Inovasi Teknologi Pengolahan Produk Pekarangan Berbasis Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Susi Lesmayati dan Barnuwati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Jalan Panglima Batur Barat 4 Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan E-mail:
[email protected] Abstrak Melalui program KRPL ditumbuhkan kesadaran masyarakat di satu kasawan untuk memanfaatkan lahan pekarangan menjadi lahan produktif yang dapat menghasilkan berbagai ragam bahan pangan pokok atau tambahan yang dilakukan oleh rumah tangga secara mandiri, sehat, dan berkelanjutan. Tulisan ini berisi informasi tentang implementasi inovasi teknologi pengolahan produk pekarangan yang dikembangkan ibu-ibu di unit pengembangan m-KRPL dan dapat memberikan nilai tambah bagi komoditas pertanian. Sebab melalui program KRPL telah menghasilkan berbagai macam produk olahan dari komoditas petanian hasil pekarangan. Usaha pengolahan di unit-unit m-KRPL dapat meningkatkan diversifikasi bahan pangan dan menjadi sumber pendapatan keluarga bagi pelaku KRPL yang mampu memasarkan produknya. Kata kunci: inovasi, KRPL, pekarangan, pengolahan.
Pendahuluan Pangan adalah kebutuhan paling hakiki yang menentukan kualitas sumberdaya manusia (SDM) bangsa dan stabilitas sosial politik suatu negara. Tersedianya pangan yang cukup secara nasional maupun wilayah merupakan syarat keharusan dan terwujudnya ketahanan pangan nasional, namun itu saja tidak cukup, syarat kecukupan yang harus dipenuhi adalah terpenuhinya kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga/individu (Rachman et al., 2007). Oleh sebab itu penting untuk mewujudkan ketahanan pangan ditingkat rumah tangga. Terjadinya kompetisi dalam pemanfaatan lahan seperti alih fungsi lahan pertanian untuk penggunaan non pertanian menyebabkan berkurangnya lahan yang produktif untuk budidaya komoditas pertanian. Selain itu perubahan iklim global menjadi penghambat dalam penyediaan pangan bagi masyarakat, sehingga perlu terobosan untuk memproduksi pangan. Salah satu alternatif lahan yang dapat dimanfaatkan untuk produksi pangan adalah lahan pekarangan. Pengertian pekarangan dikemukakan oleh Novitasari (2011) dilihat sebagai tata guna lahan yang merupakan sistem produksi bahan pangan tambahan dalam skala kecil untuk dan oleh anggota keluarga rumah tangga dan merupakan ekosistem tajuk berlapis. Ditambahkan oleh Anonim (2012) dalam Ashari, dkk, (2012); Rahayu dan Prawiroatmodjo (2005) pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung disekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasnya. Oleh karena letaknya disekitar rumah, maka pekarangan merupakan lahan yang mudah diusahakan oleh seluruh anggota keluarga dengan memanfaatkan waktu luang bersama. Data Badan Litbang Pertanian (2011) mengungkapkan bahwa luas lahan pekarangan di Indonesia mencapai 10,3 juta hektar atau kira-kira 14% dari luas lahan pertanian, dan ini merupakan potensi yang besar sebagai salah satu penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun potensi ini masih belum dimanfaatkan secara optimal menjadi areal pertanaman aneka komoditas pangan, seperti untuk budidaya komoditas sayuran, kacang-kacangan, umbi-umbian, buah-buahan, tanaman obat-obatan, dan sumber pangan hewani (ternak dan ikan).
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
1727
Pemanfaatan lahan pekarangan sebagai salah satu sumber pangan bagi masyarakat bukan sesuatu yang baru. Mereka sudah biasa menanam berbagai jenis tanaman dan komoditas ternak atau ikan sejak puluhan tahun yang lalu dan terus berkembang hingga kini. Tetapi pada sebagian masyarakat, kebiasaan memanfaatkan lahan pekarangan telah mengalami pergeseran dan banyak lahan pekarangan tidak termanfaatkan lagi sebagai sumber pangan atau menjadi terlantar. Berdasarkan kajian Badan Litbang Pertanian, sebagaimana dilaporkan Mardiharini (2011), dikemukakan bahwa perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan masih terbatas. Akibatnya pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum mencapai sasaran seperti yang diharapkan. Padahal dengan pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman obat, tanaman pangan, hortikultura, ternak, ikan dan lainnya berpotensi dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk menggerakkan kembali budaya memanfaatkan dan mengelola lahan pekarangan bagi seluruh lapisan masyarakat perdesaan maupun perkotaan dengan komoditas yang bermanfaat bagi keluarga. Dengan memanfaatkan pekarangan bisa turut andil dalam mewujudkan diversifikasi pangan. Kebijakan diversifikasi pangan telah lama diupayakan, diawali dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 tahun 1974 tentang Upaya Perbaikan Menu Makanan Rakyat (UPMMR) dengan menggalakkan produksi Telo, Kacang dan jagung yang dikenal dengan TEKAD, sampai yang terkahir adanya PP No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Namun pada kenyataannya upaya tersebut belum seperti yang diharapkan (Saliem, 2011). Tingkat konsumsi masyarakat masih bertumpu pada pangan utama beras, padahal kita banyak memiliki sumber karbohidrat seperti ubi jalar, singkong, jagung, sagu, dan lain-lain. Hal ini diindikasikan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang belum sesuai harapan, dan belum optimalnya pemanfaatan sumber bahan pangan lokal dalam mendukung penganekaragaman konsumsi pangan (BKP, 2010). Melalui pemanfaatan pekarangan, sebagian kebutuhan pangan terpenuhi dengan mudah, sehingga ikut mewujudkan ketahanan pangan (Andrinyta dkk, 2012). Salah satu program pemerintah untuk pemanfaatan pekarangan rumah tangga dalam upaya mendukung diversifikasi pangan dan peningkatan ketahanan nasional melalui adalah pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang diluncurkan pada tahun 2011, terus diupayakan untuk direplikasi ke seluruh kabupaten/kota karena besarnya manfaat yang telah dirasakan oleh masyarakat (Maesti dkk, 2014). Melalui program KRPL ditumbuhkan kesadaran masyarakat di satu kasawan untuk memanfaatkan lahan pekarangan menjadi lahan produktif yang dapat menghasilkan berbagai ragam bahan pangan pokok atau tambahan yang dilakukan oleh rumah tangga secara mandiri, sehat, dan berkelanjutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui BPTP Kalimantan Selatan telah mengembangkan 40 unit m-KRPL (Model Kawasan Rumah Pangan Lestari) pada tahun 2011 – 2013 yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Berdasarkan hasil evaluasi perkembangan dan keberlanjutan implementasi 40 unit m-KRPL di Provinsi Kalimantan Selatan tersebut, sebagain besar menunjukkan keberhasilan berdasarkan indikator peningkatan jumlah rumah tangga yang mengadopsi prinsip-prinsip rumah pangan lestari, peningkatan kualitas konsumsi masyarakat yang ditunjukkan dengan peningkatan skor PPH, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan penghematan biaya belanja rumah tangga dan peningkatan pendapatan rumah tangga dari penjualan produk pekarangan, serta pengolahan hasil pekarangan di suatu kawasan tetap aktif atau lestari. Selanjutnya 40 unit m-KRPL ini dapat
1728
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
dijadikan contoh untuk pengembangan unit-unit KRPL yang direplikasi oleh lembaga atau instansi lainnya, khususnya yang dikembangkan oleh Badan Ketahanan Pangan (Qomariah, 2013). Untuk mempercepat keberhasilan program KRPL, pelakunya harus menguasai teknologi budidaya, pemasaran hasil, dan peningkatan nilai tambah dari produk pekarangan. Upaya peningkatan nilai tambah produk pekarangan dilakukan melalui kegiatan pengolahan. Pengolahan hasil atau diversifikasi pangan dari suatu kegiatan usahatani berupa peningkatan produk yang masih rendah menjadi berbagai produk olahan. Produk ini terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, dan jika dikembangkan akan berprospek menjadi sumber pendapatan keluarga. Seperti disampaikan Arief dan Asnawi (2012), salah satu solusi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga petani adalah upaya meningkatkan nilai tambah melalui pemrosesan menjadi produk olahan. Pada dasarnya keuntungan yang terbesar pada sektor pertanian terletak pada jalur tata niaga serta pengolahan dan pemasaran produk olahan, karena dengan melakukan pengolahan terhadap produk segar yang diperoleh petani akan meningkat. Tulisan ini berisi informasi tentang implementasi inovasi teknologi pengolahan produk pekarangan yang dikembangkan ibu-ibu di unit pengembangan m-KRPL dan dapat memberikan nilai tambah bagi komoditas pertanian. Implementasi Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil Pekarangan di Unit m-KRPL Menurut Antara (2013), definisi pengolahan makanan (food processing) yaitu upaya merubah penampilan bahan baku yang melibatkan lebih dari satu unit operasi dengan cara pencampuran beberapa bahan dan penggunaan bahan tambahan makanan, menjadi produk jadi yang dapat dikonsumsi dengan aman. Ditambahkan oleh Kustiari (2012), pengolahan komoditas pertanian merupakan kegiatan yang produktif karena dapat menambah kegunaan produk utama ataupun produk sampingan menjadi produk baru dan mempunyai nilai tambah. Hasil-hasil pertanian dalam bentuk segar, secara umum merupakan produk ringkih (perishable) dengan daya guna terbatas dan daya simpan rendah atau tidak awet (Anomsari dan Oktaningrum, 2014; Koswara, 2009; Broto, 2008; Mutiarawati, 2007). Oleh sebab itu perlu penanganan pascapanen yang cepat, tepat dan memadai, agar diperoleh hasil panen yang bermutu, baik ditinjau dari sifat fisik, organoleptik maupun nilai gizi dan keamanannya. Teknologi pengolahan hasil yang dapat diimplementasikan kepada anggota kelompok wanita tani atau kelompok ibu-ibu yang memanfaatkan pekarangan dengan konsep KRPL cukup beragam dan juga sederhana. Teknologi sederhana dipilih agar mudah diadopsi, sebab menurut Mizar, et al. (2008) salah satu faktor teknis keberhasilan penerapan teknologi adalah aplikasi teknologi sederhana/mudah oleh pengguna, peralatan dan sarana produksi mudah didapat, serta dapat meningkatkan produksi. Beberapa jenis usaha pengolahan dari produk pekarangan di unit m-KRPL Kalimantan Selatan untuk konsumsi keluarga dan ada yang sudah berkembang sebagai sumber pendapatan keluarga disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Teknologi pengolahan hasil pekarangan berbasis KRPL. Unit m-KRPL KWT Sekar Tani Kelurahan Guntung Payung Kota Banjarbaru
Hasil pekarangan Tanaman obat (jahe, kunyit, kencur, temulawak, sirih hijau, sirih merah, pinang, sambiloto dan lain-lain)
Teknologi pengolahan Ekstraksi, dan penepungan simplisia
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Produk Jamu gendong, jahe instan
1729
Unit m-KRPL
Teknologi pengolahan
Produk Cendol ganyong Stik sayur, es krim
Talas Singkong Ubi jalar
Pembuatan pasta dan pengolahan tepung
Tanaman obat (jahe, kunyit, kencur, temulawak, sirih hijau, sirih merah, sambiloto dan lainlain) Belimbing wuluh
Ekstraksi
Stik talas Keripik singkong Stik ubi jalar Jamu instan, permen jahe
KWT Mekar Sari Kelurahan Karang Taruna Kabupaten Tanah Laut KWT Menur Desa Karang Indah Kabupaten Barito Kuala
Pembuatan pasta dan pengolahan tepung umbi, pengolahan buah
Singkong
Pembuatan pasta
KWT Permata Desa Harapan Masa Kabupaten Tapin
Tomat
Pencampuran, pemanasan dan pengeringan
Kurma/manisa n tomat
KWT Berinhiber Desa Mekarsari Kabupaten Tapin KWT Delima Kel. Jambu Hilir Kab. HSS
Buah mangga
Pembuatan puree, dan pengolahan buah
Permen Sirup
Talas
Pembuatan pasta umbi
Pangsit talas
KWT Lestari Kel.Landasan Ulin Utara Kota Banjarbaru KWT Kenanga Desa Birayang Kabupaten HST
Hasil pekarangan Ganyong Sayuran (sawi, bayam)
Singkong Ubi jalar Buah markisa Jamur merang
Pengolahan buah
Sirup, permen, manisan Keripik, bolu, wingko Es krim, mie Sirup markisa Jamur goreng Keripik singkong Wingko singkong
Keterangan: Pasta umbi yang dikukus kemudian dihaluskan Puree bubur buah
Dengan inovasi teknologi pengolahan, hasil pekarangan di beberapa unit m-KRPL Provinsi Kalimantan Selatan telah menghasilkan berbagai macam produk olahan seperti keripik singkong, stik sayuran, manisan tomat, jamur goreng, jamu, dan lain-lain. Untuk mendapatkan nilai tambah dari produk-produk olahan tersebut, maka peluang pasarnya dan permodalan (peralatan, sarana dan prasarana) harus jelas agar produk pekarangan yang berbasis KRPL bisa dilakukan secara berkelanjutan. Untuk pengadaan peralatan, sarana dan prasarana, beberapa kelompok m-KRPL di Kalimantan Selatan yang sudah tidak mendapat anggaran melalui Balitbangtan, menggunakan kas kelompok sehingga peralatan pascapanen yang mereka miliki masih sangat terbatas dan sederhana. Padahal untuk mempercepat proses pengolahan dan menghasilkan produk yang berkualitas, serta
1730
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
pengemasan yang menarik diperlukan peralatan pascapanen yang lebih baik dengan kapasitas produk yang lebih besar. Peran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Dalam Diseminasi Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil Telah banyak inovasi pengolahan hasil pertanian yang telah dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Perguruan Tinggi, dan lembaga penelitian lainnya yang bisa diaplikasikan pada kelompok KRPL sesuai potensinya masing-masing. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan sesuai tupoksinya bertugas untuk mendiseminasikan inovasi teknologi pengolahan tersebut, terutama untuk menyampaikan berbagai macam inovasi teknologi hasil pertanian Balitbangtan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan mendiseminasikan inovasi teknologi pengolahan kepada penyuluh pendamping dan pelaku KRPL secara langsung maupun tidak langsung. Pendampingan secara langsung dilakukan melalui pertemuan dan praktek pengolahan berbagai produk olahan berbahan pangan lokal seperti di bahan singkong, talas, ubi jalar, pisang, dan lain-lain, sedangkan secara tidak langsung melalui media informasi berupa brosur inovasi teknologi pengolahan hasil pekarangan (Qomariah, 2014). Selain itu disampaikan juga teknologi pengemasan dan pemberian merk agar produk lebih menarik. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan bersinergi dengan lembaga lainnya di masing-masing lokasi m-KRPL berupaya merintis industri rumah tangga dari hasil pekarangan menjadi produk olahan sesuai potensi masing-masing sehingga meningkatkan nilai tambah dari komoditas pertanian. Selanjutnya melalui usaha pengolahan ini dapat meningkatkan diversifikasi bahan pangan dan menjadi sumber pendapatan keluarga, khususnya pelaku KRPL yang mampu mengolah dan memasarkan produknya. Sebagai contoh KWT yang telah melakukan usaha berbasis pengolahan produk hasil pekarangan yaitu KWT Mekar Sari di unit m-KRPL Kelurahan Karang Taruna dengan olahan es krim ubi jalarnya telah mampu memasarkan produknya tersebut secara rutin ke lingkungan sekolah dan menerima pesanan untuk acara-acara tertentu dari instansi pemerintah di Kabupaten Tanah Laut. KWT Kenanga di unit m-KRPL Kelurahan Birayang sudah mampu memasok jahe instan, temulawak instan, dan jamu-jamuan serbuk lainnya ke beberapa kios/toko di Kabupaten Hulu Sungai Tengah secara rutin. Bahan mentah produk olahan KWT tersebut dibeli dari hasil pekarangan anggota kelompok, kemudian diolah secara berkelompok dan hasilnya selain untuk anggota yang mengolah juga untuk kas kelompok, sekaligus meningkatkan kerja sama diantara mereka untuk mengembangkan inovasi-inovasi terkait budidaya dan pengolahan komoditas pertanian. Melalui proses budidaya berbagai komoditas yang terencana dan berkelanjutan di lahan pekarangan sesuai dengan konsep KRPL, telah menghasilkan sumber pangan keluarga. Sedangkan kegiatan pengolahan hasil pekarangan untuk mendapatkan nilai tambah dari komoditas pertanian tersebut merupakan sumber pendapatan tambahan untuk keluarga selain dikonsumsi sendiri. Hal ini merupakan langkah penerapan konsep agribisnis secara utuh yang dilakukan masyarakat pelaku KRPL secara bertahap.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
1731
Kesimpulan
Melalui program KRPL, telah menghasilkan berbagai macam produk olahan sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dari komoditas petanian hasil pekarangan. Selanjutnya melalui usaha pengolahan ini dapat meningkatkan diversifikasi bahan pangan dan menjadi sumber pendapatan keluarga, khususnya bagi pelaku KRPL yang mampu mengolah dan memasarkan produknya.
Daftar Pustaka Arief. R W dan Asnawi. 2012. Teknologi Pengolahan Hasil Ubikayu dan Jagung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. Badan Litbang Pertanian. Kementrian Pertanian. Andrianyta, H., M.Mardiharini, Y.A.Dewi, A.Ulfah, D.Kusumaningtyas, I.Priyadi. 2012. Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Edisi Populer. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.kementerian Pertanian. Jakarta. Anomsari, SD dan Oktaningrum, GM. 2014. Pemanfaatan Sayuran Hasil Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) Untuk Pembuatan Aneka Keripik. Kawasan Rumah Pangan Lestari : Pekarangan untuk Diversifikasi Pangan/Penyunting : Agus Hermawan… [et al.]—Jakarta: IAARD Press 2014 Antara, N S. 2013. Prinsip Dasar Pengolahan Pangan. Pusat Kajian Keamanan Pangan Universitas Udayana. http://staff.unud.ac.id/~semadiantara/wp-content/uploads/2013/01/Prinsip-DasarPengolahan-Pangan.pdf Ashari, Saptana, dan Tri Bastuti Purwantini. Potensi dan Prospek Pemanfaatan Lahan Pekarangan Untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol. 30 No. 1, Juli 2012 : 12 – 30 Badan Ketahanan Pangan (BKP). 2010. Perkembangan Situasi Konsumsi Penduduk di Indonesia. Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta Broto, Wisnu. 2008. Pemanfaatan Pangan Lokal ntuk Penganekaragaman Konsumsi Pangan. Teknologi Pengolahan Untuk Penganekaragaman Konsumsi Pangan. Departemen Pertanian Badan Litbang Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. ISBN : 978-979-1116-14-5 Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Sayuran dan Buah-Buahan (Teori dan Praktek). http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/Teknologi-Pengolahan-Sayurandan-Buah-buahan-Teori-dan-Praktek.pdf Kustiari, Reni. 2012. Analisis Nilai Tambah dan Imbalan Jasa Faktor Produksi Pengolahan Hasil Pertanian. http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_01A_MP_Reni.pdf Maesti, M. S.Purnomo, H.Andrianyata. 2014. Petunjuk Pelaksanaan Sinergi Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dan Sistem Delivery Benih/Bibit. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
1732
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Mardiharini, M. 2011. Model Kawasan Rumah pangan Lestari dan Pengembangannya ke Seluruh Provinsi di Indonesia. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 33(6): 3 – 5. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Mizar, M.A., Mawardi, M., Maksum, M., Rahardjo,B., 2008. Tipologi dan Karakteristik Adopsi Teknologi Pada Industri Kecil Pengolah Hasil Pertanian. Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian 2008, Yogyakarta, 18-19 November 2008. Page:1-18 Mutiarawati, T. 2007. Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian. Workshop Pemandu Lapangan I (PL-1) Sekolah Lapang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (SL-PPHP). Departemen Pertanian, 2007 Novitasari, E. 2011. Studi Budidaya Tanaman Pangan Di Pekarangan Sebagai Sumber Ketahanan Pangan Keluarga (Studi Kasus di Desa Ampel Gading Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang). Skripsi. Universitas Braawijaya. Malang Qomariah, R. 2013. Laporan Akhir Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kalimantan Selatan. BPTP Kalimantan Selatan. Banjarbaru. Qomariah, R. 2014. Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kalimantan Selatan. BPTP Kalimantan Selatan. Banjarbaru. Rachman, Handewi.P.S. dan M. Ariani. 2007. Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Indonesia : Permasalahan dan Implikasi untuk Kebijakan dan Program. Makalah pada “Workshop Koordinasi Kebijakan Solusi Sistemik Masalah Ketahanan Pangan Dalam Upaya Perumusan Kebijakan Pengembangan Penganekaragaman Pangan”, Hotel Bidakara, Jakarta, 28 November 2007. Kementerian Koordinato Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Rahayu, M. dan S. Prawiroatmodjo. 2005. Keanekaragaman Tanaman Pekarangan dan Pemanfaatannya di Desa Lampeapi, Pulau Wawoni Sulawesi Tenggara. J. Tek.Ling.P3TL-BPPT, 6(2): 360-364 Saliem, Handewi Purwati. 2011. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) : Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan. Makalah pada Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS), Jakarta 8 – 10 November 2011
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
1733