ANALISIS KINERJA PERAWAT PELKASANA DALAM PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANGAN RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR Sarnita1, Yasir haskas2 1
STIKES Nani Hasanuddin Makassar Nani Hasanuddin Makassar
2STIKES
ABSTRAK Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu ,tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan proses keperawatan di ruangan inap RSUD Labuang baji Makassar. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 2 juni 2013 sampai dengan 16 juni 2013 dengan populasi perawat yang bekerja di ruangan Inap Rumah Sakit Labuang Baji Makassar. Pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 56 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner,kemudian data diolah dengan menggunakan program komputer SPSS for windows versi 16.0.uji statistik Chi-square. Hasil uji bivariat menunjukan ada hubungan kinerja perawat pelaksana dengan penerapan proses keperawatan dengan nilai p = 0,001 lebih kecil dari nilai ὰ = 0,05. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah ada hubungan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan proses keperawatan di ruangan rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar. Mengingat pada penelitian ini hanya dengan jumlah sampel yang standar diharapkan penelitian selanjutnya dengan sampel yang lebih besar. Kata kunci : Kinerja perawat, Proses keperawatan , Ruangan rawat inap.
PENDAHULUAN Tenaga perawat yang merupakan “The caring profession” mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding pelayanan lainnya Penelitian tentang waktu kerja produktif personil Puskesmas di Indonesia pada tahun 2006 ditemukan bahwa waktu kerja produktif personil adalah 53,2% dan sisanya 46,8% digunakan untuk kegiatan non produktif. Dari 53,2% kinerja produktif, hanya 13,3% waktu yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan, sedangkan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang pelayanan kesehatan. (Anonim, 2011) Kinerja perawat adalah penampilan hasil karya dari perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan. Kinerja seorang perawat dapat dilihat dan dinilai sesuai dengan peran fungsi sebagai asuhan keperawatan. Berdasarkan penilaian kinerja perawat untuk mengetahui kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien digunakan indikator kinerja perawat
menurut Direktorat pelayanan dan Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Tahun 2001 menyatakan bahwa penilaian kinerja perawat terhadap mutu asuhan keperawatan dilakukan melalui penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) pada pedoman studi dokumentasi asuhan keperawatan, evaluasi persepsi pasien/keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan dan evaluasi tindakan perawat berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) (Depkes, 2001). Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (PMKK) adalah suatu upaya peningkatan kemapuan manajerial dan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan di sarana/institusi pelayanan kesehatan untuk mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu, PMKK sangat berperan untuk tercapainya indikator standar pelayanan minimal (SPM) kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh perawat. Di sarana pelayanan kesehatan, mengingat perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang berjumlah 40% dari seluruh kategori tenaga kesehatan (DinKes Sulsel,2012) Di rumah sakit Labuang Baji Makassar terdapat 132 orang tenaga perawat pada unit rawat inap dan 123 orang tenaga perawat unit rawat jalan. Mengingat bahwa kinerja perawat
474 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
di RSUD Labuang baji belum maksimal terutama yang berhubungan dengan disiplin, keterampilan, kerja sama, tanggung jawab dan sikap caring sehingga pelaksanaan proses keperawatan kelihatannya belum optimal terutama yang menyangkut pelaksanaan pengkajian, rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi hasil tindakan keperawatan. Jika hal ini tidak mendapat perhatian dari pihak manajemen rumah sakit maka BAHAN DAN METODE Lokasi, Populasi, dan Sampel Berdasarkan ruang lingkup permasalahan dan tujuan penelitian maka penelitian ini menggunakan desain penelitian Deskriptive Analitik dengan pendekatan Cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RSUD Labuang baji makassar pada tahun 2013.Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja di ruangan rawat inap Rumah Sakit Labuang Baji Makassar sebanyak 132 perawat pada Tahun 2013. Besar sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di ruangan rawat inap Rumah Sakit Labuang Baji Makassar sebanyak 56 perawat pada Tahun 2013. Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bagian administrasi RSUD Labuang baji Makassar Tahun 2013. Pengelolahan data dengan: 1. Editing Editing dilakukan untuk memeriksa ulang atau mengecek jumlah dan meneliti kelengkapan pengisian kuisioner apakah setiap pertanyaan sudah dijawab dengan benar. 2. Koding Setelah data masuk setiap jawaban dikonversi kedalam angka-angka dan diberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban sehingga memudahkan dalam pengelolaan data selanjutnya. 3. Tabulasi data Tabulasi dilakukan untuk memudahkan dalam pengelolaan data kedalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, tabel mudah untuk dianalisis. Tabel tersebut dapat berupa tabel sederhana maupun tabel silang. Analisis data Setelah memperoleh nilai skor tiap variable penelitian, dilakukan analisis untuk melihat tampilan distribusi frekuensi dan persentasi dari tiap variable independent dan
dependen. Kemudian hasil data tersebut dimasukan kedalam program SPSS versi 16.0. Data dianalisis melalui persentase dan perhitungan jumlah dengan cara sebagai berikut : a) Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini akan menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel yang diteliti. b) Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel dependen dengan uji chi-square. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat. Analisis univariat pada penelitian ini bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel independen yaitu tanggung jawab, kerjasama, kedisiplinan dan keterampilan serta variabel dependen yaitu penerapan proses keperawatan. Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan tanggung jawab di ruangan rawat inap RUSD Labuang Baji Makassar. Tanggung Jawab n % Baik 45 80,4 Kurang 11 19,6 Jumlah 56 100,0 Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat pelaksana di ruangan inap RSUD Labuang baji Makassar memiliki tanggung jawab yang baik yaitu sebanyak 45 responden (80,4%) dan hanya sebagian kecil responden dengan tanggung jawab yang kurang yaitu 11 responden (19,6%). Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan kerjasama di Ruangan rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar Kerjasama n (%) Baik 51 91,1 Kurang 5 8,9 Jumlah 56 100,0 Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat pelaksana di ruangan inap RSUD Labuang baji Makassar memiliki kerjasama yang baik yaitu sebanyak 51 responden (91,1%), dan hanya sebagian kecil perawat memiliki kerjasama yang kurang yaitu 5 responden (8,9%). Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan kedisiplinan di Ruangan rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
475
Kedisiplinan Baik Kurang Jumlah
n 45 11 56
% 80,4 19,6 100,0
Tabel 6. Hubungan tanggung jawab dengan penerapan proses keperawatan di ruangan inap RSUD Labuang Baji Makassar Penerapan proses keperawatan
Dari tabel 3 di atas, diketahui bahwa sebagian besar perawat di ruangan inap RSUD Labuang baji Makassar memiliki kedisiplinan yang baik dan buruk, yang mana perawat dengan kedisiplinan yang baik sebanyak 45 responden (80,4%), sedangkan perawat dengan kedisiplinan yang kurang sebanyak 11 (19,6%). Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan keterampilan di ruangan rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar Keterampilan n % Baik 46 82,1 Kurang 10 17,9 Jumlah 56 100,0 Dari tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa perawat di ruangan inap RSUD Labuang Baji Makassar yang memiliki keterampilan yang baik adalah 46 responden (82,1%), sedangkan perawat yang memiliki keterampilan yang kurang adalah 10 responden (17,9%) Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan penerapan proses keperawatan di ruangan inap RSUD Labuang Baji Makassar Penerapan proses n % keperawatan Cukup 39 69,6 Kurang 17 30,4 Jumlah 56 100,0 Berdasarkan tabel 5 di atas, diketahui bahwa perawat di ruangan inap RSUD Labuang baji Makassar yang mempunyai penerapan proses keperawatan yang cukup adalah sebanyak 39 responden (69,6%) sedangkan responden dengan penerapan proses keperawatan yang kurang adalah sebanyak 17 responden (30,4%). 2. Analisis Bivariat Untuk menilai hubungan tanggung jawab, kerjasama, kedisiplinan dan keterampilan dengan penerapan proses keperawatan, maka dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik statistic chi square dengan tingkat kemaknaan 5% (α : 0,05).
476
Tanggung jawab
Cukup
Kurang
Total
n
%
n
%
n
%
Baik
36
64,3
9
16,1
45
80,4
Kurang
3
5,4
8
14,3
11
19,6
Total
39
69,6 17
30,4
56 100,0
p =0,001
Dari tabel 6 didapatkan bahwa dari 56 responden yang diteliti, terdapat 39 responden yang memiliki penerapan proses keperawatan yang cukup, 36 responden diantaranya memiliki tanggung jawab yang baik dan 3 responden diantaranya memiliki tanggung jawab yang kurang, dan diketahui 17 responden memiliki proses keperawatan yang kurang, 9 responden diantaranya memiliki tanggung jawab yang baik dan 8 responden diantaranya memiliki tanggung jawab yang kurang. Berdasarkan nilai hasil uji statistic chi square diperoleh nilai p : 0,001 yang berarti lebih kecil dari nilai α (0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tanggung jawab dengan penerapan proses keperawatan di ruangan inap RSUD Labuang baji Makassar sehingga Ha di terima dan H0 di tolak. Tabel 7.. Hubungan kerjasama dengan penerapan proses keperawatan di ruangan inap RSUD Labuang Baji Makassar Penerapan proses keperawatan Kerjasama
Baik
Cukup n
%
39
69,6
Kurang
0
0
Total
39
69,6
Kurang n
Total
%
n
%
12 21,4
51
91,1
8,9
5
8,9
17 30,4
5
56
100,0
p =0,002
Dari tabel 7, didapatkan bahwa dari 56 responden yang diteliti, terdapat 39 responden yang memiliki penerapan proses keperawatan yang cukup, 39 responden diantaranya memiliki kerjasama yang baik dan tidak ada responden yang memiliki kerjasama yang
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
kurang, dan diketahui 17 responden memiliki proses keperawatan yang kurang, 12 responden di antaranya memiliki kerjasama yang baik dan 5 responden diantaranya memiliki kerjasama yang kurang. Berdasarkan nilai hasil uji statistic chi square diperoleh nilai p : 0,002 yang berarti lebih kecil dari nilai α (0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kerjasama dengan penerapan proses keperawatan di ruangan inap RSUD Labuang baji Makassar. Tabel 8. Hubungan kedisiplinan dengan penerapan proses keperawatan di ruangan inap RSUD Labuang Baji Makassar Penerapan proses keperawatan Kedisip linan
Cukup
Kurang
Total
n
%
n
%
n
%
Baik
36
64,3
9
16,1
45
80,4
Kurang Total
3
5,4
8
14,3
11
19,6
39
69,6
17
30,4
56 100,0
p =0,001
Dari tabel 8, didapatkan bahwa dari 56 responden yang diteliti, terdapat 39 responden yang memiliki penerapan proses keperawatan yang cukup, 36 responden diantaranya memiliki kedisiplinan yang baik dan 3 responden diantaranya memiliki kedisiplinan yang kurang, dan diketahui 17 responden memiliki proses keperawatan yang kurang, 9 responden diantaranya memiliki kedisiplinan yang baik dan 8 responden diantaranya memiliki kedisiplinan yang kurang. Berdasarkan nilai hasil uji statistic chi square diperoleh nilai p : 0,001 yang berarti lebih kecil dari nilai α (0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kedisiplinan dengan penerapan proses keperawatan sehingga Ha di terima dan H0 di tolak. Tabel 9. Hubungan keterampilan dengan penerapan proses keperawatan di ruangan inap RSUD Labuang baji Makassar
Penerapan proses keperawatan Keterampilan
Cukup
Kurang
Total
n
%
n
%
n
%
Baik
37
66,1
9
16,1
46
82,1
Kurang
2
3,6
8
14,3
10
17,9
Total
39
69,6
17 30,4
56 100,0
p =0,001
Dari tabel 9 didapatkan bahwa dari 56 responden yang diteliti, terdapat 39 responden yang memiliki penerapan proses keperawatan yang cukup, 37 responden diantaranya memiliki keterampilan yang baik dan 2 responden diantaranya memiliki keterampilan yang kurang, dan diketahui 17 responden memiliki proses keperawatan yang kurang, 9 responden diantaranya memiliki keterampilan yang baik dan 8 responden diantaranya memiliki keterampilan yang kurang. Berdasarkan nilai hasil uji statistic chi square diperoleh nilai p : 0,001 yang berarti lebih kecil dari nilai α (0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara keterampilan dengan penerapan proses keperawatan sehingga Ha di terima dan H0 di tolak. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penyajian yang telah dilakukan diatas dapat diperoleh beberapa informasi berupa fakta-fakta yang ada dilapangan. 1. Hubungan tanggung jawab dengan penerapan proses keperawatan di ruangan inap RSUD Labuang Baji Makassar. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden memiliki tanggung jawab yang baik 80,4% dan hanya 19,6% responden yang memiliki tanggung jawab yang kurang. Sedangkan analisis bivariat menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji statistic chi square. Nilai yang dipakai adalah pada nilai Pearson Chi-Square . Nilai significancy-nya adalah 0,001, Karena Nilai α<0,05 Dengan demikian di katakan ada hubungan antara tanggung jawab dengan penerapan proses keperawatan sehingga Ha diterima dan Ho ditolak dengan Interpretasi ”Ditemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tanggung jawab dengan penerapan proses keperawatan di ruangan rawat inap RSUD Labuang Baji”. Hal ini didukung oleh pendapat berten yang menyatakan
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
477
bahwa perawat di tuntut untuk bertanggung jawab dalam setiap tindakannya khususnya selama melaksanakan tugas di rumah sakit, puskesmas, panti, klinik atau masyarakat. Meskipun tidak dalam rangka tugas atau tidak sedang melaksanakan dinas, perawat di tuntut untuk bertanggung jawab dalam tugas-tugas yang melekat dalam diri perawat. Perawat memiliki peran dan fungsi yang sudah di sepakati. Perawat sudah berjanji dengan sumpah perawat bahwa ia akan senantiasa melaksanakan tugas-tugasnya. Dari hasil penelitian ini, masih didapatkan responden yang memiliki tanggung jawab yang baik, namun penerapan proses keperawatan masih kurang. Hal ini mungkin disebabkan karena responden tersebut memiliki kinerja yang buruk. Oleh karena itu, responden tersebut perlu diberikan bimbingan yang lebih luas lagi tentang kinerja perawat dan juga diberikan pelatihan yang baik. Hasil yang sama diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Riyadi (2009) tentang tanggung jawab perawat yang menunjukkan bahwa tanggung jawab mempunyai peranan penting dalam memberikan asuhan/pelayanan keperawatan, meningkatkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan diri sebagai profesi. Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat-pendapat di atas, maka peneliti berpendapat bahwa semakin baik tanggung jawab seseorang semakin baik pula kinerjanya dalam penerapan proses keperawatan. 2. Hubungan kerjasama dengan penerapan proses keperawatan di ruangan inap RSUD Labuang Baji Makassar. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar responden 91,1% telah memiliki kerjasama yang baik dan hanya 8,9% responden yang memiliki kerjasama kurang. Sedangkan analisis bivariat menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji statistic chi square. Nilai yang dipakai adalah pada nilai Pearson ChiSquare . Nilai significancy-nya adalah 0,002, Karena Nilai α<0,05 Dengan demikian di katakan ada hubungan antara kerjasama dengan penerapan proses keperawatan sehingga Ha diterima dan Ho ditolak dengan Interpretasi ”Ditemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kerjasama dengan penerapan proses keperawatan di ruangan rawat inap RSUD Labuang Baji”. Dalam kerjasama
478
sesama tim, semua perawat harus berprinsip dan ingat bahwa fokus dan semua upaya yang dilakukan adalah mengutamakan kepentingan pasien serta kualitas proses keperawatan dan semua perawat harus mengadakan komunikasi secara efektif. (anonim, 2012). Demikian pula dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Andarika (2007) tentang Kerja sama seorang perawat yang menyimpulkan bahwa seorang perawat tidak ada yang dapat berdiri sendiri melakukan segala aktivitas dalam menghadapi pasien, tanpa kerjasama dengan pasien itu sendiri.. Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat-pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa dalam menjalankan preses keperawatan, perawat selalu mengadakan hubungan dengan pasien. Peningkatan hubungan antar perawat dan pasien dapat dilakukan melalui penerapan proses keperawatan karena kerjasama merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan kinerja seorang perawat. 3. Hubungan kedisiplinan dengan penerapan proses keperawatan di ruangan inap RSUD Labuang Baji Makassar. Berdasarkan analisis univariat menunjukkan bahwa jumlah responden dengan kedisplinan yang baik sebanyak 80,4% dan responden dengan kedisiplinan yang kurang sebanyak 19,6%. Sedangkan analisis bivariat menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji statistic chi square. Nilai yang dipakai adalah pada nilai Pearson Chi-Square . Nilai significancynya adalah 0,001, Karena Nilai α<0,05 Dengan demikian di katakan ada hubungan antara kedisiplinan dengan penerapan proses keperawatan sehingga Ha diterima dan Ho ditolak dengan Interpretasi ”Ditemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kedisiplinan dengan penerapan proses keperawatan di ruangan rawat inap RSUD Labuang Baji”. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh Afinda (2008) yang juga meneliti tentang kedisiplinan perawat, dimana tidak ada hubungan yang bermakna antara kedisiplinan dengan penerapan proses keperawatan. Adanya pertentangan antara hasil penelitian ini dengan hasil penelitian Afinda mungkin disebabkan karena karakteristik responden yang berbeda-beda. Mungkin pula disebabkan karena kuisioner penelitian ini yang tidak akurat sehingga
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
hasilnya tidak sama walaupun sudah diuji validitasnya. Hal ini di dukung oleh pendapat George yang menyatakan bahwa disiplin proses keperawatan sebagai interaksi total yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antar perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut, tindakan yang harus dilakukan, dan mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tindakan yang tepat. (Sugiono,2007) Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat-pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa kedisiplinan tenaga perawat sangat berperan dalam meningkatkan efektifitas dalam menjalankan penerapan proses keperawatan. 4. Hubungan keterampilan dengan penerapan proses keperawatan di ruangan inap RSUD Labuang Baji Makassar. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki keterampilan yang baik 82,1% dan hanya sebagian kecil responden 17,9% yang memiliki keterampilan yang kurang. Sedangkan analisis bivariat menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji statistic chi square. Nilai yang dipakai adalah pada nilai Pearson Chi-Square . Nilai significancy-nya adalah 0,001, Karena Nilai α<0,05 Dengan demikian di katakan ada hubungan antara keterampilan dengan penerapan proses keperawatan sehingga Ha diterima dan Ho ditolak dengan Interpretasi ”Ditemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara keterampilan dengan penerapan proses keperawatan di ruangan rawat inap RSUD Labuang Baji” Menurut Garry Dessler (2002) keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan pengetahuan kedalam bentuk tindakan. Keterampilan seorang perawat di peroleh melalui pendidikan dan latihan. Hasil yang sama pada penelitian yang dilakukan oleh Roslin (2008) tentang keterampilan seorang perawat dalam pelayanan asuhan keperawatan yang menyatakan bahwa keterampilan yang dimiliki oleh seorang perawat memberi
pengaruh terhadap kualitas kerja dalam memberikan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Keterampilan yang baik akan menghasilkan kinerja yang baik dan keterampilan yang kurang akan menghasilkan kinerja yang kurang. Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa dalam meningkatkan penerapan proses keperawatan maka salah satu faktor penunjang adalah tingkat keterampilan perawat itu sendiri. Semakin tinggi tingkat keterampilan seorang perawat, maka akan dapat meningkatkan proses keperawatan. KESIMPULAN Dari hasil penelitian tentang “Analisis Kinerja Perawat Pelaksana Dalam Penerapan Proses Keperawatan Di Ruangan Rawat Inap Rsud Labuang Baji Makassar” yang dilaksanakan pada tanggal 2 Juni sampai 16 Juli 2013 dengan sampel sebanyak 56 orang, sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 5. Ada hubungan antara tanggung jawab dengan penerapan proses keperawatan di ruangan inap RSUD Labuang Baji Makassar 6. Ada hubungan antara kerjasama dengan penerapan proses keperawatan di ruangan inap RSUD Labuang Baji Makassar 7. Ada hubungan antara kedisplinan dengan penerapan proses keperawatan di ruangan inap RSUD Labuang Baji Makassar 8. Ada hubungan antara keterampilan dengan penerapan proses keperawatan di ruangan inap RSUD Labuang Baji Makassar SARAN 1. Kepada instansi kesehatan khususnya bidang keperawatan untuk memperhatikan kinerja perawat dalam penerapan proses keperawatan. 2. Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu bagi peneliti selanjutnya perlu lebih mengembangkan kuisioner, memperluas sampel, dan menggunakan waktu sebaik mungkin sehingga hasil yang didapat lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA Agus Kuntoro. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Buku kedokteran EGC,
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
479
A. Aziz Alimul Hidayat 2010. Metode Penelitian Kesehatan, Health Books Publishing. Surabaya Data sekunder Rumah Sakit Labuang Baji Makassar, 2013 Deswani, 2009, Proses Keperawatan dan Berpikir kritis. Jakarta : Salemba Medika Kakilima. 2008. Defenisi Proses, (online), (http://kakilimasubang.wordpress.com, sitasi tanggal 9 juli 2008) Khairulmaddy. 2009. Pengertian Kerja sama, (online), management/entrepreneurship, sitasi tanggal 06 november 2009)
(http://id.shvoong.com/business-
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Buku Kedokteran EGC M.Yani. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Mitra Wacana Media Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan. ,Jakarta : Salemba Medika Paula J.Christensen & Janet W.Kenney. 2009. Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual, Ed.4. akarta: Buku Kedokteran EGC Psyhologimania. 2012. Instalasi Rawat Inap, (online), (http://www.psychologymania.com, sitasi tanggal november 2012) Ragil Yuli Atmoko, 2010, Caring dalam Konsep Keperawatan, Mahasiswa UI program S1 Keperawatan, (online), (http://dummiesboy.wordpress.com, sitasi tanggal 18 november 2010) Robert L.Mathis, Jhon H.Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Salemba Empat Vhy purple. 2010. Peran Perawat Pelaksana, (online), (http://vhypurple.blogspot.com, sitasi tanggal 26 november 2010) Zulmar. 2013. Defenisi penerapan, (online), (http://id.answers.yahoo.com/question, 2013)
sitasi tanggal 21 januari
480 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721