INTISARI GAMBARAN PELAYANAN KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN Halimatus Sa’diah2 ; Ratih Pratiwi Sari1; Hilda Yatim3 Hipertensi merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah melebihi normal. Prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2013 pada usia di atas 18 tahun mencapai 29,8%. Ketidakpatuhan pasien menjadi masalah serius yang dihadapi para tenaga kesehatan profesional. Pemberian komunikasi, informasi dan edukasi pada pasien hipertensi diharapkan dapat membuat pasien merasa aman dengan obat yang dikonsumsi dan tahu tujuan dari pengobatannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi obat antihipertensi di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Penelitian ini dilakukan dengan teknik purposif sampling di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin selama 22 Juni-03 Juli 2016. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 99 orang pasien dengan 158 obat. Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi lembar observasi pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang mendapat informasi nama obat sebesar 75% dan 25% tidak diberikan. Pasien yang mendapat informasi indikasi, aturan pakai, cara pakai dan edukasi tujuan dari pengobatannya sebesar 100% dan 0% tidak diberikan. Pasien yang mendapat informasi cara penyimpanan dan efek samping obat sebesar 0% dan 100% tidak diberikan. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi. 1 2
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
i
ABSTRACT OVERVIEW OF COMMUNICATION SERVICES, INFORMATION AND EDUCATION IN DRUG ANTIHYPERTENSIVE INSTALLATION OUTPATIENT PHARMACY REGIONAL GENERAL HOSPITAL Dr. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN Halimatus Sa’diah2 ; Ratih Pratiwi Sari1; Hilda Yatim3 Hypertension is a disease characterized by increased blood pressure than normal. The prevalence of hypertension in Indonesia in 2013 at age up 18 years was 29,8%. Noncompliance of patients becomes a serious problem faced by health professionals. Provision of communication, information and education in hypertensive patients is expected to make the patient feel safe with drugs consumed and know the purpose of treatment. The purpose of this study is to describe the communication services, information and education of antihypertensive drugs in the pharmacy installation Outpatient Hospital Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. This research was conducted by quota sampling technique in Pharmacy Installation Outpatient Hospital Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin during the months of June-July 2016. The number of samples in this study were 99 patients. The data collection is done by filling out the observation sheet communication services, information and education. Results showed that patients who received the drug name information by 75% and 25% were not given. Patients who received the drug indication information, drug information the rules of use, how to use the drug, educational purpose of treatment of 100% and 0% were not given. Patients who received the drug storage information of 0% and 100% was not given. Patients who got the drug side effect information of 0% and 100% was not given. Patients who received the old information drug use by 60% and 40% were not given. Keywords: Hypertension, Communication Services, Information And Education. 1Academy of Pharmacy ISFI Banjarmasin 2 Regional General Hospital Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan di
seluruh dunia karena prevalensinya tinggi. Hipertensi disebut sebagai The Silent Killer, karena tidak menampakkan gejala yang khas. WHO memperkirakan sekitar 30% penduduk dunia tidak menyadari adanya hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah melebihi normal dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Susilo & Wulandari, 2011). Data Riset Kesehatan Dasar 2013, menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia pada usia di atas 18 tahun mencapai 29,8%. Prevalensi ini semakin bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi hipertensi pada golongan umur 55-64 tahun, 65-74 tahun dan >75 tahun, masing-masing mencapai 53,7%, 63,5%, dan 67,3%. Statistik menunjukkan prevalensi usia standar hipertensi pada orang dewasa di Indonesia sebesar 42.7% pada lakilaki dan 39.2% pada wanita (Menkes RI, 2013). Keberhasilan pengobatan pada pasien hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kepatuhan dalam mengonsumsi obat, sehingga pasien hipertensi dapat mengendalikan tekanan darah dalam batas normal. Tetapi 50% dari pasien hipertensi tidak mematuhi anjuran petugas kesehatan untuk mengonsumsi obat, yang menyebabkan banyak pasien hipertensi yang tidak dapat mengendalikan tekanan darah dan berujung pada kematian pasien (Morisky & Munter, 2009). Ketidakpatuhan pasien menjadi masalah serius yang dihadapi para tenaga kesehatan profesional. Hal ini disebabkan karena hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak dialami oleh masyarakat tanpa ada gejala yang signifikan dan juga merupakan penyakit yang menimbulkan penyakit lain yang berbahaya bila tidak diobati secepatnya. Penyakit lain yang 3
bisa timbul adalah gagal jantung, stroke, penyakit arteri perifer, gagal ginjal, infark miokard, dan angina pektoris. Oleh karena itu, salah satu cara meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat adalah memberikan pelayanan KIE yang benar dan jelas guna keberhasilan terapi pasien (Lailatusifah, 2012). KIE adalah suatu proses penyampaian informasi antara apoteker dengan pasien atau keluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan kesempatan kepada pasien atau keluarga pasien dan membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman sehingga pasien atau keluarga pasien memperoleh keyakinan akan kemampuan dalam penggunaan obat yang benar (Pariang, 2013). Menurut Hidayat (2013) tentang evaluasi pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) obat tanpa resep oleh tenaga farmasi di Apotek Putri Kasongan Kabupaten Katingan, menunjukkan bahwa hasil penilaian yang paling tinggi pada pelayanan KIE berdasarkan tiap item penilaian, yaitu item keramahan dalam berkomunikasi dengan persentase sebesar 99,7%, item informasi tentang indikasi dengan persentase tertinggi sebesar 100% dan item aturan pakai dengan persentase sebesar 85,2%, sedangkan penilaian persentase yang rendah, item nama obat dengan persentase sebesar 0,3%, item penyimpanan dengan persentase sebesar 0,3%, item cara pakai dengan persentase 1,7%, item efek samping dengan persentase sebesar 0%, item lama penggunaan dengan persentase sebesar 0%, item edukasi tentang tujuan dari pengobatan dengan persentase sebesar 0,3%. Menurut Rusmiati (2013) tentang gambaran mutu pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi di Instalasi Farmasi RS Islam PKU Muhammadiyah Palangka Raya menunjukan bahwa hasil penelitiannya adalah informasi tentang indikasi dengan persentase tertinggi sebesar 85,6%, informasi tentang aturan pakai dengan persentase sebesar 93,3%, informasi tentang nama obat dengan persentase sebesar 75,6%, informasi tentang penyimpanan dengan persentase sebesar 28,9%, informasi tentang cara pakai dengan persentase 78,9%, informasi
4
tentang efek samping dengan persentase sebesar 38,9%, informasi tentang lama penggunaan dengan persentase sebesar 80%, informasi tentang interaksi obat dengan persentase sebesar 38,9%, dan informasi tentang akibat lupa meminum obat dengan presentase sebesar 17,8%. Sehingga dari penelitian diatas, peneliti tertarik untuk menggambarkan bagaimana pelayanan komunikasi, informasi, dan edukasi obat antihipertensi di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
5