1
INTERAKSI PEGAWAI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN JURU PARKIR SERTA MASYARAKAT DI KOTA TANJUNGPINANG
Naskah publikasi diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana bidang Ilmu Sosiologi
NASKAH PUBLIKASI Oleh : NAMA : FITRI SUDIRANTO NIM : 100569201100
PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2014
2
ABSTRAK
INTERAKSI PEGAWAI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN JURU PARKIR SERTA MASYARAKAT DI KOTA TANJUNGPINANG Fitri Sudiranto 100569201100 Skripsi ini membahas tentang Interaksi Pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika Dengan Juru Parkir Serta Masyarakat Di Kota Tanjungpinang. Dapat dilihat melalui dimensi kerja sama antara pihak dinas perhubungan, juru parkir dan masyarakat., persaingan antara juru parkir dengan juru parkir lainnya dalam menangani parkir, dan Pertikaian (conflict) antara juru parkir, petugas Dinas Perhubungan ataupun pengendara dalam perparkiran. Penelitian ini dilakukan Untuk mengetahui bagaimana bentuk Interaksi Pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika Dengan Juru Parkir serta Masyarakat Di Tanjungpinang. Penelitian ini dilakukan berdasarkan acuan mengacu pada Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalulintas Dan Angkutan jalan dalam pasal 43 ayat (30 yang berbunyi Fasilits Parkir Didalam Ruang Jalan Hanya Dapat diselenggrakan ditempat tertentu pada jalan Kabupaten, Jalan Desa, Atau Jalan Kota yang harus dinyatakan oleh rambu lalu lintas , dan/ marka jalan. Dan dari pada itu dalam menertibkan perparkiran di seluruh Kota Tanjungpinang pihak Dinas Perhubungan menjalankan kegiatan berdasarkan Keputusan Walikota Tanjunpinang Nomor 73 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tertib Lalu Lintas Dan Perparkiran Di seluruh Ruas Jalan Wilayah Kota Tanjungpinang. Penelitian ini juga berdasarkan kerangka teori yang dikemukakan menurut Soekanto (2007:64) yang mana beliau melihat Interasi perparkiran dapat dilihat dari tiga dimensi yaitu: kerja sama antara pihak dinas perhubungan, juru parkir dan masyarakat., persaingan antara juru parkir dengan juru parkir lainnya dalam menangani parkir, dan Pertikaian (conflict) antara juru parkir, petugas Dinas Perhubungan ataupun pengendara dalam perparkiran. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan berusaha melaksanakan pengkajian data deskriptif yang akan dituangkan dalam bentuk laporan atau uraian penelitian yang menghasilkan deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang diamati. Dengan tekhnik pengumpulan data melalui wawancara, observasi di lapangann yang selanjutnya di analisis secara deskriptif kualitatif. . Kata Kunci: Interakasi antara Dinas perhubungan terhadap Juru parkir Serta masyarakat
3
ABSTRAC
INTERACTION OF TRANSPORTATION DEPARTMENT EMPLOYEE COMMUNICATION AND INFORMATION SOCIETY AND THE INTERPRETATION OF PARKING IN CITY TANJUNGPINANG Fitri Sudiranto 100569201100
This thesis discusses the Employee Interaction Department of Communication and Information Society And The Interpreter Parking In Tanjungpinang. Can be seen through the dimension of cooperation between the departments of transportation, parking attendants and community., The competition between the parking attendants with other parking attendants to handle parking, and clash (conflict) between the parking attendants, officials in the Department of Transportation or motorists parking. This study was conducted to determine how the shape Employee Interaction Department of Communication and Informatics With Internet and Society Interpreter In Tanjungpinang. This study was conducted based on the reference refers to Act 22 of 2009 on Traffic and Transportation road in Article 43 paragraph (30 which reads fasilits Parking Space In The Only Way to a certain place on the road diselenggrakan District, Village Road, City Road Or should stated by traffic signs, and / road markings. and from that point on the curb parking around Tanjungpinang the Department of Transportation conducts activity by Mayor Decision No. 73 of 2014 Tanjunpinang About the Region traffic and Perparkiran tongue across roads area Tanjungpinang. this study was also based on the theoretical framework proposed by Soekarno (2007: 64) in which he saw the parking iteration can be viewed from three dimensions: cooperation between the departments of transportation, parking attendants and community., competition between parking officer with other parking attendants in handle parking, and clash (conflict) between the parking attendants, officials in the Department of Transportation or motorists parking. This research uses a qualitative research study is trying to carry out an assessment descriptive data that will be poured in the form of a report or description of the research that produces descriptive form of words written or spoken of people and observed behavior. With the techniques of data collection through interviews, observations on the next lapangann in qualitative descriptive analysis. Keywords: Interaksi between the transportation bureau to the Savior And public parking
4
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………… .....................1 ABSTRAK ……………....……………………………………………….............2 ABSTRAC .............................................................................................................3 DAFTAR ISI ………………………………………………………………..........4 A. Latar Belakang ..................................................................................................5 B. Perumusan Masalah ...........................................................................................9 C.Tujuan .................................................................................................................9 D.Kegunaan ............................................................................................................9 E. Metode Penelitian ......................................................................................... 10 1. Jenis Penelitian ....................................................................................... 10 2. Lokasi Penelitian .................................................................................... 10 3. Jenis Data ............................................................................................... 11 4.Populasi dan Sampel ................................................................................ 12 5. Tekhnik Pengumpulan Data ................................................................... 12 F. Landasan Teori................................................................................. ................ 13 1. Interaksi Sosial ........................................................................................ 13 2. Sosialisasi ................................................................................................ 20 3. Masyarakat .............................................................................................. 21 4. Perparkiran .............................................................................................. 21 G.Hasil Penelitian ................................................................................................. 23 1. Kerjasama antara Dinas Perhubungan dengan Juru Parkir dan masyarakat................................................................................... .............. 23 2. Persaingan antara juru parkir dengan juru parkir lainnya dalam menangani Parkir.......................................................................................................... .26 3.Pertikaian (conflict) antara juru parkir, petugas Dinas Perhubungan ataupun Pengendara dalam perparkiran..................................................................... 28
H.Penutup A. Kesimpulan ................................................................................ 32 B. Saran ........................................................................................... 33 I.Daftar Pustaka ................................................................................................... . 34
5
A. Latar Belakang Menjadi tukang parkir bukanlah hal yang mudah karena mereka sampai harus rela berpanasan dan kehujanan hanya untuk sebuah penghidupan keluarganya. Tukang parkir mempunyai tanggung jawab yang besar dalam menjaga kendaraan yang diparkirkan di lokasinya, karena apapun yang terjadi disebabkan diluar dari kelalaian si pengendara adalah tanggung jawab penuh dari juru parkir. Parkir di Kota Tanjungpinang memang begitu sulit apalagi ditambah dengan pengendara yang baru pandai menyetir kendaraan disinilah peran juru parkir sangatlah penting, juru parkir akan menginstruksikan pengendara agar lebih mudah memarkirkan kendaraannya. Kegiatan ini akan berpulang kepada petugas Dinas Perhubungan, sebab masalah ini merupakan salah satu keahlian dari pihak Dinas Perhubungan. Demikian juga masalah penilaian keduanya merupakan bagian yang yang tidak dapat dipisahkan dalam perparkiran. Dalam rangka untuk mendapatkan data sebagai bahan informasi guna mempermudah dalam melaksanakan pengaturani terhadap kegiatan perparkiran, pihak Dinas Perhubungan harus rutin mengadakan pertemuan bersama juru parkir agar proses interaksi antara petugas Dinas Perhubungan dapat berjalan dengan lancar, serta dapat memberikan pengetahuan yang cukup kepada juru parkir di Kota Tanjungpinang. Keberadaan lokasi parkir di seputaran pasar Tanjungpinang cukup rumit dikarenakan jumlah kendaraan yang semakin meningkat, namun kondisi jalan tidak terjadi penambahan dan lokasi kendaraan yang parkir di
6
tepi jalan banyak yang berlapis sehingga menimbulkan kemacetan yang terjadi. Komunikasi antar petugas Dinas perhubungan telah memasng ramburambu pada setiap lokasi parkir di seputaran pasar. Namun kenyatan yang terjadi masih saja kenadaraan yang diparkirknan masih berlapis. Belum ada proses penindakan yang dilakukan terahadap petugas juru parkir yang ada maupun pengguna kendaraaan dikarenakan baru akan diberlakukan nya kawasan tertib lalulintas di seputaran pasar Tanjungpinang. Seharusnya
juru
parkir
yang
ada
di
Tanjungpinang
harus
menggunakan seragam juru parkir, dan kelengkapan lainnya seperti kartu nama namun kenyataan dilapangan dalam pemantauan sementara peneliti selama ini masih saja ada beberapa juru parkir yang tidak menggunakan seragam dan tanda pengenal yang diberikan oleh pihak Dinas Perhubungan. Dalam penglihatan sementara peneliti bahwa seharusnya juru parkir memberikan petunjuk kepada pengendara agar parkir sesuai dengan marka dan rambu yang telah ditentukan oleh pemerintah namun kenyataan dilapangan juru parkir dengan sengaja membiarkan pengendara memarkirkan kendaraan tidak sesuai dengan jalurnya, misalnya lokasi marka untuk roda empat namun digunakan untuk roda dua. Begitu halnya juga dengan pihak Dinas perhubungan seharusnya
juru parkir
yang
berada di
Kota
Tanjungpinang harus tau dan mampu serta memahami bagaimana mengatur dan menempatkan kendaraan yang parkir sesuai dengan rambu-rambu dan marka yang ada, namun kenyataannya yang peneliti ketahui untuk sementara juru parkir kurang memahami arti rambu-rambu dan marka parkir, seharusnya
7
pihak Dinas Perhubungan lebih giat dalam mensosialisasika tata cara memarkirkan kendaraan berdasarkan rambu-rambu dan marka terhadap juru parkir. Masih banyak petugas juru parkir yang tidak menggunakan seragam dan tidak menggunakan tanda pengenal apa yang telah tetapkan oleh pihak Dinas
Perhubungan,
memarkirkan
kendaraan
dengan
sesuka
hatinya,seharusnya kita melihat bahwa juru parkir sudah mampu mengelola lokasi parkir. Peneliti meliht terhadap petugas juru pakir yang ada begitu banyak, namun faktor kemacetan masih tetap ada. Apa kemungkinanan kurangnya interaksi antara pihak pegawai Dinas Perhubungan terhadap juru parkir dalam memberikan pemahaman tata cara mengatur kendaraan yang parkir sebagai juru parkir serta bagaimana memarkirkan kendaraan sesuai dengan kondisi rambu-rambu dan marka jalan yang ada selama ini. Penertiban kawasan perparkiran di Kota tanjungpinang dilakukan agar kawasan tersebut bisa lebih rapi, serta untuk membatasi arus kendaraan kesuatu kawasan pasar yang perlu di batasi lalulintasnya. Penertiban lokasi parkir di Kota Tanjungpinang juga di dukung oleh rambu-rambu serta marka parkir. Untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan kawasan tertib lalu lintas serta perparkian perlu di ambil langkah-langkah yang tegas dalam menindak para pelanggar kebijakan parkir. Namun dari pada itu dalam me;akukan penertiban kawasan tertib lalulintas serta perparkiran Pihak Dinas Perhubungan Kota Tanjungpinang bekerja sama dengan pihak Satlantas Polres Kota Tanjungpinang mengacu pada Undang-
8
Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalulintas Dan Angkutan jalan dalam pasal 43 ayat (30 yang berbunyi Fasilits Parkir Didalam Ruang Jalan Hanya Dapat diselenggrakan ditempat tertentu pada jalan Kabupaten, Jalan Desa, Atau Jalan Kota yang harus dinyatakan oleh rambu lalu lintas , dan/ marka jalan. Dan dari pada itu dalam menertibkan perparkiran di seluruh Kota Tanjungpinang pihak Dinas Perhubungan menjalankan kegiatan berdasarkan Keputusan Walikota Tanjunpinang Nomor 73 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tertib Lalu Lintas Dan Perparkiran Di seluruh Ruas Jalan Wilayah Kota Tanjungpinang. Dan menegenai retribusi parkir menggunakan Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum.
Dalam hal ini pentingnya peneliti membahas masalah perparkiran dikarenakan bentuk ketidakpuasan masyarakat terhadap lokasi perparkiran di tepi jalan umum Kota Tanjungpinang yaitu tidak jarang dengan sengaja kendaraan diparkirakan tidak teratur oleh petugas juru parkir yang hanya ingin meraup untung yang besar. Tempat parkir yang seharusnya diparkirkan untuk kendaraan roda dua digunakan untuk kendaraan roda empat sehingga, kapasitasnya menjadi berkurang untuk kendaraan roda 2 dikarenakan tingkat kesadaran pengguna kendaraan roda empat yang tidak mau repot-repot dalam memarkirkan kendaraannya. Serta bagaimana kerjasa sama ataupun pola interaksi antara pegawai Dinas perhubungan dengan petugas juru parkir serta masyarakat dalam hal perparkiran di Kota Tanjungpinang.
9
B. Rumusan masalah Bagaimanakah Bentuk Interaksi Pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika
Dengan Juru Parkir Serta Masyarakat Di Kota
Tanjungpinang? C. Tujuan penelitian .
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui bagaimana bentuk Interaksi Pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika Dengan Juru Parkir serta Masyarakat Di Tanjungpinang. D. Kegunaan Penelitian Dengan melihat dari tujuan penelitian yang penulis paparkan sebelumnya maka nantinya diharapkan dari hasil penelitian memiliki kegunaan, antara lain : a. Kegunaan Praktis 1) Sebagai bahan dan masukan bagi Pemerintah Kota Tanjungpinang khususnya pihak Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika Kota Tanjungpinang 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam pegawai dan aparatur yang menjalankan kegiatan tersebut. b. Kegunaan Akademis 1) Bagi Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan motivasi guna memiliki pengetahuan yang lebih luas dan dapat dijadikan bahan
10
referensi bagi mahasiswa yang kelak akan membutuhkannya mengenai diberlakukannya kawasan tertib lalulintas dan perparkiran di Kota Tanjungpinang 2) Sebagai bahan bacaan untuk mengembangkan wawasan pengetahuan yang lebih luas khususnya di bidang Sosiologi
E. Metode penelitian 1. Jenis Penelitian Menurut
Sukmadinata
(2006:72)
suatu
penelitian
yang
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada yang bisa berbentuk aktivitas,
karakteristik,
perubahan,
hubungan,
kesamaan
dan
perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya disebut penelitian deskriptif. Oleh karena itu, berdasarkan fenomenafenomena yang dilhat maka jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau
lebih
(independen)
tanpa
membuat
perbandingan
atau
perhubungan dengan variabel lainnya. 2. Lokasi Penelitian Tempat atau lokasi penelitian di yang penulis lakukan bertempat di kecamatan Tanjungpinang Kota di Tanjungpinang dikarenakan sebagai berikut :
11
a. Karena di lokasi tersebut yang dilakukan pemberlakuan kawasan tertib lalu lintas serta perparkiran. b. Karena di kawasan tersebut yang mengalami permasalahan lalulintas dan perparkiran yang cukup besar. 3. Jenis Data Di dalam penelitian hal yang akan diteliti tidak akan menjadi kuat bila tidak didasari pada data karena darri data ini kita mendapatkan informasi-informasi
yang
sangat
penting
sebagai
penunjang
kelancaran penelitian. Dan ada beberapa teknik dalam pengumpulan data yaitu : a. Data Primer Data primer adalah suatu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dengan kata lain data yang didapatkan oleh peneliti diperoleh secara langsung. kata-kata atau ucapan dari informan yang berkaitan dengan diberlakukannya kawasan tertib lalulintas dan perparkiran kota lama Di Tanjungpinang. b. Data Sekunder Data sekunder adalah suatu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Misalnya data diperoleh dari orang lain atau lewat yang sumber dari buku dan majalah ilmiah, sumber arsip dokumen pribadi dan dokumen resmi.
12
4. Populasi dan Sampel Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap yang biasanya berupa orang, obyek atau kejadian dimana peneliti tertarik untuk mempelajari atau menjadi obyek penelitian ( Kuncoro, 2003 ). Sampel dalam penelitian ini merupakan mewakili dari beberapa yang terdapat dalam penelitian namun di sebut oleh peneliti sebagai informan. Adapun teknik dalam pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling merupakan teknik penentuan sample dengan mempertimbangkan tertentu karena peneliti menganggap bahwa seseorang tersebut memiliki informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini yang menjadi sampelnya adalah pihak dinas perhubungan, petugas juru parkir dan masyarakat. 5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Dalam teknik pengumpulan data ini penelitian yang cocok adalah penelitian kualitatif karena merupakan pengamatan untuk melihat secara langsung pada situasi penelitian. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data ini bisa berupa pengamatan dengan mengunakan indra pengeliatan yaitu mata dan mengunakan alat tulis untuk melakukan pencatatan data observasi. b. Wawancara Pada teknik pengumpulan data ini sangat penting karena peneliti melakukan petanyaan-pertanyaan secara langsung dengan tujuan
13
mendapatkan informasi dan media yang dapat digunakan dalam wawancara ini menggunakan rekaman serta menggunakan pedoman wawancara untuk memudahkan peneliti mencari informasi yang dibutukan. c. Dokumentasi Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan agar sesuai dengan apa yang diharapkan, maka peneliti menggunakan beberapa metode yaitu: metode dokumentasi berupa foto dan metode dokumentasi yang digunakan untuk mengumpulkan data atau laporan tertulis dari semua peristiwa yang isinya atas penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa tersebut. Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang terkait dengan bentuk Interaksi Pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika Dengan Juru Parkir Di Kota Tanjungpinang dan lain-lain.
F. Landasan teori 1. Interaksi Sosial Menurut Simmel dalam Sabarno Dwirianto (2013:34) interaksi menurut tipenya meliputi: 1) Interaksi yang terjadi antara individu-individu 2) Interaksi yang terjadi antara individu-kelompok, dan 3) Interaksi yang terjadi antara kelompok-individu.
14
Menurut Simmel dalam Sabarno Dwirianto (2013:35) masyarakat adalah suatu bentuk interaksi sosial atau hubungan sosial yang terpola seperti halnya jaring laba-laba dan tugas sosiolog untuk meneliti bentuk interaksi sedemikian itu bagaimana mereka terjadi dan mewujud didalam kehidupan sejarah dan seiring dengan budaya yang berbeda. Bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), Akomodasi (accomodation), persaingan (competition), dan pertikaian (conflict). Konflik selalu menuju suatu penyelesaian, namun dalam prosesnya dapat berkondisi sementara, yang disebut akomodasi (accomodation). Ada yang menganggap akomodasi sebagai bentuk ke empat dari interaksi sosial. Menurut Gilin dan gillin, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai adanya interaksi sosial yakni: 1. Proses yang assosiatif yaitu suatu proses sosial yang mengindikasikan adanya gerak pendekatan atau penyatuan. Bentuk-bentuk khusus proses sosial yang assosiatif adalah koperasi, akomodasi, asimilasi dan akulturasi. 2. Proses dissosiatif yaitu proses sosial yang mengindikasikan pada gerak ke arah perpecahan. Bentuk-bentuk khusus proses sosial yang dissosiatif adalah kompetisi, konflik, dan kotravensi.
Menurut Syahrial Dan Rusdiyanta (2009:28) kerja sama timbul karena orientasi orang terhadap kelompoknya, maka harus ada kondisi pembagian kerja yang serasi dan imbalan yang jelas. Ada tiga bentuk kerja sama yaitu: a. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian pertukaran barang dan jasa antar dua organisasi.
mengenai
15
b. Cooperation, yaitu proses penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan suatu organisasi guna menghindari goncangan stabilitas organisasi tersebut (saling mendukung). c. Coalition, yaitu kombinasi dari dari dua organisasi yang mempunyai tujuan sama sehingga bersifat kooperatif. Jika kerja sama itu berdasaran bagi hasil, disebut join-venture. Ada 5 bentuk kerja sama menurut Soekanto (2007:68): 1) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong. 2) Bargaining yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barangbarang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih. 3) Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu orgaisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas oorganisasi yang bersangkutan. 4) Koalisi (colition), yakni kombinasi anttara dua atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemunkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif. 5) Join venture yaitu kerjasama dalam penguahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batu bara, perfilman, perhotelan dan seterusnya.
Proses-proses interaksi yang pokok dalam
soekanto (2007:65) sebagai
berikut: 1. Proses asossiatif A
Kerja sama (cooperation) Beberapa sosiolog mengangap bahwa kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Sebaliknya, sosiolog yang lain mengangap bahwa kerja samalah yang merupakan proses utama.
16
B. Akomodasi (accomodation) Akomodasi digunakan dalam dua arti, yaitu menunjukkan pada suatu keadaan dan untuk menunjukkan pada suatu proses. Aomodasi sebagai keadaan berarti kenyataan adanya suatu keseimbangan (equilibrum) dalam interaksi antara orang-perorangan dan kelompokkelompok manusia, sehubungan dengan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. C. Asimilasi (asimilation) Proses asimilasi ditandai adanya usaha-usaha mengurangi berbagai perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompokkelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tidak, sikap-sikap dan proses-proses
mental
dengan
memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Ada beberapa proses interaksi sosial yang memeri arah ke proses asimilasi, jika: a. Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, begitu juga pihak lai berlaku sama b. Interaksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan c. Interaksi sosial tersebut bersifat angsung dan primer d. Fekuensi iteraksi sosial tinggi dan tetap seta keseimbangan antara pola-pola asimilasi tersebut
17
2.
Proses Sosial Dissosiatif
A. Persaingan (competition) Persaingan merupakan proses sosial, dimana seseorang atau kelompok sosial bersaing memperebutkan nilai atau keuntungan bidang kehidupan melalui cara-cara menarik perhatian pubik. Menurut
soekanto (2007-33) persaingan memiliki dampak positif
antara lain: a) Menatukan keinginan-keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif. b) Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing. c) Merupakan alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial. d) Sebagai aat untuk menyaring para golongan karya ”fungsional” yang artinya menghasilkan pembagian kerja yang efektif. B. Pertikaian (conflict) Pertikaian merupakan proses sosial dimana seseorang atau kelompok sosial berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang lawannya dengan ancaman atau kekerasan. Adapun sebab-sebabnya adalah: a) Perbedaan budaya yang melatarbelakangi sikap atau pendirian kelompok yang menyebabkan pertentangan antar kelompok.
18
b) Perbedaan pendirian atau sikap yang tidak terkendali oleh akal. c) Bentrokan kepentingan, misalnya bidang ekonomi, politik dan sebagainya. d) Perubahan sosial yang di iringi perubahan sikap tentang nilai tertentu sebagai akibat perubahan atau diorganisasi. Interaksi sosial dapat mengarah kepada proses Menurut soekanto (2007:62) interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Dua syarat terjadinya interaksi sosial; 1) Adanya kontak sosial (social contac), yang dapat berlangsung dalam bentuk yaitu antar individu, antar individu dengan kelompok, antar kelompok. Selain itu suatu kontak dapat pua bersifat langsung maupun tidak langsung. 2) Adanya komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Adapun bentuk-bentuk dari hubungan sosial menurut Simmel dalam Sabarno
(2013:35)
,dominasi (penguasaan),
Subordinasi
(penundukan), kompetisi, imitasi, pembagian pekerjaan, pembentukan kelompok atau partai-partai. Pada keadaan yang sama aitu kehidupan dengan interaksi dan komunikasi dapat menumbuhkan kemungkinan-kemungkinan tertentu, dimana hal tersebut memiliki dampak positif dan negatif, ada pada
19
suatu saat
seseorang
merasakan kedekatan,
kekompakan,
dan
keersamaan baik secara pribadi maupun secara kelompok. Untuk mengetahui hilangnya kejelasan makna seperti yang dikemukakan oleh Osborne dan Plastrik tersebut akibat dari persepsi yang salah akan dijelaskan beberapa konsep tentang persepsi. Keberadaan persepsi itu sendiri oleh Berger (2002:29) mengatakan bahwa “Terdapat hubungan antara pengetahuan sebagai persepsi individu dengan lingkungan sosial dan hubungan tersebut masuk kedalam suatu analisis sosiologis yang memadai mengenai kontekskonteks tersebut”. Sedangkan menurut Thoha (1999:123) menjelaskan bahwa: “Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap sesuatu dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap sesuatu”. Sebelum terbentuknya sebuah persepsi pada diri seseorang yang biasanya diterima melaiui panca indera, terlebih dahulu melalui beberapa tahapan proses. Dalam proses pembentukan persepsi Thoha (1999:127-128) ada beberapa tahap: “Pertama yang dianggap penting adalah stimulus atau situasi yang hadir; kedua adanya registrasi yang menunjukkan mekanisme penginderaan dan sistem syaraf dalam mendengar dan melihat yang selanjutnya terdaftar dalam fikiran. Proses ketiga adalah interpretasi daftar masukan dengan menggunakan aspek kognitif. Proses interpretasi ini tergantung pada cara pendalaman (learning) seseorang, motivasi dan kepribadian seseorang interpretasi terhadap sesuatu informasi yang sama akan berbeda untuk setiap orangnya sehingga
20
tahap ketiga ini menjadi penting dalam memahami persepsi. Selanjutnya proses umpan balik (feed back) dari peristiwa maupun objek”.
2. Sosialisasi Menurut Vander Zanden, sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui mana kita mengenal cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat berperan serta secara efektif dalam masyarakat (Ihromi, 1999; 75). Menurut Vebrianto dalam Khairuddin (1997: 63) menyimpulkan bahwa sosialisasi: 1) Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu proses akomodasi dengan mana individu menahan, mengubah impul-impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakat 2) Dalam proses sosialisasi itu mempelajari kebiasaan, sikap, ideide, pola-pola, nilai dan tingkah laku, dan standar tingkah laku dalam masyarakat dimana ia hidup 3) Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya Dalam proses sosialisasi, kegiatan-kegiatan yang di cakup adalah: a) Belajar (learning) b) Penyesuaian diri dengan lingkungan c) Pengalaman mental
21
3. Pengertian Masyarakat Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.Seperti;
sekolah,
keluarga,perkumpulan,
Negara
semua
adalah
masyarakat. merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt ”masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut”. 4.
Pengertian Perparkiran Menurut Sunarto (2005 : 118) menjelaskan bahwa : a) Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu keadaraan bermotor bersifat sementara. b) Tempat parkir umum adalah tempat yang berada di tepi jalan atau halaman pertokoan yang tidak bertentangan dengan rambu-rambu lalu lintas dan tempat-tempat lain yang sejenis yang diperbolehkan untuk tempat parkir umum dan dipergunakan untuk menaruh kendaraan bermotor dan atau tidak bermotor yang tidak bersifat sementara. c) Tempat parkir khusus adalah tempat yang khusus disediakan, dimiliki, dan atau dikelola oleh pemerintah daerah, orang atau badan yang meliputi pelataran lingkungan parkir, dan sejenisnya. d) Tempat parkir insidentil adalah tempat-tempat parkir kendaraan yang diselenggarakan secara tidak tetap atau tidak permanent
22
e) f) g) h) i) j)
karena adanya suatu kepentingan atau kegiatan dan atau keramaian, baik mempergunakan fasilitas umum maupun fasilitas sendiri. Petak parkir adalah bagian-bagian dari tempat parkir untuk memarkir kendaraan yang ditandai dengan marka jalan. Petugas parkir adalah petugas yang diberi tugas mengatur penempatan kendaraan yang diparkir. Rambu parkir adalah tanda-tanda yang menunjukkan tempattempat parkir yang ditunjuk. Kendaraan adalah setiap kendaraan beroda dua atau lebih, baik bermotor maupun tidak bermotor. Retribusi tempat parkir adalah pembayaran atas pelayanan tempat parkir. Wajib parkir adalah orang atau badan yang mendapatkan atau menikmati jasa pelayanan parkir.
k) Objek retribusi adalah pelayanan penyediaan tempat parkir umum dan tempat parkir khusus yang meliputi : 1) Di tepi jalan umum yang diizinkan. 2) Pelataran/lingkungan parkir yang merupakan halaman kantor instansi pemerintah daerah. 3) Halaman pertokoan. 4) Taman parkir. 5) Gedung parkir. 6) Tempat lain yang sejenis. l) Subjek retribusi adalah setiap orang yang memanfaatkan tempat parkir umum dan tempat parkir khusus. m) Dengan meningkatnya pembangunan di daerah perkotaan yang ditandai dengan adanya perubahan dan perkembang kehidupan masyarakat di segala bidang, sedikit demi sedikit perubahan dan perkembangan tersebut tumbuh sejalan dengan penyediaan sarana dan prasarana perkotaan. Diantaranya yaitu penyediaan sarana transportasi dengan cara penambahan dan pembangunan jalan-jalan baru. Perubahan dan perkembangan tersebut juga menjadikan suasana kota semakin ramai dan sibuk dalam hal ini jumlah kendaraan yang lalu lalang pun semakin bertambah. Untuk lebih meningkatkan ketertiban lalu lintas maka dipandang perlu untuk menertibkan pangkalan parkir.
Penertiban dan pengaturan pangkalan parkir ini meliputi penertiban petugas parkir dan kendaraan yang diparkir. Selain bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pemerintah daerah juga melihat adanya peluang ekonomis dari usaha parkir ini, yaitu jika
23
dikoordinasi secara baik dan benar maka akan mendatangkan pendapatan asli daerah. Di samping itu diharapkan dengan penertiban dan pengaturan pangkalan
parkir
ini
akan
turut
serta
memperlancar
jalannya
pembangunan, dalm hal ini partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk mencapai tujuan pembangunan G. Hasil penelitian 1. Kerjasama antara Dinas Perhubungan dengan Juru Parkir dan masyarakat Kiranya semua kita tahu pekerjaan juru parkir. Mereka bertugas menata dan sekaligus mengamankan semua jenis kendaraan yang lagi diparkir. Juru parkir ini di bawah naungan pihak Dinas Perhubungan Kota Tanjungpinang. Juru parkir tidak membutuhkan ketrampilan yang memerlukan pelatihan dan pihak dinas perhubungan juga harus menjamin layaknya juru parkir tersebut tidak merugikan bagi pengendara yang sedang melintas atau parkir a) Dinas Perhubungan Menata Perparkiran Bersama Juru Parkir Semenjak diberlakukan kawasan tertib lalulintas yang di lakukan oleh pihak Dinas Perhubungan Kota tanjungpinang petugas juru parkir serta petugas Dinas Perhubungan Kota bekerja lebih giat dan harus lebih sabar dalam menghadapi pengendara kendaraan roda 4 maupun roda 2 yang akan mencari tempat parkir. Adapun dari pada itu Kasi Manajemen rekayasa lalu lintas yang secara khusus menangani masalah parkir di Kota Tanjungpinang selalu mengintruksikan
24
terhadap staf nya dilapangan agar membantu juru parkir untuk merapikan kendaraan di lokasi padat yang jika juru parkir tersebut kewalahan dalam mengurus dan menata lokasi parkir. Maka dari pada itu Kasi Manajemen Rekayasa Lalu Lintas selalu memberikan pengarahan terhadap juru parkir yang berada di kawasan Kota Tanjungpinang agar dapat bekerjasama dengan petugas Dinas Perhubungan maupun masyarakat sebagai pengendara yang akan memarkirkan kendaraannya di lokasi parkir tersebut. Dengan memberikan seragam parkir, pluit serta stick light agar juru parkir bisa mengatur kendaraan pada malam hari guna menghindari kecelakaan baginya maupun bagi penguna kendaraan. Menurut informan Md selaku kasi manajemen Rekayasa lalu Lintas yang menjelaskan tentang sebagai berikut: “Dinas Perhubungan menata perpakiran udah 6 bulan sosialisasi masalah akan tertib lalu lintas kegiatan tersebut udah diberitahukan dulu ke masyarakat, saya kasih tau staf saya dilapangan untuk membantu tukang parkir mengrus kendaraan agar dilihat lebih rapi, kami juga memberikan seragam parkir, pluit serta stick light untuk tukang parkir agar lebih aman kerja siang dan malam hari ”. (sumber hasil wawancara, 25 july 2014) b) Kerjasama antara pegawai Dinas perhubungan dengan masyarakat pengendara Setiap masyarakat berkendaraan yang datang ke pasar Kota lama selalu ingin mendapat kepastian ketersediaan tempat parkir untuk memarkirkan kendaraan mereka, ketika mereka mencapai pintu masuk lokasi parkir. Ketersediaan tempat tersebut seringkali sulit sekali dipastikan, terutama
25
pada tempat–tempat parkir yang dekat dengan perbelanjaan Keadaan tersebut seringkali menyebabkan para pengunjung harus berputar–putar terlebih dahulu untuk mencari apakah masih ada tempat parkir yang tersedia. Apabila mereka menemukan sebuah tempat parkir yang kosong, maka dengan segera mereka memarkirkan kendaraan mereka pada tempat tersebut. Sedangkan apabila mereka tidak menemukan adanya tempat yang kosong, tidak jarang mereka harus keluar kembali dari lokasi tempat parkir tersebut dengan perasaan kecewa c)
Kerjasama antara juru parkir dengan masyarakat pengendara
Bagaimana pihak Dinas Perhubungan dalam mengantisipasi adanya terjadinya kesimpang siuran oleh masyarakat tentang biaya parkir yang di tetapkan oleh pemerintah Kota Tanjungpinang, Kasi Manajemen Rekayasa Lalu Lintas, yang diketahuinya tentang biaya parkir terhadap konsumen, dulu sudah diberikan himbauan dari adanya Perda yang dikeluarkan pemerintah serta telah disosialisasikan melalui RRI, serta dalam memberikan pandangan terkadang diadakan pertemuan terhadap para juru parkir agar nantinya menyampaikan kepada pengendara tentang biaya yang sebenarnya ditetapkan oleh pemerintah. Md juga menuturkan sebagai berikut dan menyatakan bahwa: “mengatakan juru parkir adalah salah satu orang yang langsung bersentuhan dengan masyarakat dalam mengatur perparkiran di kota ini. “Dalam melaksanakan tugas, sudah selayaknya untuk lebih profesional “ “dulu kami sudah berikan himbauan dari adanya Perda yang dikeluarkan pemerintah serta telah disosialisasikan melalui
26
RRI, serta dalam memberikan pandangan terkadang diadakan pertemuan terhadap para juru parkir agar nantinya menyampaikan kepada pengendara tentang biaya yang sebenarnya ditetapkan oleh pemerintah”(sumber: wawancara tanggal 25 july 2014).
2.
Persaingan antara juru parkir dengan juru parkir lainnya dalam menangani parkir Dalam melaksanakan tugas, juru parkir harus membekali diri dengan pemahaman, ketertiban, dan keselamatan berlalu lintas. Seorang petugas parkir hendaknya mengetahui kondisi dan karakteristik kota, dan lokasi-lokasi penting. Petugas tidak hanya bisa mengatur kendaraan yang akan keluar masuk areal parkir agar tidak mengganggu arus lalu lintas saja, melainkan harus juga mengetahui dan melaksanakan etika peraturan parkir dan ketentuan lainnya. Beberapa permasalahan yang secara nyata terjadi dilapangan yang mempengaruhi kelancaran lalu lintas. Misalnya, selain prilaku pengguna jalan yang kurang tertib serta minimnya prasarana parkir dan tingkat kepadatan pengunjung juga masih terjadinya persaingan para juru parkir dalam memberikan pelayanan. 3. Persaingan antara juru parkir dengan juru parkir lainnya dalam menangani parkir Dalam melaksanakan tugas, juru parkir harus membekali diri dengan pemahaman, ketertiban, dan keselamatan berlalu lintas. Seorang petugas parkir hendaknya mengetahui kondisi dan karakteristik kota, dan lokasi-
27
lokasi penting. Petugas tidak hanya bisa mengatur kendaraan yang akan keluar masuk areal parkir agar tidak mengganggu arus lalu lintas saja, melainkan harus juga mengetahui dan melaksanakan etika peraturan parkir dan ketentuan lainnya. a) Terjadinya Perebutan Lahan Parkir Antara Sesama Juru Parkir Selaku masyarakat Rd yang waktu itu berada di jalan tengku umar memberikan tanggapan bahwa, selain terkait dengan masalah pelayanan parkir yang diberikan oleh juru parkir, permasalahan yang seringkali terjadi adalah ketidakmerataan pembagian lahan parkir di sejumlah titik di kawasan seputaran pasar. Ada lahan yang luas dengan banyak kendaraan yang terparkir hanya sedikit bahkan tidak ada juru parkir yang bertugas, namun ada pula lahan tidak begitu luas dengan sedikit kendaraan yang terparkir justru terdapat lumayan banyak juru parkir yang bertugas. Md juga menuturkan sebagai berikut dan menyatakan bahwa: “mengatakan juru parkir adalah salah satu orang yang langsung bersentuhan dengan masyarakat dalam mengatur perparkiran di kota ini. “Dalam melaksanakan tugas, sudah selayaknya untuk lebih profesional “ “dulu kami sudah berikan himbauan dari adanya Perda yang dikeluarkan pemerintah serta telah disosialisasikan melalui RRI, serta dalam memberikan pandangan terkadang diadakan pertemuan terhadap para juru parkir agar nantinya menyampaikan kepada pengendara tentang biaya yang sebenarnya ditetapkan oleh pemerintah”(sumber:wawancara tanggal 25 july 2014).
28
b) Juru Parkir bersaing dalam Melakukan Interaksi Yang Baik Terhadap Pengendara Sehingga Pengendara Merasa Ingin Parkir Di Lokasi Tersebut Sebagaimana diketahui bahwa pelayanan oleh juru parkir merupakan faktor yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat karena masih seringnya masyarakat pemilik kendaraan tidak puas dengan pelayanan dari juru parkir maupun oleh pihak dinas perhubungan. Dikarenakan dalam pengamatan peneliti masih terdapat adanya juru parkir yang tidak menggunakan seragam, tanda pengenal, maupun juru parkir hanya menerima uang namun tidak memberikan pelayanan yaitu menata ataupun merapikan kendaraan yang sedang diparkir. 3. Pertikaian (conflict) antara juru parkir, petugas Dinas Perhubungan ataupun pengendara dalam perparkiran Upaya dari Pihak Dinas perhubungan guna mengatasi permasalahan parkir yang berkembang serta untuk memenuhi kebutuhan publik maupun tuntutan publik. Permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan penataan parkir dan merugikan bagi objek kebijakan parkir yang mempersempit areal parkir ini, yakni masyarakat, mengundang perhatian peneliti untuk mencari jawaban dikarenakan
sulitya
bagi
pengendara
saat
ini
untuk
memarkirkan
kendaraannya terkadang hampir sering terjadi konflik antara masyarakat pengendara dengan juru parkir bahkan terhadap petugas Dinas Perhubungan yang sedang bertugas.
29
a) Terjadinya pertikaian antara pegawai Dinas Perhubungan dengan masyarakat pengendara dalam proses penggembokan kendaraan maupun dalam menertibkan perparkiran. Lalu pengendara lainnya mengkritik petugas Dinas Perhubungan yang sedang berjaga di pos. Dia melihat kendaraan roda dua banyak yang parkir di di atas trotoar, namun petugas Dinas perhubungan hanya duduk-duduk saja di pos tanpa mengusir kendaraan yang parkir di trotoar tersebut. Menurut informan Dr selaku pengendara memberi pendapat terhadap dinas perhubungan: “saya beri masukan kepada petugas dishub yang saat itu sedang berjaga-jaga di pos, agar seluruh kendaraan roda dua yang parkir dijalan merdeka di atas trotoar di depan toko untuk segera dipindahkan. Karena itu mengganggu pejalan kaki juga tidak bagus di lihat oleh pengunjung seputaran pasar”(sumber: wawancara tanggal 12 agustus 2014). b. Terjadinya konflik antara Pegawai Dinas perhubungan dan Juru Parkir Dalam hal ini juru parkir dalam keseharianya tidak lepas dari hubungan kontak sosial terhadap petugas Dinas Perhubungan. Oleh karena itu peneliti sangat ingin mengetahui bagaimana bentuk interaksi tersebut. Menurut informan Rz sebagai juru parkir berpendapat demikian: "Sekarang gini saja, Bang. Seharusnya sebelum membuat kebijakan, pemerintah harus melihat kondisi di lapangan. Jika iya lokasi kita ditertibkan, terus lokasi parkir yang boleh di mana? rekan-rekan juru parkir lainnya juga sudah banyak yang tidak suka dengan adanya penertiban ini. Hanya saja mereka
30
pemerintah agar memberikan soulsi untuk melakukan parkir perjam agar pendapatanya tetap ada. Kalau iya ditertibkan, kasih tahu, dong, di mana lokasi kita bisa kerja. Jangan main gembok atau imbauan pakai pengeras suara sehingga para pemilik kendaraan marah sama kita selaku tukang parkir," Apabila terdapat permasalahan dalam perlaksanaan kegiatan perparkiran ini, maka akan dilakukan terlebih dahulu azaz musyawarah maka koordinator perparkiran yaitu kasi manajemen rekayasa laulintas akan turun langsung ke lapangan, dan apabila masih belum juga menemukan titik temunya maka akan diselesaikan dengan melakukan rapat terlebih dahulu di kantor Dinas Perhubungan Kota Tanjungpinang. Bahkan setiap tahun nya pihak Dinas perhubungan melakukan sedikit nya 2 kali dalam setahun melakukan pertemuan dengan seuruh juru parkir secara rutin sambil membagikan kelengakapan untuk petugas juru parkir seperti baju, topi, kartu pengenal, rompi dll. Menurut informan Md selaku kasi manajemen memberi penjelasan kepada peneliti sebagai berikut: “selama ini juru parkir sudah diberikan penyuluhan beserta himbauan oleh dinas perhubungan komunikasi dan informatika dan polantas agar bisa lebih tertib dan teratur terhadap pengendaraakan turun langsung ke lapangan, dan apabila masih belum juga menemukan titik temunya maka akan diselesaikan dengan melakukan rapat terlebih dahulu di kantor Dinas Perhubungan Kota Tanjungpinang. Bahkan setiap tahun nya pihak Dinas perhubungan melakukan sedikit nya 2 kali dalam setahun melakukan pertemuan dengan seuruh juru parkir, ”(sumber: wawancara25 july 2014) Menurut hn selaku juru parkir memberikan suatu penjelasan terhadap peneliti:
31
“semua tukang parkir kami disini saling mengenal jadi kami kerja sama antara satu dan yang lain, agar kami selalu akrab dengan sesama tukang parkir disini, supaya kami tidak kelai antara satu dan yang lainnya”(sumber wawancara tanggal 07 agustus 2014). c. Pertikaian antara juru parkir dengan masyarakat pengendara Banyaknya kendaraan yang diparkir di tepi jalan sehingga mengganggu arus lalu lintas di jalan yang bersangkutan dan menimbulkan kemacetan. Masalah yang jelas terlihat adalah akibat dari lokasi perparkiran yang tidak memadai serta ruas jalan yang sempit dan tidak sesuai dengan jumlah kendaraan yang ada, bahkan jumlah kendaraan semakin bertambah sementara lokasi perarpakiran selama ini tidak memadai yang hanya mengandalkan badan jalan seperti dilokasi pasar Kota Tanjungpinang.
Menurut informan Md selaku kasi manajemen memberi penjelasan kepada peneliti sebagai berikut: “Yang berdampak pada pengendara tidak mau membayar uang parkir kepada juru parkir tersebut dikarenakan tidak menggunakan seragam.petugas juru parkir yang ada segera menjempai kasi manajemen untuk memberikan syarat ktp, kk untuk didaftar sebagai juru parkir jika mereka ingin menjadi yang resmi menurut kasi manajemen. Serta menentukan setorannya”(sumber:wawancara 25 july 2014). Peneliti mendapati juru parkir masih ada yang menempatkan kendaraannya tidak sesuai dengan jalur marka dan rambu yang telah tersedia. Setelah di ketahui info dari juru parkir itu sendiri, mereka menjawab bahwa pengendara yang terkadang susah untuk di atur dan
32
tidak mau mengikuti arahan yang telah di berikan oleh petugas juru parkir.
H. PENUTUP Kesimpulan Setelah diberlakukan kawasan tertib lalulintas yang di lakukan oleh pihak Dinas Perhubungan Kota Tanjungpinang terlihat ada perubahan yang sangat dominan, terutama pengendara roda 4 maupun roda 2 sudah bisa mematuhi bagaimana memarkiran kendaraan. Yang saat sebelumnya Masyarakat
susah untuk melewati jalan di seputaran pasar
Kota
Tanjungpinang di karenakan macet dan tidak tertata dalam memarkir kendaraan mereka serta Mereka lebih senang memarkir kendaraan mereka sesuai dengan keinginan mereka sendiri tanpa memperhatikan ketertiban di sekitarnya. Namun kenyataannya sekarang Peneliti mengamati pengendara sudah mengerti dan paham dengan petunjuk rambu serta dapat berinteraksi dengan baik terhadap juru parkir maupun petugas Dinas Perhubungan dan kondisi jalan saat ini begitu lancar dan lokasi parkir sangat tertata dengan baik. Namun, tidak hanya Dinas Perhubungan yang bertanggungjawab terhadap ketertibanlahan parkir akan tetapi tukang parkir serta masyaraat juga ikut andil dalam hal ini. Di sini profesionalitas kerja mereka sudah dapat dirasakan manfaatnya secara luas.
33
Kemudian Penerapan kawasan tertib lalu lintas di kawasan seputaran pasar, Tanjungpinang, berdampak kepada penurunan 'omset' juru parkir di lokasi parkir tersebut. Dikarenakan sebelumnya lokasi parkir bisa menampung banyak kendaraan, saat ini tidak bisa lagi karena di batasi agar tidak menimbulkan kemacetan. Juru Parkir tidak mau disalahkan terkait complain dan tuntutan masyarakat mengenai pelaksanaan penertiban kawasan laulintas dan perparkiran. Sehingga terkadang mereka harus terlibat dalam konflik dengan pengendara akibat dari kawasan tertib lalu lintas perparkiran. Namun hasilnya saat ini seputaran pasar atau di sebut Kota lama sudah terlihat rapi. A. Saran Terutama dalam masalah juru parkir ilegal atau tidak resmi, dan juga parkir di luar marka
yang menurut penilaian beberapa masyarakat
menyebabkan kemacetan di Kota Tanjungpinang. Selama ini pihak Dinas perhubungan belum memberikan pelayanan maksimal, tidak hanya di jalan seputaran pasar saja, parkir umum lainya yang ada di kota Tanjunginang hendaknya dibenahi, terlebih lagi parkir liar yang terkadang sesekali muncul dan diharapkan Dinas Perhubungan segera menyediakan lahan parkir yang memadai agar tidak menggangu arus lalu lintas yang dapat mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Selanjutnya pihak Dinas perhubungan lebih meningkatkan lagi sosialisasi terhadap masyarakat mengenai kawasan tertib laulintas yang di berlakukan oleh pemerintah kota Tanjungpinang melalui Pihak Dinas Perhubungan Kota Tanjungpinang.
34
DAFTAR PUSTAKA Dwirianto. Sabarno. 2013. Kompilasi sosiologi tokoh dan teori. Pekanbaru. UR Press Pekanbaru. Mahmud. 2012. Sosiologi Pendidikan. Bandung. CV.Pustaka Setia Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. 2006. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta : Kencana Osborne, David dan Ted Gaebler. 1995. Mewirausahakan Birokrasi. Jakarta. PPM Rusdiyanta.Syarbaini.2009.Dasar-dasar Sosiologi.Yogyakarta.GRAHA ILMU. Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Sugiono. 2005. Metode Penelitihan Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta.. Sunarto. Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada Sunarto. Kamanto. Pengantar Sosiologi. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia Yunianta. Andung. Pengaruh Manuver Kendaraan Parkir Badan Jalan Terhadap Karakteristik Lalu lintas. Semarang. Jurnal Universitas Diponegoro DOKUMEN Keputusan Walikota Tanjungpinang. Nomor 73 Tahun 2014. Tentang Kawasan Tertib Lalu Lintas Dan Perparkiran Seluruh Ruas Jalan Wilayah Kota Tanjungpinang Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 22 Tahun 2009. Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 2 Tahun 2004. Tentang pelayanan retribusi parkir di tepi jalan umum.
35
Jurnal Skripsi.Darmawan Agung.2014. Implementasi Keputusan Walikota Nomor 458 Tahun 2013 Tentang Penetapan Kawasan Pasar Kota Lama Tanjungpinang Sebagai Kawasan Tertib Lalu Lintas Dan Perparkiran. (Studi Pasar Kota Lama Kota Tanjungpinang 2013).Tanjungpinang. ARTIKEL BERDASARKAN INTERNET Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30058/3/Chapter%2011.pdf.sabtu,23 Agustus 2014.11.17 wib Htttp://zainisbisnisonline.blogspot.com/2011/02/pengertian-masyarakat-dalamilmu.html. sabtu, 23 agustus 2014.12.04. wib