Edisi Mei - Juni 2007
Direktur Produksi Yuliarti:
Operational Excellence KUNCI TINGKATKAN DAYA SAING
CG G R O SK ARMA INDOF
Indofarma Fokus OBAT GENERIK
Sehatkan Sirkulasi Darah DENGAN HERBAL Suara Senior:
ASKES BERLAKU SEUMUR HIDUP
Indofarma 2011 Raih Rp2,6 Triliun 1
2
Kata Pengantar
Pembina Direksi Pemimpin Umum/Penanggung Jawab Corporate Seretary Pemimpin Redaksi: Djasmin Wakil Pemimpin Redaksi Irfan Mohamad Sekretaris Ade Amirul Azhar M. Faruqi Perdana Anggota Redaksi Kosasih Sumanang Suprapto Yunan Lutanto Radix T. Imantara Bendahara Guntoro Distribusi & Sirkulasi Widhi Suseno Syaiful Bachri Promosi & Iklan Wahidah Sukriyah Ermi Yusnita Alamat Redaksi Jl. Indofarma No. 1 Cikarang Barat 17530 Telp. (021) 88 323 972 ext. 138 Fax. (021) 88 323 972 Email:
[email protected] Design & Layout IDCOMM creative house (+6221) 8352103
Highlight Hal 5
Indofarma Th 2011 Raih Rp2,6 Triliun
Hal 9
Indofarma Fokus di Obat Generik
Hal 10
Biovision Ciptakan Brand Exprience
Masa Depan Perusahaan Salam, Kembali majalah kita, OASIS terbit untuk edisi yang kelima. Relatif banyak respon dari rekanrekan karyawan terhadap tampilan baru OASIS, yang berubah mulai edisi empat. Berbagai masukan, termasuk kritik, merupakan modal kami untuk memperbaiki diri dalam rangka mengemban misi OASIS sebagai media komunikasi internal, sekaligus sebagai media pemupukan citra positif perusahaan di mata publik (eksternal). Edisi ini, Topik Utama-nya membahas masalah pengembangan perusahaan ke depan. Dengan tema tersebut diharapkan seluruh insan Indofarma dapat mengetahui perkembangan perusahaan, termasuk langkah-langkah manajemen dalam mengelola perusahaan. Dengan demikian, diharapkan tumbuh rasa memiliki dalam diri setiap insan Indofarma terhadap institusi tempat mereka bekerja. Selanjutnya, akan mendorong munculnya dukungan para karyawan terhadap setiap langkah dan kebijakan manajemen, karena semua bermuara pada usaha memajukan perusahaan. Ringkasnya, seluruh insan Indofarma harus satu bahasa dan sejalan. Bergandengan dengan itu, OASIS menampilkan wawancara dengan Direktur Utama Syamsul Arifin, berkenaan perkembangan perusahaan di Bidang Pemasaran, khususnya dengan pembentukan unit usaha Promosindo. Juga, ditampilkan wawancara dengan Direktur Produksi Yuliarti R Merati yang membahas aspek produksi dalam rangka pengembangan perusahaan. Terakhir tidak bosan-bosannya kami ingatkan bahwa salah satu misi OASIS adalah media komunikasi antara manajemen dan karyawan yang sifatnya dua arah, yaitu dari top down (atas ke bawah) dan bottom up (bawah ke atas). Buah komunikasi dua arah itu adalah kesamaan persepsi dan optimalisasi sinergi antara manajemen dan karyawan. Karena itu, sudah selayaknya jika seluruh insan Indofarma memanfaatkan media ini sebagai sarana berkomunikasi. Caranya, dengan mengirimkan artikel. Tentu, tak seluruhnya terkait dengan seluk-beluk perusahaan, tetapi juga bisa berisi topik lain sesuai dengan misi atau rubrikasi yang ada di OASIS. (dj/im)
SURAT PEMBACA Memperluas Cakupan Isi Majalah OASIS menurut saya cukup bagus dan artistik. Sebagai majalah yang menjembatani komunikasi dua arah, majalah perlu diperluas isi dan beritanya. Misalnya dengan telah diterapkannya GCG yang prinsipnya transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran, maka alangkah baiknya jika OASIS bisa menampilkan secara garis besar laporan kinerja perusahaan yang diawali dengan laporan triwulan I 2007, konsolidasi dengan analisa dan bahasa yang mudah dimengerti. Dengan ditampilkannya laporan tersebut di OASIS maka diharapkan para karyawan mengerti apa yang perlu ditingkatkan, dipertahankan dan diefesiensikan, serta dapat pula meningkatkan motivasi kerja karyawan. Gunawan Staf Direksi Antara Manajemen dan Karyawan Saya menyambut baik terbitnya OASIS. Ada beberapa usulan untuk OASIS. Pertama, redaksi perlu lebih banyak terjun langsung
mencari informasi ke karyawan bawah. Kedua, materi OASIS diharap lebih berimbang antara materi dari pihak manajemen dan materi dari karyawan. Ketiga, OASIS dapat bekerjasama dengan unit lain seperti Kopama dalam mengembangkan komunikasi internal. Keempat, adanya foto penulis naskah, tidak sekadar namanya. Nurhadi Bidang LBA Perlu Sosialisasi Saya senang dengan OASIS yang kini terlihat makin baik tampilannya. Hanya saja redaksi perlu turun melakukan sosialisasi visi, misi dan cakupan OASIS ke bidang-bidang agar karyawan lebih mengerti dan dapat memberikan tulisannya lebih mudah. Saya lihat ada beberapa karyawan yang masih takut menulis berhubung takut ada efek yang kurang baik bagi dirinya. Probowinanto Bidang Umum
3
Editorial
Saatnya Kita Memulai A
ngin segar berhembus di penghujung tahun 2006 lalu. Sebuah kabar yang fenomenal itu akhirnya datang juga. What’s up? Untuk pertama kali dalam sejarah panjang yang penuh pelangi, penjualan Indofarma di tahun 2006 melampaui angka Rp1 triliun, sebuah angka dengan 12 nol di belakangnya. Alhamdulillah…sebuah ucapan yang pantas untuk itu…dan saatnya kita bersyukur.
Kosasih Dewan Redaksi
Impian dan harapan ada di depan kita. Biarlah yang sudah berlalu menjadi sejarah, kenangan dan bahan dalam proses pembelajaran kita. Jadi kini saatnya kita memulai… untuk mewujudkan impian dan harapan kita.
Kemudian, cukupkah kita hanya bersyukur? So, what next? Betul, bersyukur adalah bagian hubungan kita dengan Sang Khaliq. Sementara kita juga punya hubungan dengan manusia lain dan alam sekitar. Begitu juga jarum jam kehidupan ini terus berjalan karena itu kita harus melanjutkan perjalanan Indofarma. Apa yang telah kita capai selama tahun 2006, mungkin bukanlah puncak dari prestasi. Masih ada hari-hari panjang penuh tantangan yang harus dilalui. Lagi pula, laba bersih yang kita raih relatif masih kecil sekitar Rp15 milyar. Jadi, jangan berpuas diri dulu. Angka 1 triliun harus menjadi turning point menuju Indofarma yang lebih efisien dan efektif. Jadi, kini saatnya kita memulai…. Sebenarnya, sebelum tahun 2006 berakhir kita telah memulai berbagai hal agar Indofarma lebih baik, seperti pembahasan penyelesaian PKB yang cukup intens dan alot, dilanjutkan di tahun 2007. Semua itu semata-mata untuk mendapatkan jalan keluar yang win-win solution untuk Indofarma dan karyawan. Selain itu, program restrukturisasi di Indofarma dan anak perusahaan (IGM), juga dilakukan dan dilanjutkan tahun ini dengan tujuan untuk mengkaji ulang proses bisnis, organisasi dan konsentrasi bisnis Indofarma. Tahun 2007, tepatnya 26 Februari 2007, Indofarma secara resmi menyatakan komitmen untuk menerapkan Good Corporate Governance. Sebuah komitmen untuk mengelola Indofarma yang lebih transparan,
4
akuntabel, bertanggung jawab, mandiri dan berkeadilan. Di sisi lain yang terkait dengan sumber daya manusia, Indofarma juga meluncurkan Indofarma Learning Center dengan menyiapkan kader-kader yang akan diterjunkan untuk memberikan pelatihan melalui Training of Trainer. Sebuah investasi jangka panjang yang perlu kita hargai dan kita tunggu kiprahnya lebih lanjut. Memberdayakan SDM memang bukan pekerjaan mudah, karena manusia umumnya cenderung defensif dan resisten terhadap perubahan. Dengan pelatihan yang didesain sendiri oleh trainer-trainer Indofarma, diharapkan lebih membumi sehingga kita mempunyai kesamaan persepsi terhadap visi dan misi kita. Perkembangan lain yang terkait pemasaran adalah dengan terus dilakukannya usahausaha untuk lebih memfokuskan bisnis kita apakah pada produk generik atau non-generik (ethical dan OTC). Selain menyiapkan program Serbu (Serba Seribu) untuk produk OTC murah, kita juga meluncurkan PT Promosindo yang merupakan anak perusahaan IGM . Kehadiran Promosindo diharapkan menjadi ujung tombak Indofarma dalam bisnis produk ethical yang memang memerlukan energi dan perhatian tersendiri, sekaligus merupakan strategi alternatif bagi Indofarma dalam menembus kebuntuan pemasaran produk ethical. Dengan demikian Indofarma dapat fokus ke bisnis asalnya yaitu produk obat generik. Impian dan harapan ada di depan kita. Biarlah yang sudah berlalu menjadi sejarah, kenangan dan bahan dalam proses pembelajaran kita. Jadi kini saatnya kita memulai…untuk mewujudkan impian dan harapan kita. Have a nice day, keep smiling and optimistic!
Topik Utama
Tjipto Wihanggono Manajer Keuangan
Indofarma Th 2011 Raih Rp2,6 Triliun R
encana Jangka Panjang (RJP) Indofarma merupakan acuan bagi manajemen dan pihak terkait dalam mengelola dan mengembangkan perusahaan, serta melakukan kajian atas pencapaian hasil dalam kurun waktu lima tahun.
Kontribusi penjualan yang cukup besar berasal dari aktivitas perdagangan alat kesehatan dan produk obat pihak ketiga. Bidang ini, umumnya dilaksanakan anak perusahaan, Indofarma Global Medika, untuk segmen pasar pemerintah.
Penyusunan RJP mengacu pada SK Menteri BUMN No.102/MBU/2002 tentang Penyusunan Rencana Jangka Panjang BUMN yang memuat kewajiban manajemen untuk menyusun RJP serta ketentuan tatacara penyusunannya.
Kinerja perusahaan menunjukkan perbaikan nyata. Pertama kali dalam sejarah Indofarma, penjualan melampaui Rp1 triliun pada 2006, naik hampir 50% dari tahun sebelumnya.
Dalam Board Manual (Panduan GCG) juga diatur tentang tugas Direksi, antara lain: “Menyiapkan rancangan rencana jangka panjang yang merupakan rencana strategis, yang memuat sasaran dan tujuan persero yang hendak dicapai dalam jangka waktu lima tahun, serta disampaikan kepada Komisaris untuk mendapatkan pengesahan”. RJP dijabarkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). RJP disusun dengan memperhatikan kondisi internal dan lingkungan bisnis yang mempengaruhi operasional perusahaan. Tentu, visi, misi dan nilai inti perusahaan mewarnai perumusan sasaran yang ingin dicapai dan strategi yang diterapkan. (Rumusan visi, misi dan nilai inti dapat dilihat di Oasis edisi sebelumnya).
Kondisi Perusahaan Saat Ini Kompetensi inti Indofarma adalah memproduksi dan memasarkan obat generik. Lebih dari 200 item obat generik yang diproduksi, menyumbang di atas 50% penjualan. Sementara produk obat branded ethical dan OTC, penjualannya belum menggembirakan, sekitar 5% dari penjualan dalam dua tahun terakhir. Juga, makanan pendamping ASI (MPASI), produksinya relatif sedikit, ditujukan khusus untuk segmen pasar pemerintah.
Prestasi yang membanggakan diraih Indofarma dalam tiga tahun terakhir. Di tengah kondisi harga bahan baku yang terus naik, ongkos produksi dan biaya usaha juga meningkat, sementara harga jual obat generik justru menurun, namun perusahaan berhasil membukukan laba meski jumlahnya relatif sedikit. Namun demikian, perhatian harus diberikan pada beberapa masalah yang sangat menentukan kelangsungan usaha perusahaan, yaitu bagaimana meningkatkan daya saing produk, meningkatkan profitabilitas, serta memperkuat struktur keuangan. Hal itu untuk menjaga pertumbuhan penjualan dan memperoleh return yang memadai. Penguatan struktur keuangan untuk mengurangi ketergantungan pada dana perbankan, sehingga dapat menambah kemampuan memperoleh keuntungan.
Lingkungan Bisnis Perekonomian Indonesia berkembang cukup baik yang terlihat dalam beberapa indikator ekonomi. Pertumbuhan PDB dalam beberapa tahun terakhir di atas 5%. Inflasi dalam kurun waktu 4 tahun terakhir bergerak pada kisaran 5.06% (tahun 2003) hingga 6.6% (tahun 2006). Kecuali tahun 2005 yang mencapai 17.11% sebagai dampak kenaikan harga BBM. Suku bunga Bank Indonesia menurun signifikan selama tahun 2006. Secara gradual turun sebesar 300 point, dari 12,75% pada awal tahun menjadi 9.75% pada akhir tahun.
Walaupun masih berfluktuasi, dalam waktu 5 tahun terakhir nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mengalami penguatan, posisi akhir tahun 2006 sebesar Rp9.130 per USD. Lima tahun ke depan, perbaikan perekonomian diperkirakan masih berlanjut. Pemerintah mematok target pertumbuhan ekonomi 6,3% pada tahun 2007 dan 6,8% pada tahun 2008. Rupiah diperkirakan stabil mengarah ke menguat, sejalan dengan meningkatnya arus modal serta pengaruh positip pasar regional. Dengan laju inflasi yang diperkirakan tetap 1 digit, diharapkan tingkat bunga BI terjaga pada kisaran 8% - 9%. Faktor eksternal di luar ekonomi yang diperkirakan berpengaruh pada iklim usaha, antara lain stabilitas politik terkait dengan pemilu tahun 2009, serta konsistensi pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dan dukungan anggaran. Selain itu, beberapa pandangan tentang desentralisasi dan otonomi daerah yang mengakibatkan perhatian pada sektor kesehatan mengalami degradasi, diperkirakan akan mengarah ke upaya sentralisasi. Beberapa isu penting, seperti pelayanan ibu-anak, malnutrisi, penyakit infeksi dan antisipasi terhadap bencana akan menjadi fokus perhatian pemerintah. Peran LSM dalam mewarnai kebijakan pemerintah akan mendorong terjadinya penurunan harga obat secara selektif.
Trend Perkembangan Industri Farmasi Dalam dunia usaha yang makin mengglobal, pengaruh bisnis internasional tidak dapat dihindari. Beberapa kecenderungan yang menonjol perlu mendapat perhatian, karena mau tidak mau akan memberi pengaruh pada bisnis perusahaan. Untuk meningkatkan daya saing, banyak
5
Topik Utama manufaktur farmasi melakukan integrasi secara vertikal. Mengintegrasikan manufaktur dan distribusi, akan membentuk rantai penyediaan (supply chain) produk farmasi lebih efisien. Industri farmasi kelas dunia akan fokus pada bioteknologi, kedokteran nuklir, penyediaan produk inovatif, dan jasa kesehatan yang terintegrasi. Distribusi produk farmasi semakin efisien. Jejaring distribusi kian pendek. Yang tidak efisien dan tidak mempunyai skala ekonomis, akan hilang. Industri farmasi akan bergeser dari treating dan managing disease (pengobatan) kepada preventing disease dan managing disease (pencegahan). Namun, pergeseran ini tidak serta-merta menghilangkan fungsi treating disease, terlebih kondisi Indonesia yang memerlukan banyak pembenahan.
Membangun Indofarma Masa Depan Istilah membangun dalam konteks manajemen perusahaan diartikan sebagai upaya meningkatkan nilai perusahaan. Ada tiga pendekatan yang biasa digunakan menghitung nilai perusahaan, yaitu: Pertama, Book Value. Nilai perusahaan ditetapkan sebesar ‘net worth’, yaitu selisih antara total aktiva dan seluruh kewajiban. Dengan kata lain, nilai perusahaan adalah sama dengan jumlah ekuitasnya Kedua, Market Value. Nilai perusahaan adalah laba bersih dikalikan price earning (PE) ratio tertentu. PE ratio (harga saham dibagi jumlah keuntungan bersih per saham) yang digunakan, dapat mengambil PE yang terjadi di pasar modal untuk industri sejenis. Ketiga, Intrinsic Value. Nilai perusahaan adalah present value dari ‘future free cash flow’. Nilai ‘future cash flow’ dapat menggunakan besaran EBITDA dengan discount factor sebesar tingkat bunga yang berlaku. Dari ketiga pendekatan tersebut, intrinsic value menjadi ukuran paling penting bagi pemegang saham dan calon investor, karena ukuran itu mencerminkan prospek perusahaan di masa depan. Karena itu, membangun Indofarma masa depan adalah upaya untuk terus meningkatkan intrinsic valuenya. Dalam kaitan itulah, manajemen merasa perlu merumuskan kembali visi, misi serta nilai inti perusahaan sesuai kondisi terakhir dan tantangan yang dihadapi pada waktu mendatang. Visi, misi dan nilai inti menjadi landasan menetapkan sasaran stratejik yang ingin dicapai dalam lima tahun mendatang, yatu: Pertumbuhan penjualan 2007—2011 rata-rata 20%, sehingga pada tahun 2011 mencapai sekitar Rp2,6 triliun; Earning per share tumbuh rata-rata 35% per tahun, sehingga pada tahun 2011 mencapai Rp80/lembar; Peningkatan intrinsic value menjadi minimal 150% dari book value pada tahun 2011; Indikator
6
keuangannya: Return on Equity tahun 2011 minimal 18% dan Return on Assets tahun 2011 minimal 10% Diperlukan strategi yang tepat agar sasaran di atas bukan sekadar mimpi, tetapi menjadi kenyataan. Ada tiga tema yang mewarnai perumusan strategi perusahaan, yaitu: q Pertumbuhan penjualan (revenue growth) dengan meningkatkan pendapatan dari penjualan yang marjinnya lebih tinggi, fokus pada pasar reguler, dan pemberdayaan jalur distribusi. q Pembangunan kapasitas untuk tumbuh (capacity building) pada area-area stratejik (yaitu SCM, Produksi dan IT) guna membangun reputasi perusahaan.
dicantumkan dalam RKAP.
Peluang dan Tantangan Konsumsi obat per kapita di Indonesia termasuk yang terendah di Asia, yaitu USD 7,2 (tahun 2004) atau kurang dari 2% dari GDP, di bawah standar ideal WHO sebesar 3 – 5% untuk negara berkembang. Dengan demikian, ruang pertumbuhan konsumsi (dan pasar tentunya) masih sangat besar. Pasar farmasi nasional diperkirakan tumbuh 10 – 15% per tahun, sejalan dengan cerahnya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berikut faktor lain yang membuka peluang yang dapat dimanfaatkan bagi pertumbuhan perusahaan:
Ketiga tema tersebut dijabarkan menjadi strategi fungsional sebagai berikut:
q Kesehatan masyarakat relatif rendah mengingat terbatasnya akses kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan dan tingginya tingkat kematian bayi, dsb. Hal ini merupakan basis potensial bagi pertumbuhan konsumsi obat.
q Perbaikan portofolio produk guna memperbaiki perolehan gross margin, dengan mengembangkan produk produk yang berpotensi menjadi ‘first to follow’
q Perbaikan ekonomi masyarakat dan gaya hidup tidak sehat menghasilkan beberapa penyakit baru dan degeneratif. Ini juga indikasi tetap naiknya kebutuhan obat.
q Fokus pada penjualan di pasar reguler, sehingga diperoleh pertumbuhan penjualan yang stabil dan sustainable.
q Paradigma hidup sehat, meningkatnya kebutuhan untuk mencegah penyakit dan berkembangnya asuransi kesehatan, juga bisa mendorong permintaan obat.
q Peningkatan daya saing dan efisiensi melaui operational excellence di setiap tahapan operasi perusahaan.
q Memperkuat distribusi produk melalui penambahan distribution chanel guna memperluas coverage, meningkatkan service level dan menjamin availability. q Melaksanakan capital expenditure guna memperbaiki fasilitas produksi untuk menyesuaikan dengan ketentuan c-GMP. q Meningkatkan skala ekonomi dari aktivitas distribusi dengan mengundang investor strategis yang memiliki produk unggulan untuk didistribusikan. q Memperluas penerapan sistem dan teknologi informasi, terutama untuk mendukung Supply Chain Management dan aktivitas produksi. q Membangun aliansi strategis dengan industri farmasi yang lain untuk meningkatkan efisiensi produksi dan kemampuan supply. q Menerapkan Good Corporate Governance (GCG). Sebagai rencana jangka panjang, tidak tertutup mengalami penyesuaian dengan perubahan lingkungan bisnis. Strategi itu harus diterjemahkan menjadi program kerja tahunan yang lebih spesifik dan rinci serta
q Lisensi dari produsen obat baru dan munculnya produk off patent dapat mendorong kontinuitas pertumbuhan pasar farmasi nasional. Sementara itu, penerapan AFTA dan harmonisasi ASEAN membuat pasar farmasi Indonesia lebih terbuka yang dapat mengancam industri domestik. Penduduk Indonesia yang besar merupakan pasar menarik bagi para pemain regional maupun global.
Penutup Manusia adalah asset perusahaan yang paling berharga. Ini bukan jargon kosong. Rencana terbaik dapat disusun, strategi terbaik dapat dirumuskan dan sasaran ditetapkan, tetapi pelaksanaannya tergantung pada SDM yang dimiliki. Karena itu, sangat tepat tema strategis ‘capacity building’, bukan dalam konteks fasilitas fisik tetapi yang bersifat ‘intangible’. Perusahaan modern memiliki nilai intangible yang lebih besar dari tangible-nya, sehingga SDM sebagai salah satu intangible patut mendapat perhatian untuk dibangun terlebih dahulu.
“Diperlukan strategi yang tepat agar sasaran di atas bukan sekadar mimpi, tetapi menjadi kenyataan.”
Topik Utama
4 Strategi Tingkatkan Kinerja Indofarma Perbaikan signifikan diraih Indofarma pada tahun 2006. Manajemen tetapkan 4 strategi untuk tingkatkan kinerja perusahaan.
O
bat generik. Boleh saja sebagian orang memandang dengan sebelah mata karena dianggap kurang berkelas. Namun, bagi PT Indofarma (Persero) Tbk., obat generik adalah keuntungan. Bahkan, kini perusahaan farmasi milik negara ini, makin mantap untuk lebih fokus menggarap sektor ini. Langkah itu memang sudah seharusnya dilakukan. Lihat saja andil obat generik bagi Indofarma. Dari lebih dari 200 item obat generik yang diproduksi, menyumbang sekitar 50 persen dari total penjualan perusahaan pada tahun 2006. Selain itu, alasan tetap fokus pada produk obat generik karena prospek pasar yang masih tinggi. Indofarma akan terus berupaya mempromosikan obat generik sebagai obat berkualitas dengan harga terjangkau masyarakat. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap bisnis obat generik. Sebut saja terjadinya penurunan harga obat generik, sementara di sisi lain harga bahan baku justru mengalami kenaikan. Tentu, kondisi ini membuat manajemen Indofarma harus jeli menyiasati. Yang pasti, apa pun kondisinya, Indofarma berhasil membukukan sejumlah prestasi selama tahun 2006. Bahkan, kinerja keuangannya dianggap ‘spektakuler’ karena belum pernah dicapai selama sejarah BUMN farmasi ini. Pada tahun itu, penjualan Indofarma mencapai lebih dari Rp1 triliun! Angka ini meningkat 50,1% dibandingkan dengan yang diraih tahun sebelumnya sebesar Rp684 miliar. Kendati total penjualan bersih Indofarma
meningkat sangat signifikan, namun penurunan harga Obat Generik Berlogo oleh Pemerintah, serta kontribusi penjualan produk non Indofarma yang semakin tinggi, mengakibatkan penurunan margin laba kotor dari sebesar 29,1% di tahun 2005 menjadi 24,9% di tahun 2006. Sementara itu, laba usaha BUMN farmasi ini pada periode itu meningkat sebesar 77,4% dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi Rp62,23 miliar. Begitu juga margin laba usahanya, meningkat dari 5,13% menjadi 6,06%. Peningkatan ini berasal dari keberhasilan program efisiensi sehingga beban penjualan dan beban umum & administrasi menurun terhadap nilai penjualan bersih. Meningkatnya laba usaha dan efisiensi pada beban usaha, menyebabkan laba sebelum pajak meningkat dari Rp16 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp40 miliar pada 2006 atau naik sebesar 149,75%. Begitu juga laba bersihnya meningkat sebesar 58,85% menjadi sebesar Rp15,24 miliar pada periode itu. Melihat kinerja Indofarma pada tahun 2006, Dirut Indofarma M. Syamsul Arifin menyatakan, sudah seharusnya dijadikan momentum pembaharuan untuk meningkatkan semangat dalam melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam semua aspek manajemen. Namun demikian, menurut dia, terdapat beberapa aspek yang masih perlu disempuranakan secara terus-menerus untuk perbaikan kinerja di masa mendatang, khususnya di bidang pemasaran, pengelolaan persediaan, pengelolaan arus kas dan sistem informasi.
Oleh karena itu, Indofarma melakukan penyusunan kembali portofolio produk yang dijual dengan cara mengkombinasikan paket penjualan antara produk bermarjin rendah dengan produk bermarjin tinggi. Dari aspek internal, Syamsul mengakui, Indofarma masih menghadapi inefisiensi proses bisnis internal, khususnya pada tatanan hubungan induk dan anak perusahaan yang kurang mendukung terwujudnya kontribusi kinerja positif dari anak perusahaan. Manajemen mulai melaksanakan program restrukturisasi baik di tingkat induk maupun di anak perusahaan sejak September 2006. Dia menyebutkan, beberapa langkah restrukturisasi di induk mencakup penetapan ulang nilai inti perusahaan jalan dengan visi dan misi perusahaan yang baru. Hal ini diwujudkan dalam rencana jangka panjang perusahaan untuk 5 tahun mendatang, katanya. Peningkatan kinerja perusahaan menjadi prioritas ke depan. Untuk mewujudkan hal itu, Syamsul menambahkan, manajemen Indofarma menetapkan empat strategi utama. Pertama, program pengembangan kapasitas (capacity building) terhadap sumber daya manusia, teknologi informasi dan supply chain management. Kedua, program operational excellence, yang mencakup pencapaian keefektifan biaya dan langkahlangkah yang inovatif. Ketiga, program peningkatan pertumbuhan pendapatan (revenue growth). Keempat, manajemen risiko yang prudent. Seluruh strategi ini untuk meningkatkan intrinsic value perusahaan. **
7
Topik Utama
Bermula dari Pabrik Salep dan Kasa Awalnya hanya sebuah pabrik kecil yang memproduksi beberapa jenis salep dan kasa pembalut untuk memenuhi kebutuhan Rumah Sakit Pusat Pemerintah Belanda. Seiring dengan bertambahnya fasilitas produksi untuk tablet dan injeksi, pabrik yang berdiri tahun 1918 ini, mulai dikenal dengan nama Pabrik Obat Manggarai. Selama perang dunia kedua, Takeda Jepang memegang kendali manajemen pabrik. Bagaimana perkembangan selanjutnya? Berikut jejak singkat produsen obat generik yang kini bernama PT Indofarma (Persero) Tbk itu. q Pada tahun 1950, status kepemilikan diambil-alih Pemerintah Indonesia dan hak pengelolaan diberikan kepada Departemen Kesehatan. q Pada tahun 1979, dalam rangka mendukung program ketersediaan obat bagi masyarakat, Depkes mengukuhkan status pabrik obat Manggarai menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. q Pada tahun 1981, statusnya berubah menjadi Perusahaan Umum Indonesia Farma (Perum Indofarma). Tonggak penting lain perjalanan bisnis Indofarma terjadi pada tahun 1988. Saat itu dimulai pembangunan pabrik modern berkapasitas besar di atas lahan seluas hampir 20 hektar di kawasan Cibitung, Jawa Barat. q Pada tahun 1991 pembangunan tersebut dapat diselesaikan dan seluruh fasilitas produksi di Manggarai, Jakarta dipindahkan menyatu dengan pabrik baru di Cibitung, yang merupakan salah satu dari lima pabrik pertama di Indonesia yang memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) . q Pada tahun 1993 dilengkapi dengan fasilitas produksi steril dan injeksi Cephalosporine. q Pada tahun 1996 status badan hukum Indofarma berubah menjadi Perseroan Terbatas (Persero). Pada tahun 1999 bahkan Indofarma melakukan diversifikasi dengan membangun “Extraction Plant” untuk memproduksi obat tradisional dengan cara modern. Dalam kurun waktu itu Indofarma juga telah membangun jaringan distribusi dalam bentuk cabang di kota-kota utama di Indonesia. q Pada tahun 2000, Indofarma melakukan spin off terhadap cabang-cabang distribusi untuk membentuk anak perusahaan PT. Indofarma Global Medika (IGM) yang bergerak di bidang distribusi dan perdagangan farmasi dan alat kesehatan. q Pada tahun 2001 perusahaan berubah status menjadi PT. Indofarma, Tbk dengan melepas sekitar 20% saham kepada publik dan mendaftarkan saham Perseroan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. **
8
Indofa di Obat Perkembangan Indofarma akhirakhir ini terus menggeliat bangkit. Berbagai gebrakan, seperti peluncuran OTC generik, mengisyaratkan tanda keseriusan Indofarma kembali fokus di obat generik. Untuk mengetahui lebih jauh tentang hal itu, Dirut Indofarma Syamsul Arifin berkenan menerima Irfan Mohamad dan Ermi Yusnita dari OASIS di ruang kerjanya, 20 April silam, untuk melakukan wawancara. Berikut petikannya: Bagaimana visi dan misi Indofarma terkini? Visi kita adalah memberikan kontribusi yang signifikan pada perbaikan kualitas hidup masyarakat dengan menyediakan solusi terhadap masalah kesehatan di Indonesia. Sedangkan misi kita adalah secara inovatif menyediakan produk dan layanan berkualitas dengan harga terjangkau untuk masyarakat guna mengatasi masalah kesehatan dengan tingkat prevalensi tinggi. Kemudian, juga sudah dirumuskan nilai inti perusahaan yaitu profesional (integritas, komitmen, hasil terbaik), kewirausahaan (visi ke depan, inovatif, fokus pada pelanggan), dan kepedulian (saling menghormati, bekerjasama, berkeadilan). Bagaimana kaitan visi, misi dan nilai inti itu dengan keberadaan Indofarma sebagai BUMN? Visi Indofarma sebagai BUMN, tentu, berpijak pada visi pimpinan negara. Dalam BUMN Expo beberapa waktu silam, Presiden SBY menyatakan ada 3 landasan BUMN, yaitu pro poor (berpihak pada rakyat banyak), pro job (penyediaan lapangan kerja), dan pro growth (dapat berkembang). Pernyataan Presiden itu cocok dengan visi, misi dan nilai inti Indofarma. Pro poor cocok dengan nilai kepedulian, pro job cocok dengan nilai professional, dan pro growth cocok dengan nilai
Topik Utama
arma Fokus t Generik kewirausahaan. Lalu, bagaimana perkembangan Indofarma terkini? Pertama-tama perlu diingat bahwa setting Indofarma adalah produsen obat esensial nasional atau pabrik obat generik terbesar nasional. Jadi, fokus dan kompetensi kita di obat generik dengan skala produksi besar yang efisien (murah). Basic kita di obat generik itu, berbeda dengan basic perusahaan lain yang fokus memasarkan ethical (obat yang diresepkan dokter), di mana skala produksinya kecil dan perlu dukungan biaya pemasaran yang tinggi.
Kunci sukses Promosindo ada dua: SDM yang tangguh dan networking. Tantangan Promosindo lebih tinggi daripada yang dihadapi marketing obat generik dan OTC. Misalnya, orang-orang di ethical itu harus mampu meyakinkan lewat diskusi dengan para dokter, termasuk dokter ahli. Promosindo merupakan tempat yang cukup baik dalam pengembangan dan pembinaan SDM, khususnya di bidang pemasaran. Orang-orang yang sukses di Promosindo merupakan calon wirausaha di masa depan.**
Pasar obat generik juga berbeda dengan pasar obat ethical. Pasar generik ditujukan untuk rakyat banyak. Sedangkan pasar ethical sasarannya kelas menengah ke atas. Pengelolaannya juga memerlukan keterpisahan. Bila ingin maju, syaratnya harus tahu dan mengembangkan kompetensi kita sebagai manufacturing obat generik. Jangan keluar dari kompetensi kita. Ingat, trend obat dunia dan nasional kini bergerak ke obat generik. Dengan akan berlakunya SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) dan makin kuatnya sistem asuransi kesehatan, pangsa pasar obat generik akan naik. Bila sekarang masih 10%, diperkirakan 2-3 tahun lagi menjadi 50%. Disinilah peluang kita untuk mengisi dan jaya kembali. Dengan keseriusan kita fokus sebagai manufacturing obat generik, maka kita tidak lagi fokus di obat ethical. Obat ethical bukan berarti kita lepas, tetap kita garap dengan model outsourcing ke PT Promosindo. Bisa dijelaskan soal Promosindo? PT Promosindo adalah marketing company bidang farmasi, perusahaan di bawah Indofarma Global Medika (IGM). Promosindo menerima outsourcing dari perusahaan induknya (Indofarma dan IGM) untuk menangani teknis operasional marketing. Kebijakan dan kontrolnya tetap dipegang perusahaan induk. Outsourcing dilakukan agar lebih efisien dari pada dikerjakan perusahaan induk. Hal ini juga untuk membagi resiko, sekaligus dapat memberi nilai tambah. Ibarat kapal, Indofarma sebagai induk yang memiliki kapal-kapal kecil seperti IGM dan Promosindo. Dalam perang diperlukan kapal-kapal kecil yang menjadi ujung tombak andalan dari kapal induk. Kapal-kapal kecil diperlukan untuk mengerjakan yang sifatnya terobosan cepat. Soal ethical itu memerlukan kapal kecil untuk mengerjakannya. Penjualan kita di pasar obat ethical masih kecil, sementara resikonya tinggi. Kita belum profesional di bidang ethical, sehingga umumnya kalah bersaing di pasar dan membawa kerugian. Karena itu lebih baik di-outsourcing sehingga Indofarma bisa fokus sebagai manufacturing obat generik. Promosindo dibentuk untuk mengantisipasi masa depan. Bila ada mitra strategis Indofarma yang ingin memasarkan produknya di Indonesia, marketingnya dapat ditangani Promosindo. Biaya outsourcing ditetapkan secara variabel, atau sebanding dengan penjualannya. Misal, bila target penjualan yang ditetapkan Indofarma hanya tercapai setengah, maka prosentase atau biaya untuk Promosindo juga ekuivalen (sebanding) dengan itu.
Tim Promosindo
Promosindo Inkubator Marketing PT Promosindo Media adalah marketing company bidang farmasi di bawah PT IGM. Promosindo akan menerima outsourcing dari induknya (Indofarma & PT IGM ) untuk menangani marketing, khususnya produk obat ethical. Menurut Dirut Indofarma Sjamsul Arifin, Promosindo merupakan tempat yang cukup baik dalam pengembangan dan pembinaan SDM, khususnya di bidang pemasaran. “Orang yang sukses di Promosindo merupakan calon wirausaha sukses di masa depan,” ujarnya. Karena itu, perusahaan ini memiliki visi: Menjadi marketing company yang mempunyai Tim promosi yang handal yang layak diperitungkan oleh pesaing dan menjadi “First Choice” bagi perusahaan yang memerlukan jasa pemasaran. Sedangkan misinya adalah: Meningkatkan keuntungan perusahaan dengan meningkatkan penjualan dan dengan rasio biaya yang ideal; memperbanyak dan memperluas user produkproduk Indofarma dengan menggali potensi daerah dan kreatifitas Field Force dalam pengembangan wilayah kerjanya. (ey)
9
News
Bio Vision Ciptakan Brand Experience Jika ada orang bertanya, apa yang paling berharga dalam hidup? Jawabannya cuma satu: Kesehatan. Dengan tubuh sehat orang bisa menikmati apa saja, termasuk meningkatkan kualitas hidup. Namun demikian, banyak orang belum menyadari pentingnya menjaga kesehatan mata. Padahal, mata adalah anugerah yang sangat berharga dan begitu penting bagi kehidupan. Terlebih pada era teknologi informasi saat ini, di mana yang mata sehat mutlak diperlukan. Mencermati hal tersebut, Bio Vision, produk food supplement untuk menjaga kesehatan mata menyelenggarakan Bio Vision ”Eye Contact Challenge”, sebuah bentuk Brand Activation yang bertujuan untuk mengingatkan kembali konsumen akan pentingnya kesehatan mata, sekaligus event untuk berinteraksi dengan konsumen. Tema ”Eye Contact Challenge” tentu disesuaikan dengan content acaranya. Pengunjung dapat menguji ketajaman penglihatan melalui game interaktif ”Word Challenge”. Tidak hanya itu, konsumen juga dapat menikmati fasilitas lain. Seperti pemeriksaan mata oleh optician, totok wajah dan gimmick menarik yang diperoleh melalui paket pembelian produk. Kegiatan itu roadshow di empat kota besar. Tempatnya disesuaikan dengan target market Bio Vision, seperti lobby perkantoran dan mall. Kini tengah berjalan di Jakarta. Ermi Yusnita, Product Manager OTC PT Indofarmat Tbk, yang ditemui di lokasi event, Mal Kelapa Gading, menuturkan event ini tidak sekadar untuk menarik konsumen baru, tetapi diharapkan dapat menciptakan proses brand loyality. Loyalitas terhadap brand (brand loyality),
10
menurut Ermi, tidak terbentuk secara instan, tetapi perlu waktu panjang, hasil akumulasi pengalaman berinteraksi antara konsumen dan brand tersebut (brand experience). Ia menegaskan, event Eye Contact Challenge dapat menjadi brand experience, ajang
interaksi antara Bio Vision dan konsumen. ”Lewat pengalaman unik, mereka menjalin hubungan intim,” katanya. Pengalaman memang ampuh karena meninggalkan kesan lebih dalam dibandingkan dengan status semata. (red).
Wawasan Kosasih Manajer Sistem Mutu
Dicari: Kejujuran Profesi Jika kita perhatikan perkembangan bisnis obat generik di Indonesia, terutama obat generik non-merek (non-branded) relatif tidak signifikan. Hal ini berbeda dengan yang terjadi di negara-negara maju. Ada apa gerangan atau apa persoalannya? Ada berbagai versi persoalan di seputar bisnis obat generik non-branded ini. Di antara persoalan yang ada, masalah “mutu” sering menjadi amunisi untuk menyerang produk ini. Pertanyaannya, benarkah demikian? Jika benar, itu berarti ada standar ganda dalam pembuatan obat di negeri ini? Atau, mungkinkah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), selaku pemegang otoritas mutu produk farmasi di Indonesia mengeluarkan standar yang lebih ringan untuk produsen obat generik non-merek? Jawabannya pasti: tidak mungkin! Hal yang sama juga terjadi di negara-negara lain.
Setiap produk farmasi yang dipasarkan, tidak peduli yang apakah paten, generik atau generik bermerek, harus mampu memberikan jaminan kemanjuran (efikasi), keamanan, dan kualitas (mutu).
profesor. Lengkap sudah ketika knowledge (pengetahuan), skill (ketrampilan) dan attitude (perilaku) tak patut berkolaborasi berorkestra mengalunkan irama ketidakpedulian atas kemanusiaannya sendiri.
Jaminan itu merupakan kewajiban industri farmasi yang dikendalikan dengan ketat oleh BPOM, karena produk farmasi erat kaitannya dengan nyawa pemakainya. Jika ada sedikit saja kekeliruan, dampaknya bisa fatal, bisa berujung pada kematian.
Di sisi lain, industri farmasi juga membuat persoalan lainnya. Yaitu masih kurangnya kesadaran untuk melakukan uji banding terhadap produk inovatornya. Alasan klasik yang sering mereka sampaikan adalah mahalnya biaya uji banding.
Adalah suatu keputusan yang naif dan beresiko jika BPOM memberlakukan standar ganda mutu produk farmasi di Indonesia. Dengan demikian, produk farmasi apa pun yang beredar di Indonesia minimum harus mengikuti standar mutu yang telah ditetapkan oleh BPOM.
Anehnya, untuk keperluan promosi mereka menginvestasikan dana tidak sedikit. Namun untuk uji banding yang relatif jauh lebih kecil dari biaya promosi, sulit cair. Pola industri di negeri ini cenderung “ingin cepat untung besar” dan enggan berinvestasi yang sifatnya jangka panjang.
Persoalan lain adalah masalah etika profesi. Tidak sedikit rekan sejawat di profesi farmasi, kedokteran, dan profesi kesehatan lainnya yang tidak memberikan penilaian secara jujur mengenai kontroversi obat generik dan obat generik bermerek. Seringkali mereka mengkaitkan harga yang murah dengan “produk murahan”.
Uji banding merupakan salah satu tahapan penting untuk memberikan bukti bahwa suatu produk farmasi aman, efektif dan bermutu. Di masa yang akan datang perlu dibuktikan bahwa kualitas di laboratorium (in vitro) mempunyai korelasi dengan kualitas di dalam tubuh (in vivo). Karena persoalan formulasi, pola makan, interaksi obat dan hormonal tubuh yang semakin kompleks.
Umumnya hal itu terjadi karena konflik kepentingan pribadi. Mereka lupa bahwa ketika memasuki dunia profesi, mereka disumpah untuk mendahulukan kemanusiaan. Atau, mungkinkah mereka telah lupa bahwa mereka juga manusia? Ketidakjujuran para “oknum” ini bahkan tidak sedikit yang menjangkiti “oknum” bergelar
Berkaca dari ketiga persoalan di atas, apa yang telah kita lakukan? Pantaskah kita menyebut diri jujur dalam berprofesi (profesional)? Di belantara bisnis farmasi yang semakin kompleks, kejujuran profesi memang merupakan kegelisahan dan sekaligus tantangan…Wallahu’alam.
11
Wawasan
SDM dan Peningkatan Kapasitas Produksi Tahun 2007 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi Direktorat Produksi Indofarma. Bagaimana meningkatkan output produksi sehingga kebutuhan pemesan dapat dipenuhi dengan baik dan lancar, namun tetap memperhatikan standar cara pembuatan obat yang baik (CPOB) atau cGMP. Peningkatan output harus dibarengi perbaikan secara berkesinambungan terhadap fasilitas dan kapasitas maupun sumber daya manusia (individual skill). Saat ini rencana renovasi menjadi hal yang harus dipenuhi mengingat perkembangan GMP yang dinamis. Peraturan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Kita tahu, semua bergerak sangat cepat. Karenanya, GMP juga menyesuaikan dengan kemajuan yang ada dan saat ini melahirkan CPOB terkini atau current good manufacturing practice (cGMP). Tidak semua industri mampu mengikuti ketentuan cGMP. Karena itu, semua industri farmasi perlu saling mendukung. Dalam cGMP diatur mengenai produksi, diantaranya kontrol produksi lebih ketat, tata udara yang baik dan fasilitas tersedia. Evaluasi terus dilakukan terhadap fasilitas dan sarana yang ada agar konsistensi produk terpenuhi. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan agar peningkatan produksi dapat dicapai, yaitu: 1. Renovasi gedung utama produksi agar memenuhi syarat cGMP. 2. Perubahan kapasitas produksi untuk meningkatkan produktivitas. 3. Peningkatan skill operator dan pelaksana
Renovasi Gedung Produksi Dengan renovasi gedung utama produksi, diharapkan Indofarma siap menghadapi tantangan ke depan, bila tidak maka Indofarma akan tersingkirkan. Hal ini terkait dengan komitmen pemerintah untuk membenahi industri farmasi di dalam negeri agar berstandar internasional. Ketentuan CPOB atau GMP yang ditetapkan selama ini untuk meningkatkan kualitas produk farmasi, maka industri harus mengikuti standar yang ditentukan secara internasional. Produsen harus memiliki sistem
12
internal kontrol yang dapat mendeteksi mutu pada setiap proses produksi sampai produk tersebut diedarkan di masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan mematuhi persyaratan CPOB.
Perubahan Kapasitas Produksi Perubahan kapasitas mesin pada tahun 2007 diharapkan memacu kinerja produksi dalam meningkatkan output produksi. Kondisi perusahaan yang belum stabil memaksa untuk memaksimalkan fasilitas mesin yang ada. Peningkatkan produktivitas diantaranya dengan menambah jam kerja mesin tanpa menambah jam kerja karyawan. Bila output produksi meningkat dan mampu mencapai kapasitas yang ditetapkan, maka utilisasi ideal akan didapat. Sebagai contoh, kapasitas produksi tablet non betalaktam yang pada tahun 2006 berkapasitas 2,103 milyar butir, pada tahun 2007 ditingkatkan menjadi 2,286 milyar, artinya ada peningkatan sebesar 8,7%. Begitu juga kapsul non betalaktam, untuk periode yang sama kapasitasnya ditingkatkan dari 188 juta butir menjadi 257 juta butir atau naik 36,57 %. Secara rata-rata kapasitas produksi tahun 2007 naik 17,31% Bagaimana kapasitas produksi dapat diubah? Selain perbaikan norm, perubahan difokuskan pada jam kerja. Waktu kerja karyawan dari pukul 07.00-16.00 untuk shift I dan pukul 15.00-23.00 untuk shift II, mampu dimaksimalkan operasional mesin setelah
Muhidah Manajer Produksi I
istirahat selama satu jam untuk shift I dan 30 menit untuk shift II. Dengan perubahan waktu yang tersedia perhari, dapat mengurangi overlap 30 menit dari sebelumnya 11/2 jam, dan mengurangi waktu istirahat shift II menjadi 30 menit dari sebelumnya 1 jam. Dengan demikian, tanpa menambah jam kerja karyawan, kapasitas produksi dapat ditambah sehingga output produksi pun meningkat. Jika dihitung, dengan menambah satu jam kerja mesin perhari, kapasitas rata-rata produksi tablet non betalkatam seperti dapat menambah satu bulan output produksi.
Peningkatan Skill Operator atau Pelaksana Sumber daya manusia di semua level produksi harus ditingkatkan mutunya. Peningkatan skill melalui berbagai pelatihan, baik internal maupun eksternal. Pelatihan lebih diarahkan yang tepat guna, dengan meningkatkan skill operator atau pelaksana. Yang sangat penting adalah peningkatan aspek mental. Menumbuhkan kesadaran terhadap penggunaan alat-alat pelindung yang diatur dalam ketentuan CPOB dan kedisiplinan waktu masuk kerja. Juga, kualitas produk, sanitasi dan higiene harus menjadi syarat bagi operator atau pelaksana produksi. Akan mustahil terwujud, peningkatan kapasitas sebesar 17,31% bila tidak diimbangi SDM yang bermental baik. Semoga Allah meridhoi langkah kita di tahun 2007. Amiin **
Wawasan
Skor GCG Indofarma 71,53
Iryadi Ketua Tim Sosialisasi GCG
observasi. Sehingga dalam prosesnya melibatkan seluruh insan Indofarma, mulai dari karyawan, direksi, dewan komisaris, dan juga pemegang saham. Dalam menentukan sejauh mana Indofarma telah menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (GCG), Tim Konsultan BPKP menggunakan 153 parameter sebagai indikator penerapan dan kepatuhan terhadap ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku serta praktik-praktik bisnis terbaik (best practices). Bobot atas lima aspek penilaian GCG yang terbesar yaitu pada aspek penerapan GCG (66%) dan aspek penerapan di tingkat Direksi dan Komisaris memiliki bobot yang sama yaitu 27%.
Hasil Penilaian GCG Alhamdulillah, Good Corporate Governance (GCG) PT Indofarma (Persero) Tbk untuk periode tahun 2006 memperoleh skor 71,53 dari skala 100. Direktur Pengawasan Badan Usaha Jasa Keuangan dan Manufaktur BPKP, sekaligus sebagai penanggung jawab Tim, pada pemaparan dan pembahasan hasil assessment dengan Dewan Komisaris, mengutarakan bahwa skor ini sudah cukup baik, terlebih Indofarma relatif baru memiliki seperangkat buku pedoman GCG. Sebagaimana diketahui, hasil assessment dikelompokkan ke dalam tiga peringkat skor GCG, yaitu cukup (C) untuk skor 0-75, baik (B) untuk skor >75–90, dan baik sekali (A) untuk skor >90-100. Pada umumnya, hasil awal assessment di bawah 70, termasuk PT Kimia Farma.
Hal-hal yang Positif & Area for Improvement Berdasarkan hasil assessment, hal yang positif di Indofarma ialah adanya komitmen kuat dari seluruh insan Indofarma untuk membangun dan menerapkan praktik-praktik tata kelola perusahaan yang baik.
Perusahaan (RJPP), pemetaan dan penerapan kebijakan manajemen risiko perusahaan secara sistematis dan terstruktur, penerapan kebijakan sistem pengendalian internal sesuai versi committee on sponsoring organization committee (COSO) meliputi komponenkomponen lingkungan pengendalian, pengkajian dan pengelolaan risiko, aktifitas pengendalian, sistem informasi dan komunikasi, dan monitoring.
Sosialisasi & Internalisasi GCG Di lingkungan BUMN, penerapan praktik GCG sudah menjadi keharusan. Dalam SK Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002, Menteri BUMN menyatakan bahwa seluruh BUMN wajib menerapkan good corporate governance secara konsisten, atau menjadikan good corporate governance sebagai landasan operasional. Sedangkan PT Bursa Efek Jakarta mengharuskan perusahaan tercatat melaksanakan prinsip GCG untuk melindungi kepentingan dan meningkatkan kepercayaan pemegang saham publik terhadap pengelolaan perusahaan.
Indikator atas komitmen ini antara
Skor yang diperoleh dari hasil assessment merupakan potret kondisi penerapan GCG di PT Indofarma (Persero) Tbk dalam tahun 2006 dan menjadi dasar bagi penerapan dan pengembangan GCG selanjutnya.
gembangan GCG Siklus Penerapan & Pen
Areas of improvement
Sosialisasi & Workshop (1)
Assessment GCG (6)
Diagnostic Assessment/ Mapping (2) Areas of improvement
Penyusunan Infrastruktur GCG (3)
Institusionalisasi (5)
Assessment GCG PT Indofarma (Persero) Tbk dilakukan selama hampir dua bulan sejak 22 Februari sampai dengan 13 April 2007. Ada lima aspek dalam penilaian GCG, yaitu hak dan tanggung jawab pemegang saham, kebijakan GCG, penerapan GCG, pengungkapan informasi (disclosure), dan komitmen. Metode penilaian GCG menitikberatkan pada ketersediaan dan kelengkapan dokumen. Namun, untuk meyakinkan tingkat persepsi dan komitmen terhadap penerapan praktik GCG, selain review dokumen, juga dilakukan penyebaran kuesioner, wawancara, dan
Internalisasi (4)
lain diwujudkan dengan telah dimilikinya kebijakan GCG, meliputi buku-buku pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance), Pedoman Direksi & Dewan Komisaris (Board Manual), charter Komite Audit & SPI, pedoman penyusunan annual report, dan buku pedoman perilaku (Code of Conduct). Sedangkan hal-hal yang perlu ditingkatkan (area for improvement) antara lain mengenai pengkajian visi misi perusahaan, penerapan Rencana Kerja Anggaran P erusahaan (RKAP) yang selaras dengan Rencana Jangka Panjang
Penerapan GCG secara konsisten diyakini dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan daya saing, check & balance, transparansi, dan kultur bisnis yang sehat pada perusahaan BUMN.
Penerapan dan pengembangan GCG perlu dilakukan secara terus menerus melalui sosialisasi/ workshop, diagnostic assessment, penyempurnaan infrastruktur GCG, internalisasi, institutionalisasi, dan assessment. Sesuai siklus di atas, maka langkah selanjutnya dalam rangka penerapan dan pengembangan GCG setelah assessment yaitu mengevaluasi dan menindaklanjuti area-area yang masih memerlukan perbaikan (area for improvement). Untuk lingkungan karyawan, area ini meliputi sosialisasi dan Pedoman Perilaku (Code of Conduct) dan pedoman tata kelola perusahaan (Code of Corporate Governance). ***
13
Direktur Produksi PT Indofarma Tbk, Yuliarti R. Merati:
Operational Excellence Kunci Tingkatkan Daya Saing Direktorat Produksi merupakan jantung perusahaan. Setiap produk yang dihasilkan untuk dijual ke pasar, menjadi tanggung jawabnya. Menjaga kualitas produk dan kontinyuitas produksi dalam memenuhi permintaan konsumen, merupakan bagian dari tugas utamanya. Jika produksi yang dihasilkan berkualitas tidak baik, akan merusak citra perusahaan secara keseluruhan. Lalu, bagaimana rencana Direktorat Produksi PT Indofarma (Persero) Tbk di tahun 2007? Berikut wawancara Tim Redaksi OASIS dengan Direktur Produksi PT Indofarma Tbk Yuliarti R. Merati.
Benarkah Badan POM mengeluarkan peraturan baru mengenai Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB/) atau Current Good Manufacturing Practice (cGMP)? Sebenarnya CPOB bukan peraturan baru. Untuk Indonesia, CPOB pertama keluar
pada 1988. Pada 1989, Petunjuk Operasional Penerapan CPOB diterbitkan agar pedoman tersebut dapat diterapkan secara efektif di industri farmasi. Dalam perkembangannya, CPOB 1988 direvisi pada 2001. Ini sesuai filosofinya, CPOB merupakan dokumen yang bersifat dinamis dan akan berubah mengikuti perkembangan teknologi. Karena kedinamisan itu, CPOB tahun 2001 pun kembali direvisi di tahun 2006. CPOB yang sekarang merupakan adaptasi dari CPOB versi WHO dan versi PIC/S juga “International Codes of GMP” lain.
Adakah perbedaan antara CPOB versi 2001 dan versi 2006? Perbedaannya antara lain ada penambahan pokok bahasan mengenai: Kualifikasi dan validasi; Pembuatan dan analisis obat berdasarkan kontrak atau lebih dikenal sebagai toll manufacturing; Pembuatan obat steril terdapat beberapa perubahan persyaratan bangunannya, terutama dalam sistem tata udara (air handling unit). Selain itu terdapat tambahan beberapa Aneks yang tidak ada di CPOB versi 2001, seperti manajemen mutu, pembuatan produk darah, sistem komputerisasi, dan pembuatan obat investigasi untuk uji klinis.
14
Wawancara Dengan perubahan itu, apa dampaknya bagi Indofarma?
Dengan sistem Toll Manufacturing, apakah tidak mempengaruhi harga jual produk?
Tentu sangat berdampak. Perubahan CPOB dari versi 2001 ke versi 2006 sangat dibutuhkan dalam menghadapi globalisasi, terutama Harmonisasi ASEAN pada awal 2008. Dengan harmonisasi ini, semua produk negara-negara ASEAN akan dengan mudah masuk Indonesia. Apabila Indofarma tidak segera beradaptasi dengan peraturan baru, akan tergilas. Berita bagusnya, kita sudah lama mempersiapkan diri sehingga tidak kaget dengan perubahan-perubahan tersebut. Terutama menyangkut software seperti kualifikasi dan validasi, perubahan beberapa persyaratan pengujian dan lain-lain. Tahun 2007, kita lebih fokus dalam perbaikan hardware, yaitu renovasi bangunan. Renovasi diperlukan karena fasilitas produksi kita dibuat dengan standar CPOB tahun 1989.
Kita akan menawar harga produksinya sehingga harga jual produk kita tidak berubah. Dengan perhitungan yang cermat, kita bisa melakukan proses Toll tanpa mengurangi harga jual dan laba kita.
Kapan pelaksanaan renovasi? Sekarang Indofarma sedang melakukan pemilihan Konsultan Perencana yang bekerja sekitar 2 bulan. Pada saat yang sama, Tim Pengadaan Kontraktor dan Konsultan Pengawas mencari kontraktor untuk melaksanakan pembangunan. Proses ini sekitar satu bulan. Diharapkan paling lambat September 2007 renovasi dilaksanakan. Bagian mana yang direnovasi? Yang utama, bagian Farma I dan Farma II Non Betalaktam. Termasuk fasilitas pembuatan tablet, kapsul, salep, sirop dan serbuk. Jadi, renovasi meliputi lantai I, II dan III. Khusus fasilitas pengemasan lantai I tidak banyak berubah karena fasilitasnya sudah baik. Beberapa bagian di fasilitas pembuatan obat steril akan dilakukan perubahan (upgrade) setelah renovasi Farma I dan Farma II. Tetapi perubahannya tidak sebesar renovasi Farma I dan Farma II. Kapan renovasi selesai? Renovasi dilaksanakan bertahap. Bahkan, ketika renovasi dilaksanakan, produksi tetap berjalan. Walaupun outputnya hanya 30%. Diperkirakan, renovasi berlangsung sekitar satu tahun, sampai September 2008. Bagaimana pemenuhan target produksi selama renovasi? Direktorat Produksi melakukan produksi lebih awal untuk memenuhi tender dari Departemen Kesehatan. Tender tersebut biasanya baru turun di akhir tahun, sekitar bulan September. Tetapi untuk tahun ini tender dari Departemen Kesehatan telah dimulai sejak Mei sampai Juni. Indofarma melakukan produksi lebih awal, di triwulan kedua, guna mengejar kebutuhan tersebut. Kekurangannya dipenuhi dengan sistem toll manufacturing, bekerja sama dengan pabrik farmasi untuk memproduksi produk kita. Tentu, tidak semua pabrik bisa menerima Toll dari Indofarma. Pabrik penerima Toll harus diinspeksi pemenuhan persyaratan CPOB-nya agar produknya memenuhi syarat.
Selain renovasi, kegiatan apa yang dilakukan Direktorat Produksi di tahun 2007? Untuk produk baru, Direktorat Produksi bergantung pada permintaan Bidang Pemasaran. Beberapa produk yang telah siap dipasarkan di Tahun 2007 antara lain beberapa jenis OTC Generik (Obat Rp1000), FDC Tuberculosis, beberapa produk OGB dan produk branded generik. Selain produk, Direktorat Produksi bersama Direktorat Umum dan SDM akan meningkatkan kompetensi karyawan melalui training CPOB dan pelatihan-pelatihan lainya. Setiap karyawan mulai dari manajer sampai operator harus memahami aspek-aspek penting CPOB dan memiliki kepedulian, profesionalisme, serta kewirausahaan yang tinggi. Dengan demikian, Operational Excellence di Direktorat Produksi dapat tercapai, sehingga daya saing kita meningkat. Kita mempunyai waktu cukup banyak di tahun 2007, yaitu ketika renovasi. Adanya renovasi, kapasitas produksi berkurang, pekerjaan tidak sesibuk sekarang. Kesempatan ini dapat kita gunakan untuk memprogramkan kegiatan pelatihan yang komprehensip guna mencapai pemahaman CPOB di semua lapisan karyawan. Pelatihnya dari Indofarma atau pakar CPOB lainnya. Ke depan, cita-cita saya, selain mendapatkan sertifikat dari WHO, juga mendapatkan sertifikat ISO 14000 versi 2005. Sehinga Indofarma di mata masyarakat terlihat lebih baik karena produknya berkualitas prima. Bagaimana dengan Bidang Produksi Herbal dan Makanan? Produk herbal dikelompokkan ke dalam tiga golongan yaitu jamu, produk herbal terstandardisasi dan fitofarmaka. Sampai saat
ini produk herbal Indofarma masih termasuk golongan Jamu. ProLipid, ProUric dan ProRhoid, sedang kita daftarkan ke Badan POM untuk menjadi produk herbal terstandardisasi. Untuk menjadi produk fitofarmaka diperlukan uji klinis yang membutuhkan biaya cukup tinggi. Menjadi fitofarmaka pun, belum tentu produk kita diresepkan oleh dokter. Tidak seperti di China, produk-produk fitofarmaka di sana berkembang pesat karena dokter mau meresepkan. Karena sejak pendidikan kedokteran, mereka mengajarkan pengobatan tradisional maupun moderen. Di samping itu, untuk meningkatkan penjualan produkproduk herbal, diperlukan biaya pemasaran yang cukup tinggi. Karena itu, saat ini produk herbal selain memproduksi produk herbal unggulan seperti ProLipid, ProUric dan ProRhoid, masih difokuskan memenuhi permintaan toll manufacturing dari pabrik lain, seperti memproduksi ekstrak teh hijau Spray Dried, ekstrak tongkat ali, ekstrak mahkota dewa, dan lain-lain. Untuk produksi makanan, kapasitasnya hanya sekitar 100 – 125 ton per bulan. Sedangkan tender selalu dalam jumlah besar dan di akhir tahun. Sehingga kita hampir selalu tidak memenuhinya. Belum lagi, kita masih menggunakan teknologi lama. Ini belum bisa dibesarkan karena dana belum mencukupi. Bila ada investor yang tertarik mengembangkan produksi makanan bayi, Indofarma sangat senang menerima. Selama sesuai persyaratan. Ada pesan lain yang akan disampaikan? Penerapan cGMP merupakan langkah awal dalam mencapai Operational Excellence di Direktorat Produksi. Oleh karenanya, saya mengharapkan seluruh karyawan di Direktorat Produksi bersamasama meningkatkan kompetensi diri guna mencapainya. Tentu saja peningkatan kompetensi diri tidak saja dilakukan oleh jajaran Direktorat Produksi tetapi juga seluruh insan Indofarma. Hanya dengan Operational Excellence kita mampu memproduksi produk-produk dengan kualitas prima dan berdaya saing tinggi di sepanjang waktu. (MP/WS/SP) (mp/ws/sp)
Nama Lengkap : Dra. Yuliarti R. Merati Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Juli 1954 Pendidikan Apoteker, Institut Teknologi Bandung Tahun 1982 S1 Farmasi, Institut Teknologi Bandung Tahun 1980 Keluarga Suami : Prof. DR. Ir. Widiadnyana Merati Anak : 1. Astari Merati 2. Widyatantri Merati Karir Direktur Produksi PT Indofarma Tbk Sejak Juli 2003 s/d sekarang Kepala Divisi Produksi Bandung PT Kimia Farma Tbk 2002 s/d 2003 Kepala Divisi SBU Manufaktur PT Kimia Farma Tbk s/d 2002 Manager Unit Produksi Formulasi Bandung PT Kimia Farma Tbk 1997 s/d 2002 Organisasi q Wakil Bendahara Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI), (2005 – sekarang) q Pengurus Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia (GP Farmasi), Komite Cara Pembuatan Obat yang Baik, (2003 – sekarang) q Ketua Ikatan Keluarga Sarjana Farmasi Indonesia (IKASFI), (2005 - sekarang)
15
Aspirasi
Suara Para S Melanjutkan Suara Para Senior di nomor lalu, kami tampilkan kembali rubrik ini sesuai visi OASIS sebagai jembatan komunikasi dua arah (atas-bawah dan sebaliknya). Ujungnya adalah terbangunnya iklim saling memahami yang lebih baik di dua belah pihak. Selamat membaca.
senang hati, “Saya ambil yang terbaik untuk semuanya”, ujarnya.
Fasilitas Kesehatan Pensiunan
Direksi sekarang juga sudah terlihat baik, mudah-mudahan kesejahteraan karyawan bisa lebih baik sampai di level bawah. Gaji karyawan lebih diperhatikan lagi dengan melihat hargaharga kebutuhan bahan pokok yang melonjak terus.
Siti Saodah Supervisor Bidang Umum, bekerja sejak tahun 1973
Ibu dari tiga orang anak (dua telah berkeluarga, satu masih mahasiswa), ini bekerja sejak tahun 1973 di bidang personalia (Badan POM). Tahun 1976 pindah ke Indofarma dan pernah menempati posisi di beberapa bidang, seperti bidang sekretariat, keuangan dan bidang umum. Jabatan terakhir perempuan kelahiran 4 September 1951, sebagai Supervisor bidang umum. Suka duka perempuan yang akrab dipanggil Ibu Odah, antara lain sering ada kritikan dari karyawan tentang pelayanan makanan/snack dari karyawan. Hal itu diterimanya dengan
16
Duka yang kedua yaitu sejak ditiadakannya fasilitas jemputan karyawan, sebelum terbit matahari ia harus berangkat, sedang usia sudah tua, tenaga juga tidak seperti ketika muda. Tetapi demi tugas kantor yang siap menanti, semua itu dijalani dengan sabar. Ia berharap ada lagi fasilitas mobil jemputan karyawan. Ia mengharapkan ada perbaikan kesejahteraan karyawan, terutama budget makan siang karena makan siang, merupakan sumber tenaga untuk dapat bekerja lebih giat lagi. Kalau bisa anggaran makan siang ditambah, agar asupan gizi untuk karyawan lebih baik lagi.
Suasana kerja sudah baik, komunikasi antar teman juga lancar. Sebaiknya hal itu dipertahankan. Perhatian atasan harus lebih obyektif dan adil. Odah berpesan, yang lebih muda agar bekerja lebih baik lagi, lebih semangat karena atasan akan melihat siapa yang berkembang akan mendapatkan penilaian yang baik, termasuk peningkatan jenjang karir. Ia juga berharap, tetap ada acara pelepasan pensiunan. Seperti belum lama ini dilaksanakan acara pelepasan yang dihadiri jajaran direksi beserta staf dengan pemberian kenang-kenangan dari perusahaan. Selain itu, kata dia, fasilitas kesehatan untuk pensiunan agar diperpanjang, misalnya menjadi 10 tahun dari saat pensiun. Terakhir, jika pensiunan berkunjung ke Indofarma, mohon ditegur-sapa, karena yang namanya persahabatan akan tetap abadi.
Askes Berlaku Seumur Hidup Sri Budi Rahayu Bagian Keuangan, bekerja sejak tahun 1979
Sri Budi Rahayu lahir di Jakarta, 16 Maret 1956. Bekerja di Indofarma sejak tahun 1979 di bidang produksi, distribusi, pemasaran dan terakhir di bidang keuangan. Ibu seorang anak yang suaminya masih bekerja di Pemda DKI ini, berharap jajaran direksi selalu mengutamakan kepentingan karyawan. Ditambahkan pula olehnya, direksi saat ini kinerjanya baik. Hal lain, Sri berharap Asuransi Kesehatan diberlakukan seumur hidup, karena semakin berumur kondisinya kian renta. Soal komunikasi, prosedur kerja dan suasana kerja, selama ini wajar-wajar saja. Tentang perhatian atasan juga wajar-wajar saja, karena masingmasing atasan punya penilaian tersendiri terhadap bahawan. Kepada yang lebih muda, ia berpesan agar bekerja lebih baik, lebih semangat, selagi masih muda. Juga, harus melekat kejujuran dan disiplin. Perhatian terhadap gaji agar ditingkatkan, bonus tiap tahun diupayakanbertambah, jangan sampai hilang sama sekali.
“Direksi sekarang juga sudah terlihat b karyawan bisa lebih baik sampai di lev diperhatikan lagi dengan melihat harg melonjak terus.”
Senior (2) Perusahaan Tanggung PPh Karyawan Murhadi Saputra 28 tahun di Indofarma
Perhatian terhadap Anak Karyawan Sutarko 35 Tahun di Indofarma
Bapak dari 3 anak ini bekerja di Indofarma selama 28 tahun. Ia pernah bekerja di berbagai bidang, seperti produksi, akuntansi, dan kini di bidang Marketing Support. Semua bidang kerja tersebut terasa berkesan.
Bapak berputra tiga yang telah bekerja 35 tahun ini, memulai karirnya sebagai pegawai di Badan POM, Departemen Kesehatan, lalu pindah ke Manggarai (cikal bakal Indofarma) pada 1979.
Murhadi berharap Indofarma lebih baik lagi di masa mendatang, seperti yang dikemukakan direksi saat ini (di Majalah OASIS lalu) yang memiliki komitmen meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Tarko beberapa kali pindah tugas dari bagian tata usaha, distribusi obat, mesin cetak, dan kini di bidang produksi.
Kepada rekan-rekannya yang lebih muda, ia meminta untuk bersatu-padu dalam mengatasi masalah dan bekerja sesuai prosedur. Semua itu akan memudahkan dan meringankan dalam bekerja. Harapan Murhadi antara lain, perusahaan menanggung pajak penghasilan karyawan, minimal fifty-fifty. Juga, ada tunjangan jabatan bagi operator, mandor, dan supervisor. Terakhir, ia mengharapkan karyawan yang akan pensiun dapat melanjutkan status karyawan kepada anaknya, tentu melalui prosedur yang berlaku.
baik, mudah-mudahan kesejahteraan vel bawah. Gaji karyawan lebih a-harga kebutuhan bahan pokok yang
Pada masa mendatang, Tarko mengharapkan, pertama, ada peningkatan kesejahteraan karyawan, termasuk peningkatan pendapatan. Kedua, dibangun terus suasana kerja yang ideal antara lain dengan terus menjalin silaturahmi dan saling pengertian antara atasan dan bawahan. Ia mencontohkan, tidak lagi membebankan hasil kerja terlalu tinggi terhadap karyawan yang memiliki keterbatasan panca indera. Untuk yang lebih muda, Tarko berpesan agar terus menegakkan disiplin, yaitu disiplin di tempat kerja, disiplin di keluarga, dan disiplin beragama. Disiplin itu tidak dilaksanakan dengan terpaksa, melainkan dengan penyadaran dan penghayatan. Terakhir, bila ada anak karyawan yang akan bergabung di Indofarma, harap diperhatikan, tidak dari segi jabatan orang tuanya, melainkan dari segi pengabdiannya.
Keterampilan Karyawan Menjelang Pensiun Rachmat Wijaya Karyawan Bidang Litbang, bekerja sejak tahun 1973 Karyawan paling senior di Litbang ini, lahir di Gombong, 23 Juni 1952. Bekerja di pabrik obat Manggarai (cikal bakal Indofarma) sejak tahun 1973. Sempat dikaryakan di bidang pencetakan tablet (1973-1984), kemudian di Litbang (Formulasi) sampai kini. Bapak seorang putra dan kakek dari dua cucu yang tinggal di Cilangkap, Depok ini diakui sebagai “guru” bagi para asisten apoteker dan apoteker yunior di bidang kerjanya. Keandalannya di Litbang Formulasi, tidak diragukan lagi. Ditanya soal gaji, Rachmat menjawab, ”Yang jelas cukup atau tidak cukup ya harus dicukupcukupkan”. Di Litbang dan Produksi, kata dia, suasana kekeluargaan sangat terasa, sehingga perlu dilestarikan. Ia mengharapkan Asuransi Kesehatan diberlakukan seumur hidup, mengingat makin tua makin rentan terhadap penyakit. Selain itu, karyawan yang akan pensiun diberikan bekal atau pelatihan keterampilan berwirausaha bermodal kecil, seperti mengelola warung sembako. Bekerja dengan jujur, tidak saling menyalahkan, serta bertawakal setelah berusaha secara maksimal, merupakan pesan yang diberikan kepada para yuniornya. ”Sesudah berusaha maksimal, gantungkan hasil pada yang di Maha Kuasa. Jangan lupa selalu bersyukur kepada Allah,” katanya. (im/sb)
17
Manajemen
Internal Auditor sebagai Konsultan
Sindu Kisworo Satuan Pengawas Internal
Peran internal auditor secara umum meningkat seiring perkembangan profesi ini. Saat awal atau perusahaan masih kecil, fungsi audit internal dilaksanakan langsung, sebagai bagian dari peran dasar manajemen. Namun, setelah berkembang, volume kegiatan meningkat dan kompleks, tidak praktis lagi pimpinan puncak melakukan kontak dengan staf operasional untuk mereview efektifitas kinerja perusahaan. Tanggung jawab ini perlu didelegasikan, diantaranya kepada internal auditor. “Audit internal adalah suatu kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan obyektif, dirancang untuk memberikan nilai tambah dan memajukan kegiatan suatu organisasi dengan membantu organisasi tersebut mencapai tujuan. Fokus kegiatan audit internal meliputi penilaian dan peningkatan efektifitas manajemen resiko dan pengendalan perusahaan. Semua kegitan tersebut dilakukan dengan pendekatan normatif dan teratur.” (IIA, 1999) Pengertian audit internal mengalami evolusi, namun tetap pada pemberian jasa pelayanan terutama untuk kepentingan organisasi atau perusahaan. Ada tiga jenis audit yang dipraktekkan auditor internal dan auditor eksternal, yaitu: Audit Keuangan. Menganalisa aktivitas ekonomi yang diukur dan dilaporkan bagian akuntansi. Dalam audit internal, audit keuangan berkaitan dengan standar tentang “keandalan dan integritas informasi, dan pengamanan aktiva”. Sedangkan audit umum oleh auditor eksternal (akuntan publik), sering disebut audit atas laporan keuangan, hasilnya berupa penilaian apakah laporan keuangan sesuai standar akuntansi yang berlaku umum. Audit Ketaatan. Mereview kendali keuangan, operasi, dan transaksi untuk menentukan apakah auditee mengikuti peraturan, hukum, standar dan prosedur. Dalam audit internal, audit ketaatan berkaitan dengan standar “ketaatan” terhadap ISO, kebijakan, rencana, prosedur, hukum, peraturan dan kontrak. Audit Operasional. Review komprehensif atas berbagai fungsi organisasi untuk menilai keekonomian dan efisiensi operasi, serta efektifitas fungsi mencapai tujuan, dengan parameter masing-masing. Ekonomis menggunakan parameter input; Efisien menggunakan input dan output; Efektifitas menggunakan output. Audit operasional berkaitan dengan “keekonomisan dan efiseinsi
18
penggunaan sumber daya” dan standar “pencapaian sasaran dan tujuan operasi atau program yang ditetapkan”. Setelah dunia usaha berkembang dengan kegiatan kian komplek, peran auditor internal berkembang seiring bertambahnya ruang lingkup kegiatan. Dari orientasi keuangan meluas ke operasional berikut pengendaliannya. Bergeser dari orientasi sebagai polisi ke konsultan, yang berperan membangun daripada mengkritisi. Kini auditor berperan membantu manajemen dalam hal: 1. Memonitor aktivitas. Auditor memonitor aktivitas yang tidak dapat dilakukan manajemen. Manajer SPI setiap tahun mengajukan program kerja pemeriksaan kepada manajemen dan komisaris. Manajemen dan komisaris dapat merubah jadwal tersebut disesuaikan kebutuhan mereka. 2. Mengidentifikasi dan meminimalkan resiko. Auditor harus menjamin bahwa resiko dan pengendalian bisnis dapat diperiksa, karena pengendalian yang baik akan meminimalkan resiko. 3. Memvalidasi laporan untuk manajemen senior. Auditor dapat mereview laporan untuk manajemen senior. Review untuk akurasi, ketepatan waktu dan maknanya, sehingga keputusan manajemen yang didasarkan pada laporan tersebut lebih valid. 4. Membantu proses pengambilan keputusan. Auditor dapat mensuplai atau memvalidasi data yang digunakan manajer mengambil keputusan operasional. Auditor juga dapat mengevaluasi dampak keputusan tersebut, serta menunjukan resiko yang tidak dapat diantisipasi. 5. Mereview kegiatan yang sudah berlalu dan sedang berjalan. General Accounting Office (GAO) mempelopori penerapan kegiatan
semacam ini, yang disebut “audit atas program”. Pendekatan ini untuk menilai kebijakan atau program saat perancangan, implementasi, dan hasilnya. 6. Membantu manajer. Manajer yang tidak seksama mengendalikan aktivitasnya dapat menimbulkan masalah. Auditor internal dapat menemukan masalah tersebut dan merekomendasikan perbaikan. Permasalahan bisa muncul di bidang perencanaan, pengorganisasian, pengarahan ataupun pengendalian. Peran auditor internal sangat dekat dengan pengendalian. Auditor internal sebenarnya sebuah pengendalian organisasi, yang fungsinya dilakukan dengan mengukur dan mengevaluasi efektifitas pengendalian lain. Organisasi perlu memonitor operasinal untuk menjamin tercapainya sasaran. Banyak jenis pengendalian yang digunakan organisasi. Auditor internal harus memahami perannya sebagai pengendalian dan mengetahui sifat serta ruang lingkup pengendalian lain yang digunakan organisasi. Auditor internal yang bekerja efektif akan expert mewujudkan rancangan semua jenis pengendalian. Keahlian itu mencakup dalam memahami hubungan antarberbagai jenis pengendalian dan mengetahui kemungkinan integrasi terbaik dari total sistem pengendalian intern. Jadi, auditor internal menguji dan mengevaluasi aktivitas organisasi serta menyediakan jasa kepada organisasi melalui pengendalian intern. Auditor internal tidak dapat diharapkan sama, bahkan melebihi, para tehnisi dan staf operasional dalam hal keahlian berbagai aktivitas organisasi. Namun auditor internal dapat membantu staf operasional atau manajemen memenuhi tanggung jawab masing-masing dalam mencapai hasil kerja yang efektif, dengan jalan menilai dan meningkatkan pengendalian. Disarikan dari Dasar-dasar Auditing oleh Tri Ashadi, AK. MBA, DR. Sudarwan AK. M.Acc., Drs. Surya Sidik
Tips
Sehatkan Sirkulasi Darah dengan Herbal Kini, obat yang masuk kategori modern adalah obat yang dulu disebut obat tradisional alias obat yang murni dari tumbuh-tumbuhan. Atau bahasa modernnya, obat herbal. Obat herbal menjadi berkhasiat, karena ada senyawa kimia bioaktif dan menghasilkan efek farmakologi. Efek ini harus dibuktikan melalui uji praklinik pada hewan uji dan bila digunakan harus aman dan tidak menimbulkan toksisitas. Beberapa jenis tanaman yang telah melalui uji dan berhasil digunakan untuk menyehatkan sirkulasi darah di antaranya Morinda citrofolia (mengkudu), ginko biloba, Crataegus oxycantha (hawthorn), bawang putih dan Melissa officinalis (lemon balm). Jenis tumbuhan itu, berkhasiat meningkatkan aliran oksigen ke jantung, memperbaiki denyut jantung. Juga ada yang berfungsi mengurangi keresahan dan stres sehingga tidur lebih nyenyak. Malahan jenis Melissa officinalis sampai saat ini dimasukkan sebagai obat herbal yang aman (Generally Recognized as Safe/GRAS) karena tidak berefek samping.
Gaya Hidup Gaya hidup masyarakat modern membuat sirkulasi darah mengalami masalah. Seperti merokok, makan makanan berlemak, kurang olahraga, kurang istirahat, serta polusi sangat berpengaruh pada timbulnya timbunan flak
dan lemak pada dinding pembuluh darah. Kalau pembuluh darah mampet di usia kurang dari 40 tahun, itu artinya ada kesalahan manusia. Dijelaskan, sekarang ini pada anak berusia 10 tahun sudah ditemukan bercakbercak di pembuluh darah. Bercak ini, yang disebut lesi, kerusakan ringan pada pembuluh darah yang bila tidak diperhatikan dapat berakibat fatal. Kalau gaya hidup tidak diubah, timbunan kolesterol semakin banyak. Pada usia 40-50 tahun bisa terjadi penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan di jantung disebut serangan jantung, bila terjadi penyumbatan di otak disebut stroke. Untuk kesehatan sirkulasi darah, mungkin nama bawang putih (garlic) sudah sering didengar. Bawang putih mempunyai khasiat memelihara kesehatan jantung, karena dapat mengurangi tekanan darah (antihipertensi), mereduksi lipid serum (kolesterol dan trigliserida). Dosis yang dapat digunakan bila
menggunakan bawang putih segar adalah 2-4 siung bawang putih, atau 4-8 gram sehari. Meski tak pernah ada laporan mengenai toksisitas bawang putih, tetapi perlu diperhatikan adanya sensitifitas dan alergi bawang. Mengkudu, yang mudah ditemukan di Indonesia, sebenarnya telah digunakan sebagai obat tradisional di Polinesia selama lebih dari 2000 tahun. Mengkudu mempunyai efek terapeutik yang luas di antaranya sebagai antibakteri, antivirus, antifungi, antitumor, antiinflamasi,meningkatkan imunitas dan analgesic. Tumbuhan ini dapat menjadi antihipertensi karena mempunyai kandungan skopoletin yang mempunyai efek sebagai vasodilator dan menurunkan tekanan darah. (gun)
Kutipan dari Pusat Studi Obat Bahan Alam Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia.
19
Pharmacia
Keampuhan Obat Generik Orang kerap mengangap obat paten lebih manjur dibanding obat generik. Padahal, meski lebih murah, obat generik yang logonya ditandai lingkaran hijau ini tak kalah hebat daripada yang paten. Kok bisa? “Waduh, Dok, saya koq diberi obat generik?” seru seorang ibu, sebut saja Tania, saat memeriksakan diri ke dokter yang berpraktik di sebuah klinik. Dokter pun akhirnya mengubah resep dan mengganti dengan obat bermerek yang kerap disebut obat paten. Ketidakpercayaan terhadap obat generik tak hanya jadi sikap Tania. Masih banyak orang yang meragukan khasiat obat generik. Setidaknya dari sepuluh orang yang ditanyai, tujuh orang menyatakan obat paten lebih tokcer dibanding obat generik. Yang lain berpendapat kalau obat paten dan generik sama saja. “Obat paten tidak lebih berkhasiat daripada obat generik, tetapi aku sih pilih obat paten dibanding obat generik.” Seorang pria, sebut saja Antoni, berpendapat “Obat generik itu dosisnya lebih rendah dibanding obat paten. Jadi, lebih manjur obat paten.” Yang lain beranggapan, “Aku takut menggunakan obat paten karena bisa bikin ketagihan. Kan obat paten ada tambahan yang bikin kita bisa cepat sembuh.” Ada juga yang mengatakan kalau obat paten lebih manjur karena alasan harga. “Uang bicara, dong. Makin mahal, kualitas makin bagus. Sama dengan barang lain, makin mahal makin bagus. Yang mahal ‘kan obat paten. Jadi aku pilih obat paten,” ungkap Hendro. Dalam sebuah pertemuan, seorang dokter menyatakan sudah banyak pasien memilih obat generik daripada obat paten. “Kebanyakan pasien saya cenderung minta obat generik,” ujar Dr. M. Syafiq, Sp.PD, dari RS Persahabatan, Jakarta. Apa beda obat generik dengan obat paten? Benarkah obat paten lebih berkhasiat? Kalau sama, mengapa obat generik bisa lebih murah? Dra. Sri Hartini, Apt, MSi, menjelaskan bahwa dari segi kandungan kimiawi, obat paten sama dengan obat generik. “Perbedaannya, yang satu masih paten, yang lain sudah tidak perlu menyandang paten,” tutur apoteker dari Bagian Instalasi Farmasi RS Hasan Sadikin, Bandung ini. Karena itu, obat generik didefinisikan sebagai obat yang kandungan zat aktifya telah habis masa patennya dan dipasarkan dengan nama yang berbeda dengan original branded atau merek aslinya. Dengan kata lain, obat generik adalah copy dari obat paten yang masa patennya telah habis dan memakai zat aktifnya sebagai nama produk.
20
Perbedaan inilah yang menyebabkan obat paten atau obat bermerek lebih mahal karena mesti menanggung biaya paten. Bila suatu obat baru muncul biasanya harus menanggung biaya paten yang tidak murah. Obat baru (paten) juga harus menanggung biaya atas berbagai penelitian klinis terhadap hewan, manusia, dan bioavalabilitas nya. Ambil contoh obat penurun panas parasetamol. Obat ini memiliki nama paten yang beragam seperti Ponstelax, Panadol, Sanmol, Pamol, Dapyrin, dan lain-lain. Kalau harga netto apotek (HNA) sebelum PPN per tablet hanya 77 rupiah, obat patennya bisa mencapai kisaran Rp80 sampai dengan Rp270.
tidak perlu khawatir kekurangan,” ungkapnya.
Kalau obat ini nanti hak patennya sudah habis, akan berlaku sebagai obat generik. Obat ini pun akan seharga dengan obat generik. “Selain itu, dari segi bahan baku, obat generik mendapat subsidi dari pemerintah, sehingga lebih murah,” ujar Dr. Syafiq.
Angka yang luar biasa mengingat negaranegara tersebut adalah negara-negara maju. Bagaimana dengan Indonesia? Seperti biasa, belum ada data yang cukup valid untuk disajikan.
Berdasar Peraturan Menteri Kesehatan RI No.085/Menkes/ Per/I/1989 yang mewajibkan penggunaan obat generik di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau rumah sakit negeri menyebabkan obat generik dapat diproduksi dalam jumlah besar, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan lebih efisien. Adanya kewajiban membuat obat generik yang kerap disebut obat generik berlogo (OGB), tidak memerlukan biaya promosi seperti obat bermerek. “Jadi, harga relatif stabil karena ditetapkan pemerintah dengan mempertimbangkan kepentingan masyarakat,” katanya. Hartini menambahkan, murahnya OGB juga didukung kemasan yang sederhana sehinga biaya kemasan dapat ditekan. Berbeda dengan obat bermerek yang perlu tambahan dan macam-macam aksesori pada kemasannya. Dr. Syafiq menjelaskan, sekarang sekitar 90 persen penyakit sudah ada OGB-nya. “Kita
Produk OGB, menurutnya, lengkap untuk berbagai penyakit. Mulai dari obat antinyeri dan antiinflamasi, antihipertensi, antibiotika, antijamur, antihistamin atau antialergi, kortikosteroid, hingga antikolesterol. Tidak heran, di luar negeri OGB memiliki pangsa pasar lumayan tinggi. Menurut Ferry A. Soetikno, Managing Director PT Dexa Medica, salah satu perusahaan farmasi dalam negeri yang memproduksi OGB, di tahun 2002 pasar obat generik di Perancis mencapai hampir 50%, Italia 45%, Inggris 23%, Spanyol 25% persen, Jerman 15%, dan Amerika Serikat 10%.
Dr. Marius Widjajarta dari Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) menyebutkan, berdasarkan UU No.8/1999 tentang Perlindungan Konsumen Kesehatan, kita berhak mendapatkan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan. Kita juga berhak memilih, mendapat informasi yang benar, jelas, dan jujur, didengar pendapat dan keluhannya, mendapatkan advokasi, pendidikan, dan perlindungan konsumen, dilayani secara benar, jujur, tidak diperlakukan diskriminatif, memperoleh kompensasi, ganti rugi, dan atau penggantian. Berdasar itulah, kita berhak menawar atau meminta kepada dokter agar memberikan resep OGB. Anda pun dapat meminta kepada apotek untuk memberikan OGB guna menghemat biaya. “Namun, ada kejadian kalau sudah di apotek, apoteker akan minta izin dahulu pada dokter yang memberikan resep bahwa sang pasien meminta OGB,” ujar Sri Hartini. Lho? red Sumber: Tabloid Gaya Hidup Sehat, edisi 401, Maret 2007
Tahukah anda?
Mulyono Bidang PKBL
Anthurium Daun & Bunga Sama Cantik Apa yang terbayang jika membicarakan Anthurium? Daunnya yang indah atau bunganya yang mempesona? Jawabnya: dua-duanya. Daun dan bunga sangat istimewa. Karena digemari banyak orang, bertanam Anthurium cocok sebagai garapan bisnis. Ada dua jenis Anthurium, yaitu Anthurium daun dan Anthurium bunga. Keduanya sama-sama cantik. Anthurium daun berwarna hijau segar dan bisa bertahan lama. Motifnya sangat banyak, ada yang bergelombang, berwarna hitam, berbentuk mirip daun sawi atau keris. Dua tahun belakangan, pasaran Anthurium daun sedang digemari para hobiis. Sedangkan yang bunga lebih disukai ibu-ibu karena warnanya lebih beragam. Soal harga, Anthurium daun lebih mahal dibandingkan dengan bunganya. Jika untuk jenis Anthurium bunga harganya berkisar Rp20 ribu sampai Rp50 ribu, maka yang daun untuk ukuran paling kecil harganya mencapai Rp35 ribu. Bahkan ada yang lebih dahsyat, Rp2,5 juta untuk Neo Super Boom yang masih kecil. Keistimewaannya, jika daunnya dipegang terasa ada beludrunya. Harga tinggi juga berlaku bagi Anthurium Sirih dan Anthurium Keris yang mencapai Rp6 juta dengan daun yang banyak. Bahkan, di kalangan penggemar beredar istilah, jika warna daunnya ada kelainan, harganya justru makin mahal. Jika bunga pada Anthurium bunga sangat
indah dan ditunggu-tunggu kemunculannya, pada Anthurium daun justru sebaliknya. Kalau akan dipakai untuk keperluan bibit saja, bungannya dipertahankan. Jadi, kalau daunnya ingin bagus, sebaiknya bungannya dibuang. Anthurium bisa diperbanyak melalui biji dan stek. Dari sisi perawatan, Anthurium daun lebih mudah karena hanya merawat daun. Sementara Anthurium bunga harus merawat bunga dan daun. Yang perlu diperhatikan, media tanam jangan memakai tanah karena akan mengikat akar sehingga sulit tumbuh. Sebaiknya pakai campuran pakis dan arang sekam agar akar gampang menyebar. Sebaiknya Anthurium jangan diletakkan di tempat yang terkena matahari langsung karena daunnya bisa berubah menjadi kuning. Lebih bagus lagi kalau di luar memakai paranet. Kalau pun di dalam ruangan, harus dikeluarkan setiap minggu agar terkena cahaya matahari. Saat menyimpan harus melihat kondisi medianya. Yang rutin sehari sekali, saat cuaca panas, bisa dua kali, pagi dan sore. Tak perlu pusing dengan hama karena Anthurium jarang didatangi hama. Tanaman
ini relatif kuat, daunnya juga tebal. Musuhnya paling ulat daun yang berwarna hijau yang memakan daun. Tinggal dibuang saja. Jika ingin keindahan daunnya lebih menonjol, sebaiknya daunnya digosok atau dibersihkan. Bisa memakai sponge atau sprai khusus hingga terlihat berkilau dan segar. Asal jangan terlalu sering, khawatir ada lapisan yang membuat daun menjadi keras. Waspadai jika daun yang baru tumbuh bentuknya tidak sempurna. Bisa jadi medianya terlalu padat, terlalu lembab, atau ada semut. Segera bongkar medianya. Paling lama 6 bulan sekali mengganti tanaman ke pot yang lebih besar. Daun yang jelek jangan langsung dibuang. Lihat dulu kekompakan dengan daun lainnya. Tunggu daun baru yang tumbuh, lalu yang jelek dibuang. Daun Anthurium yang berkilau menjadikan tanaman hias ini sebagai simbol kejayaan. Tak hanya cantik diletakkan di teras, Anthurium pun bagus disimpan di atas meja, sebagai pengganti vas bunga. Karena mudah pengembangannya, maka bisnis Anthurium daun diincar banyak orang.
21
Seputar Kita Indofarma Berpartisipasi di IBBEX 2007 Dalam rangka mengoptimalkan peran BUMN dalam melakukan eksplorasi dan pengembangan potensi bisnis dan investasi untuk mendorong percepatan bangkitnya kembali dunia usaha nasional, Forum Humas BUMN dengan dukungan Kementerian Negara BUMN menyelenggarakan “Indonesia BusinessBUMN Forum and Exhibition (IBBEX 2007)” pada tanggal 11 - 15 April 2007, di Jakarta Convention Center. Dengan mengangkat tema ‘Synergy to Success, Membangun Sinergi Kemitraan Menuju Sukses yang Lebih Besar’, acara ini juga diikuti oleh beberapa perusahaan BUMN di Indonesia yang meliputi sektor Pertambangan, Perhubungan, Telekomunikasi, Agroindustri, Perkebunan, Industri Farmasi dan beberapa sektor usaha lainnya. PT Indofarma (Persero) Tbk tidak ketinggalan untuk berpartisipasi dalam event besar tersebut. Pada kesempatan itu, Indofarma membuka stand dengan menampilkan produk-produk unggulan dan beberapa produk baru seperti OTC Indo yang tidak lama lagi akan dilaunch. Ternyata produk-produk OTC Indo ini mendapat respon yang luar biasa dari pengunjung pameran. Selain itu Indofarma juga menampilkan produk-produk ekspor yang juga diminati oleh importir dari luar negeri. Dalam event ini diharapkan Indofarma dengan produk-produk unggulannya dapat membuka pasar yang lebih luas lagi. Disamping itu juga untuk lebih mendekatkan diri dengan konsumen yang selama ini setia menggunakan produk-produk Indofarma. (gun)
In House Training Indofarma Dalam rangka optimalisasi dan pengembangan tugas supervisor di PT Indofarma Tbk, Indofarma Learning Center (ILC) menerjunkan para trainernya dalam program in house training di lingkungan internal perusahaan. Training ini merupakan kelanjutan dari agenda training yang diselenggarakan pada awal tahun 2007, diikuti para supervisor Indofarma. (gun)
TOT Tahap Kedua Indofarma terus memacu peningkatan kualitas SDM agar siap menghadapi tantangan ke depan yang diyakini makin kompetitif. Untuk ini, PT Indofarma kembali menyelenggarakan Training of Trainer (TOT) tahap dua. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 10,11 dan 13 April 2007, di ruang pelatihan PT Indofarma Tbk, bertujuan untuk memperbanyak source tenaga trainer internal perseroan. Seperti pada peserta TOT tahap pertama, peserta TOT tahap kedua inipun nantinya akan diberi proyek sebagai kelanjutan atau implementasi dari pelatihan TOT. Teknis proyeknya akan digarap bersama antara bidang SDM dan para trainer lainnya. (rdx)
Pelepasan Pensiun Waktu terus berlalu. Masa pengabdian Mangasi Manurung di Indofarma, sampai ke ujung waktu. Ayah dari tiga orang anak yang lahir di Porsea, Sumatera Utara, pada 8 April 1951, telah memasuki masa akhir pengabdiannya di perusahaan farmasi milik negara itu. Riwayat pekerjaan suami dari Nurlinda Panjaitan, ini panjang dan berliku. Ia pernah bekerja di bidang eksplorasi hutan dan proyek pembangunan pada tahun thn 1976. Bergabung dengan Indofarma pada tahun 1980. Ketika itu, ia ditugaskan di bidang produksi pada Pusat Farmasi Manggarai. Pada tahun 1994, ia dipindahkan ke pabrik di Cibitung. Selama 27 tahun di Indofarma, Mangasi Manurung mengakhiri pengabdian panjangnya sebagai koordinator pelayanan kendaraan operasional. Sebuah dharmabakti yang sangat panjang. (wdh) Mangasi Manurung
22
Seputar kita Donor Darah di Indofarma Sebagai wujud kepedulian terhadap sesama, PT Indofarma Tbk kembali menyelenggarakan kegiatan donor darah yang melibatkan karyawan-karyawati Indofarma. Acara tersebut dilaksanakan di kantor pusat dan pabrik Indofarma di Cibitung, Bekasi pada 26 April 2007. Aksi sumbang darah ini merupakan hasil kerjasama Indofarma dan Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat. Tidak kurang dari 133 pendonor yang terdiri dari karyawan-karyawati Indofarma dari bebagai unit kerja ikut berpartisipasi dalam aksi sosial ini. Diharapkan program seperti ini dapat berlanjut kontinyu di masa mendatang, karena masih banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan sumbangan darah kita, walau hanya setetes. (gun)
23
Congratulation Yupi Gantina Erwanti Irma Kushenninggar, S.Si. Apt. Melly Meinasti, S.Si.Apt. Zarowi
HUT Juni
HUT Mei Abdullah Sayidi Muhammad Munawaroh, Drh. Abdullah Rachman Abu Komarudin Armain Siregar Burhanudin Diah Sari Djajat Edi Maulana Wirman, SP. Meti Kusumawati, S.Kom Imamuddin Nunuk Rahmawati, SST. Iman Santoso Amat Jamaludin F.X. Eko Prasetyo Surahmanto, SE. Fifmiliyanti Gunawan, Bsc. Eko Sujaryanto, ST. Halif Budi Rustandi, S.T. Achmad Randy Wayan Suastika Anna Zulva Sobirin, S.Pd. Yudo Prabudi, A.Md. Meida Wati, A.Md. Harun bin Mustafa Edy Sudarsono, SE Sumiarsih, A.Md. Suwanda Setiawan, A.Md. Lany Marliany,S.SI.,Apt. Hendina Kurnia Dewi, SP Meilia Ermayekti, SE Doli Indra Rangkuti, SE. Rezky Lesmana, S.Si. Asnawi, S.Pd.I. Yuni Kartika Sari Irwan Solih, S.Pt. Dadang Hardiat Afif, S.P. Rimbani Wiji Utami, SE Wiwik Puji Lestari Sugiarto, A.Md Puji Yastutik Iswahyudi, SKM Kamah Fitriyeni, S. Kom. Nunung Indarwirastri, A.Md. Silvana Indriani, S.Farm, Apt. Megantara Seca Kusumah, S.I.P. Maslina Sihombing, S.E. Kartiko Cahyo A. Purnomo, AMd Indiah Mei Anggraini Zulfikar, A.Md.
24
A. Hifni Nasif, A.Md. Romasta Mahulae, S.S. Heri Purnomo, S Pi. Adi Nugroho, SE M. Eka Ramdhani Rika Hendri Antoni, AMd. M. Subchiwiyono Moh. Suhli Murhadi Saputra Musdiono, Drs. Rusma Simatupang Syafrius, Drs Syaiful Bachri bin H.M. Amanah Setiyo Sugiyanto Sri Hari Tri Bogaleksono Sri Mulyani binti Hadiwiyono Sukarmono Sumardi bin Ridwan Sutrisno bin Sudjali Suyoto Slamet Widada Tirta Heryanawati Wardjoko Sumedi Wuryanti I., S.Si. Apt. Tubagus Iskandar Suryanto Napio Kusen Kabul Sarwo Utomo Muhamad Thamrin bin Hardi.P Sutrianto Sardi Edi Supriadi bin Nana Enjum Anwar Rihadi Abdul Halik Darmawan Sutaryono Wiwit Prasetyo Budilegowo Wanyin Wadarudin Bajang Paeran Lusia Eni Setyawati, SH Samsul Arifin, S.Si Sindu Kisworo Suciati Ernita Rahman, SE. Iriyadi, Ak., M.Comm. Mustami Adra
Azrul Azwar, Prof.DR.Dr.MPH. Abdul Rakhim Asep Iskandar Asnah Dedem Djohan Wahyudhi,SE Achmad Lukman, SE Sigit Nugroho Endang Suryana Linda Feronica Siahaan Asep Rapit Respita Sutar Supriyono Samsuri, A.Md. Ach. Fauzi, S.Ag. Yudi Cahyono, A.Md. Widiantoro, SH. Pratoto Satno Raharjo Suranto, SP Durokhim Syamsoeri, SE AK Eko Susanto, S.P. Kurniadi Aris, SH. Novita Rosanti, SE. Dyian Prahasto, S.Sos. Hondo Cakhyadi, S.Hut R. Gina Ramadina Azriani Irwan Gunawan Y. Endriyatmo, A.Md. Iwan Kurniawan, A.Md. Rusmareni, S.E. Yos Teguh Raharjo, S.T. Devie Fahyuni, A.Md. Ade Hening Hardi Wijaya, S.P. Cheppy Yunias Steven S,S.Pd Joni Fikri, S.T. Jaya Sutisna Muhammad Aris, ST Noortiyanto,SE Edy Kamalidin, S.Ag. Roza Elfita, S.Pt. Kimun Fahrul Hidayat, S.P. Ardhiansyah Eko Bagus P Suci Riana Sari Kliwon Robertson Manik, ST
Fita Swastiani, SE. Karya Supriyadi Ahmad Suryana Agung Setyawan, SE Eko Firman Purnama, Ssi. Hery Darwan, AMd. Hery Darwan, AMd. Budi Winoto, SE Abdul Rochman Syamsi Ahdia Amini Cholil Marza Yenni Moh. Ali II Moh. Nurdin Mutadin Nurhadi, Drs. A. Rachmat Widjaya Soenarto Sartini Setiono Suep Suratno bin Wiryoharjono Sutopo Sutoto, Bsc. Suaib Lubis Waslam Zainuddin Yunan Lutanto Sahbudin Prihatin Agus Supriyono Pujo Wantoro Zainal Arifin bin Ramelan Napisah Suhelman Ali Hartono Prasetyo A. Maman Supratman Mustofa Joko Mulyono Jono Mulyono Sarif Suryana Iskandar Jaman Nurjaman Imam Sucahyo Dadi Anom Suryadi Syaiful Bachri bin Masturi Radix Taufan Imantara Nama-nama yang ditulis tebal mendapat bingkisan berupa: Voucher Makan di Kentucky Fried Chicken @ Rp. 50.000,- , tas dan t-shirt dari pihak sponsor Silakan menghubungi redaksi OASIS
Renungan
Quality Time Alim Kumbang Bidang Logistik Bahan Awal Istilah quality time sudah bukan hal baru bagi pembaca. Tetapi benarkah kita telah menjalankan konsep tersebut dengan benar? Bagaimana kita bisa menjalankan dengan benar? Pekerjaan di kantor seringkali menuntut fokus dan konsentrasi tinggi. Karena itu, Anda bisa optimal mengeluarkan seluruh kompetensi untuk menyelesaikan pekerjaan. Kondisi seperti itu bisa terbawa sampai di rumah. Konsentrasi masih pada pekerjaan kantor dan kurang konsentrasi terhadap masalah di rumah dan keluarga. Hal itu terjadi pada seorang teman. Ia tidak bisa mengalihkan perhatian dari pekerjaan kantor. Teman ini menderita hepatitis karena sering terlalu lelah bekerja. Ketika penyakitnya kambuh dan diharuskan istirahat oleh dokter, tetap saja dia tidak dapat mengalihkan perhatian dari pekerjaan kantor. Lalu bagaimana bisa memberikan quality time kepada keluarga bila tidak bisa mengalihkan perhatian dari pekerjaan kantor? Padahal, dia berangkat kantor ketika matahari masih ’malu-malu’ menampakkan diri, dan kembali saat sang surya telah lama tenggelam di ufuk barat. Sekitar 12 jam dia menghabiskan waktu untuk kantornya. Saya mengutip sebuah tulisan dari sebuah milis tentang seorang ahli ’manajemen waktu’ yang berbicara di depan sekelompok mahasiswa bisnis. “Baiklah, sekarang waktunya kuis,” ujar sang ahli sambil mengeluarkan toples berukuran galon bermulut cukup lebar dan meletakkan di atas meja. Setelah itu, ia juga mengeluarkan sekitar selusin batu berukuran segenggam tangan dan memasukkannya dengan hati-hati ke dalam toples. Ketika toples sudah penuh batu, dia bertanya: “Apakah toples ini sudah penuh?” ”Sudah!” jawab mahasiswa serentak. “Benarkah?” katanya, lagi. Lalu si ahli meraih sekeranjang kerikil dari bawah meja. Sambil
mengguncang-guncangkan toples, ia memasukan kerikil, yang akhirnya mengisi ruang galon di antara celah batu. Si ahli kembali bertanya: “Apakah toples sudah penuh?” Kali ini para mahasiswa tertegun. “Mungkin belum!”, salah satu dari mahasiswa menjawab. “Bagus!” Kemudian dia memasukkan sekeranjang pasir yang dengan mudah memenuhi ruang kosong di antara kerikil dan batu. Lalu, dia bertanya lagi, “Apakah toples ini sudah penuh?” “Belum!” serentak para mahasiswa menjawab.
Sedikit orang yang menganggap keluarga dapat diabaikan dan menganggap pekerjaan di kantor sebagai batu besar. Ada sekian banyak unsur dalam hidup kita. Ada keluarga, pekerjaan, hobi, kesehatan dan lainnya. Semua itu harus diperhatikan, harus seimbang. Ada sebuah komputer game yang patut diperhatikan jika tertarik bicara tentang keseimbangan, tentang quality time: SIM. Banyak add-in untuk game tersebut. Cobalah cari seri standar dan miliki manualnya. Permainan dapat dipilih, menjadi bujangan sendirian, bujangan kakak beradik, keluarga tanpa anak atau keluarga dengan anak. Sebagai pemula lebih baik Anda pilih peran sebagai bujangan sendirian.
Ahli manajemen waktu ini memandang para mahasiswa dan bertanya: “Apakah maksud ilustrasi ini?”
Dari game tersebut Anda akan belajar bagaimana menyeimbangkan hidup. Ada delapan indikator termasuk tingkat kesehatan, kesenangan, rasa cinta, dan tingkat kepintaran. Anda tidak akan mendapatkan promosi di tempat kerja bila ada indikator yang buruk.
Seorang siswanya yang antusias langsung menjawab, “Betapapun penuh jadwalmu, jika berusaha masih dapat menyisipkan jadwal lain!”
Sebuah komputer game mengajarkan keseimbangan antarsisi kehidupan. Lalu bagaimana Anda bisa fokus pada pekerjaan dan melupakan sisi kehidupan yang lain?
“Bukan!” jawab si ahli.
Anda mungkin merasa selama ini terlalu banyak yang diabaikan sehingga sulit memulai. Begitu juga, misalnya, ketika mencoba kembali mengendarai sepeda mungkin terasa kaku atau bahkan jatuh. Bukan tak bisa, tetapi karena sudah lama ’melupakan’ sepeda. Namun, semua kembali lancar ketika dimulai, tak perlu waktu lama beradaptasi.
Dia berkata lagi, “Bagus!” Lalu sang ahli mengambil sebotol air dan memasukkan ke dalam toples sampai air meluap.
“Ilustrasi ini mengajarkan, jika bukan batu besar yang pertama kali dimasukkan, maka kamu tidak akan pernah dapat memasukkan batu besar itu ke dalam toples tersebut. Apakah batu-batu besar dalam hidupmu? Mungkin anak, suami, istri, orang-orang yang disayangi, persahabatan, kesehatan, mimpimimpimu, ibadah pada Tuhanmu. Ingatlah, untuk selalu meletakkan batubatu besar sebagai yang pertama, atau tidak akan pernah punya waktu untuk memperhatikannya. Jika mendahulukan halhal yang kecil dalam prioritas waktumu, maka kamu hanya memenuhi hidupmu dengan hal-hal kecil, kamu tidak akan punya waktu untuk melakukan hal besar dan berharga dalam hidupmu.”
Jadi, coba lakukan hal yang selama ini diabaikan, dengan penuh kesungguhan untuk hidup yang lebih berarti. Dengan keseimbangan, dengan quality time akan mendorong menghasilkan quality product atau service. Berniat mencoba? (Sumber: Quality Time oleh Ardian Syam)
25
Jeda
Nasrudin dan Tiga Orang Bijak
Mendengar jawaban itu, si bijak kedua itu pun tidak bisa melanjutkan.
Pada suatu hari ada tiga orang bijak yang pergi berkeliling negeri untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang mendesak. Sampailah mereka di desa Nasrudin. Orang-orang memaksa Nasrudin menghadapi tiga orang bijak itu. Warga desa mengelilingi dan menonton pertemuan langka itu.
“Saya tahu jumlahnya,” jawab Nasrudin, “Jumlah bulu yang ada pada ekor keledai saya ini sama dengan jumlah rambut di janggut Saudara.”
Orang bijak pertama bertanya kepada Nasrudin, “Di mana sebenarnya pusat bumi ini?” Nasrudin menjawab, “Tepat di bawah telapak kaki saya, saudara.” “Bagaimana bisa saudara buktikan hal itu?” tanya orang bijak pertama tadi. “Kalau tidak percaya,” jawab Nasrudin, “Ukur saja sendiri.” Orang bijak yang pertama diam tak bisa menjawab. Giliran orang bijak kedua mengajukan pertanyaan, “Berapa banyak jumlah bintang yang ada di langit?” Nasrudin menjawab, “Bintang-bintang yang ada di langit itu jumlahnya sama dengan rambut yang tumbuh di keledai saya ini.”
Sekarang tampillah orang bijak ketiga yang katanya paling bijak di antara mereka. Ia agak terganggu oleh kecerdikan Nasrudin dan dengan ketus bertanya, “Tampaknya saudara tahu banyak mengenai keledai, tapi coba saudara katakan kepada saya berapa jumlah bulu yang ada pada ekor keledai itu.”
“Bagaimana Anda bisa membuktikan hal itu?” tanyanya lagi. “Oh, kalau yang itu sih mudah. Begini, saudara mencabut selembar bulu ekor keledai saya, dan kemudian saya mencabut sehelai rambut dari janggut saudara. Nah, kalau sama, maka apa yang saya katakan itu benar, tetapi kalau tidak, saya keliru.” Tentu saja orang bijak yang ketiga itu tidak mau menerima cara menghitung seperti itu. Orang-orang desa yang mengelilingi mereka semakin yakin Nasrudin adalah yang terbijak di antara keempat orang tersebut. ketawa.com
Rolex Ku Seorang yang kikir mengemudikan BMW sambil berteriak-teriak dengan sombong, “Saya suka BMW, saya cinta BMW ....”
Nasrudin menjawab, “Nah, kalau tidak percaya, hitung saja rambut yang ada di keledai itu, dan nanti saudara akan tahu kebenarannya.”
Karena terlena, akhinya mobil yang dikendarai menabrak pembatas jalan. BMW-nya rusak parah, tetetapi beruntung dia selamat. Dalam keadaan luka parah, sambil menahan tangis dia berteriak, “Mobil ku, oh ...BMW ku...”
“Itu sih bicara goblok-goblokan,” tanya orang bijak kedua, “Bagaimana orang bisa menghitung bulu keledai.”
Orang-orang yang menolong berusaha menenangkan, “Tuan tenang..., tuan banyak mengeluarkan darah karena lengan anda lepas”.
Nasrudin pun menjawab, “Nah, kalau saya goblok, kenapa Anda juga mengajukan pertanyaan itu, bagaimana orang bisa menghitung bintang di langit?”
Mendengar ucapan itu, teriakannya justru semakin kencang,
“Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu?”
26
“Tidaaakkk .... Rolex ku ...rolex ku .... manaa ...”
ketawa.com
27
28