I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh sebab itu, pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin. Dari dulu sebetulnya pemerintah menginginkan petani yang mandiri, tangguh, sehingga diharapkan petani tidak lagi menjadi objek tetapi menjadi subjek. Keinginan itulah yang menjadi dasar pengembangan suatu sistem pendidikan pertanian untuk petani yang lazim disebut dengan penyuluhan (Sugarda dkk., 2001) Penyuluhan pertanian diartikan sebagai sistem pendidikan non formal untuk petani dan keluarganya. Petani belajar mengerjakan sendiri dan kepentingan petani diusahakan menjadi keinginan petani. Selanjutnya petani dibantu agar dapat membantu diri sendiri untuk berusahatani yang lebih menuntungkan supaya kesejateraan hidup petani dan keluarganya lebih baik. Namun demikian, sampai saat ini permasalahan yang mendasar dihadapi petani adalah kurangnya akses pada permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Dilain pihak banyak teknologi inovatif yang telah dihasilkan terutama dari Badan Litbang Pertanian tetapi belum semua teknologi tersebut dimanfaatkan oleh petani atau pengguna. Kemudian kecil atau sempitnya rata-rata kepemilikan lahan oleh petani juga merupakan kendala dalam menerapkan inovasi teknologi oleh petani secara parsial. Untuk itu, gerakan usahatani berkelompok (group farming atau joint farming operation) perlu diupayakan, karena menurut Hong dan Pi-Feng (1974) melalui diskusi kelompok mereka akan melaksanakan kerjasama dan menerapkan paket teknologi yang dianjurkan. Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) atau Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and Information (FEATI) bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani (BBP2TP, 2009). Hal ini dilakukan melalui pemberdayaan keluarga tani, organisasi petani dalam mengakses informasi, teknologi, modal dan 1
sarana produksi untuk mengembangkan usaha agribisnis serta mengembangkan kemitraan dengan sektor swasta. Pemberdayaan petani dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan yaitu perbaikan pada semua komponen penyuluhan yang ada, penyempurnaan dan penguatan keberadaan kelembagaan yang terkait dengan pengadaan teknologi, serta sistem informasi pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai unit pelaksana teknis Badan Litbang Pertanian yang berada di daerah, bertanggung jawab terhadap pelaksanaaan kegiatan pada komponen C yaitu
pengkajian dan diseminasi
teknologi pertanian. Secara umum komponen C dari P3TIP ini bertujuan untuk mengetahui teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani dan pasar serta meningkatkan
kapasitas
BPTP
supaya
berfungsi
lebih
efektif
(Panduan
Pelaksanaan FEATI, 2009). Untuk maksud tersebut BPTP Sumbar pada tahun 2011 telah melaksanakan Demfarm/ujicuba coba beberapa teknologi yang dibutuhkan petani yang dilaksanakan di UP FMA Mother dan diikuti oleh UP FMA lainnya yang sejenis. Untuk lebih mempercepat adopsi teknologi, maka perlu dilakukan replikasi dengan memasukan perlakuan atau inovasi teknologi dalam rangka scalling up. yang dilaksanakan melalui tiga tahapan: 1. Sosialisasi teknologi yang akan didemfarmkan, 2). Workshop Percepatan Replikasi Teknologi, 3).Pelaksanaan Demfarm itu sendiri sesuai dengan hasil worlshop.
1.2. Dasar Pertimbangan Lambatnya
proses
pengadopsian
inovasi
teknologi
oleh
petani,
dikhawatirkan upaya meningkatkan produktivitas beberapa komoditas pertanian strategis dan ekonomis sulit dicapai, dan tentunya akan memperlambat pencapaian peniingkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Dari data statistik, pada tahu 2007 jumlah penduduk miskin tercaataat 37,2 juta jiwa dan 63,4 % berada di pedesaan dengan mata pencarian utama adalah di bidang pertanian. (BPS, 2008). Oleh sebab itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara lansung maupun tidak lansung akan berdampak pada penguranggan penduduk miskin.
2
Sementara itu FMA yang dirancang sebagai wahana pembelajaran bagi petani dalam pengembangan agribisnis di pedesaan yang berbasis teknologi diharapkan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Pembelajaran yang dilaksanakan disini diharapkan akan dapat merubah perilaku, pola pikir dan sikap petani dari sub sistem tradisional menjadi petani modern berwawasaan agribisnis, dengan
pendekatan
belajar
sambil
berbuat
(learning
by
doing)
(Pusat
Pengembangan Penyuluhan Pertanian, 2009). Dalam rangka mencapai tujuan diatas, kegiatan-kegiatan yang selama ini telah didemonstrasikan ditingkat petani pada tahun 2011 telah ditingkatkan dalam kegiatan Demplot dan sebagian besar telah diadopsi oleh petani perserta pelatihan. Untuk lebih mempercepat penyebaran teknologi, maka perlu sekali dilakukan replikasinya di UP FMA Baby sebagai upaya untuk melakukan “Scaling Up” terhadap kegiatan yag sama yang dalam pelaksanaannya berkerjasama dengan anggota UP FMA di masing-masing lokasi kegiatan. Kerjasama ini juga akan dapat meningkatkan keterkaitan antara peneliti, penyuluh dan petani. Adapun kegiatan yang akan dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Judul dan lokasi kegiatan Replikasi Demfarm teknologi mendukung kegiatan FMA di tiga Kabupaten FEATI di Sumbar TA. 2012 No
Demonstrasi
1
Demplot replikasi Teknologi Pengolahan inyak kelapa dan ubiubian: a) Demplot replikasi Teknologi Perbaikan dan pengembangan produk olahan ubikayu-ubijalar b) Demplot replilkasi Teknologi Perbaikan mutu minyak kelapa secara enzimatis
2
3
FMA Pelaksana FMA Batu Payuang, Kec. Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota FMA Koto Baru, Kecamatan Padang Sago dan FMA Kuranji Hilir, Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman
Demplot replikasi Teknologi Kabupaten Pesisir Selatan penangkar benih padi sawah
3
1.3.Tujuan a) Melaksanakan replikasi demfarm teknologi yang telah dilaksanakan pada tahun 2011 mendukung kegiatan FMA dalam penyebaran Teknologi dan Scalling Up, yaitu: Pembuatan minyak kelapa secara enzimatis, Teknlogi produk olahan ubikayu dan ubijalar serta teknologi Penangkar Benih padi sawah. b) Kelompok
Tani/FMA dapat melihat dan menilai sendiri keunggulan
teknologi yang didemonstrasikan sehingga adopsi inovasi teknologi dapat berlangsung lebih cepat dan sempurna. 1.4.Keluaran yang diharapkan a) Replikasi demfarm teknologi perbaikan mutu produk olahan ubikayu, dan ubijalar, Teknolgi pengolahan minyak tanak tradisional secara enzimatis serta Teknologi Penangkar Benih Padi Sawah b) Peningkatan Pengetahuan dan pemahaman petani tentang teknologi yang di sampaikan. 1.5. Hasil yang diharapkan 1. Diversifikasi Produk Olahan Ubi kayu dan ubijalar ungu 2. Minyak tanak tradisional yang bermutu sesuai dengan standar mutu minyak nasional 3. Tersedianya benih bermutu dan bersertifikat sebanyak 3 ton untuk memenuhi kebutuhan petani di lokasi kegiatan .
1.6. Manfaat yang diharapkan 1. Dengan adanya replikasi demfarm dan diversifikasi produk olahan ubikayu dan ubijalar akan mempercepat adopsi teknologi, penyebaran dan pengenalan produk olahan tersebut sehingga dapat ningkatkan daya saingnya sehingga harga jual lebih tinggi, dan akan meningkatkan pendapatan
4
2. Replikasi demfarm Pengolahan minyak kelapa secara enzimatis akan menghasikan minyak dengan mutu lebih baik dan tahan lama akan meningkatkan daya saing dan harga jual, yang selanjutnya akan meningkatkan pendapatan petani. 3. Petani dapat memproduksi benih bersertifikat sendiri, tidak tergantung kepada benih komersial
1.7. Dampak 1. Peningkatan mutu produk olahan ubikayu dan pengolahan ubijalar menjadi produk makanan akan menambah minat petani untuk membudidayakan tanaman tersebut dan mengolahnya menjadi produk makanan, terutama ubijalar. 2. Pengolahan kelapa mengasilkan minyak dengan mutu yang jauh lebih baik dari cara tradisional dapat meningkatkan harga jual sehingga diharapkan menberi dampak bertambahnya industri rumah tangga yang memproduksi mengolah kelapanya sendiri menjadi minyak. 3. Terbentuknya kelompok-kelompok tani penangkar benih
yang sudah
menguasai teknoloogi Agribisnis Benih Padi Bersertifikat.
5
II.TINJAUAN PUSTAKA Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertania (P3TIP) atau Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and Imformation (FEATI) bertujuan untuk meningkatkan produktifitas, pendapatan ddan
kesejahteraan
petani
(BBP2TP,
2009).Hal
ini
dilakukan
melalui
pemberdaayaann keluarga tani, organisasi petani dalam mengakses informasi, teknologi, modal dan sarana produksi untuk mengembangkan agribisnis dan kemitraan dengan kemitraan dengan pihak swasta. Pemberdayaan petani dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan yaitu, perbaikan semua komponen penyuluhan, penyempurnaan dan penguatan teknologi yang terkait dengan pengadaan teknologi serta sitem informasi pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai unit pelaksana teknis Badan Litbang Pertanian yang ada didaerah, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan pada komponen C. Secara umum komponnen C dari P3TIP ini bertujuan untuk mengetahui teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani dan pasar serta meningkatkan kapasitas BPTP agar berfungsi efektif (Panduan Pelaksanaan FEATI, 2009). Salah satu metoda pengembangan kapasitas pelaku utama dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh pelaku utama itu sendiri yang disebut juga dengan “Farmer Managed Ekstension Activity (FMA)”. FMA
ini
dirancang
sebagai
wahana
pembelajaran
bagi
petani
dalam
pengembangan agribisnis di pedesaan yang berbsis teknologi. Dengan kegiatan ini diharapkan petani dapat merubah perilaku, pola fikir dan sikap dari yang tradisional menjadi petani modern berwawasan agribisnis melalui pembelajaran berkelanjutan dengan pendekatan belajar sambil berbuat atau berusaha (“learning by doing”) (Pusat Pengembangan Penyuluh Pertanian,2009). Salah satu kegiatan yang perlu dilakukan untuk maksud tersebut diatas adalah pembelajaran bagaimana meningkatkan dan atau mengembangkan produk-produk olahan tradisional, seperti minyak kelapa, produk olahan ubikayu dan ubi jalar. Minyak nabati yang dipakai untuk penggorengan sebagian besar berasal dari kelapa dan kelapa sawit. Kedua jenis minyak tersebut berbeda dalam struktur molekulnya. Minyak sawit, mengandung asam lemah tidak jenuh dengan arti kata 6
banyak mengandung ikatan rangkap yang apabila dipanaskan akan mudah pecah menjadi radikal bebas yang dapat dapatmembahayakan kesehatan. Minyak kelapa kaya dengan asam lemak rantai sedang yang mengandung 90% asam lemak jenuh, dimana asam lemah jenuh ini mempunyai daya bunuh terhadap senyawa berbahaya (Ariwianti dkk, 2010). Karena itu produksi minyak kelapa perlu digiatkan. Pembuatan
minyak
kelapa
secara
tradisional
dilakukan
dengan
pemanasan pada suhu tinggi. Yang banyak menimbulkan kerugian. Sebagai contoh, pemanasan yang tinggi dapat mengubah struktur minyak serta menghasilkan warna minyak kurang baik. Dewasa ini telah ditemukan suatu metode pembuatan minyak kelapa yang dapat mengurangi kerugian-kerugian tersebut di atas, yaitu Pembuatan Minyak Kelapa secara Fermentasi. Pembuatan minyak kelapa secara fermentasi memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan cara tradisional. Pada cara tradisional, rendemen minyak yang diperoleh sekitar 15-17%, sedangkan dengan cara fermentasi rendemen yang diperoleh sekitar 22-24%. Keunggulan lain dari minyak kelapa fermentasi ini adalah mempunyai warna lebih jernih, aroma lebih baik, tahan lebih lama dan dapat menghemat bahan bakar bila dibandingkan dengan minyak kelapa tradisional.(Diki dkk,2009) Penelitian dalam komoditas ubijalarpun telah banyak dihasilkan Dengan telah dihasilkannya varietas ungul ubiungu membuka peluang lebih besar untuk dikembangkan menjadi produk olahan, disebabkan jenis ubi ini mempunyai banyak keunggulan, sepeti pikmen ungu yang dimilikinya sebagai anti oksidan dalam tubuh, mengandung serat makanan alami yang tinggi dan bersifat prebiotik (Anonim, 2010).
7
III. METODOLOGI 3.1.Lokasi Kegiatan
:
1. Koto Baru, Kecamatan Padang Sago, dan Kuranji Hilir, Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman untuk
Demfarm Produk Olahan Kelapa
2. Batu Payuang, Kec. Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota Untuk Demfarm Produk Olahan Ubikayu dan Ubijalar 3. Kabupaten Pesisir Selatan untuk Penangkar Benih Padi Sawah
3.2. Waktu Pelaksanaan: Januari – September 2012 3.3. Pelaksanaan kegiatan Kegiatan ini akan dilakukan di tiga kabupaten Kabupaten FEATI di Sumbar yaitu di Kabupaten Padang Pariaman, Persisir Selatan, dan Lima Puluh Kota dari bulan Maret sampai dengan Juni 2012. Peserta yang dipilih untuk replikasi ini adalah FMA – FMA yang berdampingan mempunyai kegiatan sejenis dengan FMA pelaksana pada tahun 2011. Untuk pelaksananya diambil satu FMA sebagai inti, sedangkan FMA lainnya diundang sebagai peserta. Kegiatan demfarm yang akan dilaksanakan adalah kegiatan Dermfarm yang telah dilaksanakan pada tahun 2011, namun dapat saja dilakukan modifikasi perlakuan seperlunya sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan petani. Setiap kegiatan demfarm dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut: (1) Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, dan koordinator FEATI di masing-masing Kabupaten dan kecamatan. sekaligus menetapkan FMA pelaksana workshop. (2) Workshop, sekaligus sosialisasi kegiatan Kepada Up FMA peserta untuk menentukan tepatnya perlakuan yang dibutuhkan petani serta menetapkan FMA pelaksana. (3) Pelaksanaan Replikasi Demfarm (4.) Pemantauan atau workshop terhadap adopsi teknologi yang telah disampaikan. Workshop dilaksanakan dengan maksud untuk mendapatkan umpan balik dan untuk merumuskan perbaikan teknologi/ perlakuan yang dibutuhkan petani dalam
upaya
meningkatkan
mutu
dan
pengembangan
komoditas
yang
didemfarmkan. Kegiatan ini dilaksanakan lansung dibawah Koordinator SKPP. 8
Pelaksanaan
Demfarm
dilakukan
setelah
adanya
workshop
untuk
mendapatkan umpan balik perbaikan perlakuan dan menentukan lokasi demfarm. Cara kerja untuk masing-demfarm disajikan dalam lampiran.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1.Sosialisasi 4.1.1.1. Produk Olahan Untuk kegiatan Replikasi Demfarm produk olahan kelapa koordinasi dan komunikasi yang intensif dilakukan dengan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Padang Pariaman sampai ketingkat Kecamatan. Tahapan kegiatan ini dimaksudkan untuk mengimformasikan kegiatan yang akan dilakukan sekaligus mendapatkan masukan, dan memperkuat jaringan kerjasama, guna menyukseskan pelaksanaan Replikasi Demfarm Produk olahan ini. Koordinasi dipimpin lansung oleh Ir. Syahrial A, MS sebagai LO mewakili Kepala BPTP Sumbar. Untuk kegiatan Demfarm produk olahan ubi koordinasi dilakukan dengan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perkebunan
dan
Kehutanan Kabupaten Lima Puluh Kota sampai ketingkat Kecamatan. Dalam koorkoordinasi ini pemerintah daerah sampai ketingkat Kecamatan akan mendukun sepenuhnya kegiatan ini. Salah satu hasil yang diperoleh dalam koordinasi ini adalah penetapan jadwal Workshop untuk masing-masing kegiatan 4.`1.1.2. Penangkar benih Padi Sawah Setelah lokasi replikasi di tetapkan jatuh pada Kelompok Tani Padang Dama I, maka diadakalah sosialisasi kegiatan Demplot replikasi Penangkaran benih Padi Sawah Bersertifikat dengan Tahapan kegiatan sebagai berikut: 1.
Peserta kegiatan adalah pengurus atau anggota kelompok tani Padang dama I ditambah dengan pengurus atau anggota Kelompok Tani diluar Kelompok Padang Dama I yang berjumlah seluruhnya 25 orang
2.
Teknologi yang dilasanakan adalah teknologi penangkaran benih padi bersertifikat, dengan teknologi dasar:
Pengolahan tanah sempurna
Penggunaan pupuk kandang 2 ton/ha 9
Varitas unggul: IR66
Bibt muda: 14 hari
Jumlah bibit rumpun tanam : 2-3 bibt
Tanam : Jajar Legowo 4:1
Pupuk an organik : Ponska 300 kg/ha + Urea 100 Kg/ha
Pengairan : Intermiten
Pengendalian Hama dan Penyakit : PHT
Sekolah Lapang (SL) pembenihan
Sekolah Lapang Rouging 3 kali : vegetative umur 1 bulan, umur ber bunga
50% dan 1 minggu sebelum panen, untuk membuang tanaman yang tercampur. Dari kegiatan Sosialisasi ini tidak banyak kesulitan yang ditemui oleh kelompok peserta.
Hal ini disebabkan sebagian mereka telah mendapat pelatihan
penangkaran benih pada kegiatan Demplot SLPTT
yang kebetulan juga
dilaksanakan pada kelompok Padang Dama I, namun demikian belum pernah untuk pesrta diluar Padang Pama I.
4.1.2. Workshop 4.1.2.1. Produk Olahan Ubi Kayu dan Ubi jalar Worshop Produk olahan ubikayu dan ubi jalar dilaksanakan di Kelompok Tani cacang, UPFMA Batu payuang. Workshop ini dihadiri sebanyak 54 peserta terdiri dari Koordinator FEATI Kabupaten dan kecamatan Lareh Sago Halaban, serta anggotan kelompok tani sejenis se kabupaten Lima Puluh Kota. Pada workshop ini dihasilkan kesepakatan bahwa replikasi Demfarm produk olahan ubi kayu dan ubijalar akan dilaksanakan di kelompok Tani Senada dan teknologi yang akan didemostrasikan adalah pembuatan es krim dan mie basah ubi ungu, serta kue stik ubikayu dari tepung mocav. Untuk acara demfarm nantinya para peserta akan diundang lansung oleh Kepala BP4K Kabupaten Lima Puluh Kota. Lokasi Kegiatan Replikasi Demfarm ditetapkan di kelompok tani Senada pada tanggal 27 Juni 2012.
10
Gambar 1. Workshop percepatan replikasi demfarm produk olahan ubi-ubian (Atas, Kiri: Sambutan Sekretaris UP-FMA Batu Payuang; Kanan: Sambutan Penjab FEATI BPTP Sumbar,Ir, Ismon L, Msi); Bawah, Kiri: Sambutan Kepala BP4K kab. Lima Puluh Kota yang Diwakili oleh Ir. Eka Surya; Kanan: Peserta Workshop) 4.1.2.2. Pembuatan Minyak Tanak secara enzimatis Worshop pembuatan minyak tanak diselenggarakan di kelompok tani Berkah bersama yang berfungsi sebagai mother. Worshop tersebut dihadiri oleh peserta sebanyak
47 orang yang berasal dari Koordinator FEATI Kabupaten
Padang Pariaman dan Kecamatan Padang Sago serta perwakilan UP-FMA sejenis se Kabupaten Padang pariaman. Dalam workshop tersebut diperoleh informasi dari petani bahwa mutu minyak tanak dipengaruhi oleh lama penyimpan kelapa sebelum diolah, tetapi seberapa besar pengaruhnya belum diketahui. Untuk itu pada replikasi demfarm nanti akan disepakati diuji 3 perlakuan yaitu: kelapa yang baru dipetik, kelapa yang satu minggu setelah dipetik dan kelapa 3 minggu setelah dipetik. Sedangkan tempat Replikasi demfarm ditetapkan di UP FMA Kuranji Hilir, kecamatan Sungai Limau, pada tanggal 24 Mei 2012. 11
Gambar 2. Workshop Pembuatan minyak Kelapa secara enzimatis. (Kiri Sambutan Penanggungjawab FEATI BPTP Sumbar, Ir, Ismon L,Msi; Kanan: Sebagian peserta Workshop.)
4.1.2.3. Penangkar Benih Padi Sawah Dari hasil worksop yang dilaksanakan pada Kelompok Tani Padang Dama I, yang dihadiri oleh Tim FEATI Kab. Pesisr Selatan, Pengurus FMA LABAN, Nagari Salido, Kec. IV Jurai, Kab. Pesisir Selatan sebagai FMA Induk, Calon kelompok Tani Replikasi dan pengurus, Tim Feati dari BPTP Sumatera Barat dihasilkan sebagai berikut: 1. Lokasi demlot replikasi Penangkaran benih padi dilksanakan pada Kelmpk Tani Padang Dama I, Nagari Koto Barapak, kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisr selatan. 2. Varitas yang digunakan adalah IR 66 dengan label ungu 3. Kelompok peserta demplot akan dimasukkan kedalam assosiasi benih yang telah dibentuk oleh UP FMA LAGAN dan Dinas Pertanian Kab. Pesisir Selatan
4.1.3. Pelaksanaan Demfarm 4.1.3.1. Produk Olahan Ubikayu dan Ubijalar Kegiatan demfarm produk olahan ubi kayu dan ubijalar dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2012 di Kelompok tani Senada, UP-FMA Batu Payuang dihadiri oleh 40 peserta. Pada acara demfarm ini turut memberikan sambutan sekali gus membuka acara Kepala BP4K Kabupaten Lima Puluh Kota Ir. Khalid (Gambar 1. Dalam sambutannya Kepala BP4K berharap dengan adanya pelatihan produk olahan ubi ungu ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani serta munculnya pengusaha yang memasarkan hasilnya. Diharapkan juga adanya 12
diversifikasi produk olahan ubi yang semakin bervariasi. Kedepannya diharapkan BPTP Sumbar akan tetap menyampaikan teknologi-teknologi baru sekalipun FEATI sudah berakhir. Sebelum acara pelatihan dimulai, penanggung jawab kegiatan Drs. Edial Afdi terlebih dahulu memberikan penjelasan tentang proses pengolahan, manfaat dan keuntungan memanfaatkan ubijalar ungu untuk makanan selingan. Dalam kegiatan Demfarm ini peneliti BPTP mendemonstrasikan tiga tenologi pengolahan ubi, yaitu; eskrim ubijalar ungu, mie basah ubi ungu dan kue stik ubikayu dari tepung mocav. Gambar 3
Gambar 3. Pelaksanaan Demfarm Produk Olahan Ubi-ubian(Atas, Kiri: Sambutan Kepala BP4K Kab.Lima Puluh Kota; Kanan Sambutan Penjab Kegiatan Drs. Edial Afdi, MS; Bawah,Kiri Peserta pelatihan; Kanan Peneliti BPTP, Ir. Farida Artati sebagai nara sumber)
13
4.1.3.2. Pembuatan Minyak Tanak Secara Enzimatis. Kegiatan Demfarm pembuatan minyak tanak secara enzimatis Demfarm dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2012, dan dibuka lansung oleh Koordinatoor FEATI kecamatan Sungai Liimau, Demfarm diihadiri sebanyak 31 orang peserta, Kegiatan Demfarm tersebut diawali dengan penjelasan dari penanggung jawab kegiatan (Drs. Edial Afdi, MS) tentang proses pembuatan minyak kelapa dan fungsi dari enzim, sementara yang menjadi nara sumbernya adalah Ibu Haliza dari FMA Koto Baru. FMA ini telah menjadi objek study banding bagi FMA lain, antara lain FMA Toboh Ketek, FMA Sungai Asam, dan FMA Lubuk Pandan. Pengurus FMA juga telah menjadi narasumber pada pembelajaran pengolahan minyak kelapa murni di FMA lain, seperti: FMA Toboh Ketek dan FMA Lubuk Padan. Para peserta dibagi menjadi tiga grup yang masing-masing grup memproses minyak kelapa dengan bahan baku sebanyak 20 buah kelapa masingmasing perlakuan yaitu: 1) kelapa yang baru dipetik; 2) Kelapa satu minggu setelah dipetik dan; 3) Kelapa 2 mingggu setelah dipetik. Kelapa yang dipakai diambil tumpukan penyimpanan (Gambar 4)
Gambar 4. Penumpukan kelapa sebelum diolah untuk minyak Para peserta dituntun kembali oleh Siti Haliza dari UP FMA “Mother” dalam pengerjaannya tahap demi tahap agar diperoleh minyak dengan mutu yang baik. Dari pembelajaran tersebut terungkap bahwa perbedaan mutu minyak yang dihasilkan oleh masing-masing UP-FMA disebabkan oleh faktor ketelitian dalam 14
pemakaian besarnya api tungku, lama pemasakan, kecepatan pemisahan minyak dan penyaringan. Untuk mendapatkan mutu minyak yang lebik baik dan seragam proses pembuatannya dipandu oleh Siti Halisa dari UP-FMA Mother (Gambar 5)
A
B
C
D
E
F
Gambar 5. Proses pembuatan minyak kelapa secara enzimatis.( A. Kelapa sudahdiparut; B: Pemberian Sari Nenas; C: Pengadukansantan; D: Pemisahan air dari blondo; E: Pemasakan; F: Pemisahan minyak dari ampas) Setelah didapatkan minyak lalu diamati warna dan kejernihan serta diukur rendemen minyaknya untuk masing-masing grup. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata dari minyak yang dihasilkan oleh ketiga grup pembelajaran tsb. Minyak dianalisa dilaboratorium Baristand Padang Hasil analisa dapat dilihat pada Tabel 2.
15
Tabel 2. Rendemen dan komponen mutu minyak tanak yang berasal dari kelapa dengan umur simpan 0; 1; 2 minggu Hasil Analisa N0 Parameter
SNI
0
1
2
minggu
minggu
minggu
Petani
1
Rendemen (%)
2
Kadar air(%)
Maks 0,5
0,12
0,16
0,25
0,10
3
Asam lemak bebas(%)
Maks 5
0,13
0,13
0,10
1,00
4
Bilangan Iod
8 – 10
5,38
5,35
6,72
6,64
5
Bilangan Penyabunan
255-265
19,65
19,59
10,73
17,37
6
Bilangan Peroksida
Maks 5
0,96
0,96
0,96
0,96
7
Kadar Kotoran
Maks 0,5
5,20
5,32
5,76
5,20
8
Minyak pelikan
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Dari analisa ini ada dua parameter masih berada diluar SNI yaitu bilangan penyabunan dan kadar kotoran.
4.1.3.3. Penangkar Benih Padi sawah 4.1.3.3.1 Sekolah Lapang pembenihan padi Untuk mendapatkan benih padi yang mempunyai kemampuan tumbuh tinggi perlu diadakan kegiatan Sekolah lapang pembenihan padi. Dimana peserta diajarkan cara pembenihan dengan teknologi perendaman telur dengan garam. Dimana peserta dijarkan mendapatkan benih bermutu dengan cara sebagai berikut : Dilarutkan garam kedalam air, kemudian dimasukkan telur kedalam air tersebut.
Apabila telur telah merapung.
garamnya sudah cukup.
Lalu
dimasukkan benih padi kedalam larutan. Benih-benih yang merapung dibuang, sedangkan yang mengendap berarti benih bagus untuk di tanaman. Dari hasil pengujan benih tersebut ada sekitar 5 % yang terbuang. Setelah itu benih di tanam di kotak-kotak plastic dan sebagian ada juga di deder diatas plastic hitam yang sudah dicampur pupuk kandang. Dari hasil pengamatan umur 10 hari benih tumbuh merata. Pada umur 14 hari benih sudah dapat dipindahkan kelapangan. 16
4.1.3.3.2. Keragaan Tanaman Dilapangan Kegiatan ini adalah kegiatan FEATI yang akan berakhir pendanaannya pada bulan Juli 2012 . Oleh sebab itu tanaman maka diharapkan sudah panen pada akhir Juli 2012.
Alhamdulillah akhir April 2012 sudah bisa tanam. Khusus
untuk Demplot I ha. Sementara lokasi sekitarnya masih mengolah tanah. Jadi ada perbedaan waktu tanam lebih kurang 3 minggu. Keragaan awal tanaman sampai umur 30 hari setelah tanam dilapangan cukup bagus.
Tapi saat dilakukan Sekolah Lapang (SL) penseleksian awal (rouging
vegetative) sudah mulai tampak gejala serangan tungro (daun tanaman berwarna kuning terang), yaitu sekitar 4 rumpun. Untuk penyelamatan 4 rumpun tersebut sudah dibuang. Sebagai pengedalian
hama wereng hijau, telah disemprot dengan
Darmabas dan aploud, Namun karena hanya pertanaman demplot tersebut saja yang ada dilapangan dengan cepat gejala serangan tungro semakin meluas. Daun tanaman kekuningan seperti kekurangan
hara.
Karena
serangan ini
tanaman telah berumur lebih 1 bulan , malai tetap keluar tetapi karena daun sudah rusak, proses pengisian biji tidak lagi sempurna, Buah padi hampa dan hitamhitam, daun hangus dan kering. Sehingga oleh pengamat hama telah dipasang bendera merah sebagai tanda daerahkronis endemi tunggro. Tingkat serangan ini sampai 60-70% dari areal tanam.
Ada lokasi di luar demplot yang juga
terserang, keadaan ini disebabkan karena waktu tanam yang sama dengan kegiatan demplot. Kawasan sekitar yang tanam lebih lambat tidak terseran tungro dan aman. Kegiatan rouging 50% keluar bunga dan seminggu sebelum panen tetap dilakukan bersama dengan BPSB di lapangan , namun petani tidak bersedia hasinya di jadikan benih.
4.1.3.3.3. Panen dan Hasil Panen Panen tetap dilakukan pada lokasi terserang tungro maupun yang tidak terserang tungro. Ubinan diambil 2,5 m x 2,5 m, dengan indek hasil pengalian 1,6. Dari hasil ubinan didapat gambaran sebagai berikur : Lokasi terserang tungro 80% : Ubinan = 1,2 kg x 1,6 = 1,920 t/ha Lokasi yang terserang 10 %: Ubinan = 3,2kg x 1,6 = 5, 120 t/ha 17
Lokas tidak terserang
: Ubinan = 3,7 kg x 1,6 = 5,920 T/ha
Hasil panen 1 ha, 22 karung yang beratnya rata-rata 55kg, jadi hasil bersih 1 ha = 22 karung x 55kg = 1,210 kh/ha Kehilangan hasil dari serangan tungro adalah sebagai berikut : 1.
Kehilahangan hasil terserang tungro dibandingkan dengan tidak terserang
tungro secara ubinan: 2.
5.92 t/h - 1.92 t/ha = 4.000 t/ha
4,00 t/ha x 100 % =
67,56 %
5.92 t/ha 3.
5.92 t/h - 1.21 t/ha = 4,71 t/ha
4,71 t/ha x 100 % =
79,56 %
5.92 t/ha Jadi bila dibandingkan dengan hasil ubinan yang tidak terserang tunggro maka akan terjadi kehilangan hasil sekitar 67,56 % Jika dibandingkan dengan hasil murni perhektar terjadi penurunan hasil sekitar 79,56 %.
Tanaman masih bias menghasilkan walaupun hanya 1,21 t/ha gabah kering panen. Ini disebabkan karena tanaman diserang tungro setelah ber umur 1 bulan dan dibantu pengenalian dengan obat2an. Jadi masih ada sebagian tanaman yang masih sempat sempurna pengisian bulirnya.
4.2. Pembahasan 4.2.1.Demfarm Produk Olahan Ubikayu dan Ubijalar Kegiatan ini dimulai dengan koordinasi dan komunikasi yang intensif dengan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perkebunan
dan Kehutanan
Kabupaten Lima Puluh Kota sampai ketingkat Kecamatan. Tahapan kegiatan ini dimaksudkan untuk mengimformasikan kegiatan yang akan dilakukan sekaligus mendapatkan
masukan,
dan
memperkuat
jaringan
kerjasama,
guna
menyukseskan pelaksanaan Demfarm Produk olahan ini.
18
Dalam koordinasi ini Tim BPTP Sumbar lansung diterima oleh Kepala BP4K Ir. Khalid. Pada kesempatan tersebut beliau mengungkapkan bahwa secara umum di Kabupaten Lima Puluh Kota pengollahan ubi-ubian telah cukup maju dengan menghasilkan berbagai produk olahan yang telah dikenal masyarakat, namun Kepala BP4K meminta agar Tim BPTP yang akan melaksanakan kegiatan ini dapat berdiskusi lansung dengan pengurus UP FMA yang bersangkutan untuk mengetahui teknologi yang dibutuhkan dalam pengolahan kedua komoditas tersebut. Selanjutnya sosialisasi dan koordinasi dilanjutkan ke Kecamaatan dan ke UP FMA. Dalam diskusi dengan petugas Kecamatan Lareh sago Halaban di tetapkan lokasi Demfarm adalah tetap di FMA Batu Payuang Kecamatan Lareh Sago Halaban namun kelompok yang beberbeda. Kalau tahun 2011 di kelompok Cacang maka untuk Replikasi dilaksanakan dikelompok Senada. Dari pelaksanaan demonstrasi telihat antusias peserta dan petugas dengan mengikuti kegiatan sampai selesai. Ini membuktikan bahwa teknologi yang disampaikan merupakan teknologi yang mereka butuhkan yang diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dan pendapatan. Dari demfarm pengolahan ubijalar ungu tahun 2011 yang hanya berupa kue stik, petani telah mengembangkan untuk beberapa produk seperti kue sapik dan lain-lain, sehingga keltan Senada yang merupakan salah satu peserta pelatihan telah membentuk kelompok usaha dengan nama Senada Jaya yang memasarkan produk olahan ubiungu ini. (Gambar 1)
. Gambar 6. Produk olahan ubijalar ungu yang diproduksi olehKelompok Tani Senada, UP FMA Batu Payuang 19
Produk olahan ubijalar ungu ini merupakan komoditas unggulan dan sangat menompang keberhasilan FMA Batu Payuang ini, untuk mendapatkan peringkat pertama di Provinsi Sumatra Barat sebagai UP FMA Berprestasi, sehingga diundang ke Istana untuk ikut merayakan Hari Kemerdekaan RI tahun 2012 ini. Keberhasilan ini antara lain disebabkan dukungan pemerintah Daerah yang cukur besar. Hal dibuktikan dengan penyambutan yang meriah disaat Tim Penilai FEATI pusat yang lansung dihadiri oleh Wakil Bupati Lima Puluh Kota (Gambar 7,8) Pada waktu itu dihidangkan dan ditampilkan produk-produk olahan ubijalar ungu seperti pada Gambar 9
Gambar
7.Kiri: Diskusi dengan Tim Penilai FEATI Pusat. Kanan Penyambutan Masyarakat terhadap Kedatangan TIM Penilai FEATI Pusat di batu Payuang
Gambar 8. Anggota Tim Penilai FEATI pusat dan Sambutan Wakil Bupati Lima Puluh Kota pada acara penilai UP FMA Berprestasi tingkat Nasional
20
. Gambar 9 Produk olahan ubijalar Produksi UP FMA Batu Payuang yang ditampilkan pada saat kedatangan Tim Penilai FEATI Pusat Walaupun di FMA Batu Payuang ini telah dihasilkan beberapa produk olahan ubijalar ungu, namun mereka masih menginginkan produk lahan lainnya serper es krimubijalar ungu dan produk olahan ubikayu, karena itulah pada kegiatan replikasi demfarm diadakan pelatihan pembuatan eskrim ubi jalar ungu, mie ubijalar ungu dan kue stik dari tepung mocav. Pengolahan mocav ini menjadi produk makanan sangat dibutuhkan oleh petani, karena di lima puluh kota sendiri telah diproduksi tepung mocav dengan jumlah yang cukup besar.
4.2.2. Demfarm Pembauatan Minyak Tradisonal Secara Enzimatis Dalam koordinasi ini Tim BPTP Sumbar lansung diterima oleh Sekretaris BP3KP Ir. Syfruddin didampingi oleh Ka.Subid Kelembagaan Penyuluhan Arlius, S.PKP. Pada kesempatan tersebut beliau mengungkapkan bahwa perkembangan produksi
minyak
tradisional
ini
sangat
mengembirakan
dan
semenjak
diperkenalkan oleh BPTP Sumbar teknologi fermentasi dalam memproduksi minyak, mutunya sudah mulai meningkat dari yang sangat tradisional. Karena itu Pemda Kab. Padang Pariaman menyambut baik diadakannya kegiatan ini dengan harapan mutu yang rendah dapat ditingkatkan sehingga ada keseragaman mutu produk. Tim BPTP Sumbar menyampaikan bahwa kegiatan akan didahului dengan warkshop. Pada acara tersebut akan dihimpun umpan balik dari para petani. Berdasarkan imformasi tersebut petani menentukan sendiri teknologi(materi replikasi demfarm) yang dibutuhkan. 21
Dari kegiatan tahun 2011 yang lalu minyak yang dihasilkan masih mempunyai tingkat kekeruhan sekitar 30%, melebihan dari Standar Nasional yang diitetapkan dan kandungan minyak pelikan positif (Tabel 3), sementara dalam replikasi demfarm ini dapat meniadakan minyak pelikan dan teknologi penyaringan dengan kertas saring yang dilapisi kapas dapat menurunkan kekotoran secara nyata yakni dari 34,11% (Tabel 2) menjadi 5,2-5,76% (Tabel 1) namun masih diluar pesyaratan SNI yaitu 0,5%. Persyaratan SNI merupakan persyaratan minyak goreng yang diproduksi secara pabrikan yakni melalui tahapan netralisasi, pemucatan dan penghilangan bau, karena itu minyak kelapa yang diproduksi para petani diKabupaten Padang Pariaman belum lagi mampu memenuhi persyaratan SNI secara keseluruhan. Parameter lain yang diluar SNI adalah bilangan penyabunan (Tabel 1). Dalam Anonim (2009), dari parameter yang ditetapkan SNI tersebut ada dua kategori. Pertama: parameter yang menentukan mutu yaitu kadar air, dan bilangan peroksida. Parameter inilah yang dapat diperbaiki melaui proses. Kedua : parameter yang menentukan jenis minyak yaitu asam lemak bebas, bilangan penyabunan dan bilangan IOD. Khusus bilangan penyabunan digunakan untuk menunjukan berat molekul minyak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak rantai pendek, berarti Berat Molekulnya kecil dan mempunyai bilangan penyabunan tinggi dan sebaliknya. minyak kelapa kaya dengan asam lemak rantai sedang (C8 – C14) (Slamet dkk, 1989) yang mempunyai bilangan penyabunan 196-206 (Anonim,2009). Dari itu berarti bahwa bilangan penyabunan minyak kelapa yang diproduksi oleh petani di Padang Pariaman jauh lebih rendah dari standar SNI. Hal ini kemungkinan disebabkan minyak tersebut banyak mengandung bahan yang tidak bisa disabun. Menurut Ketaren (1986) bilangan penyabunan minyak dipengaruhi oleh senyawa yang tidak tersabun seperti sterol, hidrokarbon, pigmen dan tokoferol.
22
Tabel. 3.Kandungan variabel mutu minyak kelapa yang diproduksi memakai nenas dan persyaaraatan SNI (Edial Afdi dkk, 2011) N0 Variabel Minyak Kelapa SNI UP FMA 1
Kadar air (%)
0,08
Maks 0,5
2
Asam lemak bebas (%)
0,13
Maks 5
3
Angka Iod gr Iod/100g)
8,21
8-10
4
Angka penyabunan (%mg KOH/g)
4,10
255-265
5
Angka peroksida (mg Oksigen/g)
0,00
Maks 5
6
Minyak pelikan
Positif
Negatif
7
Kotoran (%)
34,11
0,5
4.2.3. Penangkar Benih Padi Sawah Dari hasil pengamatan ini terlihat bahwa dengan sistim tanam yang tidak serentak ini menyebabkan tingkat serengan wereng hijau sebagai vector pembawa virus sangat tinggi, sebab tidak ada tanaman lain yang akan diseranganya.
Untuk Kab. Pesisir selatan tungro sudah hamper merupakan
penyakit tanaman yang sangat mengancam pertaman petani. Dengan adanya pemancangan bendera merah di lokasi demplot artinya daerah ini sedah menjadi daerah kronis endemic tungro (sudah terdapat wereng hijau rata-rata 1 ekor /rumpun) ini sudah harus dikendalikan secara intensif Akibat serangan tungro terjadi pnurunan hasil hamper 80 %, menyebabkan petani tidak mau hasilnya dijadikan benih. Akibatnya gagallah kegiatan ini untuk menghasilkan benih padi bersertifikat. Buat sementara kita belum membicarakan pada petani pemilik sawah bagaimana tentang penurunan hasil, diganti atau tidak. Dari hasil diskusi dengan pengamat hama dan pennyuluh, pada tahuntahun sebelumnya di lokasi lain sudah pernah terserang tungro sampai tidak mendapatkan hasil.
23
V. KESIMPULAN 1. Dari sosialisasi dan pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan disimpulkan bahwa kegiatan ini sangat direspon oleh pemda kabupaten sampai kekecamatan dan petani pengguna. Ditingkat petani sendiri masih banyak teknologi yang dibutuhkan, terutama yang bertujuan untuk meningkat mutu dan nilai tambah komoditas dan produk tradisional. 2. Demfarm produk olahan ubiungu mendapat respon yang sangat baik dan petani sebelumnya telah mengembangkan sendiri jenis produk olahannya. Dengan adanya replikasi ini semakin menambah jenis produk yang bias dipasarkan sehingga dapat meningkatkan pendapatan. 3. Perbaikan proses pengolahan dalam Replikasi Demfarm minyak tanak ini dapat meningkatkan mutu produk yang dihasilkan dan mendapat respon yang sangat baik dari peserta sehingga diharapkan akan meningkatkan pemasarannya. 4. Dari hasil kegiatan demplot penangkar benih padi sawah ini, tidak dapat dilanjutkan sampai menghasilkan benih bersertifikat.
Walaupun secara
teori tanaman yang terserang menurut staf BPSB dilapangan masih tetap bisa menghasilkan benih bersertifikat sesuai dengan hasil yang tidak terserang, tapi karena petani pemilik tidak mau maka tahapan sertifikasi tidak dapat dilanjutkan.
24
VI. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Manfaat Ubiungu. w.w.w.setiap hari.com. 13-12-2010. Diakse tanggal 10 September 2012, Jam9.00. Ariwianti, I.D. dan K.A. Cahyani. 2010. Pembuatan Minyak Kelapa dari Santan Secara Enzimatis Menggunakan Enzim Papain dengan Penambahan Ragi Tempe. Lab. Mikrobiologi Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.http:// www.clicktoconvert.com. Diakses tanggal 8 Oktober 2012 jam 11.00 wib. BBP2TP. 2009. Panduan Pelaksanaan Kegiatan Program Pemberdayaan Petani Melalui Teknologi dan In formasi Pertanian (P3TIP). Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi pertanian, Bogor. 23 hal. BPS. 2008. Statistik Indonesia tahun 2007. Badan Pusat Statistik Jakarta. Diki, Nanang S,,ST., Taufik R.TP., dan Cucu H. 2009. Pembuatan Minyak Kelapa Fermentasi. pustaka2.ritek.go.id.13-12 -2011, Diakses tanggal 6 Februari 2012 Jam 9.00. Ketaren S. 1986. “Minyak dan Lemak Pangan”. UI. Jakarta Edial Afdi, Erma, Ridwan, Harnel, Farida Artati dan Novariza. 2011. Demfarm Teknologi Pengolahan Produk Kelapa, Ubikayu dan Ubijalar. Laporan Akhir Kegiatan. BPTP Sumatera Barat. Sudana. W. 2009. Pedoman pelaksanaan komponen C peningkatan pengkajian dan penyebaran teknologi serta pengukuran idikator keberhasilan. Sudarmadji, S.et.al. 1989. Analisa bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Jakarta. Suganda. T.D., Sudarmanto, Sumintareja. S. 2001. Penyuluhan Pertanian. Yayasan Pengembangan Sinar Tani. 516 hal. Wahyudi. 2010.Keripik Kulit Singkong, Renyah dan Gurih. berita.liputan6.com.1412-2011, Jam 14.00
25
VII. KINERJA KEGIATAN 1.1. Keluaran 1. Terlaksananya repliksi demfarm
teknologi perbaikan mutu produk
olahan ubikayu dan ubijalar dengan menghasilkan es krim dan mie basah ubijalar ungu sertakue stik ubikayu dari tepung mocav Terlaksananya perbaikan mutu minyak tanak tradisional melalui replikasi demfarm teknologi pembuatan minyak kelapa secara enzimatis 2. Terlaksananya replikasi demfarm penangkar benih padisawah sehingga petani menguasai teknologi produksi benih bemutu. 1.2. Hasil yang diapai Terlaksananya adopsi teknologi, maka petani mempunyai alternatif dalam meningkatkan pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraannya
1.3.
Manfaat Meningkatkan pengetahuan dan produktifitas serta mutu produk olahan
dalam beragribisnis petani anggota UP FMA. 1.4.
Dampak Secara umum berkembangnya agribisnis UP FMA yang dibina lansung
melalui kegiatan ini serta terjadinya diversifikasi produk olahan, akan menambah gairah petani untuk berusahatani komoditas yang bersangkutan. Khusus untuk FMA Batu payuang produk olahan ubijalar ungu sudah menjadi produk unggulan dalam penilai FEATI pusat sehingga mendapat FMA teladan pertama Provinsi Sumatera Barat dan mendapat undangan bapak Presiden RI ke Istana Negara.
26
LAMPIRAN: Prosedur kerja teknologi yang disampaikan I. Demfarm produk olahan ubikayu dan ubijalar 1.1. Pembuatan es krim ubijalar ungu Bahan
Ubijalar ungu dikukus dan dihalus
250 gram
Air rebusan ubijalar ungu
650 ml
Tepung DP
150 gram
Susu kental manis
300 ml
Garam dan vanili secukupnya
Cara pengolahan
Air rebusan ubi ungu disaring dan didinginkan dalam lemari es
Campurkan air rebusan ubiungu dingin dengan susu kental manis, aduk dengan kecepatan rendah
Tambahkan tepung DP, aduk dengan kecepatan sedang
Tambahkan ubiungu yang sudah dihaluskan dan aduk kembali
Lakukan pengadukan dengan kecepatan tinggi sampai volume es krim 3 kali volume awal
Masukan kedalam wadah/cup s krim, lalu masukan kedalam freezer selama 24 jam
1.2. Pebuatan mie ubijalar ungu Bahan
Pasta ubijalar ungu
500 gram
Tepung terigu
600 gram
Tepung tapioka
100 gram
Royko
2 bungkus
Soda kue
1sdt
Telur ayam
1 butir
Minyak sayur
1 sdm
Garam secukupnya
27
Cara membuat
Campurkan terigu, tapioka, soda kue, roykodan garam hingga merata
Masukan pasta ubijalaungu dan telur yang sudah dikocok, aduk rata hinga kalis
Tambahkan minyak sayut dan aduk hinga kalis
Cetak adonan yang telah kalis sehingga berbentuk mie, dan olesi dengan minyak agar tidak lengket
Kukus mie yang telah diohasilkan sehingga menjadi basah
Mie basah dapat dikeriungkandengan oven
1.3. Pembuatan kue stik ubikayu Bahan dan Alat Untuk pembuatan kue stik ubikayu ini diperlukan bahan: tepung mocac, tepung terigu, tepung tapioca, gula, minyak goreng dan margarine, sedangkan alatnya adalah baskom, kompor, kuali, alat concerto atau ampia. Prosedur Kerja 1. Campurkan tepung mocav, terigu dan tapioca secara homogeny (dibuat adonan) 2. Encerkan margarine 3. Campurkan margarine, gula pasir, dan bumbu lainnya. 4. Tambahkan air rebusan ubi jalar ungu dan diaduk sampai merata dan bersifat kalis 5. Cetak dengan alat concerto atau ampia dan dipotong menurut ukuran yang diinginkan. 6. Goreng dengan minyak pada suhu sedang sampai matang 7. Dinginkan hasil gorengan sambil ditiriskan minyaknya. Kemas dengan kantong plastik lalu diseal dan siap untuk dipasarkan atau disimpan untuk beberapa waktu.
28
II.
Pembuatan minyak kelapa secara enzimatis Cara membuat
Pilih kelapa yang tua dan segar dengan tga kategori penyimpanan (tanpa disimpan, disimpan 1 minggu dan disimpan 2 minggu)
Kelapa diparut.
Timbang sebanyak kelapa parut.
Tambahkan air dan diperas hingga keluar santannya.(perbandingan kelapa parut dan air adalah 1 : 2)
Siapkan nenas yang sudah matang dikupas kulitnya dan dibuang matanya.
Parut nenas hingga terbentuk parutan nenas, kemudian diperas dengan kain saring (tanpa penambahan air) hingga diperoleh sari buah nenas
Tambahkan kedalam masing-masing santan dan diaduk hingga rata.
Masukkan ke dalam wadah plastik
Dibiarkan selama lebih kurang 3 jam hingga air dan bakal minyak terpisah (krim dan skim)
Buang airnya perlahan-lahan dengan menggunakan slang
Sisa santan/bakal minyak (krim dan skim) dimasak dalam kuali dengan memakai tungku kayu, apisedang, sambil terus diaduk
Pemasakan dilanjutkan sampai semua air habis(2,5 jam)
Minyak disaring dengan kain saring, kemudian disaring menggunakan kertas saring yang telah diberi kapas
Penyaringan dilakukan sebanyak 4 kali dengan mempertebal lapisan kapas dalam setiap penyaringan
Setelah dingin minyak dikemas dalam kantong plastic kemasan. Untuk dipasarkan atau disimpan sebelum dipasarkan (minyak ini tahan selama 8 bulan)
29
III.
Penangkar Benih Padi sawah
3.1. Pesemaian Persyaratan
lahan
untuk
persemaian
sama
dengan
lahan
untuk
pertanaman produksi benih. Lahan terbaik untuk produksi benih termasuk untuk persemaiannya adalah lahan bera pada musim sebelumnya atau lahan yang ditanami dengan varietas yang sama pada musim sebelumnya. Dalam praktek mungkin sulit diperoleh areal untuk persemaian dengan persyaratan seperti tersebut di atas. Apabila demikian, maka digunakan areal bekas pertanaman padi dengan melakukan pengolahan tanah sampai melumpur sempurna sambil sanitasi (membuang sisa-sisa tanaman).
Persemaian dibuat
dengan ukuran lebar 1,5 m dengan panjang sesuai ukuran lahan yang tersedia, dan tinggi 15 cm. 3.2.Penyiapan Lahan Penyiapan lahan dilakukan dengan olah sempurna (2 x bajak, 2 kali garu, dengan interval 1 minggu). 3.3.Penanaman Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-21 hari, dengan 1 bibit per
lubang (untuk menghasilkan BD) dan 2-3 batang perumpun (untuk
memproduksi BP). Bibit yang ditanam sebaiknya memiliki umur fisiologi yang sama (dicirikan oleh jumlah daun yang sama, misal 2 atau 3 daun/batang).
3.4.Pemupukan Kesuburan tanah beragam antar lokasi karena perbedaan sifat fisik dan kimianya. Dengan demikian kemampuan tanah untuk menyediakan hara bagi tanaman juga berbeda-beda. Pemupukan dimaksudkan untuk menambah penyediaan hara sehingga mencukupi kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Agar efisien, takaran pupuk disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Untuk pupuk SP36 dan KCI, takarannya disesuaikan dengan ketersediaan P dan K dalam tanah yang diukur dengan PUTS. Sedangkan untuk 30
pupuk urea, takaran dan waktu pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dengan menggunakan teknologi Bagan Warna Daun (BWD). Jika tidak memungkinkan menggunakan BWD, digunakan takaran pupuk standar sesuai keadaan hara tanaman (200 – 250 kg/ha). Pupuk P dan K diberikan sekaligus paling lambat satu minggu setelah tanam, sedangka urea diberikan 3 kali (waktu tanam, 4 MST, dan 50 HST) 3.5.
Pengairan
Sejak saat tanam hingga seminggu kemudian, air perlu tersedia secara cukup untuk mendukung pertumbuhan akar tanaman. Namun ketinggian air cukup 2-3 cm, untuk mendorong pertumbuhan anakan baru. Jika permukaan air terlalu tinggi, pertumbuhan anakan tertekan. Tanaman padi umumnya memerlukan aerasi yang baik. Oleh karena itu, pengairan berselang atau intermitten sangat dianjurkan. 3.4. Penyiangan Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu oleh gulma. Penyiangan dilakukan paling sedikit dua atau tiga kali tergantung pada keadaan gulma, menggunakan landak atau gasrok. Penyiangan dapat dilakukan pada saat pemupukan susulan pertama atau kedua. Hal ini dimaksudkan agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi, karena gulma sudah dikendalikan.
3.5. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama dan penykait merupakan faktor penting yang menyebabkan suatu varietas tidak mampu menghasilkan seperti yang diharapkan. Karena itu, pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara terpadu. Hama wereng coklat dan penyakit tungro merupakan hama dan penyakit yang paling utama saat ini.
31
3.6. Rouging/seleksi Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian genetik yang tinggi, oleh karena itu rouging perlu dilakukan dengan benar dan dimulai mulai fase vegetatif sampai akhir pertanaman. Rouging dilakukan untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi benihnya. Untuk tujuan tersebut, pertanaman petak pembanding (pertanaman check plot) dengan menggunakan benih autentik sangat disarankan. Pertanaman ini digunakan sebagai referensi/acuan di dalam melakukan rouging dengan cara memperhatikan karakteristik tanaman dalam berbagai fase pertumbuhan sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 2. berikut. Apabila cara rouging dengan menggunakan acuan pertanaman ’check plot’ belum mungkin dilakukan, maka hal-hal berikut sebagai patokan dalam pelaksanaan rouging yaitu: a.
Stadia Vegetatif Awal ( 35 – 45 HST) 1 Tanaman yang tumbuh diluar jalur/barisan 2 Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan awalnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain 3 Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain 4 Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
6.
Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)
32
Tabel 4 .Karakteristik tanaman yang diperhatikan untuk mempertahankan kemurnian genetik varietas. N o 1
Fase Pertumbuhan
Karakter yang perlu diperhatikan
Bibit Muda
2
Tanaman Muda
3
Fase Anakan Maksimum
4
Fase Awal Berbunga
5
Fase Pematang
6
Fase Panen
Laju pemunculan bibit Warna daun Tinggi bibit Laju pertunasan Tipe pertunasan Warna daun Sudut daun Warna pelepah Warna kaki (pelepah bagian bawah) Jumlah tunas Panjang & Lebar Daun Sudut Pelekatan Daun Warna Daun Panjang & Warna Ligula Sudut pertunasan Sudut daun Bendera Jumlah malai/rumpun; Jumlah malai/m2 Umur Berbunga : * 50 % berbunga * 100 % berbunga * Keseragaman berbunga Tipe malai & tipe pemunculan leher malai Panjang malai Warna gabah Keberadaan bulu pada ujung gabah Kehampaan malai Laju senesen daun Umur matang Bentuk & Ukuran gabah Bulu Kerebahan Kerontokan Tipe endosperma Bentuk & Ukuran Gabah
33
b
Stadia Vegetatif Akhir/Anakan Maksimum ( 50 – 60 HST)
1 Tanaman yang tumbuh diluar jalur/barisan 2
Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain 3 Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain 4 Tanaman yang warna kaki atau helai daun, dan pelepahnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain 5
Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)
c. Stadia Generatif Awal /Berbunga ( 85 – 90 HST) 1
Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
2
Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
3
Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
4
Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda
5
Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah berbeda
d. Stadia Generatif Akhir /Masak ( 100 – 115 HST) 1. Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain 2. Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain 3. Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar rumpun-rumpun lain 4. Tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang 5. Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda 6. Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah warna gabah, dan ujung gabah (rambut /tidak berambut) berbeda.
3.7. Panen dan Pengolahan Benih Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau apabila sekitar 90-95% malai telah menguning. Benih padi ketika baru dipanen 34
masih tercampur dengan kotoran fisik dan benih jelek. Oleh karena itu, bila pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan, masalah mutu benih padi setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih. Salah satu variabel dari mutu fisiologis benih yang mulai menarik perhatian petani adalah status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman normal dalam kisaran kondisi lapang yang lebih luas. Untuk menjamin ini, maka cara panen yang baik, perontokan, pembersihan, dan cara pengeringan gabah untuk benih akan menentukan mutu benih. Faktor yang paling utama adalah pengeringan benih, benih harus dikeringkan sampai kadar air mencapai 10-11%.
Setelah
menjadi benih dan siap simpan, benih harus dikemas secara baik dan disimpan ditempat dengan kondisi khusus untuk penyimpanan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses panen dan pengolahan benih adalah sebagai berikut: a. Persiapan Panen Pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen apabila sudah dinyatakan lulus sertifikasi lapangan oleh BPSB. Sebelum panen dilakukan, semua malai dari kegiatan roguing harus dikeluarkan dari areal yang akan dipanen. Hal ini untuk menghindari tercampurnya calon benih dengan malai sisa roguing. Selain itu, perlu disiapkan peralatan yang akan digunakan panen (sabit, karung, terpal, alat perontok (threser), karung dan tempat/alat pengering) serta alat-alat yang akan digunakan untuk panen dibersihkan. b. Proses Panen Dua baris tanaman yang paling pinggir sebaiknya dipanen terpisah dan tidak digunakan sebagai calon benih. 1
Panen dapat dilakukan dengan potong tengah jerami padi kemudian dirontok dengan threser atau potong bawah lalu digebot.
2
Ukur kadar air panen dengan menggunakan moisture meter.
35
3
Calon benih kemudian dimasukan ke dalam karung dan diberi label yang berisi : nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman dan berat calon benih.; lalu diangkut ke ruang pengolahan benih.
4
Buat laporan hasil panen secara rinci yang berisi tentang tanggal panen, nama varietas, kelas benih , bobot calon benih dan kadar air benih saat panen.
c. Pengeringan Benih 2. Penurunan kadar air perlu harus segera dilakukan karena pada umumnya calon benih masih mempunyai kadar air panen yang tinggi. 3. Pada tingkat kadar air yang tinggi, calon benih bisa diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan. 4. Pengeringan benih dapat dilakukan dengan cara penjemuran atau dengan menggunakan mesin pengering.
c.1. Penjemuran 1
Pastikan lantai jemur bersih dan beri jarak yang cukup antar benih dari varietas yang berbeda.
2
Gunakan lamporan/alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu tinggi di bagian bawah hamparan.
3
Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-hati
4
Lakukan pengukuran suhu pada hamparan benih yang dijemur dan kadar air benih setiap 2-3 jam sekali serta catat data suhu hamparan dan kadar air benih tersebut.
5
Bila pengeringan menggunakan sinar matahari, umumnya penjemuran dilakukan selama 4 – 5 jam. Penjemuran sebaiknya diberhentikan apabila suhu hamparan benih lebih dari 43oC
6
Pengeringan dilakukan hingga mencapai kadar air yang memenuhi standar mutu benih bersertifikat (13% atau lebih rendah)
c.2. Pengeringan dengan Alat Pengering (Dryer) 1
Bersihkan mesin pengering, pastikan tidak ada benih yang tertinggal dan pastikan mesin berfungsi dengan baik.
2
Suhu udara yang mengenai benih sebaiknya disesuaikan dengan kadar air awal benih (kadar air benih pada saat mulai pengeringan)
3
Benih dengan kadar air panen yang tinggi, jangan langsung dipanaskan tetapi di angin-anginkan dahulu (digunakan hembusan angin/blower).
36
4
Bila kadar air benih sudah aman untuk digunakan pemanasan, atur suhu pengeringan benih sehingga tidak melebihi 43oC
5
Lakukan pengecekan suhu hamparan benih dan kadar air benih setiap 2-3 jam dan catat.
6
Pengeringan dihentikan bila kadar air mencapai kadar air yang memenuhi standar mutu benih bersertifikat (13% atau lebih rendah).
d. Pengolahan Benih Pengolahan benih pada umumnya meliputi pembersihan benih, pemilahan (grading) dan perlakuan benih (jika diperlukan). Tujuan pembersihan ini selain memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, maupun daun padi yang terikut) juga untuk membuang benih hampa. Pembersihan benih dalam skala kecil dapat dilakukan secadapat dilakukan secara manual dengan menggunakan nyiru (ditapi). Sedangkan pada skala produksi yang lebih besar, penggunaan mesin pembersih benih seperti air screen cleaner atau aspirator akan meningkatkan efisiensi pengolahan. Apabila dirasa perlu, grading (pemilahan benih) dapat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan benih yang lebih seragam dalam ukuran benih (panjang, lebar, ketebalan), bentuk atau berat jenis benihnya. Alat-alat seperti Indent cylinder machine, Indent desk separator, Gravity table seperator dan sebagainya dapat digunakan di dalam pemilahan benih. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengolahan benih mulai dari pengeringan sampai pemilahan ; terutama untuk menghindari benih tercampur dengan varietas lain; diantaranya adalah : 1
Sebelum proses pengolahan dimulai, siapkan, cek peralatan dan bersihkan alat-alat pengolahan yang akan digunakan. Pastikan bahwa perlatan berfungsi dengan baik dan benar-benar bersih baik dari kotoran maupun sisa-sisa benih lain.
2
Untuk menghindarkan terjadinya pencampuran antar varietas, benih dari satu varietas diolah sampai selesai, baru kemudian pengolahan untuk varietas lainnya.
3
Tempatkan benih hasil pengolahan dalam karung baru serta diberi label yang jelas di dalam dan luar karung.
4
Bila alat pengolahan akan digunakan untuk mengolah sejumlah benih varietas yang berbeda, mesin/ alat pengolahan dibersihkan ulang dari sisa-sisa benih 37
sebelumnya, baru kemudian digunakan untuk pengolahan varietas lain. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya campuran dengan varietas lain. 5
Buat laporan hasil pengolahan yang berisi tentang varietas, kelas benih, berat benih bersih dan susut selama pengolahan.
e. Pengemasan Benih Pengemasan benih selain bertujuan untuk mempermudahkan di dalam penyaluran/transportasi benih, juga untuk melindungi benih selama penyimpanan terutama dalam mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan insek. Oleh karena itu, efektifitas atau tidaknya kemasan sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam mempertahankan kadar air, viabilitas benih dan serangan insek. Pengemasan sementara selama pengolahan benih berlangsung atau setelah selesai pengolahan sampai menunggu hasil uji lab keluar dan label selesai dicetak, benih dapat dikemas dalam karung plastik yang dilapis dengan kantong plastik di bagian dalamnya. Sedangkan untuk tujuan komersial/pemasaran benih, benih sebaiknya dikemas dengan menggunakan kantong plastik tebal 0.08 mm atau lebih dan di-sealed/ dikelim rapat. Pengemasan dilakukan setelah hasil uji lab terhadap contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB dan label selesai dicetak. Label benih dimasukan ke dalam kemasan sebelum di-sealed. Pengemasan dan pemasangan label benih harus dilakukan sedemikian rupa, agar mampu menghindari adanya tindak pemalsuan. f. Penyimpanan Benih Kondisi penyimpanan yang baik adalah kondisi penyimpanan yang mampu mempertahankan mutu benih seperti saat sebelum simpan sepanjang mungkin selama periode simpan. Daya simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik benih, mutu benih awal simpan dan kondisi ruang simpan. Oleh karena itu, hanya benih yang bermutu tinggi yang layak untuk disimpan. Sedangkan kondisi ruang yang secara nyata berpengaruh terhadap daya simpan benih adalah suhu dan kelembaban ruang simpan. Kondisi ruangdan pen simpan yang baik untuk benihbenih yang bersifat ortodoks, termasuk padi; adalah pada kondisi kering dan 38
dingin. Beberapa kaidah yang berkaitan dengan penyimpanan benih adalah: (i) untuk setiap penurunan setiap penurunan 1% kadar air atau 10oF (5,5oC) suhu ruang simpan akan melipat-gandakan daya simpan benih. Kondisi tersebut berlaku untuk kadar air benih antara 14% sampai 5% dan pada suhu dari 50oC – 0oC dan (ii) penyimpanan yang baik bila persentase kelembaban relatif (% RH) ditambah dengan suhu ruang simpan (oF) sama dengan 100. Untuk memenuhi kondisi demikian, idealnya ruang simpan benih dilengkapi dengan AC (air conditioner) dan dehumidifier (alat untuk menurunkan kelembaban ruang simpan). Namun jika kondisi tersebut belum dapat dipenuhi, gudang penyimpanan selayaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1 Tidak bocor 2 Lantai harus padat (terbuat dari semen/beton) 3
Mempunyai ventilasi yang cukup, agar terjadi sirkulasi udara yang
lancar
sehingga gudang penyimpanan tidak lembab. 4
Bebas dari gangguan hama dan penyakit (ruangan bersih, lubang ventilasi ditutup kawat kasa). Setiap benih disimpan secara teratur, setiap varietas terpisah dari varietas
lainnya Sedangkan cara penumpukan hendaknya diatur sedemikian rupa, agar tumpukan rapih, mudah dikontrol, tidak mudah roboh dan keluar masuk barang mudah. Apabila benih tidak disimpan dalam rak-rak benih, maka di bagian bawah tumpukan harus diberi balok kayu agar benih tidak bersentuhan langsung dengan lantai ruang simpan. Kemudian, pada setiap tumpukan benih dilengkapi dengan kartu pengawasan yang berisi informasi: 1
Nama varietas
2
Tanggal panen
3
Asal petak percobaan
4
Jumlah/kuantitas benih asal (pada saat awal penyimpanan)
5
Jumlah kuantitas pada saat pemeriksaan stok terakhir.
6
Hasil uji daya kecambah terakhir (tanggal, % daya kecambah) Data yang diamati adalah data agronomi dan penerimaan penangkar yang
menggunakan benih yang dihasilkan serta distribusi (penyaluran/pengunaan) benih. 39