HUBUNGAN PENERAPAN METODE TIM DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP INTERNA DI RSUD DAYA KOTA MAKASSAR Mar’ah Tussaleha1, Erna Kadrianti2 1
STIKES Nani Hasanuddin Makassar Nani Hasanuddin Makassar
2 STIKES
ABSTRAK Metode tim adalah Metode penugasan pemberian asuhan keperawatan, dimana kepala ruangan membagi perawat pelaksana dalam beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh seorang perawat pelaksana terdiri dari berbagi latar belakang pendidikan dan kemampuannya (Manurung, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penerapan metode tim dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap interna di RSUD Daya Kota Makassar. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Juli 2013 sampai 23 Juli 2013. Penelitian ini mengunakan metode penelitian Deskritif dengan pendekatan Cross Sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 responden. Pemilihan sampel dilakukan dengan Purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji statistic chi-square, dengan tingkat kemaknaan α=0,05. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara hubungan interpersonal, komunikasi, tanggung jawab dengan kinerja perawat, dengan nilai kemaknaan p=0,032, p=0,013, p=0,013, dimana nilai p lebih kecil dari a=0,05. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara hubungan interpersonal, komunikasi, tanggunggung jawab dengan kinerja perawat pelaksana diruang rawat inap interna di RSUD Daya Kota Makassar. Adapun saran, perlunya perawat melakukan upaya peningkatan diri baik pengetahuan maupun keterampilan melalui jenjang formal dan non formal guna mendukung upaya pencapaian kinerja yang lebih baik lagi. . Kata Kunci : Hubungan Interpersonal, Komunikasi, Tanggung Jawab, Kinerja Perawat
PENDAHULUAN Kinerja perawat merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas (Swanburg, 1987). Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi (Nursalam, 2011: 287). Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di rumah sakit karena selain jumlahnya yang dominan (55-65%) juga merupakan profesi yang memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus 24 jam kepada pasien setiap hari. Oleh karena itu, pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan jelas mempunyai kontribusi yang sangat menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit. Sehingga setiap upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan (Achir Yani, 2007).
World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 tersebut menjelaskan bahwa India telah menghasilkan sekitar 1,7 juta perawat terlatih sejak tahun 1947 sedangkan di Amerika Serikat diperkirakan akan mengalami penurunan 29 persen jumlah perawat hingga tahun 2020 (Kumar, 2013). Menurut data PPNI, jumlah perawat di indonesia saat ini 625.000 orang. Jumlah ini sebenarnya masih jauh dari jumlah ideal perawat jika dibandingkan dengan jumlah penduduk.idealnya dengan jumlah penduduk 241 juta jiwa. maka jumlah perawat seharusnya 2 juta orang. Penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Keperawatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia bekerja sama dengan World Health Organization (WHO) tahun 2000 di Provinsi Kalimantan Timur,Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Jawa Barat dan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta menemukan bahwa 70% perawat selama 3 tahun terakhir tidak pernah mengikuti pelatihan, 39,8% masih melakukan tugas-tugas kebersihan, 47,4% perawat tidak
278 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 3 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
memiliki uraian tugas dan belum dikembangkan monitoring dan evaluasi kinerja perawat khususnya mengenai keterampilan, sikap, kedisiplinan dan motivasi kerjanya (Jaiz, 2007) Berdasarkan informasi dari seksi kepegawaian mengatakan bahwa jumlah perawat di rawat inap interna di RSUD Daya Kota Makassar berjumlah 35 orang, distribusi status kepegawaian perawat kedua ruangan keperawatan tersebut, diruang rawat inap interna Pegawai Negeri Sipil (PNS) berjumlah 16 perawat, Pegawai Tidak Tetap (PTT) berjumlah 12 perawat dan 7 dan latar belakang pendidikan dari kedua ruang rawat inap tersebut rata – rata DIII Keperawatan dan untuk S1 dan Nersnya sangat kurang (Data RSUD Daya Kota Makassar,2012). Penerapan metode keperawatan tim, anggota staf dibagi ke dalam kelompok kecil yang bertanggung jawab secara penuh terhadap keperawatan dibeberapa pasien.salah satu tujuan dari metode tim adalah mengurangi fragmen keperawatan yang ditemukan pada metode fungsional juga lebih memberikan pendekatan komprehensif, perawatan holistic (Marquis,2000 :189) Sheward, (2005) dalam Achir Yani (2007) mengatakan bahwa perawat yang bekerja lembur terus menerus atau bekerja tanpa dukungan yang memadai cenderung untuk banyak tidak masuk kerja dan kondisi kesehatan yang buruk. Hasil penelitian Puskesmas terpencil di 10 Propinsi, 20 Kabupaten dan 60 Puskesmas, oleh Depkes. RI dan Universitas Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa : (1) 69% menyatakan Puskesmas tidak mempunyai sistem penghargaan bagi perawat; (2) 78,8% melaksanakan tugas petugas kebersihan; (3) 63,6% melakukan tugas administrasi; (4) lebih dari 90% perawat melakukan tugas non keperawatan (menetapkan diagnosis penyakit, membuat resep obat, melakukan tindakan pengobatan), sementara hanya sekitar 50% melakukan asuhan keperawatan yang sesuai dengan peran dan fungsinya. Penerapan metode tim menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbedabeda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.perawatan ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/group yang terdiri dari perawatan profesional,tehnikal dan pembantu dalam satu group kecil yang saling membantu.Metode ini didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi.
Tuntutan kerja terhadap kinerja perawat dirasa tidak cukup sebanding dengan kompensasi yang diberikan rumah sakit. Keluhan perawat akan kondisi pekerjaan dan belum adanya penghargaan atas hasil kerja merupakan salah satu pemicu rendahnya kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Salah satu upaya untuk dapat meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja perawat adalah dengan menerapkan suatu metode dan memberikan penghargaan secara adil. Selain itu, meningkatkan kesejahteraan perawat dan memberikan kesempatan perawat untuk mengembangkan diri atau dengan cara-cara yang lain dalam usaha meningkatkan kepuasan perawat. Pimpinan rumah sakit dituntut untuk peka terhadap kepentingan karyawannya. Disini pendekatan bukan hanya terhadap karyawan tetapi juga terhadap keluarga dan lingkungan. Pimpinan rumah sakit harus memberikan cukup perhatian pada kondisi kerja yang berpotensi menimbulkan ketidakpuasan kerja sehingga dapat menurunkan kualitas asuhan keperawatan. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Penerapan Metode Tim Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Interna Di RSUD Daya Kota Makassar”. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel Berdasarkan ruang lingkup permasalahan dan tujuan penelitian maka penelitian ini menggunakan desain penelitian Deskriptive Analitik dengan pendekatan Cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Daya Kota Makassar Sulawesi Selatan pada tgl 16 Juli – 23 Juli 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai interna RSUD Daya Kota Makassar, dengan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 35 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Kriteria inklusi 1. Perawat pelaksana di ruang inap interna RSUD Daya Kota Makassar 2. Perawat yang memberikan asuhan keperawatan secara langsung kepada pasien. 3. Bersedia untuk menjadi responden. Kriteria Ekslusi 1. Perawat yang tidak pengumpulan data
hadir
pada
saat
279 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 3 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
2. Perawat yang tidak memberikan asuhan keperawatan secara langsung kepada pasien 3. Tidak bersedia menjadi responden Pengumpulan data 1. Data Primer. Pengumpulan data melalui kuesioner di maksudkan untuk mengetahui hubungan antara interpersonal, komunikasi, tanggung jawab personil dengan kinerja perawat pelaksana di ruang inap interna dirumah sakit RSUD Daya Kota Makassar, sehingga dapat dipertanggung jawabkan. 2. Data Sekunder. Data ini diperoleh dari instansi yang terkait, yaitu RSUD Daya Kota Makassar. Pengolahan data Adapun langkah pengolahahan data dilakukan dengan : 1. Editing Setelah data terkumpul, maka dilakukan pemeriksaan kelengkapan pengisian kuesioner, kejelasan dan keseragaman data. 2. Koding Tahap pengkodean kuesioner dengan memberikan tanda atau kode tertentu terhadap data yang telah diedit sehingga memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya. 3. Tabulasi Data Tabulasi data dilakukan dengan mengelompokkan data ke dalam bentuk tabel yang memuat sifat masing-masing variabel untuk memudahkan dalam pengolahan data. Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian untuk memperlihatkan distribusi n dan persentase dari setiap variabel. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan dari tiap variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan (α = 0,05). HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur Perawat Perlaksana di Ruang Rawat Inap Interna RSUD Daya Kota Makassar
Kelompok Umur 22-26 27-30 >30 Total
n 13 14 8 35
% 37.1 40.0 22.9 100.0
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa responden dengan kelompok umur antara 22-26 tahun berjumlah 13 orang (37,1%), kelompok umur 27-30 tahun berjumlah 14 orang (40,0%), dan kelompok umur >30 tahun berjumlah 8 orang (22,9%). Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Perawat Perlaksana di Ruang Rawat Inap Interna RSUD Daya Kota Makassar Jenis Kelamin n % Laki-laki Perempuan
2 33
5.7 94.3
Total
35
100.0
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 2 orang (5,7%), dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 33 orang (94,3%). Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Perawat Perlaksana di Ruang Rawat Inap Interna RSUD Daya Kota Makassar Pendidikan n % SPK 1 2.9 D3 Kep 17 48.6 S1 Kep 16 45.7 SKM 1 2.9 Total 35 100.0 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan SPK dan SKM masing-masing berjumlah 1 orang (2,9%), sementara yang berpendidikan D3 Kep berjumlah 17 orang (48,6%), dan yang berpendidikan S1 Kep berjumlah 16 0rang (45,7%). Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Hubungan Interpersonal Perawat Perlaksana di Ruang Rawat Inap Interna RSUD Daya Kota Makassar Hubungan n % Interpersonal Baik Kurang
28 7
80.0 20.0
Total
35
100.0
280 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 3 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang memiliki hubungan interpersonal yang baik berjumlah 28 orang (80,0%), sedangkan yang memiliki hubungan interpersonal yang kurang berjumlah 7 orang (20,0%).
Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Interna Di RSUD Daya Kota Makassar Kinerja Perawat Hubungan Interpersonal
Baik Kurang
27 8
77.1 22.9
Total
35
100.0
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang memiliki komunikasi yang baik berjumlah 27 orang (77,1%), sedangkan yang memiliki komunikasi yang kurang berjumlah 8 orang (22,9%). Tabel 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tanggung Jawab Perawat Perlaksana di Ruang Rawat Inap Interna RSUD Daya Kota Makassar Tanggung Jawab n % Baik Kurang
30 5
85.7 14.3
Total
35
100.0
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa responden yang memiliki tanggung jawab yang baik berjumlah 30 orang (85,7%), sedangkan yang memiliki komunikasi yang kurang berjumlah 5 orang (14,3%). Tabel 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Kinerja Perawat Perlaksana di Ruang Rawat Inap Interna RSUD Daya Kota Makassar Kinerja Perawat n % Baik 19 54.3 Kurang 16 45.7 Total 35 100.0 Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa responden yang memiliki kinerja yang baik berjumlah 19 orang (54,3%), sedangkan yang memiliki kinerja yang kurang berjumlah 16 orang (45,7%). 2. Analisis Bivariat Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Interpersonal Dengan Kinerja
Kurang Total
Kurang
n
%
18 51.4 10 28.6
28
80.0
1
17.1
7
20.0
19 54.3 16 45.7
35
100
n Baik
Tabel 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Komunikasi Perawat Perlaksana di Ruang Rawat Inap Interna RSUD Daya Kota Makassar Komunikasi n %
Baik
Total
%
2.9
n
6
%
p = 0,032
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa dari 35 responden terdapat 28 responden (80,0%) memiliki hubungan interpersonal yang baik dimana 18 responden (51,4%) memiliki kinerja yang baik dan sebanyak 10 responden (28,6%) memiliki kinerja yang kurang. Sedangkan yang memiliki hubungan interpersonal yang kurang sebanyak 7 responden (20,0%), dimana 1 responden (2,9%) memiliki kinerja yang baik dan sebanyak 6 responden (17,1%) memiliki kinerja yang kurang. Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Komunikasi Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Interna Di RSUD Daya Kota Makassar Kinerja Perawat Total Kurang Komunikasi Baik n % n % n % Baik 18 51.4 9 25.7 27 77.1 Kurang 1 2.9 7 20.0 8 22.9 Total 19 54.3 16 45.7 35 100 p = 0,013 Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa dari 35 responden terdapat 27 responden (77,1%) memiliki komunikasi yang baik dimana 18 responden (51,4%) memiliki kinerja yang baik dan sebanyak 9 responden (25,7%) memiliki kinerja yang kurang. Sedangkan yang memiliki komunikasi yang kurang sebanyak 8 responden (22,9%), dimana 1 responden (2,9%) memiliki kinerja yang baik dan sebanyak 7 responden (20,0%) memiliki kinerja yang kurang. Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Tanggung Jawab Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Interna Di RSUD Daya Kota Makassar
281 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 3 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Kinerja Perawat Tanggung Jawab
Baik n
Baik Kurang Total
%
Kurang n
%
Total n
%
19 54.3 11 31.4 30 85.7 0
.0
5
14.3
5
14.3
19 54.3 16 45.7 35
100
p = 0,013 Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa dari 35 responden terdapat 30 responden (85,7%) memiliki tanggung jawab yang baik dimana 19 responden (54,3%) memiliki kinerja yang baik dan sebanyak 11 responden (31,4%) memiliki kinerja yang kurang. Sedangkan yang memiliki tanggung jawab yang kurang sebanyak 5 responden (14,3%), dimana 0 responden (0,0%) yang memiliki kinerja yang baik dan sebanyak 5 responden (14,3%) memiliki kinerja yang kurang. PEMBAHASAN 1. Hubungan Interpersonal dengan Kinerja Perawat Berdasarkan hasil tabulasi bivariat menunjukkan bahwa dari 35 responden terdapat 28 responden (80,0%) memiliki hubungan interpersonal yang baik dimana 18 responden (51,4%) memiliki kinerja yang baik dan sebanyak 10 responden (28,6%) memiliki kinerja yang kurang. Sedangkan yang memiliki hubungan interpersonal yang kurang sebanyak 7 responden (20,0%), dimana 1 responden (2,9%) memiliki kinerja yang baik dan sebanyak 6 responden (17,1%) memiliki kinerja yang kurang. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square terhadap 35 responden maka diperoleh nilai p = 0,032, dimana nilai p lebih kecil dari α = 0,05 maka Ha diterima dan Ho di tolak. Dari hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara hubungan interpersonal dengan kinerja perawat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Luthfah Nurfaizah (2009), tentang hubungan budaya organisasi dengan komitmen organisasi perawat bagian rawat inap kelas II dan III Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dimana berdasarkan hasil uji statistik didapat nilai P 0,024 < α 0,05 artinya secara statistik ada hubungan yang bermakna antara persepsi mengenai
hubungan interpersonal dengan komitmen organisasi. Sudiro (2005), menyebutkan untuk menumbuhkan kepuasan kerja karyawan, maka diperlukan suatu peningkatan n dalam komunikasi baik keatas maupun kebawah secara terus menerus. Lebih lanjut Sardinah (2009) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa hubungan interpersonal yang baik antar rekan sejawat merupakan kebutuhan agar dapat bekerja dengan semangat tinggi, disiplin, dan saling berbagi informasi. Berdasarkan hasil penlitian dan teori yang ada maka dapat disimpulkan bahwa dengan hubungan interpersonal yang baik maka akan tercipta suasana saling terbuka, kakraban, nilai kebersamaan yang memungkinkan sseorang dapat bekerja dengan lancer dan dapat menghindari terjadinya konflik, serta kesulitan diantara mereka dapat diatasi, sehingga tujuan dapat dicapai sebagaimana dengan yang diharapkan. 2. Hubungan Komunikasi dengan Kinerja Perawat Berdasarkan hasil tabulasi bivariat menunjukkan bahwa dari 35 responden terdapat 27 responden (77,1%) memiliki komunikasi yang baik dimana 18 responden (51,4%) memiliki kinerja yang baik dan sebanyak 9 responden (25,7%) memiliki kinerja yang kurang. Sedangkan yang memiliki komunikasi yang kurang sebanyak 8 responden (22,9%), dimana 1 responden (2,9%) memiliki kinerja yang baik dan sebanyak 7 responden (20,0%) memiliki kinerja yang kurang. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square terhadap 35 responden maka diperoleh nilai p = 0,013, dimana nilai p lebih kecil dari α = 0,05 maka Ha diterima dan Ho di tolak. Dari hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara komunikasi dengan kinerja perawat. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Anis Rosiatul (2011), tentang hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien dalam pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang, dimana berdasarkan uji statistik tentang hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien menunjukan korelasi yang bermakna dimana uji statistik dengan rho Spearman,s test asymp sign = 0,007 < ά 0,05.
282 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 3 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Hal ini sesuai dengan pendapat Griffith (1987), yang menyatakan salah satu aspek yang mempengaruhi perasaan puas seseorang adalah sikap dan pendekatan staf kepada pasien yaitu sikap dan kemampuan staf dalam memberikan informasi kepada pasien ketika pertama kali datang ke rumah sakit. Sedangkan Purwanto (1998), menyatakan bahwa pengobatan melalui komunikasi yang disebutnya komunikasi terapeutik sangatlah penting dan berguna bagi pasien sebab dengan komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian bahwa persoalan yang dihadapi pasien pada tahap perawatan dapat diatasi oleh perawat. Valent (2009), juga menyatakan dengan adanya proses komunikasi akan memungkinkan terbentuknya suatu iklim komunikasi organisasi yang didalamnya terdapat keppercayaan, partisipasi pembuatan keputusan bersama, kejujuuran, keterbukaan komunikasi, kerelaan menerima komunikasi, dan komitmen untuk berkinerja tinggi. Berdasarkan hasil penlitian dan teori yang ada maka dapat disimpulkan bahwa jika komunikasi terapeutik diterapkan dengan konsisten oleh perawat didalam meberikan pelayanan keperawatan maupun dalam hubungan antar sesama perawat maka akan meberikan pencapaian kepuasan pada pasien dan juga akan meningkatkan hubungan yang lebih harmonis dan saling percaya antar sesama perawat maupun pasien. 3. Hubungan Tanggung Jawab dengan Kinerja Perawat Bahwa dari 35 responden terdapat 30 responden (85,7%) memiliki tanggung jawab yang baik dimana 19 responden (54,3%) memiliki kinerja yang baik dan sebanyak 11 responden (31,4%) memiliki kinerja yang kurang. Sedangkan yang memiliki tanggung jawab yang kurang sebanyak 5 responden (14,3%), dimana 0 responden (0,0%) yang memiliki kinerja yang baik dan sebanyak 5 responden (14,3%) memiliki kinerja yang kurang. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square terhadap 35 responden maka diperoleh nilai p = 0,013, dimana nilai p lebih kecil dari α = 0,05 maka Ha diterima dan Ho di tolak. Dari hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tanggung jawab dengan kinerja perawat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mutia (2004), yang menyatakan
bahwa ada hubungan signifikan antara tanggung jawab dengan motivasi kinerja pada perawat di instalasi rawat inap RSUD Cianjur tahun 2004, penelitian Hamzah (2001), yang menyatakan bahwa tanggung jawab merupakan salah satu yang memberikan rasa puas terhadap kinerja yang dilakukan oleh perawat, serta hasil penelitian yang dilakukan oleh Lanasari (2005), yang mendapatkan data adanya hubungan yang signifikan antara tanggung jawab dengan motivasi kinerja perawat pelaksana di RS. Islam Jakarta tahun 2005. Sullivan dan Decker (1985), dalam Hamzah (2001), mengemukakan bahwa perawat yang diberi tugas sebagai tanggung jawabnya, harus spesifik, tujuan jelas dan realistis dan mengharapkan penampilan yang tinggi pada setiap situasi. Dengan demikian pengelola perawatan harus mampu menyesuaikan kemampuan pendidikan dan pengalaman yang dimiliki perawat sesuai dengan tugas yang diberikan. Berdasarkan hasil penlitian dan teori yang ada maka dapat disimpulkan bahwa bahwa dengan adanya tanggung jawab yang diberikan kepada seseorang individu maka seseorang tersebut akan berusaha dan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya sesuai dengan harapan dan tanggung jawab yang diberikan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan penerapan metode tim dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap interna di RSUD Daya Kota Makassar, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada hubungan interpersonal dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Daya Kota Makassar. 2. Ada hubungan komunikasi dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Daya Kota Makassar. 3. Ada hubungan tanggung jawab personil dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Daya Kota Makassar. SARAN 1. Bagi bidang keperawatan, dalam rangka penciptaan kualitas kerja yang maksimal sebagai wujud penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berkualitas perlunya membuat perencanaan tenaga keperawatan yang akan mengikuti pendidikan berkelanjutan, pelatihan, atau seminar-semninar sebagai bentuk penghargaan sebagai staf yang telah bekerja dengan baik dan berprestasi.
283 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 3 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
2. Bagi peneliti selanjutnya, variabel yang belum diteliti di sarankan untuk diteliti lebih lanjut dan dibutuhkan lebih banyak responden dan alat ukur yang lebih baik untuk meningkatkan keakuratan hasil
penelitian, dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan dalam instrumen penelitian sehingga reliabilitas dan validitas tidak diragukan
DAFTAR PUSTAKA Alwi Agustina. 2009. Faktor – faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan Alimul, Aziz.A., 2007. Riset Keperawatan dam Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Anis Rosiatul. 2011. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien Dalam Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang. FakultasIlmu Kesehatan UM Surabaya. Dep Kes RI. 2000. Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan., Jakarta: Direktorat Yan Kep. Dirjen Yan. Med. Feist, Jess., dan Gregory J.Feist. 2009. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika. Gilles D A. 1989. Manajemen Keperawatan, Edisi 2. Philedeplia: WB Sounder Company. Hamzah, H. 2001. Hubungan Supervise, Tanggung Jawab Dan Pengembangan Diri Dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Diruang Rawat Inap Rumah Sakit Labuan Baji Makassar 2001. Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Inbdonesia. Lanasari. 2004. Hubungan Karakteristik Demografi Dan Persepsi Terhadap Reward System Dengan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana di RS Islam Jakarta. Tesis Program Pascasarjana FIK. UI. Luthfah Nurfaizah (2009). Hubungan Budaya Organisasi Dengan Komitmen Organisasi Perawat Bagian Rawat Inap Kelas II Dan III Rumah Sakit PKU MuhammadiyahYogyakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Ahmad Dahlan.Yogyakarta Machfoedz, Mahmud. 2009. Komunikasi Keperawatan Komunikasi Terapeutik. Yogyakarta: Ganbika. Mangkunegara. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rasdakarya. Manurung, Santa. 2011. Keperawatan Profesional. Jakarta Timur: Tim. Muadi. 2009. Hubungan Iklim Dan Kepuasan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap BRSUD Waled Kabupaten Cirebon. Tesis Pascasarjana FIK. UI. Notoadmojo I. 2000. Sumber daya Manusia. Jakarta: Renika Cipta. ________. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan/Konsep dan Praktek. Jakarta: Salemba. ________. 2013. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Perry, dan Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Purwanto, H. 1998. Komunikasi untuk Perawat. EGC, Jakarta Priyanto, Agus. 2009. Komunikasi dan konseling. Jakarta: Salemba Medika. Robins, S. P. 2008. Perilaku Organisasi, Edisi Bahasa Indonesia, Edisi Lengkap, Edisi Kesepuluh, PT Index, Jakarta Surachmad, W. 1982. Pengantar Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito. Suyanto. 2009. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit. Yogyakarta: Mitra Cendekia. Swarburg R C. 2000. Pengaturan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis. Jakarta: Kedokteran EGC.
284 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 3 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721