HASIL DAN PEMBAHASAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan
pemeliharaan
yang
dilakukan
oleh
penulis
meliputi
pelengkungan, pemupukan, perompesan daun, pemangkasan, dan pemanenan. Prestasi kerja penulis, karyawan, dan standar prestasi kerja per HOK tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Prestasi Kerja Penulis, Karyawan, dan Standar Prestasi Kerja Per HOK Kegiatan Pelengkungan Pemupukan Perompesan daun Pemangkasan produksi Pemangkasan ringan Pemanenan
Prestasi Kerja Penulis/HOK (pohon) 30 203 8 11 14 105 kg
Prestasi Kerja Karyawan/HOK (pohon) 30 368 21 19 26 224 kg
Standar Kerja/HOK* (pohon) 50 300 8-10 12 35-40 300 kg
Sumber: Data pengamatan di lapangan, 2009 Keterangan: * Standar yang berlaku di Kusuma Agrowisata
Kegiatan budidaya dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan budidaya pada TBM dan TM. Kegiatan budidaya TBM dan TM secara berurutan dan waktu pelaksanaan pada tiap umur tanaman tertentu dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kegiatan Budidaya Apel dan Umur Tanaman Kegiatan Budidaya Apel TBM - Pemupukan kompos - Pemupukan ZA - Pemangkasan bentuk - Pelengkungan - Pemupukan dolomit - Pemupukan daun - Pengendalian HPT TM - Pemupukan kompos - Pemupukan NPK - Pemupukan ZK - Pemupukan MKP
1
2
3
v v v v v v v v v v v v v v v v v
4
5
Umur Tanaman 6 7 8 9 10
11
12
v v v v
v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
16 Tabel 3. Lanjutan. Kegiatan Budidaya Apel
1
2 3
- Pemberian dolomit - Pemupukan daun - Pemupukan buah - Pemberian ZPT - Perompesan daun - Pemangkasan produksi - Pemangkasan ringan - Pemangkasan berat - Panen dan pasca panen - Pengendalian HPT
Umur Tanaman (tahun) 4 5 6 7 8 9 10 v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
11 v v v v v v v v v
12 v v v v v v v v v v
Keterangan: ZPT: Zat Pengatur Tumbuh HPT: Hama dan Penyakit Tanaman
Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Pemangkasan Bentuk Pemangkasan bentuk pada TBM umur 1 tahun dilakukan setinggi 80 cm dari tanah dan memotong cabang-cabang yang tumbuh di bawah ketinggian 60 cm dari permukaan tanah. Pemangkasan bentuk mempertahankan 2-3 cabang primer dan membuang cabang primer lain pada batang utama. Tujuan pemangkasan bentuk pada bibit ini untuk membentuk tanaman yang rendah atau perdu. Pemupukan Pemupukan TBM terdiri dari organik dan anorganik. Kegiatan yang dilakukan penulis hanya pemupukan anorganik. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kompos yang dibuat dari kotoran sapi. Pemupukan organik dilakukan satu kali dalam setahun. Pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk ZA. Pemupukan anorganik dilakukan satu kali dalam setahun. Kegiatan “persipuk” yaitu persiapan pemupukan dengan cara membuat alur berbentuk persegi sebatas tajuk tanaman dengan kedalaman 20 cm. Kegiatan ini dilakukan sebelum pemupukan. Jenis dan dosis pupuk anorganik pada setiap umur tanaman TBM dapat dilihat pada Tabel 4.
17 Tabel 4. Jenis dan Dosis Pupuk ZA pada Setiap Umur TBM Umur Tanaman (tahun) TBM 1 TBM 2 TBM 3 TBM 4
Jenis Pupuk ZA ZA ZA ZA
Dosis/Tanaman (g) 100 200 300 300
Sumber: Pengamatan di lapangan, Maret 2009
Pelengkungan Pelengkungan cabang (Gambar 1) dilakukan penulis pada TBM yang berumur tiga tahun dengan cara melengkungkan tunas-tunas vegetatif yang panjang sejajar permukaan tanah, tetapi sebelum dilakukan pelengkungan, daun digugurkan terlebih dahulu. Pelengkungan dibuat sejajar permukaan tanah agar pertumbuhan tunas lateral merata sepanjang cabang. Tujuan dari pelengkungan ini adalah untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas lateral yang akan muncul lebih banyak bunga di sepanjang cabang yang dilengkungkan (Gambar 1), membentuk pohon menjadi lebih pendek karena untuk memudahkan pemetikan bagi pengunjung dan juga untuk pengaturan letak cabang. Menurut Janick (1972) pelengkungan dapat mengurangi pertumbuhan tanaman dan meningkatkan pembungaan. Pelengkungan dilakukan dengan cara mengikat batang utama tanaman apel dengan tali rafia kemudian tali rafia ditarik ke arah cabang yang akan dilekungkan dan selanjutnya diikat longgar pada bagian tengah cabang. Pelengkungan tidak bertumpuk-tumpuk pada satu sisi tetapi mengarah pada sisi yang kosong. Pelengkungan pohon apel ini dilakukan hingga tanaman apel berumur lima tahun. Penulis agak sulit melakukan kegiatan pelengkungan cabang karena cabang tersebut mudah patah sehingga agar tidak mudah patah, cabang tersebut dilenturkan terlebih dahulu. Prestasi kerja pelengkungan penulis dan pekerja masih dibawah standar kerja (Tabel 2). Hal ini dikarenakan kegiatan pelengkungan memerlukan keterampilan agar cabang tidak patah.
18
b
a
Gambar 1. Pelengkungan Cabang Apel; (a) Pohon Apel yang Dilengkung, (b) Tunas Lateral pada Cabang Pengendalian Hama dan Penyakit Penyakit yang menyerang TBM diantaranya embun tepung dan bercak daun. Hama yang banyak menyerang adalah kutu hijau, thrips, kutu sisik, cambuk merah, cambuk hitam, dan ulat grayak. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan.
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Pemupukan Kegiatan pemupukan TM terdiri dari dua macam, yaitu pemupukan organik dan pemupukan anorganik akan tetapi kegiatan yang dilakukan penulis hanya pemupukan anorganik. Pupuk organik yang digunakan adalah kompos dan pemupukan dilakukan satu kali dalam setahun. Dosis yang diberikan sebanyak 40 kg per tanaman. Pemupukan anorganik pada TM dilakukan satu kali dalam satu periode panen (satu periode panen 4.5 sampai 5 bulan) yaitu dilakukan sebelum perompesan. Jenis pupuk anorganik yang digunakan pada umur 5 tahun dan lebih adalah NPK 15-15-15 dengan dosis 500 g per tanaman. Cara pemupukan TM sama dengan cara pemupukan TBM. Pemupukan pada pohon apel dapat dilihat pada Gambar 2. Prestasi kerja pemupukan penulis masih kurang dari standar kerja, sedangkan untuk karyawan sudah diatas standar kerja (Tabel 2).
19
a
b
Gambar 2. Pemupukan pada Pohon Apel; (a) Pupuk ditebar dalam alur persegi, (b) Kegiatan Pemupukan NPK Perompesan Daun Perompesan daun adalah merontokkan daun dengan tangan sebatas mata tunas yang produktif, sehingga menyisakan daun ¼ sampai ¾ dari panjang tunas untuk efisiensi waktu bekerja. Pohon yang telah dirompes dapat dilihat pada Gambar 3. Tujuan perompesan di Kusuma Agrowisata adalah untuk menentukan waktu panen tiap blok karena waktu panen di Kusuma Agrowisata dihitung sejak perompesan daun. Menurut Romlawati (1999) perompesan daun dilakukan untuk mematahkan masa dormansi dari mata tunas karena daun merupakan tempat yang paling peka untuk mensintesis zat penyebab dorman.
Gambar 3. Pohon Apel Telah Dirompes Menentukan
waktu
rompes
diperlukan
karena
merupakan
kunci
keberhasilan terjadinya pembungaan pada pohon apel. Perompesan dilakukan pada mata tunas yang telah masak. Ciri-ciri mata tunas yang telah masak adalah
20 bila ditekan akan terasa keras dan padat, pertumbuhan vegetatif berhenti, sebagian besar daun telah tua dan mudah rontok. Prestasi kerja perompesan penulis dan karyawan sudah memenuhi standar kerja (Tabel 2). Pemangkasan Pemangkasan pohon apel TM terdiri dari pemangkasan produksi, pemangkasan ringan, dan pemangkasan berat. Pemangkasan produksi dilakukan secara teratur yaitu pada saat sesudah perompesan. Tujuan pemangkasan produksi adalah untuk mendapatkan kualitas bunga dan buah yang baik sehingga diperoleh produksi buah yang stabil, membentuk cabang yang efisien, dan mengurangi cabang yang tidak efisien agar sinar matahari mudah masuk. Prestasi kerja pemangkasan produksi penulis sudah mendekati standar kerja, sedangkan untuk karyawan sudah diatas standar kerja (Tabel 2). Pemangkasan ringan (wiwil) dilakukan menjelang panen. Pemangkasan ringan bertujuan untuk mengurangi ranting-ranting yang berhimpitan dan tunastunas air agar sirkulasi udara lancar dan sinar matahari mudah masuk di antara ranting-ranting pohon. Pemangkasan ringan dilakukan pada beberapa jenis cabang, yaitu cabang balik adalah cabang yang arah pertumbuhan batangnya ke arah dalam tajuk tanaman, cabang tumpang yaitu cabang yang tumbuh saling tumpang tindih satu sama lain, dan cabang cacing yaitu cabang yang tumbuh kurus dan letaknya tidak beraturan. Prestasi kerja pemangkasan ringan penulis dan karyawan masih di bawah standar kerja (Tabel 2). Pemangkasan berat pada pohon apel TM dilakukan pada cabang yang sudah tidak tumbuh tunas lagi atau cabang yang sudah tidak produktif lagi, cabang-cabang yang sudah tua, cabang yang terkena penyakit, dan cabang yang bertumpuk. Tujuan pemangkasan berat pada TM adalah untuk meremajakan tanaman agar berproduksi secara maksimal kembali. Kegiatan pemangkasan di Kusuma Agrowisata dapat dilihat pada Gambar 4.
21
Gambar 4. Kegiatan Memangkas Pohon Apel Panen dan Pasca Panen Pemanenan di Kusuma Agrowisata dilakukan oleh pengunjung dengan memetik sendiri dan didampingi oleh seorang pemandu wisata. Apel yang dipetik maksimal dua buah apel. Cara pemetikan yang baik adalah tangan kanan memutar buah, sedangkan tangan kiri memegang tangkainya sehingga ketika dipetik tangkai buah apel tidak ikut terambil. Hal ini untuk menghindari resiko kerusakan pada batang apel. Sisa buah yang tidak dipetik oleh pengunjung akan dipanen oleh pekerja. Prestasi kerja pemanenan penulis dan karyawan masih dibawah standar kerja (Tabel 2). Penanganan pasca panen meliputi sortasi, grading, pengangkutan, penimbangan, dan penyimpanan. Buah dimasukkan ke dalam keranjang plastik 40 kg, selanjutnya sortir buah langsung dilakukan di kebun. Sortir buah dilakukan dengan memisahkan buah yang memiliki kualitas buah yang baik dengan kualitas yang jelek pada keranjang plastik yang berbeda. Kualitas buah yang baik adalah buah yang tidak cacat dan tidak terkena serangan hama dan penyakit kemudian buah dengan kualitas yang baik dibawa ke Departemen Penjualan untuk ditimbang, sedangkan kualitas buah yang jelek dibawa ke industri pengolahan apel atau sebagai pakan hewan. Buah yang dibawa ke Departemen Penjualan selanjutnya dijual di pos penjualan di Departemen Penjualan tersebut. Penyimpanan dilakukan apabila buah belum laku terjual. Penyimpanan buah dilakukan di dalam kotak kontainer pendingin.
22 Pengendalian Hama dan Penyakit Kegiatan pengendalian hama dan penyakit TM terdiri dari dua macam, yaitu penyemprotan dan pengolesan. Penulis hanya melakukan kegiatan pengolesan batang karena kegiatan penyemprotan cukup membahayakan dan kegiatan ini sebaiknya dilakukan oleh orang yang sudah terbiasa melakukan penyemprotan. Penyakit yang menyerang TM diantaranya embun tepung, bercak daun, dan busuk buah, sedangkan hama yang banyak menyerang adalah kutu hijau, thrips, kutu sisik, lalat buah, cambuk merah, cambuk hitam, ulat grayak, dan ulat jengkal. Pengolesan pohon apel atau istilah yang digunakan di Kusuma Agrowisata adalah penyaputan, dilakukan pada batang pohon apel yang terkena penyakit kanker batang, jamur upas, dan jamur akar. Pengolesan dilakukan apabila penyakit kanker batang, jamur upas, dan jamur akar belum begitu parah sehingga dapat mencegah semakin menjalarnya penyakit tersebut ke batang lain bahkan dapat menular ke batang pohon lain. Pengolesan dilakukan dengan menggunakan kuas. Hama dan penyakit serta pestisida yang digunakan secara lengkap di Kusuma Agrowisata dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hama dan Penyakit serta Pestisida yang Digunakan di Kusuma Agrowisata Hama dan Penyakit Hama Kutu hijau Thrips Kutu sisik Lalat buah Cambuk merah Cambuk hitam Ulat grayak Ulat jengkal Penyakit Embun tepung Bercak daun
Pestisida
Bahan Aktif
Konsentrasi (…/200 l air)
Mospilan 30 EC Marshall 200 EC Mospilan 30 EC Marshall 200 EC Akotion 400 EC Mospilan 30 EC Samite 135 EC Buldok 25 EC Lannate 25 WP Marshall 200 EC Lannate 25 WP
Asetamiprid 30 g/l Karbosulfaktan 200.11 g/l Asetamiprid 30 g/l Karbosulfaktan 200.11 g/l Metidation 400 g/l Asetamiprid 30 g/l Piridaben 135 g/l Beta siflutrin 25 g/l Metomil 25% Karbosulfaktan 200.11 g/l Metomil 25%
150 ml 150 ml 150 ml 150 ml 200 ml 150 ml 250 ml 150 ml 150 g 150 ml 150 g
Antracol 70 WP Polycom 70 WG Antracol 70 WP Dithane M-45
Propineb 70% Metiram 70% Propineb 70% Mankozeb 80%
400 g 300 g 400 g 500 g
23 Tabel 5. Lanjutan. Hama dan Penyakit Bercak daun Busuk buah Kanker batang
Pestisida Rubigan 120 EC Antracol 70 WP Dithane M-45 Score 250 EC Nordox 56 WP Bucali
Bahan Aktif Fenarimol 120 g/l Propineb 70% Mankozeb 80% Difenokonazol 250 g/l Tembaga.oksida.56% Sulfur 15%
Konsentrasi (…/200 l air) 50 ml 400 g 500 g 50 ml 2 g* 3-6 ml*
Sumber: Data pengamatan di lapangan, 2009 * Dicampur dengan 1 l air
Pengolesan tanaman dilakukan penulis pada waktu pemangkasan pohon. Apabila kondisi tanaman yang terserang oleh penyakit kanker batang, jamur upas, dan jamur akar tersebut telah kronis maka bagian tanaman yang terserang tersebut harus dipotong dan dibuang jauh dari tanaman yang sehat kemudian bekas potongan pada batang harus diolesi oleh Nordox agar tidak menimbulkan penyakit akibat pelukaan pada batang. Batang tanaman apel (bagian yang dilingkari) telah diolesi Nordox dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Batang Apel Telah Diolesi Nordox Pengolahan Pasca Panen Pengolahan pasca panen di Kusuma Agrowisata dilakukan oleh Divisi Agroindustri. Produk yang dihasilkan oleh Divisi Agroindustri adalah produk olahan apel terdiri dari jenang apel, sari buah apel, cuka apel, dan cider apel. Proses pengolahan tersebut telah menggunakan tenaga mesin. Buah apel yang digunakan sebagai bahan baku adalah buah apel yang masuk dalam kategori buah
24 yang berukuran kecil. Buah apel berasal dari kebun sendiri milik Kusuma Agrowisata dan jika dari kebun sendiri jumlahnya belum mencukupi, maka Kusuma Agrowisata membelinya langsung dari petani. Buah apel yang digunakan tidak boleh mengalami memar yang sifatnya basah pada permukaan kulit apel dan memiliki diameter minimal 5 cm. Jenang apel Kusuma Agrowisata dibuat sejak tahun 1994. Jenang apel yang diproduksi terdiri dari dua jenis, yaitu jenang apel Manalagi dan Rome Beauty. Setiap kali produksi membutuhkan buah apel Manalagi segar sebanyak 1 ton dan menghasilkan sebanyak 500 kg bubur apel, kemudian diproses menjadi jenang apel sebanyak 300 kg. Proses memasak jenang apel di dalam tangki pengolah membutuhkan waktu selama 6 jam. Jenang apel didinginkan dulu selama semalam kemudian setelah dingin baru dicetak dan dibungkus dengan plastik. Jenang apel yang telah dibungkus plastik dimasukkan ke dalam kotak kemasan. Jenang apel memiliki masa kadaluarsa enam bulan setelah produksi. Produk jenang apel dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Jenang Apel Rome Beauty Kusuma Agrowisata adalah produsen pertama dalam pembuatan sari buah apel. Sari buah apel pertama kali dibuat pada tahun 1996. Sari Buah apel terdiri dari dua kemasan yaitu kemasan wadah dan kemasan botol 500 ml (Gambar 7). Kemasan wadah terdiri dari dua ukuran yaitu gelas 190 ml dan 220 ml. Sari buah tidak hanya apel tetapi juga sari buah jambu, nanas, jeruk, dan stroberi. Setiap 1 ton buah apel menghasilkan 400 l sari buah apel. Semakin panas suhu pada sari
25 buah apel akan semakin baik karena mikroba yang terkandung dalam sari buah akan mati akan tetapi disesuaikan dengan sifat kemasan agar pada saat pengisian tidak terjadi kerusakan pada kemasan.
a
b
Gambar 7. Produk Olahan Apel; (a) Sari Buah Apel dalam Wadah, (b) Sari Buah dalam Botol Kusuma Agrowisata menjadi pelopor dalam pembuatan cuka apel. Cuka dan cider apel terbuat dari 100 kg buah apel dan 100 kg gula yang selanjutnya diolah menjadi sari buah apel kemudian sari buah apel tersebut difermentasikan. Cuka apel difermentasikan selama tiga bulan, sedangkan cider apel lebih cepat yaitu selama satu bulan. Semakin lama proses fermentasi dilakukan maka kejernihan dan aromanya akan semakin bagus. Cuka dan cider apel memiliki masa kadaluarsa dua tahun tetapi sebenarnya cuka dan cider apel tidak perlu ditentukan masa kadaluarsanya karena semakin lama disimpan, aroma dan rasanya semakin baik. Cuka dan cider apel dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Cuka dan Cider Apel
26 Sistem Kerja Departemen BTT dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi staf administrasi dan pengawas kebun. Manajer BTT memiliki tugas yaitu melakukan perencanaan dan pelaksanaan dalam kegiatan operasional dan administrasi budidaya apel, membuat jadwal kerja selama satu tahun dalam budidaya apel, merencanakan jadwal lokasi petik, serta melakukan koordinasi dan membagi tugas kepada karyawannya disertai dengan bimbingan dan pengarahan. Setiap tahun manajer membuat laporan kinerja budidaya tanaman apel. Staf administrasi memiliki tugas membuat laporan gaji karyawan setiap minggu, menerima, memeriksa, dan mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran barang, dan membukukan barang-barang inventaris. Staf administrasi memiliki tugas menyiapkan bahan dan alat yang digunakan untuk bekerja. Pengawas kebun memiliki tugas memeriksa kelengkapan bahan dan alat yang akan digunakan, memberikan pengarahan dan pembagian tugas kepada karyawan harian lepas setiap pagi sebelum bekerja, serta mengawasi kerja karyawan harian lepas, dan mengamati kondisi kebun jika ada perlakuan seperti pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit.
Pemasaran Wisata Sistem Pemasaran Wisata Penawaran yang dilakukan oleh Departemen Pemasaran Wisata terdiri dari penawaran langsung dan penawaran tidak langsung. Penawaran langsung dilakukan dengan mendatangi lokasi, yaitu instansi pemerintah atau swasta, lembaga pendidikan mulai dari playgroup hingga perguruan tinggi, perbankan, dan biro perjalanan. Penawaran tidak langsung dilakukan dengan faksimile, direct mailing, website, dan promosi melalui media elektronik maupun media cetak. Media elektronik untuk sarana promosi diantaranya melalui televisi dan radio. Teknik Pemasaran Pengunjung dapat menanyakan jenis-jenis paket wisata melalui telepon atau pihak pemasaran wisata akan mengirimkan keterangan paket wisata yang
27 ditawarkan melalui faksimile. Jika pengunjung ingin memesan paket wisata, maka pemesanan dapat dilakukan melalui telepon dan faksimile setelah adanya kesepakatan paket yang dipesan, tanggal, dan jam kedatangan maka pihak pemasaran wisata akan membuat surat persetujuan yang kemudian akan dikirimkan melalui faksimile kepada pemesan. Paket Wisata dan Cara Pembayaran Paket yang ditawarkan oleh Departemen Pemasaran Wisata ini terdiri dari paket Agro Apel, paket Agro Stroberi, paket Eksklusif, dan paket Outbond. Harga paket Agro Apel dan Agro Stroberi dibedakan antara weekday dan weekend. Kedua paket ini lebih banyak ditawarkan untuk keluarga. Paket Eksklusif terdiri dari paket edukatif dan ekstrakurikuler Biologi. Sasaran dari paket edukatif ini adalah untuk lembaga pendidikan mulai dari SMP hingga perguruan tinggi, sedangkan untuk ekstrakurikuler Biologi adalah untuk playgroup dan SD. Paket edukatif menawarkan seminar dengan memilih salah satu tema, yang terdiri dari prospek agribisnis, budidaya hidroponik, budidaya apel, dan budidaya jeruk. Materi
seminar
ini
dipresentasikan
oleh
pihak
Kusuma
Agrowisata.
Ekstrakurikuler Biologi dibuat dalam bentuk presentasi budidaya hidroponik disertai dengan praktek di lapangan. Cara pembayaran dilakukan dengan transfer. Uang muka dapat dibayar terlebih dahulu. Pembayaran uang muka minimal lima hari sebelum kunjungan sebesar 50% dari total harga kesepakatan dan bukti transfer dikirimkan melalui faksimile. Apabila grup pemesan tidak datang dan tidak ada pemberitahuan satu hari sebelum hari kedatangan maka uang muka tidak dikembalikan. Kemampuan Pemasaran Wisata Menyediakan Produk Kemampuan menyediakan produk oleh Departemen Pemasaran Wisata tidak terlepas dari kerjasama dengan Departemen BTT. Departemen Pemasaran Wisata akan mendapat informasi setiap bulannya dari Departemen BTT mengenai rencana blok pemetikan dan kapasitas pengunjung yang dapat ditampung oleh blok pemetikan tersebut selanjutnya disampaikan kepada bagian pemandu wisata. Informasi rencana blok pemetikan tersebut harus selalu disampaikan dari
28 Departemen BTT kepada Departemen Pemasaran Wisata agar tidak terjadi kesalahan lokasi petik. Kendala yang Dihadapi Departemen Pemasaran Wisata Kendala yang dihadapi dalam pemasaran ini berasal dari faktor internal. Kendala berasal dari faktor internal diantaranya persediaan apel yang tidak banyak untuk dipetik dan kadang-kadang harus dialihkan ke pemetikan buah yang lain seperti petik jeruk, stroberi, dan jambu padahal pengunjung yang datang ke Kusuma Agrowisata lebih menginginkan petik apel selain itu adanya pelayanan yang tidak memuaskan.
Pemasaran Produk Segar Sistem Pemasaran Produk Segar Sistem pemasaran yang dilakukan oleh Departemen Penjualan adalah menyuplai produk sayur dan buah-buahan ke pasar swalayan, hotel, restoran, kafe, dan
pasar
buah.
Departemen
Penjualan
dalam
menyuplai
produknya
menggunakan sistem putus. Sistem putus adalah pemenuhan barang sesuai dengan permintaan konsumen kemudian barang langsung diseleksi di tempat dan produk yang tidak memenuhi syarat dikembalikan. Produk yang dikembalikan adalah barang cacat dan tidak memenuhi kualitas sebelumnya sistem yang digunakan adalah sistem konsinyasi yaitu pemenuhan barang sesuai dengan kemampuan penyuplai dan tidak perlu sesuai dengan permintaan kemudian apabila barang tersebut tidak laku untuk dijual maka akan dikembalikan. Sistem konsinyasi ini tidak cocok diterapkan pada penjualan produk pertanian karena kondisi barang yang dikembalikan sudah dalam keadaan tidak bagus lagi oleh karena itu pihak Kusuma Agrowisata menggantinya dengan sistem putus. Teknik Pemasaran Produk Segar Pemesanan barang oleh toko dilakukan baik melalui faksimile maupun telepon. Pemesanan paling lambat dua hari sebelum barang dikirim. Barangbarang yang dipesan akan dimasukkan ke dalam daftar permintaan barang oleh bagian administrasi. Pengiriman dilakukan dengan menggunakan mobil box. Proses selama pengiriman barang diawasi oleh seorang karyawan penjualan dan
29 karyawan penjualan tersebut membawa faktur penjualan untuk ditandatangani oleh pihak toko sebagai bukti barang telah diterima oleh toko. Barang yang dikirim untuk supermarket diterima oleh bagian loading dock kemudian barang diseleksi. Barang yang tidak memenuhi kualitas akan dikembalikan. Barang yang dikembalikan tersebut akan dijual di pos penjualan. Jenis Produk yang Dipasarkan Kusuma Agrowisata tidak hanya menyediakan produk yang dihasilkan sendiri tetapi juga menyediakan produk yang dibeli dari petani, tengkulak, dan pedagang pengepul. Produk yang dihasilkan dari Kusuma Agrowisata terdiri dari apel Manalagi, apel Rome Beauty, apel Anna Harga apel yang dibeli dari petani untuk semua jenis adalah Rp.2 500,00-3.000,00/kg, sedangkan untuk apel yang masuk dalam kategori buah berukuran kecil dihargai Rp.500,00-1.000,00/kg. Jika produk dari petani masih belum mencukupi maka Kusuma Agrowisata akan membeli produk dari tengkulak. Harga beli apel Manalagi dan Rome Beauty di tengkulak yaitu Rp.9 000,00-12 000,00/kg. Harga Jual dan Cara Pembayaran Apel yang dikirim ke pasar swalayan dipisahkan berdasarkan grade A, B, dan C. Harga jual dipisahkan berdasarkan grade apel. Syarat kualitas untuk apel adalah tidak ada cacat, warna cerah, tidak berlubang dan mempunyai tingkat kecerahan tertentu untuk masing-masing varietas apel. Apel Rome Beauty dan Anna memiliki warna merah, sedangkan apel Manalagi memiliki warna hijau atau belum menguning. Buah apel grade A, B, dan C selanjutnya dikemas dengan kemasan plastik khusus dan dikirim ke pasar swalayan. Daerah Malang sistem pembayaran dilakukan secara tunai, sedangkan untuk daerah Surabaya sistem pembayaran dilakukan secara kredit. Pembayaran secara kredit lunas setelah satu bulan. Pembayaran oleh pasar swalayan baru bisa dilakukan setelah adanya faktur yang telah ditandatangani oleh pihak pasar swalayan.
30 Kemampuan Perusahaan Menyediakan Produk Segar Kusuma Agrowisata lebih mengutamakan penjualan produk sendiri tetapi selain itu menjalin hubungan kemitraan dengan petani. Petani yang dibina tersebut diberi modal oleh Kusuma Agrowisata selanjutnya produk yang dihasilkan petani dibeli oleh Kusuma Agrowisata. Petani binaan Kusuma Agrowisata diantaranya petani sayuran organik yang ada di daerah Batu, petani apel Manalagi di daerah Pujon, petani apel Rome Beauty di daerah Nongkojajar. Produk yang dibeli dari petani menggunakan sistem tebas. Sistem tebas yaitu semua produk yang dihasilkan petani dibeli oleh Kusuma Agrowisata tanpa diseleksi produknya. Kendala yang Dihadapi Kendala yang dihadapi oleh Departemen Penjualan ini adalah banyaknya persaingan dari penyuplai lainnya sehingga harus memiliki upaya inovasi terus menerus terhadap produk yang ditawarkan, diantaranya memperhatikan nilai kemasan dan kegunaan dari produk tersebut kemudian mempertahankan kualitas dan keamanan produk.
Masalah Pengelolaan Budidaya Apel Masalah pengelolaan budidaya apel yang ditemukan selama kegiatan magang adalah pemangkasan ringan yang dilakukan belum optimal karena masih terdapat cabang yang memiliki daun yang rimbun sehingga buah tidak bisa menerima sinar matahari secara maksimal. Menurut Dennis (2003) varietas, beban tanaman, dan cahaya matahari memiliki peran yang penting dalam menentukan ukuran buah. Pengendalian hama dan penyakit belum optimal sehingga masih adanya hama dan penyakit seperti lalat buah, ulat jengkal, dan busuk buah yang mempengaruhi pertumbuhan buah sehingga buah yang dihasilkan kualitasnya menjadi rendah. Perompesan di Kusuma Agrowisata dilakukan tidak pada saat yang tepat yaitu kurang dari satu bulan setelah panen untuk mengejar kebutuhan panen. Perompesan seharusnya dilakukan satu bulan setelah panen. Menurut Kusumo (1974) perompesan daun harus dilakukan tepat waktu yaitu satu bulan setelah panen pada saat tunas telah padat agar menghasilkan banyak bunga.
31 Identifikasi Berdasarkan Ciri Morfologi Bagian Generatif Pemotongan dendrogram pada jarak 8.88, membentuk dua gerombol, yaitu: I. Gabungan apel Manalagi, Rome Beauty, dan Wanglin, II. Apel Anna (Gambar 9). Apel Manalagi, Rome Beauty, dan Wanglin memiliki kedekatan hubungan kekerabatan yang tinggi pada jarak euclidius 4.179 yang disatukan oleh kemiripan ciri ukuran buah besar, tekstur liat, warna dasar kulit buah hijau, daging buah keras, aroma dan rasa enak, warna daging buah putih, kulit buah tebal, dan warna bunga putih. Menurut Yunianti et al. (2007) kemiripan antar objek dapat diukur dengan menggunakan jarak euclidius. Semakin kecil jarak euclidius antar dua genotip pada cabai, semakin mirip genotip tersebut satu sama lain. Perbedaan antara apel Manalagi dengan Rome Beauty dan Wanglin adalah waktu rompes sampai bunga mekar dan waktu rompes sampai buah matang (Lampiran 11). Apel Manalagi memiliki waktu rompes sampai bunga mekar 29 hari. Menurut Soelarso (1997) apel Rome Beauty dan Wanglin memiliki waktu rompes sampai bunga mekar 37-41 hari. Menurut Romlawati (1999) apel Rome Beauty dan Wanglin memiliki waktu rompes sampai buah matang 150-165 hari, sedangkan apel Manalagi memiliki waktu rompes sampai buah matang 142.5 hari.
Manalagi
Rome Beauty
Wanglin
Anna
0.00
4.44
8.88
13.32
Jarak euclidius Gambar 9. Dendrogram Apel Manalagi, Rome Beauty, Wanglin, dan Anna Berdasarkan Ciri Morfologi Bagian Generatif
32 Identifikasi Berdasarkan Ciri Morfologi Bagian Vegetatif dan Generatif Pemotongan dendrogram pada jarak 9.18, membentuk dua gerombol, yaitu: I. Gabungan apel Manalagi, Rome Beauty, dan Wanglin, II. Apel Anna (Gambar 10). Apel Manalagi, Rome Beauty, dan Wanglin memiliki kedekatan hubungan kekerabatan yang tinggi pada jarak euclidius 5.887. Apel Manalagi dengan Rome Beauty disatukan oleh kemiripan bentuk tajuk pohon menyebar, ujung daun bentuk gigi taring, warna daun hijau tua, ukuran buah besar, bentuk buah pipih, tekstur liat, warna dasar kulit buah hijau, daging buah keras, aroma dan rasa enak, warna daging buah putih, kulit buah tebal, dan warna bunga putih. Apel Manalagi dengan Wanglin disatukan oleh kemiripan bentuk ujung daun gigi taring, bentuk pangkal daun membulat, permukaan daun halus, ukuran buah besar, tekstur liat, warna dasar kulit buah hijau, daging buah keras, aroma dan rasa enak, warna daging buah putih, kulit buah tebal, dan warna bunga putih. Apel Manalagi dengan Anna disatukan oleh kemiripan ciri permukaan daun halus dan ukuran buah besar (Lampiran 11).
Manalagi
Rome Beauty
Wanglin
Anna 0.00
4.59
9.18
13.76
Jarak euclidius Gambar 10. Dendrogram Apel Manalagi, Rome Beauty, Wanglin, dan Anna Berdasarkan Ciri Morfologi Bagian Vegetatif dan Generatif
33 Taksasi Buah Apel Persiapan menjelang panen yang dilakukan adalah kegiatan taksasi buah. Taksasi buah adalah kegiatan penghitungan jumlah buah dengan pengambilan pohon contoh menggunakan teknik sampling 3x3 (Lampiran 12). Taksasi buah dilakukan untuk mengetahui jumlah buah yang dapat dipetik oleh pengunjung wisata sehingga dapat diketahui kapasitas suatu blok untuk menampung sejumlah pengunjung wisata. Data hasil penghitungan taksasi buah apel pada tahun 2008 dan 2009 dapat dilihat pada Tabel 6. Total produksi dalam satu tahun panen apel pada blok C2 sebesar 11 054 buah per bloknya tetapi produksi panen pertama dengan panen kedua mengalami penurunan pada blok tersebut, hal tersebut disebabkan oleh faktor hujan pada saat berbunga. Pada tahun 2009, saat blok C2 berbunga tepatnya pada bulan Maret 2009 terjadi hujan akibatnya banyak bunga yang mengalami kerontokan sehingga produksi buah per pohonnya mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Menurut Yuniastuti et al. (1987) hujan yang jatuh menimpa bunga yang sedang mekar dapat menyebabkan penyerbukan tidak sempurna atau gagal dan dapat menyebabkan absisi bunga maupun buah sehingga banyak yang rontok. Tabel 6. Data Hasil Penghitungan Taksasi Buah Apel Tahun 2008 dan 2009 di Kusuma Agrowisata Tahun
Blok
Σ TM
Panen 1 (2008) Panen 2* (2009)
C1 C2 E5 C2
227 189 97 163
Σ Pohon Contoh 21 23 22 36
Σ Buah Contoh 1 373 1 133 703 431
Rata-Rata Σ Buah/Pohon 65 ± 44 49 ± 31 31 ± 29 11 ± 5
Total Buah/Blok 14 755 9 261 3 007 1 793
Sumber: *Data pengamatan di lapangan, 2009 Keterangan : TM: Tanaman Menghasilkan Angka merupakan rata-rata ± standar deviasi
Selain hujan faktor lainnya adalah serangan hama dan penyakit. Hama yang banyak menyerang adalah ulat jengkal yang menyerang buah ketika masih menjadi pentil. Jumlah pohon pada blok tersebut mengalami penurunan akibat serangan penyakit jamur upas, kanker batang, dan jamur akar. Hal ini juga
34 menjadi penyebab pengurangan produksi buah per bloknya. Jumlah buah per blok di blok C2 lebih sedikit jika dibandingkan dengan blok E5 padahal jumlah pohon blok C2 lebih banyak, selain oleh faktor hujan yang menyebabkan kegagalan fruit set, umur pohon blok C2 masih lebih muda dibandingkan pohon di blok E5 sehingga menyebabkan perbedaan produksi.
Rencana dan Realisasi Panen Apel Setiap blok sebelum dijadikan sebagai blok pemetikan dibuat perencanaan jumlah buah yang dapat dipetik dengan taksasi buah. Selanjutnya data jumlah buah yang telah dipetik pada suatu blok dijadikan sebagai data realisasi. Data rencana dan realisasi pemetikan oleh pengunjung wisata dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rencana dan Realisasi Pemetikan Buah Apel Tahun 2009 Bulan
Blok
Februari
C5 E4 G1 A2 E1
Mei
Rencana Pemetikan Σ Σ Buah Pengunjung (buah) (orang) 1 634 817 7 392 3 696 7 272 3 636 5 462 2 731 2 472 1 236
Realisasi Pemetikan Σ Σ Buah Pengunjung (buah) (orang) 1 418 709 7 410 3 705 1 622 811 4 698 2 349 960 480
Realisasi Σ Buah yang Dipetik (%) 86.78 100.24 22.30 86.01 38.83
Sumber: Data diolah dari laporan Departemen Budidaya Tanaman Tahunan, 2009 Keterangan: Jumlah pengunjung rencana pemetikan didapat dari jumlah buah dibagi dua
Berdasarkan Tabel 7, blok G1 mempunyai persentase realisasi jumlah buah yang dipetik hanya sebesar 22.30%, blok E1 sebesar 38.83%, dan blok C5 dan A2 masing-masing sebesar 86.78% dan 86.01%. Persentase pada blok G1, E1, C5, dan A2 masih dibawah 100%. Faktor disebabkan oleh kerusakan buah dan penurunan jumlah buah setelah dilakukan taksasi buah baik karena faktor hujan maupun hama dan penyakit. Faktor inilah bisa menjadi penyebab gagalnya panen sehingga jumlah yang ditaksir menjadi tidak tepat seperti diungkapkan oleh Kalie (2000) salah satu bentuk kerusakan atau kerugian langsung pada usahatani yang ditimbulkan oleh hama, penyakit, iklim, dan kesuburan lahan adalah gagalnya panen.
35 Blok E4 mempunyai realisasi pemetikan sebesar 100.24%, yaitu realisasi pemetikan buah apel lebih besar dari rencana pemetikan artinya pada blok tersebut tidak mengalami akibat buruk dari faktor hujan maupun hama dan penyakit.
Jumlah Produksi Apel Produksi panen buah apel terbagi menjadi dua, yaitu produksi panen untuk wisata dan produksi panen oleh para pekerja. Setiap bulannya produksi panen wisata lebih besar dibandingkan dengan produksi panen pekerja. Hal ini menandakan bahwa kebutuhan buah diutamakan untuk pengunjung wisata. Jumlah produksi panen terbesar terjadi pada bulan Januari (Tabel 8) karena pada saat setelah perompesan daun yaitu ketika mulai muncul bunga tepatnya pada bulan September hingga Oktober tahun 2008 tidak terjadi hujan sehingga produksi panen lebih tinggi dengan total blok panen sebanyak tujuh blok dan total luas blok adalah 1.37 ha. Tabel 8. Produksi Panen Wisata dan Pekerja Selama Bulan Januari, Februari, Maret, April, dan Mei Tahun 2009 untuk Apel Manalagi, Rome Beauty, Anna, dan Wanglin
Bulan
Σ Blok Panen
Total Luas Blok Panen (ha)
Januari Februari Maret April Mei
7 5 8 3 6
1.37 0.94 1.62 0.69 1.57
Panen Wisata (kg) 5 565 2 452 2 680 247 1 774
Produksi Panen Panen Wisata Pekerja (%) (kg) 1 896 74.59 1 239 66.43 844 76.05 99 71.39 63 96.57
Total Panen Panen Pekerja (kg) (%) 25.41 7 461 33.57 3 691 23.95 3 524 346 28.61 3.43 1 837
Sumber: Data kantor Departemen Budidaya Tanaman Tahunan, 2009
Produksi buah terbanyak adalah apel Manalagi karena jumlah pohon terbanyak yang dipanen adalah apel Manalagi sebesar 98.46%, Anna 0.90%, Rome Beauty 0.43%, dan Wanglin 0.20%. Rata-rata persentase panen oleh pengunjung wisata selama lima bulan sebesar 77% dan panen pekerja sebesar 23%. Buah diutamakan untuk panen pengunjung wisata namun buah sisa panen yang masih bagus akan dikirim ke bagian industri pengolahan buah apel untuk dijadikan sebagai bahan pembuatan
36 sari buah apel, jenang apel, cider, dan cuka apel, sedangkan buah apel yang kualitasnya jelek digunakan sebagai bahan pakan hewan. Kontinuitas panen apel belum dapat dijalankan dengan baik hal ini dibuktikan dengan adanya bulan yang tidak terlaksana kontinuitas panennya seperti tercantum pada Tabel 9, yaitu pada bulan April dengan jumlah hari petik 10 hari dengan total buah sebanyak 434 buah/hari untuk dua blok dengan jumlah TM 261 dan bulan Mei dengan jumlah hari petik 13 hari dengan total buah sebanyak 3.241.buah/hari untuk 4 blok dengan jumlah TM 630. Tabel 9. Produksi Petik oleh Pengunjung Wisata Apel Manalagi Per Hari pada Tiap Blok Selama Satu Kali Panen Tahun 2009 Produksi Buah (Buah)/Hari Bulan
Blok
Luas (ha)
Maret
B4 F1 G1 G2 F3 E5 Total A1 B2 Total A4 E1 F1 A2 Total
0.35 0.10 0.22 0.14 0.08 0.09 0.82 0.24 0.19 0.43 0.34 0.33 0.10 0.16 0.93
April Mei
Σ TM 273 110 252 174 62 97 674 135 126 261 177 112 110 231 630
Rata-Rata Σ Buah/Pohon
Rata-Rata Σ Buah/Luasan Blok
Rata-Rata Σ Buah/ha
2 ± 0.7 5 ± 3.8 3 ± 1.9 6 ± 2.5 66 ± 5.9 26 ± 14.9 108 2 ± 2.0 1± 0 3 6 ± 3.5 3 ± 1.0 10 ± 7.6 4 ± 3.0 23
512 ± 192 574 ± 406 735 ± 503 1 009 ± 401 4 084 ± 363 2 514 ± 1 456 9 428 329 ± 315 105 ± 48 434 952 ± 631 320 ± 122 1 029 ± 846 940 ± 703 3 241
1 463 ± 549 5 740 ± 4 063 3 339 ± 2 285 7 204 ± 2 862 51 050 ± 4 535 27 933 ± 16 177 96 729 1 370 ± 1 313 1 109 ± 507 2 479 2 800 ± 1 855 970 ± 370 10 293 ± 8 455 5 873 ± 4 394 19 936
Σ Hari Petik
Sumber: Data diolah dari Kantor Departemen Pemasaran Wisata, 2009 Keterangan: TM: Tanaman Menghasilkan Angka merupakan rata-rata ± standar deviasi
Kontinuitas yang tidak terlaksana karena adanya hama dan penyakit yang menyerang buah dan banyaknya kegagalan bunga menjadi buah yang dapat dipanen. Kontinuitas panen apel seharusnya berlangsung terus menerus untuk menjaga kepuasan konsumen, jika kontinuitas panen apel belum mencukupi maka pemetikan buah dialihkan ke petik jeruk, stroberi, dan jambu.
2 5 10 8 4 4 33 7 3 10 2 3 3 5 13
37 Kualitas Panen Apel Tiga blok apel Manalagi seperti yang tercantum pada Tabel 10 hanya didominasi oleh grade B dan C. Persentase grade B jauh lebih sedikit dibandingkan dengan grade C. Kualitas buah pada tiga blok apel Manalagi masih tergolong rendah. Menurut Teskey dan Shoemaker (1978) variasi ukuran buah banyak dipengaruhi oleh nutrisi yang diperoleh, penjarangan buah, dan iklim. Berdasarkan nisbah panjang per diameter pada Tabel 10 apel Manalagi mempunyai bentuk buah pipih karena mempunyai nilai kurang dari satu, sedangkan warna yang dimiliki adalah dominan hijau dengan semburat merah sebesar 1.5% dan 2%. Menurut Childers (1973) dan Teskey dan Shoemaker (1978) komposisi kimiawi, sinar matahari, dan genetik adalah faktor yang mempengaruhi perkembangan warna. Menurut Kays (1999) penampilan buah apel secara keseluruhan berupa ukuran, warna, dan bentuk dipengaruhi kondisi beberapa faktor pada saat pra panen, yaitu faktor biologi (hama dan penyakit), faktor fisiologi (ketidakseimbangan nutrisi), faktor lingkungan (iklim, cuaca, tanah, dan intensitas cahaya), dan genetik. Tabel 10. Persentase Grade B dan C pada Tiga Blok Panen Apel Manalagi Grade*
Bobot/ Σ Diameter Panjang Buah Buah/kg Buah Buah (kg) (cm) (cm) B 0.117 ± 0.008 8-12 6.3 ± 0.15 5.4 ± 0.26 C 0.074 ± 0.011 13-15 5.3 ± 0.30 4.4 ± 0.27 Sumber: Data pengamatan di lapangan, 2009 Keterangan: Angka merupakan rata-rata ± standar deviasi *Kusumo (1974)
Nisbah Panjang/ Diameter 0.857 ± 0.042 0.831 ± 0.021
Warna (%) 1.5 2.0
Σ Buah (%) 12.22 87.77
Waktu Panen Apel Tabel 11 menunjukkan bahwa dalam satu varietas yaitu apel Manalagi, total waktu rompes hingga matang buah berbeda-beda antara satu blok dengan blok lainnya. Blok F1, E1, dan C1 rata-rata waktu rompes sampai panen adalah 147 hari, 141 hari, dan 143 hari tetapi pada A2 mencapai 160.5 hari, sedangkan F3 hanya 121 hari. Menurut hasil penelitian Yuniarti et al. (1991) waktu panen apel Manalagi pada saat nisbah gula/asamnya telah mencapai 58 dan teksturnya sekitar 207 kg/cm² atau pada umur 114 hari sesudah bunga mekar atau sekitar 144 hari setelah perompesan daun. Menurut Ryugo (1988) dan Ferguson et al.
38 (1999) variasi jumlah hari tersebut dapat disebabkan vigor dan umur tanaman, stres air, dan panas lingkungan. Stres air dan suhu tinggi dapat mempercepat pematangan buah. Jumlah nitrogen dalam jumlah besar dapat menyebabkan kematangan buah lebih lambat. Selain itu faktor yang mempengaruhi perkembangan buah adalah posisi buah di pohon, kandungan mineral, dan karbohidrat. Tabel 11. Waktu Bunga dan Panen Sejak Perompesan Daun dan Waktu Bunga Sampai Panen pada Apel Manalagi Blok
Tanggal Rompes
F3 A2 F1 E1 C1
25-26 Nov 08 8-9 Des 08 11-12 Des 08 14-16 Des 08 21-22 Jan 09
Tanggal Berbunga
25 Des 08 7 Jan 09 10 Jan 09 13 Jan 09 20 Feb 09
Tanggal Panen
25-28 Mar 09 16-20 Mei 09 7-8 Mei 09 4-6 Mei 09 12-15 Jun 09
Total Waktu Rompes Sampai Berbunga (hari) 29.5 ± 0.7 29.5 ± 0.7 29.5 ± 0.7 29.0 ± 1.0 29.5 ± 0.7
Total Waktu Berbunga Sampai Panen (hari) 91.5 ± 1.2 131.0 ± 1.5 117.5 ± 0.7 111.0 ± 1.0 113.5 ± 1.2
Total Waktu Rompes Sampai Panen (hari) 121.0 ± 1.3 160.5 ± 1.5 147.0 ± 0.8 141.0 ± 1.2 143.0 ± 1.3
Sumber: Data pengamatan di lapangan, 2009 Keterangan: Angka merupakan rata-rata ± standar deviasi
Pembungaan dan Pembuahan Apel Blok C2 persentase bunga menjadi buah pada enam ranting contoh per pohon sebesar 4%, pada blok E2 sebesar 2%, dan F5 sebesar 16% (Tabel 12). Persentase pada ketiga blok tersebut cukup kecil tetapi menurut Ashari (1995) persentase bunga yang menjadi buah sebanyak 5% sudah cukup baik untuk tanaman apel. Kerontokan bunga dan buah bisa disebabkan oleh kerontokan bunga dan buah secara alami dan oleh hama dan penyakit (Kalie, 2000). Persentase bunga menjadi buah pada blok C2, E2, dan F5 banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu curah hujan, angin, suhu, dan panjang hari. Terjadinya hujan dan banyaknya angin pada saat bunga mekar menjadi faktor penting terjadinya kerontokan bunga yang cukup besar. Pengamatan bunga yang mekar dilakukan pada bulan Maret. Berdasarkan data curah hujan pada bulan Maret 2009, dalam satu bulan curah hujan yang terjadi sebanyak 191 mm. Berdasarkan hasil penelitian Handayani dan Winarno (1985) hujan yang turun
39 pada saat bunga mekar penuh akan mengurangi jumlah bunga yang menjadi calon buah. Hujan yang turun juga dapat mengganggu proses penyerbukan. Proses penyerbukan yang terganggu dapat mengakibatkan gagalnya pembuahan. Kelembaban juga mempengaruhi penyerbukan. Kelembaban pada bulan Maret 2009 yaitu 46-96%. Menurut Ashari (1995) apabila saat pembungaan banyak turun hujan, maka proses penyerbukan akan terganggu. Tepung sari menjadi busuk dan tidak mempunyai viabilitas lagi. Kepala putik dapat busuk karena kelembaban yang tinggi. Selain itu, aktivitas serangga penyerbuk juga berkurang pada saat kelembaban tinggi. Apabila terjadi kerusakan pada tepung sari dan kepala putik berarti penyerbukan telah gagal. Tabel 12. Persentase Bunga Menjadi Buah Per Pohon pada Apel Manalagi
Blok
Σ Pohon Contoh
Σ Cabang Contoh/ Pohon
Σ Ranting Contoh/ Pohon
C2 E2 F5
10 10 10
3 3 3
6 6 6
Rata-Rata Σ Bunga
87 ± 24 108 ± 32 111 ± 29
Rata-Rata Σ Pentil Buah
Rata-Rata Σ Buah Matang
4±3 3±2 26 ± 19
3±2 2±1 18 ± 14
Rata-Rata Bunga Jadi Buah Matang (%) 4±4 2±1 16 ± 11
Sumber: Data Pengamatan di Lapangan, 2009 Keterangan: Angka merupakan rata-rata ± standar deviasi
Panjang hari dapat mempengaruhi pembungaan pada apel. Tanaman apel merupakan tanaman hari panjang (long day plant) dimana pada daerah subtropis pada saat musim panas, tanaman apel bisa menerima sinar matahari lebih banyak jika dibandingkan ditanam di daerah tropis. Penyinaran yang dibutuhkan tanaman apel untuk berbunga yaitu lebih dari 50% tiap harinya, sedangkan pada bulan Maret 2009 penyinaran matahari 35-68%. Menurut Tromp (1984) pembentukan kuncup bunga pada apel lebih berhasil dilakukan pada 14 jam penyinaran dibandingkan dengan 8 jam. Kusuma Agrowisata menanam lebih dari satu varietas apel dalam satu blok yang terdiri dari Manalagi, Rome Beauty, Anna, dan Wanglin. Hal ini dapat mempengaruhi produksi buah apel. Menurut Childers (1973) beberapa varietas apel bersifat self incompatible sehingga lebih banyak menyerbuk silang agar dapat dapat membentuk buah (fruit set) dan agar dapat menyerbuk silang, dalam satu
40 blok ditanam lebih dari satu varietas dan menurut Broothaerts et al. (2004) gejala self incompatible dapat terjadi apabila polen dan putik memiliki S-locus yang sama. Keberhasilan pembungaan belum tentu dapat meningkatkan produktivitas tanaman, sebab gugur buah senantiasa terjadi mulai dari tahap awal pertumbuhan yaitu saat pentil buah hingga buah mencapai tingkat matang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 12 yaitu jumlah pentil buah pada blok C2, E2, dan F5 mengalami kerontokan. Bunga dan pentil apel Manalagi dapat dilihat pada Gambar 11. Menurut Handayani (1986) secara umum dianggap bahwa buah yang gugur disebabkan oleh angin atau air hujan, tetapi sebenarnya bila kondisi fisiologi dalam keadaan normal gangguan fisik tidak akan berakibat terlalu parah.
a
b Gambar 11. Bagian Generatif Apel Manalagi; (a) Bunga Apel Manalagi, (b) Pentil Apel Manalagi Diameter buah apel Manalagi pada blok C2, E2, dan F5 terus meningkat
dari 7-11 MSA (Gambar 12). Besar diameter buah apel blok C2 pada awal pengamatan adalah 3.49 cm, blok E2 sebesar 3.53 cm, dan blok F5 sebesar 3.14 cm. Pertumbuhan diameter buah apel blok F5 lebih kecil dibandingkan dengan blok C2 dan E2. Menurut Dennis (2003) pertumbuhan buah dipengaruhi oleh suplai air dan nutrisi dan berbagai faktor yang mempengaruhi fotosintesis seperti suhu rendah, cuaca mendung, dan serangan hama pada daun.
41
6
Diameter Buah (cm)
5 4 3 Blok C2 Blok E2 Blok F5
2 1 0 7
8
9
10
11
Minggu Setelah Antesis (MSA)
Gambar 12. Pertambahan Diameter Buah Apel Manalagi di Blok C2, E2, dan F5 Analisis Kelayakan Usahatani Apel Kusuma Agrowisata adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pariwisata dalam bidang pertanian atau yang lebih dikenal sebagai agrowisata. Usahatani budidaya apel dalam bentuk agrowisata memiliki prospek yang cukup baik. Menurut Soekartawi (2006) ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai
ilmu
yang
mempelajari
bagaimana
seseorang
mengalokasikan
sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) dengan sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Menurut Diawati et al. (2004) analisis usahatani menggunakan komponenkomponen sebagai berikut: 1. Biaya usahatani terdiri dari sewa lahan, biaya investasi, biaya produksi, dan biaya tenaga kerja. Sewa lahan diperhitungkan setiap tahun. Biaya investasi terdiri dari biaya alat-alat pertanian serta bangunan, biaya produksi terdiri dari biaya bahan dasar yang mendukung kelangsungan proses produksi, biaya tenaga kerja terdiri dari biaya manajer kebun, tenaga kerja administrasi, pengawas, harian, dan keamanan. 2. Biaya bibit diperhitungkan tiap tahun karena untuk mengganti bibit atau pohon yang mati.
42 3. Lahan yang digunakan seluas 7 ha dengan jumlah pohon sebanyak 8 000 pohon. 4. Modal yang digunakan berasal dari dana pribadi sehingga tidak ada tingkat suku bunga yang harus dibayarkan. 5. Penerimaan berasal dari modal pribadi dan tiket masuk wisata dengan harga tiket Rp. 28 000,00 per orang dengan petik buah sebanyak dua buah apel. 6. Discount factor (DF) sebesar 17%. 7. Harga yang digunakan dalam analasis kelayakan usahatani berdasarkan hargaharga pada tahun 2009. Rincian biaya produksi analisis kelayakan usahatani apel pada lahan 7 ha dapat dilihat pada Lampiran 13. Kelayakan finansial diuji dengan menggunakan alat ukur dan kriteria yang meliputi NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), net B/C, dan payback period. Net Present Value adalah kriteria kelayakan usaha yang dapat diartikan nilai bersih sekarang, yang merupakan selisih penerimaan dengan biaya. Internal Rate of Return adalah untuk mengetahui seberapa besar dana dalam suatu usaha direncanakan yang memungkinkan usaha itu dapat menutup balik modal dan bunga yang dikeluarkan. Net B/C adalah alat ukur tingkat kelayakan usaha dengan membandingkan keuntungan dan biaya dan payback period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk kembali modal, semakin cepat modal kembali semakin baik. Suatu proyek dinyatakan layak jika nilai NPV lebih besar atau sama dengan nol (NPV ≥ 0). Jika NPV sama dengan nol (NPV = 0), berarti usaha tersebut dapat mengembalikan manfaat yang sama besarnya dengan besarnya modal yang dikeluarkan. Jika NPV lebih kecil dari nol (NPV < 0), berarti usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Kriteria layak atau tidak layak bagi usahatani apabila IRR lebih besar dari discount factor (DF) yang berlaku saat usahatani itu diusahakan. Suatu usahatani dapat dikatakan layak untuk diusahakan apabila nilai net B/C lebih besar atau sama dengan satu (Diawati et al., 2004). Berdasarkan analisis kelayakan usahatani yang dibuat penulis, didapat NPV sebesar 3 262 368 612.02 (NPV>0), IRR sebesar 39% (IRR>DF), net B/C sebesar 3.62 (B/C>1), dan payback period pada tahun ke-5 maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan pada luasan lahan 7 ha (Lampiran 14).