LAPORAN PENELlTlAN
BALANSE MADAM SUATU AKTlVlTAS KESENIAN -TAR1DAN PERANANNYA DALAM INTEGRASI SOSIAL
ANTARA MASYARAKAT NlAS DAN MINANGKABAU Dl KoTA PADANG-------- - -... .r-C' +-
Dibiayai Proyek Pengkajian dan Penelitian llmu Pengetahuan Terapan Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor: 093/P4T/DPPM/DM, SKW, SOSAG/111/2004 Tanggal 25 Maret 2004 Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
FAKULTAS BAHASA SASTRA DAN SEN1 UNIVERSITAS NEGERI PADANG OKTOBER, 2004
-
HALAMAN PENGESAHAN HASlL PENELlTlAN PENELlTl MUDA 1.
2.
3.
a. Judul Penelitian
Tari Balanse Madam Suatu Aktivitas Kesenian dan Peranannya dalam lntegrasi Sosial antara Masyarakat Nias dan Minangkabau di Kota Padang
b. Bidang llmu
Seni Tari IEtnologi Tari
c. Kategori Penelitian
Kategori I
Peneliti a. Nama LengkapIGelar b. Jenis Kelamin c. Golongan PangkatINIP d. Jabatan Fungsional e. Fakultas IJurusan f. Pusat Penelitian
Indayuda, S.Pd., M.Pd. Pria Ill c, Penata TK. 11 132146708 LeMor FBSS 1 Sendratasik Universitas Negeri Padang
Jumlah Tim Peneliti
1 (satu) orang
4. Lokasi Penelitian
Daerah Seberang Palinggam Kota Padang
5. Lama Penelitian
8 bulan (32 minggu)
6.
Biaya yang Dibutuhkan a. Sumber Dana b. Besar Dana
Depdiknas Rp. 6.000.000,-
Padang, 23 Oktober 2004 Peneliti.
\(pfillqgn"~#.,f&&, M.A., Ph.D. -N lpL1 5 1 846252 .--
---
/
PENGANTAR Kegiatan penelitian mendukung pengembangan ilmu serta terapannya Dalam hal ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha mendorong dosen untuk melakukan penelitian sebagai bagian integral dari kegiatan mengajamya, baik yang secara langsung dibiayai oleh dana Universitas Negeri Padang maupun dana dari sumber lain yang relevan atau bekerja sama dengan instansi terkait. Sehubungan dengan itu, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang bekerjasama dengan Proyek Pengkajian dan Penelitian Ilrnu Pengetahuan Terapan, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Ditjen Dikti Depdiknas dengan surat perjanjian kerja No.O93/P4T/DPPM/DM,SKW,SOSAG/III/2004 tanggal 25 Maret 2004 untuk melakukan penelitian dengan judul Tari Balanse Madam Suatu AIdivitas Kesenian dan Perananrya dalam Integrasi Sosial Antara Masyarakat Nias dan Minangkabau di Kota Padang.
Kami menyambut gembira usaha yang dilakukan peneliti untuk menjawab berbagai permasalahan pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian tersebut di atas. Dengan selesainya penelitian ini, maka Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang telah dapat memberikan informasi yang dapat dipakai sebagai bagian upaya penting dan kompleks dalam peningkatan mutu pendidikan pada umumnya. Di samping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan masukan bagi instansi terkait dalam rangka penyusunan kebijakan pengelolaan program peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. Secara khusus, karni sarnpaikan terirna kasih kepada Pirnpinan Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Ditjen Dikti Depdiknas yang telah memberikan dana untuk pelaksanaan penelitian ini. Karni yakin tanpa dedikasi dan kerjasarna yang terjalin selama ini, penelitian ini tidak dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Semoga kerjasama yang baik ini dapat dilanjutkan untuk masa yang akan datang. Terima kasih.
PRAKATA Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SVVT, dan didorong oleh kerja keras dan bimbingan dari berbagai pihak, maka penelitian ini dapat juga terselesaikan sesuai dengan yang direncanakan, dan dengan hasil yang diinginkan kita semua. Penelitian ini merupakan suatu sumbangsih pikiran saya sebagai-staf Pengajar pada Universitas Negeri Padang, yang mana sebagai dosen '
berkewajiban untuk mengembangkan kemampuan ilmiahnya melalui berbagai karya, salah satunya penelitian ini. Sebagai seorang dkademisi yang berkiprah dalam dunia penelitian, sudah barang tentu penelitian ini memiliki kekurangan dan belum memenuhi kesempumaan, oleh sebab itu sumbang saran dari rekan pmbaca diharapkan untuk kesempumaan penelitian ini di masa datang. ~enelitianini tidak mungkin jadi begitu saja tanpa bantuan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat dengan penelitian ini, akhir kata saya ucapkan terima kasih.
Padang, 23 Oktober 2004 Peneliti,
Indrayuda, S.Pd., M.Pd.
ABSTRAK
Indrayuda, Tari Balanse Madam Suatu Aktivitas Kesenian dan Peranannya dalam lntegrasi Sosial antara Masyarakat Nias dan Minangkabau di Kota Padang.
.-
Penelitian ini bertujuan mengkaji dan menganalisa tentang keberadaan tari Balanse Madam dalam aktivitasnya sebagai unsur kesenian yang bersifat tarian sosial dalam masyarakat suku Nias. Di samping itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengungkapkan peranan tari Balanse Madam dalam menciptakan peluang integrasi antara masyarakat suku Nias dan Minangkabau. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode kualitatif. Dalam rangka pengumpulan data dipergunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Agar data yang dihimpun memiliki tingkat keterpercayaan, maka dilakukan obsewasi secra terus menerus, sungguhsungguh dan mendalam. Penelitian ini menggunakan proses nsnowball". Informan kunci adalah pimpinan tari Balanse, pimpinan adat, kepala kampung Seberang Palinggam dan pemuka masyarakat Minangkabau serta para ninik mamak dari kalangan masyarakat Minangkabau. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa melalui aktivitas kesenian tari Balanse Madam dapat mengambil peran sebagai jem batan integrasi sosial antara orang Nias dan Minangkabau di daerah Seberang Palinggam Kota Padang. Di samping itu dapat disimpulkan bahwa kesenian bisa dijadikan sebagai model untuk meredakan konflik baik dalam bentuk laten maupun manifes. Ternyata strategi kebudayaan adalah suatu upaya untuk proses integrasi sosial, sehingga perbedaan bermuara pada kesatuan.
DAFTAR IS1 Halaman HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
i
PENGANTAR.....................:. .....................................................-...........
ii
ABSTRAK .................................................................-....-.....................
iii
PRAKATA ............................................................................................
...
DAFTAR IS1 ..........................................................................................
v
DAFTAR TABEL ................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
viii
BAB
BAB
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................
6
II. KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka .........................................................
BAB
III
8
B. Kerangka Teori ............................................................
12
C. Kerangka Pemikiran ....................................................
18
Ill. TUJUAN DAN MANFAAT PENELlTlAN
A. Tujuan Penelitian .........................................................
23
B. Manfaat Penelitian .......................................................
23
BAB IV. METODOLOGIPENELITIAN
BAB
A. Rancangan Penelitian...................................................
24
B. Lokasi Penelitian...........................................................
25
C. Teknik Pengumpulan Data ..........................................
26
D. Instrumen Penelitian ....................................................
27
E. TeknikAnaisisData .....................................................
27
V. HASlL PENELlTlAN DAN PEMBAHASAN .........................
36
A. Hasil Penelitian .............................................................
36
1. Letak Geografis .....................................................
36
2. Sejarah Datangnya Orang Nias di Kota Padang ...
38
3. Struktur Sosial .......................................................
40
4 . Sistem Kekerabatan ..............................................
43
5 . Adat lstiadat ..........................................................
45
6 . ~asyarakatPendukung Tan Balanse Madam .......
46
7. Perkembangan Tari Balanse Madam.....................
50
8 . Peranan Tari Balanse Madam dalam Proses lntegrasi
Sosial antara Masyarakat Nias dan Minangkabau di Seberang Palinggam Kota Padang ...................
66
9. Tari Balanse Madam dan Menipisnya lmag Negatif
Tefiadap Orang Nias di Seberang Palinggam Kota Padang ..........................................................
74
10. Tari Balanse Madam dan Melunaknya Sikap Etnosentris
Orang ~inangkabaudi Seberang Palinggam
.......
B. Pembahasan ................................................................
77 80
1. Melalui Penyajian Tari Balanse Madam Berdampak
Terhadap Muncuinya lntegrasi Sosial dalam Bentuk Kekerabatan ..........................................................
80
2. Tari Balanse Madam dan Menipisnya Konflik Sosial
antara Orang Nias dan Minangkabau ...................
84
BAB VI . KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................
89
A . Kesimpulan ..................................................................
89
B. Saran ...........................................................................
92
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
94
LAMPIRAN ...........................................................................................
98
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Tata Cara Pertunjukan ..........................................................
59
Tabel 2. Aba-aba Tari Balanse Madam ..............................................
62
vii
BAB l PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tan Balanse Madam merupakan sebuah aktivitas kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Nias yang telah lama bermukim 'di Padang. Awal abad ke-16 orang Nias bermigrasi ke Kota Padang, pada waktu itu mereka dibawa oleh orang-orang China yang berdagang ke Sumatera Barat. Sebagai suatu kesenian tradisi tan Balanse Madam berkembang secara turun temurun dari generasi ke generasi dalam lingkup masyarakat Nias yang ada di Kota Padang: Pada pertengahan abad ke-16 tan Balanse Madam diakui oleh masyarakat Nias di Seberang Palinggam sebagai tarian
adat, di mana keputusan ini diambil setelah para pemuka adat dan tokoh a
masyarakat waktu itu menyelenggarakan upacara adat penobatan. Ada beberapa alasan kenapa tan Balanse Madam dinobatkan sebagai tan adat antara lain dari segi pola gerak tarian ini ada persamaan dengan budaya leluhur mereka di Pulau Nias, di sisi lain tarian ini mengandung unsur pergaulan maupun kekerabatan. Jauhnya jarak antara orang Nias yang bermukim di Padang dengan tanah leluhur, dan dilihat dari perspektif perkembangan zaman, maka sudah barang tentu ada kemungkinan mereka akan terputus dengan budaya leluhumya. Berpedoman pada pandangan tersebut, akhir abad ke-16 tari-tari Balanse disempumakan pola garapannya dan sekaligus menjadi identitas
kultural masyarakat Nias yang berada di Kota Padang.
Tari Balanse Madam merupakan suatu aktivitas kesenian yang bersifat sosial, dalam arti kata jenis tarian ini adalah berbentuk tarian sosial dengan pola gerka dan karikter pergaulan. Menurut Soedarsono (1984: 15) bahwa tarian-tarian yang berbentuk pergaulan dikelompokkan dalam jenis tarian sosial. Tarian sosial dapat mengakomodasi berbagai kategori masyarakat yang terlibat dalam sebuah peristiwa pertunjukkan tan. Penyajian tari Balanse Madam pada kenyataannya dapat mendorong berbagai anggota masyarakat untuk terlibat dalam peristiwa tersebut. Peristiwa yang disebabkan oleh aktivitas dari Balanse Madam, pada gilirannya menciptakan berbagai interaksi antar sesama warga masyarakat. Suatu ha1 yang menarik pada peristiwa tersebut adalah tidak terdapat perbedaan dalam ha1 status sosial, golongan sosial maupun kategori sosial. Masyarakat Nias sebagai pewaris budaya dari tari Balanse Madam, merupakan kalangan masyarakat minoritas. Orang Nias yang telah menjadi dan mendapat pengakuan sebagai warga Kota Padang, memiliki struktur sosial dan kebudayaan yang berbeda dengan orang Nias yang berada di Pulau Nias. Menurut Nosafirman (1998: 31) orang Nias berusaha untuk sedapat mungkin beradaptasi dengan lingkungan masyarakat sekitar, yang mayoritas dalam ha1 ini adalah masyarakat Minangkabau. Untuk itu mereka mencoba berbagai upaya agar mereka tidak terasa asing dalam kehidupan sosial masyarakat Kota Padang. Salah satu jalan mereka adalah membaurkan diri, melalui adaptasi pola budaya orang Minangkabau dalam kesenian maupun adat istiadat, realitas ini menjadikan mereka bahagian dari kehidupan sosial masyarakat Minangkabau.
Pada masa lalu, muncul steroip negatif dari masyarakat Minangkabau terhadap orang Nias dan keberadaannya dt Kota Padang. Menurut Sulastri (1998: 29) disebabkan oleh pandangan orang Minang sebagai pemeluk
agama Islam, yang terkesan fanatisme keagamaannya sangat kuat. Pada satu sisi orang Nias pada masa itu kebanyakan memeluk agama animisme dan sebahagian kecil saja yang beragama Protestan maupun Katolik. Hal yang lebih sensitif adalah masalah keturunan. Masyarakat Minang menganggap orang Nias secara menyeluruh berasal dari suatu keturunan. yang tidak layak. Masyarakat Minang beranggapan seluruh orang Nias berasal dari hasil perkawinan seorang putri bangsawan dengan hewan peliharaannya, yang mana mitos ini berasal dari tanah leluhur mereka di Pulau Nias. Akan tetapi saat sekarang steroip negatif tersebut sudah mulai berkurang dan agak dilupakan. Setelah terjadinya perubahan sosial budaya baik dalam kehidupan sosial orang Nias maupun orang Minang, di samping itu telah banyak pula teqadi perkawinan campuran antara keduanya, menyebabkan steroip negatif dapat ditekan pada level tertentu. Di lain pihak orang Nias pada masa sekarang telah banyak pula memeluk agama Islam. Oleh sebab itu, tarian Balanse Madam mulai dapat berkembang di tengah masyarakat. Dengan
berkembangnya tarian ini, menyebabkan tarian Balanse Madam salah satu identitas kultural masyarakat Kota Padang. Hal ini lebih didukung oleh berkembangnya dunia kesenian dan kepariwisataan. Seiring dengan perkembangan dunia kesenian di atas, tari Balanse Madam tidak saja dipelajari dan menjadi milik orang Nias akan tetapi juga
menjadi milik masyarakat Kota Padang, yang mayoritas adalah orang Mlnangkabau. Menurut Sorokin (dalam Laner terjemahan Alimandan, 1989: 66) menjelaskan bahwa setiap sistem sosio kultural tertentu pada suatu masa akan mengalami perubahan berkat berbagai aktivitas yang tejadi. Menurut Sorokin setiap sistem yang hidup dan aktif akan selalu berubah. Faktor eksiemal sangat mempengaruhi dan didorong oleh faktor internal. Sebagai dorongan utama untuk perubahan, dan setiap perubahan tertentu mungkin dimulai melalui perantaraan komponen makna, wahana, ataupun agen pelaksananya. Merujuk teori Laner tersebut di atas, orang Minang yang dikenal sangat fanatisme namun demokratis, pada masa sekarang mengalami perubahan pada sistem sosial. Perubahan tersebut salah satunya disebabkan oleh kondisi internal, seperti bunyj pepatah "adaik dipakai baru, kain dipakai usangn(adat dipakai baru, kain dipakai usang). Orang Minang dalam arti kata menerima setiap perubahan asal saja sesuai dengan "alur dan patut". Steroip negatif terhadap orang Nias mulai rnemudar dengan berbagai dorongan dari kondisi eksternal, seperti adanya perkawinan campuran dan keberadaan aktivitas kesenian yang sanggup mengintegralkan unsur-unsur masyarakat di daerah Seberang Palinggam Kota Padang. Sejauh ini kajian tentang masyarakat Nias dengan tari Balanse Madam sudah sering dilakukan oleh peneliti Sumatera Barat, terutama tentang tari Balanse secara intrinsik. Pada umumnya penelitian tersebut lebih mengkaji
kepada kesenian Balanse sebagai kebutuhan artistik dan melihatnya sebagai sebuah karya seni yang estetis. Sebab itu, fenomena di atas menarik untuk ditelusuri sebagai suatu kajian. ~ ~ a k dengan ah kehadiran tari Balanse Madam dapat menyebabkan terjadinya integrasi sosial antara masyarakat Nias dan Minangkabau yang pada dasamya sebagai masyarakat mayoritas di Kota Padang. Kehadiran tari ini apakah sekaligus dapat menghapus steroip negatif terhadap orang Nias oieh masyarakat Minangkabau. Di samping itu apakah juga fanatisme etnik orang Mlnangkabau sudah mulai luntur dan beralih kepada keterbukaan yang lebih demokratis, khususnya bagi orang Minang warga Kota Padang. Persoalan seperti di atas perlu untuk ditindaklanjuti dalam suatu kajian atau penelitian. Sebab itu penelitian ini akan mengkaji permasalahan di atas yang difokuskan kepada tan Balanse Madam sebagai aktivitas kesenian dan peranannya dalam integrasi sosial. lntegrasi sosial dilihat antara masyarakat Nias dan Minangkabau.
B. Rumusan Masalah
Pada bahagian sebelumnya telah dikemukakan bahwa adanya kenyataan tentang perubahan sikap fanatisme orang Minang. Hal ini didukung oleh berkurangnya steroip negatif terhadap orang Nias yang dilakukan sebagian besar masyarakat Mlnangkabau di Kota Padang. Berbagai faktor menyebabkan terjadinya perubahan pada sikap dan sistem sosial orang Minang di Kota Padang, seperti melemahnya sikap etnosentrism maupun pandangan terhadap adat istiadat, longgarnya nilai-nilai dan dorongan dari masalah internal, seperti "adaik babuwuak sintak" (adat yang
bersimpul tidak kaku). Dalam arti' kata perubahan telah tejadi dalam sistem sosial masyarakat Mlnangkabau, seiring dengan perubahan zaman yang melingkupinya. Pada sisi lain kehadiran tari Balanse Madam yang merupakan identitas kultural orang Nias, di samping itu tarian ini merupakan tarian adat, tidak lagi hanya tersimpan dalam kantong kebudayaan orang Nias saja. Pada gilirannya tarian Balanse dewasa ini sudah mulai dinikmati dan dipelajari di luar masyarakat Nias, seperti halnya masyarakat Minang yang merupakan penduduk mayoritas di daerah Seberang Palinggam Kota Padang. Pola dukungan terhadap tari Balanse terlihat dari spirit kebudayaan dan spirit kebersamaan. Masyarakat Minang pada gilirannya menerima tari Balanse sebagai salah satu identitas kultural masyarakat Kota Padang. Keberadaan tari Balanse di tengah masyarakat yang bukan orang Nias, sama sekali tidak mendapat halangan yang berarti. Dukungan moral yang diperlihatkan orang Minang, terlihat dalam kenyataannya mereka sudah mulai mempergelarkan tarian Balanse dalam acara seremonial yang mereka lakukan seperti pada pesta perkawinan. Bagi masyarakat kota sendiri secara umum dapat membaurkan din setiap tanggal 7 Agustus tiap tahunnya di alunalun kota. Tarian Balanse hadir dalam peristiwa memperingati ulang tahun Kota Padang. Secara tidak langsung keberadaannya dapat diterima oleh masyarakat kota. Sesuai dengan uraian di atas dalam penelitian ini menemukan suatu masalah, bahwa dengan kehadiran tari Balanse Madam sebagai suatu aktifitas kesenian, dapat sekaligus mengambil peran sebagai media integrasi . .
sosial. Melalui kehadiran tari Balanse Madam terjadi integrasi sosial antara masyarakat Nias dengan Mingkabau. Berdasarkan rumusan perrnasalahan di atas, dapat diajukan pertanyaan yang akan ditelusuri seperti berikut: 1. Apakah dengan kehadiran tari Balanse Madam dapat menyebabkan
terjadinya integrasi sosial antara masyarakat Nias dan Minangkabau? 2. Apakah dengan kehadiran tan Balanse Madam dapat menghapus steroip
negatif terbackq orang Nias di Kota Padang? 3. Apakah k e h w a n tari Balanse Madam dapat melunturkan fanatisme
orang Mlrkmgkabau.
I
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
Terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, ditemukan beberapa penelitian yang memuat berbagai kajian ientang tari Balanse Madam. Berbagai isu terhadap tari Balanse Madam maupun integrasi
sosial yang terjadi di Kota Padang, merupakan referensi awal yang menimbulkan inspirasi dalam penelitian ini. Wahyuni, "Komposisi Tari Balanse Madam". Laporan penelietian ASK1 Padang Panjang, 1992, mengkaji tari Balanse Madam sebagai suatu aktivitas kesenian dalam bentuk seni pertunjukan. Penelitian ini yang dilakukan Wahyuni menelusuri persoalan tentang komposisi baik dari segi gerak, maupun ruang dari perspektif koreografi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa komposisi gerak yang terdapat dalam tarian Balanse Madam lebih mencerminkan disain atas yang bervolume besar
dan memberikan rasa emosional yang bersifat pergaulan. Disain dinamik yang dibangun selalu bervariasi, dengan tempo gerak mars, yang berarti mempunyai spirit dengan gejolak emosional. Di sisi lain Wahyuni menemukan bahwa orang Nias di Seberang Palinggam memiliki spirit kekerabatan atau kekeluargaan yang kuat, ha1 ini dilihat Wahyuni dari berbagai bentuk nrang yang dibentuk oleh penari dalam bergerak di atas lantai, seperti terdapatnya disain lantai berbentuk .
.
lingkaran, ibarat rantai yang saling berhubungan satu sama lainnya.
Penelitian ini menarik .karena di samping melihat komposisi gerak dan ruang juga melihat keterkaitan tari dengan masyarakatnya, seperti misal adanya spirit kekerabatan ataupun kekeluargaan yang ditelusuri lewat simbol disain lantai dan disain gerak. Meskipun penelitian ini tidak melakukan pendekatan tari secara ekstrinsik, namun penelitian ini merupakan salah satu rujukan yang dapat mengawali pemahaman dalam mempersoalkan Tan Balanse Madam dan Perannya dalam lntegrasi Sosial antara Masyarakat Nias dan Minangkabau di Kota Padang. Hanya saja Wahyuni belum menemukan kenapa spirit pergaulan dan kekeluargaan atau kekerabatan tersebut, yang pada gilirannya dapat menggiring ke persoalan integrasi sosial. Di lain pihak, Anatona Gulu, "Sejarah dan Perkembangan Tari Balanse Madam". Laporan peneleitian Universitas Andalas, 1997, menjelaskan bahwa tari Balanse Madam merupakan suatu tarian dalam bentuk pergaulan, yang hanya dimiliki oleh orang Nias yang bermukim di Kota Padang. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa kehadiran tari Balanse Madam tidak terlepas dari kontak sosial atau tejadinya interaksi sosial antara orang Nias dan orang Portugis pada masa lalu di Kota Padang. Orang Nias sekitar pertengahan abad ke-16 umumnya bekeja sebagai pembantu (buruh) pada orang-orang Portugis di Kota Padang. Kedekatan orang Nias dengan bangsa Portugis di Padang membuat terjalinnya relasi sosial, pada gilirannya orang Portugis bukan saja memperkerjakan orang Nias, akan tetapi sekaligus mewanskan sebuah kebudayaan yakni tari Balanse Madam.
Gulo melihat bahwa dalam ha1 aktivitas kesenian terdapat suatu peleburan status sosial, tanpa memandang status setiap anggota masyarakat dapat berpartisipasi dalam peristiwa kesenian tersebut, seperti halnya dalam penyajian tari Balanse Madam. Orang Portugis mengajarkan tanan pergaulan kepada orang Nias yang nota benenya adalah bawahannya. Tulisan ini belum membahas sejauh mana terjadinya integrasi sosial antara orang Nias dan orang Portugis, apakah memang karena kehadiran tarian tersebut mereka dapat berintegrasi, atau karena sesuatu ha1 yang lain? Persoalan tersebut belum diungkap oleh Anatona, penelitian ini baru sebatas mengungkapkan tentang sejarah kehadiran tan Balanse Madam dalam kehidupan sosial masyarakat Nias di Kota Padang. Akan tetapi tulisan ini cukup membantu sebagai sumber acuan untuk melacak lebih jauh tentang peranan tari Balanse Madam dalam integrasi sosial yang terjadi antara masyarakat
Nias dan Minangkabau. Pada penelitian lain yang masih relevan dengan penelitian ini adalah Sulastri. "Eksistensi Tari Balanse Madam". Laporan penelitian Sendratasik IKlP Padang, 1998, tulisan ini menjelaskan bahwa keberadaan tari Balanse Madam di tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat Nias merupakan suatu fokus kebudayaan. Pada awalnya tarian Balanse Madam merupakan tarian adat saja, akan tetapi keberadaannya
sekarang selain sebagai tarian adat juga berperan dalam pembangunan kepariwisataan, maupun dunia hiburan (entertainment).
Awal keberadaan tari Balanse Madam dirasa sangat penting oleh orang Nias, mengingat jauhnya mereka dengan tanah
leluhur dari
keberadaan mereka 'sekarang di Kota Padang, lambat laun bisa melepaskan mereka dari kebudayaan nenek moyangnya. Oleh sebab itu atas kesepakatan bersama antara pemuka adat, tokoh masyarakat maupun anggota masyarakat dan tokoh masyarakat maupun anggota masyarakat dan tokoh agama mencetuskan penobatan, bahwa tarian Balanse Madam dijadikan sebagai tarian adat bagi masyarakat Nias
keturunan yang bermukim di Kota Padang. Namun seiring dengan pembahan zaman, saat sekarang tarian Balanse juga telah masuk ke dalam koridor dunia hiburan dan pariwisata. Masyarakat pendukung tari Balanse Madam secara realitas sekarang ini tidak lagi sebatas pewaris-
nya saja, akan tetapi juga orang Minang yang merupakan masyarakat mayoritas di Kota Padang. Sulastri memandang, bahwa tari Balanse Madam di samping sebagai identitas kultural orang Nias di Padang, akan tetapi juga merupakan sebagai identitas kultural masyarakat Padang secara umum saat ini. Hanya saja dalam penelitian ini, Sulastri belum mengungkapkan kenapa orang Minang terdorong untuk meleburkan diri bersama masyarakat Nias dalam aktivitas kesenian, apakah fenomena tersebut diakibatkan dengan kehadiran performance tarian Balanse? Persoalan ini belum ditemukan oleh Sulastri. Di samping itu sejauh mana integrasi sosial yang terjadi antar kedua masyarakat tersebut, persoalan ini memang tidak ditelusuri oleh Sulasth'dalam penelitiannya.
Dalam penelitian ini belum diungkapkan persoalan-persoalan yang rnengarah kepada integrasi sosial maupun peranan tari Balanse dalam mengakses terjadinya integrasi sosial tersebut. Tulisan ini rnengungkapkan baru sebatas keberadaan tari Balanse sebagai suatu aktivitas kesenian yang bersifat sosial dan mengandung estetika yang dapat menggugah perasaan. Di sarnping itu Sulastri rnelihat bahwa dalarn aktivitasnya tarian ini sudah melebar dari kantong masyarakat homogen rnelebar ke kantong budaya masyarakat heterogen. Sehingga tulisan ini dapat rnendorong asumsi bahwa aktivitas kesenian dapat menyebabkan terjadinya suatu integrasi sosial antara masyarakat yang berlainan kebudayaan dan sistem sosial, sepertinya masyarakat Nias dan '
Minangkabau. Untuk menindakaanjuti gagasan tersebut di atas, peneliti berkenan rnelanjutkan penelitian ini tentang objek tari Balanse Madam rnengenai aktivitas dan peranannya dalarn integrasi sosial antara rnasyarakat Nias dengan Minangkabau.
B. Kerangka Teori
Penelitian ini mernperrnasalahkan suatu fenornena sosial, khususnya tentang aktivitas kesenian dalam kehidupan sosial masyarakat Kota Padang. Masyarakat dengan aktivitas keseniannya membangun berbagai interaksi antara individu, kelornpok dan golongan. Peristiwa kesenian menjembatani terjadinya integrasi sosial dalam masyarakat, di samping itu meialui kesenian terkadatlg Serbsgai k~nflik
baik laten maupun manifes dapat diredam ke tingkat yang lebih rendah. Oleh sebab itu kesenian dapat juga dikatakan sebagai salah satu media peredam konflik. Untuk menjawab fenomena di atas, akan dipaparkan teori sosial yang dipandang relevan untuk menjelaskannya. Sehubungan dengan pernyataan di atas, penelitian ini menggunakan pendekatan fungsionalisme Malinowski (dalam Koentjaraningrat, 1987: 165) menjelaskan bahwa dalam kehidupan sosial masyarakat saling berkait antara satu sistem dengan sistem yang lain. Hal ini dapat dilihat misalnya antara sistem mata pencaharian yang berkait dengan sistem lingkungan dan unsur-unsur kebudayaan. Malinowski mengatakan bahwa di dalam masyarakat terdapat berbagai fungsi yang saling berhubungan. Pendapat ini dapat mendukung bagaimana kaitan tari Balanse Madam dengan masyarakat pendukungnya. Aktivitas kesenian seperti tari Balanse Madam memiliki peran sosial dalam' kehidupan masyarakat yang mengayominya. Lebih lanjut Malinowski (dalam Koentjaraningrat, 1987: 171) menjelaskan bahwa fungsi dari unsur-unsur kebudayaan adalah sangat komplek. Inti dari ha1 tersebut adalah bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya berrnaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupan. Sebagai contoh adalah bahwa kesenian sebetulnya terjadi karena adanya' keinginan manusia untuk memuaskan kebutuhan nalurinya (perasaan).
Merujuk kepada pendapat Malinowski, dapat dijelaskan di sini bahwa kehadiran kesenian tepatnya.tari Balanse Madam memiliki fungsi sosial yang aplikasinya dapat menimbulkan interaksi dan integrasi sosial . dalam masyarakat. Dalam kehidupan sosial masyarakat berbagai unsur
kebudayaan berperan dalam membangun integrasi sosial, kesenian seperti tari Balanse Madam merupakan salah satu unsur kebudayaan. Mengacu pada pendapat Malinowski di atas, maka teori ini dapat menjadi rujukan untuk memahami bagaimana perananan tari Balanse Madam . sebagai aktivitas kesenian dalam integrasi sosial. Di sisi lain Anya Peterson Royce (1991: 5 ) menjelaskan bahwa tan mempunyai lebih dan satu fungsi, seperti fungsi estetik, fungsi hiburan dan rekreasi, fungsi religi dan ritual serta fungsi ekonomi dan sosial. Keberagaman fungsi atau peranan dari tari dapat dianggap baik sebagai yang terbuka maupun yang tertutup, dan masing-masing dapat menyatakan diri. Berbagai fungsi dari tari yang bersifat iaten atau manifes dapat digunakan oleh masyarakat pendukungnya. Adakalanya seba.
hagian masyarakat mempergunakan fungsi tari cenderung tertutup, seperti contoh pada tarian yang fungsinya bersifat sosial cenderung melakukan fungsi ganda, baik bersifat tertutup maupun terbuka. Royce mengambil sampel seperti tari yang dilaksanakan oleh orang-orang Toganpala dalam upacara wisuda dari sekolah menengah Katolik. Pada bahagian tertentu tarian ini berfungsi menghormati para siswa yang sedang diwisuda, secara tertutup tarian ini berfungsi sebagai demonstrasi yang khusus dari kalangan minoritas Katolik, yang harus
menghadapi kalangan mayoritas Wezleyan. Seperti halnya juga di Barat, tari sosial dapat digunakan sebagai rekreasi yang bersifat terbuka bilamana tarian tersebut merupakan suatu cara untuk menjaring dan menghargai calon-calon teman atau sahabat. Berpedoman pada pendapat Royce, bahwa tarian dapat mengambil peran sosial dalam menjembatani peran sosial dalam..menjembatani maksud-maksud terselubung dari suatu masyarakat pewaris atau masyarakat pemilik tari Balanse Madam merupakan kalangan minoritas di Kota Padang. Sebagai kalangan minoritas orang Nias berusaha untuk dapat bersosialisasi dan berintegrasi dengan kalangan masyarakat Minangkabau yang mayoritas. Merujuk pada teori Royce, kehadiran tari Balanse
Madam dapat menjadi suatu gagasan untuk penyampaian pesan atau jembatan sosial antar etnik minoritas dan mayoritas, seperti ungkapan Royce bahwa tarian sosial dalam bentuk rekreasi (tari pergaulan) dapat difungsikan untuk menjaring calon sahabat atau teman, maupun untuk memupuk keakraban antar anggota masyarakat. Koentjaraningrat (1990) mengemukakan bahwa dalam menganalisis dan membina hubungan yang selaras antar suku bangsa dan golongan di negara Indonesia harus diperhatikan berbagai aspek seperti: (1) sumber-sumber konflik, (2) potensi untuk toleransi, (3) sikap dan
pandangan suku bangsa atau golongan terhadap sesama suku bangsa maupun golongan, (4) tingkat masyarakat, di mana hubungan dan pergaulan antara suku bangsa dan golongan tersebut berlangsung.
Dalam pemikirannya Koentjaraningrat memandang bahwa sebagai suatu negara yang plural atau yang memiliki kemajemukan, sangat rawan akan konflik baik konflik laten ataupun manifes. Oleh sebab itu kearifan masyarakat diminta untuk menghindari berbagai gesekan yang akan menimbulkan instabilitas dalam masyarakat. Pandangan Koentjaraningrat mengemukakan empat gagasan tentang menganalisis dan membina hubungan antar suku bangsa di Indonesia, dapat dijadikan rujukan dalam penelitian ini, seperti bagaimana sikap dan pandangan sesama suku bangsa dan bagaimana pula tingkat masyarakat dalam membina hubungan dan pergaulan antara suku bangsa dan golongan tersebut berlangsung. Untuk itu, guna melihat bagaimana sikap dan pandangan orang Mlnangkabau yang mayoritas dengan orang Nias yang minoritas, diperlukan acuan yang bertumpu pada pemikiran Koentjaraningrat di atas. Di samping itu pemikiran ini juga dapat melihat tingkat masyarakat kedua belah pihak dalam membina hubungan dan pergaulan pola pikir yang digagas oleh Koentjaraningrat dapat diintegralkan dengan aktivitas kesenian Balanse sebagai jembatan atau mediator dalam keterkaitannya untuk memahami dan membina hubungan dan pergaulan antara orang Nias dan Minangkabau di Kota Padang. Pada bahagian lain Johnson (1986) menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia adalah Zoon Politicon, di mana setiap manusia membutuhkan kerjasama. Pada gilirannya terjadi hubungan yang seirnbang.
Johnson memandang bahwa hubungan timbal balik sangat dimungkinkan dalam memupuk suatu relasi sosial atau integrasi sosial, yang dilakukan oleh individu, ataupun kelompok. Untuk merealisasikan konsep tersebut dibutuhkan saling ketergantungan dalam kehidupan bersama dalam
masyarakat. Oieh sebab itu integrasi sosial sangat
diharapkan untuk terjalin dengan baik, agar kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat antar orang Nias dan Mlnangkabau terintegrasi dalam suatu pola kerjasama sebagai waiga masyarakat Kota Padang, yang saat ini sudah bersifat heterogen, walau orang Minang dianggap sebagai masyarakat mayoritas. Pemikiran Johnson dapat mengantar penelitian ini pada persoalan integrasi sosial. Sementara Kahmad (2000: 63) mengatakan bahwa dalam membangun sebuah integrasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan sistem budaya yang terdapat dalam masyarakat. Melalui pemberdayaan sistem budaya, proses 'integrasi akan dapat diwujudkan dalam tingkat pemahaman bersama antar kedua elemen masyarakat yang terkait. Ungkapan kahmad dalam paparan di atas dapat dijadikan rajukan untuk melihat bagaimana terjadinya interaksi sosial yang ditentukan oleh sistem kebudayaan. Dengan melihat sistem kebudayaan yang dilakukan oleh orang Nias maupun orang Minagkabau, dapat ditelusuri bagaimana terciptanya masyarakat yang terintegrasi. Melalui sistem budaya yang dibangun seperti upacara ritual, seremonial yang menempatkan aktivitas kesenian di dalamnya, pada dasarnya menurut Kahmad dapat menciptakan masyarakat yang terintegrasi. Seperti halnya aktivitas kesenian Balanse, yang pada
pergaulan. Dalam tarian sosial, kemungkinan dalam penyajiannya akan dapat mengintegralkan aktor-aktor maupun masyarakat penonton ke dalam integrasi sosial yang secara tidak langsung dalam peristiwa penyajiannya tercipta suatu hubungan kekeluargaan maupun hubungan sosial atau relasi sosial yang pada gilirannya dapat meredakan steroip negatif ataup-unkonflik yang sedang ataupun akan berlangsung. Seperti pandangan Geertz (dalam Sepriyono, 2002: 28). Konflik dapat diredakan sehingga tercipta integrasi sosial melalui suatu kebudayaan termasuk makin pentingnya nilai-nilai nasionalisme, dan menunjukkan individu atau kelompok yang berfungsi sebagai perantara. Di samping itu Geertz berpandangan bahwa toleransi umum yang didasarkan pada relativisme kontekstual yang menganggap nilai-nilai tertentu sesuai dengan konteksnya. Selain itu pertumbuhan mekanisme sosial yang mantap menuju kepada bentuk-bentuk integrasi sosial di mana di dalamnya terdapat orang-orang yang memiliki berbagai pandangan sosial, secara radikal dapat bergaul dengan cukup baik antara satu sama lain, untuk menjaga agar masyarakat tetap berfungsi. Merujuk pada pandangan Geertz, bahwa suatu kebudayaan dapat meredam terjadinya konflik dan akhimya bisa dimungkinkan terjadinya integrasi. Dalam konteks penelitian ini, pandangan Geertz dirasa relevan dengan adanya aktivitas tan Balanse Madam, pada gilirannya dapat menjembatani integrasi sosial yang akan terjadi antara masyarakat Nias dan Minangkabau sebagai penikmat atau konsumer. .
.
, ,
-
-
Menurut Suparlan (dalam Antropologi Indonesia, 1998: 8) mengutip pandangan Talcot Parson dan Edwar Skill, mengatakan proses-proses sosial yang terwujud sebagai tindakan sosial, pada dasarnya bertujuan untuk dapat saling bekerjasama antara pelaku yang merupakan warga masyarakat. Karena itu, proses sosial mempunyai fungsi-fungsi yang menekankan tujuan untuk terwujudnya kehidupan sosial dan kemasyarakatan yang bercorak keseimbangan di antara unsur-unsurnya, sehingga menghasilkan adanya integrasi sosial dan integrasi kemasyarakatan. Bagi masyarakat Nias yang ada di Kota Padang keberadaan tari Balanse Madam merupakan suatu kebutuhan untuk sosial. Tari Balanse Madam merupakan suatu tarian yang bersifat sosial, di mana tarian sosial mengakomodasi keberadaan masyarakat pendukungnya saling berintegrasi, di laian sisi tarian sosial juga mengakomodasi penikmat yang bersifat insidentil. Fokus permasalahan yang akan dicermati dalam penelitian ini adalah akses aktivitas tari Balanse Madam sebagai suatu tarian yang bersifat sosial, di mana di dalamnya mengandung unsur hiburan, pergaulan dan kekerabatan. Dengan menyatunya beberapa masyarakat dalam suatu peristiwa, di mana peristiwa tersebut adalah pertunjukkan tari Balanse Madam, maka terjadi interaksi. Berbagai interaksi dapat terlaksana antara pendukung tan Balanse Madam dengan masyarakat pendukung, atau antara masyarakat dengan masyarakat maupun antara aktor pendukung tan' dengan sesamal?ya. ?adz gillrznny=r fokus di atas
akan dapat menjawab permasalahan yang akan ditelusuri dalam penelitian ini. Sebuah aktivitas kesenian akan dapat menggiring persoalan sosial ke arah integrasi. Di samping aktivitas kesenian dipandang perlu untuk dilestarikan, akan tetapi aktivitasnya dapat meredam konflik maupun steroip negatif yang selama ini mefekat terhadap orang Nias. Orang Minang sebagai penduduk mayoritas di Kota Padang, tepatnya di lokasi penelitian yaitu di daerah Seberang Palinggam, juga merupakan masyarakat pendukung tari Balanse Madam dewasa ini, walau secara ekstrinsik. Oleh sebab itu, keberadaan dunia kesenian dengan aktivitasnya membuka ruang bagi masyarakat untuk bersosialisasi, dengan adanya berbagai perubahan sosial budaya aktivitas kesenian merupakan salah satu media integrasi sosial antara masyarakat yang ada di Kota Padang. Tari Balanse di daerah Seberang Palinggam dimungkinkan untuk menjawab permasalahan integrasi sosial di daerah Seberang Palinggam.
Bagan Kerangka Pemikiran
I
Tari Balanse Madam
I
F Aktivitas Kesenian
Pendukung TariJAktor
'usus
Masyarakat Penikmat dalam Peristiwa Berlangsung
Karena Perubahan Sosial Budaya, Terbuka untuk Orang Minang
Orang Nias
I
[
Orang Nias Sebagai Pewaris Budaya
Orang Minang
Relasi, Menginteral dalam Satu Peristiwa
Berlanjut di Luar Peristiwa (dalam Kehidupan
(
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan asumsi-asumsi penelitian kualitatif dalam sifatnya multidisiplin seperti antropologi, sosiologi. Dalam ha1 ini, kenyataan sosiologis yang terwujud dlaam sistem sosial masyarakat Nias maupun Mlnangkabau dijadikan sebagai sasaran untuk memahami tari Balanse dalam peranannya sebagai media integrasi sosial. Untuk memahami keberadaan tari Balanse Madam sebagai aktivitas kesenian dilakukan beberapa metode meliputi studi kepustakaan, etnografis, dan studi dokumentasi. Pada tahap awal dilakukan upaya penelusuran terhadap hasilhasil penelitian yang sudah pernah dilakukan. Beberapa hasil penelitian terkait seperti yang dikemukakan pada bagian studi kepustakaan sebelumnya. Hasil penelitian itu dapat memberikan inspirasi untuk menelusuri bagaimana
kenyataan
kehadiran tari
Balanse
dan
peranannya dalam integrasi sosial. Untuk mempertajam faktualitas data maka studi kepustakaan itu mendorong penulis untuk melakukan suatu etnografi yang terbatas pada dua kawasan. Pertimbangan teoritisnya adalah kawasan masyarakat Nias sebagai pewaris tan Balanse Madam dan representasi masyarakat Mlnangkabau yang tinggal di Kota Padang. Tentu ha1 ini dipandang bermanfaat untuk meraih deskripsi yang lebih
konkret atas realitas. Tan Balanse Madam dan peranannya dalam integrasi sosial antara masyarakat Nias dan Mlnangkabau. Etnografi dilakukan dengan dua model yakni: (a) studi tentang tan Balanse Madam sebagai aktivitas kesenian yang menjadi milik warisan budaya masyarakat Nias Kota Padang, (b) studi tentang peranan tan Balanse Madam dalam mendorong terjadinya integrasi sosial antara masyarakat Nias dan Mlnangkabau. Melalui studi representasi komunitas Nias akan ditelusuri data meliputi, akses masyarakat terhadap tari Balanse Madam, adat, istiadat, sistem sosial, dan struktur sosial, kehadiran pranata modern di desa. Melalui studi representasi masyarakat Mlnangkabau ditelusuri jenis data, meliputi akses orang Minang dalam pranata seni pertunjukan, tindakan dalam seni pertunjukan tari dengan kontrol sosial, dan sistem sosial masyarakat. B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah Seberang Palinggam Kota Padang. Daerah Seberang Palinggam yang terrnasuk dalam Kecamatan Padang Selatan, merupakan tempat bermukim kalangan masyarakat Nias yang populasinya cukup banyak. Walaupun pda daerah lain masyarakat Nias juga bermukim seperti di daerah Tabing dan Siteba, akan tetapi populasinya sangat kecil. Kawasan daerah Seberang Palinggam merupakan kawasan pertama sekali yang ditempati oleh imgran orang Nias pada abad ke-16 di Kota Padang. Daerah Seberang
Palinggam di samping ditempati oleh
masyarakat Nias, juga terdapat suku-suku lain seperti China, Keling
(Hindustan), dan Mlnangkabau. Populasi yang terbesar adalah orang Minangkabau. Dengan beragamnya etnik yang bermukim 'di daerah Seberang Palinggam pada gilirannya akan teqadi berbagai masalah sosial, seperti kerukunan sosial, konflik sosial dan kesenjangan sosial. Oleh sebab itu alasan pemilihan lokasi daerah Seberang Palinggam sebagai lokasi penelitian, adalah karena fokus peneliteian menyangkut masalah tari Balanse Madam sebagai aktivitas kesenian dan peranannya dalam integrasi sosial antara masyarakat Nias dan Minangkabau. Merujuk fenomena dan komunitas atau masyarakatnya yang bermukim di daerah Seberang Palinggam diprediksi akan dapat menjawab fokus penelitian dengan datadata yang dirasa cukup memadai. C. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan kebutuhan penelitian ini, data dikumpulkan melalui data kepustakaan, dan data lapangan. Data kepustakaan difokuskan pada sumber-sumber yang dianggap relevan dengan topik penelitian, kemudian berupaya m.enemukan literatur yang memuat konsep-konsep dan teori yang berhubungan dengan objek penelitian, guna dijadikan sebagai landasan untuk menganalisis data-data penelitian. Pengumpulan data lapangan dilakukan melalui beberapa teknik. Untuk menelusuri gambaran sistem sosial dilakukan studi kepustakaan dan observasi terlibat. Untuk menelusuri tari Balanse Madami dan aktivitasnya dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi mendalam. Demikian juga untuk mendapatkan gambaran tentang proses
integrasi sosial yang teqadi dilakukan dengan wawancara dan observasi terlibat. Di samping dengan teknik yang dilakukan di atas juga dilakukan
dengan bantuan peralatan' seperti kamera video, kamera photo dan peralatan audio atau recorder. Dalam melakukan wawancara, peneliti menemui beberapa aktor dari masyarakat Nias, seperti pelatih tari, penari, pemusik, pimpinan kelompok tan, beberapa masyarakat dan pemuka masyarakat. Sedangkan masyarakat Minang yang ada di daerah Seberang Palinggam terdiri dari elit adat, tokoh agama, seniman dan budayawan serta tokoh masyarakat dan beberapa masyarakat dengan tidak membedakan kategori sosial maupun golongan sosial. D. lnstrumen Penelitian
lnstrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dengan menghindari tendensius dan memperturutkan perasaan, untuk itu peneliti tetap mengutamakan kejernihan pikiran, ini merupakan upaya yang sangat hams diperhatikan. Hal dimaksud bertujuan untuk menjamin keobjektifitasan penelitian, dengan tujuan agar tidak mempengaruhi "natural selling" dan latar penelitian. lnstrumen lain seperti: buku catatan, alat pencatat, camera video, camera foto, dan tape recorder yang keselu~hannyabersifat melengkapi instrumen utama. E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini berpedoman pada 12 langkah penelitian Spradley (1977) yang telah dimodifikasi menjadi sembilan langkah yaitu (1) me-
nentukan objek penelitian, (2) melakukan observasi lapangan, (3) melakukan analisis domain, (4) melakukan 'observasi terfokus, (5) melakukan analisis taksonomi, (6) melakukan observasi terseleksi, (7) melakukan analisis komponensial, (8) melakukan analisis tema budaya, dan (9) menulis laporan. 1. Menentukan Obiek Penelitian
Dalam penelitian ini objek yang dipilih dalam Kelurahan Seberang Palinggam Kecamatan Padang Selatan Kota Padang. Yang terdiri dari para aktor yaitu: penghulu, ninik mamak, kapalo kafu, komander, penari, pemusik, budayawan dan masyarakat suku Nias Seberang Palinggam. Sedangkan pada masyarakat Minang adalah elit adat, tokoh agama, seniman dan budayawan serta tokoh masyarakat dan beberapa masyarakat tanpa kategori sosial. Objek yang lain adalah tari Balanse Madam yang disajikan oleh masyarakat suku Nias di Seberang Palinggam Kota Padang. 2.
Melakukan Observasi Lapangan Dalam observasi lapangan ada dua tahap yang dilakukan yaitu (1) grand tour (2) mini tour. Pada tahap awal dalam observasi lapangan, peneliti hanya berperan pasif untuk beradaptasi terhadap situasi sosial masyarakat suku Nias dan Minangkabau di Seberang Palinggam Kota Padang. Peneliti hanya mengamati dan melihat setiap aktifitas para aktor di Seberang Palinggam Kecamatan Padang Selatan Kota Padang. Setelah keberadaan peneliti dapat
diterima dan tidak dicurigai sebagai orang asing barulah peneliti berperan atau berpartisipasi aktif. 3. Analisis Domain
Analisis kawasan merupakan cara berpikir yang sistematis memberikan atau menguji sesuatu untuk menentukan hubungan antar bagian serta hubungan bagian-bagian dengan keseluruhan pertunjukan tari Balanse Madam dan keberadaannya di tengah masyarakat suku Nias dan Minangkabau di Seberang Palinggam. Analisis kawasan ini menurut Spradley (1997) merupakan jenis alat berpikir. Dalam penelitian ini analisis kawasan mengidentifikasikan beberapa kawasan di antaranya (1) jenis-jenis aktor, (2) jenis objek fisik yang tercakup dalam proses pemaknaan tari dalam kehidupan sosial masyarakat Nias di Seberang Palinggam dan dampaknya terhadap orang Minang, (3) jenis-jenis tindakan yang dilakukan oleh para aktor, (4) jenis-jenis jalannya penyajian atau pelaksanaan tari, (5) jenis-jenis periode waktu yang dipergunakan dalam penyajian tan, (6) jenis-jenis tempat yang digunakan dalam kegiatan aktor, (7')jenis
syarat atau aturan yang berfaku dalam penyajian tari Balanse Madam, (8) jenis-jenis struktur penyajian tari Balanse Madam. 4. Melakukan Obsewasi Terfokus
Pada tahap observasi dilakukan secara lebih terfokus kepada rincian-rincian dari suatu kawasan, oleh sebab itu observasi terfokus dilakukan atas dasar kawasan-kawasan yang telah diidentifikasi
dalam usaha mencari situasi budaya dan situasi sosial di Kelurahan Seberang Palinggam Kota Padang. Di sini perlu ditetapkan sejumlah kawasan untuk dikaji secara mendalam melalui observasi terfokus sesuai dengan fokus yang telah ditetapkan. Peneliti mengajukan pertanyaan mengenai kawasan yang dipilih untuk fokus secara intensif. 5. Analisis Taksonomi
Adapun analisis taksonomi ini ditujukan mencari hubungan antara komponen dari masing-masing kawasan dengan berpedoman kepada langkah-langkah yang diajukan Spradley di antaranya, jenisjenis aktor yang terlibat dalam kegiatan pertunjukan tari dalam kehidupan masyarakat Nias Seberang Palinggam dan relevansinya terhadap orang Minangkabau meliputi: (1) penghulu, komander (orang yang mengendalikan jalannya penyajian tari), beserta seluruh penari dan pemusik, (2) masyarakat suku Nias dan masyarakat Minang yang ada di Seberang Palinggam Kota Padang. 6. Melakukan Analisis Terseleksi
Hubungan-hubungan dari berbagai bagian tiap kawasan yang ditetapkan dalam observasi terfokus, perlu diamati lebih rinci melalui observasi terseleksi. Observasi terseleksi dimaksudkan untuk menemukan makna budaya dan situasi sosial yang diteliti. Pemahaman ini menuntut pelaksanaan observasi terseleksi, melalui berbagai pertanyaan. Ada dua macam pertanyaan kontras yaitu:
pertanyaan kontras berpasangan (ganda dua) dan pertanyaan kontras berpasangan (ganda tiga). Pertanyaan-pertanyaan kontras tersebut diajukan kepada kawasan-kawasan yang ditetapkan dalam observasi terfokus dan tahap analisis taksonomi. 7. Melakukan Analisis Komponensial
Analisis ini ditujukan untuk mencari sistematis komponen yang mengandung makna yang berhubungan dengan kategori budaya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini seperti yang dikemukakan oleh Spradley (1997): (1) menetapkan kawasankawasan yang akan dianalisis, seperti jenis-jenis aktor yang terlibat dalam penyajian tari Balanse Madam dan keberadaannya dalam kehidupan sosial suku Nias di Seberang Palinggam dan pandangan orang Minang terhadap tari Balanse, (2) menginventarisasi seluruh kontras yang ditemukan, yakni mengidentifikasikan dimensi kontras yang bemilai dan berkategori, misalnya dalam ha1 apa sajakah dari penyajian tari Balanse yang berhubungan dengan kehidupan sosial .
masyarakat Nias yang berdomisili di Seberang Palinggam serta relevansinya dengan orang Minangkabau, (3) mengkombinasikan dimensi kontras yang berhubungan dekat ke dalam suatu dimensi yang mempunyai nilai jamak (multiple values) seperti bagaimana keberadaan tari Balanse Madam dalam kehidupan sosial suku Nias Seberang Palinggam dan dampaknya terhadap suku lain seperti Mlnangkabau. Analisis komponensiai dilakukan untuk menemu~anberbagai komponen yang mengandung arti sistematik, yang berhubungan
dengan kategori budaya. Agar dimensi-dimensi kontras dapat diidentifi kasi, maka diajukan sejumlah pertanyaan-pertanyaan kontras. Dimensi kontras dari suatu kategori budaya dapat ditelusuri, dengan memasukan atribut-atribut yang ditemukan ke dalam lembar analisis, sambil melakukan pengujian keabsahan data rnelalui observasi dan wawancara. 8. Analisis Tema
Analisis tema merupakan suatu analisis yang dilakukan dan upaya untuk mernperoleh beberapa pandangan yang terjadi atau kebiasaan-kebiasaan di Kelurahan Seberang Palinggam Kota Padang. Analisis ini dilakukan atas dasar analisis komponen sosial yang telah dilakukan, guna rnencari kesarnaan-kesamaan antara dimensi kontras dari kawasan yang dipilih. Setelah diajukan pertanyaan kontras dalam berbagai dimensi maka akan ditemukan suatu tema budaya tentang tari Balanse Madam dan Peranannya dalam lntegrasi Sosial antara Masyarakat Nias dan Mlnmgkabau di Kota Padang. Tema budaya dari setiap kawasan yang dipilih diinventarisasi dan untuk selanjutnya dicari tema yang lebih universal, tema yang universal inilah nantinya diharapkan dapat membantu menerangkan keberadaan tari Balanse Madam dalarn kehidupan sosial masyarakat suku Nias di Seberang Palinggam Kota Padang serta peranannya dalarn integrasi sosial antara rnasyarakat Nias dan Minangkabau.
9. Teknik Penjaminan Keabsahan
Untuk memperkuat kesahihan data hasil temuan dan otensitas, maka oleh sebab itu peneliti dalam hal.ini mengacu kepada penggunaan standar keabsahan data yang telah dijelaskan oleh Lyncoln dan Guba (1983) yang terdiri dari: (1) kepercayaan (credibility), (2) keterali'han
(transferability), (3) dapat dipertanggungjawabkan (dependenbility), (4) penegasan atau kepastian (confirmability). a. Kepercayaan (Credibility) Kepercayaan yaitu
menjaga
keterpercayaan penelitian
dengan cara: 1) Keikutsertaan peneliti dalam budaya masyarakat Nias dan sistem
sosial yang dilakukan orang Minang di Seberang Palinggam Kota Padang, dan pelaksanaannya tidak tergesa-gesa sehingga pengumpulan data dan informasi tentang aspek yang diperlukan dalam penelitian akan diperoleh secara sempuma, (b) ketekunan pengamatan (presintence observation) karena informasi dari aktor-aktor itu perlu ditinjau secara silang untuk memperoleh informasi yang sahih, (c) mendiskusikan dengan teman sejawat di Jurusan Sendratasik FBSS UNP, yang tidak berperan serta dalam penelitian, sehingga peneliti mendapat masukan dari orang lain, (d) melakukan member check dalam rangka melakukan finalisasi lembaran kerja analisis data, baik analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial maupun analisis tema kultural, (e) melakukan triangulasi yaitu mengecek kepercayaan data dengan memanfaatkan sumber-sumber
informasi, metode-metode dan teori-teori. Hal ini dilakukan dengan membandingkan: pertama data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Kedua, apa yang dikatakan aktor di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. Ketiga, tanggapan inforrnasi dengan pendatang dari luar. Keempat, hasil wawancara dengan dokumen terkait. Kelima, pengecekan data (member cheking). b. Keteralihan (Transferrabilify)
Pembaca laporan penelitian ini diharapkan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai latar (situasi) tentang bagaimana agar temuan penelitian ini dapat diaplikasikan atau diberlakukan kepada konteks atau situasi lain yang sejenis. c.
Dapat Dipercaya
Peneliti mengusahakan konsistensi dalam keseluruhan proses penelitian, mulai dari proses pengumpulan data, menginterpretasikan temuan dan melaporkan hasil penelitian, agar dapat memenuhi standar dependabilify. Peneliti melakukan review terhadap seluruh jejak aktivitas penelitian (sebagaimana yang terekam dalam segenap catatan lapangan, dokumen atau arsip lapangan dan laporan penelitian itu sendiri. d. Kepastian (Confirmabilify) Untuk standar ini peneliti memperhatikan hasil catatan dan rekaman data lapangan (hasil audit dependability) dan koherensi internalnya
dalam
penyajian
interpretasi
dan
kesimpulan-kesimpulan hasil penelitian. Audit konfimabilitas dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan audit dependabilitas. Jika hasil audit tersebut menunjukkan adanya konfirmabilitas, maka hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan fokus dan latar alamiah penelitian yang dilakukan.
BAB V
HASlL PENELlTlAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Letak Geografis
Kawasan Seberang Palinggam terletak di pinggir muara sungai Batang Arau dan di kaki gunung Padang, yang berada dalam Kecamatan Padang Selatan. ~ a s i a r a k a Nias t Kota Padang, sebagian besar tinggal menetap di daerah Seberang Palinggam, mulai dari awal kedatangannya pada awal abad ke-16 hingga masa sekarang. Akan tetapi karena terjadi perkembangan zaman dan perkotaan, sebagian masyarakat Nias tersebut menyebar ke daerah Purus dan Tabing, di samping itu ada sebagai kecil ke daerah Jati, Ulak Karang, Simpang Enam dan Kampung Batu. Selain di Seberang Palinggam daerah terbesar kedua adalah Kampung Nias sekarang. Daerah Seberang Palinggam terdiri dari 25% dari luas wilayahnya merupakan dataran rendah dan 75% merupakan dataran tinggi. Dataran tinggi terdiri dari daerah pebukitan yang lebih dikenal dengan sebutan Gunung Padang. Ketinggian daerah Gunung Padang mencapai 50-200 meter dari permukaan laut, sedangkan ketinggian daerah Seberang Palinggam + 10 meter dari perrnukaan laut (Monografi Kel. Seberang Palinggam, 1994: 4). Masyarakat Suku Nias Seberang Palinggam hidup dan berkembang di dua daerah, yakni dataran tinggi dan dataran rendah. Dataran tinggi merupakan ladang atau kebun, sedangkan dataran rendah lebih banyak untuk tempat bermukim pada sebagian besar masyarakat suku Nias Seberang Palinggam.
Seberang Palinggam sedikit mengalami perubahan, ha1 ini disebabkan karena mereka datang ke Padang (migrasi) tidak dari satu wilayah yang suku yang homogen. Karena mereka datang dari berbagai daerah komunitas yang berbeda di Pulau Nias seperti suku Harefa, Zebua dan Mendrofa. Maka atas saran Pemerintah Hindia Belanda (residen Padang) masa itu terbentuklah struktur sosial yang baru, yang merupakan hasil kesepakatan seluruh suku (marga) yang ada pada masa itu di Kota Padang. Struktur sosial yang ada di Pulau Nias seperti Kepala Desa dengan sebutan Si'ulu, kemudian tua kampung dengan sebutan Balugu yang jumlahnya lebih dari satu orang, bisa dua hingga lima orang. Kemudian level berikutnya tua kampung juga, namun derajatnya yang paling rendah dengan sebutan satuambanua, kedudukannya di b a w h Balugu. Selanjutnya baru masyarakat umum atau orang kampung dengan sebutan Niha Mbanua. Si'ulu, Balugu dan Satua Mbanua sangat berperan dalam berbagai aktifitas adat seperti perkawinan, kematian, perkelahian antar suku, pelanggaran adat dan harta warisan (Utiah Zebua, 25 Agustus 2004). Masyarakat Nias Kota Padang memiliki dua orang penghulu, dimana masing-masing penghulu mengontrol warga masyarakat yang ada di masingmasing wilayah kepemimpinannya. Seperti kita ketahui saat sekarang orang Nias sudah banyak menyebar di sekitar Kota Padang, bukan hanya di daerah awal kedatangan saja (Seberang Palinggam). Orang-orang Nias sekarang menyebar di tiga kawasan besar yakni di Seberang Palinggam dan Kampung Nias, di Purus dan kemudian di daerah Tabing.
Atas kesepakatan masyarakat Nias maka terbentuklah dua orang .
penghulu, yakni penghulu pangkal yang biasa disebut dengan penghulu you yang bertempat di Seberang Palinggam, dan penghulu. Ujung yang biasa disebut dengan Penghulu Raya, yang berkedudukan di Tabing. Setelah kedudukan Fangulu You dan Fangulu Raya, terdapat level berikutnya kepala kampung disebut dengan Kafalo Kafu si Dawalu (kepala kampung yang delapan orang). Setelah keberadaan kafalo kafu kemudian berada Tuo kafu si tele ono (tua kampung yang enam belas orang). Setelah level Tua Kafu, kemudian baru berada lapisan ninik mamak, dimana tugas mamak membantu tugas Tuo Kafu. Pembagian Fangulu, Kafalo Kafu, Tuo Kafu dan Ninik Mamak pada awalnya adalah untuk menghindari konflik yang terjadi antara warga suku Nias perantauan yang ada di Kota Padang masa itu. Sebelum adanya pembentukan dan pembagian struktur sosial tersebut, masyarakat Nias di Padang saling berbenturan antar suku (marga). Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, seperti memperebutkan lahan garapan ekonomi, lahan tempat tinggal dan kawasan pekerjaan. Di samping itu keberadaan struktur sosial yang baru tersebut, yang sudah barang tentu sudah tidak sama dengan tanah leluhur mereka di Pulau Nias. Struktur tersebut juga dimaksudkan untuk mengokohkan tali persaudaraan sesama perantau Nias, yang memunculkan perasaan yang sama, baik rasa saling senasib, saling se etnik sebagai orang yang hidup di perantauan yang minoritas yang jauh dari kampung halaman yang sesungguhnys. Namun pada gili~nnya-orsng Mias,yang datar~g-kePadang
.
pada awal abad ke-16 berrnula sebagai perantau, pada akhimya sudah menjadi orang Padang (warga masyarakat Padang) hingga saat sekarang. Dengan terbentuknya struktur yang baru tersebut, menyebabkan terjadinya keharmonisan dalam masyarakat Nias di Kota Padang waktu itu. Gejala ini juga ikut memperlancar berbagai kegiatan budaya, seperti kesenian dan adat istiadat yang ada. Dengan sendirinya keberadaan tari Balanse
Madam dapat diterima oleh berbagai kelompok suku yang ada pada saat itu, terlepas suku yang mana dominan pertama sekali mengembangkannya (Utik Harefa, 28 Agustus 2004). 4. Sistem Kekerabatan Orang Nias di Seberang Palinggam
Sistem kekerabatan orang Nias berdasarkan garis keturunan laki-laki (patrilineal). Seorang anak wajib menyandang suku (marga) bapaknya di belakang namanya. Bila seorang anak laki-laki menikah, maka ia tetap memakai marganya, sedangkan bila anak wanita yang menikah, maka suku atau marganya tidak digunakan lagi untuk anak-anaknya. Bila sepasang suami istri telah mempunyai anak, maka mereka tidak lagi dipanggil dengan sebutan nama, akan tetapi disebut ama (bapak) atau
ina (ibu) dari anak mereka yang tertua. Misalnya anak pertama bemama Amir, maka bapaknya akan disebut Ama Amir dan ibunya akan disebut Ina Amir yang disertai dengan sukulmarga (mado) dari orang tua laki-lakinya. Sebutan ama dan ina diberikan pada orang yang sudah menikah, yang selalu dipanggil oleh anaknya adalah karena mereka tidak lagi menjadi tanggungan orang tuanya. Mereka dianggap sudah mempunyai tanggung jawab sendid. Seperti mereka sudah punya anak, istri dan suami, mereka juga berhak
mengatur organisasi rumah tangganya sendiri (Buyu Kete Hura, 12 Agustus 2004). Sistem kekerabatan orang Nias terdiri atas beberapa bagian: (1) keluarga Batih, yakni kelompok kekerabatan yang terkecil terdiri dari sepasang suami istri dan anak-anak mereka yang belum kawin, (2) keluarga Luas (saggambato sebua), yakni keluarga batih yang ditambah dengan anakanaknya yang sudah kawin, dan (3) Rumah Tangga, walaupun tinggal bersama dengan keluarga lainnya, tiap rumah tangga tetap pada usahausaha tersendiri dan juga sumber hidup sendiri-sendin. Seperti yang dikemukakan di atas bahwa orang Nias wajib memakai mado (marga atau suku) di belakang namanya. Mado merupakan gabungan dari beberapa sangambato sebua dari satu leluhurnya. Orang satu mado (marga) dapat saja kawin apabila ikatan kekerabatan leluhur telah mencapai sepuluh angkatan ke atas. Kedudukan "uwu" (pamanlsaudara laki-laki ibu) dalam kekerabatan, sangat penting. Uwu bisa merupakan adik maupun kakak laki-laki dari ibu. Bila sesuatu ha1 terjadi dalam suatu keluarga, maka keluarga tersebut wajib meminta pertimbangan atau nasehat maupun persetujuan kepada uwu. Di dalam pesta perkawinan, uwu merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan segala sesuatu yang akan dilaksanakan, mulai dari perencanaan sampai pada akhir pesta. Dalam suatu pesta, kepada uwu wajib diberikan manubule (ayam bulat) sebagai sumange (penghormatan). Bisa saja dalam suatu perencanaan dalam keluarga-tidak bisa dilaksanakan apabila uwu tidak menyetujuinya. Namun ha1 itu tidak merupakan ha1 yang mutlak untuk diturufi.
.
. .
,
. . .
5. Adat lstiadat Orang Nias di Seberang Palinggam
Setelah menjadi bagian dari penduduk kota Padang, jumlah masyarakat Nias *di Kota ~ a d a n gsemakin bertambah. Oleh karena pada umumnya orang Nias pada waktu itu terkenal akan kepandaian ilmu gaibnya, seperti perdukunan. Perdukunan yang mereka diganti antara lain dukun beranak, dukun santet (guna-guna), dukun penyembuhan berbagai penyakit serta dukun tolak bala (mengusir roh halus). Sewaktu masa kolonial Belanda banyak orang Nias dijadikan pembantu oleh orang Belanda sehingga boleh dikatakan pada waktu itu orang Nias di Padang berhubungan dekat dengan penjajah Belanda atau berlindung kepada pemerintah Belanda. Dengan demikian kedudukan orang Nias di Kota Padang pada waktu pendudukan Belanda cukup kuat walaupun sebagai masyarakat minoritas (Harefa, 1998: 29). Berdasarkan wawancara dengan Tawanto, pada waktu zaman kolonial Belanda orang Nias sebenarnya telah memiliki adat istiadat terutama yang menyangkut dengan adat perhelatan baik untuk perkawinan, maupun untuk upacara kematian, akan tetapi pada waktu itu adat yang digunakan adalah adat yang disesuaikan menurut suku atau marga yang menyelenggarakan pesta. Misalnya, diadakan pesta perkawinan antara mempelai pria yang bersuku Larosa dengan mempelai wanita yang bersuku Lahagu, maka adat yang digunakan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, apakah adat secara suku Larosa atau secara suku Lahagu yang dipakai. Atau ada juga kadang-kadang dipakai adat kedua suku tersebut tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Demikian juga dengan suku-suku lainnya. Jadi boleh dikatakan belum ada adat istiadat yang baku bagi orang Nias yang ada di
Padang terutama dalam ha1 perhelatan. Dan pada waktu itu masing-masing suku mengangkat satu kepala. suku sebagai wakil sukunya (wawancara, 12 Mei 2004). Sebagai akibat dari penggunaan adat menurut masing-masing suku atau marga, sering timbul pertentangan antara suku-suku Nias tersebut. Masing-masing suku berpendapat bahwa adat sukunyalah yang benar dan patut untuk dilaksanakan. Oleh karena seringnya pertentangan yang terjadi dan belum adanya adat yang baku pada orang Nias tersebut, maka atas prakarsa Residen Belanda dikumpulkanlah para kepala-kepala suku orang Nias tersebut dengan tujuan menyempurnakan adat orang Nias. Dengan terbentuknya adat istiadat orang Nias di Kota Padang, yang diperuntukkan bagi orang Nias yang telah menjadi warga Kota Padang, maka secara resmi tari Balanse Madam diterima secara adat oleh orang Nias Kota Padang tepatnya waktu itu di daerah Seberang Palinggam. Oleh sebab itu untuk mempertunjukkan tari
Balanse Madam tidak lagi terbentur oleh persoalan adat suku yang mana yang harus dipakai. Adat istiadat masyarakat Nias Kota Padang ini, dapat dilihat pada saat upacara-upacara yang sering dilaksanakan seperti upacara pernikahan
(mangowalu), kematian (fa'amate) maupun memberi nama anak (famatoro toi iraono). 6. Masyarakat Pendukung Tari Balanse Madam
Tari Balanse Madam merupakan sebuah kesenian tradisi, yang merupakan juga warisan budaya bagi komunitasnya. Seperti halnya masyarakat Nias yang telah lama bermukim di Kota Padang, dan dengan
sejarahnya yang begitu panjang
1 1 I
~
+ 400 tahun yang lalu. Masyarakat Nias
sebagai masyarakat yang memiliki tradisi dan budaya selalu memberikan
,
dukungan akan keberadaan warisan budayanya, walau ada saja perubahan yang terjadi pada setiap zaman, yang secara sadar ataupun tidak sadar ikut mempengaruhi keberadaan tari Balanse Madam tersebut. Masyarakat Nias yang ada di Kota Padang terutama yang berada di daerah Seberang Palinggam adalah merupakan komunitas (masyarakat pendukung) tari Balanse Madam. Kenapa dikatakan masyarakat pendukung tan Balanse adalah orang Nias di Kota Padang ? Karena orang Nias saat ini ataupun semenjak keberadaan Kolonial Belanda di Kota Padang, orangorang Nias dengan berangsur-angsur ada yang menyebar ke berbagai daerah di Kota Padang. Mereka menyebar dari daerah Seberang Palinggam. Karena kebutuhan ekonomi, sempitnya wilayah pemukiman, sempitnya daerah lahan perkebunan dan karena ikatan perkawinan. Orang-orang Nias menyebar ke tempat-tempat daerah hunian baru di Kota Padang. Penyebaran orang-orang Nias dari Seberang Palinggam ke daerah lain yang ada dalam wilayah Kota Padang, disebabkan juga oleh kepentingan Kolonial Belanda dan China. Menurut informasi dari Tawanto, bahwa menyebarnya orang Nias yang dahulunya menetap di Seberang Palinggam adalah juga sebagai pekerja bagi orang-orang Belanda dan China. Mereka dipekerjakan di ladang-ladang dan kebun-kebun, seperti di Indarung. Pada masa itu banyak orang-orang China berternak babi, untuk mensuplai makanan babi maka diperlukan pohon talas (keladi). Untuk mengolah dan menanam talas tersebut dipekerjakan orang-orang Nias di kebun tersebut. Di
.-
samping bekeja di kebun orang Nias sekaligus menjadi peternak babi (wawancara, 14 Juni 2004). Daerah penyebaran orang-orang Nias di seputar Kota 'Padang adalah Tabing, Teluk Bayur, Ulak Karang, Purus, Jati, Kampung Batu, dan Simpang Enam. Sedangkan daerah Seberang Palinggam dan Kampung Nias sekarang dianggap daerah asal kedatangan orang Nias perantau di Kota Padang pada awal abad ke-16. Secara tradisi Tan Balanse Madam merupakan warisan budaya orang Nias yang ada di seberang Palinggam dan Kota Padang umumnya. Oleh karenanya, sudah barang tentu kesenian Balanse tersebut lebih hidup dan memang suatu keharusan untuk hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Nias yang telah menjadi warga Kota Padang. Orang Nias warga Kota Padang tersebut adalah keturunan orang-orang Nias yang merantau dan mendirikan adat istiadat baru pada awal abad ke-16. Mereka adalah orang Nias yang telah diterima menjadi orang Padang, bukan para pendatang saat ini yang ada di Kota Padang. Orang-orang Nias awal abad ke-16 tersebut telah pula diterima secara adat oleh penguasa Kota Padang, yakni sutan yang ada di Alang Laweh. Karena orang-orang Nias sudah diakui menjadi warga Kota Padang, secara tidak langsung Tari Balanse Madam menjadi budaya atau kesenian tradisi Kota Padang yang terdapat pada komunitas orang-orang Nias di Seberang Palinggam, hingga komunitas orang-orang Nias di seluruh Kota Padang. Masyarakat kota secara moral turut mendukung terhadap keberlangsungan tari Balanse Madam. Pada kenyataannya ha1 ini dapat ditemui pada setiap perayaan ulang tahun Kota Padang tepatnya tanggal 7 Agustus
setiap tahunnya. Dari partisipasi tentang pengakuan keberadaan tan Balanse Madam di Kota Padang oleh orang Minang yang mayoritas dan beragama Islam, ha1 ini berarti bahwa kesenian Balanse dapat diterima oleh warga Kota Padang sebagai bahagian dari kehidupan masyarakat kota. Kesenian Balanse telah diakui sebagai kesenian tradisi, yang merupakan warisan budaya, yang hams berkelanjutan secara turun-temurun dalam warga masyarakat pemilik tan Balanse itu sendiri. Toku Laoli menjelaskan, secara moral masyarakat Kota Padang mendukung keberadaan tan Balanse Madam, ha1 ini terlihat dari sikap masyarakat Kota Padang yang memberi ruang dan waktu untuk tarian tersebut berkembang. Di sisi lain, masyarakat Kota Padang di luar etnik Nias turut pula menggemari tarian ini. Ada beberapa group tari, seperti Indojati, Alang Babega dan kelompok tari dari SMKl yang mempelajari tan Balanse Madam. Di samping itu ada kalangan orang-orang yang berduit, sengaja mengundang kelompok tari Balanse untuk memeriahkan pesta perkawinan anaknya (Wawancara, 21 Agustus 2004). lnformasi yang diceritakan oleh Nichamo bahwa dukungan pemerintah kota kepada perkembangan tari Balanse Madam adalah : ( 1 ) memberi kesempatan untuk berkembang dengan mempopulerkannya pada masyarakat lewat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, serta mengundang kelompok Balanse untuk menghibur tamu-tamu terhorrnat Pemda Kota Padang di Balai Kota, (2) membantu dari segi dana, kostum dan alat musik, (3) memberikan bantuan dana operasional dan berbagai kesempatan untuk unjuk diri di tengah-tengah masyarakat kota, seperti bitampi!kan setiap tangga! 7 .A~US!LIS setiap tahun (Wawancara, 12 Agustus 2004).
Namun secara aktivitas Balanse Madam dipelajari dan ditarikan oleh orang-orang Nias saja, akan tetapi secara moralitas masyarakat Kota Padang terutama orang Minang *dapat menerima kehadiran tarian tersebut. Orangorang Minang sebagai penduduk yang mayoritas di Kota Padang ikut berperan serta mendukung keberadaan Tari Balanse Madam di tengahtengah masyarakat di Kota Padang. Darwis Loyang menjelaskan, saat sekarang tari Balanse mengalami perkembangan baik di kalangan masyarakat Nias di Seberang palinggarn maupun kota Padang secara umum. Perkembangan tersebut terletak pada sisi gerak, penari, pengelola, waktu dan tempat penampilan, cara menampilkan, tujuan serta kegunaannya, ha1 ini terjadi karena zaman sekarang tidak sama dengan zaman lampau (Wawancara, 21 Agustus 2004). 7. Perkembangan Tari Balanse Madam Perkembangan tari Balanse Madam rdapat dilihat dari beberapa indikator, yang ditemui dalam penelitian ini. Indikator-indikator tersebut seperti : (1) bentuk fisik, (2) tata cara pertunjukan, (3) syarat-syarat pertunjukan, (4) waktu pertunjukan, (5) segi kegunaannya. Tawanto menjelaskan, perubahan sosial budaya, ekonomi dan ilmu pengetahuan di sini bukan saja terjadi secara internal di dalam wilayah masyarakat Nias di Seberang Palinggam saja, akan tetapi terjadi juga secara eksternal yang lebih bersifat global. Fenomena ini yang mempengaruhi dan menyeret masyarakat Nias untuk ikut arus perubahan yang secara global tersebut (Wawancara, 7 Agutus 2004).
Kelima aspek tersebut dalam perkembangan tan Balanse Madam masa kini tidak mempengaruhi kemumian dan ketradisian tari Balanse Madam sebelumnya. Kelima aspek tersebut berkembang diakibatkan oleh adanya perubahan sosial budaya, ekonomi dan ilmu pengetahuan. Tiga faktor besar tersebut yang mengakibatkan tarian Balanse Madam dapat berkembang di tengah masyarakat, baik masyarakat Nias di Seberang Palinggam maupun masyarakat luas dan masyarakat akademik. Hasil wawancara dengan Buyu Kete Hura dan Tawanto, bahwa pada dunia pendidikan kesenian, baik pada pendidikan tinggi dan sekolah menengah kesenian telah banyak mempelajari tari Balanse Madam secara art (seni) atau dari segi bentuk fisikal. Hasil studi mereka terhadap tan Balanse Madam seperti dilakukan oleh STSI, SMKl dan groupgroup kesenian yang ada di Sumatera Barat, yang mengangkat pola-pola gerak Tan Balanse Madam menjadi sumber acuan dalam setiap karya kreasi mereka. Pola yang diangkat adalah pola langkah step, pola lenggang dan pola lantai (wawancara, 12 Juni 2004). Sedangkan dari faktor ekonomi tan Balanse Madam berkembang karena adanya berbagai perrnintaan untuk kebutuhan konsumsi bisnis hiburan, permintaan pertunjukan hiburan tersebut juga disebabkan oleh maraknya berdiri pusat-pusat entertainment di Kota Padang. Di sisi lain, dengan adanya program pemerintah, terutama Pemda Kota Padang terhadap perkembangan kepariwisataan. Dengan sendirinya sebagai objek material para pengelola kepariwisataan, baik pemerintah maupun swasta merasa perlu adanya kesenian tradisi yang ada di Kota Padang.
Menurut Dawis Loyang, bisnis hiburan seperti tampil di hotel-hotel, gedung pertunjukan dan pada acara pesta perkawinan orang-orang yang berduit. Hal ini sering dilakukan oleh kelompok tan Balanse sekarang (wawancara, 23 Agustus 2004). Kesenian tradisi tersebut seperti berbagai musik tradisi, tari tradisi dan teater rakyat, seperti yang dikenal.-dengan sendirinya tan Balanse Madam yang telah diakui oleh masyarakat atau warga Kota Padang sebagai salah satu tari tradisional Kota Padang di samping tari Sampan, tari Piring, dan tari Mancak Pauh, merupakan objek yang bemilai jual oleh pengelola pariwisata di Kota Padang. Keseluruhan tari di atas selain tari Balanse adalah kesenian yang hidup di daerah Pauh dan Koto Tangah. Kesenian tersebut sering ditampilkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan maupun oleh masyarakat di depan para wisatawan (Erniwati Taher, 28 Agustus 2004). Dengan adanya berbagai permintaan tersebut, tentu bagaimanapun keaslian dari tari Balanse Madam akan bergeser. Hal ini seiring dengan konsep pemasaran kepariwisataan yakni murah, padat dan sesuai dengan selera konsumen. Bagaimanapun sebuah tradisi ia adalah milik masyarakat tertentu dan pada ruang dan waktu tertentu. Dan konteks di atas sudah barang tentu teqadi perkembangan di sana sini, seperti yang telah dijelaskan lima indikator yang akan berkembang pada tulisan sebelumnya. Kres Zalikhu menjelaskan, kebergeseran tari Balanse Madam tersebut adalah : (1) pola lantai, (2) jumlah gerak, (3) bentuk gerak, (4) kostum, ( 5 ) syarat-syarat menarikannya, (6) tata aturan untuk menampilkannya, (7) nilai jasa untuk penari maupun pemusik (Wawancara, 21 Agustus 2004).
.
Sedangkan dan faktor sosial budaya, kesenian Balanse Madam dipandang bukan saja sebagai kesenian tradisi yang mapan atau hanya sekedar menjadi monumental sebagai Mrisan budaya. Di mana kesenian Balanse tidak lagi dipandang sebagai ha1 yang sakral, yang tidak bisa diganggu oleh tangan kreatif dari segi nilai maupun fungsi dan bentuknya. Karena ada perubahan pada sosial budaya, tan Balanse Madam sudah berubah menjadi kebutuhan ekonomi. Tan Balanse Madam sudah menjadi komoditi dalam konteks ekonomi, kongkntnya. menan harus dibayar. Sedangkan bayaran tersebut sudah menjadi keharusan dengan menetapkan berbagai standar sesuai paket-paket yang ditawarkan. Penari dan pelatih tan Balanse saat ini sudah mulai mengubah paradigma berpikimya.' Mulanya hidup untuk seni, sekarang seni untuk hidup dan kehidupan. Fenomena ini terjadi menurut Tawanto karena zaman juga sudah berobah. Kalau pada masa lalu yang dipikirkan oleh orang-orang tradisi Balanse di Seberang Palinggam sebatas lapar dan haus, saat ini sudah menjadi kompleks. Untuk itu paradigma berkesenian harus pula menyesuaikan zaman (Wawancara, 7 Agustus, 2004). Para penan dan pengelola kesenian Balanse Madam termasuk pemuka masyarakatnya di Seberang Palinggam melihat bahwa pada kesenian Balanse ada sesuatu nilai ekonomi yang mesti dmanfaatkan. Zaman sudah berubah, oleh karenanya tan Balanse juga sudah menjadi .
barang dagangan dalam konteks kesenian hiburan. Hal ini dilakukan mengingat keberadaan kesenian bisa mendatangkan sumber mata pencahari-an dalanr-perkembangan kebudayaan saat ini.
Di sisi lain dahulunya tari Balanse Madam tidak disentuh oleh persoalan material atau ha1 yang bersifat imbalan jasa, karena pada masa itu penari Balanse adalah anggota masyarakat yang pada saat peristiwa pertunjukan berada di tengah-tengah kegiatan tersebut. Dengan secara spontan dan atas permintaan pemuka adat untuk tampil menari ke atas panggung atau ke tengah halaman, maupun di dalam ruangan yang ditentukan. Dalam ha1 ini paradigma warisan budaya atau tradisi berbalanse berubah menjadi sebuah pekerjaan untuk menghasilkan uang atau untuk memenuhi nafkah hidup. Akan tetapi saat ini ada teqadi perkembangan yang disebabkan pula oleh sebagian dari para penari Balanse yang menggantungkan hidupnya dari hasil menari tersebut. Fenomena di atas yang menyebabkan tan Balanse dapat berkembang. Saat ini tari tidak lagi dalam koridor budaya sebagai harta pusaka, warisan yang harus diturunkan ke generasi selanjutnya. Tapi budaya sekarang menjadikan dunia tari, termasuk tari tradisi adalah sebagai sumber ekonomi. Seperti Bapak Utiah, Siciak Gading-gading, Dawis Loyang dan Kres Zalikhu, menurut penuturan mereka berkesenian dengan Balanse
Madam saat ini tujuannya untuk memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya (Wawancara, 7 Agustus, 2004). Faktor sosial budaya, ekonomi dan ilmu pengetahuan mengakibatkan terjadinya perkembangan pada tari Balanse Madam di Seberang Palinggam. Faktor tersebut melahirkan beberapa indikator-indikator yang terjadi pada perkembangan tan Balanse Madam masa kini. Indikator-indikator tersebut seperti sudah dijelaskan sebelumnya yakni bentuk fisik, tata cara pertunjukan, syarat-syarat pertunjukan, waktu pertunjukan dan segi naannya. 54
kegu-
.
a. Bentuk Fisik
Dan segi bentuk fisik
tan Balanse Madam berkembang dalam
kalangan dunia akademik. Hal ini dilakukan sebagai objek studi dalam mata kuliah koreografi (ilmu penciptaan tari). Di samping itu tan Balanse juga berkembang dalam bentuk fisik pada group-group atau berbagai kelompok tari entertainment, eksperimental atau kontemporer. Berdasarkan penjelasan Utiah, ha1 ini dapat dijumpai di STSl Padang Panjang, Sendratasik FBSS UNP dan SMKl Padang serta Group lndojati dan Alang Babega (Wawancara, 28 Agustus 2004). Yang dimaksud dengan bentuk fisik dalam penelitian ini adalah : (1) gerak, (2) musik, (3) pola lantai (komposisi lantai). Ketiga aspek fisikal
tersebut yang pada saat ini berkembang dalam tari Balanse Madam. Aspek gerak, komposisi lantai dan musik pengiring tari, berkembang karena adanya kebutuhan unsur tontonan hiburan. Tontonan hiburan tersebut lebih populer dikenal dengan entertainment. Karena pengaruh perkembangan ilmu koreografi dalam dunia tan, di sisi lain disebabkan juga oleh perkembangan seni pertunjukan, maka kebutuhan akan tontonan yang segar dan inovatif dirasa perlu untuk dipertimbangkan oleh pengelola seni pertunjukan. Karena adanya berbagai tontonan yang merujuk pada keinginan dan trend pasar seni pertunjukan, yakni yang bersifat dinamis, menarik, ringan dan memikat. Maka dari itu mau tidak mau kemapanan tari Balanse Madam dari bentuk fisik perlu diperbaharuhi atau dilakukan gubahan baru menurut selera pasar seni pertunjukan. Kegiatan tersebut dilakukan bertujuan agar tari Balanse f ' d a m selalu hidup dan tumbuh dari waktu ke waktu dalam percaturan pasar seni pertunjukan masa kini.
p,.f!L;f' py;n:.-. - !.. I _ -
.
-- --.
-
-
" . , .
/
_ __~
....
-
_A
-.-
,!
1
Seperti biasanya pada tari Balanse Madam yang berbentuk tradisi, gerak yang ditampilkan selalu dilakukan dengan pengulangan-pengulangan dari berbagai ragam gerak. Akan tetapi pada perkembangan masa sekarang pengulangan tersebut hanya tidak lebih dari tiga kali pengulangan pada ragam gerak (pengelompokan gerak) tan Balanse. Begitu juga dengan pola lantai yang dimainkan secara tradisi yang selalu melingkar, baik lingkaran besar ataupun kecil. Hal seperti ini bisa dikembangkan dengan berbagai formasi (komposisi) yang dinamis. Dalam komposisi lantai tari Balanse Madam yang dilakukan oleh kelompok entertainment, memiliki versi yang
bercorak dinamis setiap event. Kelompok tersebut selalu melakukan perubahan-perubahan sesuai permintaan pasar seni pertunjukan. Akan tetapi pada masyarakat pewaris dari tari Balanse Madam yang ada di Seberang Palinggam, mereka tidak ada melakukan perubahan pada pola lantai, akan tetapi hanya menyempurnakan saat posisi penari memasuki panggung. Formasi yang mereka lakukan saat penari masuk adalah formasi berbanjar, dengan posisi penari pria sebelah kanan dan wanita sebelah kiri. Formasi ini sebelumnya tidak terdapat pada tan tradisi warisan budaya masyarakat Nias di Seberang Palinggam. Sedangkan perubahan pada gerak hanya sebatas penambahan variasi pada langkah dan lenggang, serta meminimalkan pengulangan ragam. Pada bagian musik tidak dirusak struktur yang asli, akan tetapi ada tambahan bunyi akardion, yang tetap memainkan nada yang sama dengan biola. Perubahan pada musik di bidang lain adalah perubahan tempo, seperti tempo sedang dinaikkan ke tempo agak cepat. Dan dalam memainkan musik
terlitiat ada variasi-variasi dalam pukulan alat perkusi (snar dram dan bass dram). Ensambel pengiring tari Balanse Madam yang mapan secara tradisi adalah : (1) Biola, (2) giring-giring, (3) snar dram, (4) bass dram, (5) gitar. Pada masa sekarang ensambel tersebut bertambah komposisinya dengan akordion dan alat tiup. Perkembangan di sisi lain pada tan Balanse Madam adalah pada masalah teknik menari. Teknik juga dilengkapi dengan cara berimprovisasi maupun ekspresi yang keluar dari masing-masing penari. Persoalan ini mungkin saja tjisa dilakukan dengan baik, karena mereka telah dikelola dengan manajemen seni pertunjukan yang baik. Jadi segala sesuatu bisa diatur dengan konsep yang jelas dan program yang tersusun dengan rapi. Seperti kita lihat dalam tan Balanse Madam tradisi, masing-masing penari sebelumnya ada yang tidak sating kenal-mengenal secara dekat satu dengan yang lainnya. Malah mereka hanya bertemu muka pada event tersebut saja. Sedangkan pada kelompok-kelompok tari Balanse Madam masa kini, mereka sudah ada yang berbentuk perkumpulan atau organisasi seni pertunjukan. Tawanto dan Darwis Loyang menjelaskan, masa sekarang ada perkembangan pada soal pengelolaan tari Balanse Madam, seperti adanya kelompok Balanse Madam, Selendang Biru yang merupakan kelompok Balanse Madam yang beranggotakan secara permanen. Kalau menampilkan tari Balanse Madam secara tradisi penarinya dipilih dari undangan atau hadirin yang ada pada saat itu. Maksud berdirinya kelompok tersebut dengan tujuan agar tari Balanse Madam lebih populer di tengah warga kota Padang umumnya, di samping itu untuk membentuk kelompok tari yang siap pakai. Apabila terjadi perrnintaan mendadak oleh pemerintah, biro wisata ataupun
lembaga kesenian yang ada, kelompok tersebut secara materi acara telah siap untuk permintaan tersebut (Wawancara, 7 Agustus 2003). Menyambung pembicaraan Tawanto, menurut penjelasan Buyu Kete Hura, bahwa tari Balanse Madam tradisi atau warisan budaya ditampilkansecara spontan, penari dipilih dari hadirin atau undangan. Sering tejadi kesan canggung yang terungkap dari ekspresi penari. Dari sisi menarikannya penari juga terkadang kurang sempurna melakukan gerakan, sehingga teknik tidak muncul apalagi ekspresi penari. Hal ini dikarenakan ada kesan malumalu dan risih (Wawancara, 7 Agustus 2004). Dilihat dari-segiperkumpulan yang berupa organisasi seni pertunjukan tersebut, sudah barang tentu mereka sudah saling mengenal satu sama lainnya. Di samping itu mereka sudah sering melakukan latihan secara bersama dengan pasangan yang telah ditetapkan. Dengan adanya konsep tersebut pada gilirannya teknik yang mereka miliki akan muncul dengan sendirinya, baik teknik menari, ekspresi dan improvisasi. Yang lebih penting mereka menari tidak dengan rasa canggung dan adanya kesan malu-malu. b. Tata Cara Pertunjukan Tata cara pertunjukan tari Balanse Madam mengalami perkembangan dari tari Balanse Madam yang tradisi ke tari Balanse modifikasi (kreasi tradisi). Tata cara pertunjukan sebelumnya yang dilakukan oleh para anggota
Balanse Madam adalah bersifat adat. Bersifat adat dimaksud adalah sesuai dengan aturan-aturan yang telah digariskan secara bersama oleh para pemuka adat dan masyarakat. Menurut penjelasan Nichamo bahwa, tata cara tersebut seperti menyerahkan sirih dalam carano (dulang kecil) terlebih dahulu kepada kepala
kampung atau pemuka masyarakat. Menurut Sicik Gading-Gading bahwa sirih dalam carano tersebut mempunyai arti bahwa pertunjukan tari Balanse Madam adalah merupakan suatu pesta besar bagi masyarakat Nias yang ada di Seberang Palinggam (wawancara, 8 Agustus 2004). Setelah diserahkan sirih dalam carano, maka tata cara selanjutnya adalah menyerahkan sebotol minuman tanda kesepakatan bahwa acara tari Balanse dapat dilaksanakan. Tabel 1. Tata Cara Pertunjukan
1.
2. 3.
4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
Tata Cara Pertunjukan Tradisi ModifikasilKreasi Penyelenggaraan menyerahkan 1. Bagian ini tidak ada. sirih kepada kepala kampung. Menyerahkan minuman kepada 2. Bagian ini juga tidak ada. kepala kampung. Minuman diteguk oleh kepala 3. Tidak ada (tidak diadakan). kampung, dan selanjutriya oleh ninik mamak dan terakhir oleh wakil dari pemusik. Pemilihan penari oleh Sisindo 4. Dilakukan oleh pimpinan kelom(baik pria dan wanita). pok tari. Penari wanita diizinkan oleh 5. Sama, namun prosesnya tidak suaminya untuk menari dengan pada ivent tersebut, ha1 ini orang lain (pria). dilakukan sebelum ivent. Penari pria yang terpilih menari 6. Kadang ada dipakai terkadang gerak pencak. tidak sama sekali. Komander mengambil alih pim- 7. Sama, Cuma aba-abanya sepinan. ring dipendekan. Menari bersama penari pria dan 8. Sama, aba-aba terkadang sewanita dengan instruksi komanring mempersingkat waktu. der. Penampilan selesai atas aba- 9. Sama aba komander. Penari kembali ke tempat istri 10. Tidak sama, tempatnya khusus tersedia bagi artis. atau suami berada. Selanjutnya masuk pada tahap berikutnya, yakni acara minum
bersama dan makan sirih yang dilakukan oleh kepala kampung dan kemudian diserahkan kepada ninik mamak dan kaum famiii yang menyelenggarakan acara pesta Balanse. Segmen ini dilanjutkan dengan 59
-
menyerahkan minuman dan sirih tersebut untuk dimakan dan diminum pula oleh salah seorang utusan dari .anggota musik pengiring Balanse. Selanjutnya setelah segmen ini selesai dilanjutkan dengan segmen pemilihan penari. Untuk memilih penari pria dan wanita ditunjuk dua orang oleh kepala kampung yang dikenal Sisindo Dramatua (pencari penari pria) dan Sisindo Dra'alawe (pencari penari wanita). Pada Sisindo harus mampu memilih penari yang betul-betul sesuai dengan persyaratan dan dapat menempatkan posisi yang tepat. Karena kalau salah memilih nanti tidak sah atau mendapat protes dari para anggota masyarakat, misalnya terpilih penari yang berstatus gadis, janda, bujang atau duda, ha1 ini sangat tidak dibenarkan, apalagi terpilih yang bertabiat kurang baik. Setelah penari dipilih yang sebelumnya dalam memilih penari wanita harus atas keizinan kepala kampung dan ninik mamak, yang kemudian kepala kampung dan ninik mamak menginstruksikan isterinya untuk menari. Isteri-isteri tersebut dituntun oleh Sisindo Dra'alawe menuju arena pertunjukan. Selanjutnya siap untuk melaksanakan kegiatan pertunjukan Balanse. Tarian dimulai dengan diawali gerak tan pencak dan sapu tangan oleh para penari pria, selesai, segmen selanjutnya penari wanita memasuki arena pertunjukan. Yang bedanjut dengan menari bersama-sama antara pria dan wanita yang dipimpin oleh seorang komander. Komander berperan dalam menentukan jalannya pertunjukan tari, apakah dimulai, berhenti dan menentukan ragam gerak serta forrnasi,apa saja yang harus dilakukan.
'
Setelah tarian diperintahkan atau diberi aba-aba oleh komander untuk diakhiri, maka segmen selanjutnya seluruh penari kembali ke tempat masingmasing, akan tetapi khusus wanita dituntun oleh Sisindo untuk menuju ke tempat suami penari tersebut yang sebelumnya berada di seputar arena pertunjukan Balanse. Ada beberapa kode yang diperintahkan oleh komander dalam setiap pertunjukan tari Balanse Madam. Sebagai warisan budaya masyarakat suku Nias di Seberang Palinggam. Kode atau aba-aba perintah tersebut dapat dihaikan sebagai berikut : a) Oplas kare, kumplima
: siap sedia, penari berkumpul ke tengah.
b) Retume
: kembali ke tempat
c) Balanse Madam
: penari wanita menari
d) Balanse Agus
: penari pria menari
e) Inggirlang
: memutar mengelilingi madam
9
: kembali, tangan dilepas
Turdiman
a
g) Sina Kaflir
: tangan kiri penari pria bersalaman
h) Alfangkat ingkua diso
: ada rusuk dengan rusuk
i) Bume
: tangan bersilang
j) Saidina adinda madam
: pertukaran madam sambil berjalan
k) lntuimar
: berpegangan tangan kembali keluar
I) Saidina Aglis
: adapunggungdenganpunggung
m)Amplang plas
: berhadap-hadapan
Sedangkan dalam pertunjukan tan Balanse Madam sekarang baik kreasi ataupun modifikasi, maupun yang bersifat bentuk tradisi dalam warisan budaya,ada perkembangan yang lebih efisien. Akan tstapi pada konteks
warisan budaya ia akan berubah tata caranya apabila penggunaannya tidak .
untuk acara adat, atau acara perkawinan dan upacara adat. Tata cara akan berubah seandainya event dari tari tersebut diperuntukan untuk kepentingan pariwisata, acara seremonial pemerintah dan permintaan berbagai lembaga kesenian. Tabel 2. Aba-aba Tari Balanse Madam Tradisi ModifikasiIKreasi 1. Dimainkan seluruh aba-aba 1. Ada dimainkan aba-aba tersebut, tapi sepenggal atau , seandai dimainkan secara adat sebahagian saja. khusus untuk orang Nias di Seberang Palinggam, dan ada . berulang-ulang.
2. Aba-aba dimainkan seluruhnya, 2. Tidak dipergunakan sama senamun tidak berulang, seandai kali menari sudah dengan tampil di luar acara adat atau standar yang sudah ditetapkan untuk pemerintah atau melalui jumlah melodi lagu, atau hitungan birama. wisatawan.
Akan tetapi bagi group-group entertainment 'dan pasar seni pertunjukan, ha1 ini memang sengaja dilakukan. Karena dengan menampilkan warisan budaya yang asli akan mengeluarkan dana besar, dan mendatangkan institusi adat serta mengundang banyak orang. Hal ini dinilai dari segi bisnis hiburan tidak efisien, baik dari segi uang, tempat, waktu dan jumlah anggota yang mendukung terlaksananya kegiatan tersebut. Oleh sebab itu, dengan menghilangkan beberapa bagian tata cara pelaksanaan pertunjukan seperti, tidak harus mendatangkan kepala kampung atau adat maupun ninik mamak, dan di sisi lain juga tidak hams sebelum tarian dimulai menyuguhkan sirih dalam carano maupun minuman. Yang lebih jelas lagi tidak ada acara permohonan izin kepada suami oleh kepala
kampung untuk menyilahkan istrinya menari. Termasuk yang dihilangkan adalah gerak pencak dan tari sapu tangan oleh para penari laki-laki sebagai tari pembuka. Yang ada hanya langsung pada tari pokok yakni Balanse Madam. Namun bagi sebagian kelompok tan tradisi berbagai tata cara di atas masih ada dilakukan di luar kegiatan upacara adat, pesta perkawinan dan acara adat lainnya. Hanya saja prosesinya tidak sama dengan ketiga acara di atas, sedikit mengalami perubahan dalam urutan penyajiannya. Menurut Utiah, prosesinya adalah, apabila orang-orang Nias di Seberang Palinggam diminta oleh pemerintah Kota Padang untuk menampilkan Tan Balanse Madam pada acara seremonial pemerintah;maka cukup yang dituakan saja dalam kelompok tersebut memohon izin kepada kepala kampung disertai menyerahkan sirih dan minuman. Sedangkan untuk meminta izi pemakaian penari wanita dilakukan oleh pimpinan kelompok tari Balanse Madam sendiri kepada suami yang bersangkutan dengan terlebih dahulu melaporkan pada kepala kampung, ninik mamak atau pemuka adat. Adapun acara seremonial tersebut seperti peresmian kegiatan yang. berhubungan dengan pemerintah, perayaan hari besar, penyambutan tamu kehormatan Pemda Kota Padang (Wawancara, 21 Agustus 2004). Tata cara tersebut dilakukan mengingat kegiatan tersebut berada di luar komunitas pewaris budaya Balanse. Di mana kegiatan tersebut diperuntukan untuk seluruh masyarakat Kota Padang dan bersifat seremonial pemerintah. Oleh sebab itu, kelompok tari Balanse Madam hams menyesuaikan din dengan situasi dan kondisi yang melingkupi keberadaan mereka.
c. Syarat-syarat Pertunjukan Syarat-syarat pertunjukan pada tari Balanse Madam mengalami perkembangan dan perubahan dari syarat-syarat yang ada sebelumnya. Dalam tan Balanse Madam secara tradisi diharuskan memenuhi syarat-syarat seperti : penari yang berstatus istri ataupun suami, menari tidak boleh bersentuhan langsung antara telapak tangan pria dan wanita, hams melalui prosedur permintaan izin dari suami penari wanita, menyerahkan sirih dalam carano dan sebotol minuman kepada pemuka masyarakat. Akan tetapi pada perkembangan kesenian sekarang, yang mana semakin majunya pasar seni pertunjukan di tanah air, menyebabkan ikut terpengaruhnya eksistensi tarian tradisi yang ada pada masyarakat pewarisnya. Syarat-syarat di atas masih tetap hingga sekarang dilaksanakan oleh kelompok pewaris kesenian Balanse Madam di Seberang Palinggam. Syaratsyarat tersebut pada sebagian besar group-group tan entertainment atau group tari hiburan yang bergerak dalam pertunjukan komersial, tidak pernah dilakukan syarat-syarat seperti yang telah ditetapkan pada tari tradisi
Balanse. Persoalannya .adalah mereka hanya sebatas melakukan pengubahan kembali, atau mengkreasikan tarian tradisi Balanse Madam yang berasal dari Seberang Palinggam. Pada kelompok tari entertaiment, menurut Tawanto mereka tidak pemah menampilkan atau melaksanakan syarat-syarat yang ada pada tarian tradisi Balanse, karena mereka hanya menampilkan sepotong atau penggalan-penggalan dari tan tradisi Balanse. Di samping itu mereka lebih banyak menggubah atau menata ulang tarian tersebut hingga menjadi barn (kreasilmodifikasi) yang memang berakar pada tadi Balanse.
.
Bagi kelompok entertainment yang penting adalah bagaimana mereka sebanyak-banyaknya mendapat relasi atau order yang ujung-ujungnya adalah menangguk finansial. Bagi mereka tidak perlu nilai-nilai atau filosofis dari' sebuah tarian, akhimya terjadi pengmsakan terhadap tan Balanse (Wawancara, 21 Agustus 2004). Dengan mengikuti- komitmen pasar seni pertunjukan, mereka tanpa sadar sudah merusak sebuah ketradisian yang mana merupakan sebagai warisan budaya bagi suatu komunitas. Mereka tanpa sadar sudah merusak sebuah ketradisian, yang mana menrpakan sebagai warisan budaya bagi suatu komunitas. Mereka juga telah menghilangkan hal-ha1 pokok yang sebetulnya sangat mempunyai arti dalam sebuah tari tradisi, seperti halnya tan Balanse Madam di Seberang Palinggam. Permintaan pasar dalam seni pertunjukan, selalu saja tidak mempertimbangkan hal-ha1 yang internal dalam sebuah tari tradisi. Sering para konsumen meminta penari yang ditampilkan dengan kriteria harus cantik, tinggi semampai, tampan dan mempesona agar tarian tersebut terasa lebih menarik bagi penonton. Pada bagian lain, harus dengan penampilan kostum yang megah. dalam tan tradisi seperti Balanse Madam tidak ada kriteria seperti tersebut, dan masalah kecantikan
adalah sangat relatif dan kurang etis bagi orang-orang tradisi. karena dampak dari pasar seni pertunjukan tersebut, mempengaruhi syaratsyarat tari Balanse ketika dia masuk dalam konteks pasar seni pertunjukan yang bersifat hiburan komersial.
8.
Peranan Tari Balanse Madam dalam Proses lntegrasi Sosial antara Masyarakat Nias dan Minangkabau di Seberang Palinggam Kota
a. Aktivitas Kesenian Balanse Madam Tari Balanse Madam dewasa ini sudah mulai dipelajari oleh orangorang di luar suku Nias di Seberang Palinggam, bahkan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan dan kesenian, tan Balanse juga merupakan objek kajian (studi) bagi kalangan akademik maupun seniman tari di Sumatera Barat. Aktivitas tari Balanse Madam adalah sebagai tarian adat yang bersifat hiburan sosial. Sebagai tarian adat yang bersifat sosial, tari Balanse tampil dalam berbagai event (peristiwa) yang bersifat adat seperti pesta adat perkawinan, turun mandi (acara menyambut datangnya kelahiran anggota baru dalam keluarga) yang dikenal juga dengan acara Cilok aek, di samping itu aktivitas kesenian yang lain dari tari Balanse adalah sebagai tarian dalam upacara pengangkatan penghulu. -Berbagai aktivitas kesenian tersebut disajikan dalam lingkup keluarga atau masyarakat Nias. Akan tetapi karena saat ini terjadinya perkembangan dunia pariwisata dan keterbukaan dari kedua belah pihak baik masyarakat Nias di Seberang Palinggam sebagai pewaris secara tradisi dan masyarakat lain yang ada di Seberang Palinggam sebagai konsumer (penikmat), penyajian tari Balanse pun sudah mulai dapat dilakukan pada keluarga suku Minangkabau sebagai penduduk mayoritas di Seberang Palinggam (Utiah, wawancara: 12 Juni 2004). Tarian- Ealsnsc Madam biasanya ditampilkan malam hzri. Ea!arr? a z r a pesta perkawinan, biasanya tarian Balanse ditampilkan pada malam resepsi 66
pemikahan. Seandainya acara pesta pemikahan diadakan hari Minggu, maka Sabtu malam (malam Minggu) masyarakat atau keluarga yang punya hajat melaksanakan pesta Balanse. ~ & r apesta Balanse sendiri beriangsung dari pukul 23.00 WIS hingga Subuh (Siciak Gadiang-gadiang, Wawancara: 8 Juli 2004). Pada pesta perkawinan biasanya keluarga dari masyarakat Nias yang berada di Seberang Palinggam Kota Padang, berusaha mengundang berbagai unsur masyarakat baik dari kalangan satu suku (orang Nias sendiri) maupun tetangga mereka dari suku Minang, dan ini selalu dilakukan oleh orang Nias, walau ha1 tersebut kurang mendapat tanggapan oleh orang Minang, baik dahulu kala maupun masa sekarang ini. Karena pada dasarnya orang Minang memiliki anggapan negatif terhadap orang Nias yang telah menjadi penduduk atau warga Kota Padang semenjak abad ke-16. Anggapan tersebut kurang manusiawi, atau sama sekali tidak logis dalam pemikiran manusia di zaman modern dan globalisasi ini. Anggapan tersebut adalah bahwa ada kisah atau legenda tentang orang Nias berasal dari hewan peliharaan. Berpedoman pada streoip negatif tersebut, tabu atau pantang bagi orang Minang untuk bergaul apalagi mengambil orang Nias sebagai menantu. Bagi yang terlanjur atau memang berjodoh dengan orang Nias ia akan dikucilkan atau mendapat hinaan oleh orang Minangkabau lainnya. Anggapan negatif tersebut, lama kelamaan sudah berkurang dewasa ini di Seberang Palinggam Kota Padang. Menurut Utiah (Wawancara:
12 Juni 2004) bahwa ada ha1 yang
menarik dalam peristiwa pesta perkawinan, atau maiam pesta pet~awinan yang dilaksanakan oleh orang Nias, untuk melengkapi kesemarakan pesta 67
pihak keluarga tersebut menggelar pesta Balanse Madam semalam suntuk. Dengan adanya pesta Balanse Madam tersebut secara tidak langsung pada gilirannya keluarga yang punya hajat memberikan suguhan hiburan pada masyarakat, terutama bagi masyarakat Nias.. Namun ha1 yang menarik menurut Utiah adalah orang Minang yang pada sebelumnya alergi dengan orang Nias atau walaupun telah diundang tidak pernah datang, namun dengan adanya tarian Balanse yang digelar oleh yang punya hajat, serta merta tanpa diundangpun masyarakat sekitar yang berasal dari suku ~ i n a n g banyak yang berdatangan. Tan Balanse Madam secara adat dalam penyajiannya tidak diperuntukkan bagi kaum muda-mudi, maupun duda dan janda untuk menarikannya. Akan tetapi tan Balanse Madam diperuntukkan bagi orangorang yang masih terikat dalam tali perkawinan, baik bagi laki-laki ataupun perempuan. Orang-orang yang masih terikat dalam tali perkawinanlah yang boleh menarikan tari Balanse. Pada kenyataannya dewasa ini, karena adanya perkembangan dalam dunia pendidikan, pariwisata dan kebudayaan, banyak pula tarian Balanse yang tidak mengikut pada aturan adat yang telah ditetapkan oleh masyarakat Nias, namun andai dimainkan datam acara adat tarian Balanse tetap mengikut aturan adat. Atau paling tidak anda ditarikan oleh keluarga Nias untuk kepentingan orang Nias. Akan t e t a ~ ikalau ditarikan dalam konteks pendidikan kesenian, atau kepentingan pariwisata dan bisnis hiburan, tari Balanse menurut Buyu Kete Hura (Wawancara, 15 Juli 2004) bisa saja ditarikan oleh kategori siapa saja, sejauh tidak digunakan untuk kepentingan . adat atau.upacara adat.maupun kepentingan keluarga Nias itu sendiri.
b. Tan Balanse Madam dan lntegrasi Sosial
Seperti telah diutarakan. sebelumnya, 'bahwa tarian Balanse Madam adalah sebuah tarian yang terrnasuk kategori pergaulan. Di mana tarian tersebut merupakan tarian berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Dalam penyajiannya tarian tersebut menampilkan empat pasang penari, yang terdiri dari empat orang laki-laki dan empat orang perempuan. Tan Balanse Madam sebagai tarian adat lebih sering ditampilkan dalam acara pesta perkawinan, karena perkawinan sendiri tidak dapat diprediksi kapan adanya, yang jelas perkawinan lebih sering terjadi dari pada pengangkatan penghulu, atau pada saat sekarang tarian adat ini diperuntukkan juga untuk menyambut HUT Republik Indonesia. Sedangkan acara lain adalah memperingati leluhur orang Nias yang pertama datang ke Kota Padang. Lebih seringnya tan Balanse Madam muncul dalam setiap acara kenduri perkawinan, membuat eksistensinya semakin kokoh di tengah-tengah masyarakat pendukungnya. Menurut Tawanto (Wawancara: 12 Juni 2004) eksistensi tari Balanse berkembang bukan saja bagi kalangan suku Nias di Seberang Palinggam, tapi bagi orang Minangkabau sendiri yang tinggal dan menetap di Seberang Palinggam. Pada penjelasan sebelumnya, bahwa jarang
sekali anggota
masyarakat yang berasal dari suku Minangkabau menghadiri setiap undangan perkawinan yang diadakan oleh orang Nias. Akan tetapi terkecuali kalau orang Nias tersebut menggelar pesta tari Balanse untuk meyemarakan pesta perkawinannya. Begitu besarnya daya tarik dari pertunjuka'n tari Balanse, sehingga dapat merespbn kehadiran orang hilinangkabaii uniuk
69
berbaur dan memenuhi undangan orang Nias dalam acara pesta perkawinan tersebut. Malam sebelum pesta perkawinan dimulai, tasi Balanse ditampilkan sebagai hiburan bagi sanak keluarga, maupun orang kampung dan para pekerja di dapur (biasanya para ibu-ibu memasak malam hari sebelum pesta berlangsung besok paginya). Pihak yang punya hajat sengaja mengundang kepala kampung, penghulu dan ninik mamak (yang dituakan dalam keluarga atau kaum). Karena tari Balanse hams disyahkan oleh kepala kampung dan ninik mamak serta penghulu dengan minum bersama (dahulu terdiri dari tuak sekarang cukup coca cola saja), di samping itu memakan sirih. Setelah unsur pimpinan adat minum bersama dan makan sirih, kemudian sisa minuman dan sirih dalam cerana diserahkan kelompok pemusik untuk diteguk secara bersama. Hal ini berarti pertunjukan Balanse dapat dimulai. Kelompok pemusik yang biasanya juga pemusik kesenian Gamad memainkan lagu Kaparinyo, dan Sepasang pemusik membawakan tarian silat dengan sapu tangan sebagai pembuka tarian Balanse. Tahap selanjutnya setelah pembuka dengan lagu Kaparinyo dan tarian sapu tangan, BenSalanse pun segera dimulai. Atas petunjuk kepala suku atau kepala kampung, dipilih seorang sisindo (orang yang akan menunjuk calon penari Balanse) dan seorang komander yang akan mengendalikan tarian, biasanya komander langsung dirangkap oleh pemusik. Sisindopun mulai menunjuk empat pasang penari yang terdiri dari unsur para suami dan istri dari para hadirin dan undangan. Setelah sisindo meminta seorang suami kepada istrinya untuk menari dengan istri dan hadirin atau. undangan, begitu sebaliknya meminta istri kepada suaminya untuk diizikan menari bersama suami hadirin lainnya, yang
sebelumnya harus direstui oleh kepala kampung dan keluarga kedua belah pihak. Pertunjukan tan Balanse pun dapat dilaksanakan. Tarian Balanse merupakan tarian pergaulan, untuk menjaga sopan santun tidak dibenarkan menyentuh jari pasangan masing-masing, sebagai pengganti dialasi secarik sapu tangan. Ketika pertunjukan berlangsung biasanya para penari saling berkomunikasi dengan pasangannya maupun antar pasangan, pembicaraan bisa seputar menanyakan identitas dan keluarga. Setelah tarian berlangsung untuk tahap pertama masing-masing penari duduk ketempat istri atau suami semula berada, dengan terlebih dahulu dikenalkan dengan pasangan tariannya. Tarian Balanse Madam biasa berlangsung beberapa tahap tergantung yang punya hajat, yang penting pada waktu Subuh tarian harus berakhir. Penari pun dapat berganti-ganti pasangan. Hal inilah yang menarik bagi masyarakat Minangkabau. Dengan adanya BenSalanse setiap acara perkawinan, lama kelamaan orang Minangpun mulai ramai mengunjungi keluarga suku Nias untuk berbaur dan bersilaturahmi. Adanya pertunjukan Balanse pada acara pesta perkawinan sudah banyak pula orang Minangkabau ikut serta membantu bekerja memasak, atau memasang pelaminan maupun membantu keperluan acara lainnya. Dengan adanya pertunjukkan Balanse Madam orang Minangpun ikut pula Berbalanse pada setiap acara kenduri perkawinan yang diadakan oleh orang Nias. Sering para kepala kampung dan sisindo menunjuk keluarga dari orang Minang untuk terlibat menari bersama orang Nias. Awalnya orang Minang berpasangan dengan suami istri masing-masing, kemudian tukar pasangan sesama'orarig 'Minang, orang Minang bisa bebas bertsaur dengan orang Nias dalam menari Balanse. 71
Tujuan tan Balanse penarinya terdiri dari istri dan suami yang ditukarkan pasangannya untuk menari adalah, lebih kepada saling menjalin silaturrahmi dan persaudaraan antarkeluarga. Agar satu keluarga saling mengenal dengan keluarga lainnya, di sarnping saling membantu dalam menjaga keutuhan rumah tangga masing dalam kampung, atau sesama orang Nias di Seberang Palinggam. Menurut Utiah (Wawancara: 12 Juni 2004) dengan adanya hampir setiap bulan orang menyelenggarakan pesta perkawinan, berarti setiap bulan pula event Balanse Madam muncul di Seberang Palinggam. Belum ditambah dengan acara adat lainnya. Berarti dengan seringnya saat ini tarian Balanse tampil di Seberang Palinggam berdampak terhadap tejadinya integrasi sosial antara orang Nias dan Minangkabau. Hal ini disebabkan orang Minangkabau mau datang pada setiap hajat yang diadakan oleh keluarga suku Nias apabila ada tarian Balansenya, walau tidak jarang juga ada yang datang tanpa tarian Balanse. Daya tank tarian Balanse adalah dia bersifat spontan, tidak terlalu banyak gerak yang rumit. Di samping itu tariannya dapat menghibur dan di sisi lain merupakan ajang pamer istri atau suami, dalam arti kata pertunjukan Balanse adalah suatu event perkenalan diri atau rnengeksiskan keluarga di tengah masyarakat. Dengan tampilnya sebuah keluarga dalam pertunjukan Balanse, pada gilirannya keluarga tersebut dikenal lebih luas oleh masyarakat,
baik
mengenai
keluarganya
maupun
kedudukan dan
pekerjaannya apalagi tempat tinggalnya. Sekarang kehadiran tan Balanse telah membawa pembauran bagi . kedua -suku di
Seberzng Palinggarn, tidak asing lagi kita jurnpai kalau ada
orang Minang yang dapat menarikan Balanse atau memainkan musik
Gamad. Orang Minang banyak terlibat dalam memajukan kesenian Balanse di Seberang Palinggam dewasa ini, termasuk musik Gamad seperti Bapak Arrnien An mantan Asisten Ill Sekwilda Sumbar.
c. lntegrasi setelah Pertunjukan Balanse Madam Biasanya setelah pertemuan antar keluarga dari suku Minangkabau dengan orang Nias pada event Berbalanse dalam acara pesta perkawinan, pertemuan selanjutnya meluas menjadi hubungan persahabatan berkarib kerabat. Tak jarang di antara masing-masing keluarga saling berkunjung, saling membantu dan terkadang saling berkongsi dalam berniaga atau membuat kelompok-kelompok ibu-ibu, apakah arisan atau majlis taklim bagi yang beragama Islam. lntegrasi sosial yang dibangun lewat aktivitas pertunjukan tan Balanse Madam, pada awalnya berlangsung tidak secara sengaja. Di mana orang Minangkabau secara empins selalu mau datang kalau ada tarian Balanse, seandainya tarian tidak ditampilkan jarang orang Minang yang mau datang berkunjung ke rumah-rumah keluarga suku Nias dalam setiap acara adat perkawinan. Berdasarkan pengalaman itulah orang Nias mengatur siasat, setiap pesta Balanse orang Minangkabau selalu dilibatkan. Temyata interpretasi tersebut hingga sekarang ini berbuah hasil integrasi. Kenyataan saat ini banyak dampak positif dari pertunjukan tarian Balanse. Proses integrasi semakin solid setelah mereka terlibat dalam satu peristiwa, yakni peristiwa Berbalanse Madam. Tidak jarang setelah pertunjukan mereka membentuk berbagai organisasi, atau kelompokkelompok antar orang Nias dan Minangkabau di Seberang Palinggam. Malah sebagian ada yang ikut memeluk agama Islam yang sebelumnya masih 73
'
memeluk agama atau kepercayaan mengikut nenek moyang mereka yang berupa animisme atau memeluk agama Kristiani. Setelah pertunjukan mereka berintegral dalam kerukunan bertetangga dan berkampung, tidak adalagi batas yang tegas antara kedua suku tersebut di Seberang Palinggam. Ada prinsip mereka saat ini di Seberang Palinggam yaitu bahwa mereka yang hidup menetap di Seberang Palinggam adalah saudara (Dawis Loyang, wawancara: 17 Juli 2004).
9.
Tan' Balanse Madam dan Menipisnya lmag Negatif Terhadap Orang Nias di Seberang Palinggam Kota Padang Secara berangsur-angsur dewasa ini anggapan negatif orang Minang
sudah mulai menipis terhadap orang Nias di Kota Padang, tepatnya di daerah Seberang Palinggam. Orang Minang yang dikenal terbuka dan egaliter serta selalu berfalsafah tentang hidup seperti adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah", yang bermakna bahwa adat berlandaskan aturan agama, dan
aturan agama tersebut berlandaskan kepada kitab Allah. Dengan falsafah hidup demikian orang Minang tidak selamanya akan apatis terhadap suku bangsa manapun, akan tetapi sebagai masyarakat atau manusia persoalan etnosentrism merupakan suatu ha1 yang lumrah, akan tetapi persoalanpersoalan tersebut bisa saja luntur sekiranya terjadi sinergi atau integral antara kedua suku bangsa, seperti suku Nias dan Minangkabau. Berdasarkan penjelasan salah seorang yang dipertua dari suku Nias di Seberang Palinggam yaitu Tawanto Karim dan Utiah Harefa (Wawancara, 12 Juni 2004), mereka menjelaskan bahwa masyarakat Minangkabau memang *-
dari dulu pada awal abad ke-16 tidak sepenuhnva menerima kedatangan mereka ke tanah Minang (Kota Padang sekarang ini). Narnun orang Minang
juga tidak terlalu memasuki atau malah melakukan konflik yang bersifat manifes dengan mereka. Orang Minang terutama Sultan Padang pada waktu itu menerima dengan baik, dengan syarat orang Nias kalau ingin jadi orang Padang harus menyesuaikan diri dengan perilaku dan budaya orang Minang (Padang). Maka setelah itu disepakatilah oleh pemuka-pemuka adat dan suku orang Nias yang telah menjadi warga Padang untuk menciptakan adat istiadat baru orang Nias Padang, yang tidak sama dengan tanah leluhur di Pulau Nias, salah satu dari kebudayaan baru tersebut adalah kesenian Balanse Madam.
Walaupun secara fisik tidak terlihat kontlik yang berarti pada masa lalu antara orang Nias dan Minangkabau, namun dalam kehidupan sehari-hari jarang sekali orang Minangkabau mau bekejasama dengan orang Nias, akhimya banyak dari kalangan masyarakat Nias pada awalnya dahulu yang bekerja dengan penjajah dan orang China, hingga sekarang masih saja banyak orang Nias yang bekerja dengan orang China di daerah Kampung Nias dan Pondok serta Simpang Enam. Melihat
kondisi seperti
ini, timbul gagasan pemuka-pemuka
masyarakat Nias di Seberang Palinggam untuk mendekati masyarakat Minangkabau dengan empat pendekatan yaitu bekerja sebagai buruh di ladang, pindah agama dengan mencari saudara (orang tua) angkat. Berkesenian bersama dan terakhir melakukan perkawinan
campuran.
Namun tentang perkawinan campuran agak sulit dilakukan apalagi kalau berbeda agama. Akan tetapi perkawinan campuran akan dapat terlaksana apabila sudah pindah agama dan menjadi saudara angkat bagi orang Minangkabau. ~ a m u n
konteks perbauran yang paling mudah '
dilaksanakan menurut Kris Zaliku (Wawancara: 8 Agustus 2004) adalah lewat 75
kebudayaan (kesenian). Kesenian yang ada waktu itu adalah Gamad dan Tari Balanse Madam. Karena Kris melihat bahwa orang Minang memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap kesenian. Pada awal abad ke-17 di masyarakat atau disosialisasikan tari Balanse Madam kepada seluruh orang Nias yang ada di Seberang Palinggam, tak jarang para bangsawan Kota Padang dari suku Minangkabau diundang untuk menyaksikan setiap peristiwa Balanse, maka mulai saat itu Sultan Padang mengakui kesenian Balanse sebagai salah satu kesenian warga Padang (Utiah Harefa, Wawancara: 12 Juni 2004). Fenomena di atas terus berlanjut sampai sekarang. Setiap ada peristiwa BenSalanse orang Minang yang berada di daerah Seberang Palinggam ikut terlibat dan dilibatkan oleh masyarakat Nias apakah sebagai partisipan atau sebagai penari dan pemusik. Dengan seringnya orang Minang bergaul dalam peristiwa kesenian Balanse yang diadakan oleh orang Nias di Seberang Palinggam, secara tidak langsung sudah membuka jalan komunikasi ke arah integrasi sosial. Tidak jarang saat ini di daerah Seberang Palinggam kalau ada orang Minang yang melaksanakan acara pesta perkawinan ada sebagian di antara mereka yang menampilkan tari Balanse Madam, dan gejala tersebut masih berlanjut hingga saat ini. Dengan adanya proses integrasi atau peleburan antara dua suku tersebut di daerah Seberang Palinggam, maka image negatif dari orang Minang di Kota Padang sudah mulai menipis terhadap orang Nias. Anggapan tersebut sebetulnya hanya sebuah legenda, bahwa orang Nias berasal dari seekor anjing, tak obahnya seperti cerita "Sangkuriang". Tarnpilnya tan Balanse ,Madamdi tmgah-tengah ke!uarp n?asymkat dari suku Minangkabau dewasa ini, berarti semakin menipiskan anggapan
yang negatif terhadap orang Nias selama ini. Sering tari Balanse Madam ditarikan oleh orang Minang baik secara adat maupun dalam konteks
. pariwisata, bahkan sebuah Group Kesenian lndojati yang sangat popliler, yang biasanya mengangkut citra tradisi tari Minangkabau dewasa ini telah mewarisi secara tradisi tari Balanse Madam di Seberang Palinggam. Jarang terdengar
lagi dewasa
ini persoalan-persoalan yang
memojokan orang Nias di kalangan generasi muda maupun tua pada suku Minangkabau di Seberang Palinggam. Apalagi dengan seringnya mereka bertemu, berbaur dan saling mengenal satu sama lain, atau satu keluarga dengan keluarga yang lain dalam setiap event Balanse. Dengan meningkatnya frekuensi penampilan tari Balanse maka semakin meningkat pula frekuensi silaturrahmi di antara kedua suku, yakni Nias dan Minangkabau di Seberang Palinggam. Fenomena ini didukung pula oleh hubungan tali kekerabatan dalam perkawinan campuran seperti halnya sesepuh tan' Balanse sekaligus sesepuh tan Melayu dan Minang di Kota Padang yaitu Bapak Darwis Loyang. Ternyata melalui kesenian khususnya tari, setidaknya dapat meredam konflik pada tingkat horizontal atau melalui kesenian manusia bisa saling berinteraksi dan berintegrasi, tanpa membedakan suku bahkan agama.
10. Tari
Balanse Madam Melunaknya Sikap Etnosentris Orang
Minangkabau di Seberang Palinggam Kehadiran suatu kesenian dalam suatu masyarakat merupakan ibarat bunga kembang di taman. Kesenian adalah unsur universal dari sebuah kebudayaan, seprimitif apapun suatu suku bangsa dia tetap merniliki sebuah bentuk kesenian. Karena seni merupakan suatu muara sensitivitas dari
manusia. Kesenian merupakan juga suatu refleksi dari nilai-nilai kehidupan manusia dari media kecerdasan manusia. Dan kesenian juga merupakan suatu media, baik media jalinan komunikasi tanpa lisan, atau merupakan suatu media kritik maupun sebagai alat pemersatu, layaknya sebuah lagu kebangsaan seperti lndonesia Raya. Dengan berkumandangnya lagu lndonesia seluruh manusia yang terdiri berbagai suku bangsa di wilayah Republik lndonesia menyatu dalam sebuah peristiwa tanpa mempersoalkan ras dan suku bahkan agama (Yuda, 1998: 25). Tari Balanse Madam sendiri bagi orang Nias merupakan suatu alat pemersatu di Kota Padang, untuk itu tari Balanse disebut juga sebagai identitas kultural orang Nias Kota Padang. Di sisi lain tari Balanse juga merupakan suatu fokus kebudayaan bagi orang Nias di Seberang Palinggam. Menurut Tawanto (Wawancara: 17 Juli 2004) salah satu fungsi tari
Balanse yang terpenting waktu dulu adalah untuk menyatukan orang-orang Nias yang berada di Padang. Hal ini disebabkan karena pada awal kedatangan mereka ke Padang, baik secara individu maupun berkelompk pada awal abad ke-16, selalu saja terjadi konflik baik fisik maupun laten di antara mereka. Masalah ini dimungkinkan terjadi karena mereka datang bukan dari satu desa, kampung atau kecamatan maupun kabupaten. Apalagi marga (suku) merkea beragam pula. Sebab itu atas kesepakatan para kepala suku dan tetua adat disepakati bahwa mereka harus bersatu di perantauan, unutk melegalisasi persatuan tersebut ditampilkan tan Balanse Madam. Oleh karena itu pula pada tari Balanse Madam penarinya orang yang sedang terikat tali perkawinan agar bisa mengajak anak istrinya ikut menyatu dalam suatu persatuan Nias bersatu, hanya ada satu Nias di Seberang Palinggam yaitu Nias Padang. 78
Seiring dengan sejarah di atas, strategi kebudayaan yang pada awal abad ke-16 digunakan oleh orang Nias untuk menyatukan mereka. Maka awal abad ke-17 dan berlanjut hingga sekarang strategi kebudayaan tersebut digunakan kembali oleh orang Nias untuk memperlunak sikap egosentrism atau etnosentrism orang Minangkabau terhadap mereka.
Mereka sadar
bahwa dengan fisik tak mungkin mereka melunakkan sikap etnosentrism orang Minang apalagi dengan kekuasaan atau kekayaan. Untuk itu mereka coba mendekati dengan pola menyajikan suatu suguhan kesenian, yang pada gilirannya dapat menyeret perhatian orang Minang. Dimulai dengan malu-malu ikut menyaksikan tarian Balanse yang digelar oleh orang Nias sebagai tetangga mereka di Seberang Padang, lama-kelamaan semakin menjadi perhatian serius bagi orang Minang. Dan puncaknya orang Minang diajak untuk ikut rnencari bersama, walau pada mulanya juga masih malumalu. Selanjutnya kesenian Balanse menjadi salah satu fokus kebudayaan pula bagi. orang Minang yang berada di Seberang Palinggam Kota Padang. Yang menarik adalah jarang sekali atau malah tidak sama sekali orang Minang yang berada di Seberang Palinggam memainkan kesenian "Randai", padahal kesenian tersebut milik dan identitas orang Minangkabau, hingga sekarangpun belum terlihat secara berarti, lain halnya dengan Balanse Madam. Seiring dengan terlibatnya orang Minang dalam kegiadan kesenian Balanse Madam, maka lambat laun etnosentrism, orang Minangkabau sudah mulai melunak. Fenomena dan realita tersebut berlanjut hingga sampai sekarang di daerah Seberang Palinggam. Apalagi arus globalisasi dan munculnya budaya, membuat penduduk daerah Palinggam yang terc!Iri dari , orang Nias dan Minangkabau sepertinya sepakat menjadikan tan Balanse 79
-
Madam sebagai jati diri mereka. Mereka adalah orang Padang, berarti mereka harus berbaur menjadi satu untuk menjaga warisan dan jati diri mereka, sehingga anak cucu mereka kelak masih punya jati din.
B. Pembahasan 1. Melalui Penyajian Tan' Balanse Madam Berdampak Terhadap
Munculnya lntegrasi Sosial dalam Bentuk Kekerabatan
Keterlibatan pertunjukan tan Balanse Madam ditemui sebagai faktor yang berpengaruh terhadap integrasi sosial Dengan adanya pertunjukan tari Balanse Madam pada awalnya mengundang terjadinya suatu taraf kerumunan, kemudian pada tahap selanjutnya kerumunan berlanjut pada level interaksi. Level interaksi terjadi tatkala golongan suku Nias dengan senang hati dan keterbukaan mempersilahkan hadirin dari suku Minangkabau untuk terlibat secara langsung dalam peristiwa pesta Balanse. Artinya orang Nias dengan adat sopan santunnya mempersilahkan orang Minang (keluarga dari suku Minang) terutama yang datang dengan keluarganya (istnnya) maupun dia sendiri (suami) untuk hadir secara terhormat duduk bersama pemuka-pemuka masyarakat dari suku Nias di Seberang Palinggam. Menurut Utiah (Wawancara, 17 Juli 2004) dengan hadirnya orang Minang dalam pesta Balanse pada acara pesta perkawinan, ha1 ini dipandang oleh orang Nias sebagai suatu kehormatan bagi sukunya ataupun masyarakatnya, terutama bagi yang punya acara. Sementara Mansyur Rajo Mudo memandang bahwa adanya pertunjukan tari Balanse sedikit banyaknya memancing keinginan orang Minang untuk dztang bekunjung ke -rumah orang Nlas sebagai tetangga
menjelaskan bahwa orang Minang akan dapat melupakan pandangan miringnya tertiadap orang Nias apabila diajak Berbalanse. Malah orang Minang lebih menyukai Balanse daripada orang Niasnya. Artinya kalau tidak ada tarian Baianse Madam rumah keluarga orang Nias pantang dijelang (dikunjungi) oleh orang Minang (Wawancara: 18 Juli 2004). Merujuk pada data-data yang dipaparkan di atas, menimbulkan tari
Balanse Madam dapat menimbulkan suatu proses integrasi sosial antara orang Nias dan Minangkabau. Proses integrasi sosial diawali dengan sekedar berkerumunan menyaksikan sebuah pertunjukan tari Balanse Madam, kemudian dari kerumunan berlangsung suatu interaksi sosial. Pada realitas ini, ora ng Nias merasa dihorrnati dengan kedatangan tamu walaupun pada awalnya tidak diundang ataupun diundang untuk menghadiri acara tersebut. Dengan merasa dihorrnati, orang Nias membuka din dengan membalas menghormati orang
Minang
dengan
jalan
mempersilahkan duduk
berdampingan dengan para pemuka masyarakat Nias. Pada tahap ini interaksi sosial sudah mulai terjadi. Lebih jelasnya, orang Minangpun merupakan bagian dari acara pesta tersebut, di mana tuan rumah dan pemuk adat serta pemuka masyarakat mengajak orang Minang untuk bersama-sama terlibat dalam pertunjukan tari
Balanse sebagai penari. Kedua suku ini berbaur menjadi satu, saling menumpahkan ekspresi seni dan melakukan berbagai komunikasi tentang persoalan kehidupan mereka masing-masing. Suparlan (dalam Antropologi Indonesia, 1998: 8) mengatakan, prosesproses sosial yang terwujud sebagai tindakan sosial, pada dasarnya ,
,
Sertujuan untuk dapat saling bekerjasarna antara pelaku yang merupakan warga masyarakat. Karena itu, proses sosial mempunyai fungsi-fungsi yang
menekan tujuan untuk terwujudnya kehidupan sosial dan kemasyarakatan yang
bercorak
keseimbangan di
antara
unsur-unsurnya,
sehingga
menghasilkan adanya integrasi sosial dan integrasi masyarakat. Bagi masyarakat Nias yang ada di Seberang Palinggam, keberadaan tan Balanse Madam merupakan suatu kebutuhan untuk sosial. Tari Balanse Madam merupakan tarian.. dalam bentuk sosial, dimana tarian sosial mengakomodasi keberadaan masyarakat pendukungnya untuk saling berinteraksi. Dengan berbaur dan saling berkomunikasi dan selanjutnya berinteraksi melalui menari bersama-sama dalam suatu peristiwa (Emvanto, 1998: 70). Utiah Harefa (Wawancara: 17 Juli 2004)menjelaskan, dengan adanya keterlibatan orang Minang dengan pertunjukan tari Balanse Madam, secara tidak langsung orang Minang sedikit demi sedikit telah mulai memahami secara historis siapa dan bagaimana orang Nias, baik dari segi asal-usul. Di mana imag asal usul dari anjing peliharaan ini sangat dibenci oleh orang Minang. Tabu orang Minang berrnenantukan orang Nias, apalagi laki-laki Minang haram kalau menikahi gadis Nias, walau gadis-gadis baik dan berwajah cantik. Streip negatif ini hingga kini sudah mulai menipis. Semakin menipisnya anggapan negatif orang Minang terhadap orang Nias, berdampak pula terhadap semakin eksisnya orang Nias di Seberang Palinggam Kota Padang. Apalagi keberadaan tari Balanse Madam saat ini sudah menjadi identitas kultural masyarakat Seberang Palinggam di Kota Padang. Masyarakat pendukungnya terdiri dari seluruh masyarakat (warga) Seberang Palinggam, itu artinya bahwa orang Minang di Seberang Palinggam juga merupakan pemilik warisan tarian Balanse Madam saat ini.
Adanya perbauran antara suku Nias dan Minangkabau dewasa ini di Seberang Palinggam, ha1 ini salah satu disebabkan oleh keterlibatan mereka dalam sebuah peristiwa kesenian yaitu Balanse Madam. Dewasa ini karena seringnya mereka bertemu dalam berbagai peristiwa Balanse, menyebabkan ikatan silaturahmi mereka kian bertambah dekat dan erat. Seperti diungkapkan oleh Utiah Harefa bahwa sudah banyak terjadi berbagai bentuk kekerabatan terbentuk akibat integrasi yang mereka lakukan. Berbagai ben tuk kekerabatan yang terjadi akibat integrasi sosial tersebut adalah seperti persaudaraan angkat (kakak angkat, adik angkat atau orang tua angkat), dan terjadinya kekerabatan akibat hubungan perkawinan. Telah banyak saat ini perkawinan campuran. Menurut Utiah Harefa (Wawancara, 17 Juli 2004) lebih kurang 40% saat ini terjadi kawin campur di daerah Seberang Palinggam antara suku Nias dan Minangkabau.
2.
Tari Balanse Madam dan Menipisnya Konflik Sosial Antara Orang Nias dan Minangkabau Royce (1991: 5) menjelaskan bahwa tan mempunyai lebih dari satu
fungsi, seperti fungsi estetik, fungsi hiburan dan rekreasi, fungsi religi dan ritual serta fungsi ekonomi dan sosial. Keberagaman fungsi atau peranan dari tari dapat dianggap baik sebagai yang terbuka maupun yang tertutup, dan di antaranya masing-masing dapat menyatakan diri. Berbagai fungsi dari tari yang bersifat laten atau manifes dapat digunakan oleh masyarakat pendukungnya. Adakalanya sebagian masyarakat mempergunakan fungsi tari, cenderung tertutup. Seperti contoh tarian yang berfungsi sosial lebih cenderung melakukan fungsi ganda, baik bersifat tertutup maupun terbuka.
Royce mengambil sampel seperti tari yang dilaksanakan oleh orangorang "Toganpala" dalam upacara wisuda dari Sekolah Menengah Khatolik. Pada bagian tertentu tarian ini berfungsi menghonnati para siswa yang sedang wisuda, secara tertutup tarian ini berfungsi sebagai demonstrasi yang khusus dari kalangan minoritas Khatolik. Di mana mereka harus menghadapi kalangan mayoritas "Wezleyen". Seperti halnya juga di Barat, tarian sosial dapat digunakan sebagai rekreasi yang bersifat terbuka, bilamana tarian tersebut merupakan suatu cara untuk menjaring dan menghargai calon-calon teman atau sahabat. Merujuk pada pendapat Royce, bahwa tarian dapat mengambil peran sosial dalam menjembatani maksud-maksud terselubung dari suatu masyarakat pewaris tarian tersebut, terhadap orang-orang yang dianggap berseberangan atau pihak-pihak yang mayoritas, yang berada di sekeliling mereka. Sebab itu, sebagai kalangan minoritas orang Nias perlu mencari jalan keluar dari keterjepitannya dari kalangan mayoritas. Di mana kalangan gab tersebut
mayoritas sudah membuat gab dengan mereka. Dimana
bukanlah untuk merealisasikan dalam bentuk kontak fisik, akan tetapi dalam bentuk hubungan sosial. Menurut Tawanto (Wawancara: 18 Juli 2004) bahwa orang Nias selalu berusaha menarik perhatian atau mengambil Qati orang Minangkabau, agar tidak memandang benci atau hina terhadap orang Nias yang merupakan saudara sewarga di Seberang Palinggam Kota Padang. Berbagai upaya atau pendekatan dilakukan, dimulai dari usaha memasukan sebagian unsur adat Minangkabau dalam tata aturan perkawinan. Tata aturan tersebut adalah membentangkan payung kuning, melilit tiang rumah dengan kain kuning 85
-. -
-- -
f
-
'
- -
-
..
- I--_.
-
--
-
-
- "C;
__
-___
sampai pada acara pelamaran yang dilakukan oleh mempelai laki-laki terhadap perempuan. Pada sisi lain pakaian penganten harus pula bersunting bagi perempuan dan "ber-Roki" bagi laki-laki. Namun usaha tersebut belum ,
mendatangkan hasil. Darwis Loyang menjelaskan (Wawancara: 25 Agustus 2004) bahwa orang Minangkabau akan senang apabila orang Nias masuk atau memeluk agama Islam, apabila memeluk agama lslam orang Minang akan bersedia mengangkat saudara. Namun menurut Darwis selanjutnya, orang Nias dahulu enggan masuk Islam, ha1 ini mungkin disebabkan orang Nias masih suka berdukun dan memelihara serta makan babi. Sedangkan kedua ha1 di atas dilarang oleh agama Islam. Jalan lain yang ditempuh adalah kesenian. Secara tidak sengaja pada awalnya kehadiran kesenian dalam daerah Seberang Palinggam bukan bertujuan untuk menghibur masyarakat di luar etnik Nias. Namun tanpa sengaja kehadiran tari Balanse Madam dan musik Gamad mengundang perha ti an yang serius bagi masyarakat di luar etnik Nias di Daerah Seberang Palinggam waktu itu. Pada akhirnya, sebagai kalangan minoritas orang Nias sadar bahwa saat itu yang kira-kiranya tepat untuk menarik simpati orang Minang adalah kesenian. Kesenian mereka anggap jalan yang terbaik untuk menggiring orang Minang dalam perangkap interaksi dan integrasi. Kesenian mereka anggap adalah jalan tengah dengan tidak merugikan mereka maupun orang Minangkabau. Dengan berkesenian Balanse, dan menyuguhkannya pada masyarakat (termasuk orang Minang) orang Nias tidak perlu pindah agama untuk berinteraksi atau berintegrasi pada masa lalu dengan orang Minangkabau. 86
Sebab itu, orang Nias sebagai kalangan minoritas berusaha untuk dapat bersosialisasi dan '
berintegrasi dengan kalangan masyarakat
Minangkabau yang berada dalam posisi mayoritas. Merujuk'teori ~ o y c e , kehadiran tari Balanse Madam dapat menjadi suatu gagasan untuk penyampaian pesan atau jembatan sosial antar etnik minoritas Nias dan mayoritas Minangkabau. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan Royce bahwa tarian sosial dalam bentuk rekreasi (tan pergaulan) dapat difungsikan untuk menjaring calon sahabat atau teman, maupun untuk memupuk keakraban antar anggota masyarakat. Pada satu sisi, diterimanya tarian Balanse Madam oleh masyarakat Minangkabau adalah karena tarian Balanse masih dianggap relevan dengan norma dan adat istiadat masyarakat Minangkabau. Persoalan i ni senada dengan orang Nias sendiri. Di mana orang Nias menciptakan tari Balanse Madam sebelumnya telah memikirkan kaidah atau norma yang berlaku dalam
masyarakat Minangkabau. Memandang lagi pada teori Royce bahwa tarian yang bersifat sosial cenderung berperan (berfungsi) ganda. Di mana dia dapat memerankan peranan tertutup saja akan tetapi juga dapat melakukan peran terbuka. Namun ada kedua peran mereka lakukan bersama-sama, ha1 ini dapat kita lihat pada tan Balanse Madam. Sebagai peran terbuka tarian Balanse merupakan sebuah kesenian hiburan yang bersifat rekreatif. Akan tetapi sebagai peran tertutup, tari Balanse Madam merupakan media strategi untuk menjinakkan hegemoni
orang Minangkabau. Dengan penyajian tari Balanse Madam strategi yang dilakukan adalah baru bersifat mengumpan mangsa mendekati perangkap.
Setelah mere ka hanyut dan ikut secara langsung terlibat
menari atau
Berbalanse bersama orang penjinakan sudah terjadi. Melihat fenomena dan realitas di atas, dewasa ini sudah jarang ditemui anggapan negatif terhadap orang Nias oleh orang Minangkabau di Seberang Palinggam Kota Padang. Gejala yang lebih positif adalah dengan terjadinya integrasi sosial, yang bermula dari strategi kebudayaan tersebut semakin menipiskan konflik laten antara orang Nias dan Minangkabau di Daerah Seberang Palinggam Kota Padang. Realitas tersebut di atas, seperti halnya pandangan Geertz (dalam Sepriyono, 2002: 28) bahwa konflik dapat diredakan dengan kesenian (kebudayaan), sehingga tercipta integrasi sosial, melalui berbagai corak kesenian integrasi sosial dapat terjalin dengan saling bersinergi, pada gilirannya konflik-konflik sosial dapat ditekan pada level yang sangat rendah. Fenomena tersebut
menciptakan suatu
kesiembangan dalam
berkehidupan antara orang Nias dan Minangkabau dewasa ini di Seberang Palinggam Kota Padang. Dengan semakin diakuinya oleh orang Minang keberadaan tarian Balanse Madam sebagai fokus kebudayaan dan identitas kultural masyarakat Seberang Palinggam, berarti pula orang Minang dewasa ini telah mengakui eksistensi orang Nias di Seberang Palinggam sebagai orang Padang. Kenyataannya dewasa ini sudah hampir tidak ada, dan orang Niaspun sudah banyak beragama Islam dan juga banyak pula yang melakukan perkawinan silang dengan orang Minang. Sebab itu di daerah Seberang Palinggam telah terjadi suatu bentuk integrasi sosial antara orang Nias dan orang Minangkabau.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesirnpulan
Tari Balanse Madam merupakan suatu tarian adat dan warisan budaya bagi masyarakat Nias di Seberang Palinggam. Keberadaan tarian Balanse bermula dari pengaruh kesenian-kesenian Lenso yang dibawa oleh orang Portugis pada awal abad ke-16 di Kota Padang. Dengan dekatnya hubungan (relasi) antara suku bangsa Portugis sebagai pedagang dan orang Nias sebagai buruh pada awal abad ke-16, telah mempengaruhi nilai budaya yang ada pada suku Nias waktu itu. Dengan seringnya bergaul dan mengamati secara langsung pola tarian Lenso (dansa) yang ditampilkan oleh orang Portugis, menimbulkan pula kebiasaan tersebut bagi orang Nias dalam bentuk adaptasi. Di mana sebelumnya suku Nias memiliki tarian yang hampir sama polanya dengan Lenso, yaitu tarian Molaya dan Hiwo. Setelah melalui proses adaptasi, maka terbentuklah tarian Balanse Madam dengan pola memainkan (menarikan) yang hampir sama dengan Lenso, begitu juga dengan suasana atau bentuk substansi dari peristiwanya, yaitu pesta pergaulan antar keluarga. Pada perkembangan selanjutnya tarian Balanse Madam disepakati oleh para pemuka adat dan masyarakat, untuk dijadikan tarian adat, sekaligus sebagai identitas kultural orang Nias yang telah menjadi orang Padang masa itu (abad ke-16). Dari segi noma dan kesantunan menari beradaptasi dengan adat istiadat orang Minangkabau, sementara dari segi gerak beradaptasi dengan tarian Lenso (terja'dinya kolaborasi Hiwo dan Molaya dengan Lenso). Ada beberapa aturan secara adat dalam tarian 89
Balanse Madam yaitu: (1) penarinya harus berstatus kebagai istri dan suami, (2) tidak terdapat ikatan keluarga antar penari (seperti seorang suami menari
dengan ipamya yang telah menjadi istri orang), (3) harus seizin keluarga (baik suami maupun istri) dan kepala kampung atau penghulu adat, dan (4) tidak dibenarkan tejadinya persentuhan langsung antara jari-jemari atau telapak tangan antar penari, untuk penggantinya dialasi oleh secarik saputangan. Saputanganlah yang harus dipegang oleh kedua penari (pasangan penari). Bagi orang Nias pada akhir abad ke-16 tarian Balanse Madam bukan saja sebagai identitas kulturalnya, atau sebagai simbol dari persatuan antara marga-marga atau sub suku yang ada di Padang, namun tarian Balanse juga secara
terselubung
difungsikan sebagai jembatan
interaksi antara
masyarakat Nias dan penduduk pribumi (Minangkabau) sebagai warga masyoritas. Strategi tersebut seperti ungkapan Royce (1991: 5) bahwa tarian yang bersifat sosial dapat difungsikan atau mengambil peran baik sebagai media hiburan yang rekreaktif ataupun sebagai media pergaulan antar individu maupun kelompok. Pada ungkapannya yang lain bahwa tarian sosial dapat bersifat terbuka maupun tertutup (terselubung). Dengan merujuk pemyataan Royce orang Nias menggunakan tari Balanse Madam diperankan sebagai hiburan yang rekreaktif, di sisi lain tarian tersebut memiliki maksud-maksud terselubung. Adapun maksud yang terselubung adalah, bagaimana agar orang Minang dapat bergaul atau berinteraksi dengan orang Nias. Strategi ini dilakukan karena orang Minang membentangkan gab dengan orang Nias dalam hubungan sosial.
Adanya
strategi
yang
terselubung
dari
orang
Nias
untuk
memperangkap orang Minang dalam suatu event kesenian, yaitu tari Balanse
Madam dilakukan secara bertahap. Mulai dari tahap menarik simpati, dimana orang Minang tanpa diundang datang berkerumun menyaksikan tarian
Balanse, selanjutnya tahap interaksi, terjadi komunikasi dan dalam komunikasi tampak jelas keinginan orang Minang untuk dilibatkan dalam peristiwa tersebut, kemudian baru disebut dengan mangsa termakan umpan (terperangkap), dimana orang Minangkabau secara berangsur-angsur terintegral dalam peristiwa budaya yang dilakukan oleh orang Nias, dengan mengambil posisi sebagai penari bahkan pemusik. Berintegrasinya orang Minangkabau dengan orang Nias, pada gilirannya menipiskan hegemoni orang Minangkabau, dan anggapan yang negatif terhadap orang Nias lama-kelamaan sudah mulai meredup dalam hubungan sosial antara orang Nias dan Minangkabau. Fenomena tersebut merupakan sebuah Minangkabau dewasa ini di daerah Seberang Palinggam Kota Padang. Melalui adanya
sebuah
aktivitas
kesenian Balanse
Madam,
berdampak terhadap jalinan relasi sosial dan integrasi sosial antara orang Nias dan Minangkabau. Tari Balanse bukan hanya ber peran sebagai media hiburan rekreaktif akan tetapi dia dapat diperankan sebagai alat integrasi sosial. Di samping itu kesenian Balanse melalui aktivitas kesemuanya dapat mempersatukan warga keturunan dan pribumi di Seberang Palinggam dalam suatu peristiwa Berbalanse. Adanya peningkatan atmosfir Berbalanse, berdampak juga semakin berintegralnya orang Nias dan Minangkabau di Seberang Palinggam.
B. Saran
. Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah dikemukakan, maka oleh sebab itu peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Diharapkan khasanah tari Balanse Madam yang telah menjadi warisan
budaya dan identitas kultural masyarakat Nias di Kota Padang, untuk tetap dipertahan, dipelihara dan disebar luaskan. Dengan tujuan agar generasi muda Nias yang ada di Seberang Palinggam sekarang, untuk tidak kehilangan nilai-nilai dan budaya leluhurnya. 2.
Diharapkan masyarakat Seberang Palinggam yang terdiri dari suku Minangkabau dan suku Nias, selalu memupuk tali persaudaraan, terutama bekerjasama dalam mengeksiskan tari Balanse Madam sebagai fokus kebudayaan warga Seberang Palinggam Kota Padang.
3.
Diharapkan masyarakat Nias dapat selalu berintegrasi dengan orang Minangkabau di Seberang Palinggarn, apalagi orang Minang telah mengakui eksistensi si orang Nias dewasa ini, ha1 ini dimulai dengan adanya aktivitas kesenian Balanse.
4.
Diharapkan melalui kinerja dan strategi orang Nias dalam rnenggalang persatuan dan kesatuan, -yang memanfaatkan unsur budaya, yaitu kesenian sebagai media integrasi sosial perlu untuk ditauladani. Di mana orang Nias bukan melakukan suatu perlawanan dalam bentuk fisik, akan tetapi mencari straegi lain yang bermuara pada pendekatan (integrasi) bukan perlawanan.
5.
Diharapkan kinerja ya ng telah dirintis oleh suku Nias dalam rnenggalang perastuan dn kesatuan, serta bagaimana strategi beradaptasi dan menghilangkan berbagai anggapan negatif pada dirinya, untuk dijadikan sebagai model dalam menghadapi persoalan di daerah konflik.
6.
Diharapkan melalui hasil penelitian ini kita dapat memetik hikmahnya, dimana tidak perlu melawan atau menundakan orang lain dengan kekerasan atau benturan, tetapi cukup dengan jalan kebudayaan atau kesenian. Untuk itu musuh bukan berarti harus dihindari, tetapi perlu didekati, sehingga dapat menciptakan suatu keharmonisan dan integrasi yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bogdan, Robert C, dan Biklen. 1982. ,Qualitatif Research for Education Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Coomans, Mikhail. 1987. Manusia Daya. Jakarta: PT. Gramedia. Erwanto. 1998. Balance Madam Pada Masyarakat Nias; Studi Kasud di Seberang Palinggam Kecamatan Padang Selatan. Padang: Sendratask FPBS IKlP Padang. Geertz, Clifford (terjemahan F.B. Hardiman). 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. Gulo, Anatona. 1995. Adaptasi Masyarakat Nias di Kota Padang: Suatu Tinjauan dari Segi Bahasa. Padang: LEMLIT Universitas Andalas.
. 1997. Sejarah dan Perkembangan Kesenian Tradisional Balanse Madam. Padang: LEMLIT UNAND. Harefa, Orbavianus. 1995. Kehidupan Pemuda Nias di Kota Padang dan Implikasinya. Padang: IKMNP. Harefa, Nofirman. 1998. Musik Pengiring Balanse Madam: Suatu Tinjauan Bentuk Penyajian dan Musikologis. Padang: FPBS IKlP Padang. Hertina. 2001. Peranan Ninik Mamak Terhadap Anak Kemenakan di Limo Koto Kampar. Padang: PPS UNP. Ihromi, T.O. 1996. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Jakarta.
J. Daeng, Hans. 2000. Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Johnson, Doyle Paul. 1981. Sosiological Theory Classical Founders and Contemporary Perspectives. Florida: John Wiley and Sons, Inc. Kahmad, Dadang. 2000. Sosiologi Agama. Bandung: Rosda. Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan. K. Garna, Judistira. 1996. Ilmu-ilmu Sosial, Dasar-Konsep-Posisi. Bandung: PPS UNPAD.
K. Langer, Suzanne. 1998.Problem of Art. New York: New York Pubsliher Inc New York. Koentjaraningrat. 1987.Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press. . 1 990.Sejarah Teori Antropologi 11. Jakarta: U I Press. . 1990.Lima Masalah lntegrasi Nasional. Jakarta: LP3ES.
. 1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat. Laner, Robert. H. 1989. (Terjemahan Alimandan). Perspektif tentang Perubahan ~ o s i a iJakarta: . Bina Aksara. Lubis, Muktar. 1985. Transformasi Budaya untuk Masa Depan. Jakarta: Inti Idayu. M. Hawkins, Alma. 1990.Creating Through Dance. Los Angeles: University of California. Manan, Imran. 1989. Dasardasar Sosial Budaya Pendidikan. Jakarta: Depdikbud: Dikti.
. 1995. Birokrasi Modem dan Otoritas Tradisional di Minangkabau.
Mariati. 2000. Peranan Bako Tehadap Anak Pisang dalam Konteks Perubahan Sosial. Padang: PPS UNP. Martin, John. 1963.The Modern Dance. New York: Horizon. Masinambow, E.K.M. (ed). 1997. Koenfjaraningrat dan Antropologi di Indonesia. Jakarta: Asosiasi Antropologi Indonesia Bekerjasama dengan Yayasan Obor Indonesia. Meri, La. 1 986. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari Terjemahan, Soedarsono. Yogyakarta: Laga Ligo. Moleong, Lezy. J. 1989. Metode Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Karya. Muhajir, Noeng. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif Yogyakarta: Rake Sarasin. Parani, Yulianti. 1983.Tan Pendidikan. Jakarta: LPKJ.
Pelly, Usman & Asih Menanti. 1994. Teori-teori Sosial Budaya. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Pendidikan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Royce, Anya Peterson. 1981. Dance Antrhopology. Indiana: Indiana Univercity Press. Hanapiah, Faisal. 1 990. Penelitian Kualitatif Dasardasar dan Aplikasi. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh Malang. Sedyawati, Edi. 1984. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan. Sedyawati, Edi. 1 986. Pengetahuan Elementer Tari Jakarta: Direktorat Kesenian Depdikbud.
-
Sepriyono. 2002."Umat Islam dan Kristen Katolik: Konflik dan lntegrasi (Studi Pola Hubungan Sosial Keagamaan Masyarakat Kel. Rawang Kecamatan Padang Selatan)" Tesis PPS UNP. Siregar, Miko. 1996. Tindak Ritual dan Konteks Kepanwisataan dalam Pertunjukan Tabut di Pariaman. Padang: FPBS IKlP Padang. Smith, Jacqualine. 1985.Dance Composition. London: Lepus Book. Soedarsono. 1986. Pengetahuan Komposisi Tari, dalam FX. Sotopo Coktrohamijoyo, et. all., ed. Pengetahuan . Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari Jakarta: Direktorat Kesenian, Proyek Pengembangan Kesenian, Depdikbud. Soedarsono. 1984.Pengetahuan Tan. Jakarta: Yogyakarta: ISI. Soedarsono. 1977. Tan-tarian Indonesia I. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Budaya, Dirjen Kebudayaan Depdikbud. Soenarto. 1989.Wawasan Seni. Yogyakarta: FPBS IKlP Yogyakarta. Spradley, James. 1997.Metode Etnografi Yogyakarta: Tiara Wacana. Sulastri. 1998. Eksistensi Tan Balanse Madam di Tengah Masyarakat Pendukungnya. Padang: FPBS IKlP Padang. Suparlan, Parsudi. 1999. "Konflik Sosial dan Alternatif Pemecahannya". Antropologi lndonesia Vol. XXlll No. 58. Syarif, Mustika. 1981. Tari Tradisional Minangkabau. Padang: Bidang Kesenian, Kanwil Dikbud Sumbar.
Wahyuni, Wahida. 1992. Komposisi Tan Balanse Madam. Padang Panjang: ASK1 Padang Panjang. Widaryanto, Fransiscus. 1993. Evolusi Sninpi Renggowati. Surakarta: MSPI.
1. Tawanto Lawolo (umur 49 tahun) Pimpinan Kelompok Balanse 2.
Toku Laoli (umur 64 tahun) Pelatih Tari sekaligus Penari
3.
Buyu Kete Hura (umur 71 tahun) Penari
4.
Kres Zalukhu (umur 52 tahun) Penari
5.
Nichamo Daeli (umur 40 tahun) Penari dan Pengamat
6.
Ensirim Zebua (umur 57 tahun) sebagai Pemegang Snar Drum
7.
Kabarudin Utik Harefa (umur 50 tahun) Pemusik dan Penari
8.
Darwis Loyang (umur 68 tahun) Penari dan Pemusik, Pemuka Masyarakat
9.
Siciak Gading-Gading (umur 68 tahun) Pelatih dan Komander
10. Mak Utiah (umur 65 tahun) Pemusik dan Penari 11. S. Daeli (umur 55 tahun) Pemuka Masyarakat 12. Sokhi Dawolo (umur 65 tahun) Pemuka Masyarakat dan Pemusik
13. Erniwati Taher (umur 47 tahun) Seniman Tari. 14. Mansyurdin (umur 50 tahun) Anggota Masyarakat. 15. Marah Alam Hulu (umur 46 tahun) Anggota Masyarakat. 16. Fendi (umur 38 tahun) Anggota Masyarakat. 17. Fahmi (umur 65 tahun) Anggota Masyarakat.
Foto: Dokumentasi lndra Y (Diambil saat Pertunjukkan)
Foto: Dokwnentasi !r,d:a Y (Diambil saat Pertunjukkan)
Foto: Dokumentasi lndra Y (Diambil saat Pertunjukkan)
Foto: Dokumentasi lndra Y (Diambil saat Pertunjukkan)
Foto: Dokumentasi lndra Y (Diambil saat Pertunjukkan)
1. Nama ~ e n ~ dan k a~ ~e l a r : Indrayuda, S.Pd., M.Pd. Tempangl. Lahir
: Indarung; 17 Juni 1964
GolonganINIP
: 111 bl132146708
PangkatjJabatan
: Penata Muda Tk. IIAssisten Ahli
Pendidikan (dari Diploma ke atas)
:
-
Diploma Ill IKlP Padang 1989
- Sarjana Tari IKlP Yogyakarta '1993
-
Magister
.
Pendidikan
Konsentrasi
Antropologi UNP 2002
2. Pengalaman Karya llmiah Tinjauan Koreografis Tari Piring Koto Anau Sebagai Tan Tradisi di Sumatera Barat 1993 (Penelitian). Tari Piring Koto Anau dan Peranannya dalam Masyarakat Koto Anan 1993 (Penelitian). Tari Balanse Madam Pada Masyarakat Nias Seberang Palinggam
Mensiasati Gerak Sebagai Perilaku Ritual (Artikel) 1996. Tari Indonesia dalam Transisi (Artikel) 1997 Tari Kreasi di lndonesia (Artikel) 1998. Pendekatan Antropologis Pada Pembelajaran Sejarah dan Analisis Tari (Artikel) 2002. Randai Sebagai Media Pendidikan (Artikel) 2002. Peranan Kritik Seni dalam PerkemSangan Dunia Kesenian (btrtikel)
j.
1
Tari Balanse Sebagai ldentitas Kultural Orang Nias di Kota Padang (Artikel) 2002.
k. Makna Smbolis Tari ~ a l a n s e Madam 'Pada Masyarakat Nias (Penelitian) 2002.
I.
Dampak Perilaku Seniman Kosmopolitan (Artikel) 2003.
m. Randai dan Problematika Pewarisan (Penelitian) 2003.