IPNI Best Management Practices (BMP) pendekatan ke arah peningkatan hasil kelapa sawit MOSTA-IOPRI Joint Seminar Oil Palm Practical Innovative Technologies 2013 The Oil Palm Plantation of Tomorrow 10 – 12 September 2013, Medan, North Sumatra, Indonesia
Chris Donough Consultant, IPNI SEAP
Saya ucapkan terima kasih kepada pihak penyelengara seminar 2013 MOSTAIOPRI yang telah memberikan kesempatan istimewa untuk dapat Section Header berbicara di acara ini Saya berterima kasih kepada rekan saya Pak La Ode Umar Rasyid dan Pak Angger Cahyo (Asisten Riset, PT Sungai Rangit, Mitra Kerja Proyek ) yang telah membantu menterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
IPNI SEAP Intensifikasi Produksi K Sawit
Pendahuluan
Proyek2 K Sawit IPNI SEAP Beberapa hasil Fokus saat ini Beberapa ide Latihan & dukungan 3
http://www.ipni.net/
IPNI merupakan organisasi ilmiah nirlaba yang didedikasikan untuk manajemen yang bertanggung jawab dari nutrisi tanaman, didasarkan pada konsep 4R (sumber tepat, tingkat tepat, waktu tepat, tempat tepat) untuk mendukung kebutuhan dunia untuk pangan, bahan bakar, pakan, dan serat. IPNI mempunyai program/proyek diseluruh dunia dalam mendukung komunitas para petani di setiap benua. IPNI didanai oleh produser pupuk global, akan tetapi kegiatan ilmiah yang dilakukan bebas dari kepentingan para pendana.
4
http://seap.ipni.net/
IPNI Southeast Asia Program (SEAP) dimulai tahun 1974 sebagai kantor perwakilan International Potash Institute (IPI). Lalu beroperasi sebagai misi gabungan IPI dan Potash & Phospate Institute (PPI). Kemudian menjadi sebuah program dibawah organisasi baru yaitu IPNI pada tahun 2007. Selama ini IPNI SEAP telah terlibat dengan industri kelapa sawit, melalui : 1. Proyek kolaborasi dengan perkebunan sawit 2. Penerbitan (buku lapangan k sawit thn 1998) 3. Pengembangan software (OMP) 5
IPNI SEAP Intensifikasi Produksi K Sawit
Pendahuluan Proyek2 K
Sawit IPNI SEAP
Beberapa hasil Fokus saat ini Beberapa ide Latihan & dukungan
6
Sejak tahun 2006, IPNI SEAP telah meningkatkan proyek kelapa sawit dilapangan – o Bertujuan untuk intensifikasi produksi o BMP di TM – 6 lokasi di indonesia tahun 2006-2011, telahHeader selesai dan analisa data Section terus dilakukan o BMP manajemen hara TM – di Kalimantan bermula tahun 2011 (masih berlangsung) o BMP semua Tahapan (pembibitan-persiapan lahan-TBM-TM) – di Sabah dan Sumatera selatan bermula 2011 (masih berlangsung)
5.00 4.50
Pertumbuhan Minyak Kelapa Sawit di Indonesia 1967-2010 Planted Area (ha)
4.00 3.00
7,000,000 6,000,000
2.50
5,000,000
2.00
4,000,000
1.50
3,000,000
1.00 0.50 -
9,000,000 8,000,000
CPO Yield (tons ha-1)
3.50
10,000,000
2,000,000 1,000,000
1967
1972
1977
1982
1987
1992
1997
2002
2007
Plantations Development in Indonesia : Strategies & Prospects Edi Suhardi (Head of Sustainability, PT Agro Harapan Lestari) ISP International Planters’ Conference 2012
- Tinjauan scenario Indonesia akhir2 ini
0
8
Pertumbuhan Minyak Kelapa Sawit di Malaysia 1975-2011
5.00 4.50 4.00
9,000,000 8,000,000
3.50
7,000,000
3.00
6,000,000
2.50
5,000,000
Planted Area (ha)
2.00
4,000,000
CPO Yield (tons ha-1)
1.50 1.00 0.50
10,000,000
0.00 1975
3,000,000 2,000,000 1,000,000
1980
1985
1990
1995
• Pertumbuhan lebih lambat • Hasil CPO dan OER stagnan
2000
2005
2010
0
9
Konsep: Yield Gap (celah pemisah hasil) 100% 90%
Yield gap 3
Yield gap 2
80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
Hasil Aktual (Y)
Pengelolaan tidak optimal pada saat tahap TM
0%
Adapted from: Fairhurstet al., 2006
Hasil yang dibatasi oleh Nutrien (Y-n)
Defisiensi nutrien pada saat tahap TM
Yield gap 1 Hasil Ekonomis Maksimal (Y-me)
Hasil Maksimal Lokasi (Y-max)
Pengelolaan tidak optimal & Potensi hasil defisiensi progeny (bahan nutrient pada tanam) pada tipe saat tahap tanah & iklim pengembangan & tertentu TBM
Sumber informasi BMP . . .
11
BMP yang diimplementasikan di proyek IPNI merupakan praktek yang telah terbukti dari percobaan lapangan konvensional. Pada percobaan2 tersebut, kondisi dikontrol ketat, kecuali untuk perlakuan yang sedang diamati. Percobaan2 tersebut menunjukan pengaruh perlakuan BMP yang diamati saja ketika faktor lain dalam keadaan konstan. Hasil akhir dibuat rerata selama percobaan tersebut dilakukan untuk menghilangkan variasi yang ada karena waktu dan lokasi. 12
Apa yang terjadi di praktek komersial?
o BMP diimplementasikan sebagai sebuah paket o Para manager menghadapi variasi pada lokasi dan waktuHeader Section o Implementasi beragam, karena input merupakan hal yang mengalami perubahan, bahkan sering diakibatkan oleh biaya
SOP dimanapun hampir sama.
o Tetapi mengapa hasil yang dicapai beragam? o Mengapa hasil penelitian tidak bisa dicapai ?
Proyek BMP . . . Blok Referensi (REF) (standar yang berlaku dilaksanakan)
5 PASANG BLOK UKURAN KOMERSIAL DAN KONDISI MIRIP
Blok BMP
4-TAHUN PENCATATAN DATA & EVALUASI PELAKSANAAN OPERASIONAL, AGRONOMI & EKONOMIS
Results: BMP Sites
LOKASI2 PROYEK BMP K SAWIT TM DI INDONESIA 2006-2011
Hasil: Lokasi2 Proyek BMP Historis Produksi TBS
Lokasi
Luas Areal
Umur tanaman
1
Sumatera Utara
266 ha
5-12
26-29 t/ha Bagus
Daerah rata, curah hujan rendah
2
Sumatera Utara
156 ha
8-13
24-25 t/ha Bagus
Daerah berbukit, SPH bervariasi
3
Sumatera Selatan
256 ha
15-18
16-24 t/ha Sedang
Daerah bergelombang, kekurangan air
4
Kalimantan Barat
143 ha
8-9
16-17 t/ha Buruk
Daerah bergelombang, tanah dengan hardpan
5
Kalimantan Tengah
124 ha
8-9
12-13 t/ha
6
Kalimantan Timur
135 ha
3-12
23-26 t/ha Bagus
Kondisi
Sangat buruk
Faktor2 lokasi
Kekurangan air, tanah sangat berpasir Daerah berbukit, curah hujan tinggi
Crop recovery (Panen)
Manajemen Kanopi Tanaman •
Mambuat Hasil
•
•
•
Mengambil Hasil
• •
• • •
Pusingan panen 7 hari Standar kematangan buah 1 berondolan sebelum panen Audit mutu panen Akses untuk pemanen Piringan & tapak kuda yang bersih
•
•
Jarak tanam yang optimal Jumlah pelepah yang cukup untuk produksi tinggi Pemusnahan pokok abnormal dan tidak produktif Menyisip tempat kosong dan penjarangan pokok yang terlalu rapat
Manajemen Hara • • • •
•
Rumpukan pelepah yang teratur Pembasmian tumbuhan berkayu Aplikasi janjang kosong Pengelolaan pemupukan sesuai prinsip 4R Monitoring status nutrisi tanaman
Monitoring dan pengelolaan hama dan penyakit tanaman Penunasan pelepah yang tidak produktif
17
Konseptualisasi hubungan Antara BMP Membuat & Mengambil Hasil (TBS) 40
Pengaruh Yield Making BMP Terhadap perkembangan hasil
35
0.8
inflorescence development
0.6
bunch development
sex ratio
15
10 0.4
number of flowers
0.2
number of female flowers
floral abortion
bunch failure
0 1
5
9
13
17
21
25
29
33
Bulan setelah awal pembentukan bunga
37
5
BMP Membuat Hasil
20
1
BMP Mengambil Hasil
25
1.2
Kontribusi relatif untuk peningkatan hasil
30
0 1
2
3
Tahun setelah BMP mulai
4
IPNI SEAP Intensifikasi Produksi K Sawit
Pendahuluan Proyek2 K Sawit IPNI SEAP
Beberapa hasil Fokus saat ini Beberapa ide Laithan & dukungan
19
Hasil: Produksi TBS t ha-1 + 24.4 %
Year 2
Year 3
+ 25.6 %
Year 4
+ 10.2 %
+ 20.4 %
+ 9.5 %
29
Site 3
REF
BMP
REF
Site 5
28 26 28
29
21
13
14
14
18
24 17
BMP
Site 4
29
22
25
18 20
17
REF
12
23
BMP
15
23
23 25
REF
15
23
BMP
Site 2
22
25
16 24
29
REF
Site 1
24
25
15
21
20 22 29
28
BMP
31
19
24
22 24 24
28
32
32
32
31
31
22
28
27
29
26
33
25
29
+ 4.6 %
Year 1
20
Pre Project
BMP
REF
Site 6
Intensifikasi produksi sangatlah mungkin pada kebun2 yang sudah ada • Setiap mitra proyek (perkebunan sawit) telah mencapai keuntungan dengan menggunakan saat ini (yaitu REF) SectionSOP Header • Beberapa mitra proyek bisa lebih mendapat keuntungan dengan implementasi BMP yang lebih baik, bahkan dengan implementasi biaya yang lebih tinggi • Pemotongan biaya terjadi terlalu sering tanpa mengetahui dampak sebenarnya terhadap produksi dan keuntungan yang didapat
Hasil: Produksi TBS t ha-1 Year 1
Year 2
Year 3
Year 4 Suboptimal conditions Average increase over 4 years: + 18%
19
28
23
19
17
30
21
27
30
23
20
26
29
23
25
29
Optimal conditions Average increase over 4 years: +12%
Opt Cond BMP
Opt Cond REF
Subopt Cond BMP
Subopt Cond REF
Sites 1, 2, 6
Sites 3, 4, 5
Produksi maksimal yang tercapai . . .
Lokasi 1 2 3 4 5 6
Produksi TBS (t ha-1) tertinggi yang tercatat Dgn BMP Dgn REF 37.9 36.8 34.8 28.9 31.8 27.4 29.3 27.7 26.6 20.1 36.7 34.2
BMP memungkinkan produksi tinggi • Di lokasi terbaik di Kalimantan pencapaian mendekati
lokasi terbaik di Sumatera • Implementasi BMP yang ‘site specific’ memungkinkan pencapaian produksi tinggi pada kondisi yang beragam June 2010 Jogjakarta, Indonesia
Best Management Practices Pencapaian Produksi CPO, 3 lokasi Lokasi 1 BMP
Jumlah tandan 1,187
% pokok dura 2.9
Lokasi 1 REF
1,140
3.1
Lokasi 5 BMP
1,752
49.2
Lokasi 5 REF
1,720
47.0
Lokasi 6 BMP
1,388
6.9
Lokasi 6 REF
1,396
6.3
TOTAL
8,583
19.2
Results - Oberthür, Donough & plantation partners, ISP 2012, Intensification of oil palm plantations with BMP
24
BMP Pencapaian produksi CPO, 3 lokasi Site 1, 12/0907/10 23.1
Site 6, 10/1006/11 23.4
Site 5, 08/1005/11 18.0
REF
23.7
23.4
18.9
Diff.
(0.6) *
0.0 ns
(0.9) +
BMP
17,864
25,456
20,732
REF
15,286
22,362
18,835
Diff.
2,578 +
3,094 **
1,897 *
BMP
4,126
5,957
3,748
REF
3,624
5,225
3,570
Diff.
502 +
732 **
178 ns
Indikator Pencapaian OER (%)
Hasil TBS (kg/ha)
Hasil CPO (kg/ha)
BMP
Results - Oberthür, Donough & plantation partners, ISP 2012, Intensification of oil palm plantations with BMP
25
Hipotesis ditolak: Peningkatan Produksi TBS dan OER secara bersamaan tidak mungkin dapat dicapai dengan pelaksanaan BMP, Namun, peningkatan Produksi CPO total dimungkinkan jika sasaran strategi manajemen di lapangan adalah Produksi TBS yang tinggi (walau pada OER yang lebih rendah). Implications - Oberthür, Donough & plantation partners, ISP 2012, Intensification of oil palm plantations with BMP
26
BMP Analisa Tandan, Lokasi 1 42.5% y = 0.0056ln(x) + 0.2567 R² = 0.0203
% Oil per bunch
37.5%
32.5%
27.5%
22.5%
17.5%
12.5% 0
100
200 LF per bunch
300
400
The relationship between oil per bunch and the number of loose fruits per bunch. Note: Data from Site 1 only. Total number of samples: 557 (BMP & REF combined) Implications - Oberthür, Donough & plantation partners, ISP 2012, Intensification of oil palm plantations with BMP
27
Meninjau kembali indikator mutu buah yang berlaku saat ini, terutama tentang definisi buah Under-ripe (Mengkal). Mengapa buah dengan berondolan 1-9 masih dikatakan mengkal, walaupun standar kematangan minimal di lapangan sudah di bawah 10 berondolan?
Implications - Oberthür, Donough & plantation partners, ISP 2012, Intensification of oil palm plantations with BMP
28
IPNI SEAP Intensifikasi Produksi K Sawit
Pendahuluan Proyek2 K Sawit IPNI SEAP Beberapa hasil
Fokus saat ini Beberapa ide Latihan & dukungan
29
Ini bukan semata-mata hanya PRAKTEK.
Section Header
Yang pentingnya TINGKATAN, PELAKSANAAN & PROSES.
Variasi pada tingkat komersial . . . • Crop recovery yang tidak baik mengakibatkan agronomi yang baik menjadi sia-sia • Periode kritis pada panen puncak • Percobaan di tingkat komersial menunjukkan realita variasi pada skala blok, digabungkan dengan aktual variasi implementasi operasional • Analisa data sulit dilakukan karena adanya faktor2 interaksi dan bias • Pemahaman tentang variasi tersebut memungkinkan penjelasan kenapa hasil penelitian sulit diulang pada skala komersial • Dataset yang lebih besar dibutuhkan o Plantation Intelligence
31
Pemanfaatan data komersial: “Plantation Intelligence” • Data yang sudah ada dan secara rutin dicatat di kebunHeader dapat digali dan dianalisa Section untuk menemukan benang merah yang dapat memandu pelaksanaan BMP yang lebih luas untuk produksi yang lebih tinggi • Kami sangat berharap analisa seperti itu akan membantu meningkatkan proses identifikasi BMP dan adopsi yang lebih luas lagi
Faktor2 Sukses & Kegagalan inisiatif2 digital • Ketertarikan manajemen senior & hasrat terhadap perubahan dapat berdampak positif (sukses) atau negatif (gagal) • Faktor keberhasilan yang lain o Kepimpinan internal o Keselarasan Antara struktur organisasi dan tujuan dari inisiatif • Faktor kegagalan lain o Kualitas data o Infrastruktur teknologi & system IT
33
Mengatasi pembatas perluasan areal • Fokus pada lahan dengan nilai konservasi yang rendah • Memperkirakan potensi produksi pada lahan marjinal o PALMSIM model + WRI Suitability Mapper • Prinsip pengelolaan hara 4R untuk lahan marjnal o Proyek Manajemen Hara pada tanah berpasir di Kalimantan
34
PETA POTENSI PRODUKSI TBS DISIMULASIKAN DENGAN MODEL PALMSIM
35
Meningkatkan Fertilizer Recovery Efficiency (FRE) . . . Tanah berpasir Kalimantan tengah (80% pasir, Section Header kelas S3, kekurangan air secara berkala): • Meningkatkan frekuensi aplikasi per unsur hara • Mengurangi total aplikasi per tahun o Dengan pencampuran pupuk sebelum diaplikasi • Peningkatan FRE tahun pertama o N +10% o K +18%
Proyek BMP Semua Tahapan: Memperkecil Yield Gap 1 Peluang koreksi yang terbatas & kecil
• Penanaman baru • Konversi tanaman pertama • Penanaman ulang/replanting
Hal penting dalam Yield Gap 1 • • • • •
Bahan tanam Pengelolaan pembibitan Persiapan lahan Penanaman di lapangan Pengelolaan TBM
37
Penamanan baru . . I.deal
• Rencana berdasarkan survey lahan/tanah dan penilaian2 • Pertimbangan AMDAL, RSPO
Reality Header • Section Lebih mementingkan kecepatan kerja • Kualitas kerja dikesampingkan
2 Proyek Semua Tahapan . . . • Replanting k sawit • Konversi dari tanaman karet • Sabah (2011) , Sumatra Selatan (2012)
IPNI SEAP Intensifikasi Produksi K Sawit
Pendahuluan Proyek2 K Sawit IPNI SEAP Beberapa hasil yang dicapai Fokus saat ini
Beberapa ide Laithan & dukungan
39
Hal2 penting yang tidak diketahui dalam pengelolaan produksi • Kehilangan potensi produksi terlebih dulu saat pembentukan buah • Kehilangan tandan sebelum dipanen • Jumlah tandan aktual yang tersedia saat panen • Kandungan oil (& kernel) pada tandan yang dipanen sebelum diolah dipabrik
40
Efisiensi Panen (TBS) • Seberapa optimal panen? o Audit mutu panen o Sensus buah hitam – dilakukan kembali, ditingkatkan? • Sistem penandaan sebelum panen
41
Efisiensi ekstraksi CPO (& kernel) • Berapa banyak minyak (& kernel) yang Section Header hilang? o Di lapangan o Berapa potensi OER (& KER) dalam FFB saat tiba di pabrik? o Berapa banyak minyak yang dapat diekstraksikan? • Analisa tandan sebagai alat manajemen?
Status kandungan S pada tanaman k sawit di lokasi proyek BMP di Indonesia pada tahun 2009 S concentration (% DM)
0.22 critical (published)
0.20 0.18
proposed (based on adequate N)
0.16
proposed (based on critical N)
0.14 0.12
Means ± SE
0.10 North Sum. 1
North South Sum. 2 Sumatra
West Kalim.
Central Kalim.
East Kalim.
Status unsur hara S tanaman k sawit di Indonesia sangat rendah
Pertanyaan mengenai unsur hara Sulfur . . . • Tingkat status S yang rendah di Indonesia o Dikarenakan program pemupukan tanpa unsur S • Apakah ada efek terhadap produksi CPO? • Apakah ada efek terhadap produksi kernel dan/atau kualitasnya? • Masih dibutuhkan mitra & lokasi untuk proyek kolaborasi . . .
44
IPNI SEAP Intensifikasi Produksi K Sawit
Pendahuluan Proyek2 K Sawit IPNI SEAP Beberapa hasil yang dicapai Fokus saat ini Beberapa ide
Latihan & dukungan
45
Publikasi • Revisi buku lapangan K Sawit – dalam progres • Buku lapangan terbaru – tahap pembuatan o BMP sebagai alat manajemen o Pengelolaan nutrisi
• Buku panduan saku – tahap pembuatan o Sampling tanaman & tanah o Pengukuran pertumbuhan 46
Software • FERTILIZER CHOOSER oMembantu dalam mencocokan
produk pupuk yang tersedia untuk penyiapanHeader rekomendasi pemupukan Section oJika terdapat harga pupuk, dapat menentukan kombinasi yang paling hemat biaya oInfo lebih lanjut dan unduh gratis di http://seap.ipni.net/article/SEAP3053
Pelatihan & Pengembangan • Saat ini program pelatihan sesuai •
kebutuhan o Atas permintaan o Di lokasi klien Rencana jangka panjang o Program terjadwal Beberapa topic agronomi o Pelatihan & penilaian pengelolaan agronomi/nutrisi, termasuk prinsip 4R
48
Good, Better, Best . . . Never let it Rest . . . Until your Good is Better . . . And your Better is BEST!
TERIMA KASIH
[email protected] 49