M A SJA R A K A T ................................................................................... D E R A D JA T S O S IA L N JA JA N G R E N D A H .................
Z
A. Asal-usulnja ....................................................... B. Bahasanja ........................................................... C. Deradjat pengetahuannja................................ D. Pemandangannja terhadap bangsa-bangsa lain ....................................................................... E. Sikap penduduk lainnja ............................... F. Sikap pemerintah ............................................. G. Pendirian politiknja ........................................ H. Agamanja .......................................................... I. Tradisi kebudajaannja ...................................
^ ^ ^3
B.
SU SU N A N S O SIA L N JA
70 70
A. Tingkatan-Jtingkatan kemasjarakatannja B. Masjarakat desa ............................................
C. 1. Sifat keluarga Indonesia ..................... C. 2. Besarnja keluarga .............................. C. 3. Perkawinan dan kesetiaan dalam perkawinan. ............................................ a.Arti. perkaw inan b. T jara-tjara pernikahan c. B entuk-bentuk p erkawinan d. Perkaw inan tjampuran. C .4. Kesusilaan sexueel................................ C. 5. Penggunaan nafkah ............................ a. Besarnja nafkah b. P em akaiann ja. C. 6. Pembagian kerdja ............................... KEH IDUPAN EKO N O M IS §1. MATA PENTJAHARIAN ........................................... A. Orang-orang Indonesia sebagai pekerdja dengan upah...................................................... A. 1. Pada pemerintah .................................... A. 2. Pada madjikan-madjikan partikulir
4
53 57 61 68 69 69
H U B U N G A N -H U B U N G A N S O S IA L D ID A L A M G O L O N G A N N JA S E N D IR I ................................................
§ 1.
IV
5
D ID A L A M
83
89 93
102 102 125
128 128 128 131
BAB
B.
§ 2. § 3. §4. §5. V
VI V II V III
Orang-orang Indonesia jang mempunjai Usaha sendiri .................................................. B. 1. Sebagai petani ketjil .......................... B. 2. Sebagai pedagang ................................. BAGIAN GOLONGAN INDONESIA DALAM EKONOMI SURINAME ........................................... PERBANDINGAN BAGIAN INI DENGAN GOLONGAN-GOLONGAN LAINNJA ................. TEMPAT-TEMPAT MENABUNG UANG ........ SUATU PERBANDINGAN ...................................
134 134 1^1 144 H8 151 152
K E H ID U P A N K E A G A M A A N § 1. AGAMA ISLAM ......................................................... §2. AGAMA KERISTEN ..................................................
157 166
A R T I P E R A JA A N -P E R A JA A N
.......................................
171
P E R H IM P U N A N -P E R H IM P U N A N ...............................
179
P E N G A D JA R A N D A N D E R A D JA T P E N G E T A H U A N O R A N G -O R A N G
IN D O N E S IA
§ 1. DERADJAT PENGETAHUAN ORANG-ORANG INDONESIA ............................................... ................... 182 § 2. PEMBERANTASAN BUTA-HURUF .................. 190 § 3. BAHASA DAN KEBUTUHAN AKANBATJAAN ... 192 §4. SEKOLAH-SEKOLAH BAGI ANAKINDONESIA 193 IX
X XI
KED U D U KA N PA R A T E R P E L A D JA R D IK A LA N G A N O R A N G -O R A N G IN D O N E S IA ...... M A SA LA H „ U R B A N IS A S I”
K E B U D A JA A N
205
..............................
210
K R IM IN A L IT E T D IK A LA N G A N O R A N G -O R A N G IN D O N E S IA .................................................................................
213
X III
K EA D A A N K E S E H A T A N .....................................................
218
X IV
P E N D A P A T T E N T A N G O R A N G IN D O N E S IA S E B A G A I IM IG R A N ...............................................................
Su imi9 r a n - i r J ”^Uran^ a<^a '^ • ^ 0 orang Indonesia. Rombongan kea ramaribo H* ^ r v * J a n ^ kira-kira 60 tahun jang Jampau datang di JUrnlah selu ^ ia * a rta, sekarang telah mendjadi bagian penting dari a rena buat fU penduduk ne 9eri. Penambahan itu telah terdjadi baik dan keJebih911 nJauf)un karena kodrat alam, masing-masing oleh imigrasi ^erbagai_^a 3 ° e^a^iran. A danja golongan mereka itu menimbulkan keadaan so S° a ^ sos^ ~ P °^tik dan sosial-kulturil. Pertama-tama ^ e a d a a n ma e k o n o m i P a r a imigran itu adalah djelek, jang dalam 0 ra ng_0 ra n 0 SJf rj Suriname boleh dikatakan tidak sehat. Ketjuali itu sekaJi berbed rl ° nesia m emPunjai kebudajaan sendiri, jang sama ha] ff-jj ^ a a r i P a d a kebudajaan disekelilingnja. Sudah barang tentu Oleh sebabUS per^a ^kan t>enar didalam rangka pertumbuhan negeri. tikan, kare ^ nasi^ 9 ° l ° ng3n orang Indonesia itu harus lebih diperhaakan bekp SatU bagian )an9 sakit, akan m enjebabkan bahwa seluruhnja U n tu k
ta k se m P u rn a -
1 q meraPerbaiki keadaan jang tidak sehat ini ada dua kemungkinan: 2 ]u ran 9 - ° rang Indonesia itu dikembalikan ketanah air mereka, atau , a tetap di Suriname, dan keadaan penghidupan mereka diIk>, jan g akan bermanfaat pula bagi perbaikan keadaan negeri umumnja.
daPat d '3 ‘ klta t' nc^jau kemungkinan pertama. Maka dengan segera *ettipoh g^a ^a bahwa tindakan itu akan merugikan Suriname. Dalam kan nila’ •ta^Un ltu orarig-orang Indonesia di Suriname telah membuktii(;u sela^m^a ek°nomi dan masjarakat disitu. Pertama karena mereka ^embuk* ^ eruPakan tenaga jang murah bagi perusahaan-perusahaan dan bersih a utan"^utan sehingga mendjadi pekarangan-pekarangan jang k aren a / n.^^a Pemandangan dinegeri mendjadi lebih indah, Kedua di baaian 3 ama ™ereka tinggal di Suriname itu, sehingga telah mendjadan jano t a k ^ ^ u cJiP i s a h ' P isa h Ica n Ia9‘ dari masjarakat disana, itu berarti m em nf d,IePaskan - Mengembalikan orang-orang Indonesia
*«kerd,a iebih s J d ^ d a ^ S , ™ , ®
Sehi’," i’ SeI“rUhn|'a al
INDONESIA PADA PANTAI LAUTAN ATLANTIK
Kepergian para imigran itu tidak hanja akan berakibat buruk bagi Suriname sadja, jang akan merupakan suatu bentjana besar, tetapi bagi jang bersangkutan sendiri penjelesaian serupa itu tidak dapat diandjurkan. Sebabnja ialah karena Suriname dapat djuga memberikan kemungkinan-kemungkinan penghidupan jang lajak. Pertama karena Pemerintah Indonesia sedang menghadapi banjak kesulitan-kesulitan dilapangan ekonomi dan sosial berhubung dengan kelebihan penduduk pulau Djawa sehingga tak mungkin lagi memberikan perhatian kepada pemindahan kembali ketanah air dari orang-orang Indonesia di Suriname. Selandjutnja menurut pendapat kami orang-orang Indonesia itu akan sulit menjesuaikan diri lagi pada keadaan-keadaan baru di Indonesia, jang djauh berlainan dari pada keadaan 30 a 40 tahun jang lampau.Ditambah pula bahwa pemindahan kembali imigran-imigran Indonesia itu akan meminta biaja jang tidak sedikit, maka dapatlah dipahamkan bahwa penjelesaian setjara demikian itu sementara tidak dapat dilaksanakan. Beberapa orang di Suriname mengharapkan sekali orang-orang Indonesia tetap tinggal di Suriname, jaitu dipandang dari perbaikan keturunan. W anita-wanita Indonesia sangat disukai orang-orang Creool (peranakan Indo Sepanjol di Amerika Selatan) karena perawakannja dan tingkahlakunja jang sopan. Kata orang : „Djika saja tidak sudah kawin, tentu saja mengambil isteri orang Djawa.” Seorang Creool jang terkemuka b erk ata: „Saja berani memastikan bahwa orang Creool dari orang-orang wanita, diantara mana ada wanita Indonesia, akan memilih wanita Indonesia itu. Oleh sebab-sebab inilah maka sebaiknja orang-orang Indonesia sementara tetap tinggal di Suriname. Tetapi adalah suatu keharusan bahwa penghidupan mereka diperbaiki, djika Pemerintah Suriname hendak mendapat manfaat jang sebesar-besarnja dari imigran-imigran itu. Tadi kami kemukakan bahwa kedudukan golongan Indonesia didalam masjarakat Suriname adalah tidak sehat, dan merupakan suatu penjakit. Untuk memperbaikinja, maka sjarat pertama ialah menentukan sifat penjakit itu, atau dengan perkataan lain : penghidupan para imigran itu harus diselidiki setjara sosiologis sedalam-dalamnja. Dari bahan-bahan penjelidikan itu akan dapat diambil tindakan-tindakan jang bersifat sosialpolitik dan sosial-kulturil, jang perlu untuk mengadakan perbaikan. A nalisa itu akan mempunjai arti pula bagi orang-orang Indonesia itu sendiri. Prof. Wertheim pernah berkata : „Siapa ada dalam kesulitan djiwa, akan mendapat pertolongan dari psycho-an alyse. Pengertian jang lebih baik dari diri sendiri dan tempat dirinja didalam masjarakat atjapkali memberi pertolongan. Barangkali pertolongan demikian itu datang djuga dari psycho-analyse golongan. Arti penjelidikan histocis dan sosiolog is sebagian besar terletak dalam daja pembersihannja. Pembebasan dari belenggu sedjarah dapat melahirkan kekuatan-kekuatan untuk menggalang hari kemudian jang baru.” J ) Lihat tjatatan kaki hal. 9 5
PENDAHULUAN
Tidak sadja bagi penjelesaian soal-soal praktis sosial dan ekonomi penjelidikan itu ada artinja. Pemindahan orang-orang Indonesia kelingkungan jang baik kulturil maupun an thropologisch berbeda sama sekali dari lingkungannja sendiri, merupakan suatu objek penjelidikan jang me^ narik sekali bagi seorang ethn oloog. Bukanlah golongan itu ditempatkan diantara golongan-golongan lain, jang masing-masing mempunjai tradisi kebudajaan sendiri-sendiri. keadaan mana menimbulkan matjam-matjam pertanjaan pada orang-orang jang melihat kedjadian itu dari sudut pertjampuran kebudajaan ? Bagaimanakah kedjadian golongan itu ditindjau dari sudut kebudajaan ? Betapakah perlawanan mereka terhadap pengaruh-pengaruh jang biasanja merusak dari kebudajaan-kebudajaan asing ? Unsur-unsur manakah jang mereka masukkan kedalam kebudajaan mereka dan manakah jang mereka buang dari kebudajaannja sendiri ? dsb. Kami merasa bersjukur bahwa diberi kesempatan mengadakan penje lidikan jang sedemikian itu cleh Jajasan Kerdjasama Kebudajaan di Amsterdam. Kami bermaksud mengerdjakan lebih landjut hasil-hasil penjelidikan ini dalam bentuk ilmu pengetahuan dan mengumumkannja. Oleh berbagai-bagai hal kami sementara terpaksa mengerdjakan hasilhasil jang telah tertjapai itu didalam bentuk suatu rentjana singkat dan menunda pekerdjaan selandjutnja sampai kemudian hari. Akan tetapi rentjana ini telah disusun selengkap mungkin, sehingga memberikan gambaran-gambaran djelas tentang keadaan-keadaan, sehingga dapat dipakai sebagai dasar untuk menentukan tindakan-tindakan sosial dan kulturil. Sebelum meriwajatkan objek jang sesungguhnja, jaitu tempat orangorang Indonesia didalam masjarakat Suriname, kami memberikan ichtisar lebih dahulu tentang keadaan negeri pada umumnja. Bukankah pribadi seseorang itu hasil keturunan dan lingkungannja ? Demikian djuga bagi golongan jang terdiri dari individu-individu jang terlihat mendiadi suatu kesatuan oleh ikatan-ikatan tertentu. Sesungguhnjalah masjarakat Suriname telah memberi pengaruh kepada golongan orang-orang Indo nesia, dan adalah suatu keharusan untuk menjelidiki, bagaimana terdjadinja itu dan bagaimana pengaruh itu dimasa jang lampau dan sekarang. Kemudian tidak dapat dielakkan suatu ichtisar sedjarah, jang perlu sekali untuk memahami benar-benar tempat orang-orang Indonesia. Selandjutnja diberikan perhatian kepada dem ografie golongan tersebut, dalam batas-batas kemungkinan. Pada pembitjaraan mengenai tempat orang-orang Indonesia dalam masjarakat itu, jang kami sertai gambarangambaran tentang bermatjam-matjam segi penghidupannja, kami hubungkan suatu kesimpulan pendapat kaimi, didalam mana kami berikan beberapa pikiran tentang politik kebudajaan dan sosial jang kiranja dapat didjalankan. x)
W . F . W E R T H E I M : ,,Het Sociologisch karakter van de Indo-maatschappij” A m s terdam 1949. hal 3.
9
INDONESIA PADA PANTAI LAUTAN A TLAN TIK
Kami rasa tidak akan berlcbihan djika kami berikan djuga gam baran tentang keadaan-keadaan dalam mana kami melakukan penjelidikan-penjelidikan kami, untuk memberitahukan tjara-tjara jang telah kami tempuh. Orang-orang Indonesia di Suriname politik terbagi dalam dua golong an jang satu sama lain sangat bertentangan. Disatu pihak berdiri Kaum Tani Persatuan Indonesia (K .T .P .I.), dan dilain pihak ada beberapa perkumpulan, diantaranja jang paling terkenal Pergerakan B an g sa Indonesia Suriname (P. B. I. S .). Pada bab mengenai pergerakan politik hal ini akan kami kupas lebih landjut. Perpetjahan politik ini telah mempengaruhi djuga djalan penjelidikan kam i: dari pihak K .T .P .I. kami boleh dikatakan tidak mendapatkan bantuan. Kedudukan kami sebagai „orang Indonesia dari luar” rupa-rupanja merupakan suatu b ah aja bagi kehidupan organisasi tersebut. Sudah dari sebelum kedatangan kami di Suriname ketua organisasi jang pada waktu K-M.B. di Den H aag p eraw atannja oleh ketua delegasi R.I. tersebut diserahkan kepada kami, telah m e lakukan anti-propaganda terhadap kami dan selama kami berada dinegeri itu mengandjurkan kepada pengikut-pengikutnja supaja d jangan pertjaja kepada kami. Bermatjam-matjam usaha telah didjalankan untuk memperbesar ketjurigaan itu. Benarlah kami telah beberapa kali diundang untuk menghadiri rapat-rapat jang mereka adakan, akan tetapi m enurut bekas-bekas pengikut-pengikutnja maksudnja ialah tiada lain daripada untuk menundjukkan kepada anggota-anggotanja terhadap siapa m ereka itu harus berhati-hati. WaJaupun kami sendiri mempunjai dugaan dem i kian, diantaranja karena kenjataan bahwa didjaga benar-benar a g a r kami sedikit mungkin dapat berhubungan langsung dengan hadirin, nam un kami tidak dapat menolak undangan-undangan itu untuk m enghindarkan sangkaan bahwa kami memihak pada salah satu pihak. Sungguhpun de mikian sikap ini tidaklah mempengaruhi sedikit djuga u sah a-u saha penjelidikan kami, walau ternjata bahwa mula-mula banjak an g gota sukar didekati karena mereka beranggapan, bahwa kedatangan kami itu ad alah untuk menghalang-halangi mereka kembali ketanah air, akan tetapi oleh banjak orang kami telah diterima dengan baik. D ari lurah desa didalam distrik Nickerie, jang tergabung pada perkumpulan tadi, kami telah menerima angka-angka jang berharga sekali. Kesulitan jan g terb esar kami alami pada waktu mengumpulkan bahan-bahan an g ka-an gka. D e mikianlah kami telah menemui kesulitan-kesulitan dengan seorang lurah lainnja, jang djuga tergabung dalam K .T .P .I., ketika kami d engan k e rta s dan pinsil mengumpulkan keterangan-keterangan tentang susunan umur golongan itu. Mereka berkata, bahwa kami sedang membuat tja ta ta n tjatatan bagi Pemerintah untuk menghalang-halangi m ereka kem bali ke Indonesia. Tetapi dari golon gan-golon gan lain kam i te la h menerima b antu an 10
PENDAHULUAN
sebesar-besarnja, sehingga mengimbangi seluruhnja kesulitan-kesulitan jang kami alami dari pimpinan K .T .P .I. Bantuan mereka jang kami terima, sungguh membesarkan hati. Oleh sebab inilah maka kami telah dapat mengumpulkan keterangan-keterangan sampai tentang hal-hal jang pelik-pelik. Perasaan persaudaraan mereka terhadap kami adalah suatu bukti bagi kami betapa mereka itu masih merasa terikat pada tanah air. Hal ini telah menimbulkan kesulitan-kesulitan djuga, walaupun sifatnja lain daripada jang kami alami dari pimpinan K .T .P .I. Jang kami maksud ialah terlampau banjaknja perhatian dari pihak objek penjelidikan jang sudah barang tentu menjulitkan pekerdjaan sipemeriksa. Tiap-tiap kesempatan dipergunakan untuk menemui kami. Ketjuali berarti terlam pau banjaknja tamu jang datang, hal ini sering menjebabkan kami tidak dapat memperhatikan mereka itu dalam pekerdjaan mereka sehari-hari. Kalau kami tiba-tiba mengundjungi mereka, maka berhentilah mereka bekerdja, lalu berkumpullah disuatu tempat untuk menghormati kami. Dan hal ini biasanja berlangsung terus selama kami masih ada disitu. Makanan jang dihidangkan kepada kami biasanja lebih baik daripada jang biasanja mereka santap, sehingga makanannja sehari-hari tidak mudah diketahui. Untuk toh mengetahui hal ini, harus kami pergunakan pertolon3an oran9 'oran9 ian9 tiada begitu terlihat. Seb alik n ja hal ini m enguntungkan djuga, karena kami dalam tempoh jang singkat dapat m engum pulkan lebih banjak k e te ran g an -k eteran g an d a r i p a d a djika tidak demikian. Ada satu hal jang menguntungkan kami diW dingkan dengan penjelidik-penjelidik lain. Karena kami menguasai bahasa orang-orancj ludonssici dan segera mendapatkan kepertjajaan mereka, dapatlah kami mem.pergunakan waktu jang kiranja diperlukan untuk itu, seluruhnja untuk penjeli dikan jang sebenarnja, jang berarti penghematan waktu jang tidak sedikit. Bagian terbesar dari bahan-bahan itu kami ambil dari berita-berita jang bersangkutan sendiri. Dari pemberitaan-pemberitaan tentang kedjadiankedjadian dahulu dan sekarang dan dari pandangan mereka tentang beberapa keadaan dapatlah kami ambil kesimpulan, bagaimana orangorang Indonesia itu melihat tempatnja didalam masjarakat Suriname dan sebab-sebab apa jang mendjadikan demikian itu. Disamping itu kami telah banjak mempergunakan interpiu-interpiu chusus dan penindjauan-penindjauan jang konkrit. Sedikit mungkin kami mempergunakan kartukartu en quete, karena kami berpendapat bahwa pada umumnja nilai enquete~enqiiete itu tidak besar. Hanja untuk mengumpulkan angkaangka kami pergunakan alat ini, karena risikonja dalam hal ini tidak banjak. Oleh karena angka-angka resmi di Suriname ternjata tidak selalu dapat dipertjaja, maka untuk bahan angka-angka kami untuk sebahagian besar bergantung kepada penjelidikan sendiri.
11
INDONESIA PADA PANTAI LA U TA N A TLA N TIK
Sedikit tentang penindjauan langsung ini. Perpetjahan dikalangan orang-orang Indonesia dan persaingan jang disebabkan oleh perpetjahan tadi, menjebabkan bahwa kami tidak selalu dapat melakukan penindjauan-penindjauan tiap-tiap hari dalam waktu jang pandjang berturutturut. Djika kami umpamanja disesuatu tempat menginap dirumah seorang anggota golongan jang satu, maka hal ini akan dianggap oleh jang lain sebagai suatu tanda bahwa kami telah memihak, dan sebaliknja. Berkemah diluar adalah berbahaja, oleh karena itu kami dinasihatkan djangan berbuat demikian. H anja didistrik Nickerie dan didekat M oengo, dimana kami dapat bermalam ditempat jang netral, kami mempunjai kesempatan untuk mengadakan penindjauan selama tiga minggu berturut-turut. Tetapi kekurangan ini dapat ditolong oleh orang-orang Indonesia sendiri, karena kami selalu tepat pada waktunja diberitahu, djika akan ada kedjadian jang luar biasa. Dengan djalan demikian dapatlah djuga kami mengetahui kedjadian-kedjadian penting didalam penghidupan orang Indonesia. Ketjuali itu kami telah beruntung, bahwa pada perkundjungan-perkundjungan tiba-tiba kepada sesuatu desa kami lcebetulan turut menjaksikan kedjadian jang luar biasa. Sebab itu kami sebagai penjelidik Indonesia mempunjai segi-segi jang menguntungkan dan jang merugikan, jang tidak boleh diperketjil artinja. Kesulitan jang terbesar ialah, walau ada ketjurigaan jang diterbitkan dengan sengadja dan ditiup-tiup, untuk menghindari tiap sangkaan bahwa kami memihak salah satu pihak, jang sering hampir tidak mungkin. Djika kami untuk beberapa hal mengambil djalan tengah, maka ada bahajanja bahwa kami tidak mentjapai jang mendjadi tudjuan kami datang di Suriname. Hebatnja pertentangan antara kedua pihak sungguh mengchawatirkan, dan sudah barang tentu hal itu berpengaruh kepada seluruh masjarakat. Bahwa pada umumnja orang-orang di Suriname, dengan beberapa perketjualian, memandang soal kegelisahan dikalangan orang-orang Indonesia ini sebagai suatu soal ketjil, adalah sangat m enjedihkan dan tidaklah membaikkan nama Suriname, bahwa orang-orang Indonesia itu harus minta pertolongan Pemerintah Indonesia untuk mempergunakan pengaruhnja agar politik memetjah-belah jang didjalankan oleh beberapa orang dikekang. Bahwa kami toh dapat menjelesaikan penjelidikan kami dengan baik, adalah berkat bantuan jang kami terima dari orang-orang Indonesia jang terpeladjar di Suriname. Dari pihak pembesar-pembesar negara dan distrik telah kami terima pula bantuan dan banjak pengertian, atas ban tuan mana kami sangat berterimakasih. Terimakasih kami sampaikan pula kepada semuanja di Suriname jang telah menerima kami dengan segala kesenangan dan kerelaan hati selama kami berada di Suriname. Zandvoort. M aret 1951.
12
Kata Penjusul L e b i h dari 25 bulan telah lalu sesudah kami mengachiri tulisan ini. Pemerintah Republik Indonesia telah menundjukkan perhatiannja terha dap kurang lebih 40.000 warganegara Indonesia di Suriname dengan membuka sebuah Komisariat di Paramaribo. Akan tetapi dengan tindakan ini sesungguhnja keadaan orang-orang Indonesia belumlah berubah, seperti jang kami paparkan didalam tulisan ini, bagaimana giatnja pun Konsol Indonesia telah berdaja-upaja untuk mendjernihkan suasana dan memperbaiki keadaan orang Indonesia. Kesulitan-kesulitan jang kami' djumpai pada waktu kami mengadakan penjelidikan di Suriname, sekarang didjumpai oleh utusan resmi Pemerintah Indonesia. Keinginan untuk kembali ketanah air tidaklah berkurang, dan tjuriga-mentjurigai diantara orang-orang Indonesia masih tetap berkobar seperti sediakala. Keinginan untuk kembali ke Indonesia ini pada bagian besar telah mempunjai bentuk njata dalam pendirian sebuah Jajasan ke Tanah Air, jang bertudjuan mengumpulkan modal sekian banjaknja, sehingga anggota-anggotanja nanti di Indonesia dapat mendjalankan pertanian dengan alat-alat mesin atas dasar koperasi. Baru-baru ini Pemerintah Indonesia telah mengundang sebuah delegasi terdiri dari 8 orang Indonesia dari Suriname untuk menjaksikan keadaan di Indonesia. Pada kesempatan ini ternjata dengan djelasnja, bahwa satu-satunja tudjuan mereka masih bekerdja di Suri name ialah untuk memungkinkan kembalinja mereka ke Indonesia. Ditindjau dari sudut ini kedatangan delegasi itu tidaklah memberikan hasil apa-apa. Sekembalinja 8 utusan di Suriname timbul lagi dengan hebatnja pertikaian antara golongan-golongan. Pengalaman-pengalaman ini memperkuat pendirian kami bahwa dalam djangka pendek masalah orang-orang Indonesia di Suriname itu adalah masalah psychologisch, sedang selandjutnja masalah itu sesungguhnja adalah soal jang bersifat sociaal-paedagogisch. Didalam usaha kita mentjari penjelesaian untuk ke sulitan-kesulitan itu, perlu kita mengingat hal ini. Salah pengertian ten tang sebab-sebab pokok ini mungkin dapat mendatangkan bentjana bagi orang-orang Indonesia jang bersangkutan. Oleh sebab itu maka keputusan Pemerintah Indonesia untuk mengizinkan segolongan orang-orang Indonesia sedjumlah 1000 djiwa dari Suriname kembali ke Indonesia dan menetap didaerah Sumatra Barat guna mendjalankan usaha pertanian mekanis, adalah sangat bidjaksana. Langkah ini mengandung kemungkinan besar dapat diselesaikannja ,.masalah Indonesia” di Suriname jang bertahun-tahun itu. Untuk golongan jang tak pernah mau bekerdja sama dengan Perwakilan R .I. di Paramaribo untuk memperbaiki keadaan umat Indonesia disitu, langkah Pemerintah Indonesia berarti: W akil Indonesia memang berdaja untuk memulangkan orang-orang Indonesia, bertentangan de-
13
INDONESIA PADA PANTAI LA U TA N A TLA N TIK
ngan dongengan sesuatu pihak bangsa Indonesia sendiri jang senantiasa mempropagandakan bahwa maksud W ak il R .I. itu adalah menanam untuk selama-lamanja bangsa Indonesia di Suriname. Dan kenjataan itu dapat membuka mata golongan jang menentang usahausaha Perwakilan Indonesia itu, bahwa propaganda pemimpin-pemimpin mereka itu bersifat penipuan belaka. Dan hal ini dapatlah membawa kembali ketentraman jang sangat dibutuhkan oleh umat Indonesia di perantauan itu. Untuk rakjat dan Pemerintah Suriname langkah Pem e rintah itu berarti, bahwa Pemerintah Indonesia memang sungguh-sungguh memperhatikan nasib rakjatnja di Suriname. D an pemulangan sebahagian dari golongan Indonesia di Suriname itu dapatlah mejakinkan rakjat dan Pemerintah Suriname bahwa Pemerintah Indonesia, djika kedudukan imigran-imigran Indonesia tidak diperbaiki, sanggup menerima mereka di Indonesia. Maka antjaman ini dapat mendorong mereka untuk agak berhati-hati dalam sikap mereka terhadap umat Indonesia dan berusaha untuk memperlakukannja tanpa diskriminasi. Kembalinja ketentram an antara bangsa Indonesia sendiri, dan lebih besarnja perhatian Pemerintah dan rakjat Suriname untuk nasib kaum imigran Indonesia, akan sangat menolong bangsa Indonesia didaerah ini dalam usahanja m entjari penghidupan jang agak baik. Djakarta, Mei 1953.
B A G IA N
GAMBARAN SUSUNAN MASJARAKAT DI SURINAME
SURINAME Sungai-sungai: a. Corantijne b. Nickerie c. Coppename d. Saram acca e. Suriname f. Commewijne g- Tapanahoni h. Marowijne
Tcmpat-tempat: 1.
. 3. 4. 5. 6. 7.
2
8
Param aribo N w Nickerie Coronie Groningen Lelydorp Domburg N w Amsterdam
D istrik-disicik; 9. Slootwijk 1 0 . M on D esir 1 1 . M cen g o 1 2 . A lbina
I. II. III. IV . V. V I.
C O R O N IE N IC K E R IE SARAM ACCA S U R IN A M E C O M M E W IJN E M A R O W IJN E
. N w M eerzorg
Imigran2 Indonesia bertempat tinggal tersebar-sebar antara 6 distrikdistrik di Suriname. Bagian jang terbaik dari bumi Suriname ini adalah daerah pantai jang terdiri dari aluvium dan sangat subur. D an didaerah inilah terdapat perkampungan-perkampungan imigran Indonesia.
Gam baran Susunan M asjarakat Suriname
§1. R A P A T N JA P E N D U D U K Suriname adalah suatu daerah jang luasnja H 2.882 km2, jaitu sedikit lebih luas dari pulau Djawa (126 — 675 km2). Berlainan dengan pulau jang terachir ini, jang dengan djumlah penduduknja jang 50 djuta orang itu merupakan daerah pertanian jang terpadat penduduknja diseluruh dunia, Suriname sangat miskin akan penduduk. Menurut angkaangka resmi djumlah penduduknja pada tanggal 31 Desember 1949 adalah 216.124 orang, djadi kira-kira 1,51 tiap-tiap km2. Djadi angka kepadatan penduduk adalah sangat rendah dan djika diperhitungkan pula betapa ketjilnja arti penduduk Negro dan Indian ditindjau dari sudut ekonomi bagi Suriname, maka angka-angka tersebut masih terlampau tinggi. Kekurangan penduduk inilah jang merupakan salah satu masalah sulit jang terbesar bagi Suriname. Suatu negara jang tidak mempunjai pen duduk jang tjukup banjak, tentulah tidak dapat berkembang sebaiknja, walaupun rnechanisasi dapat menolong sebagian daripada kesulitan-kesulitan. Daerah-daerah subur jang luas sekarang terpaksa dibiarkan, perkebunan-perkebunan terpaksa mengurangi sebagian besar prodi.ksii.\ja atau menghentikannja sama sekali, sedang jang baru tidak dapat dibuka- Perkebunan tebu di Marienburg umpamanja, tidak dapat penuh bekerdja karena kekurangan tenaga pekerdja. Di Suriname orang belum mempunjai gambaran djelas, bagaimana akan menolong kekurangan penduduk itu. Imigrasi orang-orang baru dari India pada umumnja dipandang kurang baik. Tentang izin masuk bagi 30.000 orang Jahudi, jang telah banjak diperbintjangkan, rupa-rupanja sampai saat terachir ini belum dapat dipetjahkan oleh Pemerintah. Tentang imigrasi orang-orang Peranakan Belanda dari Indonesia belum didapat kata sepakat. Kebanjakan orang berpendapat bahwa imigrasi baru dari Djawalah jang dapat mendatangkan manfaat jang paling besar. Djuga pendapat ini belumlah sampai mempunjai bentuk jang njata. Menurut berita jang kami terima dari pihak jang dapat dipertjaja, anggota-anggota Missie E. C. A. jang pada permulaan tahun jang lamIndonesin pada pantai lautan Atlantik
2
INDONESIA PADA PANTAI LA U TA N A TLA N TIK
pau mengundjungi Suriname, sangat berkeberatan atas imigrasi orangorang Asia ke Amerika Selatan. Hal ini bersesuaian benar dengan po litik pembatasan imigrasi orang-orang Asia, jang selamanja dianut oleh negara-negara Amerika. Ada djuga aliran untuk menggiatkan pemasukan imigran-imigran dari Italia, berhubung dengan pengalaman-pengalaman jang baik dengan mereka itu dltempat-tempat lain. Untuk menutup kekurangan tenaga pekerdja pada perusahaan-perusahaan telah diambil pertjobaan imigrasi pekerdja-pekerdja dari pulaupulau Barbados dan St. Lucia dari Laut Caraibie, jang gagal karena kurang persiapan. Menurut pendapat kami harus diadakan penjelidikan sosiologis dipulau-pulau tersebut lebih dahulu, untuk menetapkan langkah-langkah jang perlu agar usaha imigrasi itu tidak akan sia-sia. Pertjobaan dengan pekerdja-pekerdja dari St. Lucia rupa-rupanja akan diulangi, untuk hal mana W elu aartsfon d s (D ana K esedjahteraan) telah menjediakan uangnja. Banjak orang keberatan atas imigrasi ini. Pertama orang berpendapat, bahwa orang-orang jang didatangkan harus mempunjai kebudajaan jang bernilai lebih tinggi daripada penduduk Suriname, sehingga berpengaruh mempertinggi deradjat kebudajaan Suriname. D ari penduduk St. Lucia hal itu rupanja tidak dapat diharapkan- Seland jutnja dikemukakan keberatan bahwa Pemerintah mendatangkan imigran-imigran baru dan mendirikan rumah-rumah bagi mereka serta mengadakan persediaan-persediaan lainnja, sedang dinegeri sendiri masih ada ratusan orang Indonesia jang tidak mempunjai pekerdjaan. M ereka bertanja : ,,Mengapa uang itu tidak dipergunakan untuk memperbaiki keadaan didistrikrdistrik ?” Keberatan-keberatan ini dikemukakan baik oleh pihak orang-orang Indonesia maupun oleh pihak orang-orang Creool. §2. P E M E N T JA R A N P E N D U D U K Penduduk Suriname pada tanggal 31 Desember 1949 dibagi antara golongan-golongan bangsa sebagai berikut : G olongan 2 bangsa
Lakfl
P ercm pua n
D jum '.ah
Creool India Indonesia Eropa Tionghoa Orang Aslng lainnja Negro Indian
Dari djumlah ini lebih dari sepertiganja tinggal diibu kota Param aribo, sehingga dapat dikatakan, seperti dikatakan oleh seorang anggota
18
GAMBARAN SUSUNAN MASJARAKAT SURINAME
Dewan Perwakilan bangsa Hindu, bahwa Suriname adalah ,,berat diatas". Kepada kota-kota diberikan perhatian jang tiada seimbang dengan kepentingan dibandingkan dengan distrik-distrik. Mudah dipahamkan, bahwa seorang pegawai, jang diangkat dari pegawai distrik mendjadi pegawai kota, menganggapnja sebagai promosi. Pcnduduk Paramaribo pada 31 Desember 1949 menurut angka-angka resmi tersusun sebagai berikut: Bangsa E rop a Creool Indonesia India Tionghoa Lain-lain
Laki2 1. 0 1 2
25.938 1.627 6.168 1.248 739
P ctcm puan
D jum lah
569 31.205 1.733 5.913 761 745
1.581 57.143 3.360 ■ 12.031 2.009 1.4 34
Dari daftar tersebut diatas ternjata bahwa penduduk Suriname bangsa Creool dan Eropa hampir semuanja tinggal di Paramaribo. Selebihnja tinggal dipusat-pusat pertambangan dan perkebunan-perkebunan didistrik-distrik. Selandjutnja ada djuga didistrik Coronie, dimana terdapat perusahaan-perusahaan kelapa, babi dan lebah. Bagian lainnja terpentjar dibeberapa distrik lainnja. Dari keterangan-keterangan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bagian penduduk bagian bangsa Eropa dan Creool sebagian besar bekerdja diluar kalangan pertanian. Orang Creool sangat bentji kepada pertanian. Ia memandang pekerdjaan ini rendah dan inilah sebabnja bahwa banjak pada mondar-mandir sadja tiada berketen^ tuan didaerah pelabuhan dan kota. Hampir seluruh pertanian ada didalam tangan orang-orang India dan Indonesia, ketjuali perkebunan besar jang seluruhnja dimiliki orang Eropa. Orang-orang Tionghoa kebanjakan berdagang ; ada djuga beberapa jang menduduki djabatan-djabatan penting dalam pemerintahan. §3. U N S U R -U N S U R P E N D U D U K M asjarakat Suriname adalah tjontoh jang tepat tentang jang disebut Furnivall plural society (masjarakat madjemuk), tetapi jang disebut van Lier segm entarische m aatschappiji) (masjarakat tembereng) karena istilah ini lebih djelas melukiskan sifat-sifat masjarakat jang demikian itu. Sesungguhnjalah masjarakat ini terdiri atas beberapa golongan jang menurut bangsa. bahasa, agama dan tradisi kebudajaan satu sama lain sangat berbeda. Tiap golongan mempunjai tjiri-tjiri jang sp ecifiek , jang membedakan mereka dengan tegas satu dengan lainnja. Dari daftar pada J ) R .A .J. V an Lier „Ontwikkeling en karakter v an de W est-In d isch e M aatschappij" Leiden 1950 hal. 37.
19
INDONESIA PADA PANTAI LAUTAN A TLA N TIK
halaman 18 ternjata bahwa penduduk Suriname terdiri atas orang-orang Eropa, Creool, Indonesia, India, Tionghoa, Negro dan Indian, jang me rupakan tjampur aduk bangsa-bangsa. Dalam menindjau kehidupan sosial, bangsa Negro dan Indian tidak turut diperhitungkan, karena mereka tidak merupakan faktor penting. Orang-orang Creool merasa dirinja lebih daripada bangsa India dan Indonesia berhubung dengan kelebihan mereka ekonomis dan intelektuil. Mereka merasa dirinja berdekatan dengan golongan Eropa, lebih-lebih karena kebanjakan orang-orang Creool dapat berbitjara bahasa Belanda, sedang orang-orang India dan Indonesia djustru tidak. O rang-orang India sendiri memandang orang-orang Indonesia rendah, jang nanti akan dibuktikan dengan beberapa tjontoh. Orang-orang Eropa dan Creool kebanjakan beragama Keristen, Katolik atau Protestan. Hanja sedikit sekali dari golongan-golongan lainnja menganut agama ini. Orang-orang Indonesia sebagian besar beragama Islam, hanja bebelapa ratus orang beragama Keristen. Sebagian orang-orang India beragama Islam, bagian lainnja menganut agama Hindu. Orang-orang Tionghoa jang merupakan golongan jang tidak begitu kelihatan, menganut peladjaran Confucius. Tiap-tiap golongan selandjutnja mempunjai bahasanja sendiri-sendiri; bahasa persatuan sama sekali tidak ada. Bahasa resmi’ adalah bahasa Belanda; siapa memahaminja menandakan bahwa ia orang terpeladjar. Orang-orang Creool adalah golongan jang menguasai bahasa ini, seperti jang sudah kami katakan diatas. Orang India mempunjai bahasanja sendiri, Urdu dan Hindi. O rang Indonesia mempergunakan bahasa Djawa, sedang orang-orang T io n g hoa m e m p e r g u n a k a n bahasa Tionghoa. Bahasa umumnja (lin gu a fr a n c a ) adalah bahasa Inggeris-Negro, jang dipergunakan oleh semua golongan ketjuali bagian ketjil orang-orang Eropa. Kalau tiada bahasa ini tentulah pergaulan antara golongan-golongan tidak mungkin. T etapi bahasa ini belumlah merupakan alat untuk mempersatukan, sehingga tertjapai asimilasi bangsa-bangsa jang ditjita-tjitakan. Karena walaupun umum mempergunakan bahasa ini, masing-masing tetap berpikir setjara kebiasaannja sendiri-sendiri. Menurut pendapat kami hanja pengadjaran dalam bahasa Belanda jang dapat mempersatukan berbaqai qolongan di Suriname itu. §4. SU SU N A N M A SJA R A K A T Didalam masjarakat ini telah tumbuh suatu gedjala tingkatan kemasjarakatan berdasarkan kebangsaan, kedudukan didalam m asjarakat dan harta benda. Jang masuk golongan tertinggi ialah golongan bar.gsa
20
GAM BAHAN SUSUNAN MAS] ARARAT SURINAME
Eropa dan sebagian besar orang-orang Creool. Golongan Eropa terdiri atas pegawai-pegawai tinggi dan pemimpin-pemimpin perusahaan-perusahaan bauxiet dan perkebunan. Orang-orang Creool, kebanjakan orangorang berwarna, tetapi djuga beberapa orang berkulit hitam dari golongan ini, mempunjai kedudukan-kedudukan penting didalam pemerintahan dan dunia perdagangan. Djuga sebagian ketjil orang-orang India dapat meningkat ketingkatan ini. Tingkatan tengah sebagian besar terdiri atas orang-orang Creool dan India jang dapat meningkat kesuatu tingkatan kemakmuran jang lumajan djuga, dan beberapa dari orang-orang Negro. Dalam golongan ini termasuk pegawai-pegawai rendah dan orang-orang dari dunia perusahaan ketjil ini. Dibawah sekali adalah orang-orang Indonesia beserta bagian terbesar orang-orang India dan Negro. Walaupun diantara orang-orang Indo nesia ada jang dapat meningkat diatas lain-lainnja, baik oleh pengetahuannja maupun oleh kekajaannja jang sama tingginja dengan golongan atasan, namun mereka tidak dapat termasuk golongan ini. Hal ini disebabkan karena rasa persatuan mereka jang besar jang tetap mengikat mereka kepada golongannja sendiri, djuga karena dari pihak golongangolongan lainnja terdapat purbasangka terhadap golongan ini jang tetap berlaku terhadap orang-orangnja, sehingga sukarlah bagi orang Indo nesia untuk mendapatkan kehormatan sosial. §5. SU SU N A N E K O N O M I Dasar sosial-ekonomi negeri ini adalah pertanian. Daerah pcsisir jang terdiri dari allivium jang subur, jang luasnja sampai djauh kedalam, tjukup memberikan tempat untuk menanam padi, sajuran dan buahbuahan. Hutan-hutan jang lebat memberi hasil balata (sematjam getah karet) dan kaju. Walaupun pertanian p oten tieel adalah sangat besar artinja bagi negara, dibandingkan dengan perhatian jang ditudjukan kepada kota-kota, kemadjuan daerah sangat diabaikan. Kctika melihat daerah-daerah jang digenangi air disuatu distrik beberapa anggota Panitia Dewan Perwakilan Rakjat, jang mengundjungi tempat Meerzorg menjatakan bahwa beberapa tahun lagi Suriname akan tidak dapat dipergunakan lagi djika tanah-tanah itu diabaikan terus-menerus. Kekurangan pengaliran air dan djalan-djalan jang baik sangat terasa dan merupakan rintangan jang besar bagi kemadjuan distrik-distrik. Walaupun Suriname oleh bentuk tanahnja sesungguhnja daerah pertanian, harga ekspor hasil-hasil pertanian hanja merupakan percentage ketjil dari seluruh harga ekspor barang-barang dari Suriname. Sebagian besar terdiri dari ekspor bauxiet, — hasil terpenting negeri ini —■sebagai ternjata dari daftar ekspor tahun 1947-1949 jang dapat dilihat pada halaman 22 disebelah ini . 21
INDONESIA PADA PANTAI LAUTAN A TLAN TIK 1947 Barartg-barang.
Dari tabel tersebut njata sekali bahwa ekonomi Suriname semata-m ata bersandarkan satu matjam bahan, bauxiet, jang menjebabkan negeri itu ekonomis sangat lemah. Kita muat sekarang harga barang-barang jang d^impor. Barang
jg. diimpor
T ernak Bahan makanan dan minumati Bahan mentah/ setengah mentah Barang 2 djadi Em as dan perak scrta uang emas dan perak Djumlah
1947 H a rga dalam S j
1948 H a rg a dalam S f
1949 H a r g a dalam S f
1.777
1.074
6 .1 6 4
8.290.296
8.63 2 .1 0 4
8 .3 2 2 .9 8 3
3.520.636 19.074.815
4.654. 167 2 2 .8 1 6 .7 4 0
4 .4 8 7 .6 4 4 2 4 .9 0 1 .0 8 0
94.494
68.147
9 4 .1 3 3
36.1 7 2 .2 3 2
1 7 .8 1 2 .0 0 4
30.982.07fT
Dengan demikian maka neratja perdagangan Suriname adalah pasif. Didalam keadaan jang sekarang bagi Pemerintah adalah sukar untuk membuat neratja perdagangan jang seimbang. M asjarakat Surinam e merupakan masjarakat liberal, dimana prinsip ,,pertarungan bebas antara kekuatan-kekuatan masjarakat didahulukan. Pertjampuran tangan P e merintah dalam dunia ekonomi sangat ketjilnja. Didalam sistim jang mementingkan harta sendiri ini, dimana golongan-golongan itu sosial dan ekonomis berbeda-beda, terdapat pembagian harta benda jang sangat berselisihan. Perbedaan sikaja dan simiskin besar sekali. Hal ini tidak 22
GAMBARAN SUSUNAN MASJARAKAT SURINAME
sadja dikalangan orang-orang partikulir, tetapi djuga dikalangan pegawai-pegawai pemerintah. Perbedaan gadji pegawai tertinggi dan terendah besar sekali, berlaman umpamanja dengan Demerara (Guyana Tnggeris), dimana perbedaan itu kira-kira seperdua lebih ketjil. §6. SU S U N A N P O L IT IK Suriname sekarang dalam p h ase mentjapai otonomi, dan sambil menunggu peraturan jang terachir, berlaku sekarang peraturan peralihan, jang menetapkan perhubungan ketatanegaraan antara Nederland dan Suriname. Negeri ini mempunjai sistim pemerintahan jang demokratis dengan suatu Pemerintah jang bertanggung djawab kepada Dewan Perwakilan Rakjat. Pemerintahnja terdiri atas: n. Gubernur Suriname sebagai wakil Mahkota Belanda, jang bertindak sebagai kepala pemerintahan, dengan tidak bertanggung djawab kepada Dewan Perwakilan. b. Enam Menteri Negara jang masing-masing mengepalai sebuah departemen atau lebih. Dewan Menteri dibentuk menurut perimbangan kekuatan didalam Parlemen. Parlemen ini adalah Dewan Perwakilan Rakjat Suriname, jang terdiri atas 21 orang wakil, dan dipilih menurut prinsip suara terbanjak dan sistim persamaan hak memilih bagi semua orang dewasa laki-laki dan perempuan. Kehidupan politik mendapatkan bentuk dalam beberapa partai politik, jang menggambarkan sekali lagi perpisahan golongan-golongan menurut suku bangsa. Perkumpulan-perkumpulan ini ialah : 1. N .P.S. = N ation ale Partij Suriname jang anggotanja sebagian besar terdiri atas orang-orang Creool, dan didirikan sebagai imbangan terhadap pengaruh politik lain jang bertjorak Roma Katolik, jaitu: 2. P .S.V . = P rogressieve Surinaam se V olkspartij; 3. V .H .P . = V ercn igde H indostaanse Partij, gabungan daripada partai-partai Hindu jang dahulu : M oslim -Partij, H in dostaan s-Javaanse Partij dan Hindu Partij. 4. K .T .P .I. = Kaum Tani Persatuan Indonesia, dan 5. P .B.I.S. = P ergerakan B angsa Indonesia Suriname, jang keduanja perkumpulan orang-orang Indonesia, sebagai ternjata dari namanamanja. Perkumpulan-perkumpulan ini bukanlah partai-partai politik dalam arti kata jang diberikan orang-orang Eropa Barat. Tidak ada diantaranja jang mempunjai isi politik ideologisch, jang biasanja membedakan partaipartai politik. Pemilihan Umum jang diadakan di Suriname dalam bulaai Mei 1949 telah memberikan hasil sebagai berikut: N .P.S. mendapat 13 kursi, sedang P .S.V . tidak mendapatkan satu kursipun, walaupun per-
23
INDONESIA PADA PANTAl LAUTAN A TLA N TIK
kumpulan ini sangat populer. V .H .P . mendapat 6 kursi, sedang K .T .P .I. mendapat 2 kursi dalam Dewan Perwakilan Rakjat. P .B .I.S . tidak m en dapat satu kursipun. Dengan demikian maka golongan Creool raemperoleh kemenangan 13 kursi, orang-orang India 6, dan orang-orang Indonesia 2. Angka-angka ini tidak memberikan gambaran jang tepat tentang perbandingan angka-angka jang sesungguhnja dari ketiga go longan bangsa jang terbesar. Bagaimanakah umpamanja dapat diterangkan mengapa orang-orang Indonesia hanja mendapat 2 tempat didalam Dewan Perwakilan Rakjat. * Ketika Pemerintah Belanda memberikan hak pemilihan umum kepada Suriname, kepada negeri ini diberi kebebasan untuk m elaksanakannja menurut keinginannja sendiri. Suriname memilih prinsip suara terbanjak, dan membagi negeri itu didalam beberapa daerah pemilihan, jang masingmasing mendapat djumlah kursi jang ditentukan. Daerah pemilihan P a ra maribo umpamanja mendapat sepuluh, sedang daerah-daerah lainnja mendapat dua atau satu. Di Paramaribo jang penduduknja sebagian terbesar terdiri atas orang-orang Creool dipilih 10 orang anggota N .P .S . Dipedalaman partai N .P.S. masih memperoleh 3 kursi lagi, sehingga seluruhnja partai ini mempunjai 13 kursi didalam Parlemen. Kursi-kursi lain nja dibagi antara orang-orang India dan Indonesia. O rang-orang Indone sia jang suaranja terbagi atas dua perkumpulan, hanja dapat mengirimkan dua orang wakil ke Parlemen. Njatalah bahwa sebab-sebab perbanding an angka-angka didalam Parlemen pertama-tama harus ditjari didalam sistim pemilihan jang berlaku. Hasil pemilihan tahun 1949 ialah bahwa golongan Creool mendapat kelebihan suara mutlak 5 kursi didalam Parlemen. Karena pemerintah harus dibentuk menurut perbandingan kekuatan didalam Parlemen, maka N .P.S. mendjadi partai pemerintah, sedang pemerintah itu merupakan pemerintahan satu partai. Tetapi sebagai akibat daripada suatu c o n flic t antara pemerintah dan beberapa anggota Parlemen telah terdjadi perubahan didalam perbandingan kekuatan dalam Parlemen. W alaupun dcngan demikian kekuatan N .P.S. telah mendjadi berkurang, kelebihan suara orang-orang Creool tetaplah ada. Apakah kedjadian ini akan menimbulkan perubahan-perubahan jang tetap didalam perbandingan kekuatan dalam Parlemen, kami tidak berani meramalkan.
24
B A G IA N
II
T EM PA T ORANG INDONESIA DIDALAM MASJARAKAT SURINAME
BA B
I
Ichtisar Sedjarah
§1. S E B A B -S E B A B N JA IM IG R A SI Mengikuti djedjak daerah-daerah pendjadjahan Inggeris dan Perantjis djuga di Suriname sebagai akibat suasana zaman waktu itu, untuk kepentingan negeri dan untuk nama baik Negeri Belanda, pada tahun 1863 perbudakan dihapuskan. Kedjadian ini bagi Suriname menimbulkan suatu masalah, jaitu bagaimana mentjukupi kebutuhan perkebunan-perkebunan, pada waktu itu bagi Suriname mata pentjaharian jang terpenting, akan tenaga-tenaga pekerdja jang diperlukan. Pemasukan budak belian dari Afrika tidak lagi diperkenankan, sedang berdasarkan pengalaman-pengalaman emansipasi di Gunaya Inggeris dan Guyana Perantjis dapat dipastikan bahwa sebagian besar budak-budak jang dimerdekakan itu akan meninggalkan perkebunan-perkebunan. Dengan mengingat kemungkinan ini maka Menteri Djadjahan pada waktu itu, Loudon, mengadjukan suatu rantjangan undang-undang untuk mendatangkan pekerdja-pekerdja dengan biaja Pemerintah. Per budakan akan dihapuskan pada tanggal 1 Djuli 1863 akan tetapi bekasbekas budak itu akan diharuskan bekerdja terus selama 10 tahun lagi diperkebunan-perkebunan dibawah pengawasan Pemerintah. Sementara itu Pemerintah akan dapat mendatangkan pekerdja-pekerdja jang diper lukan, sehingga pada tanggal 1 Djuli 1873 budak-budak tadi sudah bebas sama sekali untuk menentukan nasibnja. Akan tetapi rantjangan ini ditolak oleh Tweede Kamer dengan menerima suatu amandemen seorang anggota liberal V an Bosse. Amandemen itu bermaksud untuk membatasi sekali pertjampuran tanqan Pemerintah dalam ha nmgras^ Pemerintah hanja diperbolehkan mernbantunia de ngan d,alan memberikan premie, sedang M tiatief harus sama sekali didalam tangan orang-orang partikelir. Tetapi pemasukan pekerdja-pekerdja setjara ini gagal. Mula-mula didatangkan pekerdja-peKerdja dari pulau-pulau djadjahan Sepanjol dan Portugis di Samudera Atlantik dan dari negeri Tiongkok. Jang per tama njata tidak dapat bekerdja dilapangan pertanian, sedang orangorang Tionghoa lebih suka betdagang daripada bertjotjok tanam. Ketju27
INDONESIA PADA PANTAI LA UTAN A TLAN TIK
ali itu, pemasukan tenaga-tenaga dari luar negeri itu dihalang^halangi oleh berbagai-bagai aturan sehingga achirnja tidak mungkin sama sekali. Menghadapi tanggal 1 Djuli 1873, hari berachirnja pengawasan peme rintah, atas permintaan Dewan Perwakilan R akjat imigrasi itu diselenggarakan oleh Pemerintah sendiri. Dengan Pemerintah Inggeris diadakan pembitjaraan tentang pendaftaran pekerdja-pekerdja di India — negara mana tertutup bagi pendaftaran pekerdja-pekerdja oleh pihak partikelir —■ untuk dipekerdjakan diperkebunan-perkebunan di Suriname. Pembitjaraan-pembitjaraan ini menghasilkan suatu perdjandjian antara kedua pemerintah itu didalam tahun 1872. Nederland berhak m entjari tenagatenaga pekerdja di India untuk keperluan perkebunan-perkebunan di Suriname dengan sjarat-sjarat jang ditetapkan dalam perdjandjian tadi. Pada tanggal 4 Djuni 1873 datanglah rombongan pertama imigrasi-imigrasi dari Calcuta di Paramaribo dan dengan demikian dimulailah pemasukan-pemasukan tenaga-tenaga pekerdja dari India, jang berlangsung terus hingga tahun 1916, ketjuali suatu waktu akibat tindakan-tindakan Pemerintah Inggeris. Meskipun orang-orang India itu sebagai pekerdja diladang sangat memuaskan, mereka achirnja namun tidak mendatangkan perbaikan bagi daerah kolonisasi itu sebagai jang diharap-harapkan. Keadaan tetap buruk, berlainan dengan Demerara, dimana menurut pendapat beberapa orang dapat dilihat suatu tingkat kemakmuran jang tinggi. S ja ra t-sja ra t imigrasi dari Pemerintah Inggeris bagi orang-orangnja jang pergi ke Suriname sangat memberatkan dibandingkan dengan jang ke Demerara. Dalam keadaan jang demikian itu tidak dapat diharapkan hasil-hasil jang tetap bagi daerah kolonisasi itu. Umpamanja: Aturan bahwa para pembuat kontrak sesudah 5 tahun bekerdja diperkebunan-perkebunan, berhak untuk kembali dengan tjuma-tjuma dengan membawa seraua uang simpanannja banjak sekali dipergunakan. Karena itu senantiasa harus didatangkan pekerdja-pekerdja baru, jang meminta biaja jang tinggi. Untuk Demerara sjarat-sjaratnja lebih ringan. Sungguhpun pe kerdja-pekerdja itu harus membuat perdjandjian untuk 5 tahun, haknja untuk kembali dengan tjuma-tjuma baru didapatnja sesudah 10 tahun tinggal didaerah kolonisasi. Akibatnja ialah bahwa banjak jang menetap disitu, sehingga timbullah penduduk tetap jang terdiri daripada imigranimigran itu dan jang sementara memenuhi kebutuhan perkebunan-per kebunan akan tenaga pekerdja. Selandjutnja sjarat-sjarat perumahan dan pemeliharaan kesehatan (rumah sakit) djauh lebih tinggi daripada untuk Demerara. Akibat keuangannja adalah terlampau berat bngi pengusaha-pengusaha perkebunan. Selandjutnja adanja seorang konsol Inggeris di Paramaribo, jang berkewadjiban mendjaga kepentingan-kepentingan dan hal-hal imigran-imigran India itu, selalu m enjebabkan timbulnja kesulitan-kesulitan antara buruh dan madjikan. M engetahui bahwa 28
1CHTISAR SEDJARAH
dalam suatu pertikaian dengan madjikan ia selalu dapat mengadu kepada suatu instansi, walaupun bertentangan dengan putusan pembesar Belanda jang tertinggi di Suriname, tidaklah memberi pengaruh baik terhadap diciplin e para orang kontrak tadi. Perselisihan-perselisihan paham sering m enjebabkan pemberontakan. Jang dianggap membahajakan selandjutnja ialah ivv.uuui.m, keadaan, Ljciii. bah \va w cl imigran-imiaran » *. j ___ j „ -imigran India itu, djuga sesudah mereka menetap di Suriname, tetap mendjadi w arganegara Inggeris. Menurut hukum Inggeris anakanak dan tjutju-tjutjunjapun warganegara Inggeris; baru tjitjitnja adalah orang asing menurut hukum tersebut. Keturunan keempat itupun tidak mendjadi orang Belanda atau warganegara Belanda. Dengan demikian maka achirnja akan terdjadi bahwa daerah kolonisasi itu didiami oleh orang-orang jang oleh pemerintah Inggeris dianggap sebagai warganegaranja. Kesulitan jang disebabkan adanja konsol Inggeris kepada siapa orang-orang kontrak tersebut tiap kali ada perselisihan dapat mengadukan halnja, akan lebih besar lagi bagi pengusaha-pengusaha perkebunan. S e la n d ju tn ja tid ak a d a n ja k ep astian te n ta n g d ap atn ja pekerdja-pekerd ja. merupakan d ju g a hal jang s a n g a t tidak menjenangkan. Karena te n a g a - te n a g a p e k e rd ja ja n g baik itu h aru s ditjari di India, m aka °ra n g sa n g a tla h tergantung k e p a d a pem erin tah Inggeris. Menurut per jan jian tah u n 1 8 7 2 , In g g e ris b erh ak un tu k sew ak tu -w ak tu m em utuskan per jan d jian . D a la m ta h u n 1 8 7 5 u m p am an ja a ta s p erin tah n ja imigrasi “ jj1611*1" kan s e m e n ta ra . K e a d a a n inilah jan g m enjebabkan o ran g lalu m elihat ke In d o n esia, d an um um memperhitungkan, b ah w a Suriname e n g a n uru d ari In d o n e sia d en g a n s ja r a t-s ja r a t jan g menarik seperti jan g 1 ja an ^ oleh P e m e rin ta h In g g e ris untuk Demerara, k ead aan ja n g Je e b e rach ir. O r a n g -o r a n q jan g p ern ah m engundjungi p er -e u n a n p bun an di In d o n esia b erp en d ap at b ah w a p ek erd ja-p ek erd ja Indonesi s a n g a t m em u ask an , d an p asti tidak kalah d engan imigran 1 m g d ari In dia.
,
Sesudah diadakan p em b itjaraan -p em b itjaraan sanf5at achirnja kepada N ed erlan d se H an del M aatschappij diberi m n men jan 100 orang tenaga buruh di Djawa dalam tahun 1890 bag. perkebunanperkebunannja di Suriname. S2. P E R M U L A A N IM IG R A SI Pada tanggal 9 Agustus 1890 datanglah rombongan pertama imigran‘migran Indonesia di Suriname untuk keperluan perkebunan Marienburg. Pengiriman pertama itu oleh pengusaha maupun o e pemerm a lang Qap sebagai suatu pertjobaan. Bagi jang pertama masi a a 'esangsian apakah pekerdja-pekerdja itu jang diperkebunan-perkeuunan Eropa di Indonesia memuaskan, akan memuaskan djuga di Suriname, dimana kendaannja sangat berlainan. Bagi pemerintah pertanjaannja ialah,
29
INDONESIA PADA PANTAI LAUTAN A TLA N TIK
apakah bisa didapatkan tjukup orang jang bersedia meninggalkan tanah airnja untuk pergi kenegeri jang demikian djauhnja dan asingnja bagi mereka itu. Meskipun pertjobaan ini memuaskan djuga hasilnja, pemerin tah belum berani mengambil kesimpulan, bahwa pekerdja-pekerdja Indonesia benar-benar sesuai untuk bekerdja diperkebunan di Su riname. Sebabnja ialah karena pertjobaan ini diambil dalam keadaan jang sangat baik, karena untuk mendjamin berhasilnja pertjobaan itu telah dikeluarkan uang sebanjak-banjaknja dan semua usaha didjalankan. Oleh karena itu, sebelum membebaskan pentjarian tenaga di D jaw a, pemerintah ingin menunggu hasil-hasil daripada imigrasi kedua. Ketika ini djuga berhasil baik, dimulailah dengan pengiriman-pengiriman jang tetap pekerdja-pekerdja dari Djawa ke Suriname. Didalam tahun-tahun jang lampau telah didatangkan imigran-imigran di Suriname sebagai berikut: Tahun 1890 1894 1897 1898 1899 1900 1901 1902 1903 1904 1905 1906 1907 1908 1909 1910 1912 1913 1914 1917 1918 1919 1920 1922 1923 1924 1925 1926 1927 1928 1929 1930 1931 1939
Imigran-imigran ini diharuskan mengadakan perdjandjian untuk 5 tahun, dalam waktu mana mereka tiap hari harus bekerdja 8 djam dikebun atau 10 djam dipabrik, tiap minggu 6 hari. Untuk pekerdjaan ini seo rang laki-laki mendapat upah 60 sen sehari, seorang perempuan untuk waktu jang sama 40 sen. Selesai perdjandjiannja jang 5 tahun itu mereka berhak kembali ketempat asalnja dengan tjuma-tjuma. Dalam banjak hal aturan ini adalah teori belaka, karena soal apakah mereka dapat segera dikembalikan adalah tergantung daripada djumlah imigran-imigran jang datang. Demikianlah maka umpamanja pengembalian para imigran pertama itu baru terdjadi dalam tahun 1897. Sesudah tahun itu te a dikembalikan imigran-imigran ke Indonesia sebagai berikut. T almn 1897 1900 1903 1904 1905 1906 1907 1903 1909 1910 1912 1914 1920 1923 1928 1929 1930 1931 1935 1936 1937 1938 1939
L a k i8 ' IS 61 84 94 230 139 144 124 138 235 235 218 138 310 246 343 333 398 249 203 220
216
P erem puan
A n ak -
Djumlah
8
2
IS
13
5
36
2/
11
99
39
14
137
21
1*9
34 69 42 49 62 53 118
112 96 60 260 162 190 224 319 199 138 146 144
40 19 24 33 32 60 48 24 7 87
44
339 200 217 219 223 413 395 338 205 657
452
74
607
110 176 108
667 893 556 422 442 446
81 89 86
Dalam tahun 1947 telah i
ngan pasti, tetapi ditaksir ada 700 orang. bekerdja dibawah Sampai tahun 1930 pekerdja-pekerdja ^ didatangkan sebagai P o e n a le S a n c tie . Sesudah tahun itu imigrani-irn g buruh-buruh merdeka. akan tetapi sjarat-sjarat J ini masih sama dengan sjarat-sjarat untuk pekerdja-pekerdja dibawah P o en a le Sanctie. Kira-kira pada tahun tersebut dapat dilihat adanja suatu perubahan haluan dalam sifat imigrasi buruh. Selandjutnja a an lebih diutamakan kemadjuan kolonisasi dan tambahnja pen u u a mi en
31
INDONESIA PADA PANTAI LAUTAN ATLANTIK
dak ditjapai dengan mempermudah aturan-aturan menetap didaerah kolonisasi sehingga pertanian ketjil djuga dapat diperluas. Pada waktu itu, perkebunan-perkebunan besar mengalami kesukaran-kesukaran. Hal i'11 ternjata sekali djika dibandingkan djumlah harga penghasilan kedua djenis pertanian itu. Dalam prosenan angka-angka itu adalah: Tahun.
1925 1930 1935
Pcrkcbunan besar.
P erkebunan ketjil.
%
%
83 82 -48
17 IS 52
Disini ternjata bahwa pertanian ketjil lebih tahan udji terhadap Pe' ngaruh-pengaruh tahun-tahun krisis. Sebabnja ialah terletak didalam pembagian risiko jang lebih besar dan karena itu lebih tahan terhadap perubahan-perubahan keadaan. Ketjuali itu pertanian ketjil itu m e n g h a silkan beras, jang mempunjai pasaran tetap didalam negeri. Oleh s e b a b itu maka dikandung maksud memperkuat kolonisasi untuk pertanian ketjilSedjak tahun 1930 dimulailah dengan jang disebut ,,sistim-kolonisasi" bebas," dengan sistim mana dipindahkan keluarga-keluarga dari D j a w a ke Suriname. §3. SUSUNANNJA M EN U RU T DAERAH-DAERAH Sebagian besar orang-orang Indonesia jang tinggal di Suriname, selain daripada jang dilahirkan disitu, berasal dari Djawa. Hanja seorang dua orang diantaranja lahir di Sumatera. Selama kami tinggal di Surinam e, dimana kami boleh dikatakan telah mengundjungi semua tempat d i m a n a orang-orang Indonesia bertempat tinggal, kami hanja mendjumpai 2 orang jang berasal dan Sumatera, jaitu seorang dari Minangkabau dan seorang dari Atjeh. Selandjutnja ada beberapa orang jang oleh berbagai-bagai hal biasanja karena bekerdja diperkebunan-perkebunan di Deli — tinggal di Sumatera. tetapi tempat kelahirannja adalah di Djawa. Dari pulau ini Djawa Tengah memberikan djumlah jang paling banjak, sedang D jaw a ^awa arat djauh lebih kurang. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa golongan imigran Indonesia di Suriname seluruhnja terdiri atas orang-orang Djawa. Mengapa hanja sedikit orang-orang dari lain-lain kepulauan di Indo nesia pergi ke Suriname, dapatlah diterangkan bahwa orang-orang di Sumatera umpamanja tjukup mempunjai mata pentjaharian ditempatnja sendiri, didalam lapangan pertanian atau perdagangan. Dapatlah dikatakan dengan pasti, bahwa orang Sumatera tidak ada jang suka mengikat diri kepada perkebunan Eropa sebagai buruh. Di Djawa sebaliknja disebabkan padatnja penduduk banjak kemiskinan. Oleh karena itu orang32
o ran
.
1C H T 1S A R
S E D JA R A H
K daV aSuma\Traa K e a d n r t e? 9a pekerdJa disini- lebih berhasil dari jjj„mj ! r seluruhnja terdiri dn 3 Wa oran9*oran9 Indonesia di Suriname .• . nd/adi sebab ianci tifi ” oran9 'oran9 jang berasal dari Djawa, ladat antara merekn H ^ ^ j I19apa ada kesatuan bahasa dan adatdi Suriname adalah utulw dlkatakan bahwa masjarakat IndoOrang-orano a 1 ’ homo9 een,boleh dikatakan semuanja sudah f^endjadi oranq ^Djawa m?re^a /nannja dari Djawn T e£eJ
l