Equity Valuation
Indofarma (Persero) Tbk
19 Mei 2014 Target Harga Terendah 237
Laporan Utama
Tertinggi 310 Farmasi
Kinerja Saham 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30%
Memformulasikan Masa Depan Lebih Baik
-40%
-50% Apr-13 May-13 Jun-13
Jul-13
Aug-13 Sep-13 Oct-13 Nov-13 Dec-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14
JCI Index
INAF IJ Equity
Sumber: Bloomberg
Informasi Saham
Rp
Kode saham
Rp
INAF
PBRX
Harga Saham per 17 Mei 2014
186
440
Harga Saham Tertinggi 52 Minggu Terakhir
345
520
Harga Saham Terendah 52 Minggu Terakhir
145
375
Kapitalisasi Pasar Tertinggi 52 Minggu (Miliar)
1.069
1.593
Kapitalisasi Pasar Terendah 52 Minggu (miliar)
449
1.149
Market Value Added & Market Risk 80
1.4
60
1.2
20
1 MVA
0.8
Market risk
0.6 0 2012
Market Risk
MVA
40
0.4
2013
-20
0.2
-40
0
Sumber: Bloomberg
Pemegang Saham
(%)
Pemerintah Indonesia
80,66
Publik
19,34
*Note: as of March 30, 2014
Kontak: Equity & Index Valuation Division Phone: (6221) 7278 2380
[email protected] “Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
19 Mei 2014
PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF) adalah sebuah perusahaan farmasi milik negara yang berkomitmen untuk ketersediaan, memberikan kemudahan mendapatkan dan menyebarkan cakupan obat generik. Perseroan mengimplementasikan dan mendukung peraturan dan program pemerintah untuk pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, dan khususnya yang berkaitan dengan obatobatan, diagnostik test kit, peralatan medis, dan industri produk makanan, dengan menggunakan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Perseroan memproduksi bahan aktif dan eksipien bersama dengan bahan kimia termasuk agrokimia, baik yang diproduksi sendiri atau berdasarkan lisensi atau pembuatan berbasis upah. INAF membuat obat jadi seperti essential, generik, bermerek, tradisional, dan kosmetik, ditambah INAF juga membuat peralatan medis, tes diagnostik, kontrasepsi dan produk makanan yang terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, yang diproduksi sendiri, berdasarkan lisensi atau berdasarkan upah. Perseroan menyediakan layanan yang berkaitan dengan kegiatan usaha dan pemeliharaan kesehatan secara umum, bersama dengan layanan konsultasi kesehatan.
Halaman 1 dari 12
Indofarma(Persero), Tbk PARAMETER INVESTASI Kondisi Yang Tidak Menguntungkan Dari sudut pandang ekonomi Indonesia, 2013 bukanlah tahun yang kuat karena kondisi ekonomi global yang tidak menentu. Sepanjang tahun pertumbuhan ekonomi menurun, mencapai titik rendah yaitu 5,7% di Q4 jauh di bawah asumsi dari 2013 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P), yang ditargetkan 6,3%. Hal ini disebabkan oleh depresiasi rupiah Indonesia terhadap dolar AS yang mencapai Rp12.189 atau 23,61% lebih rendah dari awal tahun di Rp9.698, atau sebanyak 1,02% dari Rp9,600 bila dibandingkan dengan asumsi dari APBN-P 2013. Dukungan dari Kondisi Industri Namun demikiaN, industri farmasi mengalami pertumbuhan yang signifikan, dengan market moving annual total (MAT) 3Q2013 naik 13,7%, dan obat generik naik 17% year-on-year (YoY). Dampak Dari Faktor Makro Kinerja Perseroan pada tahun 2013 relatif kurang menggembirakan. Secara keseluruhan, penjualan naik 16% dari tahun 2012, tetapi tidak cukup untuk mencapai target awal karena depresiasi rupiah yang menyebabkan rugi kurs. Peningkatan kedua adalah upah minimum dan harga bahan bakar minyak juga menghambat Perseroan. Perlambatan Produksi Renovasi bangunan produksi yang dimulai pada awal 2013 dan selesai pada akhir semester pertama mempengaruhi kinerja operasional Perseroan. Akibatnya, kinerja keuangan kurang menguntungkan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan mengalami kerugian yaitu Rp54,22 miliar. Namun, kami berpandangan bahwa Perseroan dapat mengganti kerugian tahun ini karena berencana untuk meningkatkan fasilitas dan akan menuai keuntungan dari renovasi tahun lalu. Prospek Usaha Dengan dukungan yang kuat dari prospek industri, kami masih percaya bahwa INAF memiliki prospek yang cerah di masa depan. Ke depan, dukungan pertumbuhan akan berasal dari ekspansi ke obat generik tanpa merek, yang akan mendapatkan keuntungan dari pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada awal 2014. Selain itu, pelemahan Rupiah untuk sebagian dapat diimbangi oleh penurunan harga bahan baku, memungkinkan untuk memberikan dukungan marjin. Kami percaya pendapatan akan tumbuh sebesar 7% pada tahun 2014, didukung oleh kapasitas yang lebih tinggi dan rata-rata harga jual lebih tinggi. Ke depan, kami memperkirakan bahwa pendapatan INAF dapat tumbuh sebesar 7% CAGR 2013-2017. Tabel 1: Ringkasan Kinerja Penjualan [Rp Miliar] Laba sebelum pajak [Rp Miliar] Laba bersih [Rp Miliar] EPS [Rp] Pertumbuhan EPS [%] P/E [x] PBV [x]
2011
2012
2013
2014P
2015P
1,203
1,156
1,337
1,432
1,642
55
62
(63)
34
44
37 12 195
42 14 15
(54) (17) (228)
26 8 (148)
33 10 29
15,6 0,9
13,6 1,0
(10,6) 0,9
22,3 0,9
17,2 0,8
Sumber: Laporan Audit PT Indofarma (Persero) Tbk, Estimasi PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing Berdasarkan harga saham INAF per 17 Mei 2014 – Rp186/saham
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian tak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
19 Mei 2014
Halaman 2 dari 12
Indofarma(Persero), Tbk INFORMASI BISNIS Prospek Industri Farmasi Secara keseluruhan, kondisi makroekonomi Indonesia pada tahun 2013 tidak berjalan dengan baik. Kondisi ekonomi global telah memaksa Bank Indonesia untuk menaikkan BI Rate sebesar 175 bps menjadi 7,50%. Bahkan jika proses koreksi telah berjalan dengan baik, pertumbuhan ekonomi hanya bisa mencapai 5,7%. Angka ini masih lebih rendah dari pencapaian tahun 2012 yang mencapai 6,2% dan juga dengan asumsi APBN-P 2013 yang diperkirakan 6,3%. Dinamika kondisi ekonomi yang yang buruk ini sangat didominasi oleh depresiasi Rupiah Indonesia terhadap Dollar AS sebesar Rp12.189 atau 23,61% lebih rendah dari nilai awal tahun ini yang sebesar Rp9.698 atau sebanyak 1,02 % dari Rp9.600 bila dibandingkan dengan asumsi APBN-P 2013. Pada tahun 2013, kondisi industri farmasi meningkat. Berdasarkan data dari IMS Health MAT 3Q2013 meningkat sebesar 13,7% di mana obat generik naik 17% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ke depan, dukungan pertumbuhan akan berasal dari ekspansi ke obat generik tanpa merek, yang akan mendapatkan keuntungan dari pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional ( SJSN ) pada awal 2014.
Gambar 1: Kajian Pasar Farmasi
Sumber: PT Indofarma (Persero) Tbk, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing
Profil Bisnis PT Indofarma (Persero) Tbk didirikan pada tahun 1918 sebagai sebuah pabrik kecil di Rumah Sakit Pusat Pemerintah Kolonial Belanda, yang memproduksi salep dan perban. Sejalan dengan pertumbuhannya Perseroan menambahkan tablet dan suntikan kedalam pelayanan mereka, lalu dikendalikan oleh Pemerintah Jepang pada tahun 1942 di bawah pengelolaan Takeda Pharmaceutical. Namun pada tahun 1950, diambil alih oleh pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan. Perannya di bidang farmasi dan kesehatan meningkat, terutama dalam memproduksi obat esensial untuk kesehatan masyarakat. Pada tanggal 11 Juli 1981, statusnya berubah ke Perusahaan Umum Indonesia Farma (Perum Indofarma), dan pada tahun 1996 menjadi PT Indofarma (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 1995 dengan akta pendirian Undang-Undang Nomor 1 tanggal 2 Januari 1996 yang kemudian diubah dengan UU No 134 tanggal 26 Januari 1996. Pada tanggal 17 April 2001, PT Indofarma (Persero) Tbk melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia dengan INAF sebagai kode sahamnya. Perseroan telah menghasilkan hampir 200 jenis obat dalam beberapa kategori produk, termasuk obat generik (OGB), obat-obatan over the counter (OTC), dan obat generik bermerek.
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian tak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
19 Mei 2014
Halaman 3 dari 12
Indofarma(Persero), Tbk
Gambar 2: Kelas Terapi Farmasi
Sumber: PT Indofarma (Persero) Tbk, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing
Portofolio Produk Pada tahun 2014, INAF berfokus pada produk generik, sesuai dengan program pemerintah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat melalui SJSN. Namun demikian, INAF akan terus mengembangkan produk OTC, obat bermerek, dan produk diagnostik. Perseroan terus berusaha untuk mengembangkan produk baru untuk melengkapi ketersediaan terapi obat sesuai dengan tren terbaru. Pengembangan produk baru difokuskan pada peningkatan riset pasar yang berkaitan dengan produk yang memiliki potensi untuk memberikan kontribusi terhadap laba. Produknya termasuk untuk terapi pengobatan penyakit degeneratif, sitotoksik dan suplemen makanan. Tujuan utama dari pengembangan produk baru untuk melengkapi portofolio produk obat generik sebagai kompetensi inti INAF. Pada tahun 2013, Perseroan meluncurkan empat obat generik dan dua produk bermerek. Gambar 3 : Produk Baru
Sumber :PT Indofarma (Persero) Tbk, PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian tak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
19 Mei 2014
Halaman 4 dari 12
Indofarma(Persero), Tbk Didukung oleh Kebijakan Pemerintah yang Baru Pada tahun 2014, Perseroan masih fokus pada produk generik. Hal ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah untuk menerapkan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) tahun 2014. Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang wajib dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dasar yang diberikan kepada individu yang telah membayar iuran atau iuran yang dibayar oleh Pemerintah. Perusahaan-perusahaan farmasi di Indonesia juga telah mengambil berbagai langkah untuk mengatasi masalah ini dalam rangka memenuhi meningkatnya permintaan untuk operasi BPJS. Pada tahap awal, pemerintah akan mengucurkan Rp15,9 triliun dari APBN untuk mensubsidi asuransi kesehatan dari 86 juta orang miskin. Pertumbuhan pasar potensial obat generik dan alat kesehatan sendiri diperkirakan mencapai Rp9,2 triliun karena peningkatan permintaan dengan program Sistem Jaminan Sosial Nasional. Sebagian besar obat yang digunakan adalah obat generik yang tercantum dalam Formularium Nasional (Fornas) sebagai referensi. Penggunaan Obat Generik Bermerek (OGB) juga akan meningkat karena program dari Pemerintah Indonesia. Strategi Terintegrasi dengan Kebijakan Pemerintah Terkait dengan potensi besar yang disediakan oleh Sistem Jaminan Sosial Nasional, Perseroan berencana untuk terus berinvestasi dalam meningkatkan kapasitas produksinya mencapai 6,5 miliar tablet per tahun pada akhir 2013. INAF telah menyatakan 2014 sebagai tahun pembangunan di pasar saham. Untuk pasar obat generik, INAF menduduki peringkat 2 dari 141 manufaktur dengan pangsa pasar sebesar 17%. Total nilai pasar obat generik sendiri sekitar Rp4,1 triliun dari total pasar obat-obatan di Q3 tahun 2013 yang sebesar Rp51,6 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa produk generik menempati hanya 8% dari total produk obat yang beredar di Indonesia. Renovasi Fasilitas Untuk Meningkatkan Produksi Karena sertifikasi ulang sertifikat c-GMP, fasilitas produksi yang ada saat ini direnovasi guna meningkatkan kesempurnaan sistem HVAC Primary Projection Building (GPU) dan perbaikan fasilitas produksi Cephalosporin Dry Injection. Selain itu, Perseroan juga merenovasi fasilitas produksi herbal. Seluruh proses renovasi diatas dilakukan dalam rangka meningkatkan fasilitas produksi, namun tidak secara langsung meningkatkan kapasitas produksi. Renovasi fasilitas GPU dilakukan pada semester pertama sedangkan fasilitas lain yang dilakukan di semester kedua. Menghadapi tahun 2014, Indofarma masih harus berurusan dengan aktivitas renovasi pada beberapa fasilitas seperti fasilitas produksi Betalaktam dan fasilitas yang steril non-cephalosporin. Manajemen juga berencana untuk membangun fasilitas produksi yang menghasilkan coamoxiclave, bagian dari produk pareto Indofarma. Pengembangan fasilitas khusus berencana untuk menyembuhkan TBC bersama dengan fasilitas lain untuk meningkatkan kapasitas produksi tablet dan kapsul juga telah disiapkan. Semua hal ini sejalan dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional ( SJSN ) yang dilakukan oleh PT Askes (Persero) yang berubah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian tak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
19 Mei 2014
Halaman 5 dari 12
Indofarma(Persero), Tbk KEUANGAN Pendapatan Tumbuh Dengan Stabil INAF membukukan pendapatan sebesar Rp1.3 triliun pada tahun 2013, naik 16% YoY. Kami percaya Perseroan akan terus mencatat pertumbuhan pendapatan yang positif pada tahun 2014, karena renovasi beberapa fasilitas telah selesai sehingga dapat berproduksi secara normal. Selain itu, kami percaya dukungan dari program pemerintah BPJS yang lebih baik dapat mendukung kinerja keuangan INAF di masa depan. Kami memperkirakan Perseroan akan membukukan pendapatan sebesar Rp1.4 triliun pada tahun 2014. Gambar 4: Pertumbuhan Pendapatan yang Solid
Sumber :PT Indofarma (Persero) Tbk, Estimasi PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing
Meningkatkan Capex untuk Pertumbuhan di Masa Depan Perseroan mengalokasikan belanja modal sebesar Rp65 miliar pada tahun 2014. Hal ini akan digunakan untuk meningkatkan fasilitas produksi. Belanja modal akan didanai melalui kas internal. Pada tahun 2013, posisi kas INAF adalah sebesar Rp121 miliar dan kami memproyeksikan bahwa INAF akan membukukan Rp176 miliar. Dengan demikian, kami percaya INAF dapat mendukung rencana ekspansi mereka ke depan. Gambar 5: Posisi Kas INAF 70.0
250.0
60.0 200.0 50.0
150.0
40.0 30.0
100.0
20.0 50.0 10.0 -
2011
2012
2013
CAPEX (Rp miliar)
2014
2015
Kas (Rp miliar)
Sumber :PT Indofarma (Persero) Tbk, Estimasi PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian tak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
19 Mei 2014
Halaman 6 dari 12
Indofarma(Persero), Tbk Komponen Terbesar Biaya Adalah Bahan Baku dan Biaya Produksi Bahan baku merupakan komponen tertinggi dalam biaya pokok penjualan pada tahun 2013 diikuti oleh biaya produksi. Hingga saat ini, industri farmasi nasional masih sangat bergantung pada bahan baku impor. Oleh karena itu, harga bahan baku masih merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kelangsungan hidup industri farmasi di Indonesia. Indofarma telah mengambil langkah antisipasi dengan mencari pembelian kontrak jangka panjang bahan baku tertentu yang harganya sangat fluktuatif. Pada tahun 2013, ada peningkatan 1% pada harga bahan baku biaya produksi Rp2 miliar. Kami percaya kinerja INAF akan semakin baik karena rupiah Indonesia diyakini mulai rebound 2014 karena kondisi ekonomi yang lebih solid. Kami percaya INAF dapat mempertahankan marjin kotor di atas 25%. Marjin Kotor Semakin Tinggi Di Masa Depan Karena ekonomi Indonesia diperkirakan lebih kuat pada tahun 2014, kami percaya rupiah Indonesia akan mulai rebound, konsensus ekonom Bloomberg memperkirakan bahwa Rupiah Indonesia akan terapresiasi menjadi Rp11,450 pada tahun 2014. Karena mayoritas pasokan INAF masih diimpor, kami percaya hal ini akan mengurangi HPP sebesar Rp1 triliun, dikombinasikan dengan pendapatan yang lebih tinggi pada tahun 2014 (Rp 1,4 triliun, naik 7% YoY), kami percaya Perseroan akan membukukan marjin laba kotor menjadi 28% pada 2014, lebih tinggi dari tahun sebelumnya 25%. Kami berpandangan setelah pemilihan presiden perekonomian Indonesia akan semakin kuat dan akan memberikan dukungan yang lebih baik terhadap kinerja keuangan INAF di masa depan. Gambar 6: Marjin Laba Kotor Semakin Tinggi 35% 30% 25% 20%
15% 10% 5%
0% 2011
2012
2013
2014F
2015F
Marjin Laba Kotor Sumber :PT Indofarma (Persero) Tbk, IDX, Estimasi PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian tak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
19 Mei 2014
Halaman 7 dari 12
Indofarma(Persero), Tbk ANALISIS SWOT Tabel 2: Analisis SWOT Kekuatan
Reputasi yang kuat sebagai produsen obat generik Pengalaman yang panjang dan kaya di industri Produk/jasa yang terdiversifikasi
Kelemahan
Peluang
Tingginya permintaan obat di masa depan Pertumbuhan yang kuat di pasar farmasi
Harga obat generik yang sangat diatur
Ancaman
Biaya mengganti produk/jasa relatif rendah di industri. Banyak pesaing kuat di industri.
Sumber: PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian tak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
19 Mei 2014
Halaman 8 dari 12
Indofarma(Persero), Tbk TARGET HARGA VALUASI
Metodologi Kami mengaplikasikan metode discounted cash flow (DCF) sebagai metode penilaian utama dengan pertimbangan bahwa pertumbuhan pendapatan adalah merupakan faktor yang sangat mempengaruhi nilai (value driver) INAF jika dibandingkan dengan pertumbuhan aset. Kami mengkombinasikan perhitungan DCF ini dengan metode Guideline Company Method (GCM) di dalam valuasi ini. Penilaian ini berdasarkan pada nilai 100% saham INAF per 17 Mei 2014, menggunakan laporan keuangan INAF per 31 Maret 2014 sebagai dasar dilakukannya analisa fundamental.
Estimasi Nilai Kami menggunakan Cost of Capital sebesar 10,2% dan Cost of Equity sebesar 10,8% berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut: Tabel 3: Asumsi Risk free rate [%]*
7,9
Equity Risk premium [%]*
3,4
Beta [x]**
0,9
Cost of Equity [%]
10,8
Marginal tax rate [%]
25,0
WACC [%]
10,2
Sumber: Bloomberg, Estimasi PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing Catatan: * Per tanggal 17 Mei 2014 *Beta Pefindo per tanggal 17 Mei 2014
Target saham untuk 12 bulan berdasarkan posisi penilaian pada tanggal 17 Mei 2014:
Menggunakan metode DCF dengan asumsi tingkat diskonto 10,2% yaitu Rp219 hingga Rp244 per saham. Menggunakan metode GCM (PBV 1,0X dan P/E 32,6X) yaitu Rp272 hingga Rp462 per saham.
Untuk mendapatkan nilai yang mewakili kedua indikasi nilai tersebut dilakukan rekonsiliasi dengan dilakukan pembobotan terhadap kedua metode tersebut sebesar 70% untuk DCF dan 30% untuk metode GCM . Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka Target Harga Saham INAF untuk 12 bulan adalah Rp237 – Rp310 per saham. Tabel 4: Ringkasan Penilaian dengan Metode DCF Konservatif 151
144
160
PV Terminal Value [Rp miliar]
611
643
675
Cash and Cash Equivalent [Rp miliar]
121
121
121
(199)
(199)
(199)
678
718
758
3.099
3.099
3.099
219
232
Total Equity Value [Rp miliar] Number of Share [juta saham] Fair Value per Share [Rp]
19 Mei 2014
Agresif
PV of Free Cash Flows [Rp miliar]
Interest Bearing Debt [Rp miliar]
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian tak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
Moderat
244
Sumber: Estimasi PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing
Halaman 9 dari 12
Indofarma(Persero), Tbk Tabel 5 : Perbandingan GCM INAF
KLBF
EPMT
KAEF
TSPC
Average
22.3
37.0
20.4
23.5
21.3
32.6
0.4
4.5
0.6
1.1
1.9
1.0
Valuasi, Mei 15, 2014 P/E, [x] P/BV, [x]
Sumber: Bloomberg, Estimasi PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing
Tabel 6 : Ringkasan Penilaian Metode GCM Multiples (x)
P/E P/BV
Est. EPS (Rp)
32,6 1,0
Est. BV/Share (Rp)
8,3 -
Value (Rp)
462,0
272 462
Sumber: Bloomberg, Estimasi PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing
Tabel 7: Rekonsiliasi Nilai Wajar Fair Value per Share [Rp] DCF
GCM
Average
Upper limit
244
462
310
Bottom limit
219
280
237
Weight
70%
30%
Sumber: PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian tak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
19 Mei 2014
Halaman 10 dari 12
Indofarma(Persero), Tbk
[dalam Rp Miliar]
Gambar 7: P/E dan P/BV Historis 200.0
8.2
1.432
1.642
150.0
8.1
(1,033)
(1,124)
2012
Penjualan
1.203
1.156
1.337
HPP
(807)
(788)
(1,000)
396
368
338
399
518
Laba Kotor
2013
2015P
2011
2014P
100.0
(320)
(285)
(370)
(335)
(445)
Laba Operasi
76
83
(32)
64
73
(21)
(22)
(31)
(30)
(28)
(50.0)
55
62
(63)
34
45
(100.0)
(18)
(19)
9
(9)
(11)
(150.0)
37
42
(54)
26
56
Laba Sebelum Pajak Pajak Laba Bersih
Sumber: Laporan Audit PT Indofarma (Persero) Tbk., Estimasi PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing
2011
2012
2013
2011
2014P
2015P
133
195
121
183
179
162
248
286
304
323
(2.0)
193
161
236
197
210
(4.0)
Aset lain-lain
218
173
205
211
242
(6.0)
Total Aset Lancar
707
778
849
895
955
(8.0)
Aset Tetap
343
339
368
383
381
(10.0)
Aset lainnya
65
72
78
97
103
1.115
1.189
1.295
1.374
1.438
Hutang Usaha
290
248
305
320
335
Beban Akrual
70
34
42
44
46
99
88
325
328
324
-
119
-
-
-
Kewajiban
Kewajiban jangka panjang lainya
46
50
33
65
68
Total Kewajiban
506
539
704
758
773
0
0
0
0
0
Total Ekuitas
7.6 P/B
1.35x
609
650
591
617
648
Sumber: Laporan Audit PT Indofarma (Persero) Tbk., Estimasi PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing
1.30x 1.25x 1.20x
-
Piutang lain-lain
Hak Minoritas
7.7
6.0
2.0
Pinjaman Jk. Pendek lainya Kewajiban jangka panjang
7.8
8.0
Aset Lancar
Total Aset
2013
Sumber: Laporan Audit PT Indofarma (Persero) Tbk., PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing
4.0
Piutang Usaha
2012
P/E
Aset
Kas dan Setara Kas
7.9 -
Gambar 8: ROA, ROE dan Total Asset Turnover Historis
Tabel 9: Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian [dalam Rp Miliar]
P/E
Beban Operasi
Pendapatan [Beban] lain-lain
8.0
50.0
P/B
Tabel 8: Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian
2011
2012
2013 1.15x 1.10x 1.05x 1.00x
ROA (%)
ROE (%)
TAT (X)
Sumber: Laporan Audit PT Indofarma (Persero) Tbk., PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing
Tabel 10: Rasio Penting 2011
2012
2013 2014P 2015P
Penjualan
14,8
(3,9)
15,7
7,1
14,7
Laba operasional
69,1
8,9
(138,8)
(299,6)
3,0
194,7
14,6
(227,9)
147,6
7,1
Pertumbuhan [%]
Laba bersih Profitabilitas [%] Laba kotor
32,9
31,8
25,2
29,1
31,6
Laba operasional
6,4
7,2
(2,4)
4,6
4,4
Laba Bersih
3,1
3,7
(4,1)
2,0
2,0
ROA
3,3
3,6
(4,2)
2,2
2,2
ROE
6,1
6,5
(9,2)
4,8
4,9
Debt to equity
0,8
0,8
1,2
1,2
1,2
Debt to asset
0,5
0,5
0,5
0,6
0,6
Current Ratio
1,5
2,1
1,3
1,3
1,3
Quick Ratio
0,6
1,2
0,6
0,7
0,7
Solvabilitas [x]
Likuiditas [x]
Sumber: Laporan Audit PT Indofarma (Persero) Tbk., Estimasi PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian tak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
19 Mei 2014
Halaman 11 dari 12
Indofarma(Persero), Tbk DISCLAIMER Laporan ini dibuat berdasarkan sumber-sumber yang kami anggap terpercaya dan dapat diandalkan. Namun kami tidak menjamin kelengkapan, keakurat an atau kecukupannya. Dengan demikian kami tidak bertanggung jawab atas segala keputusan investasi yang diambil berdasarkan laporan ini. Adapun asumsi, opini, dan perkiraan merupakan hasil dari pertimbangan internal kami per tanggal penilaian ( cut-off date), dan kami dapat mengubah pertimbangan diatas sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Kami tidak bertanggung jawab atas kekeliruan atau kelalaian yang terjadi akibat penggunaan laporan ini. Kinerja dimasa lalu tidak selalu dapat dijadikan acu an hasil masa depan. Laporan ini bukan merupakan rekomendasi penawaran, pembelian atau menahan suatu saham tertentu. Laporan ini mungkin tidak sesuai untuk beberapa investor. Seluruh opini dalam laporan ini telah disampaikan dengan itikad baik, namun sewaktu-waktu dapat berubah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan disajikan dengan benar per tanggal diterbitkan laporan ini. Harga, nilai, atau pendapatan dari setiap saham Perseroan yang disajikan dalam laporan ini kemungkinan dapat lebih rendah dari harapan pemodal, dan pemodal juga mungkin mendapatkan pengembalian yang lebih rendah dari nilai investasi yang ditanamkan. Investasi didefinisikan sebagai pendapatan yang kemungkinan besar diterima dimasa depan, namun nilai dari pendapatan yang akan diterima tersebut kemungkinan besar juga akan berfluktuasi. Untuk saham Perseroan yang penyajian laporan keuangannya didenominasi dalam mata uang selain Rupiah, perubahan nilai tukar mata uang tersebut kemungkinan dapat menurunkan nilai, harga, atau pendapatan investasi pemodal. Informasi dalam laporan ini bukan merupakan pertimbangan pajak dalam mengambil suatu keputusan investasi. Target harga saham dalam Laporan ini merupakan nilai fundamental, bukan merupakan Nilai Pasar Wajar, dan bukan merupakan harga acuan tr ansaksi yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Laporan target harga saham yang diterbitkan oleh PEFINDO Divisi Valuasi Saham dan Indexing bukan merupakan rekomendasi untuk membeli, menjual, atau menahan suatu saham tertentu, dan tidak dapat dianggap sebagai nasehat investasi oleh PEFINDO Divisi Valuasi Saham dan Indexing yang behubungan dengan cakupan Jasa PEFINDO kepada, atau kaitannya kepada, beberapa pihak, termasuk emiten, penasehat keuangan, pialang saham, investment banks, institusi keuangan dan perantara keuangan, dalam kaitannya menerima imbalan atau keuntungan lainnya dari pihak tersebut, Laporan ini tidak ditujukan untuk pemodal tertentu dan tidak dapat dijadikan bagian dari tujuan investasi terhadap suatu saham dan juga bukan merupakan rekomendasi investasi terhadap suatu saham tertentu atau suatu strategi investasi. Sebelum melakukan tindakan dari hasil laporan ini, pemodal disarankan untuk mempertimbangkan terlebih dahulu kesesuaian situasi dan kondisi dan, jika dibutuhkan, mintalah bantuan penasehat keuangan. PEFINDO memisahkan kegiatan Valuasi Saham dengan kegiatan Pemeringkatan untuk menjaga independensi dan objektivitas dari proses dan produk kegiatan analitis. PEFINDO telah menetapkan kebijakan dan prosedur unt uk menjaga kerahasiaan informasi non-publik tertentu yang diterima sehubungan dengan proses analitis. Keseluruhan proses, metodologi dan database yang digunakan dalam penyusunan Laporan Target Harga Referensi Saham ini secara keseluruhan adalah berbeda dengan proses, metodologi dan database yang digunakan PEFINDO dalam melakukan pemeringkatan. Laporan ini dibuat dan disiapkan PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing dengan tujuan untuk meningkatkan transparansi harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indon esia. Laporan ini juga bebas dari pengaruh tekanan atau paksaan dari Bursa maupun Perseroan yang dinilai. PEFINDO Divisi Valuasi Saham & Indexing akan menerima imbalan sebesar Rp20 juta dari Bursa Efek Indonesia untuk 2 (dua) kali pelaporan per tahun. Untuk keterangan lebih lanjut, dapat mengunjungi website kami di http://www.pefindo.com Laporan ini dibuat dan disiapkan oleh PEFINDO Divisi Valuasi Saham dan Indexing. Di Indonesia Laporan ini dipublikasikan pada website kami dan juga pada website Bursa Efek Indonesia .
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir merupakan bagian tak terpisahkan dari dokumen ini” www.pefindo.com
19 Mei 2014
Halaman 12 dari 12