ISSN : 1907-7556 ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN UNTUK ARAHAN PENATAAN KAWASAN DAS MEDE Ds KABUPATEN HALMAHERA UTARA Philipus J. Kastanya1), Senawi2), Ambar Kusumandari3). 1) Dosen Politeknik Perdamaian Halmahera - Tobelo 2) Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada 3) Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK DAS Mede Ds merupakan salah satu DAS yang terletak di Kabupaten Halmahera Utara, yang diyakini telah mengalami degradasi lahan akibat pemanfaatan lahan tidak didasarkan pada kemampuan lahan yang ada. Tujuan dari penelitian ini pada prinsipnya adalah untuk menghasilkan arahan untuk penataan kawasan sesuai kemampuan lahannya di DAS Mede Ds. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan melalui : (1) Kajian kemampuan lahan dan faktor pembatasnya, (2), Arahan penataan kawasan. Hasil analisis menunjukan bahwa lahan DAS Mede Ds didominasi oleh : erosi kelas sedang sampai berat, lereng bertopografi agak curam, permeabilitas agak lambat dan jenis tanah yang agak peka sampai sangat peka terhadap erosi. DAS Mede Ds memiliki kemampuan lahan III-VIII, dan didominasi oleh lahan dengan kelas kemampuan lahan IV yang memiliki faktor pembatas erosi dan lereng dengan garapan terbatas, dan telah mengalami degradasi. Hasil arahan penataan kawasan menunjukan, penggunaan lahan yang dipertahankan 7.566,29 Ha (61,61 %) dan yang diarahkan sesuai kemampuan lahan 4.714,08 (38,39 %). Kata kunci : kemampuan lahan, arahan penataan kawasan, arahan rehabilitasi lahan. ABSTRACT Mede Ds watershed is one of the watershed located in North Halmahera, which is believed to have suffered degradation due to land use is not based on the ability of the existing land. The purpose of this study was principally to generate referrals for structuring the area, according to the capability of land in the watershed Mede Ds. Processing techniques and data analysis was done through: (1) study the land capability and the limiting factors, (2), Referral arrangement of regions. The results of the analysis showed that the watershed lands dominated by Mede Ds: moderate to severe erosion class, the topography is rather steep slope, permeability is rather slow and the type of soil that is somewhat sensitive to very sensitive to erosion. Mede Ds watershed has the ability to land III-VIII, and is dominated by land with land capability class IV which has a limiting factor and slope erosion with limited arable, and has been degraded. The results show the referrals regions structuring, land use is maintained 7566.29 ha (61.61 %) and are converted according to land capability 4714.08 (38.39 %). Keywords: land capability, referrals regions structuring, land rehabilitation referrals. PENDAHULUAN Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) di dalam pengelolaannya bertujuan untuk mengatur hubungan timbal balik antara sumberdaya
alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia
secara berkelanjutan. Kawasan DAS dalam pengelolaannya sangat dipengaruhi oleh karakteristik DAS yang meliputi faktor lahan serta vegetasi dan penggunaan lahan. Karakteristik DAS menunjukan faktor-faktor yang menjadi pembatas kemampuan lahan terhadap kegiatan pemanfaatan lahan yang akan dilaksanakan. Analisis kemampuan lahan bertujuan mengetahui karakteristik lahan di dalam kawasan DAS dan menentukan penggunaan lahan beserta pengelolaannya yang tepat sehingga dapat dicapai produktivitas yang optimal atau sedikit menimbulkan degradasi lahan. Hasil analisa tersebut juga menjadi bahan untuk mengevaluasi penggunaan lahan suatu kawasan dan dapat menjadi parameter dalam arahan penataan kawasan dan rehabilitasi lahan, sehingga pemanfaatan lahan dapat diarahkan secara optimal namun meminimalisai kerusakan bahkan memperbaiki kondisi kawasan yang telah rusak. Kondisi DAS Mede Ds di Halmahera Utara saat ini cukup memprihatinkan, karena penggunaan lahan dan pengelolaannya yang terus berkembang belum didasarkan pada kondisi kemampuan lahan yang ada. Hal ini disebabkan belumadanya informasi spasial maupun deskripsi terkait kemampuan lahan DAS Mede Ds. Dasar pemilihan ini juga terkait dengan konversi lahan hutan yang terjadi sangat cepat pada DAS Mede Ds dan adanya aktivitas lain di dalam kawasan hutan (seperti berkebun dan berburu), yang berdampak pada pembukaan vegetasi penutup tanah dan pembukaan akses ke hutan, termasuk pada hutan lindung. Gambaran wilayah DAS Mede Ds saat ini yaitu terdapat kota yang merupakan ibu kota kabupaten, dengan arah pengembangannya lebih mengarah ke hutan, memiliki dataran rendah ± 50%, terjadinya pengurangan luas hutan, dan kerusakan lingkungan di dalam kawasan DAS. Pemanfaatan lahan yang ada saat ini diindikasi tidak sesuai dengan kemampuan lahan yang ada sehingga perlu dilakukan penataan kawasan sesuai kemampuan lahan yang ada. Dari gambaran di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan terkait dengan penelitian ini adalah : 1) Bagaimanakah kemampuan lahan di kawasan DAS Mede Ds; 2) Apakah penggunaan
Jurnal Agroforestri XI Nomor 1 Maret 2016 lahan di DAS Mede Ds yang ada telah sesuai dengan fungsi kawasan dan kemampuan lahannya. Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah : Mengkaji karakteristik dan kemampuan lahan DAS Mede Ds; Mengkaji kesesuaian penggunaan lahan dengan fungsi kawasan dan kemampuan lahan DAS Mede Ds; Menentukan arahan penataan kawasan berdasarkan kemampuan lahan DAS Mede Ds. METODOLOGI PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di DAS Mede Ds yang merupakan salah satu kawasan DAS di Kabupaten Halmahera Utara dengan luas ± 12.280,40 Ha, dan dan secara administratif terdiri dari 3 Kecamatan yaitu Tobelo Utara, Tobelo dan Tobelo Tengah (Gambar. 3.1). Batas DAS Mede Ds ditentukan dengan menggunakan citra SRTM dengan bentuk 3 dimensi dan peta kontur. DAS Mede Ds terletak di sebelah timur Kabupaten Halmahera Barat, antara 1041’30”LU-1048’33”LU dan 127052’35”BT-128001’45”BT. Aspek Kajian Penelitian Aspek kajian dalam penelitian ini meliputi: karakteristik biogeofisik DAS dan gambaran erosi lahan; arahan fungsi kawasan dan kelas kemampuan lahan DAS; arahan penataan kawasan. Bahan Penelitian dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Peta dan data kemampuan lahan DAS Mede Ds, data erosi DAS Mede Ds, Peta satuan lahan DAS Mede Ds, Peta Kawasan Hutan dan Wilayah Tertentu Yang Ditunjuk Sebagai Kawasan Hutan di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Komputer Analisis berbasis Geographic Information System (GIS) dengan perangkat lunak : ArcGIS 10.0, ER-Mapper 6.4, ENVI 4.5, Software LCLP dan MS Excel. Global Positioning System (GPS). Peralatan lapangan untuk pengambilan sampel, dan Kamera digital.
Analisis Kemampuan Lahan Untuk Arahan Penataan Kawasan Das Mede Ds Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri XI Nomor 1 Maret 2016
Cara Perolehan Data Dalam memperoleh data penenlitian, maka proses yang dilakukan adalah : Tahap Persiapan, meliputi : Studi atau telaah pustaka dan orientasi lapangan untuk mempelajari secara umum daerah penelitian. Pengumpulan data sekunder meliputi data dasar (faktor pembatas kemampuan lahan), data degradasi lahan, data kawasan hutan sesuai fungsi dan data sekunder lainnya. Tabel 1. Kelas Kepekaan Erosi dan Luasannya di DAS Mede Ds No 1 2 3 4 5
Nilai Kepekaan
Kelas Kepekaan
Luas (Ha)
0,00 – 0,10 Sangat Rendah >0,10 – 0,20 Rendah >0,20 – 0,32 Sedang >0,32 – 0,43 Agak Tinggi >0,43 – 0,55 Tinggi Total Luas
1.073,94 1.696,99 6.492,19 2.101,03 916,25 12.280,40
batuan ini diperkirakan berasal dari hulu sungai di lahan hutan. Berdasarkan kelas prosentase kerikil batuan, maka kelas prosentase tergolong kelas tanpa sampai sedikit (b0), yaitu persentasenya terhadap volume tanah antara 0-15%. Ancaman banjir berdasarkan kelas ancaman di kawasan penelitian tergolong tidak pernah. Walaupun pada waktu-waktu tertentu (hari hujan) terjadi curah hujan yang cukup tinggi, namun hanya terjadi peningkatan debit air dan tidak mengancam keberadaan masyarakat. Berdasarkan kelas ancaman banjir, tergolong dalam kelas tidak pernah (O0), yaitu tidak pernah terjadi banjir untuk waktu lebih dari 24 jam selama setahun. Luas lahan yang terdegradasi di DAS Mede Ds yaitu 7.173,11 Ha, dan yang tidak terdegradasi seluas 5.107,30 Ha.
Sumber : Kastanya P.J, 2015. Kedalaman tanah pada area penelitian tergolong dalam kelas kedalaman sedang (6090 cm) dan dalam (> 90 cm). Kelas kedalaman sedang terdapat pada tanah-tanah Gleisol, Brown Forest, Andosol dan Regosol. Sedangkan untuk kelas kedalaman tanah tergolong dalam terdapat pada tanah Latosol. Tabel 2. Kelas Erosi dan Luasannya di Kawasan DAS Mede Ds Kode
e1 e2 e3
Kelas Erosi
Ringan Sedang Agak Berat e5 Sangat Berat Jumlah
Nilai Erosi (Ton/Ha/ Thn)
Luas Ha
%
>0 – 15 >15 – 60 >60 – 180
2.515,33 6.625,91 2.284,30
20,48 53,96 18,60
> 480
854,87
6,96
12.280,40
100
Sumber : Kastanya P.J, 2015.
Drainase (d). Tanah-tanah di kawasan penelitian memiliki kelas drainase tanah dengan peredaran udara baik di daerah perakaran. Luas kelas drainase baik (d1) yaitu 304,49 Ha, sedangan kelas drainase agak baik 11.975,89 Ha. Kerikil batuan tiap satuan lahan di DAS Mede Ds hampir tidak ditemukan. Namun pada alur sungai, banyak ditemukan kerikil hingga batuan lepas. Keberadaan kerikil dan batuan-
Gambar 1. Peta Indeks Bahaya Erosi (IBE) DAS Mede Ds
Peta penggunaan lahan diperoleh melalui pengolahan data citra satelit Landsat 8 OLI tahun 2015. Tahap Pekerjaan Penelitian Lapangan, meliputi :melakukan koreksi terhadap peta tentatif satuan lahan sesuai kondisi di lapangan, mengumpulkan data primer, melakukan pengamatan terhadap parameter-parameter kemampuan lahan. Tahap Pekerjaan Pasca Penelitian Lapangan, meliputi : Analisis sifat fisik-kimia tanah meliputi : Re-interpretasi dan revisi peta satuan lahan; Pengolahan data spasial untuk pembuatan peta-peta pendukung analisis data dengan menggunakan software ArcGIS 10 diantaranya; Peta penggunaan lahan, peta tingkat
Philipus J. Kastanya, Senawi, Ambar Kusumandari
Jurnal Agroforestri XI Nomor 1 Maret 2016
erosi, peta kemampuan lahan, dan peta arahan penataan kawasan DAS. Cara Pengolahan Data Arahan kawasan fungsi DAS didasarkan pada Peta Kawasan Hutan dan Wilayah Tertentu Yang Ditunjuk Sebagai Kawasan Hutan di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013, yang pengelompokannya disesuaikan dengan Peraturan DIRJEN BPDAS dan Perhutanan Sosial No. P. 4/V-SET/2013.
Analisis kemampuan lahan dilakukan melalui penilaian parameter-parameter lahan yang menjadi faktor pembatas kemampuan lahan tersebut antara lain : kemiringan lereng, kepekaan erosi (erodibilitas), tingkat erosi, kedalaman tanah, tekstur tanah, permeabilitas, drainase, prosentase batuan/kerikil serta ancaman banjir. Sistem klasifikasi dikembangkan oleh Departemen Pertanian AS (USDA) yang dimodifikasi oleh Senawi (2007), disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Sistem Klasifikasi Kemampuan Lahan (USDA) di Modifikasi No
Faktor Penghambat
1 2 3 4 5
Lereng Permukaan Kepekaan Erosi Tingkat Erosi Kedalaman Tanah Tekstur Tanah
6 7 8 9
Permeabilitas Drainase Kerikil Batuan Ancman Banjir
Kelas Kemampuan Lahan I II III IV V VI A A B C A D KE 1, KE 2 KE 3 KE 4, KE 5 KE 6 (*) (*) e0 e1 e2 e3 (**) e4 k0 k1 k2 k2 (*) k3 t1, t2, t3 t1, t2, t3 t1, t2, t3, t4 t1, t2, t3, t4 (*) t1, t2, t3, t4 P2, P3 d1 b0 O0
P2, P3 d2 b0 O1
P2, P3, P4 P2, P3, P4 d3 d4 b1 b2 O2 O3
Sumber : Senawi. Dr (2007) Catatan : (*) : Dapat mempunyai sembarang sifat Analisis Hasil Spasial Kemampuan Lahan bertujuan untuk menghasilkan informasi kemampuan lahan dan faktor pembatasnya. Degradasi Lahan DAS Mede Ds berdasarkan pendapat Senawi (2007), bahwa dampak penggunaan lahan aktual terhadap erosi dan degradasi dikaji berdasarkan perbandingan nilai erosi tanah aktual (A) dan nilai erosi tanah yang dapat ditoleransi. Penggunaan lahan diyakini tidak akan menimbulkan degradasi lahan jika A < T (aman), sedangkan diyakini
P1 d5 b3 O4
(*) (**) (*) (**)
VII E (*) e5 (*) t1, t2, t3, t5 (*) (**) (*) (**)
VIII E (*) (*) (*) t5 P5 d0 b4 (*)
(**) : Tidak berlaku sebagai parameter menimbulkan degradasi lahan jika A > T (tidak aman). Degradasi lahan menunjukan menurunnya kualitas lahan akibat terjadinya erosi. Kesesuaian Penggunaan Lahan Terhadap Arahan Kawasan Fungsi DAS Mede Ds bertujuan untuk mengetahui sebaran dan luasan kesesuaian penggunaan lahan terhadap arahan kawasan fungsi. Kesesuaian Penggunaan Lahan Dan Kemampuan Lahan ditentukan berdasarkan kelas kemampuan lahan dan penggunaan lahan saat ini, menurut Senawi (2007).
Tabel 4. Penilaian Kesesuaian Penggunaan Lahan dan Kemampuan Lahan Kriteria Penggunaan lahan sesuai dengan kelas kemampuan lahan
Kode 1
Penggunaan lahan sesuai positif dengan kelas kemampuan lahan
2
Penggunaan lahan sesuai negatif dengan kemampuan lahan
3
Sumber : Senawi (2007)
Keterangan Bentuk penggunaan lahan aktual memiliki konversi nilai fungsi pemanfaatan sesuai dengan kelas kemampuan lahannya. Bentuk penggunaan lahan aktual memiliki konversi nilai fungsi tidak sesuai dengan kelas kemampuan lahan tetapi diyakini secara ekologis justru lebih konservatif dari pada kelas kemampuan lahannya. Bentuk penggunaan lahan aktual memiliki konversi nilaifungsi pemanfaatan tidak sesuai dengan kelas kemampuan lahan dan diyakini secara ekologis kurang konservatif dari pada kelas kemampuan lahan sehingga berpotensi menimbulkan degradasi lahan.
Analisis Kemampuan Lahan Untuk Arahan Penataan Kawasan Das Mede Ds Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri XI Nomor 1 Maret 2016 Arahan Penataan Kawasan dilakukan sesuai kriteria hubungan antara lahan yang dapat
dimanfaatkan dengan kemampuan lahan dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Kriteria Hubungan Potensi Lahan dan Kelas Kemampuan Lahan No Kelas Kemampuan Lahan Potensi Penggunaan Lahan 1 I Semua bentuk penggunaan lahan 2 II Semua bentuk penggunaan lahan kecuali Psi 3 III Pti, Pit, Ptri, Pmk, Kht, Pkbi 4 IV Pt, Ptri, Pmk, Kht, Pkbt 5 V Ptri, Kht, Pkbst 6 VI Ptrs, Kht 7 VII Ptrt, Kht, Kons 8 VIII HL Sumber : Arsyad (2006) Keterangan : Psi : Pertanian sangat intensif Pkbi : Tanaman perkebunan intensif Pti : Pertanian intensif Pkbt : Tanaman perkebunan terbatas Pt : Pertanian terbatas Pkbst : Tanaman perkebunan sangat terbatas Pit : Perikanan terbatas Ptri : Tanaman rerumputan intensif Pmk: Pemukiman Ptrs : Tanaman rerumputan tidak intensif Kht : Tanaman kehutanan Ptrt : Tanaman rerumputan terbatas ( dengan orientasi produksi) HL : Hutan Lindung. Kons: Area dengan tindakan konservasi khusus
Tabel 6. Kelas Penggunaan Lahan Kawasan DAS Mede Ds dan Luasannya No
1 2 3 4 5 6
Penggunaan Lahan Hutan Kebun Campuran Tanaman Pangan Permukiman Semak Lahan Terbuka
Jumlah
Faktor CP
0,01 0,02 0,08 0,00 0,20 1,00
Luas Ha
%
2.346,50
19.11
7.337,76
59.75
376,04
3.06
1.343,46
10.95
21,79
0.17
854,86
6.96
12.280,40
100
diatasi yaitu erosi (e), permeabilitas (P), dan kemiringan lereng (L).
HASIL DAN PEMBAHASAN Spasial Kemampuan Lahan Kawasan DAS Mede Ds Spasial kemampuan lahan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak LPCP, dan hasilnya yaitu kawasan DAS Mede Ds memiliki kelas kemampuan lahan (KL) yang beragam, terdiri dari 6 kelas meliputi kelas kemampuan lahan : III dengan luas 2.443,78 Ha, IV dengan luas 3.982,93 Ha, V dengan luas 2.829,92 Ha, VI dengan luas 1.247,13 Ha, VII dengan luas 921,74 Ha, dan VIII dengan luas 854,87 Ha. Masing–masing KL, ada yang memiliki kesamaan faktor pembatas, namun ada juga yang berbeda. Faktor pembatas kemampuan lahan yang ada di DAS Mede Ds, dimulai dari yang paling mudah
Gambar 2. Peta Sebaran Kelas Kemampuan Lahan di DAS Mede Ds
Berdasarkan sebaran faktor pembatas, kelas kemampuan lahan (KL) III memiliki faktor pembatas erosi (e) dengan luas 1.046,18 Ha, erosi (e) - lereng (L) dengan luas 1.397,60 Ha. KL IV memiliki faktor pembatas erosi (e) dengan luas 2.065,59 Ha, lereng (g) 247,83 Ha dan erosi (e) - lereng (L) 1.669,51 Ha. KL V memiliki faktor pembatas permeabilitas (P) dengan luas 2.829,92 Ha. KL VI memiliki faktor pembatas lereng (L) dengan luas 1.247,13 Ha. Kelas VII memiliki faktor pembatas lereng (L) dengan luas 921,74 Ha. KL VIII memiliki faktor pembatas erosi (e) dengan luas 854,90 Ha. Sebaran kelas
Philipus J. Kastanya, Senawi, Ambar Kusumandari
Jurnal Agroforestri XI Nomor 1 Maret 2016
kemampuan lahan di DAS Mede Ds dapat ditunjukan pada gambar. 3.
2007). Kesesuaian penggunaan lahan dan arahan fungsi kawasan dapat dilihat pada tabel 7. Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang sesuai dengan fungsi kawasan memiliki luas 7.891,70 (64,26%), sedangkan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan memiliki luas 4.388,70 Ha (35,74%). Kesesuaian penggunaan lahan dengan fungsi kawasan dapat ditunjukan juga pada gambar 4.
Gambar 3. Peta Sebaran Kelas Kemampuan Lahan dan Faktor Pembatasnya DAS Mede Ds.
Kesesuaian Penggunaan Lahan Aktual Dengan Kawasan Fungsi Penggunaan lahan aktual dievaluasi kesesuaian spasialnya dengan arahan fungsi kawasan di dasarkan pada karakteristik DAS. Secara ekologis, masing-masing penggunaan lahan memiliki sikap merespon air hujan dan kemampuan mengendalikan erosi tanah (Senawi,
Gambar 4. Peta Kesesuaian Penggunaan Lahan dengan Fungsi Kawasan pada DAS Mede Ds
Tabel 7. Kesesuaian Penggunaan Lahan dan Arahan Fungsi Kawasan DAS Mede Ds beserta Luasannya Kesesuaian No 1
Hutan Lindung - Hutan - Kebun Campur - Lahan Terbuka Total HL
2
Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan - Hutan - Kebun Campur - Tanaman Pangan
3
Luas Sesuai
Kawasan Fungsi
Total KLLKH Kawasan Budidaya - Hutan - Kebun Campur - Tanaman Pangan - Permukiman - Semak Total KB Jumlah
Luas Tidak Sesuai
Ha
%
Ha
%
1.885,85 1.885,85
58,69 58,69
472,76 854,86 1.327,62
14,71 26,60 41,31
440,74 440,74
12,67 12,67
3.039,29 0,01 3.039,30
87,33 0,00 87,33
19,91 3.825,70 376,04 1.343,46 5.565,11 7.891,70
0,36 68,48 6,73 24,05 99,62 64,26
21,79 21,79 4.388,70
0,39 0,39 35,74
Analisis Kemampuan Lahan Untuk Arahan Penataan Kawasan Das Mede Ds Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri XI Nomor 1 Maret 2016 Kesesuaian Penggunaan Lahan Aktual Dengan Kemampuan Lahan Kesesuaian penggunaan lahan aktual dengan kemampuan lahan bertujuan untuk mengetahui keseusian sebaran penggunaan lahan di DAS Mede Ds terhadap kemampuan
lahannya, apakah sesuai, sesuai positif (+) atau sesuai negatif (-). Berdasarkan hasil integrasi data penggunaan lahan dengan kemampuan lahan dan harkat Indeks Bahaya Erosi (IBE), maka diketahui sebaran dan luas kesesuaian seperti ditunjukan pada tabel 8. dan gambar 5.
Tabel 8. Kesesuaian Penggunaan Lahan Aktual dan Kemampuan Lahan DAS Mede Ds beserta Luasannya Luas Kesesuaian Penggunaan Lahan (Ha) No
Kemampuan Lahan (KL)
1
KL : III - Hutan (Kht) - Kebun Campur (Pkbi) - Kebun Campur (Pkbi) – IBE=S Total KL : III
2
KL : IV - Hutan (Kht) - Kebun Campur (Pkbi) - Kebun Campur (Pkbi) – IBE=S - Tanaman Pertanian (Pti) – IBE=S - Tanaman Pertanian (Pti) – IBE=T Total KL : IV
3
KL : V - Hutan (Kht) - Hutan – IBE=S - Kebun Campur (Pkbi) - Permukiman (Pmk) - Semak (Ptrs) – IBE=T Total KL : V
4
KL : VI - Hutan (Kht) - Kebun Campur (Pkbi) - Kebun Campur (Pkbi) – IBE=S Total KL : VI
5
6
KL : VII - Hutan (Kht) - Kebun Campur (Pkbi) - Kebun Campur (Pkbi) – IBE=S Total KL : VII KL : VIII - Lahan Terbuka (LT) Total KL : VIII Jumlah
Faktor Pembatas
Sesuai
Sesuai (+)
Sesuai (-)
42,27 578,61
-
-
L, e L, e
1.822,02 2.443,78
0
0
L, e -
95,48 -
152,35
-
L L
-
-
3.359,72
L, e
-
-
327,19
e
95,48
152,35
48,19 3.735,10
e
53,23 637,00 690,23
774,43 1.343,47 2.117,90
21,79 21,79
P P P P P
754,06 -
429,88
-
L L
754,06
429,88
63,19 63,19
L
762,85 -
119,76
-
L L
762,85
119,76
39,13 39,13
L
0 4.746,40
0 2.819,89
854,87 854,87 4.714,08
e -
Keterangan : Kode : Kht, Pkbi, Pti, Ptrs, dapat dilihat pada keterangan Tabel 5.
Philipus J. Kastanya, Senawi, Ambar Kusumandari
Gambar 5. Kesesuaian Penggunaan Lahan dan Kemampuan Lahan DAS Mede Ds
Dengan demikian, luas penggunaan lahan pada kawasan DAS Mede Ds yang sesuai dengan kemampuan lahannya yaitu 4.746,40 Ha (38,65 %), sesuai positif (+) seluas 2.819,89 Ha (22,96 %) dan sesuai negatif (-) seluas 4.714,08 Ha (38,39 %). Berdasarkan tabel 7, sekitar 7.173,10 Ha lahan terdegradasi tersebar di kawasan DAS Mede Ds, terdiri dari lahan dengan sesuai negatif (-) dan lahan yang sesuai namun terindikasi mengalami degradasi, yaitu kebun campur pada KL III dan hutan pada KL IV. Arahan Penataan Kawasan Arahan penataan kawasan bertujuan untuk mengarahkan pola pemanfaatan lahan agar sesuai dengan kemampuan lahan yang ada di dalam kawasan, termasuk arahan untuk upaya memperbaiki lahan yang diyakini telah terdegradasi. Penataan kawasan didasarkan pada tabel kriteria hubungan potensi lahan dan kelas kemampuan lahan. Spasial arahan penataan kawasan ditunjukan pada gambar 6 dan tabel
Jurnal Agroforestri XI Nomor 1 Maret 2016 Berdasarkan tabel, luas penggunaan lahan yang dipertahankan keberaadaannya di dalam kawasan DAS Mede Ds adalah 7.566,29 Ha (61,61 %), dan yang diarahkan untuk dikonversi sesuai dengan potensi dan kemampuan lahannya adalah 4.714,08 (38,39 %). Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa kawasan yang paling banyak mengalami perubahan fungsi dan sesuai negatif (-) terhadap kemampuan lahannya adalah kawasan lindung diluar kawasan hutan I (LKH-1 = HPT), yang pada prinsipnya harus berfungsi sebagai penyangga kawasan.
KESIMPULAN Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan di DAS Mede Ds, dapat disimpulkan bahwa : Kelas kemampuan lahan (KL) yang tersebar di DAS Mede Ds terdiri dari kelas KL III-VIII, dengan faktor pembatas dari yang paling mudah diatasi adalah erosi (e), permeabilitas (p) dan lereng (L). Kesesuaian penggunaan lahan terhadap kemampuan lahan di DAS Mede Ds terdiri atas yang sesuai dengan kemampuan lahannya yaitu 4.746,40 Ha (38,65 %), sesuai positif (+) seluas 2.819,89 Ha (22,96 %) dan sesuai negatif (-) seluas 4.714,08 Ha (38,39 %). Arahan penataan kawasan DAS Mede Ds menunjukan bahwa luas penggunaan lahan yang dipertahankan keberaadaannya di dalam kawasan adalah 7.566,29 Ha dan yang diarahkan sesuai potensi adalah 4.714,08 Ha. Sesuai arahan penataan, luas lahan yang dapat digarap secara intensif (KL : III) yaitu 1.929,68 Ha, dan yang dapat digarap secara terbatas (KL : IV ) yaitu 1.869,11Ha, dan lahan cadangan dengan KL:III pada HPT seluas 471,81 Ha.
9.
Gambar 6. Peta Arahan Penataan Kawasan DAS Mede Ds Analisis Kemampuan Lahan Untuk Arahan Penataan Kawasan Das Mede Ds Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri XI Nomor 1 Maret 2016 Tabel 9. Arahan Penataan Kawasan Fungsi DAS Mede Ds. No 1
Kemampuan Lahan (KL)
Hutan (Kht) Kebun Campur (Pkbi) Kebun Campur (Pkbi) – IBE=S Total KL : III Hutan (Kht) Kebun Campur (Pkbi) Kebun Campur (Pkbi) – IBE=S Tanaman Pertanian (Pti) – IBE=S Tanaman Pertanian (Pti) – IBE=T Total KL : IV Hutan (Kht) Hutan – IBE=S Kebun Campur (Pkbi) Permukiman (Pmk) Semak (Ptrs) – IBE=T
-
-
L, e
578,61
-
-
L, e
1.822,02
-
-
L, e
2.443,78
0
0
-
95,48
-
-
L
-
152,35
-
L
-
-
3.359,72
L, e
-
-
327,19
e
-
-
48,19
e
95,48
152,35
3.735,10
53,23
-
-
P
-
-
P
-
774,43
-
P
-
1.343,47
-
P
-
-
21,79
P
690,23
2.117,90
21,79
754,06
-
-
L
-
429,88
-
L
-
-
63,19
L
754,06
429,88
63,19
762,85
-
-
L
-
119,76
-
L
-
-
39,13
L
762,85
119,76
39,13
Lahan Terbuka (LT)
-
-
854,87
e
Total KL : VIII
0
0
854,87
-
Jumlah
4.746,40
2.819,89
4.714,08
-
KL : VI -
Hutan (Kht) Kebun Campur (Pkbi) Kebun Campur (Pkbi) – IBE=S
Total KL : VI KL : VII -
Hutan (Kht) Kebun Campur (Pkbi) Kebun Campur (Pkbi) – IBE=S Total KL : VII
6
42,27
637,00
Total KL : V
5
Sesuai (-)
KL : V -
4
Sesuai (+)
KL : IV -
3
Faktor Pembatas
Sesuai
KL : III -
2
Luas Kesesuaian Penggunaan Lahan (Ha)
KL : VIII -
Philipus J. Kastanya, Senawi, Ambar Kusumandari
10
Jurnal Agroforestri XI Nomor 1 Maret 2016
DAFTAR PUSTAKA Asdakh, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Biswas A. K., 2010. Watershed Management. International Water Resources Association, Oxford, UK. Krisnohadi A, 2011. Tekanan Penduduk dan Trend Perubahan Penggunaan Lahan Potensial untuk Pertanian di Kota Singkawang Kalimantan Barat. Universitas Tanjungpura – Pontianak. Limantara L. M., 2011. Optimization of Improvement and Management on Sumber Brantas Watershed, East Java, Indonesia. Brawijaya University – Malang. MENHUT, 2009. Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan DAS, SK Nomor: P.32/MENHUT-II/2009. Jakarta. MENTAN, 1980. Kriteria Dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung, SK No. 837/Kpts/Um/11/1980; SK No. 683/Kpts/Um/8/1981 Kriteria Dan Tata Cara Penetapan Hutan Produksi. Mustafa M., Ahmad A, Ansar M, Syafiuddin M., 2012. Dasar Ilmu Tanah. Universitas Hassanudin – Makasar. Notohadiprawiro T, 1991. Kemampuan dan Kesesuian Lahan. Universitas Gadjah MadaYogyakarta. Potschin M., 2009. Catchment planning and the Ecosystems Approach (Progress towards application). Centre for Environmental Management School of Geography, University of Nottingham. Purwadhi, S.H dan Sanjoto T. B., 2007. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. LAPAN. Jakarta. Pusparini N., Bisri M., Ernawati J., 2012. Perencanaan Ruang Berbasis Kemampuan Lahan Di Sub Das Brantas Hulu. Universitas Brawijaya-Malang. Senawi, 1999. Evaluasi dan Tata Guna Lahan. Fakultas Kehutanan UGM. Senawi, 2011. Kesesuaian Penggunaan Lahan Aktual dan Arahan Fungsi Kawasan dan Kemampuan Lahan DAS Serang Kabupaten Kulon Progo. Fakultas Kehutanan UGM. Sitanggang, G. 1998, Pengenalan Teknologi Penginderaan Jauh dan Aplikasinya, LAPAN. Jakarta. Suharsimi A, 1998. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta. Sutanto, 1994. Penginderaan Jauh Jilid I dan II (cetakan kedua). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sutanto. 1979. Pengetahuan Dasar Interpretasi Citra. Fakultas Geografi, UGM. Yogyakarta. Wahyuningrum N., Nugroho C., Wardoyo, Harjadi B., Savitri E., Sudimin, Sudirman., 2003. Klasifikasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan. Info DAS Surakarta. Wijayanto Y, 2013. Evaluasi Sumber Daya Lahan Dengan Sistem Informasi Geografis. Univeristas Jember.
Analisis Kemampuan Lahan Untuk Arahan Penataan Kawasan Das Mede Ds Kabupaten Halmahera Utara
78
Jurnal Agroforestri XI Nomor 1 Maret 2016
Kualitas Briket Arang Sebagai Bahan Bakar Alternatif Berbahan Baku Limbah Tongkol Jagung Dan Bambu