Bab IV
INTEGRASI SOSIAL Dan MIGRASI http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id
Berdasarkan pengamatan sehari-hari dapat diketahui bahwa tidak semua orang bermigrasi; beberapa orang lebih banyak bermigrasi daripada yang lain, menempuh jarak lebih jauh dan dalam arah yang berbeda-beda; beberapa masyarakat mengalami perpindahan penduduk yang lebih besar daripada masyarakat lain; dan jarak, volume, dan arah perpindahan tersebut berfluktuasi atau turun-naik sesuai dengan perjalanan hidup masyarakat tersebut. Demikian pula halnya bahwa secara sosiologis mereka yang berpindah sangat berbeda dengan mereka yang tidak berpindah. Oleh karena itu, dapat dibuat suatu generalisasi mengenai proses migrasi dan suatu sifat umum dari perpindahan penduduk, yakni bahwa migrasi bersifat selektif. Kenyataan bahwa kaum migran bukanlah hasil persi langan dari penduduk yang mereka tinggalkan dan penduduk yang mereka datangi, sudah barang
tentu mempunyai
implikasi-implikasi
tertentu. Pada
hakikatnya ia menunjukkan bahwa perpindahan itu berjalan sesuai dengan determinan dan konsekuensi sosial, ekonomis dan demografis. Jika mereka yang pindah mempunyai ciri yang sama dengan mereka yang tidak pindah, maka akan sangat sulit untuk melihat, menjelaskan, atau memprediksikan volume, tingkat, dan proses perpindahan tersebut; hanya perubahan-perubahan sosial, ekonomis, atau demografis minimum yang terjadi di daerah asal atau di daerah tujuan merupakan suatu hasil dari perpindahan; kaum migran tidak akan mengha dapi masalah besar dalam penyesuaian diri juga masyarakat tidak harus menyesuaikan diri dengan kaum
migran;
migrasi
tidak
berhubungan
dengan
proses-proses
perubahan sosial, demografis, dan ekonomis yang lebih besar. Tentunya, sifat selektif dari migrasi pada umumnya menyebabkan penting nya analisa migrasi secara sosiologis. http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
118
Tidak hanya kesempatan sosial dan ekonomis itu ber beda-beda dalam dan di antara berbagai masyarakat, melainkan permintaan atas kesempatan-kesempatan ini membutuhkan perpindahan tipe-tipe orang tertentu; yang paling penting, berbagai sub-kelompok
masyarakat
menerima kesempatan tersebut secara berbeda dan menanggapi perubahan sosial dan ekonomis secara berbeda melalui perpindahan. Karena mobilitas terjadi dalam beberapa kondisi yang merupakan unsur integral proses perubahan sosial - apakah proses perubahan itu berupa perbentukan, perluasan, dan pembubaran keluarga, atau urbanisasiindustrialisasi - orang yang termasuk ke dalam kategori sosial ini dan yang lebih terlibat dalam proses-proses itu lebih cenderung berpindah daripada orang lain. Seperti dicatat oleh Bogue sebagai berikut: Migrasi selektif dalam beberapa hal tertentu dapat dipandang sebagai suatu gejala yang diperlukan dalam semua masyarakat modern yang tinggi spesialisasinya. Orang dengan kualifikasi khusus, trampil, atau berpengalaman kerja harus ditempatkan sesuai dengan ke mampuannya. Pengaturan kembali penduduk membutuhkan penempatan berbagai kategori penduduk yang terspesialisasikan sedemikian rupa sehingga mereka dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya dan dapat berpartisipasi dengan baik sekali dalam sistem ekonomi dan sosial .... Dalam masyarakat industri modern dalam beberapa hal tertentu migrasi dilakukan secara selektif; dalam masyarakat semacam ini, agar migrasi itu dapat efektif harus dilakukan secara selektif. 1 Meskipun diakui bahwa migrasi selektif merupakan suatu sifat dari semua mobilitas "bebas", di mana sekurang-kurangnya terdapat beberapa pilihan bagi individu dan khususnya lebih menonjol dalam masyarakat modern, sifat umum migrasi selektif nampaknya berlawanan dengan beberapa tipe perpindahan, khususnya migrasi paksaan. Bentuk-bentuk migrasi, khususnya relokasi secara paksa atas seluruh sub -masyarakat 1
Donald Bogue, "Internal Migrations" dimuat dalam The Study of Population, Philip Hauser dan Otis D. Duncan (ed), Chicago: University of Chicago Press, 1959, hal. 497.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
119
dan nomadisme, perpindahan te naga kerja dan migrasi musiman, pada pandangan pertama nampak di dasarkan pada migrasi non-selektif. Tetapi, bila diteliti dengan seksama maka perpindahan semacam itu juga mengandung sifat selektif meskipun dalam hal yang berbe da. Sifat selektif dari mobilitas 'paksaan' tidak terletak pada ciri internal dari orang yang melakukan perpindahan seperti pada migrasi bebas melainkan pada perbandingan sub masyarakat yang berpindah itu dengan masyarakat yang lebih luas di mana ia merupakan sebagian darinya. Sub masyara kat digantikan dengan dasar etnis, atau agama, atau kelas sosial dan karena itu sifat sub-masyarakat ini sangat berbeda dengan sifat masyarakat seluruhnya. Selanjutnya, pengeta huan tentang bagaimana cara mobilitas terus-menerus mempengaruhi berbagai lembaga sosial lainnya dan pemahaman sosiologis mengenai sifat struktur politik, ekonomi, dan sosial yang menggantikan atau merelokasikan sub-masyarakat hanya bisa diperoleh melalui
analisa
sistematis. Jika
semua
masyarakat itu
pengembara atau jika sub-masyarakat direlokasikan secara acak daripada secara sistematis, yakni, bila tidak ada pola seleksi kelompok, maka kita tidak mempunyai dasar untuk mengadakan analisa sosiologis. Karena itu, semua tipe migrasi itu selektif tetapi sifat proses penyelek siannya berbeda, mulai dari migrasi internal, pilihan sendi ri (self-selection) dalam migrasi spontan, sampai ke migrasi eksternal, seleksi kelompok dalam migrasi
paksaan.
Dengan
memperhatikan
pengembaraan-nomadis,
selektivitas bisa diketahui dengan jalan membandingkan baik dengan masyarakat lebih luas dan stabil di mana ia merupakan bagiannya, maupun dengan sub-masyarakat lain yang bukan nomadis. 2 Dengan memperhatikan bahwa seleksi migrasi atau per bedaan berpindahan penduduk merupakan suatu ciri umum proses mobilitas, maka pola selektivitas itu sangat besar perbedaannya. Hubungan antara karakteristik sosial-demografis tertentu dan migrasi berbeda-beda sesuai 2
Demikian pula, pengaturan migrasi melalui peraturan perundang-undangan, kebijakan politik, atau lembaga-lembaga rekrutmen merupakan seleksi kaum migran. Lihat William Petersen, Population, cetakan kedua, New York: Macmillan, 1969, hal. 262.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
120
dengan konteks
sosial, ekonomi, politik, demografi, dan budaya
masyarakat tersebut. Relatif pentingnya berbagai faktor pembeda (differentiators) ini juga berbeda-beda sesuai dengan konteks organisasi sosial dan tipe migrasi yang diteliti. Perbedaan karakteristik potensial antara kaum migran dan non-migran hanya terbatas pada karakteristik yang
dianggap
mempunyai
relevansi
sosiologis
atau
sosial dan
3
psikologis.
Proposisi bahwa
migrasi
bersifat selektif atau bahwa
ada
perbedaan dalam migrasi, merupakan suatu titik tolak konseptual sederhana. Selanjutnya, kita ingin mengetahui bagaimana dan mengapa migrasi itu bersifat selektif, sub -kelompok manakah dalam masyarakat yang lebih cenderung berpindah dan mengapa, bagaimanakah perbedaan kecenderungan migrasi memberikan informasi kepada kita mengenai sifat sub-kelompok dalam masyarakat, mengenai perbedaan proses perubahan sosial
dan
budaya,
dan
mengenai
struktur
masyarakat
secara
keseluruhan. Lebih lanjut lagi, studi perbedaan migrasi merupakan dasar bagi pengembangan dan konstruksi teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dan akibat-akibat yang timbul dari berbagai pola migrasi. Jika kita ingin mengetahui mengapa orang berpindah, maka kita har us mengakui bahwa kebanyakan kaum migran tidak hanya berpindah semata-mata demi kepentingan perpindahan itu sendiri. Kaum migran dipengaruhi oleh serangkaian ketidakpuasan dan aspirasi, situasi dan oportunitas yang kompleks, tercermin dalam karakteristik dan sejarah sosial serta pribadinya. Meskipun kita tidak memperoleh jawaban yang memuaskan tentang semua masalah ini, namun kita mengharapkan beberapa generalisasi empiris kumulatif mengenai perbedaan-perbedaan dalam migrasi tersebut seperti pendidikan, pekerjaan, pendapatan, ras, etnis, status perkawinan, jenis kelamin, umur, dan lain-lain. Harapan ini tentu tidak gampang dipenuhi. Besarnya jumlah literatur tentang karakteristik 3
Mengenai tipe-tipe karakteristik yang "relevan", lihat pemba hasan Bab 8 buku ini.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
121
kaum migran dan non-migran dan tentang perbedaan ke cenderungan perpindahan di antara sub-kelompok
ternyata
tidak menghasilkan
penemuan yang semakin banyak. Hanya satu kesimpulan yang signifikan dapat dicapai, walaupun negatif, yakni: beberapa generalisasi empiris mengenai perbedaan migrasi diambil secara tepat dan cermat. Generalisasi Tentang Perbedaan Migrasi Mereka yang pernah membaca, menilai, dan meninjau literatur migrasi semuanya tanpa kecuali, merasa frustrasi dalam usahanya untuk mengungkapkan seluk beluk perbedaan migrasi secara sistematis. Dalam laporan klasiknya mengenai migrasi, Dorothy Thomas mensistematisir dan menilai apa yang sudah diketahui mengenai bidang ini pada ta hun 1938. Beratus-ratus studi yang ia tinjau untuk mencari karakteristik yang tepat dan signifikan yang
membedakan kaum migran dari
non-migran
menghasilkan hanya satu generalisasi yang mapan, yakni: orang muda lebih mobil dari pada orang tua. 4 Namun demikian generalisasi ini tidak dapat dikatakan sudah tepat. 5 Tinjauan yang dibuat oleh Bogue dua puluh tahun kemudian mengenai faktor pembeda migrant yang 'selalu dianggap benar' adalah 'paling mengecewakan'. Ia menyimpulkan bahwa 'hanya satu saja faktor pembeda migrasi nampak secara sistematis dapat teruji kebenarannya --- yakni umur'. Ia menemukan generalisasi berikut ini "benarlah bahwa pada berbagai tempat dan untuk suatu jangka waktu yang panjang: Orang yang berumur di atas 15 tahun, 20-an dan awal 30an jauh lebih mobil daripada orang yang berumur lebih muda dan lebih tua .... Namun demikian hal ini sangat berbeda; dalam beberapa arus migrasi, jumlah orang tua dan anak-anak jauh lebih besar daripada dalam arus migrasi lainnya." 6 Terakhir, pada tahun 1960-an, Lee berusaha untuk
4
5
6
Dorothy S. Thomas, Research Memorandum on Migration Differentials, New York: Social Science Research Council, 1938. Bandingkan dengan Dorothy S. Thomas, "Age and Economic Differentials in Interstate Migration", Population Index, 24 (Ok tober 1958), ha1. 313-325. Bogue, "Internal Migration", hal. 504.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
122
menyimpulkan karakteristik kaum migran dalam bentuk proposisi yang dapat diuji yang diperoleh dari serangkaian hipotesa yang memberikan informasi kepada kita tentang perbedaan-perbedaan migrasi yang bersifat khusus. Proposisinya meliputi: (1) migrasi bersifat selektif; (2) kaum migran bisa diseleksi secara positif atau negatif dan dalam setiap arus migrasi seleksi itu mempunyai dua puncak (bimodal); (3) karakteristik kaum migran cenderung merupakan peralihan antara karakteristik penduduk di daerah asal dan di daerah tujuan. Hanya satu ka rakteristik khusus yang perlu diperhatikan mengenai perbedaan antara kaum migran dan non-migran, yakni siklus hidup. Lee mengatakan bahwa dalam beberapa hal migrasi adalah bagian dari rites de passage, khususnya terjadinya perkawinan dan kehancuran keluarga: "Karena beberapa dari peristiwa-peristiwa ini terjadi pada batas umur terbaik, maka hal ini penting, dalam membentuk kurva seleksi umur." 7 Mengapa perbedaan-perbedaan yang konsisten dalam migrasi tidak bisa ditentukan? Karena generalisasi adalah salah satu tujuan dari analisa ilmiah, dan menjadi fokus dari bab ini, maka kita harus lebih cermat membahas suatu masalah yang bersangkut paut dengan: Apakah mungkin bisa diperoleh generalisasi mengenai selektivitas migrasi dan perbedaan kecenderungan berpindah? Dapatkah kita meng harapkan beberapa penulis tinjauan buku tentang migrasi pada pertengahan tahun 1970-an sekali lagi menyimpulkan bahwa faktor pembeda migrasi itu baru sedikit saja yang diketahui kecuali umur?
Masalah Data
7
E verett Lee, "A Theory of Migration", Demography, 3:1 (1966), hal. 56-57.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
123
Alasan yang paling sering dikemukakan mengenai tidak adanya generalisasi empiris tentang perbedaan migrasi adalah kurangnya informasi yang jitu dan terbatasnya data yang tersedia. 8 Lebih dari bidangbidang penelitian demografis lain, sensus merupakan sumber informasi utama dan sering merupakan satu-satunya sumber informasi mengenai migrasi. Meskipun peristiwa-peristiwa penting, kelahiran dan ke matian, dicatat secara terus-menerus, namun di beberapa ne gara (kecuali Skandinavia, Belanda, Italia dan Israel) penca tatan itu berbeda-beda dari satu daerah ke daerah lainnya. Karena kurangnya studi survei sampel tentang migrasi dibandingkan dengan fertilitas, maka penelitian migrasi lebih didasarkan pada data sensus, yang biasanya kurang cermat untuk digunakan analisa selektivitas migrasi. Ada dua macam data sensus tentang migrasi, yakni data langsung dan tak langsung. Misalnya, sejak tahun 1940, sensus penduduk yang diadakan setiap 10 tahun sekali di Amerika Serikat, memasukkan juga pertanyaan langsung tentang mobilitas yang dialami oleh seseorang dalam jangka waktu 5 tahun, kecuali pada tahun 1950 ketika ditanyakan juga tentang mobilitas yang dilakukan dalam jangka waktu satu tahun. The Current Population Survey (Survei Kependudukan Baru) di Amerika Serikat yang diadakan setiap tahun (sejak 1949) juga menanyakan mobilitas yang dilakukan dalam jangka waktu satu tahun. Data kelahiran tersedia untuk jangka waktu yang cukup panjang tetapi memiliki beberapa keterbatasan bila digunakan untuk menelaah perbedaan migrasi. 9 Data tidak langsung mengenai migrasi diperoleh dengan memisahkan dan menyendirikan perubahan penduduk yang terjadi karena fertilitas dan mortalitas, dan menganggap bahwa perubahan penduduk selebihnya adalah karena migrasi. Jika perkiraan migrasi secara tidak langsung ini cukup cermat, maka ia bisa digunakan untuk menganali sa perbedaan migrasi walaupun pada tingkat 8 9
Thomas, Research Memorandum on Migration Differentials. Lihat, Everett Lee, et al; Population Redistribution and Economic Growth, United States, 1870-1950, vol. 1 (Philadelphia: The American Philosophical Society, 1957); Everett Lee, "Migration Differentials by State of Birth in the United States", Proceedings of the International Population Conference: 1961, Session 4, I (London, 1963).
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
124
yang agak kasar di mana arus migrasi bisa saling berhubungan dengan karakteristik sosial dan ekonomi seluruhnya. Seringkali hal ini lebih mencakup
hubungan antara
ekologi
dan migrasi
netto
daripada
memusatkan perhatian pada perbedaan karakteristik kaum migran dan non-migran secara langsung. 10 Karena penggunaan data migrasi langsung dari sensus adalah terbatas untuk tujuan-tujuan yang kebanyakan anali tis, harus diingat bahwa karakteristik kaum migran diperoleh bukan sebelum atau pada saat diadakan migrasi, melainkan biasanya sesudah diadakan migrasi; jadi, tidak mungkin kita melihat hubungan antara migrasi dengan karakteristik yang diteliti itu pada waktu yang sama atau tidak mungkin merekonstruksi apakah ada suatu rangkaian atau hubungan yang demikian itu. Misalnya, kita ingin meneliti tingkat pendapatan kaum migran dan non-migran dan perubahan pendapatan yang disebabkan (atau diungkapkan) oleh migrasi. Hubungan ini sangat penting bagi pendapat umum bahwa kaum migran berpindah untuk menanggapi kesempatan ekonomi di daerah tujuan dan/atau kekurangan kesempatan ekonomi di daerah asal. Sekurangkurangnya, harus diketahui penghasilan rata -rata kaum migran dan nonmigran di daerah asal sebelum migrasi dan penghasilan rata-rata kaum migran di daerah tujuan sesudah migrasi. Selanjutnya, untuk mengetahui perubahan komparatif, yakni, apakah terjadi perubahan yang disebabkan oleh migrasi (berapa besar tingkat pendapatan kaum migran seandainya mereka tidak berpindah), maka kita perlu mengetahui ting kat pendapatan orang-orang di daerah asal sesudah (dan sebelum) para migran meninggalkan daerah asal dan tingkat pendapatan penduduk di daerah
10
Mengenai masalah data sensus pada umumny a, lihat Henry Shryock, Population Mobility Within the United States (Chicago: Community and Family Study Center, University of Chicago Press, 1964); E verett dan Ann Lee, "Internal Migration Sta tistics for the United States", Journal of t he American Statistical Association, 55 (Desember 1960), hal. 664-697; Unit ed Nations, Measures of Internal Migration, Mannual VI (New York, 1970); Karl Taeuber et al, Migration in the United States: An Analysis of Residence Histories, Public Health Monograph no. 77 (Was hington, D.C.: U.S. Government Printing Office, 1968).
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
125
tujuan sebelum (dan sesudah) masuknya kaum migran. Secara skematis informasi ini disajikan dalam Tabel 11. 1 di bawah ini. PENDAPATAN RATA-RATA Waktu 1
Waktu 2
(Sebelum (Sesudah migrasi)
migrasi)
Penduduk di daerah asal
A1
A2
Kaum migran dari daerah asal ke daerah tujuan
B1
B2
Penduduk di daerah tujuan
C1
C2
Tentu
saja,
informasi
tambahan
dan
kontrol
harus
juga
diperhitungkan. 11 Tetapi sekurang-kurangnya kita perlu membandingkan perubahan tingkat pendapatan kaum mig ran sebelum mereka pindah (waktu 1) dengan kondisi sesudah mereka pindah (waktu 2) dengan menggunakan penduduk di daerah asal dan daerah tujuan sebagai penduduk perbandingan. Namun untuk skema sederhana ini data sensus yang diadakan sepuluh tahun sekali tidak memadai sama sekali. Misalnya, data sensus tahun 1960 mendapatkan informasi tentang mobilitas dengan cara memastikan di mana seseorang ti nggal pada tanggal 1 April 1955; data pendapatan menunjuk pada pendapatan total tahun 1959. Jadi, bagi orang yang pindah selama tahun 1955-1958, pendapatannya adalah pendapatan sesudah terjadi perpindahan; bagi mereka yang pindah dalam tahun 1959, data pendapatannya adalah sekitar pendapatan pada waktu perpindahan (atau sekurang-kurangnya pada tahun perpindahan); bagi orang yang berpindah dalam tahun 1960, pendapatannya adalah pendapatan sebelum diadakan perpindahan. Namun demikian, tidak ada cara yang lebih mudah untuk membedakan ketiga macam kategori penduduk ini, atau membandingkan perubahan pendapatan penduduk di daerah asal dan daerah tujuan sebelum dan sesudah mobilitas, seperti yang disajikan dalam skema di atas. Data sensus yang diadakan sepuluh 11
Lihat pembicaraan tentang sistem migrasi, Bab 3 buku ini.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
126
tahun sekali tidak memadai sama sekali untuk analisa sistematis tentang hubungan antara pendapatan dan mobilitas. Suatu penelaahan yang kritis atas data Current Population Survey, yang memuat informasi mengenai mobilitas da lam jangka waktu satu tahun dan pendapatan dalam tahun sebelum diadakan survei, juga menimbulkan
masalah-masalah
yang
serius
dalam
interpretasi.
Pertanyaan mengenai mobilitas juga menanyakan di manakah seseorang tinggal pada suatu tahun (dan bulan) tertentu sebelum diadakan survei. Misalnya, perpindahan tempat tinggal antara bulan Maret 1963 dan Maret 1964, diidentifisir dalam bulan Maret 1964 ketika diadakan survei. Data pendapatan menyangkut jumlah pendapatan yang diperoleh dari bulan Januari sampai Desember 1963. Sekali lagi, kedua macam informasi ini berbeda periodenya. Data pendapatan menyangkut pendapatan yang diperoleh sebelum, selama, dan sesudah mobilitas pada berbagai kelompok yang berpindah. Kita beranggapan bahwa informasi pendapatan berhubungan dengan kondisi baik sebelum maupun sesudah mobilitas, kita tidak dapat mendasarkan diri pada asumsi lain untuk mengisi kolomkolom yang ada dalam model sebelum-sesudah (before-after model). Konsekuensinya,
hubungan
yang
diperoleh
melalui
data
Current
Population Survey bahwa tingkat mobilitas antar daerah dan dalam daerah lebih tinggi bagi mereka yang berpendapat lebih rendah pada hampir semua kelompok umur 12 tidak selalu menunjukkan bahwa orang berpindah untuk
meningkatkan pendapatannya. Current Population
Survey membuat anggapan yang implisit bahwa data pendapatan berhubungan dengan kondisi pra-mobilitas. Pada umumnya informasi pendapatan berhubungan dengan keadaan post-migrasi dan oleh karena itu, jika diadakan penilaian migrasi dari segi peningkatan tingkat pendapatan, maka relatif tidak berhasil. Dalam setiap kasus, walaupun secara teoritis penting menelusuri hubungan antara pendapatan dan 12
U.S. Bureau of the Cencus, Current Population Reports, Seri P-20, no. 141, (7 September 1965).
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
127
mobilitas dan betapapun menariknya angka-angka yang diterbitkan sebagai sumber data penelitian, namun interaksi antara pendapatan dan mobilitas tidak dapat dilihat secara menyeluruh atau diuraikan secara lengkap dengan menggunakan data sensus yang diadakan sepuluh tahun sekali atau data Current Population Survey. Masalah yang paling sering didapati dalam menginterpretasi perbedaan migrasi karena kekurangan data statistik yang memadai bisa diuraikan dengan suatu contoh konkrit berikut ini. Banyak sekali contoh, tetapi kita hanya menggunakan salah satu contoh diambil dari studi yang dilakukan oleh Ann Miller mengenai "Perbedaan Migrasi dan Partisipasi Angkatan Kerja di Amerika Serikat." 13 Ia mengatakan sebagai berikut: Pada umumnya dianggap bahwa ada hubungan yang erat antara status migrasi dan status angkatan kerja, yakni bahwa, biasanya orang berpindah karena alasan-alasan ekonomis, dan akibatnya bahwa yang berpindah adalah orang yang sudah termasuk angkatan kerja bukan mereka yang tidak termasuk angkatan kerja. Data yang digunakan untuk menelusuri masalah ini membandingkan status angkatan kerja para migran antar negara bagian dalam ta hun 1960 (orang-orang yang tinggal dalam suatu negara bagian yang berbeda di Amerika Serikat pada tahun 1955 dibandingkan dengan dalam tahun 1960) dengan status tenaga kerja seluruh penduduk Amerika Serikat dalam tahun 1960 (angkatan kerja meliputi semua orang baik yang sudah bekerja maupun yang sedang mencari pekerjaan selama diadakan sensus). Suatu pendekatan yang demikian ini tentu juga memi liki beberapa masalah, salah satu masalah adalah pembatasan pada kaum migran antar negara bagian dan bukan pada semua orang yang berpindah;
13
Ann Miller, "Migration Differentials in Labour Force P articipati on in t he United States, 1960", Demography, 3:1 (1966), hal. 58-67. Untuk suatu analisa yang kritis tentang masalah penggunaan data sensus retrospektif mengenai migrasi dan "kesem patan kerja", lihat George Masnick, "Employment Status and Retros pective and Prospective Migration in the United States", Demography, 5:1 (1968), hal. 79-85.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
128
penaksiran terlalu rendah mengenai migran antar negara bagian dalam tahun 1955 sampai tahun 1960 disebabkan karena kembali ke daerah asal, karena pindah berulang kali, karena migran meninggal dunia atau sudah tinggal di luar negeri sekitar tahun 1960; dan tidak ada pemisahan arus migrasi (daerah asal dan daerah tujuan). Yang paling serius, studi harus bisa memisahkan mana yang pekerja, penganggur, dan mereka yang tidak termasuk dalam angkatan kerja. Data mobilitas tahunan dengan sangat jelas menunjukkan bahwa berdasarkan distribusi umur maka tingkat mobilitas kaum penganggur lebih tinggi daripada para pekerja. Penemuan
ini
tentu
konsisten
dengan
doktrin
ekonomi
bahwa
keseimbangan antara pekerjaan dan pekerja cenderung diperta hankan melalui perpindahan para pekerja untuk menanggapi permintaan akan pelayanan mereka. 14 Suatu studi khusus yang disponsori oleh Bureau of Labor Statistics menunjukkan bahwa di antara para pekerja yang melaporkan bahwa ia menganggur pada bulan Maret 1962, prosentase penganggur dalam bulan Maret 1963 adalah lebih rendah di antara mereka yang tidak berpindah ke daerah lain. 15 Bagaimanapun, baik dalam kerangka studi yang diadakan oleh Miller maupun mengakui kekurangan data yang ada, kita tidak mampu menelus uri hubungan antara partisipasi angkatan kerja dan migrasi. Data sensus agaknya tidak dirancangkan sedemikian rupa agar kita bisa mengetahui kondisi angkatan kerja pada saat diadakan migrasi, dan migrasi yang diadakan pada setiap saat antara tahun 1955 dan 1960. Karena itu, kita tidak dapat menetapkan urutan angkatan kerja dan perubahan mobilitas. Data yang diajukan oleh Miller menunjukkan bahwa, dikontrol oleh variabel umur, maka tingkat partisipasi angkatan kerja kaum migran antar negara bagian (misalnya kaum pria berkulit putih) adalah sama dengan atau lebih rendah dari total penduduk sipil tahun 1960. Misalnya, pada 14 15
Misalnya, lihat, Current Population Reports, seri P-20, no. 141 Samuel Saben, "Geographic Mobility and Employment Status, March 1962-March 1963", Monthly Labor Review (Agustus 1964) hal. 873-892; Bandingkan dengan, Masnick, "Employment Status and Retrospective and Prospective Migration in the United States".
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
129
tahun 1960, ada 94 persen penduduk kulit putih, pria, sipil, dan migran antar negara bagian yang berumur 25 sampai 29 tahun termasuk dalam angkatan kerja. Harus diasumsikan bahwa jika tersedia data untuk mengadakan perbandingan di antara penduduk ini pada saat diadakan migrasi atau sebelum migrasi, maka pola angkatan kerja akan sama. Dan tentunya, asumsi inilah yang harus diuji! Partisipasi angkatan kerja kaum migran bisa meningkat atau menurun sesuai dengan migrasi sementara partisipasi angkatan kerja dari seluruh penduduk tidak berubah; partisipasi angkatan kerja dari seluruh penduduk bisa meningkat atau menurun sementara partisipasi angkatan kerja kaum migran antar negara bagian bisa tetap sama saja; atau partisipasi kaum migran dan non-migran bisa berubah dalam arah yang sama atau berlawanan. Kondisi yang berbedabeda ini secara tidak langsung menunjukkan perbedaan hubungan a ntar status angkatan kerja dan mobilitas dan oleh karena itu membutuhkan interpretasi yang berbeda-beda pula. Karena data sensus yang tersedia tidak mampu menjelaskan status angkatan kerja pada saat diadakan perpindahan, maka kita tidak dapat melihat hubungan antara partisipasi angkatan kerja dan migrasi; tentunya tidak dapat diambil kesimpulan yang tepat dari analisa masalah apakah migrasi itu merupakan suatu respons terhadap kesempatan ekonomi. Miller 16 menyimpulkan bahwa "tidak ada bukti bahwa kaum migran antar negara bagian lebih besar kemungkinannya termasuk dalam angkatan kerja daripada penduduk biasa" bila perbedaan umur dikontrol, dan bahwa di antara penduduk kulit putih, "kaum
migran
kemungkinannya
antar
negara
termasuk
dalam
bagian
nampaknya
angkatan
kerja,"
lebih
kecil
masih
tetap
merupakan hipotesa yang akan diuji kebenarannya. Singkatnya, penilaian kritis terhadap studi yang dilakukan oleh Miller ini tidak dimaksudkan untuk menolak kesimpulan-kesimpulan yang diambilnya atau untuk memojokkan bahwa penelitiannya kurang definitif. 16
Miller, "Migration Differentials in Labor Forc e Participation in the Unit ed States, 1960," hal. 67.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
130
Melainkan, maksud kita adalah menggambarkan bahwa salah satu alasan nyata dan kuat mengapa generalisasi yang dibuktikan secara empiris dalam studi perbedaan migrasi pada umumnya sangat kurang sebagian besar berpijak pada sumber-sumber data yang sangat terbatas yang begitu sering digunakan. Karena kekurangan data yang serius maka penelitian yang dilakukan tidak hanya bersifat sementara, bukan de finitif, melainkan juga menghambat tercapainya generalisasi yang secara empiris tinggi mengenai perbedaan migrasi. Keterbatasan-keterbatasan yang sama bisa diterapkan pada semua karakteristik lain yang bisa berubah bila terjadi mobilitas tempat tinggal (misalnya, status sosial dan ekonomi, status perkawinan dan keluarga), bila karakteristik yang diakui itu hanya diperoleh pada daerah tujuan setelah migrasi. Hambatanhambatan ini tidak hanya terdapat di Amerika Serikat saja tetapi terdapat juga di setiap negara yang mendasarkan diri pada data sensus untuk menghubungkan mobi litas retrospektif dan karakteristik sosio-demografis masa kini. Mungkinkah dilakukan Generalisasi? Jika tidak adanya generalisasi mengenai perbedaan migrasi semata-mata disebabkan oleh informasi yang tidak memadai dan tidak lengkap, maka kita dapat mengobati kelemahan i ni dengan jalan menyempurnakan data sensus atas Current Population Survey, atau dengan jalan melakukan survei sampel khusus. Ada yang berpendapat bahwa kecuali untuk hubungan-hubungan yang terbatas, seperti antara umur dan siklus hidup dan migrasi, perbedaanperbedaan sistematis lebih lanjut dalam migrasi secara empiris tidak ada dan tidak diharapkan ada. Pada umumnya, pendapat itu menyatakan bahwa migrasi adalah suatu proses yang terlalu kompleks, meliputi berbagai macam tipe, jarak, arah, mencerminkan s uatu jumlah yang tidak terbatas dan gabungan dari kondisi sosial, ekonomi, dan demografis di daerah asal dan daerah tujuan, dan sejumlah besar "faktor pribadi", sehingga memungkinkan diambil generalisasi mengenai selektivitas migrasi. Dengan demikian, Petersen di dalam usahanya untuk menetapkan http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
131
proporsi-proporsi yang dapat diuji, menghubungkan selektivitas migrasi dengan berbagai macam tipe migrasi dan menyimpulkan, "sekarang sudah tiba waktunya untuk menegaskan bahwa seleksi migrasi sangat besar perbedaannya, dan bahwa suatu usaha untuk memperoleh generalisasi universal mungkin tidak akan berhasil". 17 Bogue secara tegas menyatakan bahwa: Terdapat beberapa pendapat yang meyakinkan bahwa usaha mencari faktor pembeda migrasi yang universal tidak hanya menemui kegagalan tetapi juga gagal me mahami alasan-alasan untuk selektivitas migrasi . . . . Kaum migran diharapkan di dalam karakteristiknya mencerminkan perubahan sosial dan ekonomi yang sedang terjadi. Karena perubahan-perubahan ini berbeda dari suatu tempat ke tempat lain dan dari waktu ke waktu, maka dapat diharapkan bahwa karakteristik kaum migran juga berubah-ubah. 18 Nampaknya usaha memperoleh generalisasi tak perlu terbatas pada usaha memperoleh hukum-hukum yang abadi "universal" mengenai hubungan khusus antara karakteristik sosio-demografis tertentu dan mobilitas atau mengenai perbedaan kecenderungan di antara berbagai sub-kelompok dalam masyarakat di mana semua kondisi historis dan perbandingan dianggap konstan. 19 Nampaknya, bahwa tujuan kita mengadakan generalisasi adalah menetapkan dinamika dan bagaimana karakteristik sosio-demografis berhubungan dengan migrasi di bawah kondisi-kondisi tertentu. Semua pendapat, baik yang menyatakan bahwa tidak ada penelitian kumulatif tentang perbedaan migrasi, data yang tidak memadai, maupun tidak ada "hukum-hukum" yang berlaku umum, tidak benar semuanya. Tentu saja, informasi yang masuk akal, memadai, dan 17 18 19
Petersen, Population, hal. 301. Bogue, “Internal Migration”, hal. 504. Kelemahan dalam menc ari hukum universal ini, atau dalam arti lebih lunak, proposisi umur, tanpa mempertimbangk an kon teks sosial, ekonomi, demografis, politik, dan kultural atau tanpa membagi migrasi ke dalam tipe-tipe sudah menjadi suatu kebiasaan dalam penelitian migrasi sejak Ravenstein. Lihat Lee, "A Theory of Migration," hal. 47-57, unt uk pembahas an mengenai Ravenstein dan us aha Lee untuk membentuk proposisi "dalam kevakuman". Bandingkan dengan Bab 3, buk u ini.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
132
menyeluruh
merupakan
suatu
prasyarat
yang
diperlukan
untuk
mengadakan generalisasi mengenai perbedaan migrasi, meskipun belum merupakan suatu kondisi yang memadai. Lebih lanjut, perbedaan karakteristik kaum migran dan non-migran bisa sangat besar tergantung pada tipe perubahan sosial, ekonomis, dan demografis yang dicerminkan oleh migrasi dalam konteks historis dan perbandingan. Meskipun begitu, perubahan-perubahan sosial, ekonomis, dan demografis ini dalam batasbatas tertentu, dapat digeneralisasikan, dan tidak adanya justifikasi a priori adalah jelas untuk meniadakan kemungkinan bahwa seleksi migrasi mengikuti suatu pola yang dapat digenerali sasikan dalam kondisi-kondisi tertentu. Pola migrasi dan, pada gilirannya, migrasi selektif tidak akan lebih kompleks daripada proses yang lebih besar di mana mereka merupakan bagian darinya. Karena proses-proses sosial, ekonomis, dan demografis yang lebih umum ini dapat digeneralisasikan, maka tidak masuk
akal
kalau
ada
asumsi
yang
menya takan
bahwa
satu
mengapa
studi
komponennya tak dapat digeneralisasikan. Singkatnya,
suatu
alasan
lebih
mendasar
perbedaan migrasi tidak bersifat kumulatif mungkin karena tidak ada teori yang memberikan suatu bimbingan atau kerangka analisa dan membantu untuk mengetahui apakah penemuan-penemuan empiris itu masih "tak dapat difahami" atau "tidak berarti".20 Sebagai langkah pertama, kita harus berpaling kepada perbedaan-perbedaan khusus dalam migrasi untuk menentukan implikasi dan artinya. Misalnya, apakah umur, atau status perkawinan, atau jenis kelamin, atau status sosial-ekonomi berhubungan dengan kecenderungan mobilitas? Kita harus menentukan arti dari hubungan-hubungan ini dalam konteks perubahan sosial dan ekonomis daripada menelusuri perbedaan-perbedaan migrasi secara otomatis. Seperti dengan kebanyakan konsep tualisasi yang keliru dan tidak tepat, maka ketiadaan teori dan penelitian yang diarahkan untuk memecahkan 20
Mengenai fungsi teori ini, lihat Abraham Kaplan, The Conduct of Inquiry: Met hodology for Behavioral Scienc e, (San Fransis co: Chandler, 1964), hal. 302, Bandingkan dengan Bab 2, buku ini.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
133
penyelidikan, masalah analitis, seperti kekurangan informasi memadai
atau
tidak
adanya
perbedaan
migrasi
secara
yang umum
menyebabkan tidak adanya penemuan-penemuan yang bersifat kumulatif. Kita tidak bermaksud, atau berharap dapat mengembangkan "hukumhukum" dari proses-proses sosial, ekonomi, politik, dan demografis. Meskipun demikian, kita harus dapat menemukan proses seleksi migrasi yang sistematis dan dapat digeneralisasikan dalam kondisi-kondisi tertentu. Umur merupakan satu-satunya perbedaan dalam migrasi yang secara
konsisten dilaporkan dalam berbagai
litera tur.
Kita
akan
menguraikan bagaimana konseptualisasi yang mendasari hubungan antara umur dan migrasi memberikan informasi kepada kita mengenai perbedaan-perbedaan khusus lainnya dan tentunya banyak sekali mengungkapkan mi grasi
pada
umumnya. Selanjutnya, analisa
ini
menghubungkan dua "teori" umum mengenai migrasi, siklus hidup, dan kesempatan ekonomi, dalam suatu kerangka sosiologis yang masuk akal. Juga
seperti
dalam
kedua
bab
terdahulu,
tujuannya
adalah
menggambarkan salah satu analisa perbedaan di antara berbagai macam analisa yang ada sehingga kita dapat memahami secara jelas logika dan bentuk analisa sosiologis dalam proses demografis. Karena pembahasan itu didasarkan atas penemuan-penemuan kumulatif yang diperoleh dari sensus, baik dari sensus penduduk yang diadakan 10 tahun sekali maupun dari Current Population Survey, dan dilengkapi dengan data survei, maka harus diingat bahwa sumber-sumber data ini kurang memadai, dan analisanya bersifat sementara. Pembuktian dipusatkan di Amerika Serikat; apakah bisa dilakukan generalisasi yang lebih luas kepada negara-negara lain masih harus menunggu hasil penelitian yang sistematis.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
134
Umur Dan Mobilitas: Pembuktian Menyeluruh Proposisi bahwa kaum muda lebih mobil daripada orang tua dengan sengaja membiarkan tiga hal utama tetap terbuka dan samarsamar yakni: (1) tingkat mobilitas, (2) terjadinya mobilitas paling tinggi, pada umur-umur tertentu dan (3) relatif besarnya perbedaan antara tingkat mobilitas kaum muda dan orang tua. Ketiga hal tersebut di atas ini diharapkan berbeda-beda tergantung pada keadaan politik, ekonomi, dan organisasi sosial masyarakat dan tipe migrasi tertentu yang diteliti. Misalnya, di masyarakat di mana umur kawin agak terlambat katakanlah sekitar 30 tahun, maka masa tersibuk untuk mengadakan mobilitas mungkin lebih kemudian daripada di masyarakat di mana tingkat umur kawin kurang dari 18 tahun. Bahkan di mana umur kawin lebih awal; maka mobilitas bisa mencapai puncaknya pada umur-umur lebih kemudian jika perumahan belum tersedia bagi pasangan suami isteri muda untuk berdiri sendiri atau jika ada norma-norma untuk bergabung atau struktur keluarga besar
pada
pembangunan
tahap
permulaan
ekonomi
itu
perkawinan.
berjalan
dengan
Demikian pesat
juga,
atau
bila
tingkat
pembangunannya sudah maju, maka mobilitas tempat tinggal bisa mencapai puncak pada umur berbeda-beda daripada bila perubahan ekonomi itu berjalan dengan lambat dan sangat kecil. Tahap dan tingkat industrialisasi bisa menentukan umur-umur tertentu di mana migrasi itu mencapai titik tertinggi dan tingkat mobilitas mutlak. Tingkat perbedaan mobilitas relatif antara orang tua dan orang muda bisa berhubungan dengan pasar perumahan, tingkat industrialisasi, kecepatan mobilitas sosial, struktur keluarga, tingkat mobilitas dan kesehatan, dan lain-lain. Tipe perpindahan juga mempengaruhi perbedaan khusus menurut kelompok umur ini. Misalnya, perpindahan pengungsi mempunyai pola umur berbeda dengan perpindahan dari desa ke kota, perpindahan dari kota ke desa, dan perpindahan ke daerah kosong. Demikian pula, relatif besarnya perbedaan antara perpindahan kaum muda dan orang tua dapat dilihat dari segi mudahnya orang tua dapat mengubah tempat tinggalnya, http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
135
keadaan keuangannya, dan tersedianya perumahan yang dirancangkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Pada umumnya tingkat mobilitas kaum muda yang le bih tinggi mencerminkan dua siklus hidup, proses-proses yang berkaitan dengan umur, yakni: (1) perkawinan dan pembentukan keluarga, dan (2) mobilitas karir dan pekerjaan. Tentu, tersedianya perumahan, kepesatan dan tingkat ekonomi, karakter sistem politik, tingkat teknologi, struktur keluarga, interaksi dan norma, pengetahuan dan persepsi "oportunitas" dan faktor-faktor budaya lain memperlancar atau menghalangi tingkat pembentukan keluarga dan mobilitas karir yang menyertai perubahan tempat tinggal. Benarkah bahwa faktor-faktor pelancar ini dan faktor pelancar lain akan mempengaruhi tingkat mobilitas pada
umumnya,
bukan hanya pada pola perbedaan migrasi tertentu saja. Meskipun dalam keadaan politik, sosial, ekonomi, budaya, dan demografis yang berbedabeda, namun umur tetap merupakan suatu pembeda (differentiator) migrasi yang penting. Jadi, jika proses migrasi, dan proses sosial, ekonomi, dan politik itu saling jalin-menjalin, mengapa kaum muda lebih mobil daripada orang tua? Kaum muda pada tahap siklus hidup tertentu mulai meninggalkan rumah orang tuanya, membentuk keluarga sendiri lepas dari tanggungan orang tua, memulai suatu karir, memasuki angkatan kerja, mempunyai anak, berpindah atau berganti pekerjaan, dan lain-lain Perbedaan cara di mana umur berhubungan dengan pembentukan keluarga dan karir serta mobilitas sosial menentukan hubungan tertentu antara umur dan mobilitas. Demikian juga kestabilan keluarga dan siklus karir di mana dipertaruhkan pekerjaan tertentu atau rumah dan, pada gilirannya, pertahanan masyarakatnya menghalangi peningkatan mobilitas pada umur-umur lebih tua. Pemisahan faktor-faktor keluarga dan ekonomi ini menimbulkan suatu masalah lain: kualitas manakah yang melekat pada hubunganhubungan struktural ini menimbulkan mobilitas tempat tinggal? Secara
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
136
lebih umum kita perlu memusatkan perhatian pada umur dalam arti sosiologis dalam hubungannya dengan kecenderungan mobilitas. Umur Dalam Arti Sosiologis Di dalam menelusuri hubungan antara umur dan mo bilitas, kita harus mengakui bahwa arti sosial dan budaya dari berbagai kelompok umur sangat penting. Berbeda deng an fertilitas dan mortalitas, di mana relevansi dan pentingnya faktor umur dilihat dari segi biologis, sering menyebabkan terbatasnya parameter-parameter untuk proses-proses penting, perbedaan mobilitas menurut umur biasanya tidak ditentukan secara biologis. Arti kategori umur dilihat dari sudut pandangan sosiologis berkisar antara perbedaan peranan dan integrasi struktural. Eisenstadt mencatat bahwa perbedaan umur terdapat pada "aspekaspek kehidupan manusia yang paling mendasar dan utama serta determinan-determinan nasib manusia". 21 Pada tingkat umur berbedabeda, dilakukan tugas berbeda-beda dan ditetapkan peranan yang berbeda-beda dalam hubungannya dengan anggota masyarakat lain. Semua masyarakat harus mengatasi masalah-masalah yang timbul pada berbagai tahap kemajuan dan yang berkembang dari kekuatan dan kemampuan yang berkaitan dengan perubahan umur. Peralihan dari anak-anak menjadi dewasa telah menjadi sasaran dari ketentuanketentuan sosial dan budaya. Seperti kita ketahui bahwa tidak ada suatu masyarakatpun tidak dibedakan menurut umur dan tidak membatasi umur tersebut menurut norma dan nilai tradisi budayanya . . . Suatu ketentuan kultural mengenai suatu kelas umur atau rentangan umur selalu merupa kan suatu ketentuan umum mengenai kemampuan dan kewajiban manusia pada suatu tahap hidup tertentu. Hal itu bukan suatu resep atau harapan mengenai suatu peranan yang lebih mendetail, melainkan peranan da sar, bersifat umum di 21
S.N. Eisenstadt From Generation to Generation: Age Groups and Social Structure, (New York; The Free Press, 1956), hal. 21.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
137
mana peranan-peranan yang lebih khusus bisa dibentuk dan berasal dari situ. 22 Jadi, bila kita menelusuri pola-pola migrasi dari berbagai kelompok umur maka kita membahas perbedaan kecenderungan berpindah yang berhubungan dengan perbedaan tipe-tipe peranan yang kompleks. Menjadi anggota suatu kelompok umur tertentu mengandung beberapa harapan akan peranan yang dijalankan berkenaan dengan mobilitas, khususnya bila peranan yang berkaitan dengan umur ini saling jalinmenjalin dengan sifat-sifat struktural masyarakat khususnya sistem keluarga besar dan sistem yang berhubungan dengan pekerjaan "perekonomian". Meskipun fungsi
sub-sistem ini
secara
struktural
dipisahkan dan dibedakan dalam masyarakat industri modern, namun faktor umur mencerminkan unsur integrasi penting bagi sistem sosial. Seperti dicatat oleh Parsons, kategori umur "merupakan salah satu mata rantai utama kontinuitas struktural dalam arti bahwa struktur manakah yang dibedakan dalam hal-hal lain saling berhubungan satu sama lain. ".23 Jadi, kategori umur merupakan "mata rantai hubungan" dan "pengorganisasian" struktur-struktur utama dalam masyarakat. Oleh karena itu, kita bisa memahami perbedaan mo bilitas berbagai kelompok umur dalam kaitannya dengan: (1) kecenderungan peranan tertentu yang berhubungan dengan perubahan umur, (2) artikulasi peranan ini dalam struktur keluarga besar, dan (3) artikulasi perananperanan ini dalam sistem pekerjaan dan ekonomi. Faktor umur secara berbeda mengintegrasikan individu dengan sistem ke luarga dan pekerjaan serta, pada gilirannya, secara berbeda berfungsi sebagai suatu unsur pemersatu yang mengintegrasikan individu dengan masyarakat. Jadi arti umur bagi migrasi, dan pada gilirannya arti pembentukan keluarga dan mobilitas karir, adalah seberapa jauh individu diintegrasikan dalam masyarakatnya melalui ikatan keluarga dan eko nomi. 22 23
Ibid; hal. 22. Talcott Parsons, "Age and Sex in the Social Structure of the Uni ted States," American Sociological Review, 7 (Oktober 1942) hal. 604, catatan kaki no. 1.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
138
Konseptualisasi ini konsisten dengan dua pendekatan umum yang berhubungan dengan studi perbedaan migrasi: (1) keluarga dan siklus hidup dan (2) pola karir dan oportunitas ekonomi. 24 Dalam pendekatan pertama, pola-pola mobilitas diintegrasikan dengan perubahan-perubahan dalam siklus hidup individu. Pembentukan keluarga, perluasan keluarga, pengurangan keluarga, dan kehancuran keluarga bisa menimbulkan perpindahan manusia. Pendekatan kedua me nekankan pada hubungan yang erat antara mobilitas sosial dan geografis. Mobilitas sosial yang meliputi perubahan ke atas, ke bawah, horisontal dalam kelas sosial (didefinisikan menurut berbagai cara), mobilitas (karir) antar generasi dan dalam generasi itu sendiri, sering juga meliputi perubahan tempat tinggal. Pendirian lebih umum bahwa migrasi merupakan salah satu respons terhadap kesempatan ekonomi baik pada tingkat analisa mikro maupun analisa makro juga cocok dengan pendekatan umur ini. Karena siklus hidup dan mobilitas sosial berhubungan dengan umur, maka dapat diharapkan bahwa hubungan di antara faktor-faktor ini dan migrasi berbedabeda menurut kondisi sosial dan ekonomi tertentu yang ditentukan oleh kompleksitas peranan yang berkaitan dengan umur. Tambahan pula, respons terhadap kesempatan ekonomi dalam kaitan dengan mobilitas geografis akan tergantung pada seberapa jauh individu diintegrasikan dalam masyarakat melalui struktur keluarga dan pekerjaan. Jadi, konseptualisasi keluarga dan pembentukan karir merupakan determinan mobilitas di mana proses-proses ini mencerminkan proses-proses lebih luas dari masyarakat dan integrasi sosial. Jadi mobilitas lebih tinggi dari kaum muda mempunyai arti sosial demografis, dan ekonomis. Kaum muda paling produktif dilihat dari segi ekonomi dan demografi. Mereka sedang menanjak karirnya dalam pekerjaan produktif dan diambang pintu kehidupan berkeluarga dan sebagai orang tua. Keretakan antara sosialisasi keluarga dan perkembangbiakan keluarga disertai dengan apa 24
Bandingkan dengan Gerald Leslie dan A rthur Richardson, "Life Cycle, Career P ettern and the Decision to Move," American Sociological Review, 26 (Desember 1961), hal. 894-902.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
139
yang disebut gap antar generasi merupakan masalah sangat penting dalam rangka memelihara kesinambungan sosial dan budaya. 25 Mobilitas Orang Tua Kedua pendapat umum yang digunakan untuk menje laskan mobilitas tempat tinggal pada umumnya dan perbe daan mobilitas menurut umur pada khususnya nampak terbatas bila kita memperhatikan mobilitas orang tua. Hipotesa mengenai siklus hidup dan oportunitas karir-ekonomi sering dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya mobilitas, dan sering "terbukti" dengan melihat mobilitas orang tua yang lebih rendah. Orang tua termasuk dalam sektor paling kurang mobil tepat sekali dilihat dari rentangan umur karena berada dalam suatu posisi siklus hidup keluarga yang stabil dan pada masa akhir karirnya atau di luar angkatan kerja. Dapat diketahui bahwa hipotesa ini bukanlah merupakan penjelasan yang menyeluruh bila kita memperhatikan bahwa tidak semua orang tua itu stabil tempat tinggalnya - dan juga bahwa tidak semua kaum muda itu mobil, atau tidak semua kaum muda mengadakan respons yang sama terhadap kesempatan ekonomi. Bahkan di antara mereka yang berpindah untuk menanggapi perubahan ekonomi atau fak tor-faktor siklus hidup juga masih dipersoalkan lebih lanjut, bagaimanakah proses ini berhubungan dengan migrasi? Kita berpendapat bahwa perubahan siklus hidup atau pekerjaan ekonomi semacam itu tidak menentukan migrasi, tetapi mempunyai pengaruh terhadap pembangunan masyarakat, lingkungan, dan ikatan-ikatan keluarga. Jadi hipotesa yang kita ajukan adalah bahwa integrasi sosial dan mobilitas tempat tinggal mempunyai hubungan terbalik, dan hubungan ini bukan hanya untuk stabilitas lebih besar dari orang tua dan mobilitas lebih besar dari kaum muda tetapi juga untuk perbedaan mobilitas pada berbagai kelompok umur. Melalui penelusuran mobilitas orang tua, maka pada dasarnya kita mengontrol siklus hidup dan 25
Bandingkan dengan Ronald Freedman "Cityward Migration, Urban Ecology and Social Theory," dimuat dalam Contributions to Urban Sociology, Ernest Burgess dan Donald Bague (ed), (Chicago: University of Chicago Press, 1964), hal. 181.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
140
tingkat partisipasi ekonomi. Meskipun kita memusatkan perhatian pada perbedaan mobilitas di antara orang tua, namun bisa diperoleh pemahaman tentang perbedaan stabilitas kaum muda.
Mengapa Mempelajari Mobilitas di Kalangan Orang Tua? Kenyataan bahwa kaum muda lebih menonjol di antara mereka yang berpindah dan orang tua pada umumnya lebih stabil sering mengaburkan dan mengabaikan kenyataan yang sama konsistennya yang menunjukkan pentingnya pergerakan atau perpindahan di kalangan orang tua. Di Amerika Serikat, sekitar 10 persen penduduk berumur 50 tahun ke atas biasa berpindah tempat setiap tahun; sekitar 30 persen berpindah sekurang-kurangnya sekali dalam jangka waktu lima tahun. Tingkat mobilitas tahunan ini masih tetap konstan selama lebih dari dua dekade (sejak 1948) sejak Current Population Survey juga menanyakan mobilitas dalam tahun sebelumnya. Dalam tahun 1960-an tingkat mobilitas ini mencapai lebih dari 4 juta jiwa berumur di atas 50 tahun yang berpindah tempat tinggal setiap tahun. 26 Mobilitas orang tua tidak mendapat perhatian semesti nya terutama disebabkan oleh pola umur stabilitas orang tua yang lebih besar. Sekalipun demikian, mungkin secara teoritis berguna untuk meneliti secara
cermat
pola-pola
mobi litas
orang
tua
sebagai
suatu
"penyimpangan". Pertama, seperti telah dicatat bahwa pola mobilitas itu tidak bisa dihubungkan sepenuhnya dengan siklus hidup dan alasanalasan ekonomis. Kedua, mobilitas orang tua bisa menjelas kan mengapa kebanyakan orang tua tidak berpindah sebagaimana stabilitas umur dari orang tua menjelaskan kepada kita mengapa orang muda berpindah. Terakhir, studi mobilitas tempat tinggal orang tua sangat penting karena dalam kelompok sosial ini kita dapat menelusuri berbagai unsur
26
Lihat Calvin Goldscheider, "Differential Residential Mobility of the Older Population," Journal of Gerontology, 21 (Januari 1966), hal. 102-108.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
141
perbedaan migrasi, termasuk karakteristik tertentu dari mereka yang berpindah dan mereka yang tidak berpindah. Selanjutnya, ada yang menganggap bahwa pola-pola mobilitas di kalangan orang tua merupakan suatu hal yang memperbesar persoalan dalam kelompok ini dan pada gilirannya menjadi persoalan masyarakat seluruhnya. Meskipun sejak Perang Dunia II mobilitas-tempat tinggal di kalangan orang tua proporsinya tidak berubah, namun jumlah volume perpindahan meningkat dan mungkin akan meningkat dengan pesat. Karena jumlah absolut, bukan pro porsi, orang tua itu meningkat, maka meskipun tingkat perpindahannya tetap sama, namun jumlah orang tua yang berpindah bisa meningkat. Lebih lanjut, cukup beralasan untuk mengharapkan peningkatan tingkat mobilitas di kalangan orang tua. Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa hampir sepertiga orang tua ingin berpindah setiap tahun tetapi hanya satu dari empat orang dapat melaksanakan rencana atau keinginannya ini. Orang muda nampaknya lebih besar kemungkinan berpindah dan merencanakan atau ingin berpindah dalam suatu periode tertentu, orang muda dua kali lebih besar melaksanakan rencana dan keinginan berpindah daripada orang tua. Jadi, perbedaan mobilitas nyata antara orang tua dan orang muda adalah lebih besar daripada perbedaan dalam rencana dan keinginan mobilitas. 27 Jika "hambatan" atau "rintangan" yang ada-biasanya perumahan dan keuangan- yang menghalangi orang tua untuk merealisasikan rencana dan keinginan berpindah tempat dapat teratasi atau kurang kuat, maka kita dapat mengharapkan bahwa proporsi orang tua yang berpindah akan lebih besar. Suatu proporsi lebih besar dari orang tua yang berpindah menunjukkan ketidakpuasan dengan perumahan dan lingkungan mereka yang ada. Pemahaman obyektif tentang perumahan yang 27
Lihat ibid; bandingkan dengan Calvin Goldscheider dkk. "Residential Mobility of Older People," dimuat dalam Patterns of Living and Housing of Middle-Aged and Older People, U.S. Departement of Health, Education and Welfare, Public Health Publication no. 1496 (Washington, D.C.: U.S. Government Printing Office, 1966), hal. 65-82.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
142
"memadai" yakni sesuai dengan keuangan, cita-rasa, dan kebutuhan sosial orang tua adalah masih rendah. 28 "Hambatan" ini telah berubah secara lamban sejalan dengan pembangunan perumahan yang disponsori oleh pemerintah federal dan daerah untuk orang tua dan dengan dibangunnya desa untuk pensiunan, flat dan apartemen hotel untuk kaum lanjut usia. Hambatan kedua, masih berhubungan dengan pertama, adalah keuangan. Orang tua me rupakan salah satu kelompok terbesar di antara
kaum
miskin
di
Amerika.
Hampir
sepertiga
keluarga
berpenghasilan kurang dari $ 3.000 per tahun dalam tahun 1959 mempunyai kepala keluarga berumur di atas 65 tahun. 29 Perbaikan keadaan ekonomi orang tua bisa mendorong pelaksanaan yang lebih besar dari rencana dan keinginan mereka untuk berpindah tempat. Oleh karena itu nampak bahwa tidak hanya orang tua lebih banyak ingin berpindah di masa depan, tetapi bahwa tingkat mobilitas di kalangan orang tua bisa meningkat jika hambatan perubahan dan ekonomi teratasi. Pentingnya mobilitas tempat tinggal orang tua dapat juga dilukiskan pada analisa tingkat mikro. Semua pola sta bilitas umur di kalangan orang tua telah menimbulkan hipotesa bahwa peningkatan segregasi umur di pusat metropolitan Amerika adalah suatu fungsi dari mobilitas orang muda ke daerah pinggiran dan stabilitas orang tua di pusat kota, atau lebih umum, memutar balikan perpindahan orang tua ke wilayah pusat kota. Bagaimanapun juga, konsentrasi umur sub-wilayah metropolitan dalam perspektif jangka panjang menunjukkan bahwa orang dari berbagai umur mulai berpindah ke bagian-bagian metropolitan yang lebih baru, tetapi tingkat perpindahan orang muda relatif lebih besar. Semakin besar perbedaan pola-pola pemukiman dalam struktur metropolitan antara orang tua dan orang muda nampaknya bukan semata-mata merupakan fungsi stabilitas orang tua dan mobilitas orang muda atau perpindahan orang tua ke pusat wilayah yang sudah lama didiami. Nampaknya, konsentrasi umur 28 29
Bandingkan dengan Goldscheider et al., "Residential Mobility of Older People." Herman Miller, Rich Man-P oor Man (New York: Signet, 1965), hal. 78-88.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
143
berhubungan dengan lebih besarnya mobilitas orang muda antar metropolitan dan stabilitas orang tua relatif lebih besar. 30 Jadi, bila penduduk wilayah metropolitan meningkat, melalui pertambahan penduduk alami atau migrasi dalam negeri, dan mencapai tingkat perkembangan perkotaan yang tinggi, maka terjadilah perluasan ke luar. Meskipun partisipasi dalam proses perluasan ini melibatkan seluruh penduduk metropolitan, tanpa memandang umur, tetapi beberapa sub-kelompok lebih besar partisipasinya. Bagian penduduk yang termasuk dalam tahap siklus hidup yang sedang berkembang dan bagian penduduk yang mobil karena lingkungannya, terutama menyangkut mobilitas karir, cenderung bermigrasi dan lebih siap berpartisipasi dalam perluasan metropolitan. Orang tua, yang mencerminkan tahap siklus hidup lebih stabil,
yang
menyempurnakan
mobilitas
karirnya, disertai
dengan
kekurangan perumahan yang memadai di daerah pinggiran kota, dan mungkin kekurangan dana untuk membiayai perpindahan, cenderung kurang berpindah ke daerah pemukiman lebih baru ini. Selanjutnya sebagai tambahan, stabilitas yang relatif lebih besar dari orang tua, bisa mencerminkan suatu penyesuaian diri dengan ke butuhan perumahan dan ikatan dengan lingkungannya, fasilitas transportasi, dan lokasi lebih dekat dengan pusat pelayanan kesehatan yang ada di wilayah perkotaan. Untuk melengkapi aspek perluasan internal metropo litan ini, akan diuraikan efek-efek mobilitas antar-metropolitan. Pergerakan lebih besar dari
orang
muda
di
wilayah metropolitan menonjolkan pola-pola
konsentrasi umur karena mereka rupanya; lebih mantap di daerah baru. Daerah baru ini sangat menarik bagi orang muda yang berpindah ke sana tidak hanya karena tersedianya pelayanan dan fasilitas lebih besar sesuai dengan kebutuhan pribadi dan keluarga melainkan juga karena daerah ini "baru" yakni, mereka ti dak membentuk ikatan-ikatan informal, tidak membatasi ikatan dengan tetangga dan karakter khusus seperti di daerah 30
Untuk suatu ilustrasi, lihat Calvin Goldscheider, "Intramet ropo litan Redistribution of the Older Population," Pasific Sociological Review, 9 (Fall 1966), hal. 79-84.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
144
pusat perkotaan. (Tentunya, uraian ringkas ini beranggapan bahwa pasar bebas sama dengan mobilitas bebas dan tidak mencerminkan semua subpopulasi, khususnya minori tas etnis atau rasial).
Perbedaan Mobilitas di Kalangan Orang Tua Setiap uraian yang menunjukkan bahwa sub-kelompok orang tua lebih cenderung berpindah harusnya masih bersi fat sementara karena data yang diperoleh dari sensus itu bersifat cross-sectional dan retrospektif seperti telah dibahas di depan dan karena sedikit sekali diadakan studi survei longitudinal. Namun demikian, gambaran yang cukup konsisten tentang orang tua yang berpindah dan tidak berpindah di Amerika Serikat diperoleh dari informasi yang ada ini. Penemuan penting yang diperoleh dengan menggunakan berbagai indikator dan sumber data, adalah bahwa ada hubungan yang erat antara stabilitas sosial, keluarga, dan ekonomi dengan stabilitas tempat tinggal orang tua. Penemuan ini nampaknya tidak terlalu mengejutkan; signifikansinya terletak pada tiga hubungan lain yang konsisten: (1) hubungan terbalik biasanya terdapat di kalangan orang muda - mobilitas sosial, yang meliputi pembentukan dan perkembangan keluarga, dan mobilitas tempat tinggal mempunyai hubungan yang erat; (2) hubungan antara karakteristik sosio-demografis utama dan mobilitas biasanya bergerak ke arah berlawanan untuk orang tua bila dibandingkan dengan kelompok orang muda - terutama status perkawinan dan status sosial ekonomi; (3) pendapat umum bahwa stabilitas tempat tinggal lebih besar dikalangan orang tua mencerminkan semua karakteristik stabilitas sosial dan ekonomi pada tahap siklus hidup ini. Suatu elaborasi hubungan antara stabilitas sosial dan tempat tinggal di kalangan orang tua, atau pengujian hipo tesa ini, menuntut agar kita harus berhati-hati di dalam memeriksa indikator-indikator stabilitas di kalangan
orang
tua
dan
menghubungkan
indikator
ini
dengan
kecenderungan mobilitas. Dengan materi sensus, Current Population Surhttp://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
145
vey, dan survei sampel, kita dapat menelaah ketiga macam indikator utama ini: (1) status keluarga dan komposisi keluarga, menimbulkan stabilitas dan kohesi keluarga; (2) indikator-indikator ekonomi dan sosial yang berhubungan dengan ikatan-ikatan ekonomi dan sosial serta stabilitas; dan (3) indikator ikatan-ikatan masyarakat, khususnya peranan mobilitas tempat tinggal terdahulu dengan pergerak an penduduk sekarang ini (atau yang diperkirakan akan terjadi). 31
Keluarga dan Ikatan Rumah Tangga Dalam tahun 1960, kaum pria yang berumur 65 tahun ke atas dan mempunyai istri, 24 persen berpindah tempat tinggal paling sedikit sekali dalam jangka waktu lima tahun. Tingkat mobilitas ini mencerminkan tingkat perubahan tempat tinggal yang paling rendah dari semua kategori status perkawinan di kalangan orang tua. Sebaliknya, di antara kaum pria yang berumur 20 sampai 24 tahun dan mempunyai istri, 93 persen berpindah dalam jangka waktu lima tahun; jadi kelompok umur ini mempunyai tingkat mobilitas tertinggi di antara semua kategori status perkawinan. Sebagai perbandingan, bila dibandingkan dengan pria tua dalam kategori status perkawinan maka pria muda yang sudah kawin hampir empat kali lebih banyak berpindah tempat; di antara pria belum kawin, kaum muda berpindah hanya sekitar 1½ kali lebih besar dari tingkat perpindahan orang tua. Dalam setiap kategori status perkawinan kecuali sudah kawin, mempunyai suami atau istri-yakni, di antara mereka yang belum kawin, berpisah (isteri atau suami tidak ada), janda/duda, atau 31
Analisa data di sini menggunakan materi-materi sensus yang berdasarkan pada U.S. Bureau of the Census, United States Census of Population-1960, Sub ject Reports, Mob ility for States and States Economic Areas, Laporan Final, P, (2) - 2B (Washington, D.C., 1963) tabel 7, hal. 1618; Data Current Population Survey diambil dari U.S. Bureau of the Census, Current Population Reports, Seri P-20, no. 141 (7 September 1965), dan dari mobilitas selama bulan Maret 1963 sampai Maret 1964), data survei menyangkut survei mobilitas longitudinal yang dilakukan di wilayah metropolitan Los Angeles di bawah pengawasan George Sabagh dan Maurice D. Van Arsdol, Jr., seperti yang dilaporkan dalam Goldscheider, "Differential Residential Mobility of the Older Population", hal. 103-108; Goldscheider et al, "Residential Mobility of Older People", hal. 65-82. Untuk kerangka umum dari studi survei lebih besar, lihat Maurice D. Van Arsdol, Jr., et al. "Retrospective and Subsequent Metropolitan Residential Mobility". Demography, 5:1 (1968), hal. 249-267.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
146
bercerai-kaum muda kurang dari dua kali berpindah tempat dalam jangka waktu lima tahun bila dibandingkan dengan orang tua. Jadi perbedaan mobilitas antara orang muda dan orang tua adalah bahwa mobilitas di antara mereka yang kawin, yang suami/ isterinya ada, dua kali lebih besar daripada di antara setiap kategori status perkawinan lain. Perbedaan terendah antara orang muda dan orang tua adalah di antara mereka yang bercerai: penduduk yang bercerai dan berumur 65 tahun ke atas, 48 persen mengadakan perpindahan dalam jangka wak tu lima tahun dibandingkan dengan 72 persen penduduk yang bercerai dan berumur 20 sampai 24 tahun. Data Current Population Survey tentang mobilitas dalam jangka waktu satu tahun secara dramatis menguatkan atau mendukung hubungan antara perkawinan dan stabilitas tempat tinggal di antara mereka yang sudah lanjut usia. Pria belum kawin dan berumur 18 sampai 24 tahun berpindah sekitar 1½ kali dari tingkat perpindahan pria belum kawin dan berumur 65 tahun ke atas, tetapi tingkat mobilitas per tahun dari pria muda, sudah kawin, yang istrinya ada, hampir sepuluh kali tingkat mobilitas pria tua, sudah kawin, dan istrinya ada. Lebih lanjut, orang tua belum kawin lebih dari dua kali berpindah tempat tinggal dalam jangka waktu satu tahun dibandingkan dengan orang tua sudah kawin, sebaliknya untuk kaum muda polanya terbalik- pria muda sudah kawin tiga kali lebih mobil daripada Pria muda belum kawin. Sekali lagi, di kalangan orang tua, orang tua sudah kawin paling kurang mobil dari semua kategori status perkawinan kurang dari separuh orang tua sudah kawin sama mobilnya dengan orang tua belum kawin. Di lihat dari segi lain, data Current Population Survey (CPS) menunjukkan bahwa semua pria muda tidak pernah berpindah dalam jangka waktu satu tahun, ada 81 persen belum kawin, 17 persen sudah kawin; di antara pria tua tidak berpindah tempat, ada 6 persen belum kawin, 71 persen sudah kawin, dan 23 persen bercerai, duda, atau berpisah. Lebih lanjut Current Population Survey menelaah kontribusi orang http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
147
"sudah kawin" terhadap tingkat mobilitas dengan jalan menghitung mobilitas
yang
berdasarkan
diharapkan
umur
dan
dari
jenis
penduduk
kelamin
dari
jika
tingkat
orang
mobilitas
belum
kawin
diperhitungkan. CPS memperkirakan bahwa mobilitas yang tinggi di kalangan orang muda (umur 18 sampai 24 tahun), berhubungan dengan awal hidup berkeluarga, dan kontribusinya lebih dari dua pertiga dari tingkat mobilitas lokal. Jadi, dalam rentangan umur di mana paling banyak terjadi perkawinan, maka perkawinan dan pembentukan keluarga sangat besar kontribusinya terhadap mobilitas; dalam rentangan umur di mana kebanyakan perkawinan sudah berlangsung lama, maka perkawinan membatasi mobilitas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perkawinan dan penyesuaian diri yang diperlukan dalam tahun-tahun pertama perkawinan cukup besar kontribusinya terhadap mobilitas kaum muda; kehancuran keluarga juga mempunyai kontribusi terhadap mobilitas. Data mobilitas tahunan menunjukkan bahwa perubahan status perkawinan yakni pembentukan dan kehancuran keluarga menyebabkan 15 sampai 20 persen dari total mobilitas yang terekam. Di kalangan orang tua, mereka yang sudah kawin tidak hanya paling stabil tempat tinggalnya dalam jangka waktu lima atau satu tahun, melainkan data dari survei terbatas menunjukkan bahwa orang tua yang kawin lebih sedikit jumlahnya yang merencanakan dan ingin berpindah tempat daripada orang tua belum kawin, janda/duda, bercerai, atau berpisah. Konsekuensinya, tidak semata-mata ketidakmampuan dalam bidang
keuangan
atau
alasan-alasan
lain
yang
menyebabkan
perpindahan orang tua yang kawin; me lainkan, stabilitas tempat tinggal merupakan bagian dari gaya hidup lebih umum dan norma bagi orang tua yang kawin. Untuk melengkapi bukti bahwa orang yang kawin mempunyai stabilitas lebih besar, dan bahwa ikatan dan kohesi keluarga saling berhubungan satu sama lain, maka digunakan data survai tentang hubungan antara jumlah anggota keluarga dan kecenderungan mobilitas http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
148
di kalangan orang tua. Untuk mobilitas tempat tinggal dalam jangka waktu satu dan dua tahun, data survai menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga berhubungan terbalik dengan kecenderung an mobilitas tempat tinggal di kalangan orang tua. Keluarga hanya terdiri dari satu orang saja (terdiri dari orang yang tidak kawin), dua kali lebih besar berpindah tempat dibandingkan dengan keluarga mempunyai tiga atau lebih orang anggota dan dua kali lebih berhasil di dalam melaksanakan rencana dan keinginannya untuk berpindah tempat. Misalnya, 32 persen orang tua yang hidup sendiri pernah berpindah tempat tinggalnya dalam jangka waktu dua tahun, dibandingkan dengan 20 persen orang yang hidup dengan seorang atau individu lain dan 14 persen orang tua dalam keluarga yang terdiri dari tiga orang anggota atau lebih. Dari mereka yang keluarganya terdiri dari hanya satu orang saja yang merencanakan atau ingin berpindah dalam jangka waktu satu tahun, ada 31 persen berpindah; sebaliknya, di antara mereka yang keluarganya terdiri dari tiga atau lebih orang yang merencanakan atau ingin berpindah, hanya 16 persen saja yang berpindah.
Status Sosial-Ekonomi dan Integrasi Kategori
indikator-indikator
lain berhubungan
dengan posisi
seseorang di dalam struktur sosial dan ekonomi. Untuk orang tua, tingginya tingkat pendidikan dan pendapatan dan dalam batas-batas tertentu, pekerjaan tidak hanya mempengaruhi perumahan dan gaya hidup tetapi dipandang sebagai indikator ikatan-ikatan sosial dan masyarakat. Kenyataan menunjukkan bahwa ada kecenderungan umum bahwa ada hubungan terbalik antara status sosial ekonomi dan mo bilitas tempat tinggal di kalangan orang tua. Data sensus dan Current Population Survey menunjukkan bahwa pada umumnya, di antara mereka berumur 25 tahun ke atas dan berpendidikan lebih tinggi lebih cenderung berpindah tempat (20 persen berpendidikan perguruan tinggi berpindah tempat dalam jangka waktu satu tahun dibandingkan deng an 14 persen http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
149
berpendidikan sekolah dasar). Untuk mereka berumur setengah baya hubungan antara pendidikan dan mobilitas cenderung berbentuk huruf U - kelompok berpendidikan lebih tinggi dan lebih rendah adalah lebih mobil. Untuk mereka berumur 65 tahun ke atas terdapat perbedaan kecil dalam mobilitas menurut tingkat pendidikan, te tapi orang berpendidikan paling rendah mempunyai kecenderungan kuat untuk berpindah lagi. Data pekerjaan sukar diinterpretasikan, terutama untuk orang tua. Meskipun demikian, Current Population Survey menunjukkan bahwa kaum profesional dan manajer di kalangan orang muda jauh lebih besar kemungkinannya berpindah tempat daripada kelompok pekerjaan lebih rendah, tetapi di kalangan orang tua, mereka yang bekerja di sektor jasa berpindah dua kali lebih besar daripada pegawai (white-collar). Data pendapatan jauh lebih jelas. Di antara penduduk berumur 18 sampai 22 tahun, makin tinggi pendapatannya makin tinggi mobilitasnya, di kalangan orang tua terdapat hubungan terbalik- orang tua berpendapatan rendah berpindah empat kali lebih besar daripada orang tua berpendapatan lebih tinggi. Kecenderungan hubungan terbalik antara status sosial ekonomi dan mobilitas tempat tinggal di kalangan orang tua, datanya dikumpulkan dari sumber-sumber resmi, dan didukung oleh data survai. Orang tua berpendidikan rendah, berpendapatan rendah, dan statusnya rendah yakni sebagai buruh mempunyai tingkat mobilitas lebih tinggi dalam jangka waktu satu atau dua tahun. Sekali lagi, ini tidak semata -mata mencerminkan pergerakan "secara paksaan", karena kelompok ini jauh lebih banyak merencanakan ingin berpindah daripada mereka yang berpendidikan lebih tinggi, berpendapatan lebih tinggi, dan bekerja sebagai pegawai. Misalnya, 18 persen orang tua berpendidikan delapan tahun atau kurang, berpindah tempat dalam jangka waktu satu tahun bila dibandingkan dengan 10 persen dari mereka yang berpendidikan perguruan tinggi; 33 persen dari mereka yang berpendidikan 6 tahun atau kurang, berpindah tempat dalam jangka waktu satu tahun dibandingkan http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
150
dengan 16 persen dari mereka yang berpendidikan perguruan tinggi. Lebih dari seperempat kelompok berstatus lebih rendah me rencanakan berpindah dan
hampir sepertiganya
ingin berpindah tempat bila
dibandingkan dengan sekitar 18 persen (merencanakan) dan 29 persen (ingin) dari kelompok berstatus lebih tinggi. Signifikansi hubungan terbalik antara status sosial ekonomi dan mobilitas
tempat
tinggal
di
kalangan
orang
tua
sebagiannya
mencerminkan kestabilan yang berhubungan dengan pemilikan rumah di antara kelompok berpendapatan lebih tinggi, dan pada gilirannya, hubungan antara pemilikan rumah dan stabilitas tempat tinggal. Para penyewa rumah tiga kali lebih besar mobilitasnya daripada pemilik rumah di kalangan yang berumur setengah baya dan orang tua. Berarti, sekitar 40 persen penyewa rumah merencanakan atau ingin berpindah tempat dibandingkan dengan 15 persen (merencanakan) dan 26 persen (ingin) di kalangan pemilik rumah. Barangkali karena pengalaman mereka lebih besar dalam berpindah, maka para penyewa dua kali lebih besar dapat melaksanakan rencana dan keinginannya untuk berpindah. Dapat diharapkan bahwa orang tua bukan kulit putih, karena kebanyakan termasuk dalam kelas sosial lebih rendah, mempunyai tingkat mobilitas lebih tinggi daripada orang tua kulit putih. Data survei terbatas menunjukkan bahwa orang tua kulit putih dua kali lebih mobil daripada orang tua bukan kulit putih. Juga proporsi orang tua bukan kulit putih yang ingin berpindah lebih besar dibandingkan dengan orang tua kulit putih (42 persen versus 30 persen). Maka dari itu, lebih banyak orang tua bukan kulit putih ingin berpindah daripada orang tua kulit putih, meskipun demikian orang tua kulit putih lebi h mobil daripada orang tua bukan kulit putih, orang tua kulit putih tiga kali lebih besar merealisasikan rencana dan keinginan berpindah tempat daripada orang tua bukan kulit putih. Penemuan ini menunjukkan bahwa selain perumahan dan kondisi lingkungan orang tua bukan kulit putih yang tidak memadai maka per-
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
151
bedaan mobilitas juga mencerminkan perbedaan oportunitas yang lebih menguntungkan orang tua kulit putih.
Mobilitas Berulang dan Integrasi Sosial Asal-usul masyarakat seperti tercermin dalam pola mo bilitas terdahulu juga merupakan indikator stabilitas sosial. Pada umumnya, mobilitas tempat tinggal terdahulu juga merupakan suatu determinan penting bagi kecenderungan mobilitas yang dilakukan dewasa ini. 32 Tidak hanya pergerakan berulang berhubungan dengan kecenderungan mobilitas tetapi bisa juga terjadi sebaliknya-mereka yang mempunyai asal-usul permanen
seperti
terbukti
dari
tidak
berpindah
tempat
kecil
kemungkinannya mempunyai kecenderungan mobilitas: Misalnya, data survei di suatu wilayah metropolitan menunjukkan bahwa orang tua yang berpindah selama tahun 1960-1961, 30 persen berpindah lagi pada tahun 1961-1962, dibandingkan dengan 13 persen dari mereka yang tidak berpindah pada tahun 1960-1961. Demikian pula, orang tua yang berpindah tiga kali atau lebih selama tahun 1950-1960 nampaknya pada tahun 1960-1962 berpindah lagi tiga kali lebih banyak daripada mereka yang tidak berpindah dalam periode 1950-1960. Untuk mobilitas dalam jangka waktu satu tahun, hasil-hasil penemuannya lebih dramatis: orang tua yang berpindah dalam jangka waktu satu tahun jika mereka pernah berpindah tiga kali atau lebih dalam dekade sebelumnya adalah 6 kali lebih besar daripada mereka yang tidak berpindah dalam dekade sebelumnya. (Tingkat mobilitas berturut-turut sebesar 31 persen dan 5 persen). Mereka yang berpindah berulang-ulang sekitar 1½ kali lebih banyak merencanakan atau ingin berpindah dalam jangka waktu satu tahun daripada orang yang bukan berpindah berulang -ulang. Pengalaman pindah beberapa kali membawa pengaruh besar terhadap keberhasilan orang tua di dalam merencanakan dan melaksanakan keinginannya untuk berpindah. Hampir separuh orang tua yang berpindah tiga kali atau lebih 32
Lihat Bab 3 dan 7, buku ini.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
152
dalam tahun 1950-1960 dan merencanakan atau ingin berpindah lagi dalam tahun 1961-1962 berhasil (yakni, berpindah) dengan tiga kali lebih besar dari tingkat keberhasilan mereka yang tidak pindah dalam tahun 1950-1960 tetapi merencanakan dan ingin berpindah da lam tahun 19611962. (Pola yang sama juga berlaku bagi kelompok umur lebih muda). Jadi, pada umumnya, mobilitas berulang tidak hanya merupakan karakteristik orang muda dan stabilitas berkesinambungan tidak hanya merupakan karakteristik orang tua, melainkan di kalangan orang tua mobilitas
berulang
merupakan
faktor
yang
menerangkan
tidak
proporsionalnya tingkat mobilitas total orang tua. Sekitar 2/3 tingkat mobi litas dalam jangka waktu satu tahun adalah fungsi dari orang yang berpindah berulang-ulang. Ikhtisar Dan Implikasi Di dalam menelusuri hubungan antara umur dan mo bilitas, kita telah menemukan banyak bukti yang tidak ha nya konsisten dengan data empiris tetapi berhubungan secara logis dengan pentingnya umur di lihat dari segi sosiologis dan konsisten dengan teori-teori umum tentang siklus hidup dan mobilitas karir perekonomian. Berdasarkan bukti-bukti yang ada dapat diambil beberapa kesimpulan sementara sebagai berikut: (1) orang muda lebih mobil daripada orang tua; (2) dalam kalangan orang tua, orang yang tidak kawin, orang yang anggota keluarganya hanya satu orang saja, orang yang berstatus sosial ekonomi rendah, penyewa rumah, dan orang yang pindah berulang kali lebih cenderung berpindah tempat (faktor-faktor ini mempunyai hubungan sangat erat); (3) orang muda jauh lebih besar kemungkinan merencanakan dan ingin berpindah daripada orang tua, dan lebih besar kemungkinan melaksanakan rencana mobilitasnya ini; (4) faktor perumahan dan ekonomi menghambat sejumlah besar orang tua yang ingin berpindah lagi; (5) di kalangan orang muda, pembentukan karir, mobilitas karir, perkawinan, pembentukan keluarga, dan perluasan keluarga secara jelas membedakan mobilitas tempat tinggal. Penjelasan http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
153
atas kenyataan migrasi ini harus secara teoritis konsisten, yakni, kita harus memperhitungkan mobilitas lebih besar di antara kelompok umur dan juga memperhitungkan perbedaan mobilitas dalam kelompok umur dengan menggunakan kerangka konseptual yang sama. Pada
umumnya, kita
berpendapat bahwa
orang
tua
le bih
berintegrasi dengan masyarakat melalui keluarga, teman, investasi perumahan, organisasi sosial, dan lain-lain; konsekuensinya, orang tua cenderung jauh lebih stabil tempat tinggalnya daripada orang muda yang tidak memiliki investasi sosial dan ekonomi tersebut di atas. Suatu karakteristik yang melekat pada siklus hidup adalah bahwa orang tua memikirkan
bahwa
pembentukan
ikatan-ikatan
dengan
tetangga,
kekeluargaan, ekonomi, dan sosial ini memakan waktu yang lama sekali (jangka panjang); oleh karena itu, mereka tidak mau memutuskan ikatanikatan ini dengan perpindahan, dan jika mereka pindah biasanya dalam masyarakat atau lingkungan yang sama. Jadi, tepatlah dikata kan bahwa orang tua yang tidak mempunyai ikatan-ikatan seperti ini (yakni, orang yang pindah berulang-ulang, penyewa rumah, tidak kawin, dan kelompok sosial-ekonomi lebih rendah) mempunyai kecenderungan berpindah lebih besar. Sebagian besar orang tua membentuk norma -norma sosial dan stabilitas tempat tinggal yang biasanya hanya rusak bila ada gangguan sosial dan pribadi-misalnya, menjanda, alienasi, institusionalisasi. Pendapat umum bahwa integrasi sosial dan migrasi mempunyai hubungan terbalik di kalangan orang tua bisa memberikan beberapa kejelasan teoritis tentang pola-pola mobilitas pada umumnya. Pendapat umum bahwa orang muda berpindah dalam rangka menanggapi kesempatan ekonomi dan perubahan ekonomi hanyalah merupakan suatu penjelasan
parsial
atau
sebagian
saja.
Tentunya,
seperti
telah
dikemukakan, ada sejumlah besar orang muda berpindah tempat dalam rangka menanggapi perubahan karir, mobilitas sosial, dan perubahan keluarga. Tetapi masih ada masalah mengenai mengapa ada beberapa orang
muda
tidak
berpindah
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
(tidak
semua
orang
menanggapi 154
"kesempatan" ekonomi) dan masalah kesempatan manakah yang akan dipilih. Mungkin paling baik kalau perubahan ekonomi atau kesempatan ekonomi tidak dipandang sebagai faktor mempengaruhi atau menentukan mobilitas tetapi dikonseptualisasikan sebagai faktor-faktor pelancar. Yakni, bahwa mobilitas di kalangan orang muda berhubungan lang sung dengan tipe-tipe ikatan sosial, masyarakat, dan keluarga yang menentukan respon terhadap perubahan ekonomi manakah akan menimbulkan perpindahan. Kenyataannya
dari
sudut
jarak
perpindahan,
hubungan
dengan
masyarakat, keluarga, dan ikatan sosial merupakan faktor-faktor kunci. Berdasarkan analisa siklus hidup dan mobilitas tempat tinggal, kita dapat menyimpulkan bahwa motif-motif ekonomi paling baik dianggap sebagai bagian dari orientasi kehidupan individu yang lebih umum. Meskipun kesempatan ekonomi merupakan faktor utama, nampaknya ia lebih merupakan faktor pelancar dalam arti mendorong. Orang-orang pada berbagai tahap siklus hidup merespon kesempatan yang memerlukan mobilitas tempat tinggal jika ikatan-ikatan sosial itu lemah. Di dalam setiap kasus, faktor-faktor ekonomis bukanlah faktor utama bagi semua kelompok umur dan mungkin kurang penting bagi mobilitas dalam masyarakat. Sejalan dengan ini, kita harus mengakui bahwa siklus hidup dan indikatornya, yakni umur, menduduki posisi kunci dalam setiap analisa migrasi, khususnya pembagian berbagai peranan yang berhubungan dengan kelompok umur dan pada gilirannya, arti umur bagi keluarga, ekonomi, dan kohesi sosial. Jelaslah bahwa kita tidak dapat mengharapkan generalisasi empiris atau teoritis mengenai hubungan antara status perkawinan atau status sosial-ekonomi dan mobilitas tempat tinggal tanpa memperhatikan ruang lingkup siklus hidup tertentu, yakni, tanpa menelaah hubungan dalam kelompok-kelompok umur yang sama atau mengontrol umur. Tetapi bila kita mempersoalkan konsis tensi teoritis maka kita dapat menggunakan analisa kohesi sosial, atau integrasi sosial, atau ikatan sosial untuk membahas perbedaan migrasi pada semua http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
155
kelompok umur sekalipun hubungan-hubungan itu berbeda arahnya untuk orang muda dan orang tua. Jadi, kita akan berpendapat, misalnya, bahwa di kalangan orang muda, yang kawin pada tahap awal pembentukan keluarga, atau termasuk dalam kelompok status sosial-ekonomi lebih tinggi mempunyai tingkat mobilitas lebih tinggi karena keseimbangan ikatan-ikatan (pekerjaan, karir, masyarakat, keluarga) tersebut mendukung mobilitas. Tetapi pada tahap siklus hidup lebih kemudian, yakni pada kategori tingkat umur sedang atau tinggi, kesempatan ekonomi yang tersedia harus diseimbangkan dengan perkembangan ikatan-ikatan lokal, keluarga, dan ikatan ekonomi lain. Jadi, perkawinan dan pengembangan ikatan keluarga atau status sosial ekonomi yang lebih ting gi merupakan seperangkat faktor yang tetap mengintegra sikan orang tua. Meskipun motif-motif keluarga dan ekonomi dianggap sebagai faktor terpenting bagi perpindahan orang muda, alasan yang diajukan oleh sebagian
besar
orang
tua
mengapa
mereka
berpindah
adalah
berhubungan dengan perumahan dan ketidakpuasan dengan lingkungan. Dalam kaitan dengan kenyataan yang berhubungan dengan gejala perpindahan berulang, bisa dikatakan bahwa persepsi ini harus diintegrasikan dengan orientasi kehidupan individu yang berpindah tempat. Kurangnya
ikatan-ikatan
menyebabkan
mobilitas
sosial, berulang;
masyarakat, barang kali,
dan
keluarga
mobilitas
bisa
berulang
menunjukkan kurangnya ikatan-ikatan demikian ini. Suatu pemusatan perhatian yang menarik dari teori integrasi sosial mengenai mobilitas tempat tinggal sudah di kemukakan secara tidak langsung oleh Ladinsky. 33 Penelusurannya yang mendetail tentang tingkat mobilitas pekerjaan termasuk dalam kategori "profesional" dalam jangka waktu lima tahun dengan menggunakan data sensus penduduk tahun 1960 di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa kondisi kerja dan karir 33
Jack Ladinsky, "Occupational Determinants of Geographic Mo bility Among Profesional Workers", American Sociological Review, 32 (April 1967), hal. 257-264; dan Ladinsky, "Sources of Geographic Mobility Among P rofessional Workers: A Multivariate Analysis", Demography, 4:1 (1967), hal. 293-309.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
156
struktural mempengaruhi perbedaan tingkat mobilitas. Yang penting dalam konteks
sekarang
ini
adalah
hubungan
antara
individu
dengan
pekerjaannya dan juga hubungan antara individu dengan sifat pekerjaan itu sendiri. Hampir pada semua kasus di mana investasi peker jaan itu tinggi baik melalui investasi benda-benda modal maupun mencari langganan-langganan yang tetap maka ting kat migrasi adalah rendah. Pada fihak lain, kaum profesional upahan dengan kondisi kerja yang tidak terstandardi sasikan, tidak mempunyai surat izin, dan jaringan komuni kasi pekerjaan yang baik mempunyai tingkat migrasi jarak jauh lebih tinggi. Tingkat mobilitas yang tinggi juga terda pat pada para pekerja upahan dalam kategori pekerjaan profesional lebih tinggi yang cenderung berpindah ke pasar tenaga kerja nasional atau regional daripada berpindah ke pasar tenaga kerja lokal. Dalam analisanya, Ladinsky menambahkan sifat organisasi kerja dan karir sebagai determinan penting dalam mobilitas geografis. Dalam konteks ini implikasi analisanya secara jelas menunjukkan pentingnya hubungan antara pekerjaan dan integrasi karir-ekonomi sebagai bagian dari perbedaan stabilitas orang-orang dalam dan antar pekerjaan. Pada dasarnya, semua data ini menunjukkan perlunya diadakan kembali analisa untuk suatu hipotesa yang lebih luas mengenai hubungan antara kohesi dan integrasi sosial dan ikatan sosial pada satu fihak, dan kecenderungan migrasi pada fihak lain. Pada butir ini, nampaknya hipotesa pada umumnya menerangkan sebagian besar kenyataan yang ada. Hipotesa itu mengandung keuntungan konsistensi teoritis dan, paling penting, meletakkan proses migrasi dalam suatu ruang lingkup struktur sosial. Terakhir, keseimbangan ikatan-ikatan sosial, keluarga, dan ekonomi dalam kehidupan individu atau kelompok menentukan ting kat dan tipe mobilitas (khususnya jarak). Dan keputusan mobilitas (dan terutama kita memperhatikan keputusan-keputusan itu) bukan hanya suatu fungsi dari ikatan-ikatan sosial yang ada tetapi juga fungsi dari norma dan nilai lebih umum yang menentukan relatif pentingnya setiap http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
157
ikatan sosial. Meskipun manifestasi integrasi sosial, kohesi sosial, dan ikatan sosial di tambah dengan norma integrasi sosial itu berbeda-beda dalam dan antar masyarakat, akan tetapi mereka dapat menyebabkan perbedaan tingkat mobilitas. Akhirnya, bila diadakan penilaian terhadap determinan dari setiap pola
mobilitas-apakah dari
perspektif historis, perbandingan, atau
perbedaan-tidaklah cukup hanya semata-mata menguji secara otomatis seperangkat variabel pengaruh. Tipe analisa itu biasa mengakibatkan kompilasi informasi yang agak terpisah dan cende rung tidak meyakinkan. Kesimpulan bahwa
perubahan ekonomi
dan keluarga
merupakan
"determinan" pola mobilitas hanya sedikit sekali menjelaskan proses migrasi dan sama sekali tidak menjelaskan mekanisme dan kondisi sosial di mana faktor-faktor ini beroperasi. Dengan menelaah signifikansi variabel-variabel ini,
yakni, menganggap perubahan ekonomi dan
keluarga sebagai cermin dari tali-tali yang mengikat individu dan masyarakat, maka kita mengarahkan perhatian kita pada sifat proses perpindahan dan menghubungkan proses tersebut dengan proses sosial lebih luas. Dalam hal ini, determinan sosial dan ekonomi merupakan kondisi-kondisi
yang
memperlancar
atau
menghambat
ungkapan
hubungan individu dan masyarakat melalui keputusan mereka untuk berpindah atau tidak berpindah. Karena itu, suatu hipotesa migrasi yang umum, yang akan lebih dibuktikan secara langsung daripada secara inferensial (penarikan kesimpulan), adalah bahwa pola -pola masyarakat sosial, dan integrasi pribadi dari individu dalam masyarakat (dan norma dan nilai utama yang tercermin dalam, dan membentuk ikatan-ikatan semacam
itu)
menentukan
seberapa
jauh
tanggapan
terhadap
kesempatan ekonomi dan perubahan keluarga dinyatakan dalam bentuk mobilitas atau stabilitas.
http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/
158