IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karst Gunungkidul Sebagai Obyek Geowisata
Kabupaten Gunung Kidul
secara fisiografi termasuk dalam Pegunungan
Selatan (van Bemmelen, 1970). Pegunungan Selatan dibagi menjadi tiga sub zona yaitu : bagian Utara disebut sebagai Komplek Baturagung, bagian Tengah disebut sebagai Depresi Wonosari dan bagian Selatan disebut sebagai Pegunungan Seribu. Daerah penelitian termasuk dalam daerah Sub Zona Pegunungan Selatan dan sebagian kecil Sub Zona Depresi Wonosari. Depresi ini terbentuk bersamaan dengan pengangkatan Pegunungan Selatan. Pada pertengahan Pleistosen, zona ini secara relatif turun kebawah karena material penyusunnya relatif plastis. Bila diurut berturut-turut dari arah utara kearah selatan yaitu Wonosari hingga Baron memiliki kondisi yang beragam dari Plateau berangsur menjadi perbukitan karst dan bagian yang paling selatan berupa perbukitan dan pantai karst. Berdasarkan morfometri dan morfogenetiknya mengacu kepada Esteban (1996), daerah penelitian dapat dibagi menjadi satuan-satuan geomorfologi yang dikontrol oleh struktur geologi, erosi-denudasi dan litologi menjadi : Satuan Geomorfologi Dataran Karst, Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst dengan Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst dan Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst dan Satuan Geomorfologi Teras Pantai. Dalam rangka melindungi fenomena karst yang sangat langka agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan serta terlindungi dari degradasi lingkungan dan
konflik pemanfaatan yang disebabkan oleh aktivitas manusia, maka kawasan karst ini perlu dibuat batas yang tegas yang memisahkan suatu zona dengan zona lain berdasarkan pertimbangan potensinya. Pembagian kawasan karst dapat dilakukan dengan menerapkan sistem zonasi menjadi zona inti, zona pemanfaatan intensif dan zona penyangga. Dengan sistem ini diharapkan dapat mengakomodir semua kepentingan, baik untuk pelestarian alam karst maupun eksploitasi karst yang kaya dengan material bahan baku industri.
4.2. Pembagian Satuan Geomorfologi Daerah Penelitian Kawasan Karst Gunungkidul 4.2.1. Satuan Geomorfologi Dataran Karst (SGD)
Ciri utama satuan geomorfologi yang mewakili dataran karst ini dari peta topografi ditunjukkan oleh garis kontur yang renggang dan jarang serta masih berkembangnya aliran sungai permukaan yang melintasi Plateau Wonosari. Selain itu satuan geomorfologi ini berada di bagian paling Utara dari daerah penelitian yang memiliki penyebaran memanjang dari Barat ke Timur dengan batas Desa Mulo di bagian Selatan. Secara fisik satuan ini tidak dijumpai singkapan obyek geologi, karena hampir sebagian besar lahannya sudah berubah oleh aktivitas penduduk setempat baik sebagai tempat pemukiman, persawahan, tegalan, perkebunan dan perladangan. Perkembangan perubahan topografi yang masih sedikit terlihat dapat dijumpai di bagian selatan Kota Wonosari menuju perbukitan karst berupa batas yang berangsur secara tegas antara morfologi Plateau dengan perbukitan karst.
Plateau Wonosari secara litologis disusun oleh batugamping berlapis, sebagian kecil batugamping terumbu, batugamping pasiran, dan napal. Plateau ini sebenarnya merupakan bagian dari sayap terumbu yang dibatasi oleh sesar yang memisahkannya dengan blok bagian tengah dari Gunung Sewu dan merupakan peralihan dari morfologi bukan karst menjadi daerah karst. Topografi yang relatif datar dengan kemiringan lereng kurang dari 5% dan elevasi berkisar 120 m-210 m diatas permukaan laut merupakan kenampakan Plateau Wonosari secara keseluruhan. Beberapa aliran sungai permukaan yang dijumpai berfbngsi sebagai pengontrol topografi karst dan pendistribusian air kedaerah yang lebih rendah sehingga menandakan proses karstifikasi tidak berjalan sempuma di daerah ini. Aliran sungai dari Wonosari tersebut sebagian besar mengalir ke arah selatan dan menghilang di daerah perbukitan karst dan muncul kembali sebagai mata air di sekitar Pantai Selatan Gunungkidul. Berdasarkan hidrogeologinya Plateau Wonosari merupakan dataran aluvial karst yang sangat berbeda dengan daerah dibagian selatannya, karena Wonosari memiliki akuifer air tanah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air Wonosari dan sekitarnya. Kondisi tanah yang relatif agak subur dan ditopang oleh keberadaan air tanah yang cukup, tidak mengherankan jika Wonosari menjadi pusat pemerintahan, pusat kegiatan ekonomi dan jasa, pusat pendidikan, pusat lingkungan dan kawasan konservasi pedesaan. Daerah Wonosari dalam penelitian ini dipilih sebagai lokasi pendukung sarana prasarana pengembangan geowisata jalur Wonosari-Semanu-Baron yang memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang bagi masuknya wisatawan yang berasal dari
yogyakarta. Ketersediaan berbagai fasilitas sarana-prasarana dan aksesibilitas yang ada di Kota Wonosari sangat menguntungkan daerah tersebut dimanfaatkan sebagai startingpoint jalur Geowisata yang akan dibuat.
4.2.2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst (SGPK)
Penarikan batas satuan ini pada kenampakan peta topografi di dasarkan pada keberadaan garis kontur yang berangsur-angsur rapat, nilai garis kontur yang terus bertambah naik, bentuk garis kontur yang menunjukkan morfologi yang berbukitbukit, hilangnya aliran sungai permukaan serta belum dijumpainya bukit-bukit kerucut karst yang jelas. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst terletak pada bagian tengah dari daerah penelitian tepatnya berbatasan dengan Satuan Geomorfologi Dataran Karst di bagian selatan, tepatnya di Desa Mulo dan terus menyebar meluas kearah barat. Satuan ini disusun oleh batugamping terumbu dengan tekstur masif, tebal dan merupakan inti dari batugamping terumbu. Berdasarkan kenampakan topografinya daerah ini berada pada lokasi yang paling tinggi dengan rata-rata ketinggian 100 m-400 m diatas permukaan air laut. Topografi khas yang dijumpai berupa perbukitan bergelombang dengan sedikit kerucut
karst
dan
perbukitan
terisolir.
Satuan
ini
merupakan
daerah
tegalaqperladangan dengan sedikit pemukiman dan pertanian. Perkembangan karstifikasi di daerah ini terlihat cukup jelas dengan tidak berkembangnya aliran sungai bawah tanah dan munculnya perbukitan karst dan lembah karst yang dilengkapi dengan dolina. Secara lebih detail perkembangan satuan geomorfologi ini
sebenarnya dapat dibagi lagi menjadi lebih spesifik ke dalam Sub Satuan Perbukitan Kerucut Karst.
4.2.3. Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst (SSGI
Perbedaan yang menyolok pada satuan ini berupa garis kontur yang bulatbulat terpisah, morfologi yang berbentuk bukit-bukit kerucut serta adanya dolina dan uvala diantara perbukitan yang merupakan ciri khas Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst. Sub satuan ini memiliki penyebaran lateral disisi timur daerah penelitian memanjang arah Utara-Selatan. Selain itu kerapatan perbukitan kerucut yang muncul sebagai perbukitan terisolir dengan kenampakan lereng yang curam merupakan ciri lain sub satuan ini. Perkembangan morfologi dolina yang berupa uvala dan polye dengan kondisi sebagian terisi oleh air hujan dan sebagian lagi kering sepanjang tahun. Litologi penyusun satuan ini terdiri dari batugamping terumbu masif yang semakin menebal ke arah selatan dan banyak dikontrol oleh struktur geologi dan struktur erosi-pelapukan yang terlihat di permukaan sebagai rekahan dan rongga. Sub satuan ini pemanfaatanya terbatas pada pertanian di areal dolina kering dengan dasar yang relatif masih basah dan dolina yang terisi oleh air yang dimanfaatkan untuk pengairan. Namun secara umum sebagian besar daerah ini tidak bisa dimanfaatkan untuk pertanian karena soil perbukitan yang tipis serta kelerengannya yang curam.
4.2.4. Satuan Geomorfologi Teras Pantai (SGTP) Kenampakan khas yang terlihat dari peta topografi yang ada berupa bukitbukit kerucut terisolir yang berkembang baik pada morfologi dataran pantai. Satuan geomorfologi ini ini terletak di bagian paling Selatan dari daerah penelitian dan memiliki penyebaran yang relatif sempit, meliputi sepanjang Pantai Selatan dengan arah Barat-Timur dari Pantai Baron-Pantai kukup-Pantai Sundak-Pantai KrakalPantai Drini dan Pantai Slili. Dearah penelitian yang ada di satuan ini memiliki topografi datar hingga bergelombang dengan sudut lereng 0"-2"serta
beda tinggi
1 m-20 m.
Berdasarkan kenampakan khas bentukan bentang alamnya, satuan ini memiliki keunikan yang paling lengkap dari proses karstifikasinya. Bentang alam yang terdapat pada satuan ini di gunakan sebagai batas Satuan Geomorfologi Teras Pantai yang terdiri dari dataran aluvial karst yang merupakan tanah terrarosa, aliran sungai bawah tanah, pantai karst dan perbukitan karst terisolir yang berkembang baik pada topografi yang datar dengan karstifikasinya yang juga dipengaruhi oleh abrasi pantai. Litologi penyusun daerah ini meliputi batugamping terumbu, batugamping berlapis dan aluvial. Sub zona ini merupakan daerah yang relatif subur dan banyak mengandung mata air, sehingga konsentrasi peduduk mendominasi daerah ini.
4.3. Stadia Geomorfologi Daerah Penelitian
Mengacu kepada klasifikasi umum daerah karst menurut Esteban (1996), bahwa ciri perkembangan dari proses karstifikasi tercermin jelas dalam morfologi yang terbentuk. Pada karstifikasi stadia muda ditandai dengan munculnya rongga-
rongga dan lapies di permukaan, sedangkan stadiun dewasa dicirikan oleh bergabungnya rongga-rongga tersebut menyatu membentuk lorong dan terowongan serta dimulainya terjadi runtuhan atap gua. Pada stadiun yang paling lanjut yaitu stadium tua ditunjukkan oleh tertutupnya lorong-lorong atap gua oleh reruntuhan dan kian tipisnya batuan yang terkarstifikasi. Kesimpulan yang bisa di tarik dari analisis yang dilakukan terhadap obyek geowisata di daerah penelitian adalah banyaknya jaringan pembuluh, rongga, lapies, saluran dan sungai bawah tanah menunjukkan proses endokarstifikasi sedang berlangsung seperti yang ditunjukkan pada Stadium Muda proses karstifikasi pada Satuan Geomorfologi Dataran Karst. Proses eksokarstifikasi berada pada tahap pembentukan perbukitan dan depresi seperti dolina, uvala, polye dan pembentukan gua bawah tanah menunjukkan stadiun dewasa seperti yang terdapat pada Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst dengan Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst. Stadium tua hanya dapat dijumpai pada Satuan Geomorfologi Teras Pantai dengan penciri utama adanya degraded cockpit (Gambar 4).
4.4. Pembagian Zona Karst Daerah Penelitian di Kawasan Karst Gunungkidul Berdasarkan Penataan dan Pemanfaatanya
Dalam rangka pemanfaatan dan pengelolaan Kawasan Karst, maka Kawasan Karst Gunungkidul perlu ditata dengan membaginya dalam tiga zona yaitu : zona inti, zona penyangga dan zona pemanfaatan intensif Kegunaan pembagian ini adalah untuk melihat secara menyeluruh kawasan tersebut sesuai dengan peruntukkannya sehingga dalam pemanfaatannya dapat secara berkelanjutan Secara aman dan lestari
dalam jangka panjang serta tidak menimbulkan konflik dan merusak sumberdaya alam itu sendiri. Penetapan kriteria zonasi ini selain mengacu kepada Keputusan Menteri Pertarnbangan dan Energi No. 1518/K/20/MPE/1999 juga di dasarkan pada kriteria yang ada di lapangan seperti : a) Pada Zona Inti Selain kawasan karst mempunyai karakteristik dan sumberdaya alam yang paling unik,
spesifik
dan
langka
serta
rawan
terhadap
kerusakan,
juga
mempertimbangkan fbngsi kawasan karst sebagai penyimpan air bawah tanah secara permanen. Zona ini dapat mewakili keanekaragaman bentang alam karst, keanekaragaman proses, keanekaragaman struktur dan keanekaragaman litologi yang ada di kawasan karst Gunungkidul sehingga bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan geologi, arkeologi, speleologi dan lain-lain. b) Pada Zona Pemanfaatan intensif Penetapan zona ini di dasarkan pada bentukan bentang alam karst yang sebagian besar sudah rusak dan tidak berkembang baik akibat aktivitas manusia maupun proses alam, namun sisa bentang alam yang terbentuk masih mengandung nilainilai pengetahuan. c) Pada Daerah Penyangga Penetapan daerah ini merupakan alternatif untuk mengurangi tekanan penduduk terhadap zona inti. Kegiatan yang boleh dilakukan pada kawasan ini adalah kegiatan yang mendukung konservasi, tidak menyebabkan turunya kualitas lingkungan sepanjang penegakan hukum dan pengawasan yang ketat. Hal ini
terlihat dari kenampakan bentang alam yang sebagian sudah dimanfaatkan sebagai obyek wisata seperti obyek wisata pantai.
4.4.1. Zona Inti Karst Daerah Penelitian di Kawasan Gunungkidul (ZI)
Zona inti daerah penelitian ditetapkan dengan mengacu kepada Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1518/K/20/MPE/1999 dan pengamatan langsung dilapangan, agar dapat memperoleh data yang lebih detail sehingga dapat menghindari kesalahan dalam penarikan batas zonasi. Berdasarkan pengamatan di lapangan, yang termasuk dalam zona inti ini adalah Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst dengan sub satuannya yaitu Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst. Penetapan kedua zona tersebut sebagai zona inti karena pada kedua zona tersebut, khususnya yang ada di daerah penelitian memiliki kondisi yang disyaratkan sebagai zona inti karst. Zona ini menempati 60% dari luas keseluruhan daerah penelitian dengan kenampakan bentang alam eksokarst yang sangat dominan. Perbukitan kerucut karst yang dijumpai pada daerah ini memiliki ketinggian yang bervariasi dari 50 m-600 m diatas permukaan air laut dan memiliki diameter dari beberapa meter hingga beberapa kilo meter. Kenampakan khas dari perkembangan eksokarst yang terlihat adalah conical hill, colapse dolina, solution dolina dan uvula. Pada lokasi tertentu di zona ini juga dijumpai colapse dolina yang menyingkap perkembangan sungai bawah tanah dan
lembah karst diantara
perbukitan. Kondisi permukaan dengan soil yang tipis dan topografi yang curam menjadikan zona ini pada saat musim hujan rawan terhadap bahaya longsor dan erosi. Pada Zona Inti ini segala kegiatan yang dilakukan manusia daharapkan tidak
menimbulkan kerusakan pada inti karst bahkan di harapkan dapat turut menjaga, melindungi dan melestarikannya. Dasar penetapan zona ini sebagai zona inti selain untuk melindungi kerusakan karst akibat aktifitas manusia seperti penambangan, pemukiman, pertanian dan perladangan juga untuk melindungi karst dari pencemaran. Topografi karst sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan sehingga pencemaran yang terjadi pada permukaan baik pada lapisan tanah maupun air pada akhirnya meresap kebawah permukaan dan kemudian menghentikan bahkan merusak proses karstifikasi yang sedang berjalan. Pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya dalam penetapan zona inti, karena zona ini menyimpan keunikan dan kelangkaan bentang alam eksokarst yaitu : 1. Satuan batugamping terumbu bertekstur masif dan sangat tebal yang mencapai > 600 m sebagai syarat utarna pembentukan topografi karst dapat hanya dapat
dijumpai di daerah ini. 2. Pada zona ini dijumpai keunikan proses alam mulai dari proses pembentukan
batugamping terumbu, proses batugamping tersebut muncul kepermukaan dan proses karstifikasi yang dikontrol oleh proses geologi dan iklim. 3. Morfologi eksokarst yang lengkap mulai dari keanekaragaman perbukitan dan
keanekaragaman cekungan atau dolina dengan berbagai perubahan dan proses yang menyertainya dapat mewakili fenomena eksokarst Gunungkidul. 4. Proses eksokarstifikasi yang telah berumur ribuan-jutaan tahun lamanya
merupakan suatu ha1 yang langka yang hanya dapat dijumpai di karst tropik Gunungkidul.
5. Pada zona inti ini perkembangan morfologi eksokarst dipermukaan di imbangi oleh perkembangan endokarstifikasi yang sangat lengkap di bawah permukaan. Keterkaitan antara eksokarst dan endokarst ini sangat erat sekali sehingga bila terjadi perubahan yang membawa kerusakan pada eksokarst maka secara langsung akan mempengaruhi endokarstifikasi yang masih terus berlangsung di bawah permukaan. 6. Pada zona ini berkembang endokarstifikasi yang sangat lengkap mulai dari
pergoaan dan jaringan aliran sungai bawah tanah. 7. Proses geologi yang membentuk perkembangan karst di zona ini terlihat jelas
tahapannya. 8. Potensi cadangan air tanah terbesar terdapat pada zona ini.
9. Pada zona ini juga dijumpai biota karst yaitu flora dan fauna yang sangat khas.
Penetapan zona ini juga mempertimbangkan persebaran penduduk yang terlihat pada distribusi dan pola persebarannya yang masih jarang dan terbatas pada lokasi tertentu, sehingga aktifitas yang di lakukan pada zona ini otomatis juga jarang. Distribusi penduduk di daerah ini tidak merata bahkan cenderung sporadis dan mempunyai pola mengikuti perkembangan jalan serta keberadaan sumber air. Penetapan zona inti sebagai zona yang harus dilindungi, tidak menutup kemungkinan untuk pemanfaatan lain yang lebih mengarah kepada usaha mengelola secara bijaksana dan hati-hati untuk kepentingan jangka panjang.
4.4.2 Daerah Penyangga Daerah Penelitian di Kawasan Gunungkidul (DP)
Daerah ini terdapat di sepanjang pantai daerah penelitian dan sebagian besar meliputi Satuan Geomorfologi Teras Pantai yang memiliki penyebaran memanjang dengan arah Barat-Timur berbatasan dengan zona inti di bagian Utaranya dan dengan laut di bagian Selatannya. Di daerah penelitian daerah penyangga memiliki ketinggian 0 m - 100 m dan kemiringan lereng kurang dari 15'. Daerah yang termasuk dalam daerah penyangga ini meliputi sepanjang pantai dari Pantai Slili, Pantai Sundak, Pantai Krakal, Pantai Kukup dan Pantai Baron. Penetapan zona ini dipergunakan sebagai alternatif untuk mengurangi tekanan yang terjadi pada zona inti, sehingga di harapkan segala aktifitas yang pada awalnya hendak dilakukan pada zona inti dapat dialihkan pada daerah penyangga tanpa mengakibatkan terjadinya degradasi pada daerah penyangga itu sendiri. Ciri utama yang dapat ditemukan pada daerah ini adalah perubahan bentang alam dari perbukitan karst menjadi dataran karst. Meskipun berfbngsi sebagai zona penyangga, zona ini juga memiliki bentukan bentang alam yang khas seperti
degraded cockpit, mata air, dataran aluvial karst, pantai dengan dasar batugamping terumbu, material pasir pantai dari rombakan batugamping terumbu dan kwarsa, perbukitan kerucut yang perkembangannya dipengaruhi oleh abrasi pantai. Penetapan daerah ini sebagai daerah penyangga di dasarkan pada pertimbangan : 1. Sebagian besar pantai sudah dikembangkan sebagai daerah wisata. 2. Aliran sungai bawah tanah dari perbukitan karst ke arah pantai yang muncul
sebagai mata air, banyak yang terbuang percuma kelaut sebelum dimanfaatkan.
3. Potensi air tanah yang bersumber dari mata air banyak tersebar di daerah ini
sehingga dapat dimanfaatkan oleh penduduk tanpa merusak sumbernya. 4. Aktivitas penduduk tidak mengakibatkan degradasi karst karena pemanfaatannya
terbatas pada bagian yang datar dan rendah sehingga tidak mempengaruhi hidrologi kawasan karst dan proses karstifikasi yang sebagian masih berlangsung. 5. Aspek bentang alam yang ada masih mengandung nilai ilmiah dan pendidikan.
4.4.3 Zona Pemanfaatan Intensif (ZPI)
Khususnya di daerah penelitian zona ini memiliki penyebaran mengikuti Satuan Geomorfologi Dataran Karst dengan
penyebaran yang paling luas.
Penyebaran tersebut memanjang secara lateral berbatasan dengan zona inti di bagian selatannya dengan arah Barat-Timur. Penarikan batas zonasi mengikuti satuan geomorfologi tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa di daerah penelitian karakteristik bentang alam yang ada tidak terlihat jelas, sebagian besar sudah rusak dan tidak tersusun oleh inti batugamping terumbu. Morfologi yang ada pada zona ini merupakan bagian dari Plateau Wonosari yang meliputi dataran dengan ciri perkembangan aliran sungai permukaan masih terlihat. Alasan lain penetapan zona ini sebagai zona pemanfaatan intensif adalah tidak dijumpainya keunikan dan kekhasan yang dapat mewakili karstifikasi kawasan karst, proses karstifikasi tidak begitu terlihat dengan jelas sehingga kenampakannya umum atau banyak dijumpai di daerah lain. Secara spesifik pada zona ini juga tidak mengandung biota dan ekosistem yang khas serta tidak berfungsi sebagai daerah penyangga kehidupan dan bukan daerah untuk pengawetan keanekaragaman hayati.
Aktivitas manusia sudah sangat intensif dalam mengelola lahan di zona ini sehingga lahan menjadi rusak. Aktivitas manusia yang merusak kawasan ini antara lain adalah kegiatan penambangan yang mengkibatkan kerusakan lahan dan berdampak pada penurunan indeks keanekaragaman hayati, erosi, sedimentasi, penurunan tingkat kesuburan tanah, perubahan bentang alam serta pencemaran udara dan parairan. Sebagai pusat perekonomian dan pusat pemerintahan daerah ini ditunjang dengan sarana dan prasarana fisik yang memadai sehingga perubahan lahan makin banyak terjadi. Dengan melihat berbagai kenyataan yang ada maka sepantasnya daerah ini Zona Pemnafaatan Intensif ditetapkan sebagai daerah pemanfaatan intensif (Garnbar 5).
4.5. Penentuan Jalur Geowisata Daerah Penelitian di Kawasan Eksokarst Gunungkidul 4.5.1. Interpretasi Berdasarkan Peta Topografi dan Peta geologi
Tahapan penentuan jalur geowisata dimulai dari interpretasi data sekunder yang berasal dari peta geologi dan peta rupa bumi kawasan karst Gunungkidul dengan skala
1 : 25.000. Hasil interpetasi dari peta rupa bumi diperoleh informasi
mengenai topografi karst, aksesibilitas, sarana prasarana serta penggunaan lahan secara umum di Kawasan Karst Gunungkidul. Topografi karst Gunungkidul menunjukkan bentuk yang khas dan unik berupa bentuk garis kontur yang bulat-bulat dengan jumlah mencapai ribuan sebagai gambaran dari perbukitan kerucut yang terisolir. Selain itu ditopografi tersebut juga tidak dijumpai aliran sungai' permukaan serta banyak muncul telaga atau cekungan
Gambar 4. Pembagian satuan geomorfologi dan lokasi stasiun geowisata
Keterangan A
Kontur
PETA SATUAN GEOMORFOLOGI DAERAH KARST GUNUNGKIDUL
U
Indeks Kontur 4
2
c/ /
Lokasi Stasiun & Nomor Pengamatan Batas Satuan Geomorfologi
0
IT
Jalur Geowisata
SGD
Satuan Geomorfologi Dataran
SGPK
Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst
SSGKK Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst SGTP Satuan Geomorfologi Teras Pantai
Oleh : Nur Hidayat P I0500011
80 lkm
64
Gambar 5. Pembagian Zonasi Pemanfaatan dan lokasi stasiun geowisata di Eksokarst Gunungkidul
Keterangan
//
PETA ZONASI PEMANFAATAN DAERAH KARST GUNUNGKIDUL
U
Kontur
€7-
lndeks Kontur
-Jalan raya Sta2
Lokasi Stasiun & Nomor Pengamatan
80 ikm
0
1 Batas Satuan Geomorfologi c/ Jalur Geowisata ZP1
Zona Pemanfaatan Intensif
Z1
Zona Inti
DP
Daerah Penyangga
Oleh : Nur Hidayat P I0500011
yang disebut sebagai dolina. Morfologi ini memiliki penyebaran dan perkembangan yang terlihat semalun jelas ke arah selatan daerah penelitian. Isi peta tersebut juga menginformasikan mengenai morfologi positif yang berupa perbukitan dan morfologi negatif yang berupa dolina, uvala serta alur sungai perrnukaan yang tiba-tiba menghilang. Hasil interpretasi peta topografi dan pengarnatan di lapangan menunjukkan bahwa berdasarkan perkembangan morfometri dan morfogenetiknya, daerah penelitian dapat dibagi menjadi satuan-satuan geomorfologi yang dikontrol oleh struktur, erosi-denudasi dan litologi menjadi, Satuan Geomorfologi Dataran Karst, Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst yang terbagi lagi menjadi Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst dan Sub Satuan Geomorfologi Teras Pantai. Berdasarkan interpretasi dari peta geologi memberikan Informasi lain yang tidak kalah pentingnya yaitu, gambaran mengenai pola struktur regional yang mengontrol daerah tersebut, jenis litologi yang berkembang dan genesa daerah tersebut. Data hasil interpretasi tersebut sangat membantu dalam melokalisir daerah penelitian sehingga penelitian yang dilakukan dapat lebih efektif dan menghemat
waktu.
Dalam
pengembangan
geowisata
dibutuhkan
dan
dimanfaatkan sarana prasarana yang tersedia dengan harapan meminimalkan pembangunan fisik yang bisa mengakibatkan kerusakan kawasan karst. Sarana u m sudah dicantumkan dalam peta rupa prasarana fisik dan aksesibilitas secara m
burni sehingga memudahkan dalam penentuan pilihan jalur geowisata. Daerah Wonosari dan sekitarnya secara geografis dan geologis menunjukkan keanekaragaman bentang dam, jenis litologi, pola struktur dan urutan stratigrafi yang jelas dan lengkap dalam perkembangan karst. Berdasarkan
gambaran dan informasi awal yang diperoleh dari kedua peta tersebut, maka ditetapkan bahwa daerah daerah penelitian diarahkan ke daerah gunungkidul tepatnya daerah sekitar Wonosari yang berkembang ke Selatan.
45.2. Interpretasi Zonasi Pemanfaatan
Berdasarkan interpretasi peta topografi dan peta geologi serta pengamatan di lapangan maka langkah selanjutnya dalam penentuan jalur geowisata adalah pembuatan peta zonasi. Dalam penentuan jalur geowisata pembuatan peta zonasi yang meliputi zona inti, zona penyangga dan zona pemanfaatan intensif ini mutlak dilakukan Manfaat zonasi dalam penentuan jalur geowisata adalah mengetahui karakteristik obyek yang ada pada setiap zona yang ada sehingga jalur yang dibuat melalui suatu zona dapat menunjukkan fenomena yang dapat mewakili zona tersebut dan rambu-rambu yang harus ditaati oleh wisatawan Dalam penelitian ini dilakukan penetapan jalur geowisata yang melalui semua zona dengan tujuan mengetetahui keanekaragaman perubahan bentang dam, litologi, struktur geologi dan karstifikasi disetiap zona Dengan menampilkan semua obyek geowisata dalam tiap zonasi diharapkan merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk dapat meiihat dan menikmati perbedaan obyek tiap zona
45.3. Keterwakilan Obyek Geowisata
Tahapan terakhir dalam penentuan jalur geowisata adalah penetapan obyek geologi yang dipilih untuk atraksi wisata yang akan dilalui jalur geowisata Obyek geowisata karst yang dipilih di daerah penelitian mempertimbangkan pada aspek keanekaragaman eksokarst baik berupa bentang dam, bsltuan, mineral rnaupun
proses karstifikasi yang menyertainya Penetapan ini meneruskan dari tahapan zonasi dengan memilih obyek yang unik dan langka dalam tiap zona untuk mewakili zona tersebut baik dari kenampakan fisik, proses rnaupun umurnya Beberapa obyek terpilih yang terdapat dalam tiap zona di berikan pembobotan nilai untuk mengetahui peringkat tertinggi, yang pada akhimya dijadikan sebagai prioritas kunjungan wisata Keanekaragaman bentang alarn eksokarst seperti perbukitan kerucut, dolina dan uvala dapat dijumpai di zona inti dalarn Satuan Geomorfologi Kerucut Karst, sedangkan keanekaragaman bentang dam dataran karst yang merupakan hasil dari degradasi karst dapat dijumpai di zona penyangga dalam Satuan Geomorfologi Teras Pantai. Keanekaragaman bentang alarn plateau yang merupakan sayap dari terumbu dapat dilihat di zona pemanfaatan intensif dalam Satuan Geomorfologi Dataran Karst. Selain berdasarkan kenampakan fisik penulis berusaha menampilan keanekaragaman proses yang menyertai karstifikasi sehingga dapat secara lengkap mewakili keseluruhan proses karstifikasi yang ada di Gunungkidul seperti, solution(pelarutan), close depresion(amblesan/mtuhan), casehardening(pengkerasan), degradation (pelapukan dan erosi), abration
(abrasi), j-acturing (pengkekaran), faulting (patahan), buckling (pelengkungan) dan denudation (erosi menuju pendataran).
Selain proses karstifikasi yang
bersifat lokal daerah penelitian juga mewakili proses tektonis Gunungkidul yang mengakibatkan batugamping Formasi Wonosari terangkat kepermukaan.
45.4.
Ketersediaan Sarana Prasarana dan Aksesibiliats Salah satu aspek pendukung berhasilnya kegiatan wisata adalah
ketersediaan sarana dan prasarana serta aksesibilitas. Aspek ini memegang
peranan yang sangat penting karena tanpa dukungannya suatu obyek yang sukar dijangkau dan tidak memungkinkan untuk dikunjungi oleh wisatawan keberadaanya tidak menarik untuk dikenal lebih jauh. Dalam aspek ketersediaan sarana dan prasarana meliputi sarana rnanajemen, sarana pengunjung dan sarana pengamanan kawasan sedangkan dalam aspek aksesibilitas meliputi jaringan jalan darat dan jaringan jalan laut. Tahapan ketersediaan sarana prasarana dan aksesibilitas sebenarnya merupakan tahapan lanjutan setelah terpilihnya suatu obyek geowisata. Ketersediaan dan kelengkapan sarana manajemen sangat diperlukan sebagai wadah untuk mengelola dan mengembangkan kawasan wisata tersebut. Sarana manajemen yang meliputi bangunan administrasi, sarana publikasi dan sarana promosi yang ada selama ini terutarna menjadi tanggung pemerintah daerah setempat dibantu oleh elemen masyarakat yang peduli terhadap lingkungan karst. Sarana publikasi dan sarana promosi merupakan ujung tombak untuk memberikan informasi kepada masyarakat luar, baik turis domestik maupun turis luar negeri mengenai keberadaan kawasan Karst Gunungkidul yang unik dan langka. Sarana informasi dan publikasi yang lengkap akan memudahkan calon pengunjung untuk merencanakan perjalanan wisatanya mulai dari pengalokasian waktu, biaya, tujuan wisata mana saja yang hendak dikunjungi dan lain sebagainya Selain itu, ketersediaan sarana pengunjung yang lengkap, tertata bersih dan rapi akan memudahkan dan membuat kerasan wisatawan untuk tinggal berlama-lama di tempat wisata tanpa kerepotan mempersiapkan segala sesuatunya dari rumah.
Sarana pendukung lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah aksesibilitas menuju lokasi wisata. Aksesibilitas yang tersedia menyangkut alat transportasi dan kualitas serta kuantitas jalan. Aksesibilitas ini terkait erat dengan jarak dan waktu tempuh yang dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan pengunjung selama diperjalanan Sarana pengamanan kawasan menjadi kunci terakhir untuk menetapkan pilihan kunjungan terhadap suatu lokasi wisata Sarana pengamanan kawasan hams marnpu membangkitkan rasa aman dan meredam rasa kekhawatiran, ketakutan dan kengerian untuk berkunjung di lokasi wisata. Setelah semua tahapan ini dilalui maka pada akhirnya penetapan jalur geowisata ini tentunya dipilih berdasarkan keberadaan fasilitas sarana manajemen, sarana pengunjung dan sarana pengamana kawasan yang memiliki nilai kuantitas dan kualitas tertinggi. Pada lokasi penelitian kelengkapan dari variabel sarana prasarana dan aksesibilitas tidak tersedia pada setiap stasiun pengamatan, tetapi terpusat secara lengkap di Wonosari dan sebagian lagi berada di lokasi Pantai Krakal dan Pantai Baron. Meskipun tidak dilengkapi dengan fasilitas sarana-prasarana yang lengkap, stasiun-stasiun obyek geowisata yang lain cukup mernadai untuk dikunjungi dengan pertimbangan merupakan jalan propinsi dengan kualitas dan kuantitas jalan bagus, masih berada pada jalur wisata Wonosari-Baron serta aksesibilitas yang relatif mudah. Berdasarkan pertimbangan semua aspek yang ada pada obyek geowisata dan pendukung wisata yang ada di lokasi penelitian maka diputuskan penarikan jalur geowisata dimulai dari Wonosari sebagai starting point, menuju kearah Selatan melewati pertigaan Desa Mulo berbelok ke Timur melewati Desa
Tepus, di teruskan ke arah Selatan. Penyusuran jalan ke Selatan akan berakhir melewati pertigaan Pantai Selatan dengan mengambil jalur ke Barat, mulai dari Pantai Slili, Pantai Sundak, Pantai krakal, Pantai Kukup, Pantai Baron dan terus bergerak kembali ke Utara melewati Desa Mulo untuk menuju ke Wonosari lagi (Gambar 6).
4.6. Uraian Stasiun Obyek Geowisata Jalur Wonosari-Tepus-BaronWonosari 4.6.1. Stasiun Geowisata 1
4.6.1. l . Aksesibilitas Stasiun geowisata 1 terletak di Kota Wonosari yang merupakan pusat Kota Kabupaten Gunungkidul, yang berfungsi
sebagai pusat
pemerintahan,
perdagangan dan jasa. Wonosari terpetakan secara detail dalam Data Pokok Kabupaten Gunungkidul yang berisikan berbagai macam peta dan informasi lain mengenai kondisi Gunungkidul. Ketersediaan peta Administratif yang memuat batas kabupaten, kecamatan dan kelurahan termasuk jaringan jalan, mulai dari jalan propinsi, jalan kabupaten, jalan desa dan jalan setapak sangat bermanfaat dalam rencana pengembangan Gunungkidul sebagai kawasan geowisata. Stasiun geowisata 1 mempunyai posisi yang sangat strategis karena aksesibilitas yang mudah dan arus transportasi yang tersedia dari pagi hingga malam hari, baik untuk angkutan dalam kota maupun antar kabupaten. Jenis angkutan umum yang tersedia untuk menghubungkan Wonosari dengan kota lain disekitarnya berupa bus besar maupun bus sedang di Terminal Wonosari. Angkutan dalam kota biasa di layani dengan colt, ojek atau becak.
71
Gambar 6. Jalur geowisata dan lokasi obyek geowisata eksokarst Gunungkidul
Jarak tempuh menuju stasiun geowisata 1 ini dari Yogyakarta sejauh 40
km dengan waktu tempuh 45 menit menggunakan angkutan urnum. Jalur altematif lain menuju stasiun ini bisa juga dari Kota Prambanan dengan waktu tempuh 30 menit. Bagi wisatawan yang mernilih berangkat dari Yogyakarta, penggunaan transportasi menuju Wonosari sangat bervariasi ergantung kebutuhan, karena selain jenis angkutan umum yang tersedia di Terminal Bus Umbul Harjo juga banyak agen-agen perjalanan yang menyewakan mobil beserta sopir atau tanpa sopir dengan tarif rata-rata Rp. 150.000-Rp. 250.000 perhari. Perjalanan menuju stasiun geowisata 1 dari Yogyakarta melalui jalan Propinsi yang memiliki kondisi yang bagus dengan perincian sebagai berikut : kualitas jalan aspal hotmix, halus, lebar jalan 10 m dipusat kota dan 6 m dipinggir kota dengan lajur dua arah. Jalan propinsi
yang tersedia tidak hanya meliputi jalan dari Yogyakarta menuju
Wonosari tetapi juga Wonosari kearah selatan menuju pantai Baron dan sebagian lagi menuju Desa Tepus terus ke Selatan.
4.6.1.2. Sarana-Prasarana Geowisata pada Stasiun Geowisata 1 a Sarana Prasarana Manajemen Bangunan sarana
manajemen yang tersedia di stasiun geowisata 1
adalah bangunan sarana dan prasarana pemerintahan yang di kelola oleh pemerintahan Dati I1 Kabupaten Gunungkidul yang berupa Kantor Bupati, Bappeda dan dinas-dinas lain termasuk Dinas Pariwisata Keberadaan sarana dan prasarana manajemen untuk kegiatan wisata yang ada lengkap tetapi belum dikembangkan secara optimal untuk kegiatan wisata darn, karena hanya ditangani oleh Dinas Pariwisata yang relatif baru terbentuk dibantu oleh Bappeda Kabupaten Gunungkidul.
Publikasi yang merupakan saluran inforrnasi sebagian sudah dilakukan dilingkungan pemerintahan, LSM, peneliti asing maupun Universitas, baik yang berupa penelitian maupun kajian mengenai Karst Gunungkidul. Di lingkungan pemerintahan sarana publikasi diaplikasikan lewat proyek dengan pendanaan dari pemerintah, kerjasama dengan swasta dan dari bantuan luar negeri. Sarana publikasi yang selama ini ada belum lengkap karena berbagai kendala baik dari sektor pendanaan, minimnya penelitian mengenai karst dan pengetahuan pengelolaan kawasan karst serta belum terpupuknya kepedulian yang mendalam mengenai pentingnya kawasan karst. Publikasi yang selama ini ada terdapat di kantor-kantor pemerintahan Gunungkidul maupun yogyakarta dan sebagian lagi tersebar di lingkungan universitas berupa buletin, paper, leaflet, data pokok Gunungkidul dan web site Gunungkidul. Stasiun geowisata 1 juga dilengkapi dengan sarana promosi yang sementara ini dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Gunungkidul melalui upacara-upacara daerah, media masa dan bekerjasama dengan agen-agen perjalan wisata dan hotel atau penginapan. Promosi yang dilakukan sarnpai saat ini belum begitu gencar dan masih bersifat lokal sehingga pengetahuan mengenai kawasan karst Gunungkidul mayoritas hanya dikenal oleh masyarakat YogyakartaGunungkidul dan sekitarnya
b. Sarana Pengunjung Bagian yang paling penting yang terdapat dalam stasiun geowisata 1 adalah tersediannya sarana dan prasarana pengunjung yang merupakan fasilitas untuk melayani pengunjung. Seperti di sebutkan sebelumnya bahwa Wonosari sebagai Ibu Kota Kabupaten Gunungkidul telah dilengkapi dengan sarana
penginapan yang diperuntukkan bagi wisatawan yang ingin berkunjung lama di Gunungkidul. Jenis penginapan yang ada sementara ini berupa beberapa losmen dan wisrna, sedangkan untuk kelas hotel berbintang sementara ini disediakan di Ibu Kota Propinsi DI Yogyakarta Sarana MCK selain yang tersedia di losmen atau penginapan juga dapat dijumpai di tempat urnum seperti di dekat Pasar Wonosari maupun di Masjid Agung Alun-dun pusat. Kondisi MCK yang disediakan oleh pemerintah daerah setempat cukup sederhana dan h a n g terpelihara dengan baik. Sementara itu sarana MCK juga dibangun pemerintah daerah setempat pada daerah-daerah sekitar Wonosari yang mengalami kesulitan air dengan membangun bak penampungan beserta sarana MCK-nya. Fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Wonosari berupa nunah sakit umum pemerintah maupun rumah salut swasta dalam kondisi yang bagus ditinjau dari tenaga kesehatannya seperti ketersediaan dokter spesialis, dokter umum, sarjana kesehatan, paramedis, pembantu paramedis dan bidan maupun ketersediaan peralatan kedokterannya
Sebagai pelengkap untuk dapat
menjangkau wilayah tertentu pemerintah juga membangun puskesmas perawatan, puskesmas non perawatan, posyandu, apotik dan rumah bersalin ( Bappeda Kab. Gunungkidul, 1999).
Sebagai Ibu Kota Kabupaten, Wonosari juga memiliki banyak tempat peribadatan untuk mengakomodir penduduk yang memilliki kepercayaan yang beragam dengan membangun sarana ibadah, seperti masjid, gereja, wihara dan pura Bangunan tersebut tersebar di dalam kota Wonosari dan sekitar Kota Wonosari.
Kelengkapan sarana areal parkir yang sementara ini ada tempatnya sangat terbatas dengan keamanan yang kurang memadai. Beberapa lokasi parkir yang ada adalah areal dun-alun, pertokoan dan terminal. Untuk meneruskan perjalanan menuju kawasan karst bagi kendaraan bermotor roda dua bisa diparkir di terminal sedangkan untuk mobil pribadi tidak ada. Sebagai pusat perdagangan Kota Wonosari dilengkapi dengan pusat pembelanjaan yang bersifat tradisional maupun modern seperti pasar tradisional maupun pertokoan. Kebutuhan air bersih di stasiun geowisata 1 cukup terpenuhi karena air tanah dan mata air yang terdapat di wonosari ketersediaannya dapat untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sehari-hari. Pendistribusian air di Wonosari di kelola oleh pemerintah daerah setempat dengan membuat sambungan rumah tangga, instansi, hidran umum, niaga dan sosial. Jaringan listrik di Kota Wonosari secara umum sudah menjangkau daerah-daerah terpencil di sekitarnya. Keindahan dan kebersihan kota merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung untuk singgah dan menikrnatinya Kebersihan yang tercipta tersebut tidak bisa lepas dari peran pernerintah daerah dalam pengadaan sarana kebersihan dan menurnbuhkan kesadaran masyarakat. Sarana kebersihan kota tersedia cukup bagus mulai dari tempat-tempat sampah di tempat-tempat umum, truk pengangkut sampah sampai penyediaan tempat pembuangan sampah akhir. Selain itu berbagai slogan yang berupa ajakan kepada masyarakat untuk tertib membuang sampah pada tempatnya banyak tersebar dilokasi keramaian. Rambu atau papan informasi tentang segala sesuatu berita atau pengumman ba& dari dalarn maupun dari luar kurang mendapatkan perhatian yang serius, terbukti dengan sedikitnya jurnlah tempat untuk papan informasi.
Papan tersebut biasanya hanya ditempatkan kantor-kantor kapala desa atau di kecamatan. Kernampuan untuk menahan pengunjung lebih lama tinggal di Wonosari juga sangat dipengamhi oleh kualitas dan kuantitas keberadaan tempat makan yang tersedia seperti restoran, warung ataupun kios yang tersebar di wilayah tersebut. Restoran yang ada di Wonosari cukup lengkap mulai dari jenis masakannya maupun selera etnis tertentu, sehingga diharapkan pengunjung dapat menentukan pilihannya berdasarkan keuangan maupun kebutuhan yang diinginkannya. Selain itu untuk mempermudah pengunjung dalam melakukan transaksi secara aman dan cepat di Kota Wonosari juga tersedia beberapa bank baik dari bank pemerintah maupun swasta sehingga diharapkan pengunjung tidak khawatir jika kehabisan uang kontan. Bagi wisatawan yang menggunakan fasilitas kendaraan pribadi, dalam berkendara tidak perlu repot dan khawatir karena di Wonosari tersedia beberapa pompa bensin yang menyediakan beberapa pilihan bahan bakar
dari jenis
premium, premix dan solar. Keberadaan pompa bensin yang ada mempunyai posisi yang strategis yaitu dekat gerbang masuk Wonosari, ditengah kota dan pinggiran kota dengan tujuan mengantisipasi kehabisan bahan bakar pengguna kendaraan bermotor. Fasilitas pelayanan pos dan telekomunikasi tersedia cukup memadai dengan berkembangnya jasa pelayanan wartel, warpostel serta kantor pos yang melayani lalu-lintas surat, barang dan komunikasi. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi pengunjung agar tidak terputus hubungannya dengan dunia luar selama mengadakan perjalanan.
Pengembangan kawasan Gunungkidul sebagai kawasan geowisata eksokarst dengan Wonosari sebagai pintu gerbang masuknya wisatawan, temyata belurn dilengkapi dengan jalur perjalanan wisata karst yang lengkap mulai dari stasiun pengamatan, aksesibilitasnya serta infonnasi mengenai atraksi yang menarik untuk dikunjungi. Sementara ini informasi wisata yang sudah ada hanya mengeksploitasi sumberdaya pantai dan budaya sebagai obyek wisata tanpa menginformasikan lebih jauh mengenai keberadaan obyek wisata lain yang sebenarnya potensinya sagat besar.
c. Sarana Pengamanan Kawasan Keamanan pengunjung dari bahaya alam maupun kejahatan manusia dalam melakukan perjalan wisata hams mendapatkan prioritas utama dalam upaya pengembangan kawasan geowisata. Seindah dan semenarik apapun suatu daerah untuk dikunjungi menjadi tidak menarik bahkan menimbulkan jera bagi pengunjung bila ternyata faktor keamanan tidak mendapatkan perhatian. Khususnya di Kota Wonosari sebagai base camp perjalanan geowisata eksokarst Gunungkidul, pengawasan keamanan di bawah kendali Polres Gunungkidul dengan pos-pos polisi yang tersebar di beberapa lokasi keramaian yang ditujukan untuk mengarnankan lokasi wisata dan memberikan rasa aman terhadap pengunjung. Sarana pengamanan tersebut terasa semakin efektif dengan di lakukannya patroli polisi untuk mengontrol keadaan lingkungan kota dan sekitarnya. Papan atau rambu aturan/larangan dan petunjuk arah sebagian sudah tersedia di dalam kota, narnun keberadaannya kurang lengkap dan kurang terpelihara dengan baik sehingga kurang informatif karena sebagian ada yang sudah rusak sehingga sulit dibaca.
4.6.1.3.Atraksi Geowisata di Stasiun Geowisata 1 Stasiun geowisata 1 dipilih untuk mewakili Satuan Geomorfologi Dataran Karst dalam Zona Pemanf'aabn Intensif. Stasiun ini merupakan bagian dari Plateau Wonosari yang terjadi alubat tektonik pada Kala Pleistosen membentuk depresi Wonosari yang terpisahkan dengan blok di selatannya oleh sebuah patahan. Atraksi geowisata yang terdapat di lokasi ini tidak terlihat jelas karena sebagian besar sudah mengalami perubahan oleh &vias
manusia. Beberapa
lokasi disekitar stasiun ini menunjukkan topograii sebagai suatu dataran dengan kemiringan 0"-15" serta ketinggian 150 m-200 m dari permukaan air laut dan berbatasan langsung dengan Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst. Variasi keanekaragaman bentang dam di lain tempat yang dijurnpai berupa lapies yang merupakan permukaan pada batugamping yang berlubang-lubang dan kasar. Variasi litologi penyusunnya terdiri dari batugamping terurnbu, batugamping pasiran, napal dan batugamping berlapis dari Formasi Wonosari yang terlihat di lokasi lain terutama di aliran sungai permukaan yang berkembang di Wonosari. Keterkaitan obyek geologi ddam pariwisata diantaranya adalah di bidang pendidikan dan ilrnu pengetahuan. Di bidang ini stasiun geowisata 1 dapat memberikan gambaran tentang perkembangan karstifikasi stadium muda yang dicirikan
dengan morfologi yang
datar
serta mulai
berkembangnya
endokarstifikasi. Ditempat lain disekitar lokasi Wonosari menuju Tepus terlihat batas Satuan Geomorfologi Dataran Karst dengan Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst (Lampiran Gambar 1).
4.6.2. Stasiun Geowisata 2
4.6.2.1. Aksesibilitas dan Sarana Pendukung Geowisata Stasiun ini terletak 10 krn ke arah Selatan dari pusat Kota Wonosari atau dari stasiun 1 pada posisi S 8" 1742' 4" dan E 110" 35,3' 8" dekat percabangan jalan menuju Baron dan Tepus. Perjalan menuju lokasi ini dapat ditempuh dengan mobil pribadi atau angkutan umum dari terminal wonosari menggunakan colt jurusan Wonosari-Tepus atau bisa juga dengan ojek yang mangkal di terminal. Kondisi jalan menuju lokasi ini berupa aspal hotmix dengan kualitas yang bagus serta jalan selebar 8 m dengan lajur dua arah, menjadikan lokasi ini mudah dicapai dengan perjalanan yang relatif singkat dan nyaman. Kelemahan
lokasi
stasiun geowisata 2 ini adalah tidak dijumpainya sarana prasarm pendukung geowisata, sehingga praktis lokasi ini hanya mengandalkan fasilitas yang ada di Wonosari. Hal ini sangat memungkinkan mengingat Wonosari merupakan satusatunya stasiun geowisata yang terdekat dengan ahesibilitas yang mudah serta sarana prasarana yang lengkap.
4.6.2.2. Atraksi Geowisata Atraksi
Obyek geowisata yang dijumpai berupa Luweng yang oleh
penduduk setempat diberi nama Luweng Glatikan. Keindahan luweng ini terlihat pada susunan litologinya yang terdiri dari batugamping masif setebal lebih dari 15 m dan batugamping berlapis di sebelah baratnya yang mengisi dinding luweng. Morfometri kedalarnan luweng yang mencapai kurang lebih 50 m dengan kemiringan lereng yang bervariasi dari landai hingga curam 80"-90" serta morfologi yang mengikuti alur sungai bawah tanah yang terbentuk menghasilkan bentukan bentang alam yang unik. Proses yang terjadi pada Luweng Glatikan
sebenarnya merupakan gejala endokarstifikasi pembentukan aliran sungai bawah tanah yang tersingkap kepermukaan akibat runtuhan atau collapse yang terjadi pada dolina Secara geologis pembentukan luweng ini dimulai dari pengangkatan akibat tektonik pada pertengahan Pleistosen (Sweeting, 1972) yang mengalubatkan lingkungan laut terangkat membentuk daratan. Akibat tektonik tersebut selain pengangkatan juga terjadi retakan atau kekar yang merupakan jalan bagi intensifhya proses pelarutan dan pelapukan dari batugamping terurnbu hingga membentuk morfologi karst. Salah satu morfologi karst yang terbentuk adalah dolina yang pada perjalan waktunya mengalami perkembangan lebih lanjut akibat struktur geologi yang memberikan jalan sernakin intensifhya pelarutan, sehingga dinding dolina tersebut runtuh menyingkap aliran sungai bawah tanah di bawahnya Luweng Glatikan mewakili Satuan Geomorfologi Dataran Karst dalam Zona Pemanfaatan Intensif dari Formasi Wonosari. Keberadaan luweng ini juga mewakili proses gejala endokarstifikasi yang berkernbang dari gejala eksokarstifikasi. Keindahan tekstur dan struktur batuan terlihat jelas baik yang terjadi akibat depresi maupun pelarutan oleh aliran sungai bawah tanah, seperti yang ditunjukkan oleh bukit yang tersisa dengan material penyusun berupa batugamping masif dan sebagian lagi berupa batugamping berlapis. Petualangan dan rekreasi yang berpotensi dikembangkan di lokasi ini adalah panjat tebing serta penelusuran jajak aliran sungai bawah tanah yang tersingkap ke permukaan Di bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan yang menarik untuk ditawarkan kepada pengunjung adalah pengenalan proses
endokarstifikasi yang tersingkap ke permukaan akibat collapse dolina dan pengenalan ragam batuan pembentuk morfologi karst. Luweng ini merupakan fenomena karst yang unik dan langka yang harus dilindungi dan dilestarikan pemanfaatannya untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Meskipun terdapat di Zona Pemanfaatan Intensif tetapi luweng ini dapat memberikan gambaran tentang informasi endokarstifikasi yang pemah terjadi di daerah ini sehingga lokasi yang belum dipengaruhi oleh aktivitas manusia ini layak untuk dilindungi sebagai terkecualian (Lampiran Gambar 2).
4.6.3. Stasiun Geowisata 3
4.6.3.1. Aksesibilitas dan Sarana Prasarana Geowisata Stasiun geowisata 3 berada di lokasi Desa Jambu, tepatnya pada posisi S 8" 3 3 ' 8" dan E 110" 37,3' 6" pada jarak 6,5 kin dari stasiun 2 ke arah Selatan. Stasiun ini berada dipinggir jalan raya pada jalur Wonosari-Tepus sehingga selain mudah dijangkau juga memiliki kualitas jalan yang sama dengan stasiun sebelurnnya Perjalanan menuju lokasi ini dapat ditempuh dalam waktu 5-10 menit dari stasiun 2 dengan menggunakan angkutan m u m maupun pribadi. Sarana prasarana pendukung wisata tidak dijwnpai disekitar lokasi sehingga masih mengandalkan Kota Wonosari sebagai stasiun terdekat yang marnpu mengakomodir kebutuhan fasilitas pendukung tersebut.
4.6.3.2. Atraksi Obyek Geowisata Obyek geowisata yang terdapat pada stasiun ini sangat unik dan spesifik yaitu berupa perbukitan karst asimetri yang berbentuk memanjang dengan arah N 213" E dan berpasangan yang tidak lazim dijwnpai di daerah perbukitan kerucut
karst pada urnumnya Perbukitan ini memiliki geometri lereng pada salah satu kaki bukitnya yang berbentuk cernbung dengan keringan 45". Salah satu lereng lainnya berbentuk lurus terjal dengan keringan 30"-45". Bentuk puncak yang tumpul serta ketinggian yang hanya sekitar 10 m menjadikan bentuk perbukitan ini rnirip sebuah punggungan Batuan penyusun perbukitan ini berupa batugamping terurnbu setebal lebih dari 8 m dengan tekstur masif serta hasil pelapukan dan pelarutan batugamping yang terendapkan disekeliling perbukitan Topografi ini termasuk dalam Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst yang terdapat di Zona Inti. Proses awal pembentukannya sama dengan kawasan karst Gunungkidul secara keseluruhan, tapi morfologi batugamping yang terangkat berbentuk memanjang karena pengaruh perkembangan struktur tektonik yang membentuk jalur-jalur rekahan yang berbentuk memanjang. Rekahan tersebut merupakan tempat intensihya pelarutan dan pelapukan sehingga menghasilkan sisa-sisa endapan yang ditinggalkannya berbentuk alur-alur. Perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh proses pelarutan dan pelapukan yang memisahkan bukit-bukit memanjang tersebut menjadi bukit-bukit terpisah Keindahan yang dapat dinikmati pada ekskursi bentang dam ini addah dimulainya peralihan dari Satuan Geomorfologi Perbukitan karst menuju Sub Satuan Kerucut Karst. Perbedaan bentuk perbukitan, genesa pembentukannya serta sisa hasil proses pelarutan dan sebaran perbukitan kerucut karst disekitarnya sangat menarik untuk diamati dan dikunjungi. Kunjungan terhadap obyek geowisata ini bisa dari jarak jauh untuk melihat morfometri bentuk keseluruhan perbukitan ini, tapi juga bisa secara dekat untuk mengetahui tekstur dan struktur yang terdapat pada batugamping. Unsur pendidikan dan pengetahuan yang
terkandung pada obyek geowisata pada stasiun ini adalah keanekaragarnan bentuk perbukitan karst, proses karstifikasi dan yang m e m p e n m y a serta batuan penyusun perbukitan itu sendiri (Lampiran Gambar 3).
4.6.4. Stasiun Geowisata 4
4.6.4.1. Sarana Prasaran Geowisata dan Aksesibilitas Stasiun geowisata ini terletak di Desa Jlakrah, pada posisi S 8" 335' 4" dan E 110" 37,4' 2" dengan jarak 1 km dari stasiun 3 ke arah timur. Lokasi stasiun geowisata ini sedikit masuk di tengah pedesaan tepatnya di pinggir jalan desa yang menghubungkan Desa jambu dengan Jlakrah. Kualitas jalan yang menuju stasiun terdiri dari jalan aspal propinsi dengan kondisi sangat bagus dan diteruskan masuk kedalam jalan desa yang berupa aspal Iepas yang tidak terlalu halus. Kondisi jalan yang bergelombang dan berbelok-belok serta sedikit menyempit memberikan peringatan kepada pengguna jalan agar lebih berM-hati menuju lokasi ini. Perjalanan menuju lokasi ini dapat ditempuh dalam waktu 5 menit dari stasiun 3 ke arah timur dengan menggunakan angkutan umum rnaupun pribadi. Lokasi ini juga masih menggantungkan dukungan sarana prasarana yang
ada di stasiun sebelumnya dengan pertimbangan jaraknya yang relatif pendek dari pusat Kota Wonosari.
4.6.4.2. Atraksi Obyek Geowisata Jenis obyek geowisata yang dapat diamati berupa telaga atau sering disebut dalam istilah geologi sebagai dolina. Dolina ini mempunyai luas sekitar 0,5 ha dengan kedalaman bervariasi yaitu di bagian pinggir lm-2 m sedangkan dibagian tengah mencapai 4 m. Bentuk telaga yang ovale dengan kemiringan
lereng yang landai berkisar 10"-20"merupakan bentuk negatif dari morfologi eksokarst Batuan penyusun telaga ini berupa batugamping terumbu pada dindmg telaga dan bagian tengahnya dilapisi oleh lapisan impermiabel dari pelapukan batugamping, aluvial dan terarosa. Morfologi doline pada stasiun 4 ini terdapat pada Satuan Geomorfologi Kerucut Karst pada Zona Inti yang dikelilingi oleh perbukitan kerucut karst. Berdasarkan genesanya morfologi dolina pembentukkannya diawali setelah proses tektonik Kala Pleistosen yang menghasilkan zona-mna lernah pada bagian tertentu akibat struktur geologi yang muncul. Zona-zona tersebut merupakan jalur intensifhya proses pelamtan dan pelapukan. Selain itu, kontrol struktur geologi regional dan morfologi regional yang berpengaruh terhadap kondisi air bawah tanah juga berdampak terhadap proses pelarutan dan pelapukan di bagian bawah permukaan. Pada Telaga Jlakrah ada tiga kemungkinan terbentuknya dolina tersebut yaitu bisa terjadi karena pelarutan, runtuhan dan keduanya.
Berdasarkan
keindahan dan potensi wisatanya, telaga ini sangat menarik karena selain bentuknya yang unik juga telaga ini selalu dalam kondisi tersedia air sepanjang tahun. Pola kehidupan dan pemukirnan penduduk setempat sangat tergantung pada air telaga ini untuk mandi, mencuci pakaian dan pertanian. Sebagai akibat dari
aktivitas manusia yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama ditelaga itu di khawatirkan kondisi telaga tersebut terancarn bahaya penceman yang membahayakan perkembangan karstifikasi yang sedang berlangsung di permukaan maupun Q bawah permukaan. Unsur pendidikan dan ilmu
pengetahuan yang terkandung dalam stasiun geowisata ini adalah pengenalan morfologi negatif karst dan proses pernbentukan dolina (Lampiran Garnbar 4).
4.6.5. Stasiun Geowisata 5
4.6.5.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas Geowisata
Telaga parigi terletak pada posisi S 8" 04' 48" dan El 10" 37' 46,5 " pada jarak 2 km dari stasiun 3 ke arah selatan Lokasi stasiun geowisata 5 ini berada di pinggir jalan utarna jalur Wonosari-Tepus. Kualitas jalan propinsi yang terdiri dari aspal hotmix yang halus dengan lebar 6-7 m serta jalur yang lurus menyebabkan lokasi ini mudah dijangkau. Perjalanan menuju lokasi ini dapat ditempuh dalam waktu 10 menit dari stasiun 4 dengan kendaraan pribadi. Jenis angkutan umum yang melewati jalur ini berupa colt dengan intensitas yang relatif masih jarang dan kualitas yang sederhana. Sarana dan prasarana geowisata pada stasiun ini juga masih mengandalkan potensi yang ada di ibu kota propinsi dengan pertimbangan, jarak ternpuh yang tidak terlampau jauh serta kemudahan aksesilibilitasnya
4.6.5.2.Atraksi Obyek Geowisata
Telaga Parigi mempunyai bentuk yang berbeda di bandingkan telaga Jlakrah karena bentuknya yang memanjang dan merupakan perkembangan lebih lanjut dari dolina menuju uvala Morfologi uvala ini m e d i k i luas sekitar 1 ha dengan kedalaman
1 m-5 m serta
kerniringan lereng topografi 10"-20".
Berdasarkan pembagian morfologinya Telaga Parigi merupakan bagian dari Satuan Geomorfologi Kerucut Karst yang terdapat pada Zona Inti. Batuan penyusun telaga ini berupa batugamping terumbu yang dialasi oleh lapisan
irnpermiabel pada dasar telaga sebagai hasil dari pelapukan batugamping, aluvial dan terarosa Berdasarkan genesanya, morfologi uvala merupakan perkembangan lebih lanjut pada rnorfologi dolina Pengaruh tektonik pada Kala Pleistosen yang menghasilkan struktur geologi berupa rekahan dan patahan sebagai bagian dari mna yang lemah Pada zona lemah tersebut karena pengaruh intensifhya proses pelarutan dan pelapukan dan juga stsuktur regional membmtuk depresi tertutup. Bila depresi yang terbentuk satu sama lain itu jaraknya berdekatan maka beberapa dolina tersebut akan menyatu membentuk uvala Aspek keindahan dan potensi wisata yang terdapat pada telaga ini adalah bentuk yang menarik dan unik serta sisa jejak penggabungan beberapa dolina tersebut masih terlihat. Pola kehidupan dan pemukiman penduduk tergantung pada air telaga ini untuk mandi, mencuci
pakaian, mencuci ternak, memancing dan pertanian Unsur pendidikan dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam stasiun geowisata ini adalah pengenalan morfologi negatif karst dan proses perkembangan lanjut eksokarstifikasi dari dolina menjadi uvala (Lampiran Gambar 5).
4.6.6. Stasiun Geowisata 6
4.6.6.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas Geowisata
Stasiun geowisata 6 terletak di pertigaan menuju Desa Pulengelo yang secara geografis berada pada S S06,4' 5" dan E 110" 37,6' 3. Jarak stasiun ini dengan stasiun sebelumnya yaitu stasiun 5 adalah 12 km ke arah Selatan. Obyek geowisata yang terdapat pada stasiun ini berada di pin& jalan propinsi sehingga selain mudah dijangkau kualitas jalan yang dilalui sarna dengan stasiun sebelurnnya Perjalanan menuju lokasi ini dapat ditempuh dalam waktu 15 menit
dari stasiun 5. Keanekaragaman obyek geowisata yang dijumpai di lokasi ini sangat banyak sehingga beberapa stasiun ditempatkan juga disini untuk lebih mernudahkan mengamati tiap obyek yang dikehendaki. Fasilitas sarana dan prasarana untuk mendukung geowisata menggantungkan pada dua lokasi yaitu pada stasiun 1 yaitu Kota Wonosari atau lokasi wisata pantai yang ada di Baron,
Krakal atau Kukup.
4.6.6.2. Atraksi Obyek Geowisata Atraksi yang dltampilkan berupa bentuk perbulutan kerucut asimetri diantara keanekaragaman bentukan kerucut karst. Morfologi ini lebih rnirip sebagai perbukitan memanjang dengan arah N230"E serta ketinggian yang mencapai 80m-100m. Pada sisi panjang lereng bukit ini berbentuk cembung dengan kemiringan 50"-60" dan sisi pendek lereng bukit ini berbentuk cekung dengan kerniringan 30'-45"
serta memiliki bentuk puncak yang tumpul.
Perbukitan ini merupakan bagian dari Satuan Geomorfologi Kerucut karst pada Zona Inti yang tersusun oleh batugamping terumbu dengan tekstur masif Selain proses karstifikasi yang berlangsung di bagian puncak juga menunjukkan adanya proses casehardening yaitu lapisan keras yang terbentuk antara redeposisi kalsit akibat presipitasi kalsit. Pembentukan morfologi kerucut asimetri sendiri bisa tejadi karena pertumbuhan karst yang terbentuk pada daerah dengan topograti yang tidak rat& namun tidak menutup kemungkinan dipengaruhi oleh struktur geologi seperti rekahan atau patahan yang terbentuk sebagai akibat dari tektonik Kala Pleistosen. Keindahan yang ditonjolkan sebagai daya tarik utama sebenarnya adalah
morfometri dan genesa pernbentukan perbukitan tersebut yang m u n d diantara perbukitan dengan bentuk yang berbeda di sekitarnya (Lampiran Gambar 6).
4.6.7.
Stasiun Obyek Geowisata 7
4.6.7.1.Sarana Prasarana dan Aksesibilitas Geowisata.
Stasiun 6, stasiun 7 dan stasiun 8 berada dalam satu lokasi dekat pertigaan Desa Pulengelo. Dalam ha1 sarana prasarana dan aksesibilitas ketiga stasiun ini mempunyai kondisi yang sarna Keanekaragaman obyek geowisata yang berupa berbagai macarn bentuk perbukitan kerucut karst ini yang merupakan daya tarik tersendiri di lokasi ini sebagai morfologi positif eksokarst.
4.6.7.2.Atraksi Obyek Geowisata
Perbukitan kerucut karst simetri dengan puncak yang runcing serta kemiringan lereng yang terjal merupakan inti dari Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst pada Zana Inti. Rata-rata kemiringan lereng perbukitan ini membentuk sudut 60"-70"dengan ketinggian mencapai 60 rn Penyusun utarna bukit ini adalah batugamping terumbu dengan tekstur masif dan tebal mencapai lebih dari 20 n Beberapa sisi pada bukit ini mengalami case hardening pada sisi bawah dan sebagian lagi menunjukkanflow stone sebagai jejak aliran akibat pelapukan dan pelarutan batuan, Berdasarkan genesanya morfologi ini terbentuk di topografi yang datar pada Kala Pleistosen atau bisa juga terjadi dari kontrol struktur geologi pada bentang alarn karst yang datar. Lokasi ini sangat cocok kegiatan ekskursi dalam bidang rekreasi, pendidikan dan pengetahuan karena dijurnpainya
keanekaragaman proses alam, keanekaragaman bentukan perbukitan karst dan keanekaragaman tekshu batuan akibat proses karstifikasi (Lampiran Gambar 7).
4.6.8. Stasiun Obyek Geowisata 8 4.6.8.1. Atraksi Obyek Geowisata
Jenis atraksi obyek geowisata yang ditunjukkan berupa perbukitan kerucut karst simetri dengan puncak yang berbentuk meja Perbukitan ini memiliki kemiringan lereng yang terjal dan lurus pada kaki bukit membentuk sudut lereng 60'-70°, sedangkan pada bagian puncak bentuk lerengnya tegak lurus membentuk
sudut 90". Bukit ini mewakili bentuk meja dari Satuan Geomorfologi Kerucut
Karst pada Zona Inti. Total ketinggian bukit ini dari kaki bukit mencapai 6 0 m. Batuan penyusun utama bukit ini adalah batugamping terumbu dengan tekstur masif serta ketebalan mencapai lebih dari 20 m, di bagian bawah dijumpai boulder-boulder besar sebagai sisa proses pelarutan dan pelapukan yang pernah terjadi di bagian kaki bukit. Berdasarkan genesanya, morfologi ini banyak dipenganh oleh struktur geologi, kalsitisasi dan pelapukan. Lokasi ini sangat cocok sebagai tempat untuk kegiatan ekskursi dalam bidang rekreasi, pendidikan dan pengetahuan, karena dijumpainya keanekaragaman proses alam, keanekaragaman bentukan perbukitan karst dan keanekaragarnan tekstur batuan akibat proses karstifikasi (Lampiran Gambar 8). 4.6.9. Stasiun Obyek Geowisata 9 4.6.9.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Telaga Dloka terletak pada posisi S 8" 3,75' 4" dan E 110"6,4' 2" atau 5
krn dari stasiun 8 ke arah selatan Berdasarkan variabel aksesibilitasnya
menunjukkan bahwa telaga ini tepat berada di pinggir jalan propinsi dengan kondisi jalan yang sangat bagus serta sedikit bergelombang. Kualitas jalan berupa aspal hotmik dengan lebar 4 m merupakan akses utama menuju lokasi. Jalan tersebut sebenamya merupakan jalan utarna yang menghubungkan jdur Wonosari menuju Desa tepus. Posisi telaga yang tepat berada dipinggir desa, menjadikan aksesibilitas menuju desa disekitarnya juga mudah Jalan desa maupun jalan setapak yang berada di sekitar lokasi kondisinya sebagian berupa pasangan batu yang ditata dan ada juga yang berupa jalan tanah yang padat dan relatif halus. Intensitas alat transportasi yang melalui jalan utama di pinggir telaga, relatif jarang. Jenis alat transportasi yang terkadang dijurnpai di daerah ini berupa colt angkut barang dengan kondisi yang sangat sederhana Meskipun demikian secara praktis bisa dikatakan bahwa daerah ini tidak dijumpai jenis angkutan masa Oleh karena itu untuk menuju lokasi ini bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan sewa dari Wonosari dalarn waktu 30 menit langsung dari Pusat Kota Wonosari. Keberadaan sarana prasarana pendukung geowisata tidak dijumpai sehingga hanya menggantungkan kepada sarana prasarana pada obyek geowisata di sekitarnya, seperti yang terdapat di stasiun 16 di Baron atau Krakal.
4.6.9.2.Atraksi Obyek Geowisata
Telaga ini merupakan salah satu dari perkembangan bentuk negatif dari eksokarst Gunungkidul. Bentuk dari telaga ini memanjang dengan ukuran panjang 400 m dan lebar 100 m Geometri lereng di sekitar telaga mempunyai kemiringan 10"-20"dengan kedalaman telaga mencapai 0,5 m di bagian tepi dan 2 m di bagian
tengah Morfologi dasar telaga relatif datar dan berhngsi sebagai penahan air pada musim hujan Telaga Dloka sebenamya merupakan perkembangan lebih lanjut dari morfologi beberapa dolina Telaga ini mewakili Satuan Geomorfologi Kerucut Karst yang didorninasi oleh bentuk morfologi positif berupa perbukitan kerucut dan morfologi negatif berupa dolina Berdasarkan genesannya, morfologi ini bisa terbentuk akibat pelarutan, bisa juga terjadi akibat runtuhan atau kombinasi keduannya
Pelarutan atau runtuhan yang membentuk morfologi telaga ini
dipen-
oleh kontrol struktur geologi regional yang menyebabkan
terbentuknya zona-zona lemah. Zona tersebut akan mempercepat proses pelarutan dan pelapukan yang bisa memicu terjadinya runtuhan. Bila pelarutan atau pelapukan bahkan runtuhan terjadi pada beberapa d o h a yang berdekatan, maka reaksinya bisa terjadi secara bersamaan sehingga dapat menyatukan beberapa dolina tersebut membentuk uvala Kondisi dasar telaga pada awalnya masih labil sehingga selalu terjadi perubahan pada permukaannya Dasar telaga yang datar sebenamya merupakan tempat sedimentasi hasil lapukan batuagamping, aluvial
maupun rombakan
batuan disekitmya yang berfhgsi sebagai lapisan imperrniabel. Keberadaan air telaga sangat tergantung pada ketebalan lapisan impermiabel yang ada di dasar telaga. Lapisan impermiabel yang mengalasi dasar Telaga Dloka diperkirakan tipis sehingga keberadaamya tidak mampu menahan air telaga dalam waktu lama, hal ini terbukti dengan kondisi telaga yang selalu kering pada saat musim kemarau.
Keindahan dan lingkungan yang menjadi atraksi di Telaga Dloka tidak terlalu menarik karena keanekaragaman bentang dam, batuan maupun mineral tidak terlihat secara lengkap sebagai akibat dari sebagian besar lahan yang telah berfimgsi sebagai lahan pertanian. Pengembangan kearah petualangan dapat diarahkan pada jenis ekskursi yang dapat dilakukan pada perbukitan disekeliling telaga untuk mengetahui kondisi urnum sekitar telaga Bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan yang dapat digali di lokasi ini berupa proses karstifikasi pada batugamping tenunbu yang menghasilkan bentang darn beranekaragam. Sisi ini dapat merupakan nilai positif yang dapat ditonjolkan pada atraksi geowisata selain aspek keindahan (Lampiran Gambar 9).
4.6.10. Stasiun Geowisata 10
4.6.10.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Eksokarst perbukitan bergelombang dapat dijumpai sekitar 500 m dari Telaga Dloka, tepatnya pada posisi S 8" 6,207 5" dan E 110" 38,6' 3". Obyek geowisata perbukitan bergelombang ini terletak di pinggir jalan propinsi menuju ke Pantai Slili. Kualitas jalan berupa aspal hotmix yang bagus dengan lebar 4 m dan dua arah memudahkan lokasi ini untuk dikunjungi. Selain jalan propinsi disekitar lokasi juga dijumpai jalan desa yang merupakan jalan setapak menuju ke lokasi tertentu dengsm kondisi yang buruk. Transportasi menuju stasiun ini tidak ada sehingga perlu menggunakan jasa sewa atau kendaraan pribadi. Sarana prasarana pendukung geowisata juga tidak dijurnpai di stasiun ini sehingga sangat menggantungkan kepada sarana prasarana pada obyek geowisata di sekitarnya seperti yang terdapat di Baron atau Krakal.
4.6.10.2.Atraksi Obyek Geowisata
Jenis atraksi yang dapat dinilanati pada stasiun ini berupa perbukitan bergelobang karst yang sesungguhnya merupakan perkembangan lebih lanjut dari perbukitan kerucut karst. Perbukitan ini merupakan perkembangan bentuk positif dari eksokarst Gunungludul yang memiliki panjang 100 m dengan tinggi 60-70 m. Berdasarkan morfologinya obyek geowisata ini termasuk dalam Satuan Geomorfologi Kerucut Karst pada Zona Panyangga Berdasarkan genesannya, morfologi ini bisa terbentuk akibat pelarutan d m pelapukan yang terjadi pada permukaan kerucut karst yang sebagian sudah termineralisasi. Akibat perbedaan resistensi pada batuan yang terlarutkan dan terlapukkan maka tersisa romk permukaan yang tidak merata atau bergelombang. Proses lain yang mungkin juga terjadi adalah pengamh struktur rekahan yang terdistribusi secara tidak merata pada permukaan bukit kerucut karst. Bagian yang paling banyak terdapat distribusi rekahan akan mudah mengalami pelarutan dan pelapukan sehingga membentuk permukaan yang tidak rata Atraksi obyek geowisata lain terlihat pada ditail batuan yang menyusun perbukitan ini yang merupakan unsur gabungan dari batugamping terumbu, kalsit dan soil. Struktur dan tekstur batugamping terumbu sebagai penyusun utarna perbukitan karst masif, tebal serta terdapat kekar serta rongga sebagai sisa hasil pelarutan. Keindahan dan lingkungan yang terdapat disekitar lokasi terlihat bagus karena pada bagian tertentu yang banyak mengandung soil ditata dengan cara membuat teras sering untuk menahan soil agar tidak hanyut terbawa air pada saat musim hujan. Soil tersebut kemudian dimanfaatkan oleh petani untuk bercocok
tanam. Pengembangan kearah petualangan dapat dilakukan dengan menjadikan obyek ini sebagai bagian dari suatu stasiun untuk ekskursi keanekaragaman bentang dam karst. Unsur pendidikan dan ilrnu pengetahuan yang dapat diambil dari obyek ini berupa proses pembentukan bentang alam perbukitan bergelombang dan jenis batuan penyusun perbulatan (Lampiran Gambar 10).
4.6.11. Stasiun Obyek Geowisata 11
4.6.1 1.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas Obyek geowisata ini berada sejauh 3 krn dari stasiun 10 menuju ke Pantai Slili yang memiliki posisi geogafi S 8" 620' 5" dan E 110" 38,6' 3". Aksesibilitas menuju lokasi obyek ini relatif mudah karena berada di pinggir jalan propinsi. Kualitas jalan sebagai sarana pendukung mempunyai perincian sebagai berikut : lebar jalan 4 meter, relatif datar, penyusun berupa aspal hotmik dan arus lalu lintas dua arah. Disekitar lokasi yang tidak jauh dari obyek juga dijumpai jalan desa dan jalan kecamatan dengan kondisi yang bagus. Lokasi obyek yang berada di pinggir jalan tidak didukung oleh adanya sarana transportasi, sehingga lokasi ini hanya bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi. Sarana prasarana pendukung geowisata seperti sarana manajemen hanya mengandalkan fasilitas yang ada di Ibukota Wonosari. Kelengkapan sarana pengunjung dan pengamanan kawasan karena lokasinya relatif jauh dari Wonosari maka sebagai altematif dapat memanfaatkan sarana pendukung yang ada di Baron dan Krakal.
4.6.11.2. Atraksi Obyek Geowisata
Atraksi obyek geowisata yang dapat dilihat pada stasiun ini berupa dua buah bukit kerucut karst simetri dengan bentuk yang sangat berbeda Salah satu bentuk perbukitan kerucut ada yang seperti bentuk kubah, merniliki kemiringan lereng 45"-60" dengan puncak yang tumpul. Bentuk lereng yang cernbung serta ketinggian bukit yang diperkirakan mencapai 60 m terlihat sangat menyolok karena bukit ini berada pada dataran pantai karst. Salah satu bukit lainnya berbentuk asimetri seperempat bola dengan puncak tumpul serta merniliki lereng yang landai dengan kemiringan lereng kurang dari 30" di lereng utara dan 90" di lereng selatan. Bila diurut dari utara ke selatan akan terlihat jelas bentuk terasering pada Satuan Geomorfologi Kerucut Karst terutama pada perbukitannya dengan perbukitan kerucut yang terdapat pada Satuan Geomorfologi Teras Pantai. Penyusun utama perbukitan ini pada umurnnya relatif sama yaitu batugamping tenunby rombakan batugamping dan soil. Berdasarkan genesannya, pembentkan morfologi ini juga diawali pada Kala Pleistosen yang dilanjutkan dengan proses karstifikasi lanjut yang dipengaruhi oleh topografi regional dan struktur geologi seperti rakahan dan kekar. Selain semua proses tersebut, abrasi oleh gelombang laut juga mempengaruhi bentuk morfologi bukit karst. Batugarnping tenunbu sebagai penyusun utama perbukitan karst mempunyai tekstur masif. Pengaruh topografi regional yang berupa kemiringan lereng serta struktur geologi pada topografi yang datar berpengaruh terhadap tingkat pelarutan yang terjadi. Keindahan dan lingkungan yang terdapat disekitar lokasi terlihat sangat bagus karena adanya perbedaan yang kontras antara dua bukit yang berdakatan pada topografi yang relatif datar. Pengembangan kearah
petualangan berpotensi dikernbangkan untuk jenis ekskursi bentang alam teras pantai.
4.6.12. Stasiun Geowisata 12
4.6.12.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas Obyek geowisata yang terdapat pada stasiun 12 ini berada pada lokasi S 8"08,35' 4" dan E 110" 36,013 berdekatan dengan stasiun 11 serta hanya berjarak sekitar 200 m-300 m menyebar di sepanjang Pantai Slili. Sarana prasarana geowisata tidak dijumpai, ha1 ini karena daerah ini belum dikembangkan sebagai daerah wisata sehingga pemenuhan kebutuhan sarana prasarana mengandalkan pada stasiun 1 maupun di Krakal dan Baron Lokasi obyek geowisata di stasiun ini juga berada dipinggir jalan sehingga memudahkan bagi pengunjung dalarn menikmati keindahannya
4.6.12.2. Atraksi Obyek Geowisata Secara urnurn atraksi bentang darn yang ditampilkan pada stasiun ini berupa sebuah dataran yang mengisi ruang antara perbukitan kerucut karst dengan kemiringan lereng yang sangat landai yaitu h a n g dari 10". Dataran ini memiliki ketinggian 1-3 m dari permukaan laut dan miring ke arah selatan Keuntungannya sebagai daerah yang terendah dan relatif datar menjadikan daerah ini berfungsi sebagai tempat sedirnentasi dari pelarutan dan pelapukan perbukitan diatasnya
serta ternpat mengalimya aliran sungai bawah tanah dari perbukitan karst diatasnya. Hal ini mengakibatkan daerah ini tidak pernah mengalami kesulitan air dan mempunyai lahan yang subur untuk pertanian. Litologi penyusun dataran ini
terdiri dari sisa-sisa pelarutan dan pelapukan dan rombakan dari batugamping terurnbu dan aluvial. Berdasarkan pernbagian morfologinya dataran in. mewakili
Satuan
Geomorfologi Teras Pantai pada Zona Penyangga dengan ciri-ciri dataran sedirnen sebagai pengisi ruang antara perbukitan karst. Secara genetis dataran ini terbentuk bersamaan dengan pernbentukan morfologi karst pada umumnya yaitu
Kala Pleistosen sebagai dolina yang terletak pada topografi yang lebih rendah. Akibat pelanrtan, pelapukan, kontrol stsuktur geologi serta abrasi gelombang mengakibatkan dolina tersebut mengalami perkembangan ke arah lateral lebih h a t sehingga daerah ini menjadi semakin rendah di bandingkan sekitarnya Pada akhirnya segala proses karstifikasi maupun proses yang menyertai karstifikasi lainnya yang terjadi diatasnya akan mengalami pengangkutan oleh media air dan diendapkan pada daerah ini. Struktur dan tekstur sedimentasi menunjukkan adanya perbedaan warna dan ukuran butir yang beragam tergantung material penyusun suatu daerah yang tertransport ke lokasi ini. Potensi sebagai lokasi rekreasi berpeluang dikembangkan bila di gabungkan dengan obyek disekitarnya yang mayoritas berbentuk perbukitan karst sehingga dapat memberikan nuansa perbedaan yang menarik antara perbukitan dan dataran. Di bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan sangat menarik untuk diikuti perkembangan perubahan t o p o g r ~serta proses yang menyertainya (Lampiran Garnbar 12).
4.6.13. Stasiun Geowisata 13
4.6.13.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Stasiun geowisata ini berada pada lokasi Pantai Slili dengan posisi geografis S 8"08,35' 4" dan E 1 10" 36,0178berdekatan dengan stasiun 1 1 dan 12. Sarana prasarana dan aksesibilitas yang ada relatif sama dengan yang digambarkan pada stasiun 1 1 dan 12 sehingga hanya bisa mengandalkan stasiun 1 di Wonosari maupun stasiun lain yang memiliki fasilitas pendukung seperti yang ada di Krakal dan Baron.
4.6.13.2. Atraksi Obyek Geowisata
Jenis atraksi obyek geowisata yang menarik untuk diangkat sebagai obyek geowisata disini adalah pantai karst. Morfologi Pantai Slili merupakan dataran dengan kemiringan lereng kurang dari 10" serta ketinggian 1-2 m dari permukaan laut. Keunikan Pantai Karst Slili dibandingkan dengan pantai lain yang bukan karst adalah material penyusun pasir pantai yang berasal dari rombakan batugamping terurnbu dan koral serta sedikit kwarsa Dasar pantai yang berfungsi sebagai alas pantai tersusun oleh karang atau koral. Keberadaan koral yang beranekaragam bentuk dan warna yang menyusun dasar pantai terlihat sangat indah pada saat s w t . Keunikan lainnya adalah banyaknya mata air yang muncul disekitar pantai sebagai bukti adanya aliran sungai bawah tanah dari perbukitan karst ke arah selatan dan masih munculnya perbukitan kerucut karst di sekitar pantai.
Morfologi Pantai Slili ini juga dapat mewakili Satuan Geomorfologi Teras Pantai pada Zona Penyangga dengan ciri-cirinya sebagai pantai yang tersusun oleh bentang alam karst.
Secara genesis pantai ini terbentuk bersamaan dengan pernbentukan morfologi karst pada umumnya yaitu Kala Pleistosen sebagai lokasi yang memiliki posisi yang lebih rendah Proses pengangkatan batugamping diikuti dengan subsident pada kondisi karstifikasi vertikal yang sudah maksirnal pada topogrd yang rendah memicu perkembangan karstifikasi lateral sehingga terbentuk dataran. Dataran tersebut tidak semuanya tersingkap ke permukaan naxnun ada sebagian masih berada di bawah air. Proses pelarutan dan pelapukan pada litologi yang seragam dengan topografr yang rendah cenderung bersifat lateral sehingga membentuk dataran pada pantai. Struktur dan tekstur sedimentasi menunjukkan ukuran butir yang beragam serta sedirnentasi yang bersifat lepas tergantung material penyusun suatu daerah yang textransport ke lokasi ini. Pasir putih yang terhampar luas dengan alas koral yang muncul ke permthan pada saat air surut diantara perbukitan kerucut karst yang terabrasi merupakan gejala dam yang sangat indah untuk dinikmati. Proses pembentukan dan perkembangan bukit kerucut pantai karst juga menarik diangkat sebagai sebuah obyek geowisata yang melengkapi keindahan fisik bentang alam pantai karst (Larnpiran Gambar 13).
4.6.14. Stasiun Geowisata 14
4.6.14.1 Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Obyek geowisata di stasiun 14 berada 3 km dari stasiun 12 kearah barat, tepatnya di Pantai Krakal yang secara geografis berada pada p0sisi.S 8"08,32' 4" dan E 110"35,0172".Aksesibilitas menuju Pantai Krakal relatif mudah karena di lalui jalan propinsi. Kualitas jalan yang tersedia mempunyai kondisi yang sangat
bagus dan relatif datar dengan perincian : lebar jalan sekitar 4 m, tersusun oleh aspal hormik dan am lalu lintas dua arah Selain itu disekitar lokasi juga dijurnpai jalan desa yang menghubungkan lokasi dengan desa terdekat dengan kondisi yang bagus. Alat transportasi yang melayani jalur ini tidak tersedia sehingga untuk
menuju lokasi biasanya pengunjung menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa kendaraan dari Wonosari atau Y o g y a h h Sarana prasarana pendukung geowisata di Pantai Krakal tidak tmgantung sepenuhnya pada Kota Wonosari karena sebagian sudah tersedia Sarana manajemen seperti pintu gerbang wisata serta sarana pengunjung yang lain yang sudah ada meliputi penginapan, sarana
MCK,sarana parkir, sarana ibadah, warung makan atau restoran serta penerangan. Wisata Pantai Krakal telah dikembmgkan sebagai obyek wisata pantai yang terintegrasi dengan pantai-pantai lain yang ada di sepanjang pantai selatan Gunungkidul.
4.6.14.2. Atraksi Obyek Geowisata
Atraksi obyek geowisata yang ada di lokasi ini terdiri dari degraded
cockpit yang memiliki topografi dengan ketinggian 1 m-3 m diatas permukaan laut dan kemiringan lereng 10"- 30"ke arah selatan. Keunikan yang dapat dilihat pada morfologi ini adalah secara genesis degradasi terlihat jelas sebagai perkembangan proses karstifikasi vertikal yang sudah rnaksimal sehingga perkembangan selanjutnya bmyak di dorninasi oleh perkembangan karstifikasi lateral yang intensif terutarna pada daerah yang terkena kontrol struktur dan topografi. Karena pada perkembangannya membentuk topografi yang rendah, maka
daerah ini juga menjadi tempat sedimentasi sisa endapan diatasnya
Penyusun utama dataran ini sebagai alas berupa batugamping tenunby sedangkan pada permukaannya merupakan endapan terrarosa dan aluvial. Morfologi dataran ini juga dapat mewakili Satuan Geomorfologi Teras Pantai pada Zona Penyangga dengan ciri utamanya sebagai perkembangan dolina yang berbentuk cockpit yang terdegradasi secara lateral. Struktur dan tekstur sedirnentasi menunjukkan ukuran butir yang beragam serta sedirnentasi yang bersifat lepas tergantung material penyusun suatu daerah yang tertransport ke lokasi ini. Pengembangan sebagai tempat rekreasi, stasiun ini merniliki nilai keindahan yang cukup menarik untuk dinikmati baik dari jarak dekat maupun dari jarak jauh. Dari jarak jauh terlihat torehan akibat degradasi yang membentuk kemiringan yang landai menuju ke pantai dengan litologi yang berwarna kernerahmerahan diantara tonjolan bulat-bukit kerucut. Dari jarak dekat terllhat keanekaragaman material lepas penyusun dataran dengan tekstur lepas (Lampiran Gambar 14)..
4.6.15. Stasiun Geowisata 15
4.6.15.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas Lokasi stasiun obyek geowisata ini merniliki posisi g e ~ g r S~S007,44' s 0"
E 110" 3337'5 dan berada di dekat Pantai Sundak sekitar 1 krn ke arah barat dari stasiun 14. Aksesibilitas menuju lokasi relatif mudah karena obyek geowisata berada dipinggir jalan propinsi yang memiliki kondisi jalan yang sangat bagus dan sedikit bergelombang dengan perincian : lebar jalan sekitar 4 m, tersusun oleh aspal hormik dengan
arus lalu lintas dua arah Kondisi jalan yang sudah
berkembang baik tersebut dikarenakan daerah itu sudah dikembangkan sebagai
daerah wisata pantai yang terintegrasi dengan pantai-pantai lain seperti Pantai Krakal, Kukup, Sundak dan Baron. Keberadaan tarnportasi untuk menuju lokasi ini tidak tersedia sehingga pengunjung hanya bisa menuju lokasi dengan menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa kendaraan dari Wonosari atau Yogyakarta. Sarana prasarana pendukung geowisata khususnya disekitar lokasi ini tidak dijumpai, sehingga dengan mempertimbangkan jarak yang tidak terlalu jauh dari obyek wisata pantai
maka lokasi ini sepenuhnya menggantungkan pada k e b d a a n sarana prasarana yang ada di obyek wisata pantai.
4.6.15.2. Atraksi Obyek Geowisata Jenis atraksi obyek geowisata yang ada di stasiun ini berupa eksokarst telaga kering yang merniliki luas 1,5 ha dan kerniringan lereng 10"-30" serta kedalaman 3-4 m. Keindahan obyek ini terlihat dari jarak jauh berupa telaga kering berbentuk seperti bintang atau sering disebut sebagai cockpit karena dikelilingi oleh perbukitan kerucut. Cockpit ini sebenamya merupakan perkembangan dari dolina yang terkurung oleh bukit-bukit kmcut kerucut yang berdiding terjal sehingga bentuknya dari atas menyerupai wadah. Secara genesis pembentukan morfologi ini juga diawali dengan fase pengangkatan yang tejadi di Pegunungan Selatan pada Kala Pleistosen. Proses selanjutnya merupakan perkernbangan dari dolina pada batugamping terumbu yang dipengaruhi oleh struktur rekahan sehingga membentuk close depresion mengikuti pola struktumya Kenarnpakan yang terlihat sebagai close depresion tersebut dibatasi oleh perbukitan karst sehingga perkembangannya kearah lateral menjadi terbatas dan mernbentuk cockpit. Selain itu zona lernah akibat kontrol
struktur geologi yang berupa sesar atau rekahan merupakan ternpat terjadinya pelarutan secara intensif sehingga terjadi depresi yang mengikuti arah struktur yang ada Litologi dasar telaga yang disusun oleh endapan impermiabel dari pelarutan batu gamping ,sisa sedimen yang talc terangkut oleh air tanah dan tanah lempung mengalasi dasar telaga. Morfologi cockpit ini terdapat pada Satuan Geomorfologi Teras Pantai di Zona Penyangga yang dikelilingi oleh perbukitan karst sebagai perwujudan dari sistem term pantai paling bawah karst Gunungkidul. Unsur pendidikan dan ilrnu pengetahuan yang ada dalam bentukan morfologi cockpit ini dapat untuk memberikan gambaran keanekaragaman proses karstifikasi yang ada di gunungkidul sehingga menghasilkan
bentukan
yang
beraneka
ragam
(Lampiran Gambar 15).
4.6.16. Stasiun Geowisata 16 4.6.16.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas Obyek ini berada di Pantai Baron yang terletak sekitar 3 krn ke arah barat stasiun 15 menyusuri Pantai Selatan Gunungkidul yang secara geografis berada pada posisi S 8°10,157 4" dan E 110" 24,0178". Pantai Baron sebenarnya telah lama dikembangkan sebagai obyek wisata pantai sehingga telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung wisata pantai. Dalam pengembangannya sebagai obyek wisata geologi maka stasiun ini dapat memanfaatkan fasilitas yang sudah tersedia Jenis sarana prasarana yang tersedia sudah termasuk lengkap mulai dari sarana manajemen, sarana pengunjung dan sarana pengamanan kawasan. Sarana manajemen yang sudah ada meliputi pintu gerbang wisata, sarana publikasi dan sarana promosi yang ada di sekitar lokasi wisata maupun di resoran atau warung-
warung disekitar lokasi. Sarana bagi pengunjung sudah relatif lebih lengkap seperti penginapan, MCK,tempat parkir, tempat beribadah, pompa bensin serta pos dan telekomunikasi. Salah s a b sarana prasarana yang memegang peranan penting bagi keselamatan pengunjung adalah tersediannya sarana pengaman kawasan di lokasi
ini yang terdiri dari rambu-rambu yang bersifat himbauan atau larangan serta didirikannya posko kernanan. Aksesibilitas menuju Pantai Baron sebenarnya dapat ditempuh melalui dua cara yaitu jalur darat dan jalur laut. Aksesibilitas yang melalui jalur darat relatif mudah dijangkau dengan dukungan kualitas jalan propinsi yang memiliki kondisi jalan beraspal hotmik, lebar 6 m dan arus lalu lintas dua arah Papan informasi dan rambu petunjuk tersebar diternpat-tempat strategis untuk memberikan kemudahan serta kewaspadaan pengunjung menuju lokasi wisata. Alat transportasi yang bersifat masal tidak tersedia, sehingga untuk menuju lokasi ini digunakan kendaraan pribadi atau kendaraan sewa dari Kota Wonosari atau Yogyakarta Jaringan jalan melalui jalur laut jarang dipergunakan, kecuali oleh masyarakat nelayan yang hendak menuju lokasi pantai lain yang berdekatan. Jenis transportasi tersebut berupa kapal kayu yang digerakkan dengan tenaga mesin
4.6.16.2. Atraksi Obyek Geowisata Keindahan atraksi obyek geowisata yang ada berupa morfologi pantai yang datar dengan kemiringan lereng kurang dari 10" ke arah selatan serta diapit oleh dua buah perbukitan karst di sisi barat dan sisi timur sehingga membentuk teluk Perbukitan yang mengapit topograii pantai mernpunyai lereng yang terjal dengan ketinggian 100 m - 300 m dari emukaan laut serta kemiringan 60"-70°, bahkan ada yang menapai 90" di bagian ujung yang menjorok ke laut. Keunikan
Pantai Baron dibandingkan dengan pantai sebelurnnya adalah pantai yang berbentuk teluk, alas pantai berupa material pasir dari endapan volkanik seperti pasir besi serta dijumpainya mata air sebagai bagian akhir dari aliran sungai bawah tanah yang berasal dari perbukitan karst. Berdasarkan genesanya Pembentukan teluk ini sangat dipengaruhi oleh kontrol struktur sesar besar atau sesar utama yang memisahkan blok Pegunungan Sewu di bagian barat dan Blok pegunungan Sewu di bagian timur. Blok barat dan timur tersebut dipisahkan oleh rendahan atau depresi yang terbentuk sebagai akibat sesar utarna yang mempunyai arah Utara-Selatan membentuk landaian yang pada akhirnya membentuk teluk. Diperkirakan pada jalur ini juga merupakan
arah umum aliran sungai bawah tanah terbesar yang bergerak ke arah selatan mengikuti struktur sesar atau patahan yang terbentuk pada Kala Pleistosen. Sebagai daerah patahan daerah ini menjadi daerah yang lebih labil sehingga proses pelarutan dan pelapukan lebih intensif. Morfologi pantai ini merupakan bagian dari Satuan Geomorfologi Teras Pantai di Zona Penyangga sebagai pemjutan dari sistem teras pantai pada topografi yang datar. Pengernbangan atraksi wisata yang selarna ini hanya mengedepankan kenampakan fisik dapat lebih ditingkatkan dengan menambah pemahaman kepada pengunjung mengenai proses terbentuknya pantai tersebut dan jenis litologi penyusunnya (Lampiran Gambar 16).
4.6.17. Stasiun Geowisat. 17
4.6.17.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Obyek geowisata ini merupakan bagian dari stasiun 16 di lingkungan Pantai Baron yang secara tepat berada di bawah tebing bagian barat. Sarana prasarana
geowisata dan aksesibilitas yang terdapat dilokasi ini sama seperti yang digambarkan pada stasiun sebelumnya 4.6.17.2. Atraksi Obyek Geowisata
Jenis atraksi geowisata lain yang ada di Pantai Baron selain pantai karst juga dijumpai goa. GeJala endokarstikasi ini muncul sebagai fenomena eksokarstifikasi berupa aliran sungai bawah tanah yang muncul dari dalam goa di Pantai Baron Geometri goa ini berbentuk rongga yang diameter 2,s-3 m dengan kemiringan lereng goa bagian dalam kurang dari 15", sedangkan kemiringan lereng di luar goa lebih dari 45". Aliran sungai bawah tanah ini membawa air tawar dari perbukitan karst menuju kelaut sebesar 8200 Itldt. Kondisi air tawar yang jernih tersebut banyak dimanfaatkan oleh pengunjung untuk mandi, memasak serta mencuci pakaian. Berdasarkan genesanya batugamping Formasi Wonosari yang merupakan inti dari batugamping tenunbu mempunyai tekstur masif dan tebal mengalami pengangkatan pada pertengahan Pleistosen Tektonik tersebut berakibat munculnya dua patahan besar yang mengakibatkan bagian tengah dari zona pegunungan selatan mengalami depresi (penurunan) dan rekahan Air hujan yang jatuh ke permukaan masuk lubang melalui ponor diteruskan lewat saluran yang disebut voclus dan kemudian berkumpul serta mencari jalan untuk bergerak melalui zona lemah sambil melarutkan batuan yang dilduinya Adanya patahan atau rekahan merupakan zona yang lemah bagi aliran air bawah tanah untuk mengikuti zona ini dan terus mengalir hingga muncul ke permukaan sebagai mata air atau luapan aliran sungai bawah tanah. Aliran sungai bawah tanah banyak mengikuti kontrol struktur geologi yang membentuk aliran
sungai bawah tanah. Aliran air yang muncul dari goa diantara perbukitan karst yang menjulang tinggi merupakan keindahan tersendiri diantara hamparan pasir besi yang berwama hitam. Jenis kegiatan rekreasi yang bisa dilakukan di daerah ini berupa mandi air tawar atau melakukan ekskwsi masuk ke dalam lorong goa yang merupakan aliran sungai bawah tanah. Keindahan lain yang dapat ddihat disekitar lingkungan goa berupa lereng terjal yang sangat tebal yang tersusun oleh batugmping tenunbu masif yang perkernbangannya selain dikontrol oleh struktur geologi juga dipengaruhi oleh abrasi gelombang laut. Nilai pendidikan dan ilmu pengetahuan yang dapat diambil berupa proses endokarstifikasi yang ada di bawah perbukitan karst yang muncul melalui zona tengah yang merupakan zona depresi sebagai gejala eksokarstifikasi berupa aliran sung& bawah tanah. Pemahaman terhadap upaya konservasi terhadap kesinambungan air tawar yang keluar dari mulut goa sangat tergantung kepada perlindungan dan pelestarian topografi karst yang ada di perbukitan karst diatasnya (Lampiran Gambar 17).
4.6.18. Stasiun Obyek Geowisata 18
4.6.18.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Obyek geowisata eksokarst yang berupa telaga ini terletak di Desa Lebak kurang lebih 6 km ke arah utara dari Pantai Baron. Aksesibilitas menuju lokasi ini relatif mudah karena obyek geowisata berada dipinggir jalan yang di lalui jalan propinsi. Kualitas jalan yang tersedia mempunyai kondisi yang sangat bagus dan sedikit berkelok dengan lebar jaIan sekitar 4 m, tersusun oleh aspal hotrnik dan
arus lalu lintas dua arah.Selain itu disekitar lokasi juga dijumpai jalan kecarnatan dan jalan desa yang menghubungkan lokasi obyek dengan desa disekitarnya Hal
ini disebabkan karena banyaknya penduduk yang mernanfaatkan telaga tersebut pada saat musim hujan. Jenis angkutan sebagai alat transportasi yang ada di desa ini tidak berkembang dengan baik sehingga alat transportasinya tidak dibedakan antara untuk angkutan barang dan rnanusia Oleh karena itu bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke lokasi ini dapat menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa kendaraan. Sarana prasarana pendukung geowisata khususnya disekitar lokasi ini tidak dijumpai, sehingga dengan memperhitungkan jarak yang tidak terlalu jauh dari obyek wisata pantai di Baron maka digunakan fasilitas yang ada di tempat tersebut.
4.6.18.2. Atraksi Obyek Geowisata
Atraksi obyek geowisata yang terdapat dilokasi ini berupa morfologi negatif dari eksokarstifikasi yang berupa telaga kering. Berdasarkan morfometrinya telaga ini berbentuk memanjang dengan kemiringan lereng kurang dari 10" serta kedalaman bervariasi dari 1 m hingga 2 m serta dikelilingi oleh perbukitan kerucut karst. Morfologi ini mewakili Satuan Geomorfologi Kerucut
Karst pada Zona Inti yang secara genetis terbentuk dari batugamping terumbu Formasi Wonosari yang pada Kala Pleistosen ikut terangkat ke permukaan. Perkembangan lebih lanjut dari terangkatnya lingktmgan laut menjadi darat disertai pula pembentukan rekahan-rekahan atau kekar yang merupakan jalan bagi intensifhya proses pelarutan dan pelapukan Pelarutan dan pelapukan yang intensif akhimya membentuk depresi tertutup yang rnenghasilkan morfologi dolina. Bebrapa dolina yang berdekatan kemudian menyatu membentuk uvala
Penyatuan ini dapat dipengaruhi oleh kontrol struktur geologi rnaupun proses pelarutan itu sendiri. Lapisan impermiabel yang mengalasi dasar telaga yang berfdgsi sebagai penahan air pada saat musirn hujan terdiri dari aluvial dan rombakan batugarnping. Tebal tipisnya lapisan ini sangat besar penganihnya terhadap kemampuan menahan air dipermukaan Nilai pendidikan dan ilmu pengetahuan dapat diamati berupa keanekragaman bentang alam karst, proses eksokarstifikasi yang berkaitan erat dengan pembentukan depresi pada batugarnping terumbu (Lampiran Garnbar 18).
4.6.19. Stasiun Obyek Geowisata 19
4.6.19.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Stasiun obyek geowisata ini berupa perbukitan karst yang terletak 500 m dari stasiun 18 kearah utara, tepatnya di Desa Kemiri dekat dengan Telaga Lebak. Di sekitar lokasi stasiun 19 ini memiliki kondisi yang sama dengan stasiun sebelumnya yaitu tidak dijumpainya fasilitas sarana prasarana geowisata Untuk melengkapi berbagai kebutuhan yang diperlukan dalam penyelenggaraan wisata digunakan perlengkapan sarana prasarana yang tidak jauh dari obyek geowisata. Lokasi terpilih yang diperkirakan dapat mendukung penyediaan sarana prasarana geowisata di stasiun 19 adalah ketersediaan fasilitas yang sudah ada di Baron. Aksesibilitas menuju lokasi ini relatif mudah karena lokasi obyek geowisata berada dipinggir jalan propinsi dengan kualitas yang bagus, lebar jalan sekitar 4 m, tersusun oleh aspal hotmik dan arus lalu lintas dua arah. Selain itu di lokasi ini juga tidak dijumpai alat transportasi yang memadai untuk mendukung perjalanan wisata
4.6.19.2. Atraksi Obyek Geowisata
Jenis atraksi obyek geowisata yang ada di lokasi ini berupa gejala eksokarstifikasi
perbukitan karst asimetri dengan puncak yang mengalami
casehardening Berdasarkan morfometrinya bukit karst ini ketinggiannya mencapai 110 m dan pada bagian kaki bukit merniliki bentuk lereng yang cembung dengan kerniringan 60"-70". Pada bagian puncak bentuk lereng tegak lurus dengan kemiringan 90" serta merniliki bentuk Morfologi
puncak yang tumpul.
perbukitan karst ini tersusun oleh litologi batugamping
terumbu yang tebal, bertekstur masif, rombakan batugamping d m sebagian tertutup oleh soil yang tipis. Bulut kerucut ini keberadaannya tidak sendiri tapi berkelompok membentuk perbukitan, sehingga termasuk dalam Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst yang ada di Zona Inti. Perkembangannya secara genetis diawah bersamaan dengan pengangkatan batugamping Formasi Wonosari Kala Pleistosen yang disertai dengan pembentukan struktur rekahan dan patahan. Perkembangan struktur
geologi yang rapat pada topografi miring pada
batugamping membentuk sisa pelarutan berupa jurnlah bukit yang banyak serta merniliki bentuk yang asimetri. Selain itu sebenanya bisa juga dipengaruhi oleh struktur dan topografi lokal
serta keanekaragaman proses yang menyertai
pembentukannya Bentuk topografi yang tidak sama antara bagisrn puncak dan bagian kalu bukit dipegaruhi oleh tingkat resistensi yang berbeda Pada b e a n puncak terjadi proses kalsitisasi sehingga batugamping yang terbentuk telah terubah sebagian menjadi mineral kalsit yang lebih resisten di bandingkan dengan bagian bawah.
Lokasi ini sangat menarik untuk dijadikan jalur ekskursi bentang alam perbukitan karst dengan menampilkan keanekaragaman bentuk serta
proses yang
menyertainya. Bentang alarn ini perlu dilindungi dan dilestarikan karena merupakan perkembangan lanjut dari karstifikasi yang langka dan unik (Lampiran 19).
4.6.20. Stasiun Geowisata 20 4.6.20.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas Stasiun obyek geowisata 20 ini berada 7 km dari stasiun 19 ke arah utara dekat pertigaan Desa Mulo. Ketersediaan sarana prasarana geowisata di lokasi ini diharapkan dapat dipenuhi dari lokasi terdekat yaitu stasiun 1 yang ada di Kota Wonosari. Selain jaraknya yang relatif dekat yaitu sekitar 10 km dari pusat kota, aksesibilitas yang menuju lokasi ini juga sangat mudah. Keberadaan obyek geowisata yang dipinggir jalan propinsi serta kondisi jalan yang beraspal dengan lebar 6 m memudahkan wisatawan mengunjungi lokasi tersebut dengan nyaman. Selain itu di lokasi ini juga didukung oleh alat transportasi yang sederhana untuk perjalanan wisata, namun tidak sepenuhnya alat transporatsi tersebut dapat mengakomodir wisatawan dari segi kenyamanan dan keamanan, karena jenis kendaraan yang digunakan merupakan jenis angkutan masal sederhana yang banyak digunakan oleh penduduk setempat.
4.6.20.2. Atraksi Obyek Geowisata Atraksi obyek geowisata disini berupa perbukitan karst simetri yang keberadaannya berkelompok. Morfometrinya bukit karst ini memiliki lereng yang cembung di semua sisi dengan kemiringan 45"-60" serta memiliki ketinggian yang mencapai 80 m. Litologi penyusun morfologi ini terdiri dari batugamping terurnbu yang bertekstur masif dan tebal serta sebagian tertutup oleh soil yang tipis. Keberadaan bukit kerucut yang berkelompok di lokasi ini termasuk bagian dari Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst yang ada di Zona Inti.
Awal pembentukan morfologi ini tidak beda jauh dengan proses pembentukan yang
ada di stasiun sebelumnya yaitu stasiun 19 dengan di
awalinya pengangkatan batugamping Formasi Wonosari kepermukaan oleh proses tektonik Kontrol stniktur geologi seperti rekahan dan patahan yang tidak berkembang rapat di daerah dengan topografi yang relatif datar pada akhirnya membentuk perkembangn perbukitan yang simetri. Lokasi ini sangat menarik untuk dijadikan jalur ekskursi bentang alarn perbukitan karst karena dalam jarak yang relatif tidak jauh dari stasiun sebelurnnya ternyata dijurnpai morfologi bukit karst yang berbeda bentuknya (Larnpiran Gambar 20). 4.7.
Pemanfaatan Geologi Kamt Gunungkidul dalam Pariwisata sebagai Obyek Geowisata
Hal paling mendasar untuk mentransfer pengetahuan dan fenomena geologi sebagai obyek wisata adalah mengikuti kaidah yang ada dalarn konteks pengembangan pariwisata. Apresiasi yang di lakukan terhadap obyek geowisata, mengharuskan obyek geowisata mampu menjawab semua kriteria yang mendiskripsikannya sebagai obyek wisata yang layak untuk diangkat ke dalarn
hakekat kepariwisataan. Berdasarkan atraksi obyek geologi yang diangkat sebagai hasil pengamatan geowisata di daerah penelitian menunjukkan bahwa: 1. Obyek geologi dapat berupa obyek fisik yang sangat besar sehingga cara
menikrnatinya hanya dapat dilakukan dari kejauhan, seperti yang ditunjukkan oleh deretan perbukitan kerucut karst, telaga dan lain-lain. 2.
Obyek geologi dapat berupa obyek fisik yang berukuran kecil sehingga dalam menikmatinya harus dalam jarak yang relatif dekat bahkan bisa juga harus menggunakan alat bantu. Contoh obyek geowisata yang berukurab kecil seperti tekstur dan struktur batugamping, casehardening pada batugamping dan rnineralisasi.
3. Lokasi obyek geowisata bisa berada pada tempat yang sangat jauh dan sukar
dicapai, tapi dapat pula berada di genggaman tangan tangan kita, seperti kenampakan mineral. 4.
Obyek geologi dapat dinikrnati dalam waktu yang sangat pendek hanya sepintas lalu saja atau berhari-hari bahkan berbulan-bulan karena perlu pemahaman secara lebih detail.
5.
Obyek geologi dapat dinikmati dari segi keindahannya, atau dari segi ekonomi, enjiniring, keilmuan, pendidikan atau dari segi lain seperti kesehatan, petualangan, olah raga dan lain-lain.
6. Obyek geologi dapat menimbukan rasa ketakjuban, tapi kadang-kadang bisa
juga menimbulkan rasa ketakutan yang luar biasa, seperti terjadinya close depresion pada permukaan batugamping. Mengacu
kepada konsep ekowisata yang
memiliki keunggulan
dibandingkan dengan jenis wisata lain pada urnumnya, maka uraian geowisata
yang dilakukan di jalur geowisata eksokarst Wonosari-Tepus-Baron-Wonosari dapat dijelaskan dalam setiap stasiun yang ada (Garnbar 6). Pengertian penilaian manfaat yang ada dalam obyek geowisata dapat duelaskan sebagai berikut : 1. Keindahan
Obyek geologi merupakan segala sesuatu yang secara fisik dapat ditangkap oleh panca indera sehingga dapat menimbulkan kenikmatan, ketakjuban, kekaguman, romatis dan rasa kepercayaan pada Keagungan Tuhan. Kesan psikologis setelah menikmati keindahan tersebut menimbulkan rasa m a n , nyaman, rileks dan tenteram. 2. Lingkungan
Obyek geowisata mengandung pengertian, bahwa segala sesuatu yang ditampilkan dalam atraksi obyek geowisata erat sekali kaitannya dengan lingkungan, baik kondisi lingkungan obyek yang dipengaruhi oleh faktor dam maupun oleh manusia 3. Petualangan
Obyek geowisata dapat dijadikan sebagai media untuk mengenal dan mernahami dam lebih dekat melalui kegiatan yang dilakukan dalam lingkup obyek geowisata. Kegiatan tersebut bisa berupa penjelajahan, penelusuran dan eksplorasi terhadap obyek dengan tingkat kesulitan dan resiko yang menjadi daya tarik tersendiri. 4.
Rekreasi Obyek geowisata berpotensi untuk memulihkan kemampuan fisik dan mental wisatawannya serta memberikan kesempatan bersantai bagi mereka dari kebosanan dan keletihan rutinitas bekerja atau belajar ditempatnya semula
5. Olah raga
Obyek geowisata berpotensi sebagai ajang membedan kepuasan kepada wisatawan yang mempunyai hobi tertentu seperti mendaki dan menelusuri perbukitan, menelusuri goa, mengail, berselancar, menyelam dan lain sebagainya 6. Kesehatan
Obyek geowisata rnampu memberikan alternatif yang berupa kebutuhan terhadap
perawatan kesehatan dengan fasilitas penyembuhan sekaligus
rekreasi, seperti berjemur di sinar matahari yang hangat, udara pantai yang bersih dan segar dan lain sebagainya Pariwisata ini memerlukan persyaratanpersyaratan tertentu seperti kebersihan, ketenangan dan keindahan. 7.
Proses alam Obyek geowisata terbentuk secara alamiah di darn melalui dinamika suatu proses perjalanan waktu yang panjang.
8. Pendidikan dan ilmu pengetahuan
Proses alamiah pembentukan obyek geowisata sarat dengan ilmu pengetahuan yang hingga saat ini terus dipelajari untuk kepentingan manusia di masa mendatang. Pengenalan keanekaragaman bentang dam, keanekaragaman proses pembentukan serta faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukannya mulai diperkenalkan melalui pendidikan. 9.
Konservasi Aspek konservasi merupakan bagian terpenting untuk mempelajari, memanfaatkan dan mengamankan suatu obyek geowisata yang unik, langka serta mengandung nilai sejarah dan nilai ilmu pengetahuan yang tinggi.
Obyek geowisata terbentuk secara almiah pada kondisi dan proses yang sangat khusus sehingga menimbulkan bentuk yang khas. Pembentukan obyek geowisata dapat terganggu apabila ekosistem yang mernerlukan persyaratan tertentu tersebut rnendapatkan gangguan atau perubahan. 11. Langka Obyek geowisata dengan bentuk yang unik tidak dapat terbentuk di semua tempat secara alamiah, melainkan terbentuk pada suatu daerah yang memiliki persyaratan tertentu sehingga obyek geowisata tersebut merupakan barang langka dan peninggalan alarn yang bersejarak Tabel 8. Uraian manfaat yang terdapat di setiap stasiun geowisatajalur WonosariTepus-Baron-Wonosari.
-
MANFAAT O B m GGOWISATA DALAM PARIWISATA
3
-
4
Rekmn
5
Olah*
6
K&km
7
Rweanlam
No.
1 2
2
3
4
5
6
7
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
Kern*
Petuabgan
J
J
J
8
Pd&mI&illnlJ
9
pmgetahw KOfisrYIM
10
una:
11
STASTUN PENGATHATAN 1
9
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
10
J
J
11
J
12
J
13
J
14
J
15
J
J
J
J
J
J
J
J
J
4
J
J
4
4
4
16
J
17
J
18
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
4
20
19
J
J
.
J J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
4
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J
J 9
J
J
J 7
J J 9 1 0
w Junbh
8
3
J 1
J
0
8
J 7 7
9
9
7
J 1
J 0
J
9
J
8
J J J 1 1 1 1 8
Berdasarkan data dari tabel 8 menunjukkan bahwa manf'aat yang dirniliki obyek geowisata untuk memenuhi persyaratan sebagai tujuan pariwisata memiliki nilai rata-rata 8,4 dengan perincian terendah 3 manfaat dm tertinggi 11 manfaat. Mengacu kepada jurnlah manf'aat yang dirniliki oleh masing-masing obyek geowisata ternyata ha1 yang paling dominan dan dirniliki oleh semua obyek
J J
8
J
8
~
geowisata sehingga merupakan kekuatan yang menjadi daya tarik wisatawan, adalah unsur proses dam d m unsur pendidikan - ilmu pengetahuan. Manfaat kedua terbanyak yang juga mendorninasi obyek geowisata adalah keindahan, rekreasi, konservasi, keunikan d m kelangkaan masing-masing obyek. Selain itu di daerah penelitian juga dijumpai manfaat yang agak jarang dimiliki oleh obyek geowisata, seperti unsur kesehatan, petualangan dan olah raga Hasil pengamatan yang dilakukan di daerah penelitian maka dapat diurutkan jumlah terbanyak manfaat yang dimiliki obyek geowisata dalam pariwisata adalah stasiun 16 dan 17 yang masing masing memiliki 11manfaat. Urutan kedua yang memiliki 10 manfaat terdapat di stasiun 2, 12 dan 13, urutan ke tiga memiliki 9 manfaat terdapat di stasiun 6,7,8, 11 dan 14, urutan ke empat memiliki 8 manfaat terdapat di stasiun 3, 15, 18,19 dan 20, urutan ke lima merniliki 7 manfaat terdapat di stasiun 5, 6, 9 dan 10, urutan ke enam merupakan urutan yang paling sedikit memiliki 3 manfaat terdapat di stasiun 3.
4.8. Analisis Karakteristik di Setiap Stasiun Geowisata Jalur Wonosari-
Tepus-Baron-Wonosari 4.8.1. Analisis Karakteristik Variabel Obyek Geowisata
Dalam uraian karakteristik variabel obyek geowisata di lakukan pengumpulan hasil pembobotan yang berasal dari nilai kualitas, kuantitas dan jumlah nilai kualitas dan nilai kuantitas tiap variabel (Tabel 9), yang kemudian diurutkan hasilnya dari terendah sampai hasil tertinggi. Pengurutan hasil ini dimaksudkan untuk mengetahui urutan hasil dari nilai kualitas, kuantitas dan jumlah
tertinggi
yang
dapat
dijadikan
prioritas
kunjungan
tanpa
mengesampingkan keterwalulan tiap satuan geomorfologi karst dan zonasi yang terdapat di daerah penelitian (Tabel 9a d m 9b). Jenis variabel yang digunakan untuk pembobotan ini meliputi variabel obyek geowisata, variabel sarana prasarana geowisata dan variabel aksesibilitas. Metode yang digunakan dalam pembobotan selain dengan pendekatan referensi juga membuat kriteria ditail mengenai penentuan nilai kualitas d m nilai kuantitas ddam setiap variabel obyek geowisata seperti yang sudah di bahas di bab 3 (Tabel
2,3,4dan 5). Tabel 9. Hasil pembobotan variabel obyek geowisata di 20 stasiun geowisata yang di lalui jalw geowisata eksokarst Gunungkidul.
Tabel 9a.Urutan nilai kualitas dan stasiun geowisata terendah ke tertinggi variabel obyek geowisata eksokarst Gunungkidul di 20 stasiun OBYEK GEOLOGI GEOWISATA
PARIWISATA
Analisis Variabel obyek geowisata berdasarkan karakteristik keanekaragaman obyek geowisata yang memiliki nilai kualitas tertinggi pada stasiun 13 dan 16 masing-masing sebesar 72. Stasiun 13 mewakili Satuan Gemorfologi Teras Pantai pada Zona Penyangga yang ditunjukkan oleh keindahan bentang alam pantai karst dengan litologi penyusun yang beragam. Stasiun 16 mewakili Satuan Geomorfologi Teras Pantai pada Zona Penyangga yang ditunjukkan oleh eksokarst Teluk Baron. Urutan nilai kualitas tertinggi kedua berdasarkan karakteristik keanekaragaman obyek geowisata terdapat di stasiun 14 dan 18 masing-masing sebesar 65. Pada kondisi ini stasiun 14 mewakili Satuan Geomorfologi Teras Pantai pada Zona Penyangga dengan atraksi geowisata berupa degraded cockpit, sedangkan stasiun 18 mewakili Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst di Zona Inti yang ditunjukkan oleh bentukan perkembangan uvala Nilai Kualitas terendah pada karakteristik keanekaragaman obyek
geowisata terdapat di stasiun 1 dengan nilai 21. Stasiun ini terdapat di Satuan Geomorfologi Dataran pada Zona Pernanfaatan Intensif yang ditunjukkan oleh kenampakan bentang dam plateau. Analisis variabel obyek geowisata berdasarkan keterkaitan obyek geologi dalam periwisata yang memiliki nilai kualitas tertinggi terdapat di stasiun 16 sebesar 61 dan disusul stasiun 4 dengan nilai 60. Stasiun 16 memiliki nilai yang tinggi sebagai tempat rekreasi dan banyak mengandung unsur pendidikan dan ilrniah pengetahuan geologi yang tinggi. Nilai kualitas terendah berdasarkan keterkaitan obyek geologi dalarn pariwisata terdapat di stasiun 1 sebesar 14. Hal ini karena stasiun tersebut tidak dapat mewakili fenomena dan atraksi obyek geowisata Analisis variabel oyek geowisata berdasarkan karakteristik keunggulan obyek geowisata menujukkan nilai kualitas tertinggi pada stasiun 11 dan 8 sebesar 22. Stasiun 11 terdapat di Satuan Geomorfologi Teras Pantai sedangkan Stasiun 8 terdapat pada Sub Satuan Gemorfologi Kerucut Karst. Nilai kualitas terendah terdapat di stasiun 1 sebesar 0. Hal ini disebabkan karena Wonosari sebagai stasiun 1 sebagian besar telah berubah atau tertutupi kenampakan bentang
alamnya oleh aktivitas manusia
Pernbobotan yang dilakukan berdasarkan kuantitasnya, pada karakteristik keanekaragaman obyek geowisata diperoleh nilai kuantias tertinggi pada stasiun 16 sebesar 26 dan terendah pada stasiun 1 sebesar 8. Sedangkan hasil pada karakteristik keterkaitan geologi dalam pariwisata menunjukkan nilai kuantitas tertinggi pada stasiun 16 sebesar 25 dan terendah pada stasiun lsebesar 4. Karakteristik keunggulan obyek geologi menunjukkan nilai kuantitas tertinggi terdapat pada stasiun 16 sebesar 8 dan terendah pada stasiun 1 sebesar 0. Hasil pembobotan yang dilakukan pada seluruh stasiun geowisata menunjukkan bahwa stasiun 16 memiliki nilai kualitas dan nilai kuantitas pada keanekaragaman obyek geowisata d m keterkaitan obyek geologi dalam pariwisata yang terlengkap d m terbaik diantara stasiun yang ada, sedangkan stasiun 1 memiliki nilai kualitas d m nilai kuantitas terendah pada keanekaragaman obyek geowisata.
4.8.2. Analisis Karakteristik Sarana & Prasarana
Hasil analisis yang dilakukan berdasarkan nilai kualitas dan kuantitas pada karakteristik sarana prasarana juga dikumpulkan dalam satu tabel untuk memudahkan pengurutan nilai terendah ketertinggi (Tabel 10). Hasil pengamatan tersebut dipergunakan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan ketersediaan sarana prasarana di sekitar masing-masing stasiun geowisata. Tabel 10. Hasil pembobotan variabel obyek geowisata di 20 stasiun geowisata yang di lalui jalur geowisata eksokarst Gunungkidul.
Tabel 10a Urutan nilai kuantitas dan stasiun geowisata terendah ke tertinggi variabel obyek geowisata eksokarst Gunungkidul di 20 stasiun PENGUNJUNG
PENGAMANA
Berdasarkan analisis veriabel sarana prasarana geowisata menunjukkan bahwa nilai kualitas tertinggi pada sarana manajemen terdapat di stasiun 1 dengan nilai 2,O sedangkan terendah pada stasiun 2 sarnpai stasiun 20 dengan nilai 0. Stasiun ini memiliki nilai kualitas tertinggi sebagai penyedia sarana prasarana geowisata karena terletak di ibu kota kabupaten yang merupakan pusat pemerintahan serta pusat perdagangan sekdigus pintu gerbang menuju lokasi geowisata eksokarst Gunungkidul. Stasiun geowisata yang memilik nilai kualitas sarana prasarana manajemen 0 menunjukkan bahwa pada lokasi tersebut tidak dijumpai ketersediaan sarana prasarana manajemen geowisata Sedangkan pada sarana pengunjung nilai kualitas tertinggi terdapat di stasiun 1 sebesar 9 2 dan terendah di stasiun 2, 4, 6, 7,8, 9, 10, 15, 18, 19, 20 sebesar 0. Kota Wonosari sebagai pusat kota dilengkapi dengan sarana prasarana pengunjung yang lengkap. Sedangkan di luar stasiun tersebut dapat menggunakan
stasiun Wonosari untuk melengkapi kebutuhan dalam melakukan perjalanan geowisatanya Sarana pengamanan kawasan mempuyai nilai kualitas tertinggi masih terdapat di stasiun 1 sebesar 2,O dan terendah di stasiun 2,5,6,7,9,10,15,18, 19, 20 sebesar 0. Sebagai pusat kota di Gunungludul kota Wonosari tentunya
rawan terhadap tindak kejahatan yang dapat meresahkan bagi warganya maupun pengunjung. Pengamanan kawasan mutlak dilakukan untuk memberi ketenangan d m rasa arnan bagi bagi pengunjung dan penduduk untuk melakukan aktivitasnya Tabel lob. Urutan nilai kuantitas dan stasiun geowisata terendah ke tertinggi variabel obyek geowisata eksokarst Gunungkidul di 20 stasiun
Analisis berdasarkan nilai kuantitas tertinggi pada sarana manajemen terdapat di stasiun 16 dan 17 sebesar 8. Urutan nilai kuantitas tertinggi kedua terdapat di stasiun 1 sebeasar 7. Sedangkan nilai kuantitas terendah pada variabel sarana manajemen terdapat di stasiun 2-20 sebesar 0. Stasiun 16 dan 17 merniliki nilai kuantitas tertinggi pada sarana rnanajemen karena lokasi ini telah lama dikembangkan sebagai obyek wisata pantai. Sedangkan stasiun lain yaitu stasiun
2-20 terdapat dibagian tengah dari perbukitan karst yang belurn dikembangkan sebagai obyek wisata, sehingga praktis tidak memiliki kelengkapan sarana manajemen yang memadai. Pada sarana pengunjung yang memiliki nilai kuantitas tertinggi di tunjukkan
oleh
stasiun
1
sebesar
34
dan
terendah
stasiun
2,4,6,7,8,9,10, 15,18,19,20 sebesar 0. Sarana pengamanan kawasan menujukkan nilai kuantitas tertinggi oleh stasiun 1 sebesar 9 dan terendah oleh stasiun 2,5,6,7,9,10,15,18,19,20 sebesar 0. Hasil ini memberikan gambaran bahwa stasiun
1 yaitu Kota Wonosari merniliki potensi sebagai pendukung geowisata dan penyedia sarana prasarana geowisata yang terlengkap dengan kualitas terbaik diantara stasiun yang ada di jalur geowisata Stasiun 16 dan 17 termasuk stasiun 14 merupakan urutan kedua terlengkap dalam penyediaan sarana prasarana geowisata karena ketiga stasiun tersebut memang telah dikembangkan sebelumnya sebagai tempat wisata Berdasarkan uraian tersebut dapat diputuskan bahwa Kota Wonosari layak ditetapkan selain sebagai basecamp juga sebagai startingpoint menuju lokasi stasiun geowisata berikutnya
4.8.3. Analisis Karakteristik Aksesibilitas
Pada variabel aksesibilitas, hasil penilaian kualitas dan kuantitas dikelompokkan ke dalam satu tabel untuk tujuan selain memudahkan pengelompokkan dan pemilahan suatu variabel juga dimaksudkan untuk memudahkan pembuatan skala prioritas berdasarkan aksesibilitasnya (Tabel 11).
Tabel 11. Hasil pembobotan variabel aksesibilitas di 20 stasiun geowisata Yang di lalui jalur geowisata eksokarst Gunungkidul.
Tabel 1la Urutan nilai kualitas dan stasiun geowisata terendah ke tertinggi variabel obyek geowisata eksokarst Gunungkidul di 20 stasiun I I JARINGAN JALAN I I JARINGAN JALAN 1 STA
DARAT
FXA
10 15
Kualitas 24 26
1 2
LAUT Kualitas 0 0
Pada analisis variabel aksesibilitas daerah penelitian menunjukkan bahwa nilai kualitas tertinggi pada jaringan jalan darat adalah stasiun 1 sebesar 6,4 dan terendah stasiun 10 sebesar 2,4. Sebagai urat nadi perekonomian di Gunungkidul
Wonosari memiliki kualitas aksesibilitas lewat darat yang lengkap dan bagus untuk mernudahkan aktivitas rnanusia dan distribusi barang dan jasa sehingga tidak mengherankan Stasiun 1 memiliki aksesibilitas yang paling siap untuk dikembangkan sebagai pendukung geowisata. Pada jaringan jalan laut nilai kualitas tertinggi dapat terlihat pada stasiun 16 dan 17 selain itu tidak dijumpai adanya jaringan jalan laut. Tabel 11 b. Urutan nilai kuantitas dan stasiun geowisata terendah ke tertinggi akesibilitas eksokarst Gunungkidul di 20 stasiun
Berdasarkan nil& kuantitasnya rnenunjukkan bahwa jaringan jalan darat yang tertinggi nilai kuantitasnya ada di stasiun 1 sebesar 18 dan terendah di stasiun 15 sebesar 7. Untuk jaringan jalan laut nilai kuantitas tertinggi di dapatkan pada stasiun 16 dan 17, selain daerah itu tidak dijumpai adannya jaringan jalan laut. Berdasarkan uraian tersebut rnenunjukkan bahwa aksesibilitas pada jaringan jalan darat yang merniliki nilai kualitas dan kuantitas terbaik diantara stasiun yang ada adalah
stasiun 1, sedangkan untuk jaringan jalan laut relatif jarang
dilakukan oleh mum kecuali nelayan terdapat di stasiun 16 dan 17.
4.9. Prioritas Kunjungan Geowisata di jalur Geowisata Wonosari-Tepus-
Baron-Wnosari Penentuan skala prioritas dalarn kunjungan wisata sangat penting sekali untuk dapat memenuhi keinginan wisatawan tertentu yang mempunyai w&u terbatas namun berkeinginan dan berkepentingan
mendapatkan keuntungan
kunjungan yang optimal. Untuk memenuhi keinginan wisatawan, penulis mencoba membuat prioritas kunjungan geowisata dengan melihat unsur-unsur ketenvakilan satuan geomorfologi dan keterwakilan zonasi pemdaatan Unsur
lain yang dijadikan bahan pertimbangan utama adalah
mernilih peringkat
tertinggi yang dimiliki oleh suatu obyek geowisata dalam pembobotan nilai kualitas dan kuantitas pada setiap variabel obyek geowisata, variabel sarana prasarana dan variabel aksesibilitas (Tabel 12).
Tabel 12. Empat stasiun unggulan dari 20 stasiun geowisata yang menjadi prioritas kunjungan di jalur geowisata yang sudah dapat mewakili satuan geomorfologi, zonasi pemanfaatan, morfologi bentang alam karst Gunungkidul dan proses karstifikasinya. STA
1
2
4
NILAI Waktu NILAI KUALITAS KUANTITAS 35 (Vto)
12 (Vto)
132 (Vts)
50 (Vts)
64 (Vta)
18 (Vta)
139 (Vto)
53 (Vto)
0 (Vts)
0 (Vts)
38 (Vta)
12 (Vta)
136 (Vto)
49 (Vto)
2 (Vts)
1 (Vts)
0
15 menit
10 menit
Jarak
KETERANGAN
1. Meskipun nilai kualitas dan kuantitas pada variabel obyek geowisata memiliki urutan terendah, tapi pada variabel sarana prasarana memiliki nilai kualitas dan kuantitas rata-rata tertinggi. 0 Sedangkan pada variabel aksesibilitas khususnya jaringan jalan darat juga memiliki peringkat tertinggi. 2. Selain sarana prasarana dan aksesibilitas yang lengkap dan mudah Kota Wonosari sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan pantas sebagai starting point, base camp dan pendukung stasiun geowisata di sekitarnya. 3. Dilokasi lain yang berdekatan dijumpai batas Satuan Geomorfologi Dataran Karst d m Satuan Geomorfologi Perbukitan. 4. Mewakili Zona Pemanfaatan Intensif dan Satuan gemorfologi Dataran Karst yang disebut juga sebagai Plateau Wonosari. 5. Jalur geowisata yang dimulai dari stasiun ini 1. Pertimbangan jarak dan waktu yang relatif terdekat di bandingkan stasiun lain maka stasiun ini layak sebagai tujuan selanjutnya perjalanan geowisata setelah stasiun 1 lo km 2. Nilai kualitas dan kuantitas pada variabel obyek geowisata cukup tinggi sehingga dapat untuk dari mewakili Satuan Geomorfologi Dataran Karst yang pada stasiun 1 tidak terlihat jelas, Sta 3. Sarana prasarana geowisata tidak dijumpai di stasiun 2, tapi dapat memanfaatkan fasilitas yang ada di stasiun 1 karena jaraknya relatif dekat. 4. Daya tarik geowisata, atraksi luweng yang merupakan perkembangan dari endokarstifikasi yang tersingkap kepermukaan sebagai proses lanjut dari eksokarstifikasi, ragam batuan dan jejak aliran sungai bawah tanah. 5. Aksesibilitas melalui jaringan jalan darat yang memiliki kualitas dan kuantitas jalan yang bagus memudahkan pengunjung mendatangi lokasi. 1. Nilai kualitas dan kuantitas pada variabel obyek geowisata berada di bawah stasiun 2, tapi berdasarkan bobotnya merupakan peringkat kedua pada morfologi negatif karst yang dapat km mewakili Zona Inti dan Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst. dari sta 2. Sarana prasarana geowisata tidak dijumpai di stasiun 4, tapi dapat memanfaatkan fasilitas yang 2 ada di stasiun 1 karena jaraknya masih relatif dekat. 3. Daya tarik obyek geologi berupa dolina yang disebut telaga yang isi air sepanjang tahun. Daya tarik lain terdapat pada morfometri dolina, morfogenesa dan pemanfaatan telaga tersebut.
'
36 (Vta)
4. Aksesibilitas relatif mudah dengan kondisi kualitas dan kuantitas jalan yang memadai.
13 (Vta)
1. Stasiun ini memiliki nilai kualitas dan kuantitas tertinggi pada variabel obyek geowisata bentuk
8
135 (Vto)
50 (Vto)
02 (Vts)
1 (Vts)
34 (Vta)
11 (Vta)
17 menit
positif yang terdapat dalam Zona Inti karst, Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst. 2. Posisi stasiun 8 yang terdapat pada bagian tengah jalur geowisata, maka sarana prasarana 12 krn pendukung geowisata dapat dipenuhi oleh stasiun 1 atau stasiun 16 dan 17. dari sta 3. Daya tarik atraksi obyek geowisata berupa perbukitan kerucut simetri karst dengan puncak yang 3 mengalami casehardening. 4. Posisi stasiun 8 sangat strategis karena di lokasi ini langsung dapat dilihat atraksi lain perbukitan kerucut dengan morfometri yang beragam yang berada di sekitar stasiun 8. Daya tarik lain berupa keanekaragaman proses, batuan dan mineral. 5. Aksesibilitas mudah dengan kualitas dan kuantitas jalan yang bagus. 1 . Stasiun ini dari semua aspek variabel obyek geowisata, sarana prasarana dan aksesibilitas memiliki
16
18
153 (Vto)
59 (Vto)
73 (Vts)
28 (Vts)
42 (Val
I1 (Vta)
135 (Vto)
5 1 (Vto)
0 (Vts) 40 (Vta)
0
(Vts)
I1 (Vta)
20 menit
6 menit
nilai kualitas dan kuantitas tertinggi. Stasiun ini mewakili Zona Penyangga pada Satuan Geomorfologi Teras Pantai. 15,s 2. Stasiun yang berada pada posisi paling selatan ini sebenarnya telah lama dikembangkan sebagai km dari obyek wisata pantai. sta 8 3. Sarana prasarana dan aksesibilitas yang tersedia sudah lengkap sehingga tidak tergantung pada stasiun 1. 4. Atraksi obyek geowisata berupa teras pantai yang masih terlihat sebagai akibat degradasi pada morfologi karst. Selain obyek tersebut disekelilingnyabanyak dijumpai atraksi lain seperti mata air, pantai dengan dasar karst serta morfologi teluk karst. 5 krn 1. Stasiun ini memiliki nilai kualitas dan kuantitas tertinggi pada variabel obyek geowisata yang dari sta terdapat dalam Zona Inti karst pada Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst. 16 2. Posisi stasiun 18 yang cenderung lebih dekat ke stasiun sebelumnya sehingga sarana prasarana pmdukung geowisata tidak tergantung pada stasiun 1. 3. Daya tarik atraksi obyek geowisata berupa morfologi uvala kering diantara perbukitan karst dengar dasar yang rata dan dilapisi oleh endapan aluvial dan rombakan batugamping yang berfungsi sebagai lapisan impermiabel. 4. Aksesibilitas mudah dengan kualitas dan kuantitas jalan yang bagus.
Keterangan : Vto= Variabel total obyek geowisata, Vts = Variabel total sarana prasarana geowisata, Vta= Variabel total aksesibilitas geowisata
Berdasarkan tabel tersebut penulis dapat mengelompokkan beberapa keinginan wisatawan dalam rencana kunjungan geowisatawannya ke Gunungkidul sebagai berikut : 1.
Jika yang diinginkan adalah jenis atraksi yang lengkap dan dapat dinikmati dalam waktu yang terbatas, maka dasar pernilihan prioritas stasiun geowisata yang akan dikunjungi adalah nil4 total kualitas tertinggi dan nilai total kuantitas tertinggi dari variabel obyek geowisata, variabel sarana prasarana geowisata dan variabel aksesibilitas geowisata yang dapat mewakili masingmasing satu satuan geomorfologi dan satu zonasi pemanfaatan. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka gambaran prioritas kunjungan geowisata yang dapat dilakukan secara urut adalah dari stasiun 1, stasiun 2, stasiun 4, stasiun 8, stasiun 1 6 dan stasiun 18 dengan total jarak tempuh sejauh 52 krn serta membutuhkan waktu perjalanan 6 0 menit atau 1 jam, menggunakan kendaraan bermotor (Tabel 13). Mengenai waktu yang dibutuhkan untuk mengamati setiap obyek sangat tergantung pada sudut pandang rninat wisatawan dan keahlian pernandu untuk menyampaikan apa yang akan ditampilkan.
2. Jika lokasi geowisata yang menjadi prioritas kunjungan dipilih satu, maka
dasar pernilihan diharapkan dapat mewakili keseluruhan kawasan Karst Gunungkidul secara umum yang memiliki nilai kualitas tertinggi dan nilai kuantitas tertinggi dari dari variabel obyek geowisata, variabel sarana prasarana geowisata dan variabel aksesibilitas geowisata (Tabel 13). Prioritas kunjungan diarahkan pada stasiun 16 yang merniliki jarak tempuh 47 krn serta waktu perjalanan hampir 1 jam dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Waktu yang digunakan untuk mengamati obyek tentunya lebih singkat karena hanya pada satu lokasi saja 3. Jika yang ingin di lihat adalah keanekaragaman jenis perbukitan karst, maka
lokasi yang memiliki keanekaragaman morfologi positif karst terlengkap terdapat pada Satuan Geomorfologi Perbukitan dengan Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst yang terdapat pada Zona Inti seperti yang ada pada stasiun 8. Jarak tempuh untuk menuju lokasi stasiun 8 adalah 30,5 km dengan waktu 52 menit.
4.10. Keterkaitan Geowisata Eksokarst Gunungkidul dengan Lingkungan
Permasalahan yang dihadapi di kawasan karst Gunungkidul adalah kerusakan kawasan karst akibat aktivitas manusia yang mengakibatkan pencemaranan dan merusak ekosistem kawasan karst dan karstifikasi yang masih berlangsung di kawasan ini. Geowisata diharapkan mampu memberikan solusi yang terbaik bagi pengelolaan kawasan karst khususnya di Gunungkidul. Pengelolaan dalam penelitian yang dimaksud adalah menentukan karakteristik eksokarst Gunungkidul untuk dinilai kelayakannya sebagai kawasan geowisata Dengan mengacu kepada konsep ekowisata, langkah-langkah dalam pelaksanaan geowisata ini memiliki kaitan yang erat sekali dengan pengelolaan dan perlindungan lingkungan karst. Keterkaitan tersebut dapat dilihat dalam pembuatan peta geowisata, karena dalam peta tersebut akan mencakup : 1. Analisis karakteristik obyek geowisata
Tahapan awal pada geowisata adalah menginventarisir obyek geowisata untuk di analisis. Hasil analisis ini dapat untuk mengetahui tentang kondisi obyek geowisata berdasarkan keanekaragaman obyek, keanekragaman umur,
keanekaragaman batuan penyusun obyek, keanekaragaman mineral yang terbentuk, keanekaragaman tekstur batuan, keanekaragaman struktur batuan, morfometri
suatu
obyek,
morfografi
suatu
obyek,
morfogenesa,
morfodinamik, dan morfokronologi suatu obyek geowisata, Dengan bekal informasi semua karakteristik yang terdapat pada suatu obyek, sangat besar perannya untuk menentukan suatu obyek ini layak untuk dilindungi atau tidak bila dilihat dari sudut pendidikan dan ilmu pengetahuan yang terkandung di dalam suatu obyek geowisata Perlindungan yang dilakukan terhadap suatu obyek dengan sendirinya akan menjaga obyek tersebut dari kerusakan baik oleh aktivitas manusia ataupun oleh dam sendiri. 2. Pembagian satuan geomorfologi
Obyek geowisata yang sudah diinventarisir dan di analisis tersebut kemudian dikelompokkan dan di bagi berdasarkan satuan geomorfologinya. Hal ini sangat penting karena dengan membagi suatu daerah dalam satuan-satuan geomorfologi, berarti melokalisir suatu daerah untuk kepentingan dan pemanfaatan tertentu dengan mempertimbangkan semua aspek, termasuk aspek konservasinya 3. Pembagian zonasi karst
Salah satu pemanfaatan informasi yang diperoleh dari kajian karakteristik obyek geowisata serta informasi tentang satuan geomonFblogi suatu daerah adalah mernbent.uk zonasi. Maksud dan tujuan dilakukan pembagian zonasi karst adalah melihat secara spesifik kawasan karst yang merupakan warisan dam, agar dapat dimanfaatkan oleh semua pihak secara optimal tanpa menimbulkan
konflik
kepentingan
serta dapat
mendukung
usaha
kelestariannya Daerah penelitian terbagi dalam tiga zona seperti yang dijelaskan dalam bab 3 yaitu, Zona Pemanfaatan Intensif, Zona Inti dan Daerah Penyangga Dengan sistem zonasi ini, diharapkan zona yang kaya dengan keanekaragaman geologi seperti dalam zona inti, dapat dilindungi dan dilestarikan
secara
berkelanjutan.
Zona
yang
merniliki
sedikit
keanekaragaman geologi karena sebagian sudah rusak dan tidak berkembang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain. Pada Daerah Penyangga peninggalan warisan bentukan dam masih terlihat meskipun sedikit dan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Garis besar zonasi ini sebenarnya adalah mernberikan informasi tentang batas yang tegas mengenai lingkungan karst yang hams dilindungi karena memiliki keunikan, kelangkaan dan kekhasan dengan batas lingkungan karst yang boleh dimanfaatkan, ha1 ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 15 18/K/20/MPE/1999tentang Pengelolaan Kawasan Karst. 4.
Jalur geowisata Dalam menetapkan jalur geowisata ini, diusahakan jalur tersebut merupakan jalur yang ramah lingkungan Bukti bahwa jalur tersebut merupakan jalur yang ramah lingkungan adalah :
-
Jalur yang dibuat merupakan jalur yang sudah ada sehingga tidak perlu lagi membangun jalur baru yang tentunya beresiko terhadap kerusakan bentang alam karst.
- Obyek geowisata yang dipilih sebagai atraksi geowisata relatif berada di sekitar jalan raya, sehingga selain mudah dijangkau juga memperkecil
resiko kerusakan yang timbul akibat kunjungan wisatawan terhadap suatu obyek geowisata.
- Jalur geowisata yang ramah lingkungan tidak membatasi atraksi keanekaragam obyek geowisata Hal ini terbukti bahwa jalur tersebut melalui suatu obyek geowisata yang dapat mewakili seluruh satuan geomorfologi yang ada dan seluruh zonasi pemanfaatannya.
-
Jalur geowisata yang dibuat berusaha menekan sebesar mungkin pengadaan sarana prasaran dan aksesibilitas pendukung wisata dengan memanfaatkan sarana prasarana dan aksesibilitas yang sudah tersedia sebelurnnya.
4. Peta geowisata
Peta geowisata sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dan kebijakan dalam mengembangkan daerahnya untuk disesuaikan dengan rencana tata ruang daerah (RTRW), sehingga pada akhirnya tidak bertentangan dan merusak potensi sumberdaya alam yang ada Bagi investor, peta geowisata akan menarik rninatnya untuk berinvestasi dalam rangka mengembangkan usahanya. Hasil dari aktivitas tersebut nantinya sebagian keuntungannya dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan lingkungan karst itu sendiri.
4.11.
Aplikasi Sistem Informasi Geologi (SIG) dalam Jalur Geowisata Eksokarst Gunungkidul
Peta jalur geowisata eksokarst Gunungkidul disajikan dalam bentuk peta digital dengan berbasis geografis, sehingga mampu memberikan tampilan berupa data tabulasi, image rnaupun data teks. Manfaat penggunaan sistem informasi
geografi ini adalah memberikan visualisasi dan kemudahan bagi pengguna peta untuk mendapatkan segala informasi yang ada di setiap stasiun obyek geowisata Peta dasar yang digunakan dalam pembuatan jalur geowisata menggunakan peta rupa bumi Gunungkidul skala 1 : 25.000 yang berisikan topografi, jaringan jalan dan berbagai fasilitas umum yang sudah ada Dalam penenlitian ini penulis menambahkan informasi berupa jalur geowisata eksokarst Wonosari-TepusBaron-Wonosari, pembagian satuan geomorfologi dan zonasi daerah penelitian, atraksi keanekaragaman obyek geowisata yang ada di setiap stasiun geowisata dalam bentuk foto dan data Informasi lain berupa sarana prasarana dan aksesibilitas serta jarak dan waktu ternpuh menuju stasiun geowisata memudahkan wisatawan dalam merencanakan perjalanamya
4.12. Penentuan Penghitungan Waktu Kunjungan
di Setiap Stasiun
Geowisata Eksokarst Gunungkidul Penghitungan waktu kunjungan terhadap suatu obyek yang ada di setiap stasiun geowisata sangat penting dalam merencanakan suatu perjalanan Dasar penghitungan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengamatan terhadap suatu obyek geowisata disetiap stasiun geowisata dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : (1) Jarak obyek yang akan diamati, (2) Jurnlah obyek yang akan diamati, (3) Banyaknya inforrnasi yang dibutuhkan oleh wisatawan dan (4) Pengetahuan pemandu wisata. Oleh karena itu penulis mencoba melakukan pendekatan dengan membuat waktu minimal untuk mengupas tiap obyek geowisata dengan mengasurnsikan jarak obyek yang akan diamati tidak diperhitungkan, jurnlah obyek 1, informasi karakteristik mengenai satu obyek dan pemandu wisata sangat menguasai pengetahuan mengenai kondisi geologi suatu
obyek. Metode yang digunakan adalah pemberian penjelasan mengenai suatu obyek seperti yang dilakukan oleh seorang pemandu wisata pada umumnya yang kemudian diukur waktunya (Tabel 7). Untuk lebih memudahkan pemahaman penglutungan waktu ddam mengupas suatu obyek geowisata diberikan contoh penghltungan pada stasiun 2 (Tabel 13).
Tabel 13. Contoh Penghitungan Waktu Kunjungan di Stasiun 2 jalur Geowisata Eksokarst Gunungkidul Stasiun
Jumlah & Jenis Obyek
Materi Penjelasan
2
1 obyek, Bentang Alam Endokarst Luweng Glatikan
Morfometri & morfografi
Waktu Minimal (menit) 2
Morfogenetik
5
Morfo kronologi
2
Perkembangan Karstifikasi
2
Keterangan Singkat Luweng Glatikan berbentuk &presi yang berbentuk lembah &ngan jurang yang mengikuti alur sungai bawah tanah. Sisa jejak depresi terlihat di dinding lereng. Kemiringan lereng relatif tegak lurus dengan kedalaman &presi mencapai 10-20 meter. Luweng Glatikan merupakan bentukan proses endokarstifikasi yang tersingkap ke permukaan sebagai akibat adannya tektonik kala Pleistosen yang mengangkat batugarnping Formasi Wonosari ke permukaan. Pengangkatan tersebut menghasilkan struktur geologi seperti rekahan dan patahan yang akan membentuk morfologi karst. Salah satu morfologi yang terbentuk adalah morfologi negatif berupa dolina. Selai. proses eksokarstifkasi, proses endokarstifikasi di bawah dolina yang sekaligus berfungsi sebagai penyaluran dolina juga mulai terbentuk menghasilkan aliran sungai bawah taaah. Pada saat beberapa dolina yang berdekatan bergabung karena pengaruh struktur geologi maka tejadi runtuhan(collapse) dolina sehingga menyingkap morfologi di bawah permukaan Pembentukan morfologi Luweng ini merupakan pentahapan pada karstifikasi yang dimulai pada Kala Pleistosen dari pembentukm dolina dan penyaluran aliran air di bawah dolina, penggabungan beberapa dolina dan runtuhan dolina. Morfologi luweng initennasuk dalam tingkat stadia karstifiasi muda. Hal inidicirikan oleh morfologi permukaan yang belumberkernbang baik
Berdasarkan uraian tersebut, menunjukkan bahwa pengamatan satu obyek geowisata di stasiun 2 oleh seorang pemandu geowisata membutuhkan waktu minimal 15 .menit. Sedangkan uraian mengenai jurnlah waktu yang dibutuhkan tiap stasiun obyek geowisata di Jalur Geowisata Eksokarst Gunungkidul.dapat dillhat pada Tabel 14 Tabel 14. Penghitungan Waktu Kunjungan di Setiap Stasiun Obyek Geowisata Eksokarst Jalur Wonosari-Tepus-Baron-Wonosari.
Pada perhitungan kunjungan disernua stasiun jalur geowisata eksokarst Gunungkidul dibutuhkan waktu minimal 240 menit atau 3 jam. Perhitungan tersebut akan menjadi informasi yang lengkap bila dipadukan dengan jarak dan
waktu tempuh untuk menuju tiap stasiun yang ada di jalur geowisata