FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI BERUSIA 40-65 TAHUN DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG Daisy Tri Anggraini Santoso* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Perubahan atau pergeseran pola penyakit yaitu dikenal dengan transisi epidemiologis terjadi di Indonesia. Saat ini, penyakit tidak menular (PTM) menjadi masalah kesehatan yang sangat serius. Salah satu penyakit tidak menular adalah hipertensi yang sering disebut sebagai the silent killer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien laki-laki berusia 40-65 tahun, yang datang berobat di Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien laki-laki berusia 40-65 tahun yang datang berobat di Puskesmas Bitung Barat. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 97 orang yang telah memenuhi kriteria penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesnioner. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel menggunakan uji Chi Square pada tingkat kepercayaan 95% dan α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki berusia 40-65 tahun memiliki kebiasaan merokok sebesar 50,5%, konsumsi alkohol yaitu sebesar 30,9% dan yang memiliki riwayat hipertensi sebesar 42,3%. Berdasarkan hasil pengukuran kejadian hipertensi sebanyak 54 orang (55,7%). Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi, terdapat hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian hipertensi dan tidak terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi. Kata Kunci: Kejadian Hipertensi, Kebiasaan Merokok, Konsumsi Alkohol, Riwayat Hipertensi ABSTRACT Change or friction of disease pattern is known as epidemiological transition in Indonesia. Currently, noncommunicable diseases (NCD) become a very serious health problem. One of the non-communicable diseases is hypertension that referred to as the silent killer. This study aims to determine what factors are associated with hypertension in male patients aged 40-65 years who came for treatment at the health center West Bitung. This study used a descriptive analytical method with cross-sectional design. The population in this study were male patients aged 40-65 years who came for treatment at the health center West Bitung. The number of samples in this study were 97 people who have met the study criteria. Method of this research is using quetionaires. The statistical test used to analyze the relationship between variables using Chi-Square test at 95% confidence level and α=0,05. The result showed that men aged 40-65 years had the habit of smoking of 50,5%, alcohol consumption is equal to 30,9% and with a history of hypertension of 42,3%. Based on the measurement result of the incidence of hypertension as many as 54 people (55,7%). The conclusion that there is a relationship between smoking and the incidence of hypertension, there is a relationship between a history of hypertension with hypertension and there is no relationship between alcohol consumption with hypertension. Keywords: Hypertension Incidence, Smoking Habits, Alcohol Consumption, History Of Hypertension.
PENDAHULUAN
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
2013).
fisik, mental, spritual maupun sosial yang
Berdasarkan
Laporan
Surveilans
memungkinkan setiap orang untuk hidup
Terpadu Penyakit Berbasis Penyakit Dinas
produktif
Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara penderita
secara
sosial
dan
ekonomis
(Anonimous, 2009).
hipertensi sebanyak 32.072 kasus (Profil Dinas
Di Indonesia atau di dunia terjadi
Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, 2013).
perubahan atau pergeseran pola penyakit yaitu dikenal
dengan
(Rahajeng
transisi
epidemiologis
dan Tuminah, 2009). Salah satu
Menurut penelitian Barlin, dkk pada tahun 2006 yang dikutip dari jurnal hubungan mengkonsumsi
alkohol
dengan
kejadian
penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi
hipertensi pada laki-laki di Desa Tompaso
masalah kesehatan yang sangat serius saat ini
Baru II Kecamatan Tompaso Baru Kabupaten
adalah hipertensi yang disebut sebagai the
Minahasa Selatan mengatakan bahwa, Cap
silent killer (Rahajeng dan Tuminah, 2009).
tikus adalah jenis minuman yang berkadar
Menurut catatan Badan Kesehatan
alkohol sekitar 30-55% yang dihasilkan dari
Dunia/World Health Organization (WHO)
proses penyulingan air nira (Komaling dkk,
tahun
2013).
2011,
satu
milyar
orang
didunia
menderita hipertensi. Dua pertiga diantaranya berada
di
tahun
2010
menunjukkan prevalensi perokok 16 kali lebih
berpenghasilan rendah-sedang. Hipertensi telah
tinggi pada laki-laki (65,9%) dibandingkan
mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang
perempuan (4,2%) (Direktorat PPTM, P2PL
setiap tahun, 1,5 juta kematian terjadi di Asia
Kemenkes RI, 2012).
yang
berkembang
Riskesdas
yang
Tenggara,
Negara
Data
sepertiga
populasinya
Pada 70-80% kasus hipertensi esensial,
menderita hipertensi (Direktorat Pengendalian
didapatkan
Penyakit Tidak Menular, 2013).
keluarga. Riwayat keluarga juga merupakan
Riset kesehatan dasar (Riskesdas),
riwayat
hipertensi
hipertensi
tidak
keturunan (Triyanto, 2014).
khususnya
hipertensi
di
dalam
masalah yang memicu masalah terjadinya
pada tahun 2007 tingginya prevalensi penyakit menular
di
cenderung
merupakan
penyakit
Indonesia menempati urutan pertama sebesar
Tujuan penelitian ini yaitu untuk
31,7% (Hatma, 2012). Prevalensi hipertensi
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
berdasarkan
pengukuran
tekanan
darah
dengan kejadian hipertensi pada laki-laki
berdasarkan
Riskesdas
tahun
2013
berusia 40-65 tahun yang datang berobat di
menunjukkan penurunan dari 31,7% pada tahun 2007 menjadi 25,8% tahun 2013
Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung.
sebagai nelayan/petani sebesar 8,2%, sebagai
METODE PENELITIAN Jenis
penelitian
yang
desktiptif
analitik
sectional
study.
penelitian
ini
digunakan
dengan Variabel
yaitu
adalah
pensiun Swasta/PNS/BUMN sebesar 7,2%,
desain
cross
sebagai PNS dan TNI sebesar 3,1%, sebagai
bebas
dalam
pendeta sebesar 1,0% dan tidak bekerja sebesar
kebiasaan
merokok,
1,0%.
konsumsi alkohol, dan riwayat hipertensi keluarga dan variabel terikat yaitu kejadian
Tabel
hipertensi.
dengan Kejadian Hipertensi
Penelitian
ini
bertempat
di
1.
Hubungan
Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung, pada bulan Agustus sampai Oktober 2014. Populasi
Hipertensi Kebiasaan Merokok
Puskesmas
Bitung
Barat.
Sampel
dalam
Ya n
dalam penelitian ini adalah pasien laki-laki berusia 40-65 tahun yang datang berobat di
Kebiasaan
%
Total
Tidak n
%
Merokok
n
p value
%
Ya
22
44,9 27 55,1 49 100
Tidak Total
32 54
66,7 16 33,3 48 100 55,7 43 44,3 97 100
0,031
penelitian ini ditentukan secara purposive sampling dengan jumlah sampel 97 responden.
Pada Tabel 1 terlihat dari 49 orang yang memiliki kebiasaan merokok 22 orang yang terkena hipertensi, sedangkan yang tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian karakteristik responden pada 97 pasien yang datang berobat di Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung. Sebagian besar responden berada pada kelompok umur 40-45 tahun sebesar 26,8%, dan diikuti umur 46-50 tahun sebesar 20,6%, 51-55 tahun sebesar 21,6%, 56-60 tahun sebesar 14,4%, 61-65
pendidikan
hipertensi sebanyak 27 orang. Data juga menunjukkan bahwa dari 48 orang yang tidak memiliki kebiasaan merokok yang terkena hipertensi 32 orang yang terkena hipertensi sedangkan yang tidak memiliki kebiasaan merokok tidak terkena hipertensi sebanyak 16 orang.
tahun sebesar 16,5%. Tingkat
memiliki kebiasaan merokok yang terkena
Berdasarkan tabel 1 diketahui hasil
responden
sebagian besar dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sebesar 42,3%, pendidikan SD sebesar 32%, pendidikan SMP sebesar 18,6%, pendidikan D3 sebesar 1%, dan pendidikan S1 sebesar 6,2%. Pekerjaan responden yaitu sebagian besar bekerja sebagai pegawai swasta sebesar 50,5%, sebagai tukang/buruh sebesar 25,8%,
pengolahan data menggunakan uji Chi Square dengan
bantuan
program
computer
menghasilkan nilai probabilitas (p value) sebesar 0,031 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Penelitian yang dilakukan di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Pangkep oleh Amilia, Munawir dan Suhartatik (2014)
dalam hasil penelitiannya dilakukan pada 76
Pada Tabel 2 variabel konsumsi alkohol jenis
responden. 46,1% adalah perokok, angka ini
cap tikus, berdasarkan hasil analisis statistik
merupakan angka yang cukup besar sebagai
dengan menggunakan uji Chi Square pada
faktor
penelitian ini menunjukkan bahwa
risiko
untuk
menderita
hipertensi
tidak
dibandingkan dengan angka responden yang
terdapat hubungan antara konsumsi alkohol
tidak merokok, diperoleh nilai p 0,002 > α 0,05
dengan hipertensi dengan diperoleh p value
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
0,566 > α 0,05. Walaupun tidak terdapat
hipertensi dengan merokok (Amilia dkk, 2014).
hubungan secara signifikan antara konsumsi
Namun, bagi yang tidak memiliki kebiasaan
alkohol dengan kejadian hipertensi, namun
merokok juga dapat mengalami hipertensi
dapat dilihat frekuensi yang mengkonsumsi
melalui faktor risiko lainnya seperti umur, jenis
alkohol lebih besar (60%) dari yang tidak
kelamin, riwayat keluarga, kurang berolahraga,
mengkonsumsi alkohol (40%).
mengkonsumsi alkohol, obesitas, stress.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah
melalui
mekanisme
pelepasan
penelitian Syahrini (2012) mengenai faktorfaktor risiko hipertensi primer di puskesmas
norepinefrin dari ujung-ujung saraf adrenergik
Tlugosari
yang dipacu oleh nikotin. Risiko merokok
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap
bermakna antara kebiasaan konsumsi alkohol
per hari, tidak tergantung pada lamanya
dengan kejadian hipertensi dengan nilai p
merokok. Pada suatu penelitian, merokok 2
0,383 > α 0,05 yang berarti hipotesis ditolak
batang ternyata meningkatkan tekanan darah
(Syahrini, 2012).
10/8 mmHg selama 15 menit. Merokok dapat
Kulon
Kota
Hasil penelitian
Semarang
yang
Raihan, Erwin dan
meningkatkan risiko tekanan darah tinggi
Dewi (2014) menyatakan bahwa tidak ada
sehingga terjadi penyempitkan pembuluh darah
hubungan yang bermakna antara konsumsi
(Cekti, 2008).
alkohol
dengan
hipertensi.
Hipertensi
merupakan jenis penyakit yang memiliki Tabel 2. Hubungan Konsumsi Alkohol dengan
banyak faktor risiko, sehingga tidak menutup
Kejadian Hipertensi
kemungkinan
Hipertensi
Konsu msi Alkohol
n
%
n
%
n
%
Ya Tidak
18 36
60,0 53,7
12 31
40,0 46,3
30 67
100 100
Total
54
55,7
43
44,3
97
100
Ya
Total
Tidak
p val ue 0,5 66
bahwa
mereka
yang
tidak
mengkonsumsi alkohol juga bisa terkena hipertensi. Akan tetapi, apabila seseorang mengkonsumsi alkohol, maka risiko untuk mengalami hipertensi juga meningkat (Raihan dkk, 2014).
Tabel
3.
Hubungan
Riwayat
Hipertensi
Keluarga dengan Kejadian Hipertensi Hipertensi Riwayat Keluarga
Ya
demikian,
bukan
berarti
bahwa semua yang mempunyai keturunan hipertensi pasti akan menderita penyakit
Total
Tidak
Namun,
p value
n
%
n
%
N
%
Ya
29
53,7
25
46,3
54
100
Tidak Total
12 41
27,9 42,3
31 56
72,1 57,7
43 97
100 100
hipertensi. Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang
0,011
kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi. Menurut Sutantu (2010), jika seseorang termasuk orang yang mempunyai
Pada Tabel 3 berdasarkan hasil penelitian yang
sifat genetik hipertensi primer (esensial) dan
dilakukan oleh 97 responden dengan uji Chi
tidak melakukan penanganan atau pengobatan
Square, terdapat 29 responden yang memiliki
maka ada kemungkinan lingkungannya akan
riwayat hipertensi keluarga, diperoleh p value
menyebabkan
0,011 < α 0,05, hal ini menunjukkan bahwa
dalam waktu sekitar tigapuluhan tahun akan
terdapat hubungan antara riwayat keluarga
mulai muncul tanda-tanda dan gejala hipertensi
hipertensi dengan kejadian hipertensi.
dengan berbagai komplikasinya (Suiraoka,
Keluarga dengan riwayat hipertensi
hipertensi
berkembang
dan
2012).
dan penyakit jantung koroner meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dua sampai lima
KESIMPULAN
kali lipat (Almatsier dkk, 2011). Apabila
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
riwayat hipertensi didapatkan pada kedua
disimpulkan bahwa :
orangtua maka dugaan hipertensi esensial lebih
1. Persentase penyakit hipertensi pada laki-
besar (Triyanto, 2014).
laki berusia 40-65 tahun yang datang
Hasil penelitian ini sejalan dengan
berobat di Puskesmas Bitung Barat Kota
penelitian Raihan, Erwin dan Dewi (2014)
Bitung tertinggi adalah 55,7% dan yang
mengenai faktor-faktor yang berhubungan
tidak hipertensi sebanyak 44,3%.
dengan
kejadian
masyarakat
di
hipertensi wilayah
primer
kerja
pada
2. Persentase
Puskesmas
kebiasaan
responden merokok
yang sebanyak
memiliki 50,5%,
Rumbai Pesisir yang menyatakan bahwa
sedangkan yang tidak memiliki kebiasaan
terdapat hubungan yang bermakna secara
merokok 49,5%.
statistik
antara
riwayat
keluarga
dengan
3. Persentase responden yang mengkonsumsi
hipertensi dengan hasil analisa diperoleh nilai
cap tikus sebanyak 30,9% sedangkan yang
odds ratio = 12,84 dan nilai p (0,00) < α (0,05)
tidak mengkonsumsi cap tikus sebanyak
(Raihan dkk, 2014).
69,1%.
4. Persentase riwayat
responden
hipertensi
yang
memiliki
seperti gizi seimbang, olahraga yang
keluarga
sebanyak
teratur, istirahat yang cukup.
42,3% dan yang tidak memiliki riwayat hipertensi keluarga sebanyak 57,7%. 5. Terdapat
hubungan
yaitu Kawasan Tanpa Rokok, perlu
kebiasaan
dilakukan sosialisasi secara terus-menerus
merokok dengan kejadian hipertensi pada
di tempat umum, tempat kerja, fasilitas
laki-laki
pelayanan
berusia
antara
3. Untuk mensukseskan program pemerintah
40-65
tahun
di
kesehatan,
tempat
proses
Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung,
belajar mengajar, tempat anak bermain,
frekuensi
kebiasaan
tempat ibadah, angkutan umum agar
merokok sebesar 44,9% dan yang tidak
kebiasaan merokok bagi setiap orang
meiliki kebiasaan merokok sebesar 55,1%.
dapat berkurang.
yang
memiliki
6. Tidak terdapat hubungan antara konsumsi
4. Bagi masyarakat yang memiliki riwayat
alkohol dengan kejadian hipertensi pada
hipertensi
laki-laki
memeriksakan
berusia
40-65
tahun
di
keluarga,
agar
kesehatan
dapat
pada
usia
Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung,
produktif karena pada usia tersebut dapat
frekuensi yang mengkonsumsi alkohol
vmemicu faktor risiko penyakit hipertensi.
sebesar
60%
dan
yang
tidak
mengkonsumsi alkohol sebesar 40%. 7. Terdapat hipertensi
hubungan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
antara
riwayat
Almatsier, S., Soetardjo, S., dan Soekatri, M.
dengan
kejadian
2011. Gizi Seimbang Dalam Daur
hipertensi pada laki-laki berusia 40-65
Kehidupan.
tahun di Puskesmas Bitung Barat Kota
Pustaka Utama.
Bitung, frekuensi yang memiliki riwayat
Jakarta:
PT.
Gramedia
Amilia, A., Munawir, dan Suhartatik. 2014.
hipertensi keluarga sebesar 53,7% dan
Faktor
yang tidak memiliki riwayat hipertensi
Kejadian Hipertensi Esensial Di Ruang
keluarga sebesar 46,3%.
Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD
SARAN 1. Bagi masyarakat yang berumur diatas 40 tahun agar dapat melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala. 2. Bagi
masyarakat
untuk
Yang
Berhubungan
Dengan
Pangkep.
STIKES Nani Hasanuddin
4(1)
13-20.
pp.
Available
from: [diakses
pada 1 April 2014]. Anonimous. 2009. Undang-undang Republik
lebih
memperhatikan pola hidup yang sehat
Indonesia
Nomor
Tentang Kesehatan.
36
Tahun
2009
Cekti, C., Adiguno S.W., Sarah A.H., Khoirul A., Mohammad E.P., Datu R., Dyah
+sebesar+31%2C7%25> [diakses pada 17 April 2014].
A.R., Ika R.K., Erdiansyah Z., Dian P.,
Hatma, R. 2012. Sosial Determinan dan
Stefanus Danan N., Az Hafid N., Endah
Faktor Risiko Kardiovaskuler (Analisa
R.1,
2008.
Data Sekunder Riskesdas 2007). Buletin
Perbandingan Kejadian Dan Faktor
Jendela Data dan Informasi Kesehatan 2
Risiko
(2)
dan
Wahyudi
Hipertensi
Istiono.
Antara
Rw
18
pp.
15-22.
Available
from:
Kelurahan Panembahan Dan Rw 1
Kelurahan Patehan. Berita Kedokteran
dak+menular+khususnya+hipertensi+di+
Masyarakat
Indonesia+menempati+ururtan+pertama
24(4)
pp.
163-171.
Available
from:
[diakses 17 April 2014]. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013.
Riset
Kesehatan
Dasar
+sebesar+31%2C7%25> [diakses pada 17 April 2014]. Komaling, J., Suba, B., dan Wongkar, D. 2013. Hubungan Mengkonsumsi Alkohol Dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-
(RISKESDAS). Jakarta: Badan Penelitian
laki
dan
Kesehatan
Kecamatan Tompaso Baru Kabupaten
Republik
Minahasa Selatan. Ejurnal keperawatan
Pengembangan
Departemen
Kesehatan
Indonesia. Direktorat
Di
Desa
Tompaso
Baru
II
(e-Kp) 1(1) pp. 1-7. Available from: <
Pengendalian
Tidak
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp
Teknis
/article/viewFile/2194/1752>
Penemuan Dan Tatalaksana Hipertensi.
pada tanggal 18 April 2014].
Menular.
Jakarta:
2013.
Penyakit Pedoman
kementerian
Kesehatan
Republik Indonesia.
Aliansi
Bupati/Walikota
Pengendalian
Masalah
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara.
Direktorat PPTM, P2PL Kemenkes RI. 2012. Dalam Kesehatan
[diakses
2013.
Laporan
Surveilans
Terpadu Penyakit Berbasis Penyakit. Sulawesi Utara: Dinas Kesehatan. Rahajeng,
E
dan
Tuminah,
S.,
2009.
Akibat Tembakau Dan Penyakit Tidak
Prevalensi
Hipertensi
Menular. Buletin Jendela Data dan
Determinannya Di Indonesia. Artikel
Informasi 2(2) pp. 29-41. Available
Penelitian:
from:
Indonesia 59(12) pp. 580-587. Available
from:
dak+menular+khususnya+hipertensi+di+
g/index.php/idnmed/article/download/70
Indonesia+menempati+ururtan+pertama
0/699...> [diakses pada 4 Apri 2014].
Majalah
dan
Kedokteran
Raihan, L., M., Erwin, Dewi, dan A., P. 2014. Faktor-Faktor
Yang
Berhubungan
Dengan Kejadian Hipertensi Primer Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbai Pesisir. JOM PSIK 1(2)
pp.
1-10.
Available
from:
[diakses pada tanggal 4 April 2014]. Triyanto, E. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi
Penderita
Hipertensi
Secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suiraoka, I. P. 2012. Penyakit Degeneratif Mengenal, Mencegah dan Mengurangi Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika. Syahrini, E., N. 2012. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Kulon
Di
Kota
Puskesmas
Tlogosari
Semarang.
Jurnal
Kesehatan Masyarakat UNDIP 1(2) pp. 315-325.
Available
from:
[diakses pada tanggal 4 April 2014].