PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK DAN KONSUMSI ALKOHOL TERHADAP KEJADIAN HIPERTNSI DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR Hasanudin Piri Kita1, Afrida2, Akuilina Semana3 1STIKES
Nani Hasanuddin Makassar Nani Hasanuddin Makassar 3Poltekkes Kemenkes Makassar
2STIKES
ABSTRAK Menurut Sukendro, 2007 Kebiasaan merokok adalah kebiasaan yang buruk dan mempengaruhi keadaan manusia. Pengaruh itu bukan saja dirasakan oleh perokok sendiri, akan tetapi juga oleh mereka yang tidak merokok. Menurut Al-Hafizh, 2012 Berbicara alkohol tidak bisa dipisahkan dengan istilah khamar. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, alkohol berarti zat cair yang memabukkan (sebagai yang dicampurkan di minuman keras dan sebagainya). Rumus kimia alkohol adalah C2 H5 – OH. C=Carbonium; zat arang; H= Hidroginium; zat cair. Tujuan penelitan untuk mengetahui pengaruh kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol pada pasien dengan penyakit hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar. Penelitian ini menggunakan pendekatan survey analitik dengan rancangan “cross secsional”, Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien penyakit hipertensi yang di rawat inap di RSUD Labuang Baji Makassar dengan sampel sebanyak 30 yang menderita hipertensi. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Hasilnya diolah menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan α= 0,05. Hasil bivariat menujukkan bahwa kebiasaan merokok di peroleh nilai (p= 0,005), Mengkonsumsi alkohol (p= 0,004). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara kebiasaan merokok dan konsumsi alcohol terhadap kejadian hipertensi di RSUD Labuang Baju Makassar 2013. Dalam hal ini kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol mempunyai pengaruh terhadap kejadian hipertensi. Kata Kunci : Hipertensi, Kebiasaan Merokok dan Mengkonsumsi Alkohol
PENDAHULUAN Setiap hari lebih dari 15 miliar batang rokok dihisap di dunia.Indonesia menduduki peringkat ke-5 dalam konsumsi merokok di dunia. Data terakhir yang dipublikasikan WHO tahun 2002 menyebutkan bahwa indonesia setiap tahunnya mengonsumsi 215 miliar batang rokok, nomor 5 di dunia setelah Cina (1.643 miliar batang), Amerika Serikat (451 miliar batang), Jepang (328 miliar batang), Rusia (258 miliar batang) (Mangoenprasodjo dan Hidayati, 2005). Sementara, data jumlah perokok di kota Makassar yaitu 22,1% atau ±287.300 orang dengan rata-rata konsumsi 10,6 batang/hari atau sekitar 3 juta batang rokok mengepul di udara tiap hari di kota metropolitan tersebut. Dari jumlah perokok tersebut, sebanyak 2,2% berusia 10-14 tahun, dengan rata konsumsi rokok 5,2 batang perhari, sedangkan berdasarkan frekuensi merokok sebanyak 0,8% mulai merokok tiap hari pada usia 5 – 9 tahun dan 7,7% pada usia 10-14 tahun (Halifah, 2012). Menurut catatan arkeologis, minuman beralkohol dikenal manusia sejak kurang lebih 5000 tahun yang lalu.Pertama kali manusia mengenal minuman yang mengandung alkohol mungkin secara tidak sengaja, yaitu
minuum sari buah yang telah di buat lama sebelumnya dan tercemar bakteri ragi. Pada zaman kuno minuman beralkohol dengan kadar etanol rendah (bir dan anggur) merupakan penghilang dahaga sehari-hari karena air biasa (yang tidak direbus) dapat menimbulkan penyakit. Alkohol dan rokok memiliki pengaruh terhadap kejadian hipertensi dan secara keseluruhan semakin banyak alkohol yang dikonsumsi semakin tinggi tekanan darahnya. Alkohol juga bisa meningkatkan keasaman darah sehingga menjadi lebih kental. Kekentalan darah ini memaksa jantung memompah darah lebih kuat lagi, agar darah dapat sampai ke jaringan yang membutuhkan dengan cukup. Ini yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah/hipertensi (Muhammadun, 2010). Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab meningkatnya resiko penyakit stroke, jantung dan ginjal. Hipertensi dapat menyerang hampir semua golongan masyarakat di seluruh dunia. Dari data penelitian terakhir, ditemukan bahwa terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika menderita hipertensi. Penderita hipertensi juga menyerang Thailand sebesar 17% dari total penduduk, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%,
580 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Malaysia 29,9%, dan Indonesia 15% dari 230 juta penduduk Indonesia, berarti hampir 35 juta penduduk Indonesia yang terkena hipertensi. Menurut badan kesehatan dunia (WHO), sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya hipertensi.Hal ini disebabkan tidak adanya gejala yang pasti bagi penderita hipertensi. Hipertensi dapat merusak organ tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi akan mengalami kerusakan jantung), ginjal, otak, mata, serta organ tubuh lainnya. Itulah yang menyebabkan hipertensi disebut sebagai pembunuh yang tidak terlihat atau silent killer (Susilo dan Wulandari, 2011). Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004. Kelompok Kerja Serebrokardiovaskuler FK UNPAD/RSHS tahun 1999, menemukan prevalensi hipertensi sebesar 17,6%, dan MONICA Jakarta tahun 2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban adalah 31,7%. Hasil SKRT 1995, 2001 dan 2004 menunjukkan penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20–35% dari kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Data dari hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi hipertensi di Sulawesi Selatan pada tahun 2007 yaitu 20,9% dan tahun 2008 pasien hipertensi rawat jalan di rumah sakit yaitu 28,9% dan rawat inap yaitu 20, 64%. Sekitar 20% dari semua orang dewasa menderita tekanan darah tinggi dan menurut statistik angka ini terus meningkat. Sekitar 40% dari semua kematian di bawah usia 65 tahun adalah akibat tekanan darah tinggi. Dan sekitar 40% dari semua orang yang pensiun dini adalah akibat penyakit-penyakit kardiovaskuler, dimana tekanan darah tinggi sering menjadi penyebabnya (Anonim, 2012). Berdasarkan data awal yang ada di RSUD Labuang Baji, dengan kejadian hipertensi pada bulan Januari – Maret tahun 2013 adalah 54orang, dengan jumlah laki-laki 20 orang dan perempuan 34 orang. Dari data yang diperoleh, jumlah pasien yang menderita penyakit hipertensi, paling banyak terjadi pada perempuan (Laporan Tahunan RSUD Labuang Baji, 2013). Berdasarkan data-data tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kebiasaan Merokok dan Konsumsi Alcohol Terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar”.
BAHAN DAN METODE Lokasi, Populasi dan Sampel Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik dengan desain studi cross sectional yaitu variabel independen dan variabel dependen diukur secara bersamaan. Penelitian ini dilakukan di RSUD Labuang Baji Makassar dari tanggal 30 Juli – 20 Agustus 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan di RSUD Labuang Baji Makassar dengan kejadian hipertensi. Sample dalam penelitian ini adalah semua pasien dirawat dan terdiagnosa dengan kejadian penyakit hipertensi yang diambil dengan teknik accidental sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu sebanyak 30 orang. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kriteria inklusi a. Pasien yang bersedia untuk diteliti. b. Pasien dengan riwayat hipertensi. c. Pasien yang mempunyai kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. 2. Kriteria eksklusi a. Pasien yang tidak bersedia untuk diteliti. b. Pasien dengan riwayat kanker paru. c. Pasien yang tidak mempunyai kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. Pengumpulan data dan pengolahan data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer dengan bantuan pertanyaan yang telah disusun dalam kuisioner. Pengolahan data dilakukan secara manual (dengan mengisi koesioner yang disediakan), selanjutnya menggunakan bantuan program SPSS for Windows dengan urutan sebagai berikut : 1. Selecting Seleksi merupakan pemilihan untuk mengklarifikasi data menurut kategori. 2. Editing Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi, editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban. 3. Koding Koding merupakan tahap selanjutnya dengan member kode pada jawaban dari responden tersebut. 4. Tabulasi Data Setelah dilakukan kegiatan editing dan koding dilanjutkan dengan mengelompokan data ke dalam suatu table menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.
581 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Analisis Data Setelah dilakukan tabulasi data, kemudian data diolah dengan menggunakan metode uji statistic yaitu analisis univariat dilakukan untuk variabel tunggal yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisis bivariat untuk melihat distribusi beberapa variabel yang dianggap terkait dengan menggunakan uji Chi-square (x²) dengan kemaknaan 0,05. Dan diolah dan dianalisis menggunakan SPSS 16.0. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur pada Pasien Hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar Umur n % 25 – 35 3 10,0 36 – 45 7 23,3 46 – 55 8 26,7 56 – 65 12 40,0 Total 30 100 Dari tabel 1 menunjukkan bahwa dari 30 responden, yaitu umur 56 – 65 yang lebih banyak menderita hipertensi dengan jumlah 12 orang (40,0%), sedangkan yang berumur 29 – 35 tahun hanya sedikit yang menderita hipertensi dengan jumlah 3 orang (10,0%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan pada Pasien Hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar Pekerjaan Buruh Wiraswasta PNS Total
n 9 11 10 30
% 30,0 36,7 33,3 100
20 orang responden yang merokok dengan persentase (66,7%). Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Mengonsumsi Alkohol pada Pasien Hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar Alkohol n % Tidak Pengkonsumsi 12 40,0 Alkohol Pengkonsumsi Alkohol 18 60.0 Total 30 100 Tabel 4 menunjukkan dari 30 responden didapatkan responden yang tidak mengkonsumsi Alkohol sebanyak 12 responden (40,0%) dan responden yang sering mengkonsumsi alkohol sebanyak 18 orang (60,0). Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar Hipertensi n % Tidak hipertensi Hipertensi
10 20
33,3 66,7
Total
30
100
Tabel 5 menunjukkan dari 30 responden didapatkan responden yang tidak menderita hipertensi sebanyak 10 responden (33,3%) dan responden yang menderita sebanyak 20 orang (66,7%). Tabel 6. Pengaruh kebiasaan merokok dengan kejadian Hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar Perokok
Dari tabel 2 menunjukkan dari 30 responden didapatkan responden yang berprofesi sebagai buruh sebanyak 9 orang (30,0%), responden yang beprofesi sebagai wiraswasta sebanyak 11 orang (36,7%), dan responden yang berprofesi sebagai PNS sebanyak 10 orang (33,3). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok pada Pasien Hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar Perokok Bukan Perokok Perokok Total
n 10 20 30
% 33,3 66,7 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 30 responden didapatkan 10 responden yang tidak merokok dengan persetase (33,%) dan
Bukan Perokok Perokok Jumlah
Hipertensi Tidak Hipertensi hipertensi 7 (23,3%)
Jumlah
3(10,0%)
10(33,3%)
3 (10,0%) 17(56,7%) 10(33,3%) 20(66,7%) p=0,005
20(66,7%) 30(100%)
Dari 30 responden, 10 orang responden yang bukan perokok yang tidak menderta hipertensi 7 orang dan yang menderita hipertensi 3 orang sedangkan responden yang perokok, 3 responden yang tidak hipertensi dan 17 responden yang mengalami hipertensi. Berdasarkan hasil analisis “Chi-Square” dengan fisher’s exact test didapatkan nilai p = 0.005 dimana nilai α = 0,05. Karena nilai p < α (0.005 < 0,05). Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dalam penelitian ini bahwa ada pengaruh antara kebiasaan merokok pasien
582 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
dengan penyakit hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar. Tabel 7. Pengaruh konsumsi alkohol dengan kejadian Hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar Alkohol
Hipertensi Tidak Hipertensi Hipertensi
Tidak Pengkonsum 8 (26,7%) 4(13,3%) si Alkohol Pengkonsum 2 (6,7%) 16(53.3%) si Alkohol Jumlah 10(33,3%) 20(66,3%) p =0,004
Jumlah
12(40,0%) 18(60,0%) 30(100%)
Dari 30 responden, 12 orang responden yang tidak pengkonsumsi alkohol yang tidak menderta hipertensi 8 orang dan yang menderita hipertensi 4 orang sedangkan responden yang pengkonsumsi alkohol, 2 responden yang tidak hipertensi dan 18 responden yang mengalami hipertensi. Berdasarkan hasil analisis “Chi-Square” dengan fisher’s exact test didapatkan nilai p = 0.004 dimana nilai α = 0,05. Karena nilai p < α (0.004 < 0,05). Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dalam penelitian ini bahwa ada pengaruh antara mengkonsumsi alkohol pada pasien dengan penyakit hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar. PEMBAHASAN 1. Pengaruh kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi Menurut Aditama (2002). Kebiasaan merokok adalah kegiatan menghisap atau menghirup asap rokok yang dibakar pada salah satu ujungnya. Kebiasan ini muncul karena adanya faktor internal (biologis dan psikoligis) dan faktor eksternal (lingkungan sosial seperti taman sebaya). Menurut Lasiyo 2009, merokok adalah kebiasaan orang menghisap batang rokok yang dilakukan beberapa alasan yaitu ingin coba-coba, ikut-ikutan orang tua/dewasa yang merokok dan pergaulan. Sehingga banyak orang yang ingin merokok dan tidak mengetahui efek samping dari merokok tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diatas, dari 30 responden dengan melihat hasil analisis univariat didapatkan 10 orang responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok dan 20 orang responden yang memiliki kebiasaan merokok. Kemudian dari hasil analisis bivariat didapatkan 7 orang responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok dan tidak menderita hipertensi sedangkan 3 orang responden
yang tidak memiliki kebiasaan merokok, menderita hipertensi kemudian yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 3 orang responden tetapi tidak menderita penyakit hipertensi dan 17 responden memiliki kebiasan merokok yang menderita penyakit hipertensi. Berdasarkan hasil uji statistik yang didapatkan dengan memperlihatkan nilai p = 0,005, oleh karena p<0,05 (0,005<0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan merokok pasien dengan penyakit hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar. Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Yuliana Suheni salah satu mahasiswa Negeri Semarang fakultas ilmu keolahragaan jurusan ilmu kesehatan masyarakat secara statistik kebiasaan merokok merupakan faktor risiko kejadian hipertensi pada laki-laki perokok di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu, hal ini ditunjukkan dari hasil analisis bivariat yang memperoleh p = 0,009 < 0,05. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR sebesar 4,125 dengan batas bawah 1,387 dan batas atas 12,270 pada interval confidence 95%. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok yang lebih dari 10 batang setiap hari berisiko menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang menghisap rokok kurang dari 10 batang setiap hari. Hal ini sejalan dengan teori yang di kemukakan Smith, Tom, 1986 bahwa Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang membahayakan jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada jantung dalam keadaan tegang karena tekanan darah tinggi, maka rokok dapat memperburuk keadaan tersebut. Menurut Smet Bart (1994) menyebutkan beberapa faktor yang menjadi penyebab penyakit hipertensi antara lain faktor keturunan, berat badan, diet, alkohol, rokok, obatobatan dan faktor penyakit lain. Gaya hidup juga berpengaruh terhadap kemunculan serangan hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis berasumsi bahwa memang rokok dapat menyababkan terjadinya hipertensi karena didalam rokok itu mengandung 4000 zat kimia yang dapat memicu terjadinya hipertensi beberapa di antaranya tar, nikotin dan karbon dioksida. Ketika tar masuk didalam tubuh kita tar ini akan langsung menyerang dan merusak sel dan jaringan yang ada didalam tubuh kita, kemudian nikotin ketika sudah masuk didalam tubuh makan nikotin ini akan memengaruhi sistim kerja otak sehingga membuat para perokok ketergantung atau
583 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
ketagihan, dan karbon dioksida dapat mempengaruhi kemampuan hemaglobin darah, sebagai mana kita ketahui bahwa fungsi hemaglobin untuk mengikat sari-sari makanan dan oksigen yang diprlukan oleh sel dan jaringan, ketika fungsi ini terganggu maka jantung akan bekerja kerja keras untuk memompa darah untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh sel dan jaringan maka disinilah mulai terjadi hioertensi. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk mengurangi kebiasaan merokok tersebut sehingga angka kejadian hipertensi berkurang. 2. Pengaruh konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar Menurut Al-Hafizh, 2012 pengertian alkohol sangat luas, Gliserin sebagai dasar obat peledak Nitrogliserin juga termasuk alkohol. Spiritus bakar juga alkohol, tetapi ia sudah dicampur dengan racun yang disebut metanol supaya jangan diminum orang; ternyata metanol itu sendiri juga alkohol. Alkohol banyak terdapat dalam berbagai minuman dan sering menimbulkan keracunan. Keracunan alkohol menyebabkan penurunaan daya reaksi atau kecepatan, kamampuan untuk menduga jarak dan keterampilan mengemudi sehingga cendrung menimbulkan kecelakaan lalu lintas di jalan, pabrik, dan sebagainya. Penurunan kemampuan untuk mengontrol diri dan hilangnya kapasitas untuk berpikir kritis mungkin menimbulkan tindakan yang melanggar hukum seperti perkosaan, penganiayaan, kejahatan lain ataupun tindakan bunuh diri. Alkohol terdapat dalam berbagai minuman seperti: whisky, brandy, rum, rodka, gin (mengandung 40% alkohol); wines (10-20%); beer dan ale (48%). Alkohol (etanol) sintetik seperti air tape, tuak dan brem, dihasilkan dari peragian secara kimia dan fisiologik. Bau alkohol murni tercium di udara bila mencapai 4,5-10 ppm (Anonim, 2011). Berdasarkan hasil penelitian diatas, dari 30 responden dengan melihat hasil analisis univariat didapatkan ada 12 responden yang tidak mengkonsumsi alkohol dan 18 orang responden yang sering mengkonsumsi alkohol. Kemudian dari hasil analisis bivariat didapatkan ada 8 orang responden yang tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak menderita penyakit hipertensi, dan 2 orang responden yang mengkonsumsi alkohol dan tidak menderita penyakit hipertensi, kemudian yang tidak mengkonsumsi alkohol sebanyak 4 orang responden tetapi
menderita penyakit hipertensi dan 16 orang responden yang menderita penyakit hipertensi sering mengkonsumsi alkohol. Berdasarkan hasil uji statistik yang didapatkan dengan memperlihatkan nilai p = 0,004, oleh karena p<0,05 (0,004<0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara mengkonsumsi alkohol pada pasien dengan penyakit hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar. Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil peneitian yang dilakukan oleh Febby Haendra Dwi Anggara Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Pada variabel konsumsi alkohol, responden yang mengkonsumsi alkohol dan terkena hipertensi sebesar 71,4% dan yang tidak mengkonsumsi alkohol sebesar 26,5%. Hasil uji statistik menyatakan ada hubungan yang bermakna dengan nilai p= 0,043<0,05. Hasil ini sejalan dengan penelitian Purniawaty (2010) bahwa mengkonsumsi alkohol ada hubungan yang bermakna terhadap hipertensi. Adapun teori yang mendukung pernyataan tersebut antara lain, pernyataan Hull (1996) yaitu orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada individu yang tidak minum atau minum sedikit. Selain itu teori lain yang disampaikan oleh Depkes RI (2006) adalah tekanan darah akibat alkohol belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru Nampak bila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Beavers, 2002 Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan semakin banyak alkohol yang diminum semakin tinggi tekanan darah, meskipun belum dimengerti penyebabnya. Orang yang tidak meminum minuman keras memiliki tekanan darah agak lebih tinggi dari pada peminum yang sekadarnya. Peminum berat sangat beresiko mengalami peningkatan tekanan darah dan juga memiliki kecenderungan kuat untuk mengalami stroke. Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis berasumsi bahwa kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol juga dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi,
584 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
karena didalam alkohol terdapat senyawa kimia yang dapat menyebabkan atau dapat meningkatkan tekanan darah salah satunya Hidroginium memiliki pengaruh terhadap kejadian hipertensi dan secara keseluruhan semakin banyak alkohol yang dikonsumsi semakin tinggi tekanan darahnya. Alkohol juga bisa meningkatkan keasaman darah sehingga menjadi lebih kental. Kekentalan darah ini memaksa jantung memompah darah lebih kuat lagi, agar darah dapat sampai ke jaringan yang membutuhkan dengan cukup. Ini yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah/hipertensi Oleh karena itu perlu adanya upaya mengurangi kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol sehingga dapat mengurangi angka kejadian hipertensi.
hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar. 2. Ada pengaruh antara mengkonsumsi alkohol pada pasien dengan kejadian penyakit hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar. SARAN 1. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai kebiasaan merokok di kalangan pasien penyakit kanker paru-paru dengan populasi yang berbeda agar dapat memberikan masukan untuk mengambil langkah-langkah dalam upaya menanggulanginya. 2. Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk memberikan pemahaman terhadap pasien pada saat dirawat mengenai bahaya rokok bagi kesehatan. 3. Perlu adanya kesadaran dari pasien sendiri khususnya dan masyarakat umumnya mengenai bahaya rokok terhadap kesehatan.
KESIMPULAN 1. Ada pengaruh antara kebiasaan merokok pada pasien dengan kejadian penyakit
DAFTAR PUSTAKA Al-Hafizh, Mushlihin. (2012), Pengertian 2012/11/pengertian-alkohol.html.
alcohol,
(online)
(http://www.referensi
makalah.com/
Anonym. (2011). Alcohol dan bahayanya, (online), (http://lordbroken. wordpress.Com/ 2011/02/12/alkohol-danbahayanya-metabolisme-danefek. html, diakses pada tanggal 14 April 2013). Aula, Lisa Ellizabet. (2010). Stop Rokok!. Garailmu. Jogjakarta. Beavers, Prof. D. G. (2002). Tekanan Darah. Dian Rakyat : Jakarta. Budiman. (2011). Penelitian Kesekatan. Rafika Aditama : Bandung. Halifah. (2012). Analisis Faktor yangMempengaruhi Permintaan Rokok Masyarakat Di Kota Makassar Tahun 2012”, (online), repository.unhas.ac.id// HALIFAH_BAB%20I%20-%20V.docx, sitasi tanggal 14 April 2013). Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika : Jakarta. Juwana, S. (2004). Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Zat Psikoaktif :Penyalagunaan NAPZA/Narkoba. Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Mangoenprasodja, SA. dan Hidayati, NS. (2005). Hidup Sehat tanpa Rokok. Pradipta Publishing : Yogyakarta. Muhammadun, AS. (2010). Hidup bersama hipertensi. In-Books : Jogjakarta. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta. Rahajeng, E. dan Tuminah, S. (2009). Prevalence of hypertension and its determinants in Indonesia. Pusat penelitian biomedis dan farmasi badan penelitian kesehatan departemen kesehatan RI : Jakarta. Smith Tom. 1986. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Arcan Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Susilo, Y. dan Wulandari, A. (2011). Cara jitu mengatasi hipertensi. C.V Andi : Yogyakarta.
585 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721