Wasino, Konsep dan Integrasi Ilmu-Ilmu Sosial dalam IPS 1
KONSEP DAN INTEGRASI ILMU-ILMU SOSIAL DALAM IPS Wasino Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang
Abstract: Allienation between Social studies in Indonesia nowadays caused by inconspicuous subject than other subjects. There are many factors that social studies became pathetic, such as society imaging about social studies, social studies subjects allocation among the schools, teachers performance and confidence, unavailable teacher for integrated social studies subject in junior high scholls and confused content standardization. Social studies need improvement towards better quality. In fact, Social studies in Indonesia influence by America’s that given integrated pespective for social studies. Should be, Indonesia applying integrated social studies in school. There are two models to integrate social studies, Social Phenomenon and topics from the subject depends on the points of view. Integrated learning for Social studies education is needed in University as best sollution into this problems nowadays. Keywords: Social Studies, Improvement, Integrated Social Studies, Integrated Learning
A. Pendahuluan Selama ini, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dipandang tidak menarik, akibatnya banyak siswa sekolah menengah tidak tertarik belajar IPS. Beberapa indikator yang membuktikan kebenaran itu adalah kurang baiknya nilai IPS, belum dimasukkannya materi IPS dalan ujian nasional, terpinggirkannya program IPS di Sekolah Menengah Atas, dan pandangan yang lebih rendah terhadap program-program studi IPS di Perguruan Tinggi dibandingkan IPA. Wasino (2009) menunjukkan bahwa terpinggirkannya pelajaran IPS di sekolah disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah faktor image yang terbentuk dalam masyarakat, termasuk para orang tua dan peserta didik yang memandang pelajaran IPS sebagai pelajaran yang kurang penting karena pelajaran hafalan. Kedua, alokasi jam IPS yang tidak menguntungkan, di SMP hanya ada 4 jam yang terbagi dalam 4 kajian, yaitu Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan Sosiologi. Pelajaran IPS umumya ditempatkan pada sisa-sisa waktu setelah jam pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, IPA, dan bahkan Bahasa Indonesia. Akibatnya
banyak jam IPS yang dituangkan pada siang hari, ketika siswa sudah merasa lelah mengikuti proses belajar mengajar. Faktor ketiga adalah performance dan tingkat kepercayaan diri guru IPS. Di sejumlah sekolah, mata pelajaran diampu oleh guru yang berlatar belakang Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, dan bahkan Olah Raga, sementara itu pada sekolah-sekolah yang memiliki guru IPS dengan latar belakang pendidikan IPS (Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi) banyak yang menerima beban mengajar terlalu banyak sehingga sudah merasa kewalahan jika hendak berdiri di depan kelas. Faktor keempat, khusus di Sekolah Menengah Pertama belum ada guru IPS terpadu (terintegrasi) yang secara formal menguasai pembelajaran IPS terintegrasi. Akibatnya, banyak guru yang secara kurang profesional harus mengajar materi IPS yang kurang mereka dalami. Kelima, Standar isi yang membingungkan, terutama pada tingkat Menengah Pertama, pada bagian naskah akademik dijelaskan bahwa IPS diajarkan secara terpadu, tetapi standar isi yang tersedia tidak
2 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketiga, Nomor 1, Juni 2010 disusun secara terpadu. Akibatnya guru mengalami kesulitan dalam proses pembelajarannya. Hal ini berakibat IPS munculnya salah tafsir dalam menjabarkan Standar Isi dalam pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama. Berdasarkan sejumlah alasan tersebut perlu pembenahan terhadap pembelajaran IPS di Indonesia. Pembenahan harus dimulai dari perguruan tinggi yang mengembangkan program-program studi pendidikan IPS. Pem-benahan bisa dilakukan mulai dari pembumian IPS, reorientasi pendidikan IPS, mempengaruhi pengambil kebijakan pendidikan, hingga perbaikan model-model pembelajaran IPS. Tulisan ini sebagai bagian masukan untuk pembenahan itu dengan fokus pada reorientasi pendidikan IPS dengan fokus pada epistimologi IPS dan model integrasi konsep-konsep ilmu sosial dalam kajian IPS. B.
Pendidikan IPS 1. Karakteristik IPS IPS di Indonesia sesungguhnya mengadopsi konsep Social Studies (studi sosial) yang banyak dikembangkan oleh negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat. Studi Sosial didefinisikan sebagai berikut: “Social studies is a term used to describe the broad study of the various fields which involve past and current human behavior and interactions. Rather than focus on any one topic in depth, social studies provides a broad overview of human
society past and present. Examples of subjects typically covered in social studies include: history, economics, geography, government, culture, psychology, sociology and other social science.” (Wikipedia). Berdasarkan konsep itu, maka Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu social seperti: Sosiologi,Sejarah,Geografi,Ekonomi, Politik, Hukum, dan Budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang Ilmu-ilmu Sosial. Ilmu sosial digunakan untuk membedah persoalanpersoalan sosial secara intedisipliner. Dengan cara itu, maka karakteristik yang muncul bukan ditelaah secara parsial tetapi secara integral. IPS di Indonesia sesungguhnya dipengaruhi oleh kajian studi sosial dari Amerika Serikat. IPS merupakan kajian masyarakat yang disajikan secara integral, sebagai kajian integral maka wajah bidang ilmu tidak terlihat secara jelas. Yang menonjol adalah bidang kajiannya. IPS seyogyanya diajarkan secara tematik dengan mencerminkan aspek-aspek keilmuan tersebut. Di kalangan pengembang IPS di Amerika Serikat telah dirumuskan standar-standar tematik yang dapat dikembangkan sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini:
Wasino, Konsep dan Integrasi Ilmu-Ilmu Sosial dalam IPS 3
Tabel 1.1 Standar Tematik IPS
Standar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Standard tematik dan disiplin induk Nama Standar Disiplin induk kebudayaan Antropologi budaya Waktu, keberlangsungan, dan perubahan Sejarah Orang, tempat, dan lingkungan Geografi Perkembangan individu Psikologi Individu, kelompok, dan lembaga Sosiologi Kekuasaan, wewenang, dan pemerintahan Pemerintahan/Civics Produksi, distribusi, dan konsumsi Ekonomi Sains, teknologi, dan masyarakat Interdisipliner Hubungan global Interdisipliner Pemikiran dan Praktek Kewarganegaraan Kewarganegaraan
Begitu kompleksnya kajian ajarkan konsep yang lebih luas dan IPS, ada konsentrasi kajian yang kompleks. dikatakan sebagai perspektif. Tiap Kurikulum IPS di dunia Barat, perspektif dalam kajian IPS meterutama di Amerika Serikat dinuntut pengembangan konsep yang kembangkan berdasarkan strand, berbeda-beda. Demikian pula tiap standard isi dan benchmark tertentu standard dasar juga memiliki konsep sebagai dasar pengembangan kuridasar yang dikembangkannya. Pada kulumnya. Di bawah ini akan ditingkatan pendidikan yang lebih berikan contoh tentang pengembangrendah konsep-konsep IPS nya jauh an IPS menurut strand dan lebih sederhana. Sementara itu pada benchmark pendidikan yang lebih tinggi di Tabel 1.2 Strand, Standard Isi, dan Benchmark IPS Strand Geographic Perspective
Content Standard All students will describe, compare, and explain the locations and characteristics of places, cultures, and settlements.
Civic perspective
Students will identify the purposes of national, state, and local governments in the United States, describe how citizens organize governments to accomplish their purposes, and assess their effectiveness
Public Discourse and Decision Making perspective
All students will state an issue clearly as a question of public policy, trace the origins of the issue, analyze various perspectives people bring to the issue and evaluate possible ways to resolve the issue. All students will sequence chronologically the
Historical Perspective
Benchmark Describe how major world issues and events affect various people, societies, places, and cultures in different ways. Distinguish among local state and national government in the United Sates and describe the roles of government institutions at all three levels. Generate possible alternative resolutions to public issues and evaluate them using criteria they have identified. Describe major factors that characterize the following
4 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketiga, Nomor 1, Juni 2010
Economic Perspective
Inquiry
Citizen Involvement
following eras of American history and key events within these eras in order to examine relationships and to explain cause and effect: The Meeting of Three Worlds (beginnings to 1620); Colonization and Settlement (1585-1763); Revolution and the new Nation (1754-1815); Expansion and Reform (1801- 1861); Civil War and Reconstruction (1850-1877); The Development of the Industrial United States The Emergence of Modern America (1890-1930), The Great Depression and World War II (1929-1945), Post War United States (1945-1970), and Contemporary United States (1968-present). All students will describe and demonstrate how the economic forces of scarcity and choice affect the management of personal financial resources, shape consumer decisions regarding purchase, use, and disposal of goods and services and affect the economic well-being of individuals and society. All students will acquire information from books, maps, newspapers, data sets and other sources, organize and present the information in maps, graphs, charts and timelines, interpret the meaning and significance of information, and use a variety of electronic technologies to assist in accessing and managing information. All students will consider the effects of an individual's actions on other people, how one acts in accordance with the rule of law, and how one acts in a virtuous and ethically responsible way as a member of society.
2. IPS di Indonesia Di Indonesia, pembelajaran IPS terjadi tarik menarik antara social studies dengan social sciences. Tarik menarik sudah diawali pada produsen guru dan diakhiri dengan pembelajaran IPS di sekolah. Tarik- menarik itu juga
eras in United States history: The Development of the Industrial United States (1870-1900); The Emergence of Modern America (1890-1930); The Great Depression and World War II (19291945); Post War United States (1945-1970); and Contemporary United States (1968-present).
Design a strategy for earning, spending, saving, and investing their resources.
Locate and interpret information about natural environments and cultures of countries using a variety of primary and secondary sources and electronic technologies, including computers and telecommunications where appropriate. Act out of respect for the rule of law and hold others accountable to the same standard.
disebabkan kebijakan pemerintah, c.q Departemen Pendidikan Nasional yang tidak jelas menentukan arah dari pendidikan IPS itu sendiri. Jika yang akan dianut adalah social studies (education), maka harus ada S-1 jurusan atau prodi IPS yang
Wasino, Konsep dan Integrasi Ilmu-Ilmu Sosial dalam IPS 5
secara khusus mengembangkan bidang IPS (terpadu). Jurusan atau program ini dikembangkan dengan mengacu pada kurikulum - kurikulum social studies yang sudah berkembang pesat. Pengembangan prodi itu tampaknya harus mengalami ham-batan serius karena lulusannya hanya dapat mengajar di Sekolah Menengah Pertama. Di Sekolah Dasar yang berhak mengajar adalah lulusan S-1 PGSD yang kurang secara khusus mengkaji IPS. Demikian pula untuk sekolah menengah atas lulusan yang dibutuhkan adalah guru bidang studi sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, PKN, dan Geografi. Kebijakan pengajaran IPS di Indonesia memang dibedakan antara tingkatan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Kebijakan itu tampaknya sudah berlangsung puluhan tahun yang lalu dan mulai terlihat pada masa reformasi. IPS terintegrasi (IPS terpadu) memang merupakan sesuatu yang ideal dalam pembelajaran IPS. IPS tematik merupakan model pembelajaran yang relevan dengan karakteristik pendidikan IPS. Dalam IPS tematik, materi pelajaran IPS dibagi ke dalam tematema sesuai dengan jenjang pendidikan siswa yang disesuaikan dengan kemampuan rata-rata siswa pada usia tertentu. Tema dikembangkan dari persoalan-persoalan yang ada di lingkungan sekitar siswa (kontekstual) hingga tema-tema yang lebih luas pada belahan dunia lain. Suatu tema yang dikembangkan dapat didekati dengan berbagai disiplin ilmu sosial yang relevan. Contoh tema “tata ruang dan kehidupan masyaraktnya”. Tema tersebut dapat dijelaskan pertama kali dengan perspektif geografi karena ilmu
ini yang lebih dekat dalam menjelaskan tentang “ruang”. Penjelasan terhadap ruang tidak berhenti secara sinkronis (dalam satu masa sekarang), tetapi dapat diakronis (menyilang waktu). Penjelasan diakronis tentu harus menggunakan perspektif sejarah. Pertanyaan yang muncul secara sederhana adalah bagaimana tata ruang Semarang pada saat ini, 10 tahun yang lalu, 100 tahun yang lalu, 300 tahun yang lalu, dan seterusnya. Tata ruang pasti terkait dengan orang yang hidup diruang tersebut. Bagaimana masyarakat membangun hidup bersama, bagaimana tatanan sosialnya, apakah terjadi konflik sosial, bagaimana strategi akomodasinya, merupakan bidang yang menjadi bagian kajian Sosiologi. Harus disadari bahwa masyarakat tersebut memiliki aturan yang mengikat bersama, norma yang mereka taati yang berarti akan masuk konsep-konsep etika, hukum (yang diakomodasi dalam pendidikan kewarganegaraan). Di Sekolah Menengah Pertama, secara substansial pembelajaran IPS tidak lagi terintegrasi, meskipun dalam naskah akademiknya menggunakan istilah terpadu. Konsep yang dikembangkan, maksimal adalah korelasi, saling berhubungan di antara mata pelajaran yang ada, Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan Sosiologi. Sementara itu mata pelajaran Kewarganegaraan diajarkan tersendiri terpisah dari IPS lainnya. Konsep korelasi tercermin dalam penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Standar Isi Kurikulum IPS 2006. Standar isi tersebut merupakan standard isi yang paling buruk dalam sepanjang sejarah kurikulum IPS di Indonesia. Filosofi dasarnya tidak jelas, apakah akan
6 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketiga, Nomor 1, Juni 2010 menggunakan penggabungan konsepkonsep bidang studi atau akan mengembangkan strand-strand tertentu, juga tidak jelas. Jika berangkat dari strand berbasis bidang sudi, maka harus ada filosofi yang jelas, misalnya sebagai dasar adalah ruang (Geografi), yang berlangsung menurut waktu (Sejarah), di dalamnya ada masyarakat manusia yang hidup bekejasama (Sosiologi), dan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya (Ekonomi). Oleh karena ketidak-jelasan dari filosofi dalam pengembangan IPS pada SMP yang dikatakan korelasi itu, banyak guru IPS di Sekolah Menengah Pertama mengalami kebingungan dalam pembelajarannya. Ditambah lagi mereka memiliki latar belakang bukan guru IPS, tetapi guru bidang studi yang sebelumnya kurang banyak bersentuhan dengan IPS terintegrasi. Di Sekolah Menengah Atas konsep IPS sangat berlainan. Di sana IPS dikembangkan secara terpisah dan diajarkan secara monodisiplin. Berdasarkan kenyataan itu dapat dikatakan bahwa yang diajarkan di SMA adalah ilmu-ilmu sosial, meskipun secara epistemologis kompetensi IPS harus berkelanjutan dari SD hingga SLTA. C. Konsep Ilmu Sosial dan Pengintegrasiannya dalam IPS Pembelajaran IPS bukan berangkat dari tradisi keilmuan sosial. Akan tetapi berangkat dari fenomena sosial yang kemudian dipecahkan menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial. Dengan kata lain pelajaran IPS tidak mengajarkan disiplin ilmu-ilmu sosial. Sehubungan dengan hal itu maka guru IPS harus memperoleh konsepkonsep dasar ilmu sosial. Harus disadari bahwa konsep-konsep ilmu sosial itu sangat banyak. Demikian pula cakupan konsep juga sangat luas. Untuk itu,
diperlukan pemilihan konsep yang relevan dengan fenomena sosial yang hendak dikaji dan dikembangkan dalam pembelajaran IPS. Konsep-konsep yang digunakan dalam kajian fenomena sosial dapat berangkat dari konsep-konsep besar dalam ilmu-ilmu sosial. Konsep-konsep besar itu digunakan sebagai frame of reference untuk memahami fenomena sosial yang dikaji dalam pembelajaran IPS. Konsep-konsep itu berupa space dari Geografi, time dari Sejarah, society dari Sosiologi, culture dari Antropologi, economic activity dari Ekonomi, dan citizenship dari PKN atau Civics. Masing-masing disiplin memiliki konsep yang lebih spesifik yang pada jenjang pendidikan lebih tinggi dapat digunakan secara spesifik pula untuk memahami fenomena sosial yang ada dalam masyarakat. Ada beberapa model yang dapat dikembangkan untuk mengintegrasikan konsep-konsep ilmu sosial dalam IPS . Bisa berangkat dari fenomena sosial dan bisa berangkat dari pokok bahasan yang ada dalam mata pelajaran. Kajian itu bisa dalam bentuk tematik atau topik, potensi utama, dan problem-problem sosial. Kajian tematik atau topik dimaksudkan bahwa dalam integrasi ilmu-ilmu sosial diikat oleh sebuah topik tertentu. Dari topik yang dipilih tersebut kemudian dilihat aspek bentang alamnya, sejarahnya, tatanan sosialnya, nilai budaya yang dianut, norma yang mengikat, dan sebagainya. Dalam hal ini seorang pengajar IPS harus memulainya dari tema-tema tertentu sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir siswa. Tema-tema itu kemudian dianalisis dengan konsep dan teori yang berasal dari ilmu-ilmu sosial. Di Sekolah Dasar pada kelas II, misalnya diajarkan sebuah tema tentang “keluarga”. Tema keluarga ini dimunculkan dari standar kompetensi (1) Memahami peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis dan, (2) Memahami kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan
Wasino, Konsep dan Integrasi Ilmu-Ilmu Sosial dalam IPS 7
lingkungan tetangga. Ketika mengkaji tentang “keluarga”, maka muncul konsep Geografi tentang “space” atau ruang, karena di sana pasti berbicara tentang alamat tempat tinggal sebuah keluarga tersebut. Dalam kajian terhadap keluarga tersebut siswa juga diajak menganalisis tentang susunan anggota keluarga yang berarti menggunakan konsep Sosiologi karena anak dikenalkan konsep komunitas dan stratifikasi sosial. Anak juga diajak mengenal silsilah hingga beberapa generasi. Dalam silsilah anak diajak berpikir tentang waktu atau zaman yang berbeda antara zaman siwa berada dengan zaman orang tua masih muda dan kakek neneknya. Dalam kajian ini anak juga diajak untuk memahami waktu yang berbeda. Demikian pula guru memasukkan aspek nilai budaya yang mengikat dalam keluarga itu, misalnya dalam keluarga Jawa mereka dapat memasukkan nilai-nilai budaya Jawa yang mengatur hubungan antara anak dan orang tua. Sekaligus dalam hal ini guru dapat memasukkan nilai budi pekerti dan jati diri bangsa kepada siswanya. Integrasi konsep dan teori ilmu sosial dalam IPS dengan menggunakan potensi utama dimaksudkan bahwa guru mengambil bahan ajar potensi utama di daerahnya. Potensi utama dapat berupa keunikan lingkungan alam, lingkungan wisata, potensi budaya dan lain sebagainya. Kota Malang, misalnya terkenal dengan potensi utamanya “Pariwisata”. Kajian Pariwisata Kota Malang dapat dilakukan dengan melihat aspek geografinya, sejarahnya, sistem sosialnya, jaringan ekonominya, dan nilai budayanya. Kajian tentang kota Malang dapat dilakukan dalam pembelajaran IPS kelas IV di Sekolah Dasar. Terdapat standar kompetensi “Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi”. Dari standar kompetensi tersebut terdapat sejumlah kompetensi dasar, yaitu: 1. Membaca peta lingkungan setempat
2.
3.
4.
5.
6.
(kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi) Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya.
Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut, guru IPS SD dapat mengintegrasikan konsep-konsep ilmu sosial dalam materi dan model pembelajarannya. Guru IPS dapat memulai dengan mengupas tentang lingkungan geografi Malang, lingkungan administrasi dan lingkungan budaya. Setelah itu guru dapat menjelaskan sejarah Kota Malang mulai dari zaman klasik, penjajahan, hingga kemerdekaan. Guru dapat juga menjelaskan tatanan sosial masyakarat Malang yang ada di desa, ataupun Kota, termasuk di lingkungan tempat-tempat wisata. Demikian pula guru dapat menjelaskan tentang perubahan sosial yang terjadi dalam tata nilai kebudayaan masyarakat yang kini dikenal sebagai Kota Malang tersebut. Integrasi berdasarkan problema sosial dimaksudkan bahwa guru IPS yang mengajarkan IPS berangkat dari persoalanperosalan sosial yang ada pada lingkungannya, baik lingkungan lokal, nasional, maupun global. Problema sosial itu misalnya masalah kenakalan remaja, bencana alam, kerusakan
8 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketiga, Nomor 1, Juni 2010 lingkungan, hilangnya aset-aset kebudayaan, dan sebagainya. Berdasarkan problema sosial yang dipilih, kemudian guru IPS mengkaji dari aspek spasialnya, temporalnya, tatanan sosial, tatanan nilai, dan sebaganya. Melalui cara demikian maka siswa diajak untuk ikut berinisiatif dan berpikir kritis dalan memecahkan problema-problema sosial tersebut. Problem kependudukan merupakan hal yang bisa dijadikan bahan menarik untuk pembelajaran IPS. Pada kelas VIII semester 1 (SMP) terdapat standar kompetensi: Memahami permasalahan sosial berkaitan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Standar kompetensi ini terbagi ke dalam sejumlah kompetnsi dasar, yaitu: 1. Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk 2. Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya 3. Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan 4. Mendeskripsikan permasalahan kependudukan dan dampaknya terhadap pembangunan. Guru IPS dapat membongkar standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut ke dalam sebuah tema yang dikaji secara integratif. Problema kependudukan pada dasarnya menjadi kajian utama bidang ilmu demografi yang di SMP dikelompokkan dalam geografi. Dalam hal ini siswa dapat memahami peta persebaran penduduk, termasuk tingkat kepadatan penduduk di Indonesia. Dari data tersebut terlihat adanya ketimpangan penduduk antara penduduk Jawa dengan pulau-pulau lain. Guru kemudian dengan menggunakan konsep ”waktu” mengupas tentang sejarah kependudukan di Indonesia, sehingga terlihat betapa dalam fase-fase tertentu terjadi
pertumbuhan penduduk di Indonesia. Penduduk Jawa yang pada tahun 1815 hanya sekitar 5.000.000 sekarang telah meningkat menjadi lebih dari 100.000.000 orang. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perkembangan penduduk yang cepat, guru dapat menariknya dari aspek nilai budaya, misalnya ada konsep ”tambah anak dan tambah rizki”, ”anak laki-laki yang paling penting”, dan sebagainya. Guru dapat mengkajinya dari dampak ekonomis dan sosiologis dari pertumbuhan penduduk yang cepat yang mengakibatkan makin banyak penduduk yang kurang tercukupinya kehidupan ekonominya. Demikian pula guru dapat mengkaji kebijakan pemerintah dalam bentuk pembuatan undang-undang, peraturan, dan sebagainya sebagai kajian dari Civics. Ada persoalan ketika guru IPS mengajar di Sekolah Menengah Atas. Di jenjang pendidikan ini, pembelajaran IPS dilaksanakan secara terpisah dan diajarkan secara monodisiplin. Dalam kondisi demikian egoisme guru untuk mengintegrasikan ilmuilmu sosial lain dalam mata ajarnya. Padahal sesuai dengan sifat dasar IPS, guru seharusnya tetap mengajarkannya secara terintegrasi. Cara yang bisa dilakukan, yaitu dengan pendekatan multidimensional. Artinya ketika seorang guru IPS tertentu, contohnya sejarah ketika hendak mengajarkan pelajaran sejarah, ia dapat meminjam konsep ilmu sosial lain seperti Sosiologi, Geografi, Ekonomi, dan Antroplogi untuk mengolah bahan ajar sehingga memiliki pemahaman yang utuh tentang masyarakat yang sedang dibahasnya. Dalam mata pelajaran Sejarah SMA kelas XI terdapat standar kompetensi “Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa negara-negara tradisional”. Standar kompetensi ini terdiri dari sejumlah kompetensi dasar, yaitu:
Wasino, Konsep dan Integrasi Ilmu-Ilmu Sosial dalam IPS 9
1. Menganalisis pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia 2. Menganalisis perkembangan kehidupan negara-negara kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia 3. Menganalisis pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Islam terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia 4. Menganalisis perkembangan kehidupan negara-negara, kerajaankerajaan Islam di Indonesia 5. Menganalisis proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar itu guru dapat menganalisisnya dari konsep ilmu sosial lain di luar sejarah. Ketika membahas kehidupan masa tradisional “klasik”, guru dapat menjelaskan dari aspek geografinya, tatanan sosialnya, nilai budaya yang dianut, dan sistem ekonomi yang dikembangkan. Guru sejarah juga dapat memetakan lokasi-lokasi yang dikaji itu dan membandingkannya dengan situasi pada masa kini. Melalui cara itu maka pembelajaran sejarah menjadi bagian IPS yang terintegrasi.
D. Penutup Terpuruknya pembelajaran IPS di Indonesia sangat ironis karena pembelajaran IPS memiliki tugas mulia seperti halnya mata pelajaran lain (Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris). Dasar pemikiran pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah adalah untuk menjadikan peserta didik menjadi warga masyarakat yang baik. Ukuran warga masyarakat yang memang cukup luas cakupannya. Salah satu komponennya adalah agar peserta didik mampu memahami, menghormati, dan hidup bersama dalam lingkungan yang berbeda latar belakang kebudayaannya. Kondisi demikian akan berpengaruh terhadap generasi baru Indonesia yang akan datang. Lemahnya pendalaman di bidang IPS akan menjadikan pribadi individualistis, kurang nasionalisme, dan tidak toleran terhadap lingkungan sekitarnya, serta munculnya primordialisme yang berakibat konflik antara suku, agama, ras, kelas sosial, dan geografi yang berbeda. Sehubungan dengan hal itu perlu ditemukan formula pembelajaran IPS di sekolah yang menarik, fungsional, dan mencerdaskan. Pembelajaran IPS yang berbasis konteks menjadi hal yang diperlukan. Yang dimaksud konteks dalam hal ini lingkungan sosial siswa, baik lingkungan sekitar bersifat lokal maupun lingkungan global. Kajian interdisipliner dan multidimensional terhadap fenomena sosial dalam pembelajaran IPS menjadi sangat mendesak.