HUBUNGAN PERILAKU DENGAN RESIKO KECELAKAAN KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR Shyeila Sandewa1, Ardian Adhiwijaya2 1STIKES 2STIKES
Nani Hasanuddin Makassar Nani Hasanuddin Makassar
ABSTRAK Kecelakaan adalah sebuah kejadian tak terduga yang menyebabkan cedera atau kerusakan (Jhon Ridley, 2006). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan perilaku dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Survey Analitik dengan metode cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di ruang rawat inap baji kamase I, baji kamase II, baji dakka I-II, baji dakka III, dan baji ada RSUD Labuang Baji Makassar yang sebanyak 60 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik Non Probability Sampling yaitu Purposive Sampling, didapatkan 52 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar kuisioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer program microsoft excel dan program statistik (SPSS) versi 16.0. Analis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji spearmen rho (p<0,05) untuk mengetahui hubungan antar variabel dan uji pearson untuk mengetahui kekuatan korelasi, analisis multivariat dengan uji regresi berganda untuk mengetahui faktor yang paling dominan pengaruhnya. Hasil analisis bivariat terdapat hubungan pengetahuan dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat (p=0,001), terdapat hubungan keterampilan dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat (p=0,001), terdapat hubungan sikap dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat (p=0,002), terdapat hubungan kondisi fisik dengan resiko kecelakaan kerja perawat (p=0,001). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan perilaku dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar. Kata kunci : Pengetahuan, Keterampilan, Sikap, Kondisi fisik, dan Resiko kecelakaan kerja.
PENDAHULUAN Kesehatan kerja menurut WHO/ILO (1995), kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial setinggitingginya bagi pekerja disetiap jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dan pekerjaannyadari resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya. Frekuensi kecelakaan kerja di perusahaan semakin meningkat, sementara kesadaran pengusaha terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) masih rendah, yang lebih memprihatinkan pengusaha dan pekerja sektor kecil menengah menilai K3
identik dengan biaya sehingga menjadi beban, bukan kebutuhan. Catatan PT Jamsostek dalam tiga tahun terakhir (1999 - 2001) terbukti jumlah kasus kecelakaan kerja mengalami peningkatan, dari 82.456 kasus pada 1999 bertambah menjadi 98.902 kasus di tahun 2000 dan berkembang menjadi 104.774 kasus pada 2001. Untuk angka 2002 hingga Juni, tercatat 57.972 kasus, sehingga rata - rata setiap hari kerja terjadi sedikitnya lebih dari 414 kasus kecelakaan kerja di perusahaan yang tercatat sebagai anggota Jamsostek. Sedikitnya 9,5 persen dari kasus kecelakaan kerja mengalami cacat, yakni 5.476 orang tenaga kerja, sehingga hampir setiap hari kerja lebih dari 39 orang tenaga kerja mengalami cacat tubuh (PPNI, 2010). Direktur Operasi dan Pelayanan PT Jamsostek (Persero), Djoko Sungkono menyatakan bahwa berdasarkan data yang ada pada PT Jamsostek selama JanuariSeptember 2003 selama di Indonesia telah terjadi 81.169 kasus kecelakaan kerja,
500 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosisi Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
sehingga rata-rata setiap hari terjadi lebih dari 451 kasus kecelakaan kerja. Ia mengatakan dari 81.169 kasus kecelakaan kerja, 71 kasus diantaranya cacat total tetap, sehingga ratarata dalam setiap tiga hari kerja tenaga kerja mengalami cacat total dan tidak dapat bekerja kembali (PPNI, 2010). Potensi bahaya di RS, selain penyakitpenyakit infeksi juga ada potensi bahayabahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi.Semua potensi bahaya tersebut diatas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS (Teguh, 2008). Tenaga medis rumah sakit mempunyai resiko 2-3 kali lebih besar terkena infeksi nosokomial. Kejadian infeksi nosokomial yang diakibatkan karena perilaku K3 petugas medis yang belum maksimal di beberapa wilayah Indonesia antara lain Jakarta 41,1% kasus, Surabaya 73,3% dan Yogyakarta 5,9% kasus dari total sampel yang diambil peneliti (Hasyim,2005). Apabila dihitung kerugian yang dialami seluruh rumah sakit di Indonesia, dengan kondisi sanitasi dan K3RS yang masih bellum memadai, akan sangat besar. Untuk mengatasi hal tersebut perlu ditingkatkan upaya K3RS salah satunya dengan meningkatkan perilaku K3 pada semua komponen yang ada di rumah sakit (Widajati, 2010). Menurut Balai Kesehatan Kerja Masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012 jumlah tenaga kerja di Sulawesi Selatan yang dilaporkan sampai triwulan III tenaga kerja formal sebanyak 351.554 dan tenaga kerja informal 198.382 data dan tempat kerja formal sebanyak 2.493 dan informal 18.842 dan adapun yang menerapkan kesehatan kerja formal yaitu 947 dan informal yaitu 2.159 sedangkan sarana pelayanan kesehatan yang menerapkan kesehatan kerja yang dilaporkan yaitu sebanyak 4 Rumah Sakit dan 51 Puskesmas (Agusyanti, 2012). Berdasarkan informasi dari pegawai seksi kepegawaian mengatakan bahwa ruang rawat inap di RSUD Labuang Baji pada Tahun 2012 berjumlah 20 ruang perawatan dengan jumlah perawat 182 orang. Dan berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu pegawai seksi pelayanan dan asuhan keperawatan di RSUD Labuang Baji mengatakan bahwa cara kerja dan keterampilan perawat di ruang rawat inap cukup baik sehingga jarang terjadi kecelakaan kerja. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
meneliti apa yang melatar belakangi sehingga cara kerja dan keterampilan perawat di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji cukup baik. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Perilaku dengan Resiko Kecelakaan Kerja pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji Makassar”. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan diRSUD Labuang Baji Makassar. Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap baji kamase I, baji kamase II, baji dakka I-II, baji dakka III, dan baji ada . Penelitian dilakukan pada tanggal 17 juni sampai 17 juli 2013. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 52 responden. Pengumpulan data dilakukan secara langsung terhadap responden, dan peneliti melakukan pendekatan kepada responden kemudian memberikan penjelasan sesuai dengan etika penelitian. Pengumpulan data Data primer diambil dengan menggunakan lembar kuesioner terdiri dari 25 pertanyaan, masing-masing setiap variabel 5 pertanyaan yang dibagikan kepada perawat. Sampel yang diambil terdiri dari perawat dengan jumlah responden 52 orang. Data yang dikumpul selanjutnya di editing (penyuntingan data atau memeriksa kembali setiap kuesioner tentang kelengkapan, kesinambungan dari masing-masing kuesioner), koding (pengkodean), tabulasi. Hasil penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat diolah dengan memakai program sistem SPSS 16,0 dikomputer serta dibahas sesuai dengan variabel yang diteliti. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Jenis kelamin di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Jenis Kelamin n % Laki – laki 9 17,3 Perempuan 43 82,7 Total 52 100 Pada tabel 1 terlihat bahwa proporsi responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 9 orang (17,3%) hal ini lebih rendah jika dibandingkan jumlah responden perempuan yaitu sebanyak 43 orang (82,7%) Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur responden diruang rawat inap RSUD Labuang Baji
501 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosisi Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Umur 19 – 29 30 – 39 40 – 49 Total
n 29 18 5 52
% 55,8 34,6 9,6 100
Pada tabel 2 terlihat bahwa proporsi responden berdasarkan umur yang paling banyak yaitu kategori umur 19-29 sebanyak 29 orang (55,8%), sedangkan umur 30-39 hanya 18 orang (34,6%), dan umur 40-49 hanya 5 orang (9,6%). Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pengetahuan di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji Pengetahuan n % Baik Kurang
32 20
61,5 38,5
Total
52
100
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan baik sebanyak 32 orang (61,5%) sedangkan responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 20 orang (38,5%). Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Keterampilan di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji Keterampilan n % Baik 30 57,7 Kurang 22 42,3 Total 52 100 Dari tabel 4 menunjukkan bahwa responden dengan keterampilan baik sebanyak 30 orang (57,7%) sedangkan responden dengan keterampilan kurang sebanyak 22 orang (42,3%). Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Sikap di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji Sikap n % Positif 31 59,6 Negatif 21 40,4 Total 52 100 Dari tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang bersikap positif sebanyak 31 orang (59,6%) sedangkan responden yang bersikap negatif 21 orang (40,4%). Tabel 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kondisi Fisik di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji
Kondisi fisik Baik Kurang Total
n 35 17 52
% 67,3 32,7 100
Dari tabel 6 menunjukkan bahwa responden dengan kondisi fisik baik sebanyak 35 orang (67,3%) sedangkan responden dengan kondisi fisik kurang sebanyak 17 orang (32,7%). Tabel 7 Distribusi frekuensi responden berdasarkanresiko kecelakaan kerja di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji Resiko Kecelakaan n % Kerja Tidak 29 55,8 Pernah 23 44,2 Total 52 100 Dari tabel 7 menunjukkan bahwa responden yang tidak pernah mengalami resiko kecelakaan kerja sebanyak 29 orang (55,8%) sedangkan responden yang pernah mengalami resiko kecelakaan kerja sebanyak 23 orang (44,2%). Tabel 8. Hubungan Pengatahuan dengan Resiko Kecelakaan Kerja pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji. Pengetahuan Baik Kurang Total
Resiko Kecelakaan Kerja Tidak Pernah n % n % 12 23,1 20 38,5 17 32,7 3 5,8
n 32 20
% 61,5 38,5
29
52
100
55,8
23
44,2
Total
p=0,001
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa paling banyak responden yang berpengetahuan baik yaitu 32 responden (61,5%) dimana 12 responden (23,1%) tidak mengalami resiko kecelakaan kerja, sedangkan 20 responden (38,5%) yang berpengetahuan kurang dimana 3 responden (5,8%) pernah mengalami resiko kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik chi-square, maka diperoleh nilai p = 0,001 (p<0,05), hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan resiko kecelakaan kerja.
502 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Tabel 9 Hubungan Keterampilan dengan Resiko Kecelakaan Kerja pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji Keteram -pilan Baik Kurang Total
Resiko kecelakaan kerja Tidak Pernah n % n % 11 21,2 19 36,5 18 34,6 4 7,7 29 55,8 23 44,2 p =0,001
Resiko Kecelakaan Kerja Tidak Pernah n % n %
n
%
Baik Kurang
14 15
26,9 28,8
21 2
40,4 3,8
35 17
67,3 32,7
Total
29
55,8
23
44,2
52
100
Kondisi fisik
Total n 30 22 52
Tabel 11. Hubungan Kondisi fisik dengan Resiko Kecelakaan Kerja pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji
% 57,7 42,3 100
Total
p =0,001
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa paling banyak responden dengan keterampilan baik yaitu 30 responden (57,7%) dimana 11 responden (36,5%) tidak mengalami resiko kecelakaan kerja, sedangkan 22 responden (42,3%) dengan keterampilan kurang dimana 4 responden (7,7) pernah mengalami resiko kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik chi-square, maka diperoleh nilai p = 0,001 (p<0,05), hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara keterampilan dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat diruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar.
Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa paling banyak responden dengan kondisi fisik baik yaitu 35 responden (67,3%) dimana 14 responden (26,9%) tidak mengalami resiko kecelakaan kerja, sedangkan 17 responden (32,7%) dengan kondisi fisik kurang dimana 2 responden (3,8%) pernah mengalami resiko kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik chi-square, maka diperoleh nilai p = 0,001 (p<0,05), hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat diruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar.
Tabel 10. Hubungan Sikap dengan Resik Kecelakaan Kerja pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji
PEMBAHASAN Berdasakan hasil penelitian yang dilakukan, maka pembahasan dari tiap variabel yang diteliti dijelaskan sebagai barikut: 1. Hubungan pengatahuan dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat. Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa paling banyak responden yang berpengetahuan baik yaitu 32 responden (61,5%) dimana 12 responden (23,1%) tidak mengalami resiko kecelakaan kerja, sedangkan 20 responden (38,5%) yang berpengetahuan kurang dimana 3 responden (5,8%) pernah mengalami resiko kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik chisquare, maka diperoleh nilai p = 0,001 (p<0,05), hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan resiko kecelakaan kerja. Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek terjadi melalui pancaindra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan
Sikap
Resiko Kecelakaan Kerja Tidak Pernah n % n %
n
%
Positif Negatif
12 17
23,1 32,7
19 4
36,5 7,7
31 21
59,6 40,4
Total
29
55,8
23
44,2
52
100
Total
p =0,002
Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa paling banyak responden yang bersikap positif yaitu 31 responden (59,6%) dimana 12 responden (23,1%) tidak mengalami resiko kecelakaan kerja, sedangkan 21 responden (40,4%) yang bersikap negatif dimana 4 responden (7,7) pernah mengalami resiko kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik chi-square, maka diperoleh nilai p = 0,002 (p<0,05), hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat diruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar.
503 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosisi Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyeksebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003) (A.Wawan dan Dewi M, 2011). Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mangandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut Teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (A.Wawan dan Dewi M, 2011). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Liza salawati, 2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan perawat dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh tahun 2009. Perawat yang tingkat pengetahuannya masih kurang mengalami kecelakaan kerja paling tinggi daripada pekerja yang berpengetahuan baik oleh karena perawat yang berpengetahuan kurang pada umumnya tidak mengetahui resiko kecelakaan kerja serta perundangundangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja(www.repository.uad.ac.id). Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan responden yang berpengetahuan baik lebih banyak dibandingkan dengan reponden yang berpengetahuan kurang, perawat yang tingkat pengetahuannya kurang akan mengalami resiko kecelakaan kerja karena perawat yang berpengatahuan kurang tidak mengetahui resiko kecelakaan kerja serta perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Hubungan keterampilan dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat.
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa paling banyak responden dengan keterampilan baik yaitu 30 responden (57,7%) dimana 11 responden (36,5%) tidak mengalami resiko kecelakaan kerja, sedangkan 22 responden (42,3%) dengan keterampilan kurang dimana 4 responden (7,7) pernah mengalami resiko kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik chisquare, maka diperoleh nilai p = 0,001 (p<0,05), hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara keterampilan dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat diruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar. Keterampilan juga penting, karena orang berilmu belum tentu memiliki keterampilan bekerja. Bahkan ada filusuf yang pernah menyatakan “jika anda bertahan di dunia, maka keterampilanlah yang akan membantu anda”. Oleh karenanya, seseorang mesti memiliki keterampilan. Seorang yang menjadi hakim, mesti mampu memiliki keterampilan komunikasi yang jujur. Seorang yang mempelajari otomotif, mesti memiliki keterampilan dalam merangkai otomotif. Seorang yang mempelajari seni, mesti dia memiliki keterampilan seni. Seorang ibu sukses karena memiliki keterampilan menjahit atau membuat kue, dan banyak contoh lainnya. Oleh karenanya, keterampilan adalah salah satu yang juga mesti dimiliki oleh siapapun yang mempelajari sesuatu bidang (Elfindri, dkk, 2009). Seorang perawat juga mesti memiliki keterampilan dalam menyuntik pasien, merawat luka, dan sebagainya. Ketika tidak terampil, maka akan memiliki resiko dalam bekerja. Dengan arti kata keterampilan kerja justru diperlukan oleh para penggunanya. Karena pengguna dapat lebih mudah sepanjang belajar dari instruktur yang juga terampil dan berpengalaman, disamping dibantu dengan peralatan yang lengkap (Elfindri, dkk, 2009). Untuk memperoleh keterampilan yang memadai, maka seseorang mesti mengasah keterampilan kerja dari dosen, instruktur atau tutornya. Sering memanfaatkan labor dan perangkat pembantu, agar kelak semakin lama dan terbiasa menjadi terampil (Elfindri, dkk, 2009). Sebagian besar dari tenaga kesehatan akan bekerja dengan pemerintah. Diantaranya adalah di rumah
504 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
sakit. Oleh karenanya seorang tenaga perawat atau bidan mesti melihat bahwa dia berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi rumah sakit (Elfindri, dkk, 2009). Yang sangat perlu anda jaga adalah bahwa anda akan melayani dokter, atasan, dan pihak manajemen yang ada kaitannya dengan tempat kerja. Oleh karena itu, anda mesti menjaga diri sebaik-baiknya. Yang sering dikeluhkan konsumen, atau pasien adalah tenaga kesehatan yang sering cemberut, tidak berpenampilan sebagai pelayan. Untuk itu yang perlu anda jaga adalah biasakan menerapkan 5S, senyum, salam menyapa pasien dengan ramah, sopan santun dan berikan attensi kepada pasien dan keluarganya (Elfindri, dkk, 2009). Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan responden dengan keterampilan baik lebih banyak dibandingkan dengan reponden dengan keterampilan kurang, perawat dengan keterampilan kurang akan mengalami resiko kecelakaan kerja karena perawat dengan keterampilan kurang tidak mengetahui resiko kecelakaan kerja serta perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja. 3. Hubungan sikap dengan resiko kecelakaam kerja pada perawat Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa paling banyak responden yang bersikap setuju yaitu 31 responden (59,6%) dimana 12 responden (23,1%) tidak mengalami resiko kecelakaan kerja, sedangkan 21 responden (40,4%) yang bersikap tidak setuju dimana 4 responden (7,7) pernah mengalami resiko kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik chisquare, maka diperoleh nilai p = 0,002 (p<0,05), hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat diruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar. Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Banyak kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, proses terbentuknya sikap, maupun perubahan. Banyak pula penelitian telah dilakukan terhadap sikap kaitannya dengan efek dan perannya dalam pembentukan karakter dan sistem hubungan antar kelompok serta pilihan-pilihan yang telah ditentukan berdasarkan lingkungan dan
pengaruhnya terhadap perubahan (A.Wawan dan Dewi M, 2011). Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isue (Petty,cocopio, 1986 dalam Azwar S., 2000)(A.Wawan dan Dewi M, 2011). Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan responden yang bersikap setuju lebih banyak dibandingkan dengan reponden yang bersikap tidak setuju, perawat yang bersikap tidak setuju akan mengalami resiko kecelakaan kerja karena perawat yang bersikap tidak setuju tidak mengetahui resiko kecelakaan kerja serta perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja. 4. Hubungan kondisi fisik dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa paling banyak responden dengan kondisi fisik baik yaitu 35 responden (67,3%) dimana 14 responden (26,9%) tidak mengalami resiko kecelakaan kerja, sedangkan 17 responden (32,7%) dengan kondisi fisik kurang dimana 3 responden (3,8%) pernah mengalami resiko kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik chisquare, maka diperoleh nilai p = 0,001 (p<0,05), hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat diruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar. Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan, pekerjaan dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula menjadi gangguan dan ancaman. Terjadinya gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja fisik yang buruk telah lama diketahui, juga telah pula dipahami bahwa desain dan organisasi kerja yang tidak memadai, seperti kecepatan dan beban kerja yang berlebihan, merupakan faktor-faktor yang lain yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan akibat kerja(Ridwan Harrianto, 2010). Respon terhadap stres pada dasarnya sehat dan penting untuk menimbulkan daya motivasi dan adaptasi seseorang. Bila beban mental terlalu berat atau tidak dapat menemukan solusi yang memadai, individu tesebut akan menanggung banyak kesukaran(Ridwan Harrianto, 2010).
505 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosisi Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan responden dengan kondisi fisik baik lebih banyak dibandingkan dengan reponden dengan kondisi kurang, perawat dengan kondisi fisik kurang akan mengalami resiko kecelakaan kerja karena perawat dengan kondisi fisik kurang tidak mengetahui resiko kecelakaan kerja serta perundangundangan keselamatan dan kesehatan kerja. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan perilaku dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat diruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar. yang dilaksanakan pada bulan juni sampai juli 2013, dengan total sampel 52 responden maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan pengetahun dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar. 2. Ada hubungan keterampilan dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar. 3. Ada hubungan sikap dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar.
4. Ada hubungan kondisi fisik dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disampaikan saransaran kepada pihak yang terkait, yiatu sebagai berikut : 1. Ilmiah Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pikiran dalam pembangunan ilmu pengetahuan bidang keperawatan khususnya dalam upaya meningkatkan keselamatan kerja perawat, serta dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam penyusunan proposal selanjutnya. 2. Institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada institusi dan dijadikan sebagai dokumentasi ilmiah untuk merangsang minat peneliti selanjutnya. 3. Bagi peneliti Peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi pengalaman yang berharga bagi penulis dalam mengembangkan pengetahuan dan pemikiran.
DAFTAR PUSTAKA A.Wawan dan Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Nuha Medika : Yogyakarta. Agusyanti. 2012. Kesehatan dan Keselamatan Kerja, (online), (dinkes-sulsel.go.id, sitasi tanggal 20 Desember 2012). Elfindri, dkk. 2009. Soft Skills Bidan dan Perawat. Baduose Media : Jakarta. Jhon Ridley. 2006. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Erlangga : Jakarta. Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta. Rhyerhiathy. 2012. Manajemen Resiko Kecelakaan Kerja, (online), (http://rhyerhiathy.wordpress.com, sitasi tanggal 20 Desember 2012). Ridwan Harrianto. 2010. Buku Ajar Kesehatan Kerja. EGC :Jakarta. Satrya. 2012. Pengertian Jamsostek dan Cara Daftar Jamsostek, (online), (http://www.sakdiah.com, sitasi tanggal 01 September 2012). Septian Dwi Cahyo. 2011. Perilaku Manusia, (online), (http://septiandwicahyo15.blogspot.com, sitasi tanggal 03 April 2011). Teguh. 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit, (online), (id.88db.com/id/Discission/Discissionreply.page/kesehatan-pengobatan, sitasi tanggal 08 Agustus 2008). Widajati. 2010. Perilaku K3 Perawat dan Kecelakaan Kerja Pada Petugas Kebersihan Rumah Sakit, (online), (adln.fkm.unair.ac.id, sitasi tanggal 01 Desember 2012). Willy F. Maramis. 2009. Ilmu Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Airlangga University Press : Surabaya.
506 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721