HUBUNGAN FAKTOR PSIKOLOGIS DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT TK II PELAMONIA MAKASSAR
PSYCHOLOGICAL FACTORS RELATIONSHIP WITH PERFORMANCE NURSES IN NURSING DOCUMENTATION IN SPACE INPATIENT HOSPITAL NURSEY II PELAMONIA MAKASSAR
Suarni,¹ Veni Hadju,²Elli L Sjattar,³ ¹RS TK II Pelamonia Makassar ²Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ³Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK- Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi: Suarni Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin MakassarP4200210026 HP: 085341977958 Email:
[email protected]
ABSTRAK
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan melakukan observasi terhadap kondisi klien selama dirawat dan mendokumentasikannya, sehingga penilaian kinerja dalam pendokumentasian dianggap perlu untuk mendapatkan jasa keperawatan dengan volume dan kualitas yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor psikologis yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit TK II Pelamonia Makassar. Penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan rancangan cross sectional study. Sampel yang diambil sebanyak 112 orang terdiri dari 51 perawat di ruang bedah dan 61 perawat di ruang interna. Pengambilan sampel dilakukan melalui teknik total sampling. Pengumpulan data melalui wawancara. Analisis data dilakukan secara univariat, dan bivariat. Hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik Chi Square diperoleh bahwa motivasi (p = 0.037 < α 0,05 untuk ruang bedah dan p = 0.036 < α 0,05 untuk ruang interna), sikap (p = 0.012 < α 0,05 untuk ruang bedah dan p = 0.000 < α 0,05 untuk ruang interna), persepsi (p = 0.022 < α 0,05 untuk ruang bedah dan p = 0.035 < α 0,05 untuk ruang interna), kepuasan kerja (p = 0.016 < α 0,05 untuk ruang bedah dan p = 0.001 < α 0,05 untuk ruang interna) terhadap kinerja kelompok perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Kata Kunci : Faktor Psikologis, Kinerja Kelompok Perawat
ABSTRACT Nurse as giving nursing care related to the patient doing observation and documentation, and to the performance nurses in documenting very important to taken nursing with high quality and volume. This study aims to look at the psychological factors related to the performance of nurses in documenting nursing care in hospital wards TK II Pelamonia Makassar . This study uses observational analytic cross sectional study . Samples taken 112 people composed of 51 nurses in the operating room and 61 nurses in the internal space . Sampling was done through total sampling technique . Collecting data through interviews . Data analysis was performed using univariate and bivariate. The results using Chi Square statistical test shows that the motivation ( p = 0.037 < α 0.05 for the OR and p = 0.036 < α 0.05 for the internal space ) , attitude ( p = 0.012 < α 0.05 for the operating room and p = 0.000 < α 0.05 for the internal space ) , perception ( p = 0.022 < α 0.05 for the OR and p = 0.035 < α 0.05 for the internal space ) , job satisfaction ( p = 0.016 < α 0 , 05 for surgical space and p = 0.001 < α 0.05 for the internal space ) on the performance of groups of nurses in the nursing documentation .
Keywords : Psychological Factors , Nurses Group Performance
PENDAHULUAN Rumah Sakit merupakan suatu layanan masyarakat yang penting dan dibutuhkan dalam upaya pemenuhan tuntutan kesehatan. Sumber daya manusia adalah salah satu unsur pendukung berfungsinya operasional Rumah Sakit. Perencanaan tenaga keperawatan atau staffing merupakan fungsi organik manajemen yang merupakan dasar atau titik tolak dari kegiatan pelaksanaan kegiatan tertentu dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Perencanaan ketenagaan menjadi permasalahan besar di berbagai organisasi keperawatan seperti tatanan rumah sakit, perawatan dirumah (nursing home) dan tempat – tempat pelayanan keperawatan lain. Masalah yang sering terjadi dalam organisasi yaitu kurangnya jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan, kurangnya kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai) dari tenaga perawat serta keterbatasan dana dari rumah sakit sehingga tidak dapat menambah dan merawat sumber daya manusia (SDM) yang mereka butuhkan (Ilyas, 2004). Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan berhubungan dengan pasien selama 24 jam sehari di ruang rawat inap. Ruang rawat inap merupakan tempat yang banyak dilakukan pendokumentasian proses keperawatan karena banyaknya pasien yang diobservasi dalam kurun waktu yang lama (Depkes, 2001). Sistem pendokumentasian asuhan keperawatandi Negara Maju dibuat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta dilakukan secara profesional. Namun di beberapa negara berkembang, seperti rumah sakit di Indonesia hanya beberapa gelintir rumah sakit saja yang telah memiliki sistem informasi rumah sakit. Pendokumentasian asuhan keperawatan banyak dilakukan secara manual, membutuhkan banyak waktu, ketelitian dan ketelatenan. Untuk membangun sistem informasi berbasis teknologi komputer, rumah sakit harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Selain dana, dibutuhkan pula sumber daya manusia yang profesional untuk mengoperasikan sistem tersebut (Depkes, 2001). Penilaian kerja perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan merupakan sebuah cara yang penting untuk mengetahui kemampuan kerja perawat dalam melaksanakan proses pendokumentasian keperawatan (Nursalam, 2007). Melalui evaluasi reguler dari setiap pelaksanaan kerja pegawai, manajer harus dapat mencapai beberapa tujuan, diantaranya untuk membantu mengukur pencapaian kepuasaan kerja perawat, motivasi, persepsi dan sikap dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. (Hyrkas, K., et al. 2009). Variable psikologis terdiri atas sub variable persepsi, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja. Variable organisasi menurut Gibson memiliki efek tidak langsung terhadap
perilaku dan kinerja individu. Variable organisasi digolongkan dalam sub variable sumber daya, kepemimpinan, imbalan, structural, dan desain pekerjaan. (Ilyas Y, 2001). Proses keperawatan yang dilaksanakan di rumah sakit mewajibkan perawat membuat catatan keperawatan atau dokumen asuhan keperawatan yang merupakan bukti tertulis dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang menggunakan metode pendekatan proses keperawatan dan catatan tentang tanggapan/respon pasien terhadap tindakan medis, tindakan keperawatan, atau reaksi pasien terhadap penyakit, sehingga dokumentasi keperawatan mempunyai peranan dan fungsi yang penting dalam kesinambungan pelaksanaan asuhan keperawatan. Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan pada tanggal 19 Februari 2013 di ruang rawat inap RS Tk.II Pelamonia tentang kelengkapan pendokumentasian proses keperawatan pada 90 catatan medik pasien, didapatkan data bahwa pelaksanaan pendokumentasian pada pengkajian 70%, pelaksanaan pendokiumentasian pada perencanaan 70%, pelaksanaan pendokumentasian implementasi 50%, dan pelaksanaan pendokumentasian evaluasi 40%. Hal ini menunjukkan bahwa belum terpenuhinya kelengkapan dokumentasi keperawatan di ruang rawat inap RS Tk.II Pelamonia sebagaimana mestinya. Dimana Standar yang ditetapkan oleh Depkes RI tentang pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan adalah 75%.
Tujuan
penelitiaan ini adalah untuk melihat faktor psikologis meliputi motivasi, sikap, persepsi, dan kepuasan kerja yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap bedah dan interna Rumah Sakit TK II Pelamonia Makassar.
METODE Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan Cross Sectional Study,
dimana
variable
dependennya
adalah
kinerja
kelompok
perawat
dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan dan variable independennya adalah aspek psikologis perawat yang terdiri atas persepsi, sikap, motivasi dan kepuasan kerja yang diambil secara bersamaan. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 Juli s/d 10 september 2013 di Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data dan penyusunan laporan Populasi, Sampel Dan Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat pelaksana yang bekerja melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pemberi pelayanan diinstalasi rawat inap di RS
tingkat II Pelamonia Makassar sebanyak 112 orang terdiri dari 51 perawat di ruang bedah dan 61 perawat di ruang interna. Tehnik sampling yang digunakan adalah total sampling dimana jumlah populasi sama dengan jumlah sampel Teknik pengumpulan data Data primer dari penelitian ini diperoleh dengan cara membagikan kuesioner kepada responden, melakukan wawancara dengan kepala bangsal untuk mendapatkan informasi tentang pendokumentasian asuhan keperawatan. Data Sekunder, diperoleh melalui Data Rekam Medik yang ada di Rumah Sakit TK II Pelamonia Makassar, data kepegawaian, data keuangan dan catatan lain yang terdapat di rumah sakit. Analisis data Dalam penelitian ini data diolah dengan mengunakan program komputer, adapun uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi square, dan tingkat kebermaknaan data yang dipilih adalah p ≤ 0,05.
HASIL PENELITIAN Karakteristik Subjek Penelitian Tabel 1 diatas diketahui bahwa sebagian besar perawat berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 60 orang (53,6 %) , sedangkan berdasarkan umur sebagian besar berada pada umur 30-39 tahun yaitu sebanyak 79 orang (70,5 %). Berdasarkan status pernikahan sebagian besar perawat telah menikah yaitu sebanyak 92 orang (82,1 %). Berdasarkan masa kerja sebagian besar berada pada masa kerja > 5 tahun yaitu sebanyak 95 orang (84,8 %) dan latar belakang pendidikan perawat adalah S1 sebanyak 92 orang (82,1 %). Distribusi Perawat Berdasarkan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Bedah Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar Tahun 2013 Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat pelaksana di ruang bedah dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan secara tidak lengkap, sedangkan perawat yang melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan secara lengkap adalah pada tahap pengkajian sebanyak 24 orang (47,1%) dan diagnosa 29 orang (56,9%), perencanaan 25 orang (49,0%), tindakan 9 orang (17,6%), dan evaluasi 39 orang (76,5%). Distribusi Perawat berdasarkan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Interna Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar Tahun 2013 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat pelaksana di ruang interna dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan secara tidak lengkap, sedangkan perawat
yang melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan secara lengkap adalah pada tahap pengkajian sebanyak 22 orang (36,1%) dan diagnosa 26 orang (42,6%), perencanaan 20 orang (332,8%), tindakan 22 orang (36,1%), dan evaluasi 37 orang (60,7%). Distribusi
Hubungan
Faktor
Psikologis
Terhadap
Kinerja
Perawat
Dalam
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Bedah Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4 pada variabel motivasi menunjukkan bahwa perawat di ruang bedah yang memiliki motivasi yang baik cenderung memiliki kinerja yang baik pula dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sebanyak 22 orang (81,5%), lebih tinggi dari perawat yang kinerjanya kurang yaitu sebanyak 5 orang (18,5%). Sedangkan perawat yang memiliki motivasi yang kurang cenderung memiliki kinerja yang kurang sebanyak 12 orang (50,0%). Pada variabel sikap menunjukkan bahwa perawat di ruang bedah yang memiliki sikap positif cenderung memiliki kinerja yang baik pula dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sebanyak 24 orang (82,8%). Sedangkan perawat yang memiliki sikap negatif cenderung memiliki kinerja yang kurang sebanyak 12 orang (54,5%) lebih tinggi dibandingkan dengan memiliki kinerja yang baik yaitu sebanyak 10 orang (45,5%). Pada variabel persepsi menunjukkan bahwa perawat di ruang bedah yang memiliki persepsi yang baik cenderung memiliki kinerja yang baik pula dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sebanyak 23 orang (82,1%). Sedangkan perawat yang memiliki persepsi yang kurang cenderung memiliki kinerja yang kurang sebanyak 12 orang (52,2%). Pada variabel kepuasan kerja menunjukkan bahwa perawat khususnya di ruang bedah yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi cenderung memiliki kinerja yang baik pula dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sebanyak 27 orang (79,4%), lebih tinggi dari perawat yang kinerjanya kurang dalam pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu sebanyak 7 orang (20,6%). Sedangkan perawat yang memiliki kepuasan kerja yang rendah cenderung memiliki kinerja yang kurang sebanyak 10 orang (58,8%) lebih tinggi dibandingkan dengan perawat yang memiliki kinerja yang baik yaitu sebanyak 7 orang (41,2%). Distribusi
Hubungan
Faktor
Psikologis
Terhadap
Kinerja
Perawat
Dalam
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Interna Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar Tahun 2013 Berdasarkan tabel 5 pada variabel motivasi menunjukkan bahwa perawat di ruang interna yang memiliki motivasi yang baik cenderung memiliki kinerja yang baik pula dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sebanyak 13 orang (54,2%). Sedangkan perawat yang
memiliki motivasi yang kurang cenderung memiliki kinerja yang kurang sebanyak 28 orang 75,7%). Pada variabel sikap menunjukkan bahwa dari 61 perawat di ruang interna yang memiliki sikap positif cenderung memiliki kinerja yang baik pula dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sebanyak 15 orang (82,8%). Sedangkan perawat yang memiliki sikap negatif seluruhnya memiliki kinerja yang kurang sebanyak 24 orang (100%). Pada variabel persepsi menunjukkan bahwa dari 61 perawat di ruang interna yang memiliki persepsi yang baik cenderung sama dengan perawat kinerja yang baik dan kurang pula dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sebanyak 16 orang (50,0%). Sedangkan perawat yang memiliki persepsi yang kurang cenderung memiliki kinerja yang kurang sebanyak 23 orang (79,3%), lebih tinggi dibandingkan dengan memiliki kinerja yang baik yaitu sebanyak 6 orang (20,7%). Pada variabel kepuasan kerja menunjukkan bahwa dari 61 perawat di ruang interna yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi cenderung memiliki kinerja yang baik pula dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sebanyak 17 orang (60,7%), lebih tinggi dari perawat yang kinerjanya kurang dalam pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu sebanyak 11 orang (39,3%). Sedangkan perawat yang memiliki kepuasan kerja yang rendah cenderung memiliki kinerja yang kurang sebanyak 28 orang (84,8%) lebih tinggi dibandingkan dengan memiliki kinerja yang baik yaitu sebanyak 5 orang (15,2%). PEMBAHASAN Pelayanan keperawatan memberi konstribusi dalam menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit. Sehingga setiap upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan salah satunya dengan peningkatan kinerja perawat, dan kinerja perawat dipengaruhi oleh beberapa factor. Berikut akan dibahas hasil penelitian tentang factor psikologis yang dapat mempengaruhi kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap bedah dan interna Rumah sakit TK II Pelamonia Makassar. Penelitian ini menunjukkan hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0.037 (p<0,05) untuk ruang bedah dan p = 0.036 (p<0,05) untuk ruang interna. Hal ini berarti ada hubungan antara motivasi terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Badi’ah (2008) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara faktor motivasi internal dan faktor motivasi eksternal dengan kinerja perawat. Hal ini sejalan juga dengan hasil penelitian Hani (2003) yang menunjukkan bahwa antara motivasi dan kinerja perawat terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Secara logika akan membenarkan bahwa motivasi berpengaruh terhadap kinerja. Orang yang motivasi kerjanya rendah sudah barang tentu kinerjanya juga rendah. Namun perlu diingat bahwa berbicara tentang motivasi akan banyak varians yang terlibat di dalamnya yang secara garis besar mencakup karakteristik individu, karakteristik pekerjaan dan karakteristik situasi kerja yang meliputi: 1) Lingkungan kerja, rekan sekerja dan supervisor maupun pimpinan serta iklim yang mereka ciptakan. 2) Tindakan organisasi yang meliputi sistem imbalan dan kultur organisasi. (As’ad, 2004). Sikap dalam penelitian ini merupakan itikat dalam diri perawat yang ditunjukkan dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan sebagai bagian dari
tugasnya
dan
aktivitas yang menyenangkan yang dapat dinilai. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat di ruang bedah yang memiliki sikap positif cenderung memiliki kinerja yang baik pula dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sebanyak 24 orang (82,8%), hamper sama dengan di ruang interna perawat yang memiliki sikap positif cenderung memiliki kinerja yang baik pula dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sebanyak 15 orang (82,8%). Jika dilihat dari persentase perawat di ruang bedah yang memiliki sikap negatif cenderung memiliki kinerja yang kurang sebanyak 12 orang (54,5%), lebih rendah dibandingkan dengan perawat di ruang interna yang memiliki sikap negatif seluruhnya memiliki kinerja yang kurang sebanyak 24 orang (100%). Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0.012 (p<0,05) untuk ruang bedah dan p = 0.000 (p<0,05). Hal ini berarti ada hubungan antara sikap terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar. Hal ini sejalan dengan penelitian Mustofa (2008), menunjukkan bahwa variabel Sikap dan Kepribadian dengan p value 0,016 dan Exp B 6,238 menunjukkan bahwa sikap dan kepribadian kurang mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan 6 kali lebih besar dibandingkan perawat yang mempunyai sikap dan kepribadian baik. Sikap yang baik adalah sikap dimana dia mau mengerjakan pekerjaan tersebut tanpa terbebani oleh sesuatu hal yang menjadi konflik internal. Ambivalensi sering kali muncul ketika konflik internal psikologis muncul. Perilaku bekerja seseorang sangat dipengaruhi oleh
sikap dalam bekerja. Sedangkan sikap seseorang dalam memberikan respon terhadap masalah dipengaruhi oleh kepribadian seseorang. Kepribadian ini dibentuk sejak lahir dan berkembang sampai dewasa. Kepribadian seseorang sulit dirubah karena elemen kepribadian (id, ego, super-ego) dibangun dari hasil bagaimana dia belajar saat dikandungan sampai dewasa. Perilaku ini dapat dirubah dengan meningkatkan pengetahuan dan memahami sikap yang positif dalam bekerja asertifness. (Wibowo, 2007). Persepsi dalam penelitian ini adalah pandangan perawat dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, dalam hal ini
pendokumentasian asuhan
keperawatan didasarkan pada standar yang digunakan oleh rumah sakit. Dari hasil penelitian tentang hubungan persepsi terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar menunjukkan bahwa perawat di ruang bedah yang memiliki persepsi yang baik cenderung memiliki kinerja yang baik pula dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sebanyak 23 orang (82,1%) lebih tinggi dari perawat di ruang interna yang memiliki persepsi yang baik cenderung dengan kinerja yang baik dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sebanyak 16 orang (50,0%). Sedangkan perawat di ruang bedah yang memiliki persepsi yang kurang cenderung memiliki kinerja yang kurang sebanyak 12 orang (52,2%), dan perawat di ruang interna yang memiliki persepsi yang kurang cenderung memiliki kinerja yang kurang sebanyak 23 orang (79,3%), Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0.022 (p<0,05) untuk ruang bedah dan p = 0.035 (p<0,05) untuk ruang interna. Hal ini berarti ada hubungan antara persepsi terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Priyanto (2005) menggunakan Uji rank spearman pada signifikan 0,05 diperoleh hasil ada hubungan antara persepsi peralatan (r-hitung 0,414 p-value 0,006 dengan kategori agak rendah), persepsi kompensasi (r-hitung -0,479 p-value 0,001 dengan kategori agak rendah),persepsi lingkungan kerja (r-hitung -0,445 p-value 0,003 dengan kategori agak rendah) dengan penerapan asuhan keperawatan. Tidak ada hubungan antara persepsi kemampuan (r-hitung 0,090 p-value 0,572 dan metode kerja (r-hitung -0,35 pvalue 0,825) dengan penerapan asupan keperawatan. Untuk mengupayakan asuhan keperawatan yang optimal perawat harus meningkatkan kemampuan dalam pembuatan dokumentasi proses perawatan dengan benar, mengupayakan metode kerja sesuai standar. Kinerja karyawan juga dipengaruhi oleh kepuasan kerjanya Brahmasari dalam (Ranihusna, 2010). Judge, et al. (2008) mengungkapkan ketika data produktivitas dan kepuasan secara keseluruhan dikumpulkan untuk organisasi, ditentukan bahwa organisasi
yang mempunyai karyawan yang lebih puas cenderung lebih efektif bila dibandingkan organisasi dengan karyawan yang kurang puas. Salah satu aspek yang paling dinilai dalam kepuasan kerja adalah balas pembagian insentif dan suasana kerja. Suasana dan lingkungan kerja juga berperan penting dalam mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Dari hasil penelitian tentang hubungan kepuasan kerja terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar menunjukkan bahwa perawat khususnya di ruang bedah yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi cenderung memiliki kinerja yang baik pula dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sebanyak 27 orang (79,4%), lebih tinggi dari perawat di ruang interna yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi cenderung memiliki kinerja yang baik pula dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sebanyak 17 orang (60,7%). Sedangkan perawat yang memiliki kepuasan kerja yang rendah di ruang bedah cenderung memiliki kinerja yang kurang sebanyak 10 orang (58,8%) lebih rendah dibandingkan dengan perawat di ruang interna yang memiliki kepuasan kerja yang rendah cenderung memiliki kinerja yang kurang sebanyak 28 orang (84,8%) Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0.016 (p<0,05) untuk ruang bedah dan p = 0.001 (p<0,05). Hal ini berarti ada hubungan antara kepuasan kerja terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Kepuasan kerja perawat biasanya akan mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. jika kepuasan kerja baik maka akan nampak pada sikap positif individu pada pekerjaannya. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu faktor lain yang mampu mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Teori hubungan manusiawi menggunakan faktor kondisi lingkungan kerja sebagai salah satu variabel motivator. Asumsi manajemen yang dipakai adalah orang ingin bekerja dalam suatu lingkungan kerja yang aman dan menyenangkan dengan seorang atasan yang adil dan penuh pengertian (Leonard,et al. 2002) Aspek kepuasan kerja akan muncul ketika individu membandingkan apa yang telah dikerjakan harus sebanding dengan apa yang didapatkan. Bila perawat merasa puas dengan yang didapatkannya, maka perasaan itu akan tercermin pada sikap dan perilaknya terhadap pekerjaannya. Hal ini sejalan dengan penelitian Guntur (2012) menunjukkan bahwa kepuasan kerja mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan. Nilai t hitung untuk variabel kepuasan kerja adalah 3,271 dengan hasil signifikansinya 0,002<0,05, maka hipotesis yang menyatakan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja dapat diterima. Berdasarkan hasil uji koefisien
determinasi parsial menunjukkan bahwa kepuasan kerja berkontribusi terhadap kinerja perawat sebesar 13,91%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Judge, et al. (2001) bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara motivasi, sikap, persepsi dan kepuasan kerja perawat dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Perawat dengan motivasi baik cenderung memiliki kinerja yang baik pula. motivasi dapat diperoleh dari dalam maupun dari luar, dapat berupa reward dalam bentuk financial maupun non financial untuk itu disarankan Kepada pihak manajemen rumah sakit untuk terus mempertahankan dan meningkatkan motivasi karyawan dengan memberikan kesempatan yang lebih luas bagi karyawan untuk terus berkembang dan mendapat peluang yang lebih terbuka untuk promosi. Perawat yang memiliki sikap positif dan persepsi yang baik akan pekerjaannya memiliki kinerja yang baik dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan. Begitu juga dengan perawat yang memiliki kepuasan kerja yang baik juga memiliki kinerja yang baik dalam bekerja sehingga disarankan kepada
pihak rumah sakit untuk
mengadakan pelatihan bagi perawat tentang pemahaman tugas pokok dan fungsi, cara pendokumentasian Sedangkan
asuhan
keperawatan
melalui pelatihan Human Relationship’s.
upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja perawat
pelaksana disarankan
dilakukan untuk melakukan perencanaan yang jelas terhadap metode asuhan keperawatan yang digunakan diruangan.
DAFTAR PUSTAKA
As’ad. Muh (2004).Psikologi Industri.Liberty,Yoyakarta Badi’ah (2008). Hubungan Motivasi Perawat dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Daerah Panembahan Senopati Bantul Tahun 2008. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 12 : 74 – 82. Departemen Kesehatan RI. (2001). Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Indikator Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta. Guntur P, Wahono. (2012). Pengaruh Person – Organization Fit, Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Perawat. Management Analysis Journal 1 (1) (2012) Hani, Umi. (2003). Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Semarang 2003.Pascasarjana IKM-Undip. Hyrkas, K., et al. (2009). Expert supervisors’ views of clinical supervision: a study of factors promoting and inhibiting the achievements of professional team supervision. Journal of Advanced Nursing (4), 387– 397. Ilyas, Y. (2001). Kinerja; Teori,Penilaian dan Penelitian, Jakata, Universitas Indonesia Mustofa, (2008), Analisis Pengaruh Faktor Individu, Psikologi dan Organisasi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah sakit Jiwa Daerah Dr Amino Gondohutomo Semarang. Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan; Aplikasi Praktek Keperawatan Profesional, Edisi 2, Salemba Medika. Priyanto, Yudi. (2005). Hubungan Persepsi Perawat Tentang Faktor Pendukung Kinerjapelaksanaan Asuhan Keperawatan Dengan Penerapan Asuhan Keperawatan Di Instalasi Rawat Inap Rs Bhakti Wira Tamtama Semarang Tahun 2005. Tesis. FKM Undip. Ranihusna, Desti. (2010). Efek Rantai Motivasi Pada Kinerja Karyawan. Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 1 (2). pp90-103 Robbins, Stephen dan Judge, Timothy. (2008). Perilaku Organisasi, Organizational Behavior. Jakarta: Salemba Empat. Strauss, George and Sayles Leonard. (2002). Manajemen Personalia (Terjemahan Rochmulyati hamzah).Jakarta, PPm. Wibowo, (2007), Manajemen Kinerja, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
LAMPIRAN
Tabel 1 Karakteristik Perawat di Ruang Bedah dan Interna Rumah Sakit TK II Pelamonia Makassar Data Demografi
N = 112
Persentase (%)
52 60
46,4 53,6
24 79 9
21,4 70,5 8,0
92 20
82,1 17,9
17 95
15,2 84,8
8 92 12
7,1 82,1 10,7
Jenis Kelamin : Laki – laki Perempuan Umur (tahun) 20-29 tahun 30-39 tahun 40-49 tahun Status Pernikahan : Menikah Tidak Menikah Masa Kerja (tahun) : ≤ 5 tahun > 5 tahun Pendidikan : D III S1 S2 Sumber : Data primer ,2013
Tabel 2. Distribusi Perawat Berdasarkan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Bedah Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar Tahun 2013 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pengkajian Diagnosa Perencanaan Tindakan Evaluasi Sumber : Data primer, 2013
Lengkap n 24 29 25 9 39
% 47,1 56,9 49,0 17,6 76,5
Tidak Lengkap N % 27 52,9 22 43,1 26 51,0 42 82,4 12 23,5
Tabel 3. Distribusi Perawat berdasarkan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Interna Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar Tahun 2013 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pengkajian Diagnosa Perencanaan Tindakan Evaluasi Sumber : Data primer, 2013
Lengkap n 22 26 20 22 37
% 36.1 42.6 32.8 36.1 60.7
Tidak Lengkap n % 39 63.9 35 57.4 41 67.2 39 63.9 24 39.3
Tabel 4. Distribusi Hubungan Faktor Psikologis Terhadap Kinerja Perawat
Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Bedah Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar Tahun 2013 Faktor Psikologis Baik Motivasi Baik 22 Kurang 12 Sikaps S Positif 24 u Negatif 10 mPersepsi b Baik 23 e Kurang 11 r Kepuasan Kerja Tinggi 27 : Rendah 7 Total 34 D Data Primer, 2013
Kinerja Perawat % Kurang
%
Total
%
P value
OR
81,5 50,0
5 12
18,5 50,
27 24
100 100
0,037
4,400
82,8 45,5
5 12
17,2 54,5
29 22
100 100
0,012
5,760
82,1 47,8
5 12
17,9 52,2
28 23
100 100
0,022
6,692
79,4 41,2 66,7
7 10 17
20,6 58,8 33,3
34 17 51
100 100 100
0,016
5,510
Tabel 5. Distribusi Hubungan Faktor Psikologis Terhadap Kinerja Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Interna Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar Tahun 2013 Faktor Psikologis Baik Motivasi Baik 13 Kurang 9 Sikap Positif 22 Negatif 0 Persepsi S Baik 16 Kurang 6 Kepuasan Kerja Tinggi 17 Rendah 5 Total 22 Sumber : Data Primer, 2013
Kinerja Perawat % Kurang
%
Total
%
P value
OR
54,2 24,3
11 28
45,8 75,7
24 37
100 100
0,036
3,677
59,5 0
15 24
40,5 100
37 24
100 100
0,000
0,405
50,0 20,7
16 23
50,0 79,3
32 29
100 100
0,035
3,833
60,7 15,2 36,1
11 28 39
39,3 84,8 63,9
28 33 61
100 100 100
0,001
8,655
