan wawasan dan pengetahuan lainnya yang diperoleh mahasiswa selama kegiatan magang adalah melakukan pendekatan studi mengenai ekowisata dan kebijakan pengembangan kawasan untuk pariwisata dengan jenis wisata alam di kawasan alami khususnya konservasi dan perlindungan kawasannya pada proyek-proyek yang dikerjakan. Studi dilakukan dengan pencarian kebijakan pengembangan kawasan alami dan referensi gambargambar dari internet, studi pustaka, serta library milik perusahaan. Pengetahuan mengenai pariwisata dan eco-tourism di Indonesia juga dipelajari dalam komunitas Selain itu, pengerjaan proyek dalam skala besar dan berlokasi pada kawasan konservasi merupakan tantangan baru untuk mempelajarinya. Pengetahuan mengenai pariwisata dan konsep eco-tourism yang diperoleh berasal dari berbagai bidang ilmu, seperti arsitektur lanskap, arsitektur, teknik sipil, bisnis perhotelan, dan kepariwisataan. Konsep eco-tourism dengan gabungan prinsip konservasi telah diterapkan perusahaan pada lokasi proyek kawasan konservasi. Hal tersebut menunjukkan hubungan antara perlindungan lingkungan dengan pariwisata harus menghasilkan hubungan yang harmonis sehingga dapat tercipta wisata dan lingkungan yang berkelanjutan. Melalui konsep eco-tourism, implementasi wisata ke dalam lingkungan dapat terwujud tanpa melupakan kepentingan pelestarian kawasan, kepentingan ekonomi masyarakat
98
lokal di sekitar kawasan, kepentingan pelayanan terhadap wisatawan, dan kepentingan kelayakan pengembangan wisata, dalam sebuah hubungan timbal balik yang bergantung dan saling mempengaruhi. Hal yang diberikan dalam konsep ekowisata dalam desain fasilitas pada ketiga proyek adalah kesesuaian kriteria chalets dengan prinsip ecolodges yang terlihat pada Tabel 13. Tabel 13 Kesesuaian Kriteria Chalets dengan Prinsip Ecolodges No.
Ecolodges
Chalets
1.
Merupakan bangunan kecil kurang dari 30 kamar.
Merupakan bangunan dengan 1 kamar.
2.
Menerapkan prinsip arsitektur tradisional dan penggunaan material dari lingkungan setempat.
Menerapkan prinsip arsitektur tradisional dan penggunaan material dari lingkungan setempat yaitu penerapan filosofi dan penggunan material arsitektur lokal rumah Baduy.
3.
Terletak pada daerah alami dan mendukung konservasi alam lingkungan setempat.
Terletak pada salah zona pemanfaatan TNGHS yang merupakan daerah alami dan juga merupakan kawasan konservasi sehingga mendukung konservasi lingkungan setempat.
4.
Meminimalkan penggunaan energi dan pengelolaan limbah.
Desain kemiringan atap 20o dan penggunaan material kasa dapat memaksimalkan arus sirkulasi udara dan cahaya matahari sehingga dapat menghemat energi. Adanya ecotoilet yang menggunakan sistem biofil merupakan bentuk aplikasi penggunaan teknologi dalam pengelolaan limbah.
Selain itu aktivitas wisata alam yang ada di dalam ketiga tapak mengajak kerja sama masyarakat guna menaikkan ekonomi masyarakat lokal dan pengetahuan mengenai konservasi.