Akhmad Fitrohdin dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 42-51, September 2014
INDEKS ERITROSIT PADA ITIK BETINA TEGAL, MOJOSARI DAN MAGELANG YANG PAKANNYA DI SUPLEMENTASI PROBIOTIK DENGAN LEVEL YANG BERBEDA (ERYTHROCYTE INDEX OF FEMALES TEGAL DUCKS, MOJOSARI DUCKS AND MAGELANG DUCKS FED WITH PROBIOTIC SUPPLEMENTATION WITH DIFFERENT LEVEL) Akhmad Fitrohdin, Muhamad Samsi, dan Diana Indrasanti Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara level probiotik dan jenis itik terhadap MCV, MCH dan MCHC darah itik. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 10 Desember 2012 sampai 19 Januari 2013 di Desa Dukuhwaluh, Kec. Kembaran, Kab. Banyumas. Analisis kadar Mean Corpuscullar Volume (MCV), Mean Corpuscullar Hemoglobin (MCH) dan Mean Corpuscullar Hemoglobin Concentration (MCHC) darah itik dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Metode penelitian yang dilakukan adalah experimental. Analisis data menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 3x3. Materi penelitian menggunakan itik betina lokal (Tegal, Mojosari dan Magelang) umur 22 minggu (periode produksi) sebanyak 81 ekor itik betina. Peubah yang diamati adalah kadar MCV, MCH dan MCHC darah itik. Rataan hasil penelitian kadar MCV tertinggi pada perlakuan itik Mojosari dengan 3 gr probiotik/ kg pakan (142.040 µ3/ fL dan terendah pada itik Mojosari dengan 6 gr probiotik/ kg pakan (127.290 µ3/ fL). MCH tertinggi pada perlakuan itik Mojosari dengan 3 gr probiotik/ kg pakan (40.667 µµg/ pg) dan terendah itik Magelang dengan 0 gr probiotik/ kg pakan (25.773 µµg/ pg). MCHC tertinggi pada perlakuan itik Mojosari dengan 3 gr probiotik/ kg pakan (28.513 %) dan terendah itik Magelang dengan 0 gr probiotik/ kg pakan (20.067 %). Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa bangsa itik betina (Tegal, Mojosari dan Magelang) tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kadar MCV, MCH dan MCHC darah itik. Sedangkan pemberian level probiotik berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap MCH dan MCHC, namun tidak berpengaruh nyata pada MCV. Kata Kunci : Indeks Eritrosit, itik betina lokal, probiotik ABSTRACT The aim of this study was to determine the level of interaction effect between probiotics and ducks species on MCV, MCH and MCHC in duck blood. This study was conducted from December 10, 2012 to January 19, 2013 in Dukuhwaluh Village, Kembaran Regency, Banyumas District. Analysis of Mean Corpuscullar Volume (MCV), Mean Corpuscullar Hemoglobin (MCH) and Mean Corpuscullar Hemoglobin Concentration (MCHC) levels in duck blood performed at the Clinical Pathology Laboratory, Veterinary Faculty, Gadjah Mada University, Yogyakarta. The method of this research was experimental. The data ware analyzed using completely randomized design, 3x3 Factorial. The research materials were 81 local female ducks (Tegal, Mojosari and Magelang) at 22 weeksof age (production period). The variables measured were the levels of MCV, MCH and MCHC of duck blood. The highest mean of MCV levels was resulted from Mojosari ducks fed with 3 gr of probiotic/ kg of fed (142.040 µ3/ fL) and Mojosari ducks fed 6 gr of probiotic/ kg of fed was the lowest (127.290 µ3/ fL). The highest MCH was Mojosari ducks fed with 42
Akhmad Fitrohdin dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 42-51, September 2014
3 gr of probiotic/ kg of fed (40.667 µµg/ pg) and the lowest was Magelang ducks fed with 0 gr of probiotic/ kg of fed (25.773 µµg/ pg). The highest MCHC was Mojosari ducks fed with 3 gr of probiotic/ kg of fed (28.513 % ) and the lowest was Magelang ducks fed with 0 gr of probiotic/ kg of fed (20.067 % ). The Analysis of variance showed that the duck species not significantly (P> 0.05) affected the levels of MCV, MCH and MCHC of duck blood. While the level of probiotic addition significantly affected (P <0.05) the MCH and MCHC, but it had no significant effect on MCV. Keywords: erythrocytes index, local female ducks, probiotic PENDAHULUAN Itik lokal Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan ditingkatkan mutu genetiknya guna meningkatkan pendapatan peternak (Ismoyowati dkk., 2006). Itik lokal merupakan salah satu komoditas ternak unggas yang menghasilkan telur, daging dan bulu (Ismoyowati, 2008). Populasi itik pada tahun 2010 sebanyak 44.301.804 ekor, telah meningkat menjadi 49.391.628 ekor di tahun 2011, sedangkan untuk produksi telur itik tahun 2010 sebanyak 245.000 ton dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 265.800 ton yang telah menyumbang 17,93% produksi telur nasional (DITJENNAKKESWAN, 2011). Pemilihan bibit itik merupakan salah satu faktor terpenting dalam keberhasilan usaha peternakan itik. Seleksi itik yang sering dilakukan oleh peternak biasanya berdasarkan penampilan tubuh sedangkan hasilnya kurang memuaskan dikarenakan kurangnya pendekatan secara fisiologis (Ismoyowati dkk., 2006). Berdasarkan letak geografisnya, itik Tegal, Mojosari dan Magelang paling banyak jumlahnya dibanding jenis itik lokal yang lain di Indonesia. Itik lokal tersebut mempunyai kelebihan masing-masing, diantaranya itik Tegal mempunyai bobot (Day Old Duck) DOD 43,7 gr/ ekor, itik Magelang mempunyai pertumbuhan bobot badan yang cukup baik yaitu pada umur 8 minggu dapat mencapai 1.581,1 gr/ ekor dan itik Mojosari mempunyai produksi telur sebanyak 230-250 butir/ tahun. Jumlah produksi itik Mojosari lebih tinggi dari itik Tegal dan itik Magelang dengan jumlah produksi telur sebanyak 150-250 butir/ tahun (Haqiqi, 2008). Berdasarkan pernyataan diatas, pemilihan jenis itik perlu memperhatikan fungsi dari masing-masing kenggulan tiap jenis itik tersebut. Oleh karena itu diperlukan seleksi melalui pendekatan fisiologi yaitu berdasarkan pada status hematologis atau profil darah itik. Darah memiliki peranan yang sangat kompleks untuk terjadinya proses fisiologis yang baik sehingga produktivitas ternak dapat optimal (Ismoyowati dkk., 2006). Fungsi darah antara lain a) penyerapan dan transportasi nutrien dari saluran pencernaan ke jaringan, b) transportasi oksigen ke dan dari jaringan, c) mengangkut sisa metabolisme, d) transportasi hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin dan 5) pengaturan kandungan air pada jaringan tubuh. Selain itu darah juga berperan penting dalam menjaga temperatur tubuh (Sturkie, 1976). Darah merupakan cairan yang didalamnya mengandung sel darah merah atau eritrosit. Sel darah merah atau eritrosit merupakan jenis sel darah paling umum dengan diameter rata-rata 7,5 µm, pada unggas berbentuk oval, berinti, dan berukuran lebih besar daripada darah mamalia (Smith et al., 2000). Sel darah di antara tiga tipe darah (sel darah merah, sel darah putih, trombosit), sel darah merah atau eritrositlah yang paling banyak jumlahnya (Hartadi dkk., 2004). 43
Akhmad Fitrohdin dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 42-51, September 2014
Penghitungan indeks/ nilai rata-rata eritrosit dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesehatan hewan salah satunya untuk mengetahui terjadinya penyakit anemia yang nantinya dapat dihubungkan dengan penyebab anemia tersebut (Gandasoebrata, 2007). Kondisi anemia ditandai dengan hematokrit yang rendah dengan jumlah eritrosit dan hemoglobin yang rendah. Sedangkan hematokrit yang tinggi dengan jumlah eritrosit dan hemoglobin yang rendah, menunjukkan anemia disertai ukuran atau volume eritrosit yang membesar dan konsentrasi hemoglobin yang rendah (Guyton dan Hall, 2010). Hal ini bisa dilihat dengan mengukur Mean Corpuscular Volume (MCV) dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) (Jain, 1993). Oleh karena itu penelitian ini penting dilaksanakan karena dengan kondisi kesehatan ternak itik yang baik akan berpengaruh terhadap produksi yang lebih baik. Keadaan fisiologi yang baik dan sehat akan menghasilkan produksi yang baik pula. Salah satu faktor yang mempengaruhi fisiologi adalah pakan. Itik mempunyai kelebihan yaitu mampu memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah, hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan probiotik (Ismoyowati dkk., 2006). Probiotik merupakan pakan imbuhan yang bersifat menguntungkan serta dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Probiotik menyeimbangkan populasi mikrobia pada saluran pencernaan, mengendalikan mikroorganisme patogen pada tubuh inang dan lingkungan, menstimulasi imunitas inang dan memiliki kemampuan mereduksi polutan (Fuller, 1992). Sehingga penelitian ini bermaksud mengkaji pengaruh pemberian probiotik starbio dengan level yang berbeda terhadap indeks eritrosit yaitu Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) dan Mean Corpuscular Hemoglobin Consentration (MCHC) pada itik lokal betina Tegal, Magelang dan Mojosari). METODE Materi dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik Mojosari betina 27 ekor, itik Magelang betina 27 ekor dan itik Tegal betina 27 ekor umur 22 minggu sehingga jumlah materi penelitian seluruhnya adalah 81 ekor. Pakan yang diberikan pada umur 22 minggu terdiri atas campuran jagung kuning giling 40%, dedak padi 40% dan konsentrat itik 20% dengan probiotik starbio. Pemeliharaan dilakukan selama 45 hari. Petak kandang dari bambu masing-masing sebanyak 27 unit. Peralatan kandang dan timbangan Ohaus. Peralatan laboratorium yaitu Pipet eritrosit, homositometer, mikroskop, mikrokapiler hematokrit, sentrifus hematokrit, mikrohematokrit, tabung sahli, Reagen Rees Ecker, tisu, anti koagulan EDTA. Metode penelitian adalah experimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan faktor A adalah jenis itik (a1 itik Magelang; a2 itik Mojosari; a3 itik Tegal) dan faktor B adalah level probiotik (b0 tanpa probiotik; b1 diberi probiotik 3g/kg pakan; b2 diberi probiotik 6g/kg pakan), sehingga ada 9 kombinasi perlakuan, yaitu : a1b0, a1b1,ai1b2, a2b0, a2b1, a2b2, a3b0, a3b1, a3b2. Peubah yang diukur adalah nilai MCV, MCH dan MCHC darah itik. setiap unit percobaan diulang 3 kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Variansi dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ).
44
Akhmad Fitrohdin dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 42-51, September 2014
HASIL DAN PEMBAHASAN Indeks eritrosit merupakan bagian dari pemeriksaan laboratorium hitung darah lengkap (complete blood count) yang memberikan keterangan mengenai ukuran rata-rata eritrosit dan mengenai banyaknya hemoglobin (Hb) per eritrosit. Nilai yang dipakai yaitu MCV, MCH dan MCHC (Gandasoebrata, 2007). Indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi klasifikasi anemia serta dugaan penyebabnya (Susilowati, 2009). Sel eritrosit mengandung hemoglobin, yang merupakan pigmen eritrosit yaitu bagian eritrosit yang bertugas mengikat oksigen dalam bentuk protein kompleks yang terkonjugasi (Guyton, 1996). Umur eritrosit di dalam tubuh unggas sekitar 28 – 35 hari (Schalm, 2010). Rataan hasil penelitian indeks eritrosit (MCV, MCH dan MCHC) darah itik lokal betina Tegal, Mojosari dan Magelang yang pakannya di suplementasi probiotik dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Rataan MCV µ / fL MCH µµg/ pg MCHC (%) 20.067±1.674 a1 b0 128.393±4.282 25.773±2.513 25.843±5.603 a1 b1 135.130±8.906 35.147±9.118 24.770±1.858 a1 b2 137.227±9.585 34.073±4.648 23.373±2.025 a2 b0 135.507±5.924 31.747±4.017 28.513±2.821 a2 b1 142.040±9.042 40.667±6.416 24.623±4.101 a2 b2 127.290±10.747 31.050±2.485 26.417±2.890 a3 b0 135.053±4.263 35.597±2.775 27.653±2.003 a3 b1 135.150±13.532 37.537±6.327 23.007±1.103 a3 b2 129.910±12.397 29.970±4.210 Keterangan: a1 = itik Magelang, a2 = itik Mojosari, a3 = itik Tegal, b0 = probiotik level 0 gr/ kg pakan (Kontrol), b1 = probiotik level 3 gr/ kg pakan, b2 = probiotik level 6 gr/ kg pakan. Perlakuan
3
Hasil rataan indeks eritrosit pada (Tabel 1) didapatkan dari hasil perhitungan jumlah eritrosit, hemoglobin, hematokrit. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa rataan kadar MCV tertinggi diperoleh pada perlakuan a2 b1 (itik Mojosari dengan 3 gr probiotik/ kg pakan) dengan nilai 142.040±9.042 µ3/ fL dan yang terendah pada perlakuan a2 b2 (itik Mojosari dengan 6 gr probiotik/ kg pakan) dengan nilai 127.290±10.747 µ3/ fL. Rataan kadar MCH tertinggi diperoleh pada perlakuan a2 b1 (itik Mojosari dengan 3 gr probiotik/ kg pakan) dengan nilai 40.667±6.416 µµg/ pg dan yang terendah pada perlakuan a1 b0 (itik Magelang dengan 0 gr probiotik/ kg pakan) yaitu 25.773±2.513 µµg/ pg. Rataan kadar MCHC tertinggi diperoleh pada perlakuan a2 b1 (itik Mojosari dengan 3 gr probiotik/ kg pakan) yaitu 28.513±2.821 % dan terendah pada perlakuan a1 b0 (itik Magelang dengan 0 gr probiotik/ kg pakan) yaitu 20.067±1.674 %. Hasil penelitian indeks eritrosit (Tabel 1) menunjukkan bahwa rataan nilai MCV, MCH dan MCHC darah itik lokal betina yang diberi probiotik starbio dengan level yang berbeda menunjukkan kadar MCV berkisar 127.290±10.747 - 142.040±9.042 µ3/ fL, MCH berkisar 25.773±2.513 - 40.667±6.416 µµg/ pg dan MCHC berkisar 20.067±1.674 - 28.513±2.821 %.
45
Akhmad Fitrohdin dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 42-51, September 2014
Tabel 2. Rataan Status Hematologis Itik Betina Lokal (Itik Tegal) Produksi Tinggi Profil Darah Nilai Rataan 3 Jumlah Eritrosit (Juta/ mm ) 2,300±0,271 Hemoglobin (%) 12,171±1,160 Hematokrit (g %) 36,857±3,761 MCV (fL) 160,24 MCH (pg) 52,917 MCHC (%) 33,022 Sumber : Ismoyowati dkk., 2006 Hasil penelitian ini lebih rendah dibanding hasil penelitian Ismoyowati dkk. (2006) (Tabel 2), yang melaporkan nilai rataan indeks eritrosit itik betina lokal (Itik Tegal) produksi tinggi dengan MCV berkisar 160,24 µ3/ fL, MCH berkisar 52,917 µµg/ pg dan MCHC berkisar 33,022 %, Sturkie (1976) (Tabel 6), menyatakan bahwa nilai normal indeks eritrosit itik pada MCV berkisar 221 µ3/ fL, MCH berkisar 63,5 µµg/ pg, MCHC berkisar 28,73 %. Tabel 3. Nilai Hematologis Normal Itik Profil Darah Jumlah Eritrosit (Juta/ mm3) Hemoglobin (%) Hematokrit (g %) MCV (fL) MCH (pg) MCHC (%) Sumber : Sturkie, 1976
Nilai Rataan 2,00 12,70 44,2 221 63,5 28,73
Jika MCH dan MCHC rendah maka dapat di simpulkan bahwa hewan tersebut memiliki nilai Hb yang rendah (Guyton, 1996). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai hemoglobin lebih rendah dari hasil penelitian Ismoyowati (2006) (Tabel 2) dan jumlah standar hemoglobin menurut Sturkie (1976) (Tabel 3). Hasil penelitian tersebut kemungkinan disebabkan karena faktor konsumsi pakan, yaitu pakan yang dikonsumsi tidak maksimal bahkan tidak stabil karena konsumsi pakan normal itik 150 gr/ ekor/ hari sedangkan rataan pakan yang dikonsumsi hanya 141 gr/ ekor/ hari sehingga akan mempengaruhi kinerja probiotik starbio dalam pakan, karena probiotik starbio yang dicampur dalam pakan sangat bergantung pada tingkat konsumsi pakan. Konsumsi pakan yang tidak maksimal menyebabkan kinerja probiotik starbio tidak maksimal. Faktor lain juga mempengaruhi yaitu perbedaan umur produksi, karena dalam penelitian Ismoyowati (2006) menggunakan itik periode produksi awal pada umur 20 minggu, sedangkan pada penelitian ini pengambilan darah dilakukan pada itik periode produksi tinggi ketika berumur 28 minggu. Itik betina pada periode produksi mengalami penurunan hemoglobin, karena hemoglobin induk digunakan untuk membantu perkembangan telur. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Junaesih (2009) yang menyatakan bahwa betina yang sedang masa puncak produksi mengalami penurunan hemoglobin. Hal ini disebabkan karena hemoglobin induk digunakan untuk membantu perkembangan telur. 46
Akhmad Fitrohdin dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 42-51, September 2014
Nilai MCV, MCH, dan MCHC dapat digunakan untuk mendiagnosa anemia. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal (Masrizal, 2007). Kondisi anemia ditandai dengan hematokrit yang rendah dengan jumlah eritrosit dan hemoglobin yang rendah. Hematokrit yang tinggi dengan jumlah eritrosit dan hemoglobin yang rendah, menunjukkan anemia disertai volume eritrosit yang membesar dan konsentrasi hemoglobin yang rendah (Guyton dan Hall, 2010). Berdasarkan hasil penelitian, itik yang digunakan pada penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam jenis anemia mikrositik hipokrom. Menurut Gandasoebrata (2007), anemia didefinisikan berdasarkan ukuran sel (MCV) dan jumlah Hb per eritrosit (MCH). Nilai MCV digunakan untuk mengetahui jenis anemia makrositik (diatas batas normal), normositik (dalam batas normal) atau mikrositik (dibawah batas normal). Nilai MCH digunakan untuk menetapkan jenis anemia yaitu anemia hiperkrom (diatas batas normal), anemia normokrom (dalam batas normal) atau anemia hipokrom (dibawah batas normal). Tujuan dari penetapan nilai-nilai ini digunakan untuk mendiagnosis penyebab anemia. Berikut jenis anemia dan kemungkinan penyebabnya: a) normositik normokrom, anemia disebabkan oleh berkurangnya darah secara tiba tiba, katup jantung buatan, sepsis, tumor, penyakit jangka panjang atau anemia aplastik; b) Mikrositik hipokrom, anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi, keracunan timbal, atau talasemia; c) Mikrositik normokrom, anemia disebabkan oleh kekurangan hormon eritropoietin dari gagal ginjal; d) makrositik normokrom, anemia disebabkan oleh kemoterapi, kekurangan folat, atau vitamin B-12 defisiensi. MCV (Mean Corpuscullar Volume) Kadar MCV dipengaruhi oleh jumlah eritrosit dan hematokrit dimana hematokrit dibagi angka eritrosit (Waterbury, 1998). Hasil jumlah eritrosit dan hematokrit (Tabel 1), didapatkan hasil rataan MCV pada b0 (0 gr probiotik/ kg pakan) = 132.98 µ3/ fL, b1 (3 gr probiotik/ kg pakan) = 137.44 µ3/ fL dan b2 (6 gr probiotik/ kg pakan) = 131.47 µ3/ fL. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa nilai MCV pada itik lokal betina Magelang, Mojosari dan Tegal tidak berbeda nyata (P>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa keragaman nilai MCV pada ketiga jenis itik relatif kecil. Hasil analisis variansi juga menunjukkan level pemberian probiotik tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap nilai MCV. Hal tersebut menunjukkan bahwa keragaman nilai MCV pada perbedaan level pemberian probiotik starbio relatif kecil. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Sukarmiati (2007), yang menyatakan bahwa penggunaan probiotik berpengaruh terhadap kadar indeks eritrosit ayam niaga petelur. Hasil penelitian yang berbeda kemungkinan disebabkan perbedaan bangsa dan kondisi lingkungan yang menggunakan kandang petak sehingga memaksa itik kurang leluasa dalam bergerak dan berbeda dengan kondisi alami itik yang lebih suka dengan alam yang bebas dan penuh dengan air, karena dalam penelitian kami pemberian air dibatasi hanya diperuntukkan sekedar untuk minum, oleh karena itu mempengaruhi tingkat stres itik sehingga level pemberian probiotik starbio tidak terlalu mempengaruhi kadar MCV. Hal ini sesuai dengan pendapat Sturkie (1976), yang menyatakan profil darah itik dipengaruhi oleh kegiatan fisik. Hal tersebut juga dapat disebabkan pemeliharaan di lokasi yang sama dalam penelitian, sesuai dengan pendapat Aengwanich (2007) yang menyatakan nilai MCV unggas dipengaruhi oleh cekaman panas lokasi pemeliharaan. 47
Akhmad Fitrohdin dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 42-51, September 2014
Menurut Swenson (1970) yang disitasi oleh (Muflikhun, 2011) menyatakan bahwa spesies, nutrisi, kesehatan ternak, aktivitas, dan iklim mempengaruhi kadar hematokrit, karena MCV dipengaruhi oleh eritrosit dan hematokrit. Nilai MCV yang rendah disebabkan oleh rataan jumlah eritrosit yang lebih tinggi dibanding rataan jumlah hematokrit. Sumbangan eritrosit terhadap tinggi dan rendahnya jumlah hematokrit sebesar 33% sedangkan sisanya 67% dipengaruhi oleh faktor lain seperti hormon dan proses metabolisme tubuh. Semakin tinggi hematokrit menunjukkan besarnya volume sel-sel eritrosit dalam 100 mm3 darah yang dinyatakan dalam persen (Muflikhun, 2011). MCH (Mean Corpusullar Hemoglobin) Mean Corpuscullar Hemoglobin (MCH) adalah hemoglobin rata-rata dalam satu eritrosit, yang dapat dihitung dengan membagi hemoglobin dengan angka eritrosit (Waterbury, 1998). Rataan MCH darah itik yang mendapatkan penambahan probiotik pada penelitian antara 31.697 µµg/ pg - 37.783 µµg/ pg. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa nilai MCH pada itik lokal betina (Magelang, Mojosari, Tegal) tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa keragaman nilai MCH pada ketiga jenis itik relatif kecil. Sedangkan analisis variansi menunjukkan bahwa level pemberian probiotik starbio (3 dan 6 gr/ kg pakan) berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kadar MCH. Hasil Uji BNJ (Beda Nyata Jujur) menunjukkan pemberian probiotik berbeda nyata (P<0.05) terhadap kadar MCH. Hal ini menunjukkan pemberian probiotik starbio dalam pakan itik meningkatkan kadar MCH darah itik. Hal ini disebabkan karena probiotik starbio mengandung bakteri proteolitik (Mesrawati, 2001) yang dimana bakteri proteolitik adalah bakteri yang memproduksi enzim protease, yaitu enzim pemecah protein yang diproduksi di dalam sel kemudian dilepaskan keluar dari sel ekstraseluler, sedangkan protein merupakan unsur utama dalam pembentukan eritrosit darah. Hal ini sesuai dengan pendapat Swenson (1970), yang disitasi oleh Muflikhun (2011), yang menyatakan bahwa pakan akan mempengaruhi jumlah eritrosit. Sedangkan eritrosit mempengaruhi nilai MCH. Pakan yang diberikan dengan volume yang sama tetapi dengan level probiotik yang berbeda. Kadar MCH dipengaruhi oleh hemoglobin dan eritrosit dimana hemoglobin dibagi angka eritrosit (Waterbury, 1998). Sehingga kadar MCH yang rendah dipengaruhi oleh angka hemoglobin yang rendah yang dibagi jumlah eritrosit yang tinggi. Hemoglobin yang rendah dikarenakan pada penelitian ini menggunakan itik periode puncak produksi umur 28 minggu dimana itik betina pada periode produksi mengalami penurunan hemoglobin karena hemoglobin induk digunakan untuk membantu perkembangan telur, hal ini sesuai dengan penelitian Junaesih (2009) yang menyatakan bahwa betina pada masa puncak produksi mengalami penurunan hemoglobin. Jumlah eritrosit yang tinggi disebabkan oleh pemberian probiotik starbio, semakin tinggi peberian probiotik starbio maka akan menaikkan jumlah eritrosit. Semakin tinggi jumlah eritrosit maka nilai MCH semakin menurun, sehingga penambahan level probiotik starbio akan menurunkan nilai MCH. Hasil rataan MCH dari b0 (0 gr probiotik/ kg pakan) = 31.039 µµg/ pg, b1 (3 gr probiotik/ kg pakan) = 37.783 µµg/ pg dan b2 (6 gr probiotik/ kg pakan) = 31.697 µµg/ pg. Hal ini menunjukkan 48
Akhmad Fitrohdin dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 42-51, September 2014
bahwa kadar MCH tertinggi diperoleh ketika pemberian probiotik pada level b1 (3gr probiotik/ kg pakan). Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian probiotik b1 (3gr probiotik/ kg pakan) secara keseluruhan menghasilkan nilai MCH paling tinggi sehingga diduga paling optimal untuk level pemberian probiotik starbio, karena paling mendekati nilai MCH pada itik produksi tinggi berdasarkan pernyataan Ismoyowati dkk. (2006) (Tabel 2) dengan nilai MCH 52,917 µµg/ pg, dan berdasarkan Sturkie (1976) yang menyatakan nilai MCH normal pada itik 63,5 µµg/ pg (Tabel 3). Sedangkan dari hasil diatas pada pemberian probiotik b2 (6 gr probiotik/ kg pakan) tidak berpengaruh pada kenaikan kadar MCH bahkan cenderung menurun. MCHC (Mean Corpuscullar Hemoglobin Concentration) Mean Corpuscullar Hemoglobin Concentration (MCHC) adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata, yang dapat dihitung dengan cara membagi hemoglobin dengan hematokrit (Susilowati, 2009). Berdasarkan hasil analisis variansi menunjukkan bahwa nilai MCHC pada itik lokal betina (Magelang, Mojosari dan Tegal) tidak berbeda nyata (P>0.05). Hal ini menunjukan bahwa keragaman nilai MCHC pada ketiga jenis itik relatif kecil. Hasil analisis variansi juga menunjukan bahwa level pemberian probiotik starbio berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kadar MCHC. Hasil Uji BNJ (Beda Nyata Jujur) menunjukkan pemberian probiotik berbeda nyata (P<0.05) terhadap kadar MCHC. Hal ini menunjukan pemberian probiotik dalam pakan itik meningkatkan kadar MCHC darah itik. Hal ini disebabkan karena probiotik starbio mengandung bakteri proteolitik (Mesrawati, 2001) dimana bakteri proteolitik merupakan bakteri yang memproduksi enzim protease, yaitu enzim pemecah protein yang diproduksi di dalam sel kemudian dilepaskan keluar dari sel ekstraseluler, sedangkan protein merupakan unsur utama dalam pembentukan eritrosit darah. Jumlah eritrosit sebanding dengan jumlah hematokrit. Semakin tinggi jumlah eritrosit maka akan semakin tinggi jumlah hematokrit. Nilai MCHC dipengaruhi oleh hemoglobin dan hematokrit dimana jumlah hemoglobin dibagi jumlah hematokrit, sehingga semakin tinggi jumlah hematokrit akan menurunkan nilai MCHC, oleh karena itu penambahan level probiotik starbio akan menurunkan nilai MCHC, hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian pada Tabel 1, sehingga pakan yang disuplementasi probiotik starbio akan mempengaruhi kadar MCHC. Menurut Frandson (1986) tingginya nilai hematokrit disebabkan karena adanya dehidrasi. Rataan MCHC darah itik yang mendapatkan penambahan probiotik pada penelitian antara 23.007 % – 28.513 %. Hasil rataan MCHC dari pemberian level probiotik b0 (0 gr probiotik/ kg pakan) = 23.285%, b1 (3 gr probiotik/ kg pakan) = 27.336% dan b2 (6 gr probiotik/ kg pakan) = 24.133%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar MCHC tertinggi diperoleh ketika pemberian probiotik pada level b1 (3 gr probiotik/ kg pakan) sehingga diduga paling optimal untuk level pemberian probiotik starbio, karena paling mendekati nilai MCHC pada itik produksi tinggi berdasarkan pernyataan Ismoyowati dkk. (2006) (Tabel 2) dengan nilai MCHC 33,022 %, dan berdasarkan Sturkie (1976) (Tabel 3) yang menyatakan nilai MCHC normal pada itik 28,73 %. sedangkan dari hasil diatas pada pemberian probiotik b2 (6 gr probiotik/ kg pakan) tidak berpengaruh pada kenaikan kadar MCHC, bahkan cenderung menurunkan kadar MCHC. 49
Akhmad Fitrohdin dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 42-51, September 2014
Hasil analisis variansi MCV, MCH dan MCHC terhadap jenis itik tidak berpengaruh nyata (P>0.05). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti jenis itik yang masih termasuk dalam satu spesies yaitu Anas domesticus (Srigandono, 1997). Selain itu faktor jenis kelamin, bobot badan, ransum, umur, dan lingkungan yang sama dan setiap genetik dari itik mempunyai kondisi fisioligis yang hampir sama serta kemampuan yang relatif sama dalam mengabsorbsi protein pakan. SIMPULAN 1. Pemberian Probiotik sebesar 3 dan 6 gr/ kg pakan) berpengaruh terhadap nilai MCH dan MCHC, sedangkan pada nilai MCV tidak berpengaruh. 2. Pemberian probiotik sebesar 3 gr/ kg dapat dicampurkan pada itik sebagai campuran dalam pakan 3. Jenis itik tidak berpengaruh terhadap kadar MCV, MCH dan MCHC darah.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Peternakan Unsoed, Ketua LPPM UNSOED atas dana Hibah Kompetensi Dikti dan rekan-rekan satu tim penelitian. DAFTAR PUSTAKA Aengwanich, W. 2007. Effect of Hight Environmental Temperature on Blood Indices of ThaiIndigenous Chickens, Thai Indigenous Chicken Crossbred and Broilers. International Journal of Poultry Science. 6 (6): 427- 430. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Statistik Peternakan Produksi Nasional. Kementerian Pertanian RI. Jakarta. Frandson, R.D. 1986. Anatomy and Physiology of Farm Animal. Diterjemahkan oleh Srigandono dan Koen Praseno. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal 395-398. Fuller, R. 1992. History and Development of Probiotic. In: Fuller, R. Probiotic The Science Basic. Chapman and hall. London. Gandasoebrata R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta. Guyton, A. C. 1996. Text Book of Medical Phisiology. Terjemahan: R. M., Moedtjo., B., Rahardjo dan M., Nawi. 1997. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Guyton, A. C and J. E. Hall. 2010. Text Book of Medical Physiology. 12th Ed. W. B.Saunders Company, Philadelphia. Haqiqi, S. H. 2008. Mengenal Beberapa Jenis Itik Petelur Lokal. Essay. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. Hartadi D., Sumardi, dan Rizal, I. 2004. Simulasi Penghitungan Sel Darah Merah. Transmisi. 8 (2): 16. 50
Akhmad Fitrohdin dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 42-51, September 2014
Ismoyowati. 2008. Kajian Deteksi Produksi Telur Itik Tegal melalui Polimorfisme Protein Darah. Animal Production. 10 (2): 122-128. Ismoyowati, Tri Yuwanta, Jafendi H.P. Sidadolog, dan Soenarjo Keman. 2006. Performans Reproduksi Itik Tegal Berdasarkan Status Hematologis. Animal Production. 8 (2): 88-93. Jain, N.C. 1993. Essential of Avian Nutrition. CAB International, USA. Junaesih, Titin. 2009. Gambaran Darah Kadal Kebun (Eutropis multifasciata) yang Ditangkap di Alam Bebas. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Masrizal, 2007. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat. II (1): 140-145. Mesrawati, Lucy. 2001. Studi Tentang Penambahan Probiotik Terhadap Penampilan Ayam Kedu yang Mendapat Ransum Berbeda Level Protein dan Serat Kasar. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang. Muflikhun, Arif. 2011. Profil Darah Itik yang Dipelihara Secara Gembala dan Terkurung di Kabupaten Purbalingga. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Schalm. 2010. Veterinary Hematology. Sixth Edition. Blackwell Pblishing. USA. Smith FM, West NH, and Jones DR. 2000. The Cardiovascular System. In: Whittow GC, editor. Sturkie’s Avian Phisiology. Fifth edition. USA: Academic Press. Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sturkie P.D. 1976. Blood Physical Characteristic, Formed, Elemant, Hemoglobin and Coagulation. In: Avian Physiology. 3th Ed.Springerverlag. New York. Sukarmiati. 2007. Kajian Penggunaan Berbagai Jenis Probiotik Terhadap Darah, Titer ND dan Kandungan Amonia Feses Ayam Petelur. Tesis. Program Pasca Sarjana. Unsoed Purwokerto. Susilowati. 2009. Pengaruh Waktu Pengikatan Tali Pusat terhadap Indeks Eritrosit Bayi Baru Lahir. Tesis. Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatra Utara. Sumatra Utara. Swenson. M. J. 1970. Dukes Physiology of Domestic Animal. 9th Ed. Comstock Publishing Associatesa Division of Cornell University Press Ithaca and Londion. Waterbury, L. 1998. Handbook of Hematology. Diterjemahkan oleh Suhandi, S. 1995. Buku Saku Hematologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
51