ANALISIS KARAKTERISTIK DAN EROSI LAHAN DAS MEDE Ds KABUPATEN HALMAHERA UTARA
ISSN : 1907-7556
Philipus Y. Kastanya1), Senawi2), Ambar Kusumandari3) Dosen Politeknik Perdamaian Halmahera – Tobelo Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada 3) Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada 1)
2)
ABSTRAK DAS Mede Ds merupakan salah satu DAS yang terletak di Kabupaten Halmahera Utara, yang diyakini telah mengalami degradasi lahan akibat pemanfaatan lahan tidak didasarkan pada kemampuan lahan yang ada. Tujuan dari penelitian ini pada prinsipnya adalah untuk mengkaji karakteristik lahan DAS Mede Ds dan mengetahui dampak penggunaan lahan terhadap degradasi lahan pada DAS Mede Ds.Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan melalui : (1) Kajian karakteristik lahan, (2) Erosi dan Degradasi lahan. Hasil analisis menunjukan bahwa lahan DAS Mede Ds didominasi oleh : erosi kelas sedang sampai berat, lereng bertopografi agak curam, permeabilitas agak lambat dan jenis tanah yang agak peka sampai sangat peka terhadap erosi. Luas lahan DAS Mede Ds yang terdegradasi yaitu 7.173,10 Ha (58,41%). Kata kunci : DAS, karakteristik lahan, penggunaan lahan, erosi, degradasi lahan. ABSTRACT Mede Ds watershed is one of the watershed located in North Halmahera, which is believed to have suffered degradation due to land use is not based on the ability of the existing land. The purpose of this study is to examine the principle land characteristics and determine the impact of land use on land degradation in the Mede Ds watershed. Processing techniques and data analysis was done through: (1) study the characteristics of the land, (2)Erosion and the land degradation. The results of the analysis showed that the watershed lands dominated by Mede Ds: moderate to severe erosion class, the topography is rather steep slope, permeability is rather slow and the type of soil that is somewhat sensitive to very sensitive to erosion. The land area is degraded Mede Ds watershed is 7173.10 ha (58.41%). Keywords:Watershed, lands characteristics, land use, erosion, land degradation. PENDAHULUAN perlindungan terhadap fungsi hidrologi. Asdak K a w a s a n D a e r a h A l i r a n S u n g a i (2007) menjelaskan bahwa kawasan hulu dari (DAS) di dalam pengelolaannyabertujuan suatu DAS memiliki fungsi yang sangat penting, untuk mengaturhubungan timbal balik antara yaitu mempunyai fungsi terhadap seluruh bagian sumberdaya alam denganmanusia di dalam DAS DAS, antara lain dari segi fungsi tata air. Aktivitas dan segala aktivitasnya, agarterwujud kelestarian perubahan lanskap termasuk perubahan tata dan keserasian ekosistem sertameningkatnya guna lahan di daerah hulu DAS, tidak hanya kemanfaatan sumberdaya alam bagimanusia memberikan dampak di daerah dimana kegiatan secara berkelanjutan. Ekosistem DAS terbagi tersebut berlangsung (hulu DAS), tetapi juga akan ke dalam tiga bagian yaitu hulu, tengah dan menimbulkan dampak di daerah hilir . hilir. Ekosistem DAS khususnya bagian hulu, Kondisi DAS Mede Dsdi Halmahera merupakan bagian penting karena berfungsi Utara saat ini cukup memprihatinkan, karena sebagai daerah tangkapan air (water catchment penggunaan lahan dan pengelolaannya yang area) yang diarahkan sebagai kawasan untuk terus berkembang belum didasarkan pada kondisi
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015
kemampuan lahan yang ada.Dasar pemilihan ini terkait dengan konversi lahan hutan yang terjadi sangat cepat pada DAS Mede Ds dan adanya aktivitas lain di dalam kawasan hutan (seperti berkebun dan berburu), yang berdampak pada pembukaan vegetasi penutup tanah dan pembukaan akses ke hutan, termasuk pada hutan lindung. Gambaran wilayah DAS Mede Ds saat ini yaitu terdapat kota yang merupakan ibu kota kabupaten, dengan arah pengembangannya lebih mengarah ke hutan, memiliki dataran rendah ± 50%, terjadinyapengurangan luas hutan, dan kerusakan lingkungan di dalam kawasan DAS sehingga diduga mengalami erosi dan degradasi lahan. Dari gambaran diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan terkait dengan penelitian ini adalah : 1) Bagaimanakah karakteristik kawasanDAS Mede Ds; 2) Bagaimana dampak penggunaan lahan terhadap degradasi lahan di DAS Mede Ds; Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah 1) Mengkaji karakteristik lahan DAS Mede Ds dan 2) Mengetahui dampak penggunaan lahan terhadap degradasi lahan pada DAS Mede Ds. METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di DAS Mede Ds yang merupakan salah satu kawasan DAS di Kabupaten Halmahera Utara dengan luas ± 12.280,40 Ha, dan dan secara administratif terdiri dari 3 Kecamatan yaitu Tobelo Utara, Tobelo dan Tobelo Tengah. Batas DAS Mede Ds ditentukan dengan menggunakan citra SRTM dengan bentuk 3 dimensi dan peta kontur. DAS Mede Ds terletak di sebelah timur Kabupaten Halmahera Barat, antara 1041’30”LU-1048’33”LU dan 127052’35”BT-128001’45”BT. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Citra Landsat 8 tahun 2013 dan Citra SRTM 25m tahun 2009 Kabupaten Halmahera Utara. Peta RBI Maluku dan Maluku Utara skala 1:9.000.000. Data sekunder yang terdiri dari data curah hujan bulanan Kabupaten Halmahera Utara yang diambil dari BMKG Galela, dan peta tanah yang merupakan bagian dari produk RTRW Kabupaten Halmahera Utara. Sedangkan alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah : Komputer Analisis berbasis Geographic Information System (GIS) dengan perangkat lunak : ArcGIS 10.0, ER-Mapper 6.4, ENVI 4.5, Software LCLP dan MS Excel. Global Positioning System (GPS). Peralatan lapangan untuk pengambilan sampel, dan Kamera digital. Aspek kajian dalam penelitian ini meliputi : karakteristik biogeofisik DAS dan gambaran erosi lahan; degradasi lahan berdasarkan indeks bahaya erosi (IBE). Cara Perolehan Data Dalam memperoleh data penenlitian, maka proses yang dilakukan adalah : Tahap Persiapan, meliputi :Studi atau telaah pustaka dan orientasi lapangan untuk mempelajari secara umum daerah penelitian. Membuat peta-peta tematik yang akan digunakan dalam proses penelitian, meliputi :Peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, peta tanah, merupakan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait dan peta curah hujan wilayah penelitian, yang diperoleh melalui pengolahan data curah hujan, peta Satuan Lahan, peta jaringan sungai, merupakan data sekunder yang dilengkapi dengan pembuatan sistem hidrologi dari citra SRTM 25m menggunakan software ArcGIS 10. Penentuan titik sampel penelitian lapangan pada peta satuan lahan dengan mempertimbangkan luas satuan lahan, keterwakilan penggunaan lahan, tanah, maupun lereng. Tahap Pekerjaan Penelitian Lapangan, meliputi :melakukan koreksi terhadap peta tentatif satuan lahan sesuai kondisi di lapangan, mengumpulkan data primer, melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap parameterparameter kemampuan lahan, pengambilan sampel tanah sebagai bahan analisis laboratorium. Tahap Pekerjaan Pasca Penelitian Lapangan, meliputi :Analisis sifat fisik-kimia tanah meliputi : Uji penetapan tekstur tanah, bahan organik, permeabilitas tanah; Re-interpretasi dan revisi peta satuan lahan; Pengolahan data spasial untuk pembuatan peta-peta pendukung analisis data dengan menggunakan software ArcGIS 10 diantaranya; peta erosivitas hujan, peta erodibilitas, peta faktor kelerengan, peta faktor CP, peta tingkat erosi, peta indeks bahaya erosi.
Analisis Karakteristik dan Erosi Lahan Das Mede Ds Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 Analisis Data Pemetaan satuan lahan dilakukan dengan melakukan integrasi atau tumpang tindih peta-peta tematik kemiringan lereng, penggunaan lahan,
jenis tanah dan curah hujan, dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS 10. Berdasarkan hasil integrasi, diperoleh 39 kelas satuan lahan.
Gambar1. Peta Satuan Lahan DAS Mede Ds
Analisis laju erosi aktual dilakukan menggunakan metode USLE yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Scmith (1978) : A = R K LS C P. Klasifikasi kelas erosi berdasarkan solum tanah ditentukan sesuai Peraturan DIRJEN BPDAS dan Perhutanan Sosial No. P. 4/V-SET/2013.Penghitungan erosi yang dapat dibiarkan (tolerable erosion) dilakukan untuk mengetahui laju erosi standar yang terjadi pada lahan. Nilai erosi yang diperbolehkan (nilai T) dihitung menggunakan persamaan hammer (1981).
de x df T x Bd W Dimana : de = Kedalaman tanah efektif (mm) fd = Faktor kedalaman tanah W = umur guna tanah (400 tahun) Bd = Kerapatan masa tanah
Indeks bahaya erosi dilakukan analisis perbandingan antara laju erosi aktual dengan erosi yang diperbolehkan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Hammer, 1981 dalam arsyad 2006). Indeks Bahaya Erosi =
Jumlah Tanah yang Tererosi (ton / ha / th ) Jumlah Erosi yang Diperbolehkan (ton / ha / th )
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lahan DAS Mede Ds Curah Hujan dan Hidrologi. Data curah hujan3tahunan (2007-2008 dan2012), dengan hasil perhitungan intensitas curah hujan per hari hujan (mm/hari hujan) yaitu berdasarkan SK Mentan Nomor 37/Kpts/Um/11/1980 tentang kriteria dan tata cara penentapan hutan lindung, diketahui intensitas hujan yang berlaku di wilayah penelitian termasuk di dalam intensitas hujan kelas1, yaitu sangat rendah dengan intensitas curah hujan 11,68 mm/hari.
Philipus Y. Kastanya, Senawi, Ambar Kusumandari
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015
Tabel 4. Data Curah Hujan Bulanan DAS Mede Ds Selama 3 Tahun Jumlah Hari per Bulanan (3 tahun) Bulan
2007
2008
2011
Ratarata HH Bulanan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
20 12 16 14 18 22 18 24 19 16 19 17
21 15 18 22 18 17 25 26 19 23 25 22
24 22 25 25 16 17 17 17 19 19 19 22
22 16 20 20 17 19 20 22 19 19 21 20
Jumlah
215
251
242
236
2007
2008
2011
151.3 175.2 193.3 36.3 372.5 211.6 161.1 251.1 134 271.9 202.1 147.3
172.8 247.3 118.5 257.6 270.3 294.7 327.1 266.4 241.3 163.7 400.2 280.2
128.2 459.2 553.6 209.2 144.8 3.6 12.3 133.6 225.1 225.1 207.7 500
Ratarata CH Bulanan 150.77 293.90 288.47 167.70 262.53 169.97 166.83 217.03 200.13 220.23 270.00 309.17
3040
2802
2716.73
Kapasitas CH Bulanan (mm)
2308
Sumber :
Rerata Int. CH Harian
6.96 17.99 14.67 8.25 15.15 9.11 8.34 9.72 10.53 11.39 12.86 15.20 11.68
Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera Utara (2008-2009 dan 2012
Dengan menggunakan rumus Lenvain (1975), diketahui bahwa nilai erosivitas hujan di DAS Mede Ds yaitu 1.871,73.Dari aspek Hidrologi, pada DAS Mede Ds mengalir 8 jaringan sungai besar dengan panjang total ± 161,09 km. Jaringan sungai terbesar adalah sungai Mede dengan panjang seluruh aliran sungai yaitu ± 43,15 km, dan panjang sungai utama ± 9,68 km.
Tabel 5. Jaringan Sungai DAS Mede Ds dan Panjangnya No
Jaringan Sungai
Posisi di Hulu
1
Mede
43.15
G. Api Dukono
2
Kalipitu
28.28
G. Karianga
3
Ruko
23.89
G. Api Dukono
4
Wari
21.93
G. Karianga
5
Popilo
20.75
G. Karianga
6
MKCM
14.09
Kaki G. Karianga
7
Gamsungi
5.11
Ds. Gamsungi
8
Gosoma
3.58
Ds. Gosoma
31.47
G. Mamuya
3,75
Ds. Popilo
9 sungai kecil sekitar desa Ruko 1 sungai Kecil sekitar desa Popilo
9 10
Jumlah
196,00
-
Kelas kemiringan lereng yang tersebar di DAS Mede Ds yaitu 5 kelas, meliputi lereng dengan topografi datar (0-8%) sampai dengan sangat curam (>40%). DAS Mede Ds pada umumnya di dominasi oleh lereng dengan topografi datar dengan luas 4.664,04 Ha (Tabel6). Tabel6. Tabel Luas Lahan Berdasarkan Topografi dan Kemiringan Lereng No
Topografi
1 2 3 4 5
Datar Landai Agak Curam Curam Sangat Curam Total Luas
Kemiringan Lereng (%)
Luas (Ha)
0–8 >8 – 15 >15 – 25 >25 – 40 >40
4.664,04 1.472,56 3.658,21 1.432,00 1.053,59 12.280,40
Gambaran sebaran lahan berdasarkan topografi dan kemiringan lereng dapat dilihat pada gambar 2.
Analisis Karakteristik dan Erosi Lahan Das Mede Ds Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015
Gambar2. Peta Kemiringan Lereng DAS Mede Ds
Tanah. Berdasarkan peta tanah, pada DAS Mede Ds tersebar 5 jenis tanah yaitu :Gleisol Humic, Brown Forest Soil, Latosol, Andosol dan Regosol (sumber : RTRWP Halmahera Utara 2006).
Kepekaan erosi atau eredobilitas tanah menunjukan tingkat kepekaan tanah terhadap daya rusak hujan. Kepekaan erosi dipengaruhi oleh tekstur tanah, kandungan bahan organik tanah, permeabilitas danstruktur tanah. Tekstur (t) tanah pada lokasi penelitian terdiri atas tekstur geluh pasiran (liat berpasir), geluh (liat) dan geluh debuan (liat berdebu). Sebaran kelas tekstur tanah di kawasan penelitian ditunjukan pada gambar 4. Secara keseluruhan, luas lahan dengan tekstur geluh 304,49 Ha, tekstur geluh debuan 54,88 Ha dan tekstur geluh pasiran 11.921,01 Ha.
Tabel7. Jenis Tanah di DAS Mede Ds dan Luasannya No
Jenis Tanah
Taksonomi Tanah (Sub Order)
Kepekaan Terhadap Erosi
1
Gleisol
Aquepts
1.860,01
2
Latosol
Humoxs
Tidak Peka Agak Peka
3
Brown Forest Soil Andosol Regosol
Tropepts
Kurang peka
5.372,08
Andepts Orthents
Peka Sangat Peka
4.109,04 634,78
4 5
Luas (Ha)
304,49
Total Luas
Gambar3. Peta Tanah pada Kawasan DAS Mede Ds
Berdasarkan tabel 7. dan gambar 3., DAS Mede Ds di dominasi oleh lahan dengan jenis tanah Brown Forest Soil dengan luas 5.372,08 Ha, dan jenis tanah Andosol dengan luas 4.109,04 Ha.
Gambar 4. Peta Sebaran Tekstur Tanah DAS Mede Ds
Sebaran bahan organik (BO) pada lahan di kawasan DAS Mede Ds bervariasi tergantung keberadaan vegetasi penutup tanah maupun seresah, dan jenis penggunaan lahan. Satuan lahan yang memiliki kandungan bahan organik lebih tinggi (12,63%) terdapat pada lahan dengan jenis tanah Andosol dan penggunaan lahannya berupa kebun campur. Selain itu, pada lahan dengan jenis tanah brown forest soil dengan penggunaan lahan semak juga memiliki bahan organik cukup tinggi (9,17%). Sebaran kelas permeabilitas (p)di kawasan penelitian bervariasi, mulai dari permeabilitas lambat sampai dengan agak cepat. Luas lahan yang memiliki kelas permeabilitas lambat yaitu 3.684,79 Ha, kelas permeabilitas agak lambat yaitu 8.220,20 Ha dan kelas permeabilitas sedang yaitu 314,86 Ha. Sebaran kelas permeabilitas ditunjukan pada gambar 5.
Philipus Y. Kastanya, Senawi, Ambar Kusumandari
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015
Gambar 5. Peta Sebaran Permeabilitas Tanah DAS Mede Ds
Struktur tanah (s)di kawasan penelitian terdiri dari granular sangat halus yang terdapat pada lahan dengan tanah-tanah Latosol serta Gleisol,dan struktur tanah granular halus yang terdapat pada tanah-tanah Brown Forest Soil, Andosol dan Regosol. Luas lahan dengan struktur tanah granular sangat halus yaitu 2.164,50 Ha, sedangkan struktur tanah granular halus yaitu 10.115,87 Ha. Sebaran kelas struktur tanah ditunjukan pada gambar 6. Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai kepekaan erosi tanah dari masing-masing satuan lahan DAS termasuk dalam klasifikasi sangat rendah (≤ 0,1) sampai tinggi (>0,43-0,55). Kelas kepekaan erosi dan luasannya dapat dilihat pada tabel 8. Tabel8. Kelas Kepekaan Erosi dan Luasannya di DAS Mede Ds No 1 2 3 4 5
Nilai Kepekaan 0,00 – 0,10 >0,10 – 0,20 >0,20 – 0,32 >0,32 – 0,43 >0,43 – 0,55 Total Luas
Kelas Kepekaan Sangat Rendah Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi
Luas (Ha) 1.073,94 1.696,99 6.492,19 2.101,03 916,25 12.280,40
Kelas kepekaan erosi dan sebarannya di DAS Mede Ds ditunjukan pada gambar 7.
Gambar 6. Peta Sebaran Struktur Tanah DAS Mede Ds
Gambar 7. Peta Kepekaan Erosi Tanah DAS Mede Ds
Kedalaman tanah pada area penelitian tergolong dalam kelas kedalaman sedang (60-90 cm) dan dalam (> 90 cm). Kelas kedalaman sedang terdapat pada tanah-tanah Gleisol, Brown Forest, Andosol dan Regosol. Sedangkan untuk kelas kedalaman tanahtergolong dalam terdapat pada tanah Latosol. Erosi yang terjadi di DAS Mede Ds berkisar dari nilai erosi yang tergolong kelas erosi rendah sampai dengan tinggi. Kelas erosi ringan dengan luas 2.515,33Ha, kelas erosi sedang dengan luas 6.625,91 Ha, kelas erosi agak berat dengan luas 2.284,30 Ha, dan kelas erosi sangat beratdengan luas 854,87. Kelas erosi dan luasannya pada kawasan DAS Mede dapat dilihat pada tabel 9.
Analisis Karakteristik dan Erosi Lahan Das Mede Ds Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 Tabel 9. Kelas Erosi dan Luasannya di Kawasan DAS Mede Ds Kode
Kelas Erosi
Luas
Nilai Erosi (Ton/Ha/Thn)
Ha
%
e1
Ringan
>0 – 15
20,48
e2
Sedang
>15 – 60
53,96
e3
Agak Berat
>60 – 180
18,60
e5
Sangat Berat Jumlah
> 480
6,96 100
Sebaran kelas erosi lahan pada kawasan DAS Mede Ds ditunjukan pada gambar 8. Gambar10. Peta Penggunaan Lahan DAS Mede Ds
Kerikil batuan tiap satuan lahan di DAS Mede Dshampir tidak ditemukan. Namun pada alur sungai, banyak ditemukan kerikil hingga batuan lepas. Keberadaan kerikil dan batuanbatuan ini diperkirakan berasal dari hulu sungai di lahan hutan. Berdasarkan kelas prosentase kerikil batuan, maka kelas prosentase tergolong kelas tanpa sampai sedikit (b0), yaitu persentasenya terhadap volume tanah antara 0-15%. Gambar 8. Peta Sebaran Kelas Erosi DAS Mede Ds
Penggunaan lahan yang tersebar di DAS Mede Ds terbagi atas 6 kelas, yaitu :Hutan di DAS Mede Dstersebar pada daerah hulu, dan memiliki luas 2.346,50 Ha, kebun campuranseluas7.337,76 Ha, kelas tanaman panganseluas376,04 Ha, kelas permukiman seluas1.343,46 Ha, kelas semak seluas21,79 Ha, dan kelas lahan terbuka seluas854,86 Ha.Jenis penggunaan lahan dan luasannya dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Kelas Penggunaan Lahan Kawasan DAS Mede Ds dan Luasannya No
Penggunaan Lahan
Faktor CP
Luas Ha
%
1
Hutan
0,01
2.346,50
19.11
2
Kebun Campuran
0,02
7.337,76
59.75
3
Tanaman Pangan
0,08
376,04
3.06
4
Permukiman
0,00
1.343,46
10.95
5
Semak
0,20
21,79
0.17
6
Lahan Terbuka Jumlah
1,00
854,86 12.280,40
6.96 100
Sebaran jenis penggunaan lahan di DAS Mede Ds ditunjukan pada gambar 10.
Spasial KarakteristikLahan Kawasan DAS Mede Ds Spasial karakteristik lahan DAS dalam penelitian ini diperlukan untuk menyederhanakan karakteristik biofisik lahan DAS terkait dengan kemampuan lahan, agar mudah diidentifikasi dan jelas secara spasial. Spasial karakteristik lahan DAS Mede disajikan pada lampiran 5. Berdasarkan karakteristik lahan, menunjukan bahwa DAS Mede Ds memiliki tingkat curah hujan dan erosivitas yang tergolong rendah (11,68 mm/hari dan R=1.871,73), memiliki lahan yang mudah untuk diolah atau ditanam karena hampir atau sedikit memiliki kerikil/batuan. Namun, dengan didominasi oleh : kelas lereng bertopografi agak curam-sangat curam (6.143,80 atau >50%), jenis tanah yang tergolong agak peka sampai sangat peka erosi (brown forest, andosol, regosol), dan nilai kelas kepekaan tanah sedang , menjadi potensi untuk terjadinya erosi. Berdasarkan hasil penelitian, kelas erosi di DAS Mede Ds didominasi oleh kelas sedang sampai agak berat dengan luas 8.910,21 Ha (72,56%).
Philipus Y. Kastanya, Senawi, Ambar Kusumandari
Degradasi Lahan pada DAS Mede Ds Penggunaan lahan pada masing-masing kemampuan lahan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap nilai erosi, yang pada akhirnya berdampak pada kemungkinan terjadinya degradasi lahan. Degradasi lahan terjadi jika nilai erosi aktual (A) melebihi nilai erosi yang ditoleransi (T). Pada DAS Mede Ds, memiliki nilai erosi yang ditoleransi berbeda-beda tergantung jenis tanah. Berdasarkan taksonomi tanah, tanah gleisol termasuk dalam sub order Aquepts dengan nilai faktor kedalaman tanah (fd)=0,95. Tanah brown forest termasuk dalam sub-order Tropepts dengan nilai faktor kedalaman tanah (fd)=1,00. Tanah latosol termasuk sub order Humoks dengan nilai fd=1,00. Tanah andosol termasuk dalam sub order Andepts dengan nilai fd=1,00. Tanah regosol termasuk dalam sub order Orthents dengan nilai fd=1,00. Untuk menentukan kepadatan partikel tanah, menurut Foth(1994), pertimbangan hanya diberikan untuk partikel yang kuat. Oleh karena itu, kerapatan partikel setiap tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang partikel. Hal ini didefinisikan sebagai massa tiap unit volume partikel tanah dan sering kali dinyatakan dalam gram/cm3. Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan partikelnya rata-rata sekitar 2,6 gram/ cm3. Hanafiah(2006), kerapatan partikel (bobot partikel) adalah bobot massa partikel padat persatuan volume tanah, biasanya tanah memiliki kerapatan partikel 2,6 gr/cm3. Kerapatan partikel erat hubungannya dengan kerapatan massa. Hubungan kerapatan partikel dan kerapatan massa dapat menentukan pori-pori pada tanah. Dengan demikian, nilai kerapatan tanah (Bd) yang akan digunakan dalam perhitungan nilai T yaitu Bd=2,6 gr/cm3 atau setara dengan 260 ton/ha.Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan Hammer (1981), diketahui pada jenis tanah gleisol memiliki nilai T=37,05 ton/ha/thn. Jenis tanah brown forest, andosol dan regosol memiliki nilai T=39 ton/ha/ thn. Jenis tanah latosol memiliki nilai T=58,5 ton/ha/thn. Sebaran nilai T berdasarkan jenis tanah disajikan pada tabel 12.
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 Tabel12.Nilai T Tanah di DAS Mede Ds dan Luasannya Jenis Tanah
Taksonomi Tanah (Sub Order)
1 2 3
Gleisol Latosol Brown Forest Soil
Tropepts Humoxs Tropepts
600
4 5
Andosol
Andepts Orthents
600
No
Regosol
de (mm)
900 600
600
0,95 1,00 1,00
Nilai T (ton/ ha/thn) 37,05 58,50 39,00
1,00 1,00
39,00 39,00
Nilai fd
Hasil dari pengolahan data ini menghasilkan nilai Indeks Bahaya Erosi (IBE), dengan membandingkan nilai erosi aktual (A) dengan nilai erosi yang ditoleransi (T) dan diperoleh hasil klasifikasi terdiri dari kelas A≤T dan A>T. Jika nilai A≤T, maka terindikasi tidak terjadi degradasi lahan dan tingkat IBE tergolong rendah, namun jika nilai A>T, maka terindikasi bahwa lahan mengalami degradasi dan tingkat IBE bervariasi dari sedang sampai sangat tinggi tergantung nilai IBE. Sebaran nilai IBE dan luasannya disajikan pada tabel 4.12, dan secara spasial ditunjukan pada gambar 13. Tabel13. Kelas Indeks Bahaya Erosi (IBE) DAS Mede Ds dan Luasannya Nilai IBE
Tingkat
Luas
≤1,0
Rendah
5.107,30
>1,0 – 4,0
Sedang
6.270,04
Terjadi degradasi
>4,0 – 10,0
Tinggi
48,19
Terjadi degradasi
> 10
Sangat Tinggi
854,87
No
A:T
Indikasi
1
A≤T
Tidak terjadi degradasi
2
A>T
Terjadi degradasi
3
A>T
4
A>T
Berdasarkan tabel 13, diketahui bahwa luas lahan yang terdegradasi di DAS Mede Ds yaitu 7.173,11 Ha, dan yang tidak terdegradasi seluas 5.107,30 Ha. KESIMPULAN Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan di DAS Mede Ds, dapat disimpulkan bahwa : Karakteristik lahan DAS Mede yang didominasi oleh : erosi kelas sedang sampai agak berat dengan luas 8.910,21 Ha (72,56%),
Analisis Karakteristik dan Erosi Lahan Das Mede Ds Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 permeabilitas agak lambat (8.220,20 Ha atau 66,93%), kelas lereng bertopografi agak curamsangat curam (6.143,80 Ha atau >50%), jenis tanah yang tergolong agak peka sampai sangat peka erosi (brown forest, andosol, regosol), menggambarkan bahwa DAS Mede Ds merupakan kawasan DAS yang rentan terhadap degradasi lahan. Penggunaan lahan memiliki dampak terhadap degradasi. Lahan terdegradasi terluas (sesuai IBE) yaitu tingkat sedang seluas 6.270,04 Ha (51,06%).
Gambar 13. Peta Indeks Bahaya Erosi (IBE) DAS Mede Ds
DAFTAR PUSTAKA Asdakh, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Biswas A. K., 2010. Watershed Management. International Water Resources Association, Oxford, UK. Mustafa M., Ahmad A, Ansar M, Syafiuddin M., 2012. Dasar Ilmu Tanah. Universitas Hassanudin – Makasar. Potschin M., 2009. Catchment planning and the Ecosystems Approach (Progress towards application). Centre for Environmental Management School of Geography, University of Nottingham. Purwadhi, S.H dan Sanjoto T. B., 2007. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. LAPAN. Jakarta. Rusnam., Ekaputra E.G., Sitanggang E.M., 2013. Analisis Spasial Besaran Tingkat Erosi Pada Tiap Satuan Lahan Di Sub Das Batang Kandis. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND. Senawi, 1999. Evaluasi dan Tata Guna Lahan. Fakultas Kehutanan UGM. Senawi, 2007. Permodelan Spasial Ekologis Untuk Optimalisasi Penggunaan Lahan Daerah Alira Sungai (Kasus Di DAS Solo Hulu). Fakultas Kehutanan UGM-Yogyakarta. Sitanggang, G. 1998, Pengenalan Teknologi Penginderaan Jauh dan Aplikasinya, LAPAN. Jakarta. Suharsimi A, 1998. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta. Sutanto, 1994. Penginderaan Jauh Jilid I dan II (cetakan kedua). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Philipus Y. Kastanya, Senawi, Ambar Kusumandari