ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR ARMARETA MALACOPPO
Infeksi saluran kemih merupakan 40 % dari seluruh infeksi nosokomial dan dilaporkan 80 % ISK terjadi setelah instrumenisasi, terutama oleh kateterisasi. Infeksi ini terjadi akibat ketidakmampuan dalam mengendalikan maupun menghindari faktor risiko. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua setelah infeksi saluran nafas atas yang terjadi pada populasi dengan rata-rata 9.3 % pada wanita diatas rata-rata 65 tahun dan 2,5-11% pada pria diatas 65 tahun. Infeksi saluran kemih merupakan infeksi nosokomial tersering yang mencapai kira-kira 40-60 %. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara pemasangan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih (ISK) pada pasien rawat inap di RSUD Labuang Baji Makassar. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 April – 25 April 2014. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study. Pengambilan sample dilakukan secara accidental sampling dengan jumlah sample sebanyak 45 orang. Data dianalisis dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji Fisher Exact. Hasil penelitian dengan analisa bivariat menunjukkan bahwa variabel pemasangan kateter berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih (ISK) dengan nilai p : 0,001< α : 0,05. Pemasangan keteter berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih sehingga tenaga medis harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait dengan faktor risiko terjadinya ISK sehingga memberikan manfaat bagi pasien dan masyarakat dengan mengurangi lama perawatan dan dapat menghemat biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan dan perawatan. Kata Kunci
: Pemasangan kateter, infeksi saluran kemih (ISK) penderita obstruksi. Dengan kateter perawat juga dapat mengukur keluaran urine pada klien dengan gangguan hemodinamika. Menurut Getliffe (2003) dalam kutipan Potter and Perry (2010), kateterisasi kandung kemih memiliki risiko ISK, sumbatan, dan trauma uretra, oleh karena itu sebaiknya digunakan cara lain untuk
Pendahuluan Kateterisasi kandung kemih merupakan tindakan memasukkan selang lateks atau plastik melalui uretra ke kandung kemih. Kateter akan menjadi saluran aliran urine kontinu pada klien yang tidak mampu mengendalikan miksi atau pada klien yang tidak mampu mengendalikan atau pada klien vi
pengambilan spesimen atau penanganan inkontinensia.
ditemukan, terhitung 6 sampai 7 juta kunjungan klinik setiap tahun.Mayoritas kasus didominasi oleh wanita. Satu dari setiap lima wanita di Amerika Serikat mengalami ISK selama kehidupan mereka. Wanita lebih beresiko terkena ISK karena uretra wanita lebih pendek dan secara anatomi dekat dengan vagina dan anus (Toto Suharyanto, Abdul Madjid, 2009)
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terdapat di rumah sakit yang paling sering terjadi di Amerika Serikat. Infeksi ini lebih dari 5 juta kunjungan dokter pertahun. Bakteri dalam urine ( bakteriuria) dapat memicu penyebaran organisme ke dalam aliran dan ginjal. Mikroorganisme paling sering masuk ke dalam saluran kemih melalui rute uretra asenden. Bakteri menempati uretra distal, genitalia eksterna dan vagina pada wanita. Organisme masuk ke dalam meatus uretra dengan mudah dan naik ke lapisan mukosa bagian menuju kandung kemih. Wanita lebih rentan terhadap infeksi karena kedekatan jarak anus dengan meatus uretra dan karena uretranya pendek. Lansia dan klien yang menderita penyakit utama yang bersifat progresif atau mengalami penurunan imunitas juga berisiko tinggi. Pada pria, sekresi prostat yang mengandung substansi antibakteri dan panjangnya uretra mengurangi kerentanan terhadap infeksi saluran kemih. Diperkirakan 20 % sampai 30 % lansia yang dirawat di rumah sakit memiliki bakteriuria yang signifikan (Potter and Perry, 2005).
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua setelah infeksi saluran nafas atas yang terjadi pada populasi dengan rata-rata 9.3% pada wanita diatas rata-rata 65 tahun dan 2.5-11% pada pria di atas 65 tahun. Infeksi saluran kemih merupakan infeksi nosokomial tersering yang mencapai kira-kira 40-60%( Jurnal Penelitian Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin 2012). Dari data Rekam Medik RSUD Labuang Baji Makassar ditemukan kasus infeksi saluran kemih pada pasien rawat inap pada tahun 2011 sebanyak 189 orang, tahun 2012 sebanyak 208 orang dan pada tahun 2013 ditemukan 230 orang yang menderita ISK. Dari data tersebut diketahui bahwa dari tahun ketahun jumlah kejadian ISK semakin meningkat.
Infeksi saluran kemih merupakan 40 % dari seluruh infeksi nosokomial dan dilaporkan 80 % ISK terjadi setelah instrumenisasi, terutama oleh kateterisasi. Infeksi ini terjadi akibat ketidakmampuan dalam mengendalikan maupun menghindari faktor risiko.
Mencermati permasalahan di atas terdapat dugaan bahwa pemasangan kateter dapat menjadi penyebab infeksi saluran kemih pada pasien yang menjalani rawat inap sehingga peneliti memandang perlu untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan pemasangan kateter dengan kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada
Infeksi saluran kemih merupakan masalah yang sering vii
Pasien Rawat Inap di RSUD
Labuang Baji Makassar”
Metode
terpasang kateter dan yang mengalami ISK maupun tidak mengalami ISK di RSUD Labuang Baji Makassar.Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu responden yang akan diteliti. Besar sampel pada penelitian ini adalah 45 orang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study untuk mengetahui hubungan variabel independen dan dependen, dengan cara observasi atau mengumpulkan data pada satu saat, artinya tiap responden hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Labuang Baji Makassar.Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tanggal 3 April 2014 – 25 April 2014.Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang terpasang kateter maupun tidak terpasang kateter dan semua yang mengalami ISK maupun tidak mengalami ISK yang dirawat di Ruang ICU, RPK, Baji Kamase, Baji Pamae, Baji Ada dan Baji Dakka di RSUD Labuang Baji Makassar sebanyak 69 orang. Sampel adalah sebagian dari pasien rawat inap yang terpasang kateter maupun tidak Hasil
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1.
Data primer diperoleh dengan melakukan observasi langsung kepada setiap responden untuk pemasangan kateter dan untuk ISK diperoleh dari pengamatan data diagnosa medis pada status responden .
2.
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari bagian-bagian yang berhubungan dengan objek penelitian seperti bagian medical record, catatan perawatan (status pasien), buku laporan dan bagian lain yang terkait.
Dalam penelitian ini diperoleh berbagai data mengenai Hubungan Pemasangan Kateter dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD Labuang Baji Makassar. Adapun hasil penelitian ini disajikan secara berurutan sesuai dengan analisis yang telah direncanakan yaitu : pertama dengan analisis univariat yang meliputi distribusi frekuensi dari data demografi responden meliputi umur, jenis kelamin, suku dan ruang rawat. Sedangkan yang terdapat pada variabel independen yaitu pemasangan kateter dan variabel dependen yaitu infeksi saluran kemih (ISK). 1.
Analisa univariat viii
Analisa univariat dalam penelitian ini akan menggambarkan distribusi frekuensi data demografi responden (umur, jenis kelamin, suku, ruang rawat), distribusi frekuensi dari variabel dependen dan variabel independen.
1.
Data demografi Data demografi responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, suku, dan ruang rawat.Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Labuang Baji Makassar. Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Umur Pada PasienRawat Inap Di RSUD Labuang Baji MakassarApril 2014 Umur (tahun)
n
%
16-35
24
53,3
36-55
12
26,7
56-75
7
15,6
76-80
2
4,4
Jumlah
45
100
Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 1 diatas, diketahui bahwa responden yang terbanyak dari seluruh sampel yaitu yang berumur 16-35 tahun, dan golongan yang terkecil adalah responden yang berumur 76-80 tahun. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD Labuang Baji MakassarApril 2014 Jenis Kelamin
n
%
Laki-laki
23
51,1
Perempuan
22
48,9
Jumlah
45
100
Sumber : Data Primer, 2014 Berdasarkan jenis kelamin dari tabel 2, diketahui bahwa dari 45 responden, responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 23 orang (51,1 %) dan responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 22 orang (48,9 %). Dari keseluruhan responden, jumlah laki-laki lebih banyak dari jumlah perempuan. vii
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Suku Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD Labuang Baji MakassarApril 2014 Suku
n
%
Makassar
34
75,6
Bugis
10
22,2
Jawa
1
2,2
Jumlah
45
100
Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan suku responden pada tabel 3 tersebut, diketahui bahwa dari 45 responden, golongan terbanyak dari responden tersebut yaitu suku Makassar sebanyak 34 orang (75,6 %) dan golongan yang terkecil yaitu suku Jawa sebanyak 1 orang (2,2 %).
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Ruang Rawat Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD Labuang Baji MakassarApril 2014 Ruang Rawat
n
%
ICU
13
28,9
RPK Baji Kamase
5
11,1
15
33,3
7
15,6
3
6,7
2
4,4
45
100
Baji Pamae Baji Dakka Baji Ada Jumlah Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan data ruang rawat pada tabel 4, diketahui dari 45 responden, golongan terbanyak dari seluruh responden yaitu yang dirawat di ruang Baji Kamase sebanyak 15 orang (33,3 %), dan golongan terkecil yaitu responden yang dirawat di ruang Baji Ada sebanyak 2 orang (4,4 %). 2.
Variabel independen dan variabel dependen
viii
Variabel independen pada peneltian yaitu pemasangan kateter dan variabel dependen yaitu infeksi saluran kemih (ISK), yang dapat dilihat distribusi frekuensinya pada tabel-tabel berikut ini. Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemasangan Kateter Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD Labuang Baji Makassar April 2014 Kateter
N
%
Terpasang
35
77,8
Tdk Terpasang
10
22,2
Jumlah
45
100
Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 5, didapatkan bahwa dari 45 responden, yang terpasang kateter sebanyak 35 orang (77,8 %) sedangkan yang tidak terpasang kateter sebanyak 10 orang (22,2 %). Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah responden yang terpasang kateter lebih banyak dari responden yang tidak terpasang kateter.
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD Labuang Baji MakassarApril 2014 ISK
n
%
ISK
8
17,8
Tdk ISK
37
82,2
Jumlah
45
100,0
Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 6, didapatkan bahwa dari 45 responden, responden yang menderita ISK sebanyak 8 orang ( 17,8 %) sedangkan yang tidak menderita ISK sebanyak 37 orang (82,2 %). Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah responden yang tidak menderita ISK lebih banyak dari responden yang menderita ISK.
ix
3.
Analisa bivariat
Pada tahap ini dilakukan analisi hubungan variabel yaitu hubungan pemasangan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih (ISK).Penilaian adanya hubungan didasarkan atas hasil uji chi-square. Tabel 7 Hubungan Antara Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD labuang Baji MakassarApril 2014 Kateter
Kejadian ISK Menderita
Jumlah
Tdk Menderita
n
%
n
%
n
%
Terpasang
2
5,7
33
94,3
35
100,0
Tdk terpasang
6
60
4
40
10
100,0
Jumlah
8
17,8
37
82,2
45
100,0
Uji statistik atau p Value
0,001
Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 7, diketahui bahwa jumlah responden yang terpasang kateter sebanyak 35 orang, adapun responden yang terpasang kateter yang menderita ISK sebanyak 2 orang (5,7 %), sedangkan responden yang terpasang kateter yang tidak mengalami ISK sebanyak 33 orang (94,3 %). Adapun responden yang tidak terpasang kateter sebanyak 10 orang, responden yang tidak terpasang kateter yang mengalami ISK sebanyak 6 orang (60 %) sedangkan responden yang tidak terpasang kateter yang tidak mengalami ISK sebanyak 4 orang (40 %). Hasil analisis ststistik dengan menggunakan Fisher Exact menunjukkan nilai p = 0,001 < α = 0,05, hal ini berarti ada hubungan bermakna antara pemasangan kateter dengan kejadian ISK. ISK sebanyak 2 orang (5,7 %), sedangkan responden yang terpasang kateter yang tidak mengalami ISK sebanyak 33 orang (94,3 %). Sementara responden yang tidak terpasang kateter sebanyak 10 orang, dimana responden yang tidak terpasang kateter yang mengalami ISK sebanyak 6 orang (60 %) sedangkan responden yang tidak terpasang kateter yang tidak mengalami ISK sebanyak 4 orang
Pembahasan Hubungan pemasangan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih (ISK) Berdasarkan hasil observasi pada 45 responden diketahui bahwa jumlah responden yang terpasang kateter sebanyak 35 orang, didapatkan bahwa responden yang terpasang kateter yang menderita x
(40 %). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemasangan kateter dengan kejadian ISK.
tumbuh di dalam urine.Jika urine mengalir kembali ke dalam kandung kemih klien, maka infeksi dapat terjadi.
Penelitian ini diperkuat oleh Getliffe (2003) dalam kutipan Potter and Perry (2010) yang mengatakan bahwa kateterisasi kandung kemih memiliki risiko infeksi saluran kemih.Setelah memasukkan kateter indwelling, pertahankan sistem drainase tertutup untuk mengurangi risiko infeksi.Kantung drainase urine tersebut dari plastik dan dapat menampung 1000-1500 ml urine.Kantung tersebut digantung di samping tempat tidur atau kursi roda tanpamenyentuh lantai.Jangan menggantung kantung pada pegangan tempat tidur karena posisinya terkadang harus ditinggikan melebihi tinggi kandung kemih.Anda dapat mengambil spesimen dari kateter tersebut tanpa membuka sistem drainase dengan menggunakan port khusus yang terdapat di selang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhlis Hartawan (2012) yang berjudul “ Hubungan Pemasangan Kateter Tetap Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih”, Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan Pemasangan Kateter (prosedur pemasangan kateter,perawatan kateter, lama kateter terpasang) dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien rawat inap RSUD Lapatarai Kabupaten Barru Propinsi Sulawesi Selatan, dengan jumlah populasi sebanyak 30 responden. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif melalui desain cross Sectional Study.Sampel ditarik secara total sampling dengan jumlah 30 responden. Hasil analisis bivariat diperoleh ada hubungan antara pemasangan kateter dengan kejadian ISK (ρ = 0,007<α =0,05), terdapat hubungan antara perawatan kateter dengan kejadian ISK (ρ = 0,035<α =0,05) dan terdapat hubungan antara lama kateter terpasang dengan kejadian ISK (ρ =0,003<α =0,05). Disimpulkan bahwa ada hubungan antara pemasangan kateter, perawatan kateter, dan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien rawat inap di RSUD Lapatarai Kabupaten Barru. Teori tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang diperoleh bahwa dari 6,2 % responden yang terpasang kateter mengalami ISK, karena tindakan pemasangan kateter dapat menjadi akses masuknya mikroorganisme ke
Menjaga sisitem drainase urine tetap tertutup sangat penting dalam pengendalian infeksi. Sistem yang terganggu akan menyebabkan masuknya mikroorganisme. Lokasi yang berisiko adalah lokasi insersi kateter, kantung drainase, keran,percabangan selang, serta percabangan antar selang dan kantung. Selain itu, awasilah kepatenan sistem untuk mencegah penumpukanurine di dalam selang.Urine di kantung drainase merupakan media pertumbuhan mikroorganisme.Bakteri dapat menyebar ke atas selang drainase dan vii
dalam saluran kemih. Lokasi kateter yang berisiko adalah lokasi insersi kateter, kantung drainase, keran, serta percabangan antara selang dan kantung. Kejadian infeksi tersebut dapat terjadi jika tidak mewaspadai terjadinya penumpukan urine di Simpulan Ada hubungan antara pemasangan kateter dengan infeksi saluran kemih (ISK).
dalam selang. Urine di kantung drainase merupakan pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri dapat menyebar ke atas selang drainase dan tumbuh di dalam urine. Jika urine mengalir kembali ke dalam kandung kemih, maka infeksi dapat terjadi. Daftar Pustaka Ali, Zaidin. 2002. Dasar Keperawatan Profesional. EGC, Jakarta Arisandy, Nopi.2013.Hubungan Lamanya Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Raway Inap di Rumah Sakit Daerah Ulin Banjarmasin 2013. Diakses tanggal 25 Januari 2014
Saran 1.
2.
3.
Kejadian infeksi saluran kemih dapat terjadi pada tindakan pemasangan kateter, tapi dengan perawatan kateter, jenis kateter dan lama terpasangnya kateter dapat mencegah terjadinya infeksi saluran kemih.
Baradero, Mary,dkk. 2008. Klien Gangguan Ginjal.EGC,Jakarta Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Bagi pihak RSUD Labuang Baji Makassar agar meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat terkait dengan pengendalian kejadian infeksi saluran kemih pada pemasangan kateter sehingga dapat memberikan manfaat bagi pasien dan masyarakat dengan mengurangi lama perawatan atau mencegah bertambahnya hari perawatan akibat dari infeksi saluran kemih sehingga dapat menghemat biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan dan perawatan.
Hidayat, A. Aziz. 2011. Metode Penelitian keperawatan dan Teknik Analisis Data. Edisi Pertama. Salemba Medika, Jakarta Hartawan, Muhlis, dkk. 2012. Hubungan Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Lapatarri kabupaten Barru. http : //library. Stiknesnh.ac.id. Diakses tanggal 28 Desember 2013
Untuk peneliti selanjutnya yang berminat meneliti tentang hubungan kejadian infeksi saluran kemih di rumah sakit selain pemasangan kateter. viii
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius, Jakarta
Fundamental Keperawatan. Edisi 7 Buku 3. Salemba Medika, Jakarta
Marlina, Rani Samad. 2012. Jurnal Hubungan Pemasangan Kateter dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih. http://jurnal.unimus.aci d. Diakses tanggal 25 Januari 2014
Potter, Patricia A dan Perry, Anne G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. EGC, Jakarta
O’callogan, C. A. 2009. At a Glance Sistem Ginjal. Erlangga, Jakarta
Suharyanto, Toto dan Madjid, Abdul. 2009. Asuhan Keperawtan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. TIM, Jakarta
Rekam Medik RSUD Labuang Baji Makassar
Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis proses-proses penyakit : Pathophysiologi Clinical Concept of Disese Process. Lih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi : 4. EGC, Jakarta
Smaltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Alih Bahasa: Agung Waluyo. Edisi 8. EGC, Jakarta Tessy, Agus dan Ardaya, Suwanto. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran kemih. Edisi 3. FKUI, Jakarta
Puji, Esse P, dkk. 2014. Pedoman Penulisan Skripri. Edisi 10. STIK Makassar, Makassar Potter, Patricia A dan Perry, Anne G. 2010.
vii