INDIKATOR NASIONAL UNTUK SERTIFIKASI KAKAO LESTARI Versi 1.0 Mei 2010
Dokumen ini dibuat untuk memudahkan pemahaman tentang kriteria sertifikasi UTZ CERTIFIED dan Rainforest Alliance untuk sektor kakao Indonesia sesuai dengan kondisi setempat. Dokumen ini tidak menggantikan kedua standard tersebut.
STRUKTUR INDIKATOR NASIONAL UNTUK SERTIFIKASI KAKAO LESTARI STRUKTUR INDIKATOR NASIONAL UNTUK SERTIFIKASI KAKAO LESTARI 1
PENGELOLAAN KEBUN 1.1 PEMBUKAAN LAHAN 1.1.1 Status calon lahan 1.1.2 Kesesuaian lahan (teknis) 1.1.3 Pembakaran lahan 1.1.4 Area penyangga (buffer zone) 1.2 BAHAN TANAM 1.2.1 Materi transgenik (GMO) 1.2.2 Varietas Kakao 1.3 PENANAMAN 1.3.1 Teknik budidaya 1.3.2 Konservasi 1.4 PENAUNG DAN PEMANGKASAN 1.4.1 Tanaman penaung 1.4.2 Jenis tanaman penaung 1.4.3 Pemangkasan 1.5 PENGELOLAAN TANAH DAN AIR 1.5.1 Kesuburan tanah 1.5.2 Pemupukan 1.5.3 Pupuk 1.5.4 Penyimpanan Pupuk 1.5.5 Konservasi tanah dan air 1.5.6 Sampah organik 1.6 PENGENDALIAN HAMA, PENYAKIT DAN GULMA SERTA PENGELOLAAN PESTISIDA 1.6.1 Pengendalian Hama dan Penyakit 1.6.2 Praktik Sanitasi di Kebun 1.6.3 Pengendalian Gulma 1.6.4 Produk Perlindungan Tanaman (Pestisida) 1.6.5 Peralatan Aplikasi 1.6.6 Perlengkapan Pelindung Diri 1.6.7 Kualifikasi petugas penyemprot 1.6.8 Kontak dengan bahan kimia pertanian 1.6.9 Penyimpanan 1.6.10 Sisa campuran 1.6.11 Wadah kosong 1.6.12 Pestisida yang kadaluwarsa
1.7 PANEN DAN PENGELOLAAN PASCA PANEN 1.7.1 Panen 1.7.2 Pengeringan 1.7.3 Kulit buah kakao 2
PENANGANAN PRODUK 2.1 Pengemasan dan penyimpanan 2.2 Pengangkutan 2.3 Higienitas produk 2.4 Pengendalian mutu
3
KETERTELUSURAN PRODUK 3.1 Pemisahan 3.2 Penandaan kasat mata 3.3 Penanggung jawab 3.4 Administrasi dan Dokumentasi 3.5 Penandaan Kebun
4
SUMBER DAYA MANUSIA 4.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja 4.2 Waktu masuk kembali (re-entry time) 4.3 Perlakuan adil dan layak pada pekerja 4.4 Hak-hak pekerja 4.4.1 Hak berserikat 4.4.2 Hak untuk melakukan perundingan bersama 4.4.3 Kerja Paksa 4.4.4 Pekerja anak 4.4.5 Diskriminasi 4.4.6 Upah dan kontrak 4.4.7 Jam kerja 4.4.8 Pekerja perempuan yang hamil
5
SUMBER DAYA ALAM DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI 5.1 Erosi tanah 5.2 Pelestarian air 5.3 Pelestarian hutan 5.4 Spesies yang dilindungi 5.5 Keanekaragaman hayati
6
PENGELOLAAN KELOMPOK SERTIFIKASI 6.1 Organisasi Produsen 6.2 Sistem Kendali Internal (ICS) 6.3 Pelatihan pengurus 6.4 Pelatihan teknis Produsen/anggota 6.5 Transparansi 6.6 Prosedur Keluhan 6.7 Standard Internal 6.8 Kontrak Internal 6.9 Registrasi Anggota 6.10 Audit Internal 6.11 Pencatatan 6.12 Penanganan Risiko
7
TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN 7.1 Situasi darurat 7.2 Rencana evakuasi 7.3 Waktu masuk kembali 7.4 Pendidikan
No. 1 1.1 1.1.1.
Aspek/Topik PENGELOLAAN KEBUN PEMBUKAAN LAHAN Status calon lahan
1.1.2
Kesesuaian lahan (teknis)
1.1.3 1.1.4
Pembakaran lahan Area penyangga (buffer zone)
Persyaratan
Konversi hutan menjadi kebun kakao tidak dibenarkan - Konversi hutan menjadi kebun kakao hanya dibenarkan bila terjadi sebelum 1 November 1999 - Lahan kakao yang tidak dikelola dan mengalami penghutanan kembali tidak dianggap sebagai hutan Lahan harus memenuhi persyaratan teknis untuk komoditas kakao. Tidak berlaku bagi lahan yang bisa menghasilkan 1 ton atau lebih dengan memperlakukan teknik budidaya yang baik Pembakaran saat pembukaan dan/atau perawatan kebun tidak dibenarkan. Produsen membuat area penyangga (buffer zone) antara kebun dan daerah lindung, dan badan/sumber air, pemukiman, dsb.
Acuan
UU No. 5/1990 Keppres 32/1990 ttg pengelolaan hutan lindung
Kriteria teknis kesesuaian lahan untuk tanaman kakao (Puslit Koka)
UU No 18 tentang Perkebunan
Buffer zone dapat ditanami Pisang, Bambu, Sengon (Albizzia), Pinang (Arecanut), Salak (Zalacca), Kelapa, dll 1.2 1.2.1 1.2.2
BAHAN TANAM Materi transgenik (GMO) Varietas Kakao
Tidak dibenarkan menggunakan bahan tanam transgenik. Produsen menggunakan varietas kakao yang paling sesuai dengan kondisi setempat, sebaiknya yang direkomendasikan oleh lembaga setempat. Lembaga setempat yang berkompeten di antaranya adalah Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas Perkebunan, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan, serta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Produsen menggunakan bahan tanam yang resisten/toleran terhadap hama dan penyakit, memiliki produktivitas tinggi dan mutu biji yang baik. Produsen dapat menjelaskan tentang asal usul varietas/klon dan karakteristiknya, a.l. potensi produksi, ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit, dan mutu.
1.3 1.3.1
PENANAMAN Teknik budidaya
1.3.2
Konservasi
Sesuai Petunjuk Teknis dari instansi yang berwenang dan sesuai dengan kondisi setempat.
Penanaman dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip konservasi. Tanaman kakao yang akan/sedang/sudah disertifikasi mempunyai batas yang jelas dengan dan dipisahkan oleh zona penyangga (antara areal produksi dengan ekosistem alam yang tidak menggunakan agrokimia)
Juknis Budidaya dan Pengolahan Kakao (Puslit Koka dan Ditjenbun) GAP untuk kakao (Deptan/ICCRI)
yang mudah diidentifikasi.
1.4 1.4.1
Ada batas yang menjadi penanda. PENAUNG DAN PEMANGKASAN Tanaman penaung Jumlah tanaman penaung disesuaikan dengan kebutuhan Intensitas sinar untuk tanaman muda: + 30%, untuk tanaman produktif: + 70% Digunakan tanaman penaung yang sekaligus mampu meningkatkan kesuburan tanah, atau bernilai ekonomi, atau berupa tanaman spesifik setempat yang tidak berkompetisi serta tidak merupakan inang hama dan penyakit kakao.
GAP untuk kakao (Deptan/ICCRI) Petunjuk Teknis Budidaya Kakao (Dirjen Pertanian 12/1992) GAP untuk kakao (Deptan/ICCRI) Petunjuk Teknis Budidaya Kakao (Dirjen Pertanian 12/1992)
- Leucaena (Lamtoro), Gliricidia (Gamal), Kelapa, Pisang, Albizzia, Pinang, Nimba, dan tanaman lain yang tidak berdampak negatif.
1.4.2
Pemangkasan
1.5 1.5.1
PENGELOLAAN TANAH DAN AIR Kesuburan tanah mengutamakan teknik alami untuk mempertahankan dan mengoptimalkan kesuburan kimia, fisika, dan biologi tanah. Pemupukan Cara dan dosis pemupukan sesuai dengan rekomendasi dinas atau instansi berwenang maupun berdasarkan kearifan lokal yang berdampak positif berdasar kan GAP Pupuk Produsen (atau orang yang mengaplikasikan pupuk) mampu menyebutkan pupuk apa yang digunakan serta dosis dan waktu aplikasi yang tepat. Perlu dokumentasi aplikasi pupuk.
1.5.2 1.5.3
1.5.4
1.5.5 1.5.6 1.6 1.6.1
Penyimpanan Pupuk
Pemangkasan dilakukan sesuai kebutuhan, waktu, dan dengan peralatan yang tepat.
Pupuk disimpan di tempat yang aman (misalnya terkunci), jauh dari jangkauan anak-anak, terpisah dari peralatan dan produk makanan, dengan cara yang tidak mengakibatkan kontaminasi pada lingkungan. Tempat penyimpanan bersih dan kering serta ditandai dengan jelas. Konservasi tanah dan air menggunakan teknik pengendalian erosi, a.l. teras, rorak, penanaman sejajar kontur, tanaman penutup tanah, memelihara area penyangga, dll Sampah organik Sampah organik yang bebas penyakit seperti pangkasan dan limbah daun dibiarkan dikebun atau digunakan untuk kompos. PENGENDALIAN HAMA, PENYAKIT DAN GULMA SERTA PENGELOLAAN PESTISIDA Pengendalian Hama dan Produsen menerapkan sistem pengelolaan hama terpadu (PHT) Penyakit
Juknis Budidaya dan Pengolahan Kakao (Puslit Koka dan Ditjenbun) PP No. 8, 2001 mengenai Pupuk Budidaya Tanaman PP No. 8, 2001 mengenai Pupuk Budidaya Tanaman PP No. 8, 2001 mengenai Pupuk Budidaya Tanaman SNI Pupuk PP No. 8, 2001 mengenai Pupuk Budidaya Tanaman
PP No. 8, 2001 mengenai Pupuk Budidaya Tanaman Juknis PHT (Puslit Koka dan Ditjenbun) PP. Nomor 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman
1.6.2
Praktik sanitasi di kebun
1.6.3
Pengendalian Gulma
1.6.4
Produk Perlindungan Tanaman (Pestisida)
Produsen harus mampu menunjukkan usaha untuk penghapusan atau penurunan penggunaan pestisida, jika memungkinkan tidak menggunakan pestisida. Produsen mempertahankan praktik sanitasi yang baik di kebun. - buah, cabang dan bahan tanaman lainnya yang terserang penyakit atau terinfeksi penyakit dibuang dari pohon secara berkala. Bahan yang terserang hama dan penyakit dibuang/dimusnahkan sedemikian rupa untuk mencegah penularan selanjutnya. - Digunakan peralatan yang sesuai untuk keperluan ini dan didesinfeksi setelahnya. Pengendalian gulma semaksimal mungkin dilakukan dengan peralatan manual atau peralatan mesin ringan. Apabila digunakan herbisida, maka harus sesuai dengan aturan yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia. Produsen agar menggunakan produk agrokimia yang diperbolehkan oleh pemerintah. Produsen agar tidak menggunakan agrokimia yang dilarang standar sertifikasi: misalnya paraquat, 2,4D cyhalothrin, dll.
1.6.5
Peralatan Aplikasi
1.6.6
Perlengkapan Pelindung Diri
1.6.7
Kualifikasi petugas penyemprot
1.6.8
Kontak dengan bahan kimia pertanian
1.6.9
Penyimpanan
Semua peralatan aplikasi produk agro kimia (pestisida/bio-pestisida) pertanian dirawat baik untuk memastikan digunakan dalam fungsi yang benar untuk efisiensi. Peralatan bermesin yang digunakan untuk aplikasi produk agro kimia (pestisida/bio-pestisida) harus dikalibrasi sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun untuk memastikan operasi yang benar Perlengkapan minimum yang harus digunakan adalah masker, sarung tangan, pakaian penutup badan (baju berlengan panjang), tutup kepala, pelindung mata.
PP. Nomor 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman
Juknis PHT (Puslit Koka dan Ditjenbun)
Cocoa pesticide green book 2008 Lihat dalam (UTZ dan RA) SK Menteri Pertanian No.517/Kpts/TP.270/9/2002 ttg Pengawasan Pestisida PP No. 7, 1973 mengenai Pengawasan atas Peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida PP No. 7, 1973 mengenai Pengawasan atas Peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida PP No. 7, 1973 mengenai Pengawasan atas Peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida
Telah mengikuti pelatihan dan ada buktinya, misalnya daftar peserta, surat keterangan kehadiran, dsb. Pelatihan dapat dilaksanakan oleh balai proteksi/instansi pemerintah atau badan lainnya yang berkompeten. Minimal terdapat satu orang dalam kelompok yang telah mengikuti pelatihan. Pencucian alat pencampur, baju kerja, dan alat penyemprot harus menggunakan sarung tangan, dilakukan di kebun dan air buangannya tidak mengalir ke sumber air (sungai, sumur, mata air) Penyimpanan agro kimia dalam wadah yang tidak menyerap, seperti wadah kayu yag dilapisi plastik, box plastik, drum, dsb
PP No. 7, 1973 mengenai Pengawasan atas Peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida
1.6.10 1.6.11 1.6.12 1.7 1.7.1 1.7.2
1.7.3
2 2.1
Pestisida disimpan di luar rumah, jauh dari jangkauan anak-anak, kandang ternak, wadah terkunci, dan jauh dari kamar mandi/sumur/sungai Bahan cair disimpan di bagian paling bawah, bahan berupa tepung di atas, dan bahan butiran disimpan di tingkat paling atas Wadah penyimpanan diberi label tanda bahaya (gambar tengkorak, ada tulisan peringatan bahan berbahaya) Sisa campuran Penyemprotan diupayakan pada hari yang sama tanpa meninggalkan sisa. Sisa campuran agro kimia dibuang di lahan kosong, jauh dari mata air, sungai, sumur. Wadah kosong Wadah kosong dirusak dan dibenamkan pada kedalaman minimal setengah meter, jauh dari sungai/sumur/mata air. Pestisida yang Produk agro kimia tanaman yang kadaluwarsa sedapatmungkin dikembalikan kepada kadaluwarsa peyalurnya. Bila tidak, harus dikumpulkan, disimpan dan dibuang dengan cara yang aman. PANEN DAN PENGELOLAAN PASCA PANEN Panen Buah dipanen secara teratur pada waktu yang tepat sesuai dengan tingkat kemasakan fisiologis. Pengeringan menggunakan sinar matahari (alami) atau menggunakan pengering buatan dengan metode pengaliran udara panas dan menghindari kontak langsung dengan sumber panas (api, asap) Kontak dengan tanah dihindarkan dan jauh dari jalan raya. Kontaminasi dari asap dan bahan lainnya yang mempengaruhi mutu dan aroma kakao dicegah. Kulit buah kakao Agar dimanfaatkan menjadi pupuk, pakan ternak atau kegunaan lainnya
PENANGANAN PRODUK Pengemasan dan penyimpanan
Pengangkutan
SNI kakao Juknis Budidaya dan Pengolahan Kakao (Puslit Koka dan Ditjen PPHP) Juknis Budidaya dan Pengolahan Kakao (Puslit Koka dan Ditjen PPHP)
Juknis Pengolahan Kakao (Puslit Koka dan Ditjen PPHP) SNI Kakao
Biji kering dikemas dalam kantong yang bersih serta cukup kuat dan dijahit atau tertutup dengan benar. Kantong terbuat dari bahan tidak beracun dan tidak mengandung minyak mineral. Sebaiknya digunakan kantong goni yang aman bagi bahan makanan (food grade). Kakao disimpan tanpa bersentuhan langsung dengan lantai, jauh dari tembok dinding, di tempat yang berventilasi baik, jauh dari sumber kontaminasi seperti bahan kimia pertanian, bahan bakar, bahan mudah terbakar, asap, dan komiditas lain yang mempengaruhi mutu dan aroma kakao (kopi, cengkeh, dll). Gudang tidak berdampingan dengan dapur, gudang bahan bakar, tempat penyimpanan bahan kimia, dan komoditas lain seperti kopi, cengkeh. Kakao disimpan terpisah dalam penyimpanan dan transportasinya dengan allergen (kacang)
2.2
PP 7/1973
Biji kakao dicegah menjadi basah selama pemuatan dan pengangkutan. Selama pengakutan kakao ditutup (diberi penutup)
2.3
Higienitas produk
Produsen mengerti bagaimana memastikan higienitas selama penanganan saat panen dan pasca panen, dan menerapkannya saat mereka bekerja. Peralatan, perlengkapan dan kendaraan yang digunakan untuk mengangkut hasil panenan kakao dibersihkan dan dirawat dengan baik, untuk memastikan bebas dari kontaminasi. Produsen dan pekerja mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani kakao. Pemegang sertifikat menjaga kebersihan fasilitas pusat penyimpanan dan penanganan (gudang, meja pengeringan, dll.) serta merawatnya untuk menghindari kontaminasi jamur dan kimia. Hal ini juga termasuk tindakan yang memadai untuk mencegah kontaminan (seperti tikus, kecoa, burung, kucing, anjing, ayam, dsb) di fasilitas-fasilitas tersebut. Perangkap diidentifikasi dan dicatat. Pemegang sertifikat menjamin hasil panenan kakao bebas dari bahan pencuci, pelumas dan zat lainnya selama penanganan produk. Produk-proudk tersebut disimpan di tempat khusus, terpisah dari kakao dan bahan pengemasan. Pada lokasi penanganan kakao, pemegang sertifikat menyediakan tempat khusus untuk pembuangan sampah. Kriteria: kadar air, kadar kotoran, biji berjamur, biji berserangga Kakao harus bebas dari bahan asing, bau asing dan biji yang rusak (gepeng, berkerut, hitam, berjamur, terinfeksi, dll) dan memenuhi persyaratan ekspor nasional atau persyaratan kontrak lainnya, misalnya tentang bau, keseragaman ukuran biji, tingkat kandungan air dan kerusakan. Pemegang sertifikat dapat memastikan persentase kelembaban biji kakao kering dengan cara yang benar. Apabila peralatan atau perlengkapan digunakan untuk mengukur kadar air kakao, alat-alat tersebut dikalibrasi sekurang-kurangnya setahun sekali. Hal ini dicatat. Produsen dilatih untuk mengukur kadar air biji kakaonya. Pemegang sertifikat meng-kalibrasi alat pengukur berat atau volume hasil panen kakao sekurang-kurangnya setahun sekali. Hal ini dicatat. Peralatan yang lebih canggih seperti timbangan elektronik dikalibrasikan oleh teknisi khusus.
2.4
Pengendalian mutu
3 3.1
KETERTELUSURAN PRODUK Pemisahan Kakao yang disertifikasi dipisahkan dengan tegas dari kakao yang tidak disertifikasi, pada tingkat kebun, penanganan, sortasi dan pengangkutan. Sisa kakao ber-sertifikat dari tahun sertifikasi sebelumnya disimpan terpisah dan ditandai dengan jelas, untuk menghindari pencampuran. Penandaan kasat mata Pemegang sertifikat secara visual menandai kakao ber-sertifikat.
3.2
Hal ini dapat dilakukan dengan tanda-tanda di pintu, etiket atau label pada kantung atau pallet. Penandaan sebaiknya menggunakan logo badan sertifikasi.
3.3
Penanggung jawab
Terdapat petugas khusus yang bertanggung jawab atas kemamputelusuran, pemisahan dan penandaan produk - menjelaskan sistem kemamputelusuran; - membuat pengumuman penjualan. Dia membaca berita terbaru, laporan berkala, dll mengenai perkembangan sertifikasi Terdapat sistem pencatatan dan pengelolaan dokumen yang menyimpan data: 1. pembelian dan penjualan kakao bersertifikat, 2. pembelian dan penjualan kakao yang tidak bersertifikat, 3. sisa kakao bersertifikat dari musim sebelumnya, 4. faktur penjualan yang menyatakan status sertifikasi. 5. data petani, diperiksa silang dengan ICS. kebun kakao yang disertifikasi diberi tanda permanen yang menunjukkan nama, angka atau kode yang unik, digambarkan di dinding, papan penunjuk, batu, pohon, pagar, dll.
3.4
Administrasi dan Dokumentasi
3.5
Penandaan Kebun
4 4.1
SUMBER DAYA MANUSIA Kesehatan dan Produsen dan pekerja yang menangani dan menggunakan produk perlindungan tanaman yang Keselamatan Kerja berisiko bahaya dilatih, dibina, dan diawasi secara konsisten (pencatatan tentang pelatihan disimpan).
Semua produsen dan pekerja mendapat pelatihan tentang bagaimana menjalankan peralatan berbahaya atau rumit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan. Produsen mengetahui semua bahaya potensial (penyimpanan bahan beracun atau yang mudah terbakar, bahaya mekanis, dan lain lain) pada lokasi pusat dengan tanda peringatan yang jelas dan permanen. Pengetahuan produsen dibuktikan dengan surat keterangan/ijzah/sertifikat pelatihan. Produsen mengetahui dan memiliki daftar bahan kimia pertanian berbahaya, baik yang diketahui maupun yang diperkirakan, meliputi: - nama dagang dan bahan aktif;
1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 2. UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja 3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER.04/MEN/1993 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja 4. PP No. 28/2002 Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja 5. UU. Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2004 6. Keputusan Menakertrans RI No KEP. 261/MEN/X/2004 tahun 2004 tentang Perusahaan yang Wajib Melaksanakan Pelatihan Kerja 7. UU ketenagkerjaan No. 13 Tahun 2004
4.2
Waktu masuk kembali (re-entry time)
- penjelasan piktogram bahaya; - gejala keracunan, pertolongan pertama dan informasi kontak yang dihubungi dalam keadaan darurat. Daftar ini diperbaharui tiap tahun untuk memasukkan perubahan apapun dalam peraturan hukum dan praktek. Hanya personel yang terlatih dengan baik yang dapat menangani dan menerapkan produk perlindungan tanaman yang berisiko bahaya. Orang yang berumur dibawah 18 tahun dan wanita tidak menangani atau mengaplikasikan bahan kimia pertanian. Pemegang sertifikat perlu memeriksakan kesehatan pekerja yang menggunakan produk perlindungan tanaman berisiko setiap tahun. Pemeriksaan ini didokumentasi dan mematuhi aturan hukum nasional atau praktik industri. Semua personel yang mengaplikasikan produk perlindungan tanaman yang berisiko bahaya mengenakan pakaian dan perlengkapan pelindung yang sesuai dan dalam keadaan yang baik. Untuk Produk buatan sendiri dan tradisional, hal yang sama berlaku apabila mengandung resiko terhadap kesehatan Ada kompensasi untuk pekerja yang berhubungan dengan agrokimia Ada tindakan keselamatan untuk pekerja yang maksimal paparan agrokimia terhadap pekerja 6 jam Untuk meminimalkan resiko kesehatan hanya boleh menggunakan metode fumigasi yang benar dan bahan-bahan yang diperbolehkan. Pemegang sertifikat memastikan dan mampu menunjukkan bahwa semua personel yang terlibat menggunakan dengan benar pakaian dan perlengkapan ketika menangani atau mengaplikasikan produk perlindungan tanaman. Pakaian dan perlengkapan pelindung dicuci dan dikeringkan setelah digunakan dan disimpan terpisah dari produk perlindungan tanaman dan dalam area yang berventilasi baik. Ada prosedur wajib mandi setelah mengaplikasikan atau kontak dengan bahan kimia pertanian. Lahan diusahakan memiliki tempat mandi dan tempat berganti pakaian yang terkontaminasi Produsen mengetahui dan menerapkan waktu masuk kembali (re-entry time) ke kebun yang baru saja disemprot dengan produk perlindungan tanaman, berlaku untuk semua produk perlindungan tanaman yang digunakan. Petunjuk dari produsen/penyalur pestisida, sesuai nama dagang Produsen harus membuat semua orang yang tinggal, bekerja dan berada di sekitar lahan pertanian mengerti tentang konsep waktu masuk kembali. Produsen mengetahui waktu masuk kembali dari produk yang digunakan dan memasang tanda peringatan pada tempatnya untuk menginformasikan kepada orang-orang mengenai waktu masuk kembali.
4.3
Perlakuan adil dan layak pada pekerja
4.4 4.4.1
Hak-hak pekerja Hak berserikat
4.4.2
Hak untuk melakukan perundingan bersama
4.4.3
Kerja Paksa
4.4.4
Pekerja anak
Produsen tidak melarang adanya interaksi antara ahli spesialis eksternal (misal: LSM, serikat perdagangan) dengan pekerja perkebunan, serta turut berpartisipasi dalam penelitian pada masalah-masalah penting. Semua produsen diberi pemahaman mengenai hak-hak pekerja yang tertera di bawah. Pada tiap komunitas, satu petani pemimpin ditunjuk untuk bertanggungjawab mengawasi hak-hak pekerja dan kepadanya pekerja mengajukan keluhan. Penanggung jawab ini berhubungan dengan pemegang sertifikat dan LSM setempat bila dapat dilakukan. Pekerja tidak dikenai hukuman fisik, penganiayaan dan kekerasan mental maupun fisik, penyiksaan secara verbal maupun fisik, pelecehan seksual atau bentuk intimidasi apapun.
UU No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan; Pasal 104
Semua pekerja dan petani penggarap mempunyai hak untuk mendirikan dan/atau bergabung dalam sebuah organisasi berdasarkan pilihan mereka sendiri. (Ref. Konvensi ILO 87 tentang Kebebasan Berserikat). Pemegang sertifikat tidak menghambat fungsi efektif dari organisasi tersebut dengan cara apapun. Wakil organisasi tidak terkena diskriminasi dan mempunyai akses pada anggota di tempat kerjanya. Semua pekerja mempunyai hak untuk melakukan perundingan bersama. (Ref. Konvensi ILO 98 mengenai Hak untuk berorganisasi dan melakukan perundingan bersama). Tidak ada pekerja yang dipaksa, terikat persyaratan, diperjualbelikan atau sebaliknya tidak sukarela bekera dalam tahap produksi manapun. Semua jenis pekerja tidak diwajibkan untuk menjaminkan dokumen (asli) identitas mereka pada seorang pun dan tidak ada bagian dari gaji, tunjangan atau hak milik yang bisa ditahan untuk memaksa pekerja. Sisian (suami/ istri) dan anak dari pekerja kontrak tidak dipersyaratkan untuk ikut bekerja di kebun. Anak-anak dan yang berusia di bawah 18 tahun tidak melakukan pekerjaan yang berbahaya atau pekerjaan yang membahayakan keadaan fisik, mental atau moral mereka. Mereka tidak bekerja di lokasi bahaya, kondisi tidak sehat, malam hari, atau dengan bahan dan peralatan berbahaya, atau juga tidak membawa beban berat. Mereka tidak terpapar dalam bentuk apapun dari kekerasan dan tidak ditemukannya bukti bahwa pekerja diperdagangkan, terikat atau terpaksa.Anak-anak yang membantu orang tua di kebun setelah jam sekolah tidak dianggap sebagai pekerja anak. Anak-anak di bawah 15 tahun tidak dipekerjakan, baik sebagai pekerja tetap, tidak tetap maupun informal. (Ref. Konvensi ILO 138 tentang Usia Minimum). Pada kebun keluarga, anak-anak dapat ikut bekerja dengan kondisi- dengan syarat hanya untuk pekerjaan ringan dengan jumlah jam kerja max. 14 jam per minggu) dan pekerjaan tersebut tidak membahayakan keadaan fisik dan mental mereka serta mengganggu pendidikan mereka. Mereka tidak melakukan pekerjaan berbahaya dan selalu didampingi oleh orang dewasa.
Kepres No. 83 tahun 1998; Ratifikasi Konvensi ILO No.87 Tahun 1948 tentang KEbebasan berserikat dan PErlindungan hak untuk berorganisasi
UU No.18 tahun 1956; Ratifikasi Konvensi ILO No.98 Tahun 1949 tentang Penerapan Asas-Asas Hak untuk Berorganisasi dan Berunding Bersama.
UU No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 68-75
4.4.5
Diskriminasi
Tanggal lahir dan umur pekerja didokumentasikan. Bila ada indikasi eksploitasi/perdagangan anak (anak-anak bekerja di bawah ancaman, tidak bebas untuk meninggalkan kerja, dll), produsenmelaporkan kasus-kasus ini ke lembaga yang berwenang. Tindakan dan laporan didokumentasikan tidak dibenarkan diskriminasi dalam hal mempekerjakan pekerja berdasar jender, ras, suku, warna kulit, orientasi seksual, keanggotaan dalam serikat, status pernikahan, asal bangsa, keterbatasan, usia, agama atau opini politis. Semua pekerja wajib menerima upah yang sama untuk pekerjaan yang bernilai sama, akses yang sama pada pelatihan dan tunjangan dan kesempatan yang sama untuk promosi dan mengisi semua posisi yang terbuka.
1. 2.
3.
4.4.6
Upah dan kontrak
4.4.7
Jam kerja
4.4.8
Pekerja perempuan yang hamil
UU No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 5 dan 6 UU No. 80 Tahun 1957 RAtifikasi Konvensi ILO No.100 tahun 1951 tentang pengupahan yang sama bagi pekerja laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya. UU No. 21 Tahun 1999 RAtifikasi Konvensi ILO No. 111 tahun 1968 Diskriminasi Pekerjaan dan Jabatan
Pekerja (tetap dan tidak tetap) menerima upah bruto yang sesuai dengan legislasi nasional dan kesepakatan sektor. Pekerjaan yang sama dibayar dengan tingkat upah yang sama (untuk lakilaki dan perempuan). Jika pekerja menerima upah per unit/hasil (misalnya volume kakao yang dipanen atau dipangkas), jam kerja normal 8 jam harus memungkinkan pekerja memperoleh penghasilan sedikitnya sebesar upah minimum yang ditetapkan secara nasional atau sektor. Potongan gaji untuk tujuan disipliner tidak diberlakukan. Upah dan tunjangan dirinci dan diketahui pekerja dan pekerja menerima upah dengan cara yang paling baik menurut mereka. Upah yang dibayarkan dicatat oleh pemegang sertifikat. Memperhatikan Upah Minimum Regional (UMR) Produsen berinteraksi dengan petani penggarap menurut norma-norma setempat. Kontrak dibuat antara pemilik lahan yang diakui dan petani penggarap, yang menetapkan hak-hak dan kewajiban kedua pihak, termasuk frekuensi pembayaran. Kesepakatan kontraktual ini dapat tertulis atau lisan dengan saksi-saksi. Jam kerja normal mingguan tidak lebih dari 40 jam. 1. UU No.13 tahun 2003 tentang Jam lembur mingguan, misalnya pada periode panen puncak, tidak lebih dari 12 jam. Batasan ketenagakerjaan Pasal 77-85 ini boleh lebih rendah jika ditentukan oleh legislasi nasional atau lokal atau perjanjian kerja 2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. bersama. Pemegang sertifikat harus menyimpan data jam kerja setiap pekerja. (Konvensi ILO 1 102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Lembur Dan tentang Jam Kerja) Upah Kerja Lembur Kerja lembur setiap saat harus bersifat suka rela dan dibayar menurut standar resmi atau sektor. Jika kerja lembur diperlukan, pekerja diberitahukan tepat pada waktunya. Pekerja berhak atas sekurang-kurangnya satu hari libur setiap periode tujuh hari. Pekerja menerima semua hak dan perlindungan sesuai hukum dan praktik nasional yang UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menyangkut keadaan hamil. Pekerja yang mengambil cuti hamil berhak untuk kembali bekerja
dengan syarat dan ketentuan yang sama yang diterapkan padanya sebelum mengambil cuti dan dia tidak menjadi korban diskriminasi, kehilangan senioritas atau menerima potongan gaji apapun. total cuti hamil 3 bulan 5 5.1
SUMBER DAYA ALAM DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI Erosi tanah Produsen wajib mencegah erosi tanah di lahan dan sekitar lahan Dengan tanaman penaung, rorak, penanaman sejajar kontur, dsb
5.2
Pelestarian air
Produsen menggunakan dan memperluas vegetatif pada pinggir atau dasar saluran air untuk mengurangi erosi dan arus atau aliran agrokimia ke badan air. Tanaman yag sesuai: tanaman keras sesuai kondisi setempat
5.3
Pelestarian hutan
Produsen memiliki program konservasi air. Perlu ada pencegahan kontaminasi dengan desain septic tank dan kewajiban monitoring dan analisis air permukaan. Apabila kayu digunakan untuk mengeringkan kakao, kayu tersebut tidak diperoleh dari menebang pohon yang terdapat di hutan asli, hutan masyarakat yang tidak dikelola, perbatasan sumber air atau area yang dilindungi. Kayu yang digunakan untuk infrastruktur harus dari sumber yang lestari dan sah.
Pasal 76
1. SK tentang Kemiringan Tanah, Dalamnya Gambut, PP Dirjen Perkebunan, UU RI No. 41 tentang Kehutanan 2. Kepres 32, 1990 tentang Penetapan Kawasan Lindung 1. UU 12, 92 2. UU 18, 2004 3. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengolahan Sumber Daya Air dan Pengendalian Pencemaran Air 4. PP 7/73, PP 6/95 5. Kepmen 28&29 Tahun 2003 Tentang Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah 6. Kepmen No. 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair
1. 2. 3. 4.
5. 6. 5.4
Spesies yang dilindungi
Produsen mengetahui dan mengkomunikasikan spesies yang (diketahui atau diperkirakan) terancam dan dalam bahaya yang terdapat pada area produksi. Produsen melindungi spesies-spesies tersebut dan habitatnya dan melarang berburu atau perdagangan flora dan fauna yang ada di lahan.
UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya PP No. 7 tahun 1999, Daftar Tanaman dan Hewan yang Dilindungi Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung Kep Menhutbun No. 104/Kpts-II/2000 tentang tata cara pengambilan tumbuhan liar dan satwa liar UU perkebunan No. 18 tahun 2004 UU.no 41. Tahun 199 tentang kehutanan
5.5
Keanekaragaman hayati
6 6.1
PENGELOLAAN KELOMPOK PRODUSEN Organisasi Produsen Produsen yang mengikuti program sertifikasi bergabung dalam wadah organsiasi produsen.
6.2
Sistem kendali Internal (ICS)
6.3
Pelatihan pengurus
6.4
Pelatihan teknis Produsen /anggota
6.5
Transparansi
Produsen memiliki rencana konservasi yang mengacu pada sebuah penilaian dasar tentang keanekaragaman hewan dan tumbuhan serta populasinya di area produksi. rencana konservasi harus mencakup pemulihan kembali ekosistem alam atau area penghutanan kembali di dalam lahan yang tidak cocok untuk lahan pertanian Keanekaragaman hewan dan tumbuhan serta populasinya pada area produksi diawasi. Untuk Penangkaran dan pelepasan ke alam liar harus sesuai aturan
Pembentukan organisasi dapat didasarkan pada kelompok tani atau gabungan kelompok tani, atau wadah formal yang sudah ada seperti koperasi Kelompok memiliki Sistem Kendali Internal (ICS). Struktur organisasi kelompok sekurang-kurangnya terdiri dari: - Kepala unit/ICS - Unit Pemeriksa (auditor) internal - Unit staf penyuluh - Unit persetujuan/sanksi - Unit pembelian/penjualan - Unit penelusuran produk - Unit Kondisi Kerja Seluruh staf ICS/pengurus inti menerima pelatihan dua kali dalam setahun untuk tahun pertama, dan satu pelatihan per tahun pada tahun berikutnya. Pelatihan tersebut didokumentasi. Pemeriksa internal menerima pelatihan dua kali dalam setahun untuk tahun pertama, dan satu pelatihan per tahun pada tahun berikutnya. Pelatihan tersebut didokumentasikan. Anggota mendapat pelatihan teknis tentang standar sertifikasi dan cara-cara memenuhi standar sertifikasi tersebut, antara lain tentang - Praktik Pertanian yang Baik (GAP) dan praktik pengolahan yang baik (GMP) - Praktik panen, pasca panen - Mutu produk dan keamanan pangan - Praktik pertanian yang memperhatikan kesehatan dan keselamatan - Hak-hak pekerja - Pengelolaan limbah dan lingkungan Setiap pelatihan didokumentasikan Keanggotaan tidak dibatasi oleh jender, ras, suku, warna kulit, pendidikan, orientasi seksual, keanggotaan dalam serikat pekerja, status pernikahan, asal bangsa, cacat fisik, agama, atau opini politik produsen.
6.6
Prosedur Keluhan
6.7
Standard Internal
6.8
Kontrak Internal
6.9
Registrasi Anggota
Staf pengurus/ICS tidak mempunyai konflik kepentingan dengan produsen yang mereka periksa atau setujui. Setiap pemeriksa internal dan staf ICS lainnya telah menandatangani pernyataan bebas dari konflik kepentingan. Semua catatan dan dokumen yang dipersyaratkan harus selalu diperbaharui dan mudah diakses oleh pemeriksa eksternal pada lokasi pokok. Terdapat peta (dapat berupa gambar) umum terbaru tentang kebun-kebun anggotanya. Peta ini harus meliputi lahan kakao dan pembibitan kakao, area lindung, sumber dan badan air, jalan-jalan utama dan pemukiman. Semua pendapatan kakao dan semua pembayaran kakao kepada produsen didokumentasikan dalam bahasa nasional. Pembayaran kepada produsen dilakukan dengan cara yang disepakati/nyaman bagi mereka (produsen). Harga dan premi dikomunikasikan dengan jelas dan transparan pada para produsen. Pemanfaatan premi dilaporkan kepada para produsen dalam cara yang transparan. Premi secara jelas memberi manfaat bagi semua produsen, dalam bentuk tunai dan/atau natura. Kelompok Produsen menunjuk seseorang yang dapat mencatat pertanyaan, ide-ide, dan keluhan produsen dan pekerja. Orang ini harus dikenal dan dapat dihubungi oleh produsen dan pekerja. kelompok produsen memiliki formulir keluhan yang dapat digunakan oleh semua orang yang ingin menyampaikan keluhan berkaitan dengan masalah pemenuhan standard sertifikasi oleh pemegang sertifikat dan produsen. kelompok secara memadai mendokumentasikan, mempelajari, dan menindaklanjuti keluhan dan memiliki data tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hal ini termasuk keluhan dari pemerintah bila terjadi (dugaan) pelanggaran hukum. Kelompok memiliki standar internal. Standar internal mengindikasikan titik kendali dalam standar sertifikasi yang berlaku untuk situasi spesifik dari kelompok. Standar internal ditulis dalam cara yang komprehensif dan dapat dimengerti oleh setiap petani. Terdapat kontrak atau perjanjian yang ditandatangani oleh pemegang sertifikat dan setiap produsen. Kontrak ini dapat dipahami oleh setiap petani dan menjelaskan hak dan kewajiban kedua belah pihak. Produsen memiliki hak untuk mengakhiri kontrak. Semua kontrak dengan produsen diarsipkan secara terpusat. Kontrak/perjanjian menyatakan dengan jelas bahwa produsen akan mematuhi standar internal dan menerima inspeksi dan sanksi internal (ICS) maupun eksternal (badan sertifikasi). Terdapat sebuah daftar terbaru tentang semua anggota produsen termasuk jenis kelamin, jumlah luas lahan yang ditanami Kakao dan status sertifikasi, dan menandainya dengan nama, nomor/ kode unik pada semua data yang relevan.
6.10
Audit Internal
6.11
Pencatatan
6.12
Penanganan Risiko
7 7.1
TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN Situasi Darurat Di setiap kelompok produsen ada sekurang-kurangnya satu orang terlatih melakukan pertolongan pertama, ia mudah dihubungi oleh produsen dan pekerja dan dapat memberikan pertolongan pertama dengan gratis. Setiap kelompok memiliki kotak P3K lengkap (dengan isi yang belum kedaluarsa). Rencana evakuasi Terdapat rencana evakuasi yang memungkinkan produsen, pekerja dan terutama juga orang lain dalam komunitas tersebut yang terluka serius atau sakit dapat menjangkau perawatan kesehatan darurat sesegera mungkin. Rencana evakuasi tersebut menggambarkan bagaimana bertindak dalam situasi ini dan siapa yang harus dihubungi dan bagaimana caranya.
7.2
Terdapat sebuah sistem audit internal. Setiap produsen yang terdaftar diperiksa sekurangkurangnya satu kali setahun mengenai persyaratan standard yang dapat diterapkan (applicable). Manajer atau Komite Persetujuan dan Sanksi menilai status sertifikat setiap produsen dan menetapkan sanksi sesuai dengan temuan pada inspeksi internal. Swa-Periksa dilakukan sekurang-kurang setahun sekali dan didokumentasikan Produsen memiliki hak untuk banding atas keputusan yang diambil oleh manajer atau komite persetujuan dan sanksi. Semua dokumen harus diarsipkan selama sekurang-kurangnya dua tahun sejak sejak tanggal pemeriksaan pertama. Anggota baru selalu diperiksa oleh ICS/SKI sebelum dapat dimasukkan dalam kelompok sertifikat. Temuan audit internal dan tindak lanjut berupa tindakan perbaikan diarsipkan dan tersedia untuk pemeriksa eksternal. Laporan pemeriksaan meliputi identifikasi produsen dan lokasi produksi, tanda tangan produsen yang terdaftar, tanggal pemeriksaan, nama pemeriksa, hasil evaluasi pada titik yang mudah diaplikasikan dari Aturan, hasil penilaian pemenuhan control point, rincian dari hal-hal yang tidak memenuhi standard, tindakan perbaikan dan status dari anggota. Pemeriksaan internal meliputi estimasi hasil lahan (yield) tiap petani. Estimasi hasil lahan per produsen digunakan untuk meperkirakan keseluruhan (tersertifikasi dan tidak tersertifikasi) hasil lahan dari kelompok. ICS mempunyai prosedur untuk melakukan tindak lanjut tentang bagaimana tindakan perbaikan yang diberlakukan oleh ICS telah dilaksanakan oleh produsen. Kelompok/ICS menilai dan membuat rencana pencegahan/penanggulangan - risiko lingkungan - risiko kesehatan dan keselamatan kerja - risiko keamanan pangan
7.3
Waktu masuk kembali
7.4
Pendidikan
Produsen, pekerja tetap dan pengawas pekerja musiman memahami rencana evakuasi tersebut. Rencana evakuasi tersebut menampilkan dengan jelas secara visual pada lokasilokasi penting, menggunakan bahasa pengantar sehari-hari pekerja dan/atau simbol-simbol. Perhatian diberikan pada pencegahan HIV/AIDS dalam prosedur kecelakaan dan keadaan darurat. Produsen harus membuat semua orang yang tinggal, bekerja dan berada di sekitar lahan pertanian mengerti tentang konsep waktu masuk kembali dan mengupayakan agar hal tersebut dipatuhi. Kelompok berupaya meningkatkan kesadaran produsen dan keluarga mereka dengan menginformasikan tentang: – bentuk-bentuk terburuk pekerja anak (termasuk pekerjaan yang berbahaya dan perdagangan anak); – pekerja anak dan pentingnya pendidikan; – HIV/AIDS, higienitas pribadi dan luka, gizi, pestisida dan masalah kesehatan lainnya; – Hak-hak pekerja; – Kesamaan hak bagi perempuan. Kelompok berupaya mendorong anak-anak yang tidak sekolah (bila ada) untuk meneruskan sekolah Ada penyediaan jaminan dan fasilitas pendidikan untuk anak usia sekolah (program pemerintah wajib belajar 9 tahun). - Pendidikan tentang lingkungan dan bahaya merokok
Kelompok Kerja (Pokja) National Reference Group on Cocoa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Dr. Ir. Zaenudin, SU Dr. Ir. Har Adi Basri, MSc. Dr. Soetanto Abdoellah Andjar Rochani D. Savio Wermasubun Peter Sprang Mohammad Hussin bin Purung