“Efektivitas Teknik Permainan Pantomim dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. Universitas Pendidikan Indonesia 2013 Irfan Anshori, Lucky HYA, Pepen Permana Kosakata merupakan salah satu unsur penting dalam empat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut adalah menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Penguasaan kosakata pada pembelajaran bahasa asing sangat diperlukan, karena diduga semakin seseorang menguasai kosakata, maka semakin lancar juga keterampilan berbahasanya. Dalam proses pembelajaran kosakata bahasa Jerman di sekolah, siswa masih memiliki kesulitan dalam menguasai kosakata. Hal ini antara lain karena kata benda dalam bahasa Jerman selalu diikuti oleh artikel dan kurang motivasi siswa dalam belajar bahasa Jerman. Berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba menggunakan teknik permainan Pantomim dalam pembelajaran kosakata bahasa Jeman. Penelitian ini bertujuan; 1) Untuk mengetahui bagaimana penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa sebelum digunakan teknik permainan Pantomim, 2) Untuk mengetahui apakah penggunaan teknik permainan Pantomim efektif untuk meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen semu (Quasi-Experiment). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes (Pretest-Posttest). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMKN 3 Bandung. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X UPW (Usaha Perjalanan Wisata) 2 yang berjumlah 35 siswa tahun ajaran 2013/2014. Untuk mengetahui peningkatan penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa dan untuk menguji hipotesis, digunakan uji-t. Hasil yang diperoleh dari analisis data adalah; 1) Data Pretest diketahui nilai rata-rata 55, dan dari data Postest diketahui nilai rata-rata 90,81, 2) Setelah penghitungan data uji-t diketahui bahwa T hitung lebih besar daripada T tabel (19,15 > 1,69) dengan nilai tarif Nyata = 0,05, artinya H o ditolak dan H 1 diterima. Ini berarti Hipotesis penelitian yang berbunyi teknik permainan Pantomim efektif digunakan dalam pembelajaran kosakata bahasa Jerman terbukti. Selain itu teknik permainan Pantomim dapat membuat proses belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan, menghilangkan kebosanan, kreatif dan suasana yang terbebas dari rasa takut maupun tekanan waktu dan nilai. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada guru agar menggunakan teknik permainan Pantomim sebagai teknik pembelajaran bahasa Jerman, khususnya dalam pembelajaran kosakata bahasa Jerman.
i
ABSTRAKT Anshori, Irfan. Die Effektivität der Spieltechnik “Pantomime” im Wortschatzunterricht. Bandung. Eine Abschlussarbeit an der Deutschabteilung der Fakultät für Sprachen und Kunst. Universitas Pendidikan Indonesia 2013. Wortschatz ist eines der wichtigen Elemente in den vier Sprachfertigkeiten. Die Sprachfertigkeiten umfassen die Hörfertigkeit, die Sprechfertigkeit, die Lesefertigkeit und die Schreibfertigkeit. Beim Lernprozess des deutschen Worschatzes in der Schule haben die Schüler noch Schwierigkeiten, um den Wortschatz zu beherrschen. Diese Schwierigkeiten werden von einigen Faktoren verursacht, unter anderem der deutsche Wortschatz hat verschiedene Artikel und die Schüler sind nicht so gut motiviert, um Deutsch zu lernen. Deshalb benutzt der Verfasser die Spieltechnik “Pantomime” beim Lernen des deutschen Wortschatzes. Die Ziele dieser Untersuchung sind, um folgendes herauszufinden; 1) die Beherrschung des deutschen Wortschatzes der Schüler vor und nach der Anwendung der Spieltechnik “Pantomime”, 2) die Effektivität der Spieltechnik “Pantomime”. Die Methode dieser Untersuchung ist die Quasi-ExperimentMethode. Die Instrumente waren Vor- und Nachtest (Pretest-Posttest). Die Population dieser Untersuchung waren alle Schüler der SMK Negeri 3 Bandung. Die Probanden dieser Untersuchung waren Schüler der Klasse X UPW (Usaha Perjalanan Wisata), die aus 35 Schülern vom Jahrgang 2013/2014 bestanden. Um die Steigerung der deutschen Wortschatzsbeherrschung der Schüler herauszufinden und um die Hypothese zu überprüfen, wurde der t-Test verwendet. Die Ergebnisse der Datenanalyse zeigten folgendes: 1) Die durchschnittliche Note des Vortests war 55 und die durchschinttliche Note des Nachtests war 90,81, 2) Nach den Datenberechnungen der t-Test wurde herausgefunden, dass die Zahl der T rechnung höher als T Tabelle (19,15 > 1,69) mit dem (α) 0,05 signifikanten Wert ist, das heiβt, H o wurde abgelehnt und H 1 wurde angennomen. Das bedeutet, dass die Hypothese dieser Untersuchung bestätigt ist. Bassierend auf diesem Untersuchungsergebnis schlägt der Verfasser vor, dass die Lehrer die Spieltechnik der “Pantomime” im Deutschunterricht verwenden, damit die Wortschatzbeherrschung der Lernenden steigern kann.
ii
Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa secara umum bertujuan agar pembelajar dapat menggunakan bahasa yang dipelajari untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Untuk dapat berkomunikasi tersebut diperlukan empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa penguasaan keempat keterampilan bahasa tersebut memerlukan bekal pengetahuan yang cukup seperti tata bahasa dan kosakata. Penguasaan kosakata pada pembelajaran bahasa asing sangat diperlukan, karena diduga semakin seseorang menguasai kosakata, maka semakin lancar juga keterampilan berbahasanya. Berdasarkan hasil pengamatan ketika penulis melakukan kegiatan PPL di SMKN 3 Bandung, terdapat berbagai kesulitan yang dihadapi pembelajar bahasa Jerman ketika mereka mempelajari kosakata. Kesulitan-kesulitan tersebut di antaranya dalam menghafal nomina atau kata benda. Salah satu penyebabnya adalah karena kata benda dalam bahasa Jerman selalu diikuti oleh Artikel (kata sandang) yang berbeda. Artikel der untuk maskulin, Artikel die untuk feminim dan Artikel das untuk netral. Selain itu pembelajar sering kesulitan dalam menghafalkan kosakata yang baru. Para pengajar atau guru pun harus mempunyai strategi untuk membuat para pembelajar mampu mengingat kosakata yang baru dengan teknik pembelajaran yang menarik. Ada berbagai macam teknik pembelajaran yang dapat digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran, antara lain adalah teknik permainan tebak kata. Teknik permainan tebak kata ini diasumsikan memiliki pengaruh yang positif dalam meningkatkan penguasaan kosakata pembelajar. Biasanya dalam proses belajar mengajar, para pembelajar atau dalam konteks ini dikatakan siswa sering merasa bosan atau jenuh dalam belajar bahasa Jerman dan cenderung para siswa inginnya terus bermain daripada belajar. Masamasa sekolah adalah masa dimana para siswa ingin mencari jati diri mereka dengan cara mereka ingin selalu terlihat di antara teman-temannya. Daya kreativitas dan daya imajinasi mereka pun sedang tinggi-tingginya. Ada beberapa ekstrakurikuler yang menampung kemampuan mereka, tapi itu saja tidak cukup.
ii
Terkadang para siswa ingin kemampuan mereka digunakan juga dalam pembelajaran, contohnya ke dalam bahasa. Kreativitas para siswa dalam menunjang teknik pembelajaran bahasa Jerman seperti seni peran dan seni musik. Lebih jauh ada satu kreativitas siswa yang membuat peneliti tertarik untuk mengetahuinya, yaitu seni gerak tubuh atau pantomim. Melalui gerak tubuh mereka berkata-kata dan menyampaikan suatu makna kepada orang yang melihatnya. Orang-orang disekitarnya pun jadi merasa tahu apa yang hendak dikatakan oleh pelaku pantomim. Teknik permainan pantomim dapat dilakukan oleh seorang atau beberapa orang tergantung dari apa yang ingin mereka hendak menyampaikan suatu makna kepada orang-orang yang melihat mereka. Dari sinilah peneliti mempunyai sebuah ide untuk membuat teknik pembelajaran dengan menggunakan teknik permainan pantomim, selain agar membuat belajar bahasa Jerman menjadi lebih menarik, hal ini juga akan membantu daya kreativitas para siswa yang tinggi. Dengan demikian hal ini diduga akan meningkatkan penguasaan kosakata siswa. Dari latar belakang inilah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Efektivitas Teknik Permainan Pantomim dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman”. Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan 3 Bandung dengan subjek penelitian kelas X. Pembelajar bahasa Jerman yang dapat dikategorikan baru mengenal bahasa Jerman, sehingga diharapkan mereka terbiasa menerapkan teknik permainan pantomim ini dalam pembelajaran kosakata selanjutnya.
Landasan Teoritis 1. Pengertian Pembelajaran Istilah Pembelajaran dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu belajar dan mengajar. Menurut Mahfuddin (2008:13), bahwa belajar adalah sebuah bentuk aktivitas yang di dalamnya diharapkan adanya perubahan prilaku (behavior change) pada individu-individu yang belajar. Lebih jauh di dalam Lexikon online (2010) dikemukakan bahwa:
ii
Unter Lernen versteht man in der Psychologie in der Regel den absichtlichen oder den beiläufigen, individuellen oder kollektiven
Erwerb
von
geistigen,
körperlichen,
sozialen,
Kenntnissen, Fähigkeiten und Fertigkeiten.
Belajar menurut pandangan psikologi adalah aturan disengaja yang bersifat individu ataupun kelompok untuk memperoleh suatu pengetahuan bersifat intelektual, jasmani, sosial, kemampuan dan keterampilan. Sementara itu istilah mengajar adalah suatu aktivitas guru untuk membantu siswa dalam memperoleh informasi, ide, dan cara berfikir lebih jauh. Schröder (2002:59) mengemukakan bahwa ,,Lehren ist ein Verhalten, das Erfahrung vermittelt mit der Absicht, Lernen zu bewirken”. Jadi dapat diartikan bahwa mengajar adalah sebuah perilaku, di mana pengalaman menjadi perantara dengan tujuan terciptanya pembelajaran. Selain belajar dan mengajar, dalam pembelajaran diperlukan juga suatu strategi pembelajaran. Dalam situs wikipedia Jerman dalam Lernstrategie dijelaskan bahwa ,,Lernstrategien sind auf das Lernziel ausgerichtet und tragen dazu bei, mit Hilfe eines effizienten Lernprozesses ein gutes Ergebnis zu erreichen”. Pengertian diatas berarti strategi dalam pembelajaran sangatlah penting untuk digunakan, karena dapat membantu proses belajar secara efisien untuk mencapai hasil yang baik. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar pada hakikatnya adalah melakukan kegiatan belajar, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. 2. Pengertian Kosakata Tujuan pengajaran bahasa ialah agar para siswa terampil berbahasa yang mencakup keterampilan menyimak (Hörfetigkeit), keterampilan berbicara (Sprechfertigkeit), keterampilan membaca (Lesefertigkeit), dan keterampilan menulis (Schreibfertigkeit). Tidak dapat dipungkiri lagi keterampilan berbahasa membutuhkan penguasaan kosakata yang baik.
ii
Untuk membantu penguasaan siswa dalam kosakata, guru dapat mencari alternatif pengajaran kosakata, baik melalui proses bimbingan dan latihan di kelas atau tugas yang berhubungan dengan penguasaan kosakata. Semua latihan maupun tugas yang diberikan kepada siswa dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas kosakata siswa maupun perkembangan konseptual dalam proses berpikir secara kritis. Dari jumlah kata yang mereka kuasai dapat dijadikan ukuran seberapa jauh tingkat penguasaan kosakata yang mereka miliki. Keterampilan berbahasa sangat erat hubungannya dengan kosakata. Hal ini disebabkan bahwa salah satu faktor penentu seorang terampil berbahasa adalah sejauhmana ia memahami sejumlah kata di dalam bahasa tersebut. Götz, dkk (2003:1193) memberikan batasan mengenai kosakata. Alle Wörter einer sprache oder Fachsprache; alle Wörter, die jemand zum Sprechen benutzt; alle Wörter, die jemand in ihrer Bedeutung kennt. ‘Kosakata merupakan semua kata-kata dari sebuah bahasa; semua katakata yang digunakan seseorang di dalam berbicara; semua kata-kata yang diketahui maknanya oleh seseorang.’ Di dalam Wikipedia bahasa Jerman (2008) disebutkan bahwa: ,,Als Wortschatz (auch Vokabular oder Lexik(on)) bezeichnet man 1. die Gesamheit aller Wörter einer Sprache zu einem bestimmten Zeitpunkt. 2. die Gesamheit aller Wörter einer Sprache, die ein einzelner Sprechen kennt oder verwendet”. Dalam pernyataan di atas disebutkan bahwa kosakata adalah: 1. Keseluruhan kata dari sebuah bahasa pada kurun waktu tertentu. 2. Keseluruhan kata dari sebuah bahasa, yang digunakan atau dikenal oleh pengguna bahasanya. Menurut Purwo (1997:10) bahwa cara meningkatkan penguasaan kosakata dengan cara menghafal daftar kata bukan satu satu-satunya langkah yang dapat dilakukan untuk membantu peningkatan penguasaan kosakata. Selain itu juga hal tersebut dapat ditempuh dengan mengamati pemakaian kata-kata tersebut di dalam teks.
ii
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kosakata merupakan keseluruhan dari kata-kata yang terintegrasi ke dalam bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Semakin siswa menguasai kosakata maka akan semakin baik pula penggunaan bahasa mereka. 3. Pengertian Teknik Pembelajaran Seorang guru atau pengajar harus memiliki berbagai macam strategi agar bahan/materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan mudah dan dapat dimengerti oleh siswa, sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat terlaksana. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh pengajar untuk sampai pada tujuan pembelajaran, salah satunya
dengan menggunakan
teknik
pembelajaran. Menurut Sudrajat (2008:2) teknik pembelajaran adalah “cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik”. Senada dengan Sudrajat, Subana dan Sunarti (2009:20) berpendapat bahwa “teknik pembelajaran adalah daya upaya, usaha, cara yang digunakan guru dalam mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pengajaran”. Sementara itu Bimmel dan Rampilon (Bohn, 2000:96) menjelaskan bahwa “eine Lerntechnik bezeichnet ,,Fertigkeiten”, die Lernende einsetzen können, um etwas zu lernen, z. B die Fertigkeit, etwas im Wörterbuch nachschlagen zu können”. ‘Teknik Pembelajaran menggambarkan berbagai keterampilan yang dapat diterapkan pembelajar untuk mempelajari sesuatu, sebagai contoh keterampilan untuk dapat mencari sesuatu di dalam kamus’. Dari pendapat-pendapat di atas terdapat beberapa persamaan, yaitu teknik pembelajaran adalah cara atau usaha yang dilakukan pengajar dalam proses pembelajaran. Lebih jauh Bimmel dan Rampilon mendefinisikan teknik pembelajaran sebagai keterampilan yang digunakan oleh pembelajar dalam mempelajari sesuatu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teknik pembelajaran adalah cara dan usaha yang dilakukan seorang pengajar dalam
ii
menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengajar dapat menggunakan beberapa teknik walau dalam satu metode yang sama. 4. Pengertian Gerak tubuh atau Pantomim Seni Pertunjukan dapat berupa dengan kata-kata maupun tidak dengan kata-kata atau dialog. Salah satu seni pertunjukan yang menggunakan dialog adalah drama atau teater. Di sisi lain, ada pertunjukan yang penyampaiannya tidak dengan menggunakan kata-kata, melainkan melalui gerak-gerik tubuh. Hutary (2012). Dalam Indonesia Seni menjelaskan bahwa seni pertunjukan yang hanya dengan gerak-gerik tubuh bahkan cenderung bisu ini disebut oleh Aristoteles dengan istilah Pantomime. Istilah Pantomim berasal dari bahasa Yunani yang artinya serba isyarat. Secara etimologis, pertunjukan pantomim yang dikenal sampai sekarang itu adalah sebuah pertunjukan yang tidak menggunakan bahasa verbal. Lebih jauh Wolf (1990:5) juga mengemukakan tentang pantomim bahwa “dass jeder Mensch mit seinem Körper spricht, dass es Sprache ohne Gesichtsausdruck oder Gestik nicht gibt, die Körpersprache ist ein wesentliches Ausdrucksmittel in der Kommunikation, ob sie nun bewuβt eingesetzt wird”. ‘Bahwa setiap orang berbicara lewat tubuh, bahwa bahasanya tidak menggunakan ungkapan atau gestik, bahasa tubuh adalah intisari dari sebuah komunikasi, dari yang sadar maupun yang tidak sadar’. Pantomim sendiri mengajarkan tentang tubuh, sikap, etika, serta kejiwaan juga daya imajinasi dan kreativitas. Pantomim ini sangatlah cocok ketika digunakan sebagai teknik pembelajaran di sekolah. Melalui pantomim dapat dikenal berbagai hal seperti asal-usulnya, sikap disiplin tubuh, dan sopan santun, karena pantomim itu menyenangkan. a. Pantomim dalam Pembelajaran Pantomim merupakan permainan menggunakan gerak tubuh yang menarik, sehingga pantomim sering dijadikan permainan dalam pembelajaran. Alasan mengapa Pantomim ada dalam pembelajaran, Wolf (1990:5) dikemukakan sebagai berikut:
ii
a. sie hilft, die Fremdsprache zu “begreifen”; ein Schüler, der z.B. einen imaginären Apfel vom Baum pflückt, diese kleine Handlung jedoch nicht benennen kann, wird das neue Wort “pflücken” immer mit seinem pantomimischen Tun in Verbindung bringen können und es so schnell nicht vergessen; b. Die Schüler bekommen die Möglichkeit, mit Hilfe ihrer Körpersprache alles zu erzählen; c. Gleichzeitig können sie aber auch in den Gesprächsphasen neuen Wortschatz erarbeiten zu den Geschichten, die sie vorher pantomimisch dargestellt haben; d. Die Kommunikationssituation bleibt der individuellen Phantasie und Spontanität überlassen; e. In diesen Spielsituationen ist die Kreativität jedes einzelnen gefordert; f. Dadurch
wird
allmählich
das
Selbsvertrauen
in
das
eigene
Ausdrucksvermögen gesträrkt; g. Er erfährt sich selbsbewuβt als Kommunikationspartner mit seinem nonverbalen Ausdrucksvermögen, lernt aber auch, den anderen in seinem Ausdruck bewuβt wahrzunehmen. Pengertian di atas berarti: a. Membantu Pembelajar bahasa asing untuk mengerti Contoh, Seorang siswa membayangkan memetik sebuah apel di pohon, tetapi perbuatan kecil ini tidak dapat disebutkan, siswa membuat sebuah kata baru dengan membuat pantomim yang berhubungan dengan kata tersebut dan membuat siswa tidak cepat lupa; b. Siswa mendapat kemungkinan, dengan bantuan bahasa tubuhnya untuk menceritakan semua apa yang ingin disampaikannya secara sederhana, tanpa membuat keliru dengan merasakan kosakatanya yang terbatas; c. Pada waktu yang sama siswa memperoleh kosakata yang baru dalam tahap percakapan tersebut, karena sebelumnya diberi pertunjukan pantomim; d. Situasi komunikasi yang diberikan tergantung dari fantasi dan spontanitas;
ii
e. Dalam situasi permainan ini para pembelajar dituntut untuk kreatif; f. Melalui Pantomim ini pembelajar diperkuat rasa pecaya dirinya; g. Menjadikan rasa kepercayaan dirinya dengan teman komunikasinya melalui ungkapan kemampuan yang nonverbal. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pantomim dapat membantu siswa dalam pembelajaran kosakata. Selain mudah dimengerti, melalui teknik permainan pantomim pembelajar tidak hanya menjadi kreatif, tetapi tidak akan terlalu sulit untuk mengingat kembali kosakata yang telah diajarkan. b. Teknik Permainan Pantomim dalam Pembelajaran Kosakata Pembelajaran yang monoton yang diajarkan pengajar kepada siswanya seringlah menjadi masalah ketika belajar bahasa, tidak ada ketertarikan dan kegairahan siswa dalam belajar. Oleh karena itu, diperlukanlah suatu teknik pembelajaran yang menarik siswa untuk termotivasi dalam belajar bahasa. Teknik pembelajaran yang digunakan adalah teknik permainan Pantomim. Pantomim merupakan seni gerak tubuh yang menyampaikan maksud tujuannya dengan menggerakkan tubuh mereka, dalam hal ini seorang pantomim harus berkreasi dan berimajinasi bagaimana cara mereka mengirimkan apa yang ingin disampaikannya kepada orang lain. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan satu kelas penelitian tanpa kelas pembanding. Penelitian ini menggunakan teknik permainan Pantomim untuk membantu siswa dalam meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Jerman. Sebelum dilakukan perlakuan melalui penerapan teknik permainan Pantomim, terlebih dahulu dilakukan pretest. Setelah dilakukan perlakuan, selanjutnya diadakan posttest penguasaan kosakata bahasa Jerman untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa.
Data
yang
diperoleh
akan
dianalisis
secara
statistik
dengan
membandingkan hasil pretest dengan posttest untuk mengetahui penguasaan kosakata siswa sesudah dilakukan perlakuan dengan menggunakan teknik permainan Pantomim.
ii
Hasil Penelitian dan Pembahasan Data dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil penelitian pretest (O 1 ) dan posttest (O 2 ). Pretest dan posttest dilakukan dengan menggunakan perangkat tes yang sama. Dari skor maksimal 100, dalam pretest diperoleh skor tertinggi 80 dan terendah 35, dengan skor rata-rata 55, sehingga tingkat penguasaan kosakata siswa kelas X UPW 2 sebelum diberi perlakuan teknik permainan Pantomim masih rendah. Setelah diberi perlakuan teknik Pantomim tingkat penguasaan kosakata siswa menjadi lebih baik, hal itu dapat dilihat dari hasil posttest yang diperoleh skor tertinggi 100 dan skor terendah 75 dengan skor rata-rata 90,81. Dari perhitungan dengan menggunakan uji Lilifors pada pretest diperoleh Lhitung sebesar 0,1115, sedangkan Ltabel pada taraf nyata 𝛼 = 0,05 dan n = 31 didapat nilai 0,1590. Tampak bahwa Lhitung < Ltabel (0,1115 < 0,1590). Dengan
demikian data pretest tersebut memiliki distribusi normal. Kriteria pengujian signifikansi normalitas distribusi frekuensi adalah data X dan data Y berdistribusi normal jika Lhitung < Ltabel. Artinya sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk data posttest diperoleh Lhitung= 0,1343. Dengan jumlah sampel n = 31 pada taraf nyata 𝛼 = 0,05 diperoleh Ltabel = 0,1590. Berdasarka perhitungan tersebut tampak bahwa Lhitung < Ltabel. Hal ini menunjukan bahwa data posttest juga berdistribusi normal. Dari hasil penghitungan uji homogenitas variansi data X dan data Y di peroleh Fhitung = 2,15, sedangkan dari data distibusi F dengan dk pembilang = 1 dan dk penyebut dk penyebut = n – 1 = 31 – 1 = 30 diperoleh Ftabel= 4,17. Berdasarkan penghitungan tersebut tampak bahwa Fhitung < Ftabel. Hal ini menunjukan bahwa variansi data X dan Y bersifat homogen. Setelah uji analisis terpenuhi, kemudian dilakukan pengujian perbedaan rat-rata pretes dan posttest untuk menguji signifikansi perbedaan antara hasil pretest dan posttest. Dari penghitungan yang telah dilakukan diperoleh harga 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 19,15, sedangkan dari daftar distrbusi 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan taraf nyata (𝛼) =
0,05 dan dk = 30 diperoleh 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,69. Berdasarkan hal tersebut tampak bahwa
ii
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretes dan posttest.
Berdasarkan hasil penghitungan uji t diperoleh hasil 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 19,15 >
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,69. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan kata lain,
kemampuan kosakata siswa melalui hasil posttest lebih baik, dan menigkat secara signifikan dibanding hasil pretest setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan Teknik Permainan Pantomim.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Teknik Permainan Pantomim dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa.
Penutup Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diasumsikan bahwa tingkat penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan hasil belajar siswa pada saat posttest. Penggunaan Teknik Permainan Pantomim ini menuntut siswa untuk lebih aktif lagi dalam berbicara dengan bahasa Jermannya dan membuat siswanya menjadi lebih kreatif. Teknik pembelajaran yang menarik akan membuat proses belajar mengajar yang tidak monoton dan menyenangkan. Teknik pembelajarannya juga tidak berpusat pada guru, tetapi siswa yang berperan lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Melalui teknik permainan Pantomim ini diharapkan dapat membantu siswa untuk mempelajari kosakata. Selain itu siswa dapat belajar dengan baik dan tidak merasa bosan, bebas dari rasa takut dan tekanan. Teknik permainan Pantomim ini dapat memacu guru untuk kreatif dalam teknik pembelajarannya, sehingga pada akhir pembelajaran siswa mendapatkan peningkatan yang baik dalam penguasaan kosakatanya. Dengan demikian tujuan pembelajaran pun tercapai dengan baik.
ii
Penelitian yang telah dilakukan tentang efektivitas teknik permainan pantomim dalam pembelajaran kosakata bahasa Jerman siswa di kelas X UPW 2 SMK Negeri 3 Bandung mungkin masih jauh dari kata sempurna dan memiliki kekurangan. Adapun kekurangan tersebut antara lain adalah suasana yang tidak kondusif di ruangan kelas sehingga membuat kelas menjadi ribut. Namun demikian berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan dapat diungkapkan bahwa melalui pembelajaran menggunakan Teknik Permainan Pantomim, pemahaman kosakata siswa semakin meningkat. Peningkatan tersebut terlihat dari hasil nilai posttest yang cukup signifikan dibandingkan dengan nilai pretest. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Teknik Permainan Pantomim dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa. Saran Berdasarkan hasil analisis data dan simpulan penelitian yang telah disebutkan di atas, serta untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam pembelajaran kosakata, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut; 1) Teknik Permainan Pantomim dalam pembelajaran bahasa Jerman dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa, karena melalui teknik ini siswa dapat meguasai kosakata yang baru dan mengalami peningkatan dalam penguasaan kosakatanya; 2) Kepada peneliti lain yang akan meneliti kajian yang sama, disarankan agar memberikan perlakuan atau treatment secara lebih intensif, sehingga hasil yang diperoleh akan lebih maksimal.
***
Daftar Pustaka Basri, Syaiful Qadar. (2010). KATESMANSA Strategi Pembelajaran Materi Pengajaran Pantomim. [Online]. Tersedia: http://katesmansa.blogspot.com/2010/01/startegi-pembelajaran-materipengajaran.html. [15 Desember 2012] Bock, Heiko. (et al). 2005. Themen neu: Lehrwerk für Deutsch als Fremdsprache. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi.
ii
Bohn, Rainer.(2000). Probleme der Worschatzarbeit. Berlin: Langenscheidt. Demme, Silke. Funk, Hermann. Kuhn, Christina. 2005. Studio d A1 : Deutsch als Fremdsprache. Jakarta : PT. Ikrar Mandiriabadi. Dieter, Jörg. (2003). Wortarten-die Worte im Deutschen kann man in fünf Gruppen einteilen. (pdf) tersedia:http//www.Jolifanto.de. Götz, Dieter dkk. (2003). Langenscheidt Groβwörterbuch deutsch als Fremdsprache. Berlin dan München: Langenscheidt KG. Hakim, Selvia Novelian. (2012). Efektivitas Penggunaan Papan Monopoli dalam Meningkatkan Kosakata Bahasa Jerman. Skripsi pada Sarjana FPBS Bandung: Tidak diterbitkan Hardjono, Tini. Marbun, Eva. Nainggolan, Sartati. 2008. Kontakte Deutsch 1. Jakarta: PT Katalis Mitra Plaosan. Heyd, Getraude. (1990). Deutsch Lernen. Frankfurt: Diesterweg. Hutary, Faudy. (2012). Indonesia Seni. [Online]. Tersedia: http://www.indonesiaseni.com/index.php?option=comcontent&view=article&i d=793%3Apantomim-bentuk-therapy-untuk-masyarakat&catid=17%3Asosokpertunjukan&Itemid=43. [27 November 2012] Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Ende: Nusa Indah. Mahfuddin, Azis. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Jerman. FPBS . Universitas Pendidikan Indonesia. tidak diterbitkan. Purwo, Kaswanti Bambang. (1997). Pokok-pokok Pengajaran Bahasa dan Kurikulum 1994 bahasa indonesia. Jakarta: Depdikbud Schröder, Hartwig. (2002). Lernen-Lehren-Unterricht:Lernpsychologische und didaktische Grundlagen. Wien: Odenbourg. Subana dan Sunarti. (2009). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset. Sudrajat, A. (2008). Pendekatan, Strategi Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com [27 November 2012]. Wolf, Sabine. (1990). Pantomime als Sprechanlaβ. München: Goethe Institut. ______. (2012). Lernstrategie. [online]. http://de.wikipedia.org/wiki/Lernstrategie [22 November 2012].
Tersedia:
______. (2010). Lexikon [online]. http://lexikon.stangl.eu/551/lernen/ [23 November 2012].
Tersedia:
_______. (2008). Wortschatz. [online]. http://de.wikipedia.org/wiki/Wortschatz [27 November 2012].
Tersedia:
ii
EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN PANTOMIM DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Jerman
Disusun oleh: Irfan Anshori 0906140
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
ii