Strategy Update
Indonesia Strategy 17 December 2015
Samuel Equity Research
Getting Back on Track Keputusan The Fed menaikkan suku bunganya secara bertahap adalah sesuai ekspektasi pasar sehingga menurunkan faktor ketidakpastian yang ada selama ini. Kami melihat tantangan di tahun depan tidaklah mudah, termasuk situasi ekonomi China yang merupakan faktor eksternal dan program infrastruktur dalam negeri sebagai penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kami menargetkan IHSG naik ke level 5.300 (14,7x PE2016F / 12,6x PE2017F) pada tahun depan didorong terutama oleh pertumbuhan EPS. Untuk sektornya, kami overweight pada banking, construction, telecommunication, consumer, dan healthcare. BBCA, BBRI, ICBP, ROTI, WSKT, EXCL, BSDE, dan LSIP merupakan saham pilihan utama kami. Kenaikan suku bunga AS sesuai ekspektasi. Keputusan The Fed menaikkan suku bunganya 25 bps menjadi 0,25-0,5% dalam FOMC meeting kemarin adalah sesuai ekspektasi pasar. Ke depannya, kenaikannya diyakini akan berlanjut secara bertahap. Keputusan tersebut secara siknifikan menurunkan resiko ketidakpastian yang ada sehingga merupakan angin segar bagi bursa saham. Tantangan ke depan tidak mudah. Perlambatan pertumbuhan ekonomi China sebagai salah satu raksasa ekonomi dunia dan ancaman kredit macet di negara itu berpotensi mempengaruhi perekonomian secara global termasuk Indonesia yang memiliki hubungan dagang siknifikan dengan China. Selain itu, efek dari masuknya CNY ke dalam SDR IMF yang berpeluang melemahkan CNY dan mendorong penguatan USD juga perlu diwaspadai. Dari dalam negeri, program pembangunan infrastruktur masih perlu dicermati sebagai penopang pertumbuhan ekonomi. Meski pada tahun ini, belanja modal untuk proyek infrastruktur pemerintah terlihat lambat dan pelemahan nilai tukar rupiah semakin membebankan anggaran, kami percaya proyek-proyek tersebut tetap akan berjalan pada tahun depan. Sejumlah kebijakan pemerintah yang memberikan stimulus dan kemudahan bagi perusahaan maupun individu diperkirakan akan ikut mendukung proyek-proyek tersebut dan membantu menjaga daya beli masyarakat. Valuasi IHSG telah menjadi lebih murah. Penurunan harga yang tajam sepanjang tahun ini (-13% ytd) telah menurunkan PE IHSG. Spread antara yield obligasi pemerintah 10 tahun dan forward earnings yield IHSG telah berada di bawah ratarata 10 tahun terakhir (figure 1 dan 2), menandakan valuasi IHSG yang telah menjadi lebih murah. Demikian pula dengan spread antara forward PE IHSG dan forward PE MSCI emerging market index yang telah turun ke bawah rata-rata 10 tahun terakhirnya (figure 3), mengindikasikan valuasi IHSG yang relatif murah. Target IHSG pada 5.300 di tahun depan. Saat ini, forward PE IHSG berada di posisi 12,8x atau sekitar rata-rata 10 tahun terakhir. Di tahun depan, kami melihat kecil kemungkinan terjadinya ekspansi PE secara siknifikan. Secara historis, IHSG beberapa kali menyentuh valuasi di sekitar standar deviasi +1 atau 15,8x (figure 4) disebabkan oleh kenaikan harga komoditas (tahun 2007-2008), quantitative easing (QE) di AS (tahun 2013), dan ekspektasi dari terpilihnya Jokowi sebagai Presiden (tahun 2014). Di tahun depan, kami tidak melihat hal-hal tersebut akan terjadi lagi. Sementara hasil bottom-up kami mendapatkan pertumbuhan EPS IHSG tahun depan sebesar 14%. Kami menargetkan IHSG di tahun 2016 pada level 5.300 (14,7x PE2016F / 12,6x PE2017F) yang terutama didorong oleh pertumbuhan EPS. Overweight pada 5 sektor. Pilihan sektor kami untuk tahun depan didasarkan pada pandangan makro kami bahwa pertumbuhan ekonomi akan membaik ditopang oleh belanja pemerintah yang terus berjalan terutama untuk proyek infrastruktur serta konsumsi masyarakat yang akan mulai membaik. Harga komoditas diperkirakan masih akan relatif tidak berubah, kecuali minyak yang berpotensi menguat ke level USD 60 per barel. Kami memberikan rating overweight pada sektor banking, construction, telecommunication, consumer, dan healthcare. Saham pilihan utamanya adalah BBCA, BBRI, ICBP, ROTI, WSKT, EXCL, BSDE, dan LSIP.
Page 1 of 9 DISCLAIMERS: Analyst Certification: The views expressed in this research accurately reflect the personal views of the analyst(s) about the subject securities or issuers and no part of the compensation of the analyst(s) was, is, or will be directly or indirectly related to the inclusion of specific recommendations or views in this research. The analyst(s) principally responsible for the preparation of this research has taken reasonable care to achieve and maintain independence and objectivity in making any recommendations. This d ocument is for information only and for the use of the recipient. It is not to be reproduced or copied or made available to others. Under no circumstances is it to be considered as an offer to sell or solicitation to buy any security. Any recommendation contained in this report may not be suitable for all investors. Moreover, although the information contained herein has been obtained from sources believed to be reliable, its accuracy, completeness and reliability cannot be guaranteed. All rights reserved by PT Samuel Sekuritas Indonesia.
Figure 1. 10-year government bond yield vs IHSG (JCI) forward earnings yield
Source: Bloomberg, SSI Research
Figure 2. Spread between 10-year government bond yield and IHSG (JCI) forward earnings yield
Source: Bloomberg, SSI Research
Figure 3. IHSG (JCI) forward PE vs MSCI emerging market index forward PE
Source: Bloomberg, SSI Research
Figure 4. IHSG (JCI) PE band
Source: Bloomberg, SSI Research
www.samuel.co.id
Page 2 of 9
Banking – Overweight. Kami overweight terhadap sektor perbankan karena pertumbuhan kredit yang diperkirakan meningkat pada tahun depan seiring likuiditas yang telah membaik, NPL yang lebih stabil, dan program infrastruktur pemerintah. BI rate diperkirakan turun pada tahun depan. Selain itu, valuasi saat ini masih relatif murah dengan saham-saham dalam coverage kami rata-rata diperdagangkan pada rentang 1 dan 2 standar deviasi di bawah rata-rata. BBCA dan BBRI adalah top picks kami untuk sektor perbankan. Construction – Overweight. Realisasi anggaran infrastruktur pemerintah sempat lambat pada periode 1H15 namun mengalami akselerasi hingga mencapai 70% dari anggaran pada periode 10M15. Eksekusi yang lambat pada awal tahun 2015 lebih diakibatkan oleh mutasi jabatan dan penyelesaian administratif terkait penggabungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat menjadi satu, Kemenpupera. Kami percaya realisasi anggaran infrastruktur pemerintah akan mengalami percepatan pada tahun 2016. Kemenpupera dijadwalkan akan memulai tender infrastruktur sejak Januari 2016. Empat emiten konstruksi BUMN dalam cakupan analisa kami akan diuntungkan oleh percepatan eksekusi proyek infrastruktur ini. WSKT merupakan pilihan utama kami dalam sektor konstruksi karena kami berpandangan WSKT masih akan memiliki earnings momentum terbaik dibanding pemain lain, karena pencapaian kontrak baru yang paling tinggi di industri dan eksekusi penyelesaian proyek dengan rasio carry over project terhadap revenues sebesar 1.7x.Kami memberi rekomendasi Buy WSKT (TP: Rp2,200, upside: 32%), Buy ADHI (TP: Rp2,700, upside: 25%), Hold PTPP (TP: Rp4,000, upside: 6%) dan Hold WIKA (TP: Rp3,300, upside: 22%). Utilities – Neutral. Kami memberikan rating neutral untuk sektor utilities seiring perbaikan kinerja keuangan di 2016 dan profil defensif dari sektor tersebut terkompensasi oleh resiko perubahan regulasi/kebijakan oleh pemerintah. Membaiknya pertumbuhan ekonomi dan fokus pemerintah untuk mempercepat pengembangan sektor infrastruktur di 2016 akan menjadi katalis positif bagi sektor ini dari sisi fundamental. Namun demikian, seiring profil sektor ini yang highly regulated, adanya perubahan regulasi/kebijakan yang dilakukan pemerintah seringkali menjadi katalis negatif dan menimbulkan uncertainty bagi pelaku pasar antara lain: 1) pengenaan PPn untuk tarif tol, 2) Penundaan persetujuan PMN di 2016; 3) Intervensi harga gas industri; dan 4) Rencana penggabungan/merger operator gas di Indonesia. Cement – Neutral. Kami memberikan rating neutral untuk sektor semen seiring membaiknya permintaan semen di tahun depan belum akan cukup untuk menurunkan tensi kompetisi yang meningkat khususnya di pasar Jawa. Hal ini akan membuat produsen kesulitan untuk menaikkan harga jual karena resiko kehilangan market share oleh kompetitor. Dengan kondisi ini, kami mengekspektasikan profitabilitas sektor akan relatif flat di tahun depan seiring cost pressure masih akan relatif tinggi terutama di semester pertama 2016. Katalis utama untuk sektor ini adalah membaiknya permintaan semen di tahun depan yang ditopang oleh eksekusi proyek infrastruktur pemerintah dan yang lebih penting adalah membaiknya kinerja sektor properti. Resiko yang dihadapi sektor ini antara lain: 1) Pelemahan Rupiah, 2) Kenaikan suku bunga dan 3) Perlambatan ekonomi. Telecommunication – Overweight. Kami memberikan rating overweight untuk sektor telco seiring membaiknya iklim kompetisi di industri membuat operator mampu mengambil langkah rasional menaikkan tarif, baik di segmen voice maupun data, tanpa secara signifikan menurunkan volume penggunaan. Hal ini berdampak langsung pada membaiknya profitabilitas meski pertumbuhan top line tetap berada di level high single digit. Kami mengekspektasikan EBITDA sektor tumbuh 10.1% CAGR dalam 3 tahun ke depan, lebih tinggi dari 6.4% di 3 tahun terakhir, meski pendapatan hanya tumbuh 7.7% CAGR. Capex cycle untuk sektor juga relatif stabil seiring ekspansi jaringan 3G yang telah dilakukan dalam 4 tahun terakhir sehingga operator dapat lebih fokus untuk meningkatkan profitabilitas dan kinerja keuangannya. Consumer – Overweight. Kami memberikan rating overweight pada sektor konsumsi untuk barang kebutuhan pokok (staples) sejalan dengan pandangan makro kami bahwa konsumsi akan mulai membaik di tahun depan. Saat ini daya beli masyarakat secara umum relatif lemah bahkan untuk mencukupi barang kebutuhan yang bersifat pokok, sehingga ketika terjadi perbaikan pada daya beli, masyarakat diperkirakan akan mencukupi kebutuhan pokoknya terlebih dahulu baru kemudian kebutuhan sekunder. Kami menyukai emiten-emiten yang merupakan pemimpin pasar dan/atau memiliki brand image kuat sehingga mampu menaikkan harga jual produknya apabila dibutuhkan, di tengah-tengah kompetisi ketat dan relatif lemahnya daya beli masyarakat saat ini. ICBP dan ROTI adalah pilihan kami. www.samuel.co.id
Page 3 of 9
Healthcare – Overweight. Kami memberikan rating overweight pada sektor healthcare seiring dengan potensi pasar yang menjanjikan kedepannya. Investasi pada sektor ini memang dalam jangka panjang dan bukan 1tahun, terlebih bila mengingat tingkat PE yang premium. Pendorong pertumbuhan (1) Angka pertumbuhan health expenditure public maupun private yang masih sangat rendah (2) Ukuran pasar yang masih kecil dan membutuhkan ekspansi yang massive (jumlah rumah sakit, tempat tidur, dokter dan suster per 1000 penduduk) (3) Kebutuhan dan permintaan layanan RS yang konsisten dan akan meningkat (4) Industri asuransi yang masih bertumbuh positif kedepannya (5) Program JKN yang akan untungkan RS partner. Potensi perbaikan aktivitas perekonomian tahun depan akan berikan dampak positif, selain pertumbuhan premi asuransi dan program JKN. Kenaikan UMP kami lihat potensi dorong belanja kesehatan lebih tinggi dari tahun ini. Retail – Neutral. Dengan pertumbuhan PDB di bawah 5% pada 2015 dan indeks keyakinan konsumen turun ke bawah 100 per Sep 2015, level terendah dalam 5 tahun terakhir, kami melihat terjadinya pelemahan penjualan ritel seperti tercermin dalam pertumbuhan indeks penjualan ritel yang turun ke single digit pada 2H15. Berlanjutnya penurunan harga komoditas (Bloomberg commodity index saat ini pada level terendahnya sejak 1999) telah melemahkan daya beli masyarakat terutama di daerah yang ekonominya bergantung pada komoditas di luar Jawa. Kami memberikan rating neutral pada sektor ritel karena kenaikan harga saham yang relatif tinggi sejak 1 Oktober 2015 pada ketiga saham dalam coverage kami membuat potential upside-nya terbatas, kecuali MAPI yang akan sangat diuntungkan oleh penguatan rupiah yang menyebabkan marjinnya akan meningkat lebih kuat dari ACES dan RALS. Kami memberi rekomendasi Buy MAPI (TP: Rp5,000, upside: 28%), sementara kami menilai ACES saat ini sudah berada pada harga wajarnya dengan propek pertumbuhan yang terbatas ke depannya (Hold, TP: Rp750, upside: -5%) dan RALS akan tetap mengalami kesulitan untuk tumbuh (Hold, TP: Rp610, upside: -5%). Cigarette – Neutral. Kami memberikan rating neutral pada sektor rokok seiring dengan kontinuitas kenaikan cukai dan PPN rokok yang akan dilakukan oleh pemerintah serta konsistensi kampanye intens anti rokok. Pergerakan harga bahan baku tembakau dan cengkeh menjadi hal krusial yang dapat pengaruhi operasional usaha. Tantangan lain akan datang dari penandatanganan FCTC dan ratifikasinya. Kenaikan harga ASP sebagai upaya untuk jaga marjin pertumbuhan di satu titik kami lihat memiliki ruang yang terbatas, kecuali pertumbuhan daya beli akan tercatat lebih tinggi dari perkiraan. Dalam jangka yang lebih panjang potensi pasar masih besar karena (1) Pertumbuhan penduduk yang berkelanjutan (2) Struktur umur masyarakat Indonesia yang unik (3) Tingkat prevalence rokok yang stabil (4) Potensi naiknya daya beli sebagai akibat kenaikan UMP. Automotive – Neutral. Kami memberikan rating neutral pada sektor automotive seiring dengan konfirmasi pemulihan pertumbuhan industri yang belum terlihat sepenuhnya. Pertumbuhan 4W dan 2W sales tahun depan kami perkirakan sekitar 5%. Anggapan bottomnya penjualan mobil dan motor kami lihat masih membutuhkan bukti data di sisa 2 bulan tahun ini dan kuartal pertama tahun depan. Loan channeled untuk kebutuhan kredit mobil juga masih belum dilaporkan menguat secara stabil. Dalam jangka yang lebih panjang, pasar otomotif masih menarik karena (1) Penetrasi mobil dan motor yang masih rendah (2) Akselerasi infrastruktur jalan yang akan memberikan dampak positif (3) Potensi akselerasi middle income class growth. Sementara tekanan potensi datang dari (1) Siklus bisnis yang kembali melemah (2) Akselerasi transportasi publik yang nyaman (3) Siklus industri yang kembali positif namun tidak diikuti dengan akselerasi infrastruktur jalan. (4) Perubahan gaya hidup. Aviation – Neutral. Kami memberikan rating neutral untuk sektor aviation seiring dengan masih dibutuhkannya waktu untuk memperoleh benefit yang massive dari potensi pasar yang besar. ASEAN open skies dan penerapannya secara menyeluruh akan berdampak minor dan jutsru cenderung negatif saat industri belum siap (contoh: kesiapan crew pesawat dan kemahiran ATC). Pergerakan harga minyak dunia berperan sangat vital. Persaingan pada LCCs kami lihat akan semakin menajam sementara untuk FSCs masih akan didominasi oleh maskapi besar. Persaingan rute domestik juga akan tetap meningkat termasuk upaya perolehan rute baru, sedangkan rute internasional kami perkirakan tidak akan memiliki peran se-massive rute domestik. Tantangan menjaga kinerja RPK, ASK, dan load faktor masih akan terjadi dengan fare war yang tetap meruncing. Dalam jangka yang lebih panjang pertumbuhan masih menjanjikan didorong oleh (1) Letak geografis dan struktur demografis yang menguntungkan (2) Penerapan ASEAN Open skies secara menyeluruh dan kesiapan industri (3) Kontinuitas pertumbuhan industri tourism. www.samuel.co.id
Page 4 of 9
Property – Neutral. Kami memberikan rating neutral untuk sektor properti seiring dengan tekanan pada pra penjualan yang terjadi tahun ini mengindikasikan akan tantangan yang berpotensi berlanjut tahun depan. Peningkatan loan channeled untuk kebutuhan rumah tinggal (KPR), ruko, dan KPA masih belum terlihat stabil dan masih cenderung melambat. IHPK dan IHPR masih dilaporkan tertekan. Potensi pasar second house dapat bertumbuh namun tidak massive. Penerapan PPnBM tidak akan berdampak massive karena dapat dikompensasikan dengan strategi ruang dan harga. Pergerakan harga semen juga akan memberikan pengaruh. Kami melihat pasar rumah tapak masih akan mampu bertahan. High rise apartemen dan retail juga kami pandang masih lebih baik dan berpotensi bertumbuh dibandingkan dengan high rise office (stagnan karena over supply) dan industrial land (stagnan karena membutuhkan perbaikan pertumbuhan ragam industri). Heavy Equipment – Neutral. Rating sektor heavy equipment adalah neutral. Kami melihat sektor heavy equipment tahun depan masih akan mengalami tantangan. Perlambatan volume penjualan dapat kembali terjadi seiring dengan ketergantungan sektor pada industri coal dan agri yang sangat tinggi. Meskipun porsi konstruksi telah melampaui porsi volume penjualan sektor coal, namun penjualan alat berat dari sektor konstruksi dan kehutanan tahun depan kami lihat tidak akan memberikan dampak yang massive dan membuat penjualan industri melonjak melampaui volume penjualan tahun 2014 maupun tahun ini. Efisiensi akan berperan penting untuk menjaga margin pelaku usaha. Kunci another boom kedepannya didorong oleh (1) Stabilnya pemulihan ekonomi global (2) Kembali menggeliatnya harga komoditas (3) Akselerasi ekspansi perusahaan maupun industri yang terkorelasi dengan kebutuhan alat berat serta pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari ekspektasi. Coal – Neutral. Permintaan import batubara China kami perkirakan akan tetap rendah pada tahun 2016 (estimasi: -20 juta ton), sementara kenaikan kebutuhan dari tambahan kapasitas PLTU baru di India sebesar 12GW (konsumsi batubara ~50 juta ton per tahun) kami perkirakan akan menyebabkan tambahan volume import sekitar 35 juta ton). Kami memberikan rating Neutral atas sektor batubara dengan asumsi harga batubara 2016 mencapai US$55 per ton (-5% YoY). PTBA merupakan top-pick kami karena kinerja keuangan pada 9M15 memperlihatkan PTBA memiliki ruang untuk menjaga harga jual rata-rata ditengah tren penurunan harga batubara dengan lebih banyak menjual produk yang memiliki tingkat kalori dan harga jual lebih tinggi. Kami memberikan rekomendasi Buy PTBA (TP: Rp7,800, upside: 64%), Buy ADRO (TP: Rp700, upside: 37%) dan Buy ITMG (TP: 9,000, upside: 51%). Metal – Neutral. Kami perkirakan harga nikel dan timah pada YE16 akan mengalami kenaikan dari posisinya di YE15, akan tetapi secara rata-rata harga kedua komoditas ini relatif tidak berubah. Pergerakan naik kedua komoditas ini lebih dikarenakan perbaikan permintaan global dan menurunnya tingkat persediaan LME kedua komoditas tersebut, menurut pandangan kami. Kami memperkirakan harga nikel akan mencapai US$13,000 per ton pada YE16 dengan rata-rata FY16 sekitar US$12,000 per ton. Sedangkan harga timah kami proyeksikan akan mencapai US$17,000 per ton pada YE16 dengan rata-rata FY16 sekitar US$16,000 per ton. INCO merupakan top-pick kami karena kualitas perusahaan yang bagus, program efisiensi biaya yang berhasil dan valuasi yang sangat menarik dengan PBV 16E sebesar 0.7x. Kami memberikan rekomendasi Buy INCO (TP: Rp2,400, upside: 56%), Buy TINS (TP: Rp650, upside: 30%) dan Buy ANTM (TP: 375, upside: 22%). Plantation – Neutral. Tanpa adanya EL-Nino yang dapat menahan laju pertumbuhan pasokan CPO, kami perkirakan kondisi over-supply di pasar minyak makanan termasuk di dalamnya CPO akan tetap berlanjut. Rendahnya harga minyak dunia, persediaan dan panen kedelai dari US dan Brazil yang melimpah, kenaikan pasokan kelapa sawit sebagai impas penanaman masif yang terjadi 3-7 tahun yang lalu, merupakan faktor-faktor negatif yang menyelimuti karga CPO. Kami perkirakan dampak EL-Nino akan menyebabkan kekeringan pada semester pertama 2016 setelah meredanya dampak angin munson barat. Sehingga kami percaya harga CPO dapat naik moderat dengan rata-rata tahun 2016 sebesar MYR2,300 per ton dan tahun 2017 sebesar MYR2,400 per ton. LSIP (Rec: Buy, TP: Rp1,800, upside: 36%) merupakan pilihan utama kami dalam sektor perkebunan, dengan posisi keuangan yang kuat (zero debt), profitabilitas paling besar dan area kebun yang terletak di daerah yang memiliki curah hujan lebih baik. Kami memberikan rekomendasi Buy atas SIMP (TP: Rp550, upside: 58%) dan Buy atas AALI (TP: Rp20,000, upside: 21%).
www.samuel.co.id
Page 5 of 9
Figure 5. Top picks for 2016 Ticker BBCA BBRI ICBP ROTI EXCL WSKT BSDE LSIP
Rec. BUY BUY BUY BUY BUY BUY BUY BUY
Market cap Last price Target price Upside (Rp bn) (Rp) (Rp) (%) 330,376 13,400 15,300 14.2 282,462 11,450 13,000 13.5 73,762 12,650 15,600 23.3 6,201 1,225 1,435 17.1 32,884 3,850 4,500 16.9 22,666 1,670 2,200 31.7 32,334 1,680 1,950 16.1 9,040 1,325 1,800 35.8
15E 18.6 11.3 23.6 23.8 89.5 35.5 11.1 13.8
PE 16E 17.0 10.4 21.5 20.3 43.8 27.4 10.2 10.5
17E 14.6 9.0 18.8 17.8 25.0 21.4 9.1 8.8
15E 3.6 2.5 4.8 5.2 2.3 2.6 1.8 1.2
PBV 16E 3.1 2.1 4.2 4.2 2.2 2.4 1.6 1.1
17E 2.6 1.8 3.8 3.6 2.1 2.1 1.4 1.0
15E 19.3% 21.6% 20.2% 21.7% 2.6% 7.2% 16.4% 8.7%
ROE 16E 18.1% 20.1% 19.7% 20.8% 5.1% 8.6% 15.6% 10.6%
17E 17.9% 19.9% 20.1% 20.1% 8.5% 10.0% 15.2% 11.7%
Source: SSI Research
BBCA. Meski target pertumbuhan kredit di 2016 tergolong rendah dibandingkan rata-rata kompetitor sejenisnya, kami menyukai bank ini seiring track record dan kemampuannya dalam menjaga kualitas aset sehingga semakin memperkecil downside risk-nya. Selain itu, ruang untuk peningkatan kredit masih besar sehingga kredit masih dapat digenjot apabila kondisi makro menjadi lebih kondusif. Saham ini layak mendapat valuasi premium seiring track record kinerja profitabilitas dan kualitas aset yang baik serta brand image yang kuat. Target price kami Rp 15.300 pada 3,5x PBV 2016F. BBRI. Basis segmen mikro yang kuat, bukan hanya sebagai konsumen kredit yang memiliki NPL rendah namun juga sebagai sumber dana murah, diperkirakan tetap akan sangat membantu kinerja bank ini. Selain itu, BBRI berpotensi mendapat sebagian besar dari program KUR bersubsidi pemerintah pada tahun depan yang rencananya sebesar Rp 100-120 triliun, sehingga dapat meningkatkan penyaluran kredit dan membantu memperbesar pangsa pasar. Target harga saham ini adalah Rp 13.000 pada 2,4x PBV 2016F. ICBP. ICBP telah menunjukkan kinerja yang relatif baik pada 9M15 di tengahtengah pelemahan daya beli masyarakat. Hal ini didukung oleh penurunan harga bahan baku seperti terigu yang lebih dalam dari depresiasi rupiah. Selain itu, sebagai pemimpin pasar dengan brand name yang solid, perusahaan juga memiliki kemampuan yang relatif baik dalam menaikkan harga jual di tengah-tengah kompetisi yang ketat. Sejalan dengan pandangan makro kami bahwa konsumsi akan mulai membaik di tahun depan, kami percaya ICBP akan diuntungkan dan memberikan target price Rp 15.600 (26,5x PE 2016F). ROTI. ROTI merupakan salah satu top-pick kami di sektor konsumsi karena terus mencatatkan pertumbuhan penjualan yang solid dengan marjin yang kuat seiring penurunan biaya bahan baku karena harga gandum yang turun. Dengan laba bersih yang naik 46% yoy pada 9M15, ROTI masih on track untuk dapat mencapai pertumbuhan laba bersih sebesar 38% pada 2015. Pada tahun 2016 kami perkirakan laba bersih ROTI akan naik 22% YoY ditopang oleh pertumbuhan penjualan sebesar 18% YoY yang salah satunya disumbangkan oleh beroperasinya Block W di Bekasi yang akan menambah kapastisa produksi sebesar 7%. Kami memberikan rekomendasi Buy dengan target harga Rp1.435 dan 17% potensi kenaikan. Target kami tersebut merefleksikan PE 16E sebesar 23.8x. WSKT. Diantara emiten dalam cakupan analisa kami, WSKT kami percayai akan membukukan kenaikan laba bersih paling tinggi dengan CAGR 2015-18 sebesar 29% per tahun, lebih besar dari rata-rata industry dengan tingkat pertumbuhan laba bersih 22.3% per tahun (CAGR 2015-18). Kenaikan laba bersih ini terutama ditopang oleh kenaikan pendapatan, dan juga meningkatnya marjin keuntungan dari sektor pra-cetak. Dalam periode 2016-18 kami memperkirakan pendapatan WSKT akan mengalami peningkatan dengan rerata pertumbuhan per tahun sebesar 24%. Sementara laba bersih kami perkirakan akan mengalami kenaikan 31% YoY pada tahun 2016. Kami memberikan rekomendasi BUY atas WSKT dengan target harga sebesar Rp2,200/saham dan potensi kenaikan sebesar 32%. EXCL. Efek negatif di kinerja keuangan EXCL pasca penerapan strategi baru telah sepenuhnya terfaktorkan di 2015. Hal ini akan membuat perbaikan kinerja EXCL di 2016 akan terlihat jauh lebih signifikan dibandingkan peers-nya. Katalis positif berikutnya adalah penjualan tower untuk menurunkan leverage profile perseroan. Kami merekomendasikan Buy dengan target price Rp4,500 (6.7x EV/EBITDA ‘16E) dan memilih EXCL sebagai stock pick.
www.samuel.co.id
Page 6 of 9
BSDE. Kami menyukai BSDE karena (1) Capaian kinerja dan marketing sales 9M15 yang lebih baik dibanding yang lain (2) Cadangan lahan yang massive untuk menjaga pertumbuhan kedepannya dan rencana master plan 6,000ha (3) Pengembang kota satelit dengan reputasi yang tidak diragukan didalam melipat gandakan nilai tanah dan bangunan (4) Porsi pendapatan pengembangan dan pendapatn berulang yang solid (5) Portfolio yang terdiversifikasi tersebar di 9 kota besar di Indonesia, dengan cakupan segmen menengah hingga kalangan atas (6) Strong footprint proyek di Greater Jakarta (7) Dukungan kerjasama JV dan top tenant bisnis recurring. LSIP. LSIP perusahaan yang memiliki marjin tertinggi dalam coverage kami, ditambah posisi keuangan yang kuat, memungkinkan LSIP untuk bertahan dalam kondisi ketidakpastian dalam industri kelapa sawit terutama terkait fluktuasi harga CPO. Pada 9M15, kami mencatat ditengah penurunan laba operasional industri sebesar 43% YoY dan penurunan laba bersih sebesar 78% YoY, LSIP membukukan penurunan laba operasional hanya sebesar 35% YoY sementara laba bersih LSIP tercatat hanya turun 33% YoY, lebih baik dari kinerja pemain lainnya di industri kelapa sawit. LSIP merupakan pilihan utama kami dalam industri perkebunan dengan target harga DCF sebesar Rp1,800 per saham, dividend yield 2016 sebesar 2.9%, dan 36% upside menuju TP kami. BUY!
www.samuel.co.id
Page 7 of 9
Figure 6. Valuation Table Summary Ticker
Rec.
Banks BMRI BUY BBCA BUY BBRI BUY BBNI BUY Consumer (Staples) ICBP BUY INDF BUY KLBF BUY ROTI BUY ULTJ BUY UNVR HOLD Cigarette HMSP BUY GGRM BUY Healthcare MIKA BUY SILO BUY Retail MAPI BUY RALS HOLD ACES HOLD Telco EXCL BUY ISAT HOLD TLKM HOLD Auto and HE ASII HOLD UNTR BUY Aviation GIAA BUY Property BSDE BUY PWON HOLD KPIG BUY ASRI HOLD SMRA BUY Construction PTPP HOLD ADHI BUY WSKT BUY WIKA BUY Cement INTP HOLD SMGR BUY SMCB HOLD Utility PGAS BUY JSMR BUY Coal and Metal ANTM BUY INCO BUY TINS BUY ITMG BUY ADRO BUY PTBA BUY Plantation AALI BUY LSIP BUY SIMP BUY Other Sectors AKRA HOLD DOID BUY WINS BUY
Market cap Last price Target price Upside (Rp bn) (Rp) (Rp) (%)
15E
PE 16E
17E
15E
PBV 16E
17E
15E
ROE 16E
17E
16.5% 19.3% 21.6% 14.1%
16.8% 18.1% 20.1% 16.3%
17.4% 17.9% 19.9% 16.4%
210,583 330,376 282,462 94,642
9,025 13,400 11,450 5,075
10,200 15,300 13,000 5,900
13.0 14.2 13.5 16.3
11.0 18.6 11.3 10.2
9.4 17.0 10.4 7.7
7.9 14.6 9.0 6.7
1.8 3.6 2.5 1.4
1.6 3.1 2.1 1.3
1.4 2.6 1.8 1.1
73,762 44,780 59,063 6,201 11,438 275,443
12,650 5,100 1,260 1,225 3,960 36,100
15,600 7,000 1,610 1,435 4,800 39,000
23.3 37.3 27.8 17.1 21.2 8.0
23.6 16.5 30.0 23.8 21.8 47.6
21.5 12.1 27.4 20.3 19.2 42.5
18.8 10.1 22.9 17.8 16.6 38.9
4.8 1.7 5.7 5.2 4.1 59.2
4.2 1.6 5.1 4.2 3.5 51.6
3.8 1.4 4.4 3.6 2.9 46.3
448,406 100,293
96,375 52,125
109,750 59,500
13.9 14.1
41.6 21.1
39.3 16.7
35.2 14.7
30.7 2.8
28.9 2.5
28.0 2.3
73.7% 13.3%
73.5% 15.2%
79.4% 15.7%
34,704 11,532
2,385 9,975
2,950 12,500
23.7 25.3
61.2 153.5
55.5 118.8
49.7 93.2
10.5 6.1
9.5 5.0
8.8 4.1
17.1% 3.9%
17.2% 4.2%
17.6% 4.4%
6,474 4,577 13,549
3,900 645 790
5,000 610 750
28.2 (5.4) (5.1)
84.8 14.3 23.2
28.1 14.7 20.8
14.8 13.2 19.3
2.1 1.3 5.1
2.0 1.3 4.3
1.8 1.2 3.6
2.5% 9.2% 21.9%
7.0% 8.6% 20.5%
11.9% 9.1% 18.7%
32,884 29,479 310,464
3,850 5,425 3,080
4,500 5,550 3,300
16.9 2.3 7.1
89.5 61.0 20.7
43.8 25.2 18.6
25.0 17.6 16.5
2.3 1.7 4.2
2.2 1.3 3.8
2.1 1.1 3.4
2.6% 2.7% 20.4%
5.1% 5.3% 20.5%
8.5% 6.5% 20.5%
259,095 58,936
6,400 15,800
6,000 17,900
(6.3) 13.3
14.2 10.0
14.0 9.1
13.5 8.4
2.6 1.5
2.5 1.3
2.4 1.2
18.4% 14.7%
17.7% 14.8%
17.5% 14.7%
7,942
307
370
20.5
11.1
11.1
7.4
0.6
0.6
0.4
5.0%
5.0%
6.0%
32,334 21,913 9,302 6,877 22,145
1,680 455 1,350 350 1,535
1,950 465 1,810 350 1,750
16.1 2.2 34.1 14.0
11.1 13.4 18.8 12.5 15.8
10.2 10.6 31.4 10.6 14.3
9.1 9.5 26.5 8.8 12.6
1.8 3.0 1.1 1.1 3.2
1.6 2.4 1.1 1.0 2.7
1.4 2.0 1.1 0.9 2.4
16.4% 22.5% 6.1% 8.5% 20.0%
15.6% 23.0% 3.5% 9.1% 19.1%
15.2% 21.3% 4.1% 10.1% 19.0%
18,304 7,709 22,666 16,603
3,780 2,165 1,670 2,700
4,000 2,700 2,200 3,300
5.8 24.7 31.7 22.2
27.2 22.8 35.5 25.5
22.5 20.2 27.4 22.1
18.5 16.8 21.4 18.5
6.3 1.6 2.6 3.8
5.2 1.5 2.4 3.4
4.3 1.4 2.1 3.0
23.2% 7.2% 7.2% 14.9%
23.1% 7.6% 8.6% 15.4%
23.2% 8.6% 10.0% 16.4%
77,030 63,764 7,893
20,925 10,750 1,030
22,500 13,700 1,070
7.5 27.4 3.9
16.0 11.5 (51.5)
15.6 10.3 73.6
13.3 8.9 35.5
3.1 2.4 1.0
2.9 2.1 1.0
2.6 1.9 1.0
19.3% 20.5% -2.0%
18.6% 20.2% 1.4%
19.5% 21.2% 2.9%
64,482 33,660
2,660 4,950
3,400 6,500
27.8 31.3
11.3 23.1
12.0 20.6
10.1 19.4
1.8 3.2
1.7 2.9
1.5 2.7
15.5% 13.6%
13.8% 13.9%
14.7% 13.7%
7,401 15,302 3,724 6,751 16,313 10,979
308 1,540 500 5,975 510 4,765
375 2,400 650 9,000 700 7,800
21.8 55.8 30.0 50.6 37.3 63.7
(6.6) 27.9 16.1 3.9 7.2 6.1
(17.1) 55.8 12.2 5.4 9.0 6.8
28.0 13.9 10.0 4.3 7.0 5.3
0.5 0.6 0.6 0.6 0.4 1.1
0.5 0.6 0.6 0.6 0.3 1.0
0.5 0.6 0.6 0.6 0.3 0.9
-8.1% 2.2% 4.0% 14.1% 4.9% 18.4%
-3.2% 1.1% 5.1% 10.3% 3.8% 15.4%
1.9% 4.2% 6.0% 12.8% 4.8% 17.7%
26,023 9,040 5,504
16,525 1,325 348
20,000 1,800 550
21.0 35.8 58.0
27.5 13.8 13.9
19.9 10.5 10.2
17.1 8.8 8.7
2.2 1.2 0.4
2.1 1.1 0.4
1.9 1.0 0.4
8.2% 8.7% 2.7%
10.4% 10.6% 3.6%
11.1% 11.7% 4.1%
27,841 488 666
7,050 59 165
7,000 95 200
(0.7) 61.0 21.2
25.3 4.3 (12.0)
22.7 1.4 (13.3)
18.2 1.4 17.1
4.3 0.4 0.2
3.8 0.3 0.2
3.4 0.3 0.2
17.2% 8.3% -1.6%
16.9% 21.4% -1.5%
18.4% 17.6% 1.1%
20.2% 19.7% 20.1% 10.3% 12.9% 14.2% 18.8% 18.5% 19.4% 21.7% 20.8% 20.1% 19.0% 18.0% 17.5% 124.4% 121.5% 119.1%
Source: SSI Research www.samuel.co.id
Page 8 of 9
www.samuel.co.id
Page 9 of 9