TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Pesisir Menurut Dahuri (2003) ekosistem perairan laut dapat dibagi menjadi dua, yaitu perairan laut pesisir, yang meliputi paparan benua, dan laut lepas atau laut oseanik. Ada kesepakatan dunia bahwa wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Ditinjau dari garis pantai (Coastline), suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas, yaitu batas yang sejajar dengan garis pantai (long-Shore), dan batas yang tegak lurus dengan garis pantai (CrossShore). Definisi dan batas wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas di daratan meliputi daerahdaerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang-surut, angin laut dan intrusi garam, sedangkan batas di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh prosesproses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan (Bengen, 2001). Wilayah pesisir merupakan kawasan yang memiliki karakteristik yang unik dan kompleks. Kompleksitas ditunjukkan oleh keberadaan berbagai pengguna dan berbagai entitas pengelola wilayah yang mempunyai kepentingan dan cara pandang yang berbeda mengenai pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya di wilayah pesisir. Mempertimbangkan karakteristik tersebut, maka muncul suatu konsep pengelolaan sumberdaya pesisir terpadu atau ICZM (Integrated Coastal Zone Management). Pendekatan ini menjadi salah satu
Universitas Sumatera Utara
pendekatan andalan dalam mengelola berbagai potensi dan konflik sumberdaya yang ada di wilayah pesisir (Dahuri, 1996). Beberapa ekosistem utama di wilayah pesisir adalah estuaria, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, pantai (berbatu, berpasir, berlumpur), dan pulau-pulau kecil. Secara prinsip, ekosistem pesisir mempunyai fungsi pokok bagi kehidupan manusia yaitu penyedia sumberdaya alam, penerima limbah, penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan dan penyedia jasa-jasa kenyamanan (Bengen, 2001).
Pantai Secara umum pantai dikenal sebagai batas antara daratan dan lautan. Istilah pantai juga digunakan untuk batas antara daratan dan danau yang sangat besar. Namun demikian jika ditinjau lebih terinci, maka ada beberapa permasalahan yang membuat istilah pantai tidak semudah itu. Hal ini karena yang disebut sebagai batas tidak dapat dibuat sangat tegas. Dengan demikian dalam daerah pantai sendiri dikenal istilah-istilah yang membedakan daerah tersebut secara fisik (Ermawan, 2008). Menurut Dahuri (2003) pantai biasanya ditumbuhi oleh tumbuhan pionir yang memiliki cirri-ciri antara lain: 1.
Sistem perakaran yang menancap dalam
2.
Mempunyai toleransi tinggi terhadap kadar garam, hembusan angin, dan suhu tanah yang tinggi
3.
Menghasilkan buah yang dapat terapung.
Universitas Sumatera Utara
Pantai yang terbuka biasanya memiliki kondisi lingkungan yang kurang bersahabat, yakni kondisi fisik yang tidak stabil akibat fluktuasi suhu, salinitas dan kelembaban yang tinggi. Ada tiga zonasi dimana organisme hadir dalam jumlah besar, yaitu: 1.
Zona bagian atas dihuni oleh kepiting (Ghost-crab) dari genus Ocypode, Amphipoda, dan krustasea dari famili Talitridae.
2.
Zona pertengahan yang dihuni oleh moluska genus Donax dan beberapa spesies isopoda.
3.
Zona yang lebih rendah dihuni oleh spesies keong (Gastropoda), kepiting (Hippid Crab), dan bulu babi (Echinoid). Disamping itu pantai juga penting sebagai habitat bagi penyu dan burung laut untuk bertelur. Menurut Irianto (2002), jenis pantai dibagi berdasarkan fisiologi
kepulauan dan pengaruh kegiatan manusia. Jenis pantai berdasarkan fisiologi kepulauan yaitu : 1.
Pulau/daratan menghadap ke arah samudera lepas Pantai dan pesisir yang menghadap ke arah laut/samudera lepas ditandai
oleh tebing perbukitan curam, pantai berbentang alam kasar, berbukit terjal menerima hempasan kuat gelombang. Pantai datar berpasir adakalanya menyelingi pesisir ini, terbentuk oleh endapan sedimen sungai. 2.
Pantai – pesisir yang menghadap cekungan belakang (tepian paparan) Cekungan belakang dari jalur konvergensi tektonik ditandai oleh paparan
landai luas dengan alur sungai (dendritic) panjang dan dataran tangkapan hujan luas, mengalir berkelok-kelok melalui rawa dan dataran limpahan banjir, ke pantai
Universitas Sumatera Utara
berawa dan ber tutupan tebal bakau membentuk muara delta luas dengan pulau pulau delta di depannya. 3.
Pesisir menghadap tepian kontinen Indonesia memiliki dua tepian kontinen, Sunda dan Sahul yang ke arah
mana beberapa pulau menghadapnya dengan ciri pantai landai dan sangat stabil dari gejala geologi. Dua paparan tersebut menyisakan bentang alam dataran saat sempat kering ketika susut laut hingga –145 m dari muka laut sekarang. Landai dan dangkalnya perairan seringkali menyebabkan kekeruhan akibat agitasi laut saat musim barat sulit hilang. Rataan tipis bakau menutup pesisir perairan. 4.
Jalur pulau busur luar Jalur pulau non vulkanik busur luar terbentuk hampir menerus di barat dari
pulau Sumatera menghadap ke lepas Samudra Hindia. Di bagian timur busur Sunda, busur luar terbentuk kembali sebagai pulau Sumba dan Sabu. Pulau-pulau tersebut terbentuk dari terangkatnya sedimen laut oleh proses penunjaman dan tumbukan lepeng, dicirikan oleh lapisan batuan yang terlipat membentuk perbukitan dan terpotong patahan. Adakalanya batu gamping terumbu karang ikut terangkat keluar membentuk perbukitan di pantai bertebing curam. 5.
Pulau gunung api Pantai pulau ini dicirikan oleh endapan bahan vulkanik yang dimuntahkan
hingga ke perairan membentuk pesisir pantai landai di bagian mana sering ditumbuhi bakau dan terumbu karang di perairannya. Lembah sungai dalam di hulu berakhir pada muara yang berpantai landai pada pesisir datar, namun sering berupa muara sempit.
Universitas Sumatera Utara
6.
Pulau kecil di laut dalam Pulau-pulau ini dicirikan oleh lereng perairan curam, namun lereng atas
dekat permukaannya sering dikelilingi oleh terumbu karang yang menempel pada batuan vulkanik. Terumbu karang adakalanya terangkat membentuk undak sempit batu gamping karang dengan takik ombak, sebagai bukti adanya pengangkatan. Pantai sempit landai adakalanya ditumbuhi bakau. 7.
Pulau-pulau kecil di paparan tepian kontinen Pulau terbentuk oleh tinggi batuan yang resisten dari kerja cuaca di
kawasan geologi yang stabil bagian dari paparan kontinen. Perubahan paras muka laut lebih mengontrol evolusi morfologi perairan ini membentuk alur perairan dangkal yang ditutupi endapan pantai dan sungai purba. Dangkalnya perairan menyebabkan kekeruhan tidak mudah hilang, menyebabkan kualitas terumbu karang kurang baik namun endapan pantai di perairan tenang mengalasi rataan tebal bakau. 8.
Pulau Delta Pulau-pulau delta terbentuk di bagian perairan landai di muara sungai yang
mengalir jauh dari pedalaman mengangkut sedimen yang diendapkan dan membentuk pulau-pulau ini. Hampir seluruh pulau umumnya ditutupi bakau atau hutan tropis dataran basah pada kisaran supra tidal atau intertidal. Sedangkan Dahuri (2003) menjelaskan bentuk-bentuk pantai yang terdapat di Indonesia dilihat dari morfologinya. Bentuk pantai tersebut yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1.
Pantai terjal berbatu Biasanya terdapat di kawasan tektonis aktif yang tidak pernah stabil
karena proses geologi. Kehadiran vegetasi penutup ditentukan oleh 3 faktor, yaitu tipe batuan, tingkat curah hujan, dan cuaca. 2.
Pantai landai dan datar Pantai jenis ini ditemukan di wilayah yang sudah stabil sejak lama karena
tidak terjadi pergerakan tanah secara vertikal. Kebanyakan pantai di kawasan ini ditumbuhi oleh vegetasi mangrove yang padat dan hutan lahan basah lainnya. 3.
Pantai dengan bukit pasir Pantai ini terbentuk akibat transportasi sedimen clastic secara horizontal.
Karena perubahan berlangsung cepat dan terjadi di daerah yang kering, maka bukit pasir biasanya miskin tanaman penutup. 4.
Pantai beralur Proses pembentukan pantai ini lebih ditentukan oleh factor gelombang
ketimbang angin. Proses penutupan yang berlangsung cepat oleh vegetasi menyebabkan zona supratidal tidak terakumulasi oleh sedimen yang berasal dari erosi angin. 5.
Pantai lurus di dataran pantai yang landai Pantai tipe ini ditutupi oleh sedimen berupa Lumpur hingga pasir kasar.
Pantai ini merupakan fase awal untuk berkembangnya pantai yang bercelah dan bukit pasir apabila terjadi perubahan suplai sedimen dan cuaca (angin dan kekeringan).
Universitas Sumatera Utara
6.
Pantai berbatu Pantai ini dicirikan oleh adanya belahan batuan cadas. Komunitas
organisme pada pantai berbatu hidup di permukaan. Bila dibandingkan dengan habitat pantai lainnya, pantai berbatu memiliki kepadatan mikroorganisme yang tinggi, khususnya di habitat intertidal didaerah angin (temperate) dan subtropik. 7.
Pantai yang terbentuk karena adanya erosi Sedimen yang terangkut oleh arus dan aliran sungai akan mengandap di
daerah pantai. Pantai yang terbentuk dari endapan semacam ini dapat mengalami perubahan dari musim ke musim, baik secara alamiah maupun akibat kegiatan manusia yang cenderung melakukan perubahan terhadap bentang alam.
Ekowisata Bahari Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk kepentingan wisata dikenal juga dengan pariwisata. Pariwisata merupakan kegiatan perpindahan atau perjalanan orang secara temporer dari tempat mereka biasa bekerja dan menetap ke tempat luar, guna mendapatkan kenikmatan dalam perjalanan atau di tempat tujuan. Kenikmatan dari perjalanan ini merupakan suatu jasa yang diberikan alam kepada manusia, sehingga manusia merasa perlu untuk mempertahankan eksistensi alam (Yulianda, 2007). Ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan. Dalam ekowisata ini, kegiatan wisata yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekankan dan merupakan ciri khas ekowisata. Pihak yang
Universitas Sumatera Utara
berperan penting dalam ekowisata bukan hanya wisatawan, tetapi juga pelaku wisata lain (tour operator) yang memfasilitasi wisatawan untuk menunjukkan tanggung jawab tersebut. Ekowisata merupakan wisata berorientasi pada lingkungan
untuk
menjembatani
kepentingan
perlindungan
sumberdaya
alam/lingkungan dan industri kepariwisataan (Bato, dkk., 2013). Menurut Yulianda (2007) ekowisata bahari merupakan ekowisata yang memanfaatkan karakter sumberdaya pesisir dan laut. Sumberdaya ekowisata terdiri dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dapat diintegrasikan menjadi komponen terpadu bagi pemanfaatan wisata. Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan menjadi: a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya. b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan. c. Ekowisata (Ecotourism, green tourism atau alternative tourism), merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan. Pencadangan ataupun penetapan suatu daerah menjadi kawasan ekowisata bertujuan untuk mengharmonisasikan antara kebutuhan ekonomi masyarakat dengan keinginan untuk melestarikan sumberdaya alamnya, sehingga dalam perkembangannya kawasan ekowisata telah dimanfaatkan dengan berbagai tujuan seperti sebagai tempat penelitian, perlindungan alam, pelestarian spesies dan keragaman genetik, kegiatan wisata, kegiatan pendidikan lingkungan serta perlindungan unsur alam atau budaya yang spesifik ( Bato,dkk., 2013).
Universitas Sumatera Utara
Honey (1999), mengemukakan bahwa ada 7 butir prinsip-prinsip ekowisata : 1.
Perjalanan ke suatu tempat yang alami (involves travel to natural destinations) sering tempat tersebut jauh, ada penduduk atau tak ada penduduk dan biasanya lingkungan tersebut dilindungi.
2.
Meminimalkan dampak negatif (minimized impact). Pariwisata menyebabkan kerusakan, tetapi ekowisata berusaha untuk meminimalkan dampak negatif yang bersumber dari hotel, jalan dan infrastruktur lainnya.
3.
Membangun
kepedulian
terhadap
lingkungan
(build
enviromental
awareness). Unsur penting dalam ekowisata adalah pendidikan, baik kepada wisatawan maupun masyarakat penyangga obyek. Sebelumnya semua pihak yang terintegerasi dalam perjalanan wisata alam harus dibekali informasi tentang karakteristik obyek dan kode etik sehingga dampak negatif dapat diminimalkan. 4.
Memberikan beberapa manfaat finansial secara langsung kepada kegiatan konservasi (provides direct financial benefit for conservations). Ekowisata
dapat
membantu
meningkatkan
perlindungan
lingkungan
penelitian dan pendidikan melalui mekanisme penarikan biaya masuk dan sebagainya. 5.
Memberikan
manfaat/keuntungan
finansial
dan
pemberdayaan
pada
masyarakat lokal (provides financial benefit and enpowerment for local people).
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat akan merasa memiliki dan peduli terhadap kawasan konservasi apabila mereka mendapatkan manfaat yang menguntungkan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keadaan ekowisata di suatau kawasan harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat (local community walfare). Manfaat finansial dapat dimaksimalkan melalui pemberdayaan atau peningkatan kapasitas masyarakat lokal, baik dlam pendidikan , wirausaha permodalan dan manajemen. 6.
Menghormati budaya setempat (respect local culture). Ekowisata
disamping ramah lingkungan, juga tidak bersifat destruktif,
intrusif, polutan dan eksploitatif terhadap budaya setempat, yang justru merupakan salah satu “core” bagi pembangunan kawasan ekowisata. 7.
Mendukung gerakan hak azasi manusia dan demokrasi (support human right and democratic movement).
Prinsip Pengembangan Ekowisata Keberadaan ekowisata membawa pengaruh positif bagi masyarakat sekitar, terutama di pemukiman nelayan dalam hal peningkatan kesejahteraan lingkungan desa. Pembangunan dalam konteks penataan dan pengembangan wilayah adalah berbagai jenis kegiatan, baik yang mencakup sektor pemerintahan maupun
masyarakat
dilaksanakan
dalam
rangka
memperbaiki
tingkat
kesejahteraan hidup masyarakat (Nugrahanti, dkk., 2012). Suatu strategi yang ditempuh pemerintah untuk mengembangkan sektor pariwisata adlaah dengan mencari, membangun dan mengembangkan ODTW (Obyek dan Daya Tarik Wisata) baru. Seriap tempat, lokasi atau kawasan yang dianggap berpotensi, akan dikembangkan menjadi ODTW, sehingga diharapkan
Universitas Sumatera Utara
semakin
banyak
wisatawan
yang
berkunjung
ke
daerah
tersebut
(Mangindaan, dkk., 2012). Menurut United State Agency for International Development (dalam Siagian, 2014) menyebutkan ada 8 prinsip pengembangan ekowisata yakni : 1.
Mencegah menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.
2.
Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses ini dapat dilakukan langsung di alam.
3.
Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelolaan kawasan pelestarian dapat menerima langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan perairan alam.
4.
Prinsip
masyarakat
merencanakan
dalam
pengembangan
perencanaan. ekowisata.
Masyarakat Demikian
diajak pula
dalam didalam
pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif. 5.
Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian alam.
6.
Menjaga keharmonisan dengan alam, semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas atau utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam.
Universitas Sumatera Utara
7.
Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukung lah yang membatasinya.
8.
Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangakan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau pemerintah daerah setempat.
Sifat Pengunjung Ekowisata Menurut Muhaerin (2008) sifat dan karakteristik dari ekowisatawan adalah mempunyai rasa tanggung jawab sosial terhadap daerah wisata yang dikunjunginya. Kunjungan yang terjadi dalam satu satuan tertentu yang mereka lakukan tidak hanya terbatas pada sebuah kunjungan dan wisata saja. Wisatawan ekowisata biasanya lebih menyukai perjalanan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga tidak mengganggu lingkungan di sekitarnya. Daerah yang padat penduduknya atau alternatif lingkungan yang serba buatan dan prasarana lengkap kurang disukai karena dianggap merusak daya tarik alami. Secara khusus, ekowisatawan mempunyai karakteristik sebagai berikut : a.
Menyukai lingkungan dengan daya tarik utama adalah alam dan budaya masyarakat lokal, dan mereka juga biasanya mencari pemandu yang berkualitas.
b.
Kurang memerlukan tata krama formal (amenities) dan juga lebih siap menghadapi ketidaknyamanan, meski mereka masih membutuhkan pelayanan yang sopan dan wajar, sarana akomodasi dan makanna yang bersih.
Universitas Sumatera Utara
c.
Sangat menghargai nilai-nilai (high value) dan berani membayar untuk suatu daya tarik yang mempesona dan berkualitas.
d.
Menyukai daya tarik wisata yang mudah dicapai dengan batasan waktu tertentu dan mereka tahu bahwa daya tarik alami terletak di daerah terpencil.
Partisipasi Masyarakat Lokal Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan (Maifat, 2008). Partisipasi masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat, peran sertanya dalam
kegiatan
penyusunan
perencanaan
implementasi
program/proyek
pembangunan, dan merupakan aktualisasi dan kesediaan dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi program pembangunan (Suratmo, 1990). Menurut Ericson (dalam Prasetyo, 2015) bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan terbagi atas 3 tahap, yaitu: 1.
Partisipasi di dalam tahap perencanaan (idea planing stage). Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap penyusunan rencana dan strategi dalam penyusunan kepanitian dan anggaran pada suatu kegiatan/proyek. Masyarakat berpartisipasi dengan memberikan usulan, saran dan kritik melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan.
2.
Partisipasi di dalam tahap pelaksanaan (implementation stage). Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pelaksanaan pekerjaan suatu proyek. Masyarakat disini dapat memberikan tenaga, uang
Universitas Sumatera Utara
ataupun material/barang serta ide-ide sebagai salah satu wujud partisipasinya pada pekerjaan tersebut. 3.
Partisipasi di dalam pemanfaatan (utilitazion stage). Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pemanfaatan suatu proyek setelah proyek tersebut selesai dikerjakan. Partisipasi masyarakat pada tahap ini berupa tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan memelihara proyek yang telah dibangun. Tipologi Partisipasi ada 7 jenis menurut Pretty (dalam Ziku 2015), yaitu:
1.
Partisipasi Manipulative merupakan bentuk partisipasi yang paling lemah. Karakteristiknya yang mana, masyarakat seolah-olah dilibatkan dan diberi kedudukan dalam organisasi resmi, namun mereka tidak dipilih dan tidak memiliki kekuatan.
2.
Partisipasi Pasif merupakan masyarakat menerima pemberitahuan apa yang sedang terjadi dan yang telah terjadi. Pemberitahuan ini sifatnya hanya sepihak, tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat dan hanya terbatas di kalangan tertentu saja.
3.
Partisipasi Konsultatif merupakan masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultansi, melakukan dengan pendapat, sedangkan orang luar hanya mendengarkan, menganalisis masalah dan pemecahannya. Namun, belum ada peluang untuk pembuatan keputusan bersama. Para profesional tidak berkewajiban untuk memasukan pandangan masyarakat untuk ditindaklanjuti.
4.
Partisipasi Intensif Material merupakan masyarakat berpartisipasi dengan menyumbangkan tenaga dan jasa untuk mendapatkan imbalan, baik berupa uang maupun bentuk materi lainnya. Mereka tidak dilibatkan dalam proses
Universitas Sumatera Utara
pembelajaran atau eksperimen yang dilakukan, sehingga masyarakat tidak menguasai teknologinya dan tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan tersebut setelah insentif dihentikan. 5.
Partisipasi Fungsional merupakan partisipasi yang diawali oleh kelompok luar sebagai sarana untuk mencapai tujuan, terutama untuk mengurangi pembiayaan. Masyarakat dapat berpartisipasi dengan membentuk kelompokkelompok untuk mencapai tujuan proyek. Keterlibatan masyarakat dalam partisipasi ini dapat secara interaktif dan terlibat dalam pengambilan keputusan, namun cenderung setelah keputusan utama dibuat oleh kelompok luar. Secara kasar dapat dikatakan, masyarakat masih berpartisipasi hanya untuk melayani kepentingan orang luar.
6.
Partisipasi Interaktif merupakan masyarakat berperan dalam analisis untuk perencanaan kegiatan, pembentukan dan penguatan kelembagaan setempat. Partisipasi dipandang sebagai hak, bukan sebagai cara untuk mencapai tujuan semata. Proses partisipasi ini melibatkan metode interdisipliner yang mencari keberagaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematis. Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol keputusan-keputusan mereka dan menentukan seberapa besar sumber daya yang tersedia dapat digunakan, sehingga mereka memiliki andil dalam keseluruhan proses kegiatan.
7.
Partisipasi Mandiri merupakan masyarakat berpartisipasi dengan cara mengambil inisiatif secara bebas untuk mengubah sistem. mereka mengembangkan kontak dengan lembaga lain untuk mendapatkan bantuan dan dukungan teknis serta sumber daya yang diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Suratmo (1990), menfaat dari partisipasi masyarakat dalam sebuah rencana pembangunan adalah sebagai berikut : a.
Masyarakat mendapat informasi mengenai rencana pembangunan di daerahnya.
b.
Masyarakat akan ditingkatkan pengetahuan mengenai masalah lingkungan, pembangunan dan hubungannya.
c.
Masyarakat dapat menyampaikan informasi dan pendapat atau presepsinya terhadap pemerintah terutama masyarakat di tempat pembangunan yang terkena dampak langsung.
d.
Dapat menghindari konflik di antara pihak-pihak yang terkait.
e.
Masyarakat akan dapat menyiapkan diri untuk menerima manfaat yang akan dapat dinikmati dan menghindari dampak negatifnya.
f.
Akan meningkatkan perhatian dari instansi pemerintah yang terkait pada masyarakat setempat. Terdapat
empat
alasan
pentingnya
partisipasi
dalam
menunjang
keberhasilan suatu program atau kegiatan, yaitu: partisipasi diperlukan untuk meningkatkan rencana pengembangan program atau kegiatan secara umum dan kegiatan prioritas secara khusus; partisipasi dikehendaki agar implementasi kegiatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat; partisipasi dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan program atau kegiatan; partisipasi dapat meningkatkan kesetaraan dalam implementasi kegiatan. Oleh karena itu, partisipasi merupakan suatu tatanan mekanisme bagi para penerima manfaat dari suatu program atau kegiatan (Ziku, 2015).
Universitas Sumatera Utara