ABSTRAK
GAMBARAN PELAYANAN INFORMASI OBAT KEPADA PASIEN DI PUSKESMAS BASIRIH BARU BANJARMASIN. Jhon Mulyono1;Yugo Susanto2;Akhmad Fakhriadi3 Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari orientasi obat (drug oriented) menjadi orientasi pasien (patient oriented) yang mengacu pada asuhan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, Apoteker/Asisten Apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut dalam hal melaksanakan pemberian informasi obat. Penyediaan informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan sangat mendukung dalam pelayanan kefarmasian untuk mendapatkan kerasionalan dan ketepatan penggunaan suatu obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelayanan informasi obat kepada pasien di Puskesmas Basirih Baru Banjarmasin. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggambarkan bagaimana pelayanan informasi obat kepada pasien di Puskesmas Basirih Baru Banjarmasin. Populasi dari penelitian ini berjumlah 1654 pasien yang mengacu pada pasien yang menerima obat pada bulan Maret, dengan rumus Slovin dan diperoleh sampel berjumlah 322 sampel. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi, dimana peneliti melakukan pengamatan langsung (observasi) pada saat pelayanan informasi obat diberikan kepada pasien. Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Basirih Baru, dapat disimpulkan bahwa jenis informasi obat yang diberikan kepada pasien adalah waktu penggunaan obat (96,86%), cara penggunaan obat (24,29%), lama penggunaan obat (9,94%), sedangkan pasien yang diberikan jenis informasi obat tentang interaksi dan cara penyimpanan obat masing-masing (0,29%), dan pasien yang diberikan jenis informasi obat tentang efek yang timbul setelah penggunaan obat yang dirasakan, efek samping obat dan kontra indikasi obat tidak ada (0%). Kata Kunci : Pelayanan, Informasi Obat.
ABSTRACT THE DESCRIPTION OF DRUG INFORMATION SERVICE TO PATIENTS AT BASIRIH BARU PUBLIC HEALTH CENTER IN BANJARMASIN Jhon Mulyono1;Yugo Susanto2;Akhmad Fakhriadi3 Today, there has been a shift in tems of pharmaceutical services in the orientation of the drug in to the patient orientation. Activities of pharmaceutical services that previously only focused on medication management as a commodity into a comprehensive service that aims to improve the quality of life of patients. As a consequence of changes in the orientation, Pharmacist/Assistant Pharmacist as pharmacy staff is required to improve the knowledge, skills, behaviors that can interact directly with patients. The form of interaction in terms of implementing the provision of drug information. Provision of drug information correct, objective and complete will be very supportive of the pharmaceutical services to get rational and correct use of a drug. This study aims to describe the drug information services to patients at Basirih Baru Public Health Center in Banjarmasin. This is a descriptive study to illustrate how the drug information services to health center patients in Basirih Baru. The population consists of 1654 patients who refers to patients who received the drug in March, with Slovin formula and obtained samples totaling 322 samples. The instrument used in this study is the observation sheet, where researchers make direct observations at the time of drug information services provided to patients. Results of research conducted in Basirih Baru Public Health Center in Banjarmasin, it can be concluded that the type of drug information given to patients is time drug use (96.86%), how the use of drugs (24.29%), long use of drugs (9.94%), while the patient is given the kind of information about drug interactions and how each drug storage (0.29%), and patients are given the kind of information about the effects of drugs that arise after the perceived drug use, drug side effects and contraindications drug no (0%). Keyword : Services, Drug Information.
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu,
dan
berkesinambungan
(Depkes,2004a).
Dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat, puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu (Depkes, 2006a). Untuk itu masyarakat setelah menerima pelayanan kesehatan beserta obat tentunya perlu mendapatkan informasi tentang penggunaan obatnya agar dapat digunakan dengan benar, tepat dan aman. Puskesmas merupakan salah satu ujung tombak pelayanan kesehatan dasar dalam sistem pelayanan kesehatan Indonesia. Puskesmas mempunyai peran strategis dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan salah satu
komponen penting dalam pelayanan
kesehatan dasar. Sejalan dengan
perkembangan jaman dan ilmu pengetahuan, maka kemampuan petugas pengelola obat di puskesmas perlu ditingkatkan terus menerus. Salah satu aspek yang selama ini terabaikan adalah penyediaan informasi obat di puskesmas (Depkes, 2006b). Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari orientasi obat (drug oriented) menjadi orientasi pasien (patient oriented) yang mengacu pada asuhan
kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, Apoteker/Asisten Apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien sehingga pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien lebih efektif. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Farmasis harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan (Depkes,2004). Tenaga kefarmasian sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan, khususnya pelayanan kefarmasian (Depkes, 2009). Pelaksanaan kefarmasian
yang
pelayanan diatur
informasi dalam
No.1197/MENKES/SK/X/2004.Pelayanan
obat
merupakan
Keputusan informasi
Menteri obat
kewajiban
tenaga
Kesehatan
merupakan
RI
kegiatan
pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada Dokter, Apoteker, Perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Obat merupakan komponen yang penting karena diperlukan dalam sebagian besar upaya kesehatan untuk menghilangkan gejala dari suatu penyakit, mencegah penyakit, serta dapat menyembuhkan penyakit. Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat. Oleh sebab itu, penyediaan
informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan sangat mendukung dalam pelayanan kefarmasian untuk mendapatkan kerasionalan dan ketepatan penggunaan suatu obat. Hasil observasi dan kenyataannya di lapangan saat ini, pelayanan kefarmasian khususnya pemberian informasi obat di Puskesmas Basirih Baru Banjarmasin kepada pasien masih belum lengkap dan merata. Informasi obat yang diberikan ke pasien hanya mengenai indikasi, aturan pakai dan waktu penggunaan obat yang diberikan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran pelayanan informasi obat kepada pasien, khususnya di Puskesmas Basirih Baru Banjarmasin. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menjadi masukan bagi pihak puskesmas untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian yang dimaksud, khususnya dalam hal memberikan pelayanan informasi obat yang sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas, dimana informasi yang diberikan meliputi waktu penggunaan obat, lama penggunaan obat, cara penggunaan obat, efek yang akan timbul dari penggunaan obat yang akan dirasakan, efek samping obat, interaksi obat dengan obat lain atau makanan tertentu, kontra indikasi obat, cara penyimpanan serta informasi lain yang berguna untuk meningkatkan terapi pasien.