IMPLEMENTASI PENYUSUNAN SILABUS DAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA SMA NEGERI DI KOTA SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh:
PURWANI WIDYANINGTYAS K 7402020
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i
IMPLEMENTASI PENYUSUNAN SILABUS DAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA SMA NEGERI DI KOTA SURAKARTA
Oleh:
PURWANI WIDYANINGTYAS K 7402020
SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Sukirman, MM NIP. 195006171982031001
Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd NIP. 196912292005012001
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: _________________
Tanggal
: _________________
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Wahyu Adi, M.Pd
_____________
Sekretaris
: Jaryanto, S.Pd, M.Si
_____________
Anggota I
: Drs. Sukirman, MM
_____________
Anggota II
: Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd
_____________
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,
Prof. Dr. H. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 196007271987021001 iv
HALAMAN REVISI
Skripsi ini telah direvisi sesuai dengan arahan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Wahyu Adi M.Pd
_____________
Sekretaris
: Jaryanto S.Pd, M.Si
_____________
Anggota I
: Drs. Sukirman, MM
_____________
Anggota II
: Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd
_____________
v
ABSTRAK
Purwani Widyaningtyas. IMPLEMENTASI PENYUSUNAN SILABUS DAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA SMA NEGERI DI KOTA SURAKARTA. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2010. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui proses penyusunan Silabus dan Bahan Ajar mata pelajaran Akuntansi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA Negeri Kota Surakarta, (2) Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam proses penyusunan dan pengembangan silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan oleh SMA Negeri di Kota Surakarta, (3) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang timbul dalam penyusunan dan pengembangan silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan oleh SMA Negeri di Kota Surakarta. Penelitian ini dilakukan di delapan SMA Negeri di Kota Surakarta dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah guru akuntansi, dan kepala sekolah, yang sebagian diwakili oleh wakil kepala sekolah. Untuk menjaga validitas data ditempuh dengan teknik triangulasi, meliputi triangulasi sumber dan metode. Analisis yang dilakukan dengan model analisa interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) a.) Dalam proses penyusunan dan pengembangan silabus, landasannya memuat enam komponen utama, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi standar, standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan standar penilaian. b.) Proses penyusunan bahan ajar dilakukan dengan langkah : Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar; dan identifikasi jenis-jenis materi atau bahan ajar. (2) a.) Kendala yang dihadapi dalam Penyusunan Silabus terkait dengan sarana kualitas Sumber Daya Manusia, disparitas kualitas input siswa dan sarana penunjang proses pembelajaran. b.) Kendala yang dihadapi dalam penyusunan bahan ajar berkaitan dengan : sarana, prasarana dan pendanaan serta sumber daya manusia dan beban pekerjaan guru. (3) a.) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala penyusunan silabus dilakukan dengan pengadaan sarana peningkatan kualitas SDM, optimalisasi sarana dan laboratorium. b.) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pengembangan bahan ajar dari pihak sekolah adalah dengan memberi dorongan kepada guru-guru untuk mengembangkan modul atau hand out dengan memberi fasilitas pendanaan. Disamping itu pihak sekolah juga aktif mengikutsertakan guru-guru pada kegiatan seminar, lokakarya, workshop dan sejenisnya berkenaan dengan peningkatan kemampuan pengembangan bahan ajar.
vi
ABSTRACT
Purwani Widyaningtyas. THE IMPLEMENTATION OF ACCOUNTING SUBJECT SYLLABUS AND LEARNING MATERIAL DEVELOPMENT USING EDUCATION UNIT LEVEL CURRICULUM IN PUBLIC SENIOR HIGH SCHOOLS IN SURAKARTA CITY. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta. 2010. The objectives of research are (1) to find out the process of developing Accounting Subject Syllabus and Learning Material using Education Unit Level Curriculum in Public Senior High Schools in Surakarta City, (2) to find out the obstacles encountered in the process of developing Accounting Subject Syllabus and Learning Material using Education Unit Level Curriculum in Public Senior High Schools in Surakarta City, and (3) to find out the measures taken in coping with the obstacles occurring in the process of developing Accounting Subject Syllabus and Learning Material using Education Unit Level Curriculum in Public Senior High Schools in Surakarta City. The research was taken place in eight Public Senior High Schools in Surakarta City using qualitative approach. The sampling technique used was the purposive sampling one. The informants of research were accounting teachers and the headmasters, most of which are represented by the vice headmaster. In order to keep the data validity, triangulation technique, including source and method triangulation, was used. The analysis was done using an interactive analysis model. The result of research shows that (1) a) in the process of making and developing syllabus, the foundation contains six main components: standard competency, basic competency, indicator, standard material, standard process (teaching-learning activity), and standard assessment. b) the process of developing learning material is done with the following steps: identifying the standard competency and basic competency; and identifying the material types. (2) a) the obstacles encountered in syllabus development concerns the infrastructure of human resource quality, disparity of students’ input quality and supporting infrastructure of learning process. b) the obstacles encountered in developing the learning material include: infrastructure and funding as well as human resource and teacher workload. (3) a) the measures taken to cope with the obstacles in syllabus development include providing the infrastructure to improve the quality of human resource, optimizing the facilities and laboratory, b) the measures taken to cope with the obstacle in developing learning material in the school party include by encouraging the teachers to develop module or hand out by giving funding facility. In addition, the school also involves actively the teachers in the seminar, workshop and similar activities relevant to the improvement of learning material capability improvement.
vii
MOTTO
~ Waktu tidak bisa diputar, untuk itu kita harus pandai mengisinya dengan cerdas ~ (Penulis)
~ Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari. ~ (Pkh. 2:11)
viii
9
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan Kepada : Ibu tersayang Keluarga terkasih Masa lalu yang telah terlewati Masa depan yang akan tertempuh Dan Almamater
9
10
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugrah-Nya saja skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian skripsi ini, namun atas bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk segala bantuan, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta, yang telah memberikan surat keputusan tentang ijin menyusun skripsi. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS Surakarta yang telah menyetujui permohonan atas penyusunan skripsi ini. 3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua Program Pendidikan Ekonomi dan Ketua Program BKK Pendidikan Akuntansi Jurusan P.IPS FKIP UNS Surakarta yang telah memberikan ijin, kesempatan, kepercayaan, dan dorongan untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 4. Drs. Sukirman, MM selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, masukan, dorongan, dan kesempatan dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. 5. Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan, dorongan, bimbingan, dan kesempatan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sampai pada akhirnya dengan baik. 6. Bapak Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi khususnya dan Bapak Ibu dosen FKIP UNS pada umumnya yang telah mendidik dan memberikan bimbingan selama penulis menuntut ilmu di FKIP UNS Surakarta. 7. Drs. HM. Thoyibun, SH, MM selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Surakarta, beserta staff yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian. 8. Drs. Sukardjo, MA selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Surakarta beserta staff yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian.
10
11
9. Drs. H. Ngadiyo, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Surakarta beserta staff yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian. 10. Drs. Edy Pudiyanto, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Surakarta, beserta staff yang telah penulis dalam mengadakan penelitian. 11. Drs. Unggul Sudarmo, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Surakarta, beserta staff yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian. 12. Drs. Makmur Sugeng, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Surakarta, beserta staff yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian. 13. Dra. Hj. Endang Sri Kusumaningsih, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Surakarta, beserta staff
yang telah
membantu penulis dalam
mengadakan penelitian. 14. Drs. H. Sudadi Mulyono, M.Si selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Surakarta, beserta staff yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian. 15. Teman-teman Program studi Pendidikan Ekonomi BKK Akuntansi, terima kasih untuk segala waktu dan kebersamaannya. 16. Keluarga dan orang-orang terkasih di sekeliling penulis, terima kasih untuk tidak pernah lelah dalam memberikan dukungan dan semangat, untuk semua cinta yang tak pernah habis. 17. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun diharapkan sudah memenuhi persyaratan yang wajib penulis penuhi. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan dalam dunia pendidikan pengembangan kurikulum pada khususnya. Surakarta, Januari 2010 Purwani Widyaningtyas K. 7402020
11
12
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………...
i
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………….....................
iv
HALAMAN REVISI......................................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK.................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO.....................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................
viii
KATA PENGANTAR.....................................................................................
ix
DAFTAR ISI……………………………………………………......………..
xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………......…..
xiii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..….
xiv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………………...
1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………
6
C. Pembatasan Masalah…………………………………………..
6
D. Perumusan Masalah……………………………………………
7
E. Tujuan Penelitian……………………………………………...
7
F. Manfaat Penelitian……………………………………………..
8
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka………...…………………………………….
9
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan...............................
9
a. Pengertian Kurikulum………………...……………….
9
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan………………..
17
c. Kategori Sekolah……………………………...............
20
d. Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.....
27
2. Silabus dan Bahan Ajar…………………………………...
29
a. Silabus…………………………………………………
29
b. Bahan Ajar…………………………………………….
35
12
13
3. Pengajaran Akuntansi di SMA…………………………….
40
B. Penelitian Yang Relevan ……..………………………………
42
C. Kerangka Berpikir…………..…………………………………
43
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………....
45
B. Jenis Penelitian………..……………………………………….
46
C. Sumber Data…………..……………………………………….
46
D. Teknik Sampling……...……………………………………….
47
E. Teknik Pengumpulan Data…………...………………………..
48
F. Instrumen Pengumpulan Data…………………...……….........
51
G. Teknik Analisa Data………………………………...…………
51
H. Validitas Data…………………………………...……….........
52
I. Prosedur Penelitian…………………………………………….
53
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………………
55
B. Deskripsi Hasil Penelitian ……………………………………
61
C. Temuan Hasil Penelitian ..........................................................
82
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan……………………………………………………
85
B. Implikasi....……………………………………………….....…
88
C. Saran............…………………..……………………………....
89
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………....
91
LAMPIRAN………………………………………………………………...
94
13
14
DAFTAR TABEL
Tabel. 1. Contoh Format Silabus Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS ....... 35 Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian……………………………………….. 45 Tabel 3. Nama Sekolah, Alamat dan Kepala Sekolah SMA Negeri di Kota Surakarta............................................................................................... 55
14
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan kesalingterkaitan antar komponen kurikulum..................
12
Gambar 2. Skema Hubungan Pemenuhan SKM / SSN ...........................
23
Gambar 3. Skema Mekanisme Pengembangan Silabus
..........................
34
Gambar 4. Alur Penyusunan Bahan Ajar ..................................................
39
Gambar 5 Skema Kerangka pemikiran Implementasi Penyusunan Silabus dan Bahan Ajar Mata Pelajaran Akuntansi Dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada SMA Negeri Di Kota Surakarta ...........................................
44
Gambar 6. Analisis Data Model Interaktif (H.B. Sutopo, 2006:120) ........
52
Gambar 7. Skema Prosedur Penelitian .....................................................
54
15
16
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Daftar Informan.....................................................................
95
Lampiran 2. Pedoman Penelitian ……………………………………….
96
Lampiran 3. Kisi kisi Materi Angket
…………………………………..
97
Lampiran 4. Angket Penelitian ……………………………………….…
99
Lampiran 5. Pedoman Wawancara .............………………………….…..
106
Lampiran 6. Field Note..............................................................................
109
Lampiran 7. Pedoman Observasi Mengajar Guru
……………………..
122
Lampiran 8. Pedoman Pengamatan ….....................................................
123
Lampiran 9. Contoh Program Tahunan .....................................................
124
Lampiran 10. Contoh Program Semester .....................................................
127
Lampiran 11. Contoh Silabus …………………………………………...…
131
Lampiran 12. Contoh RPP ………………………………………………...
136
Lampiran 13. Contoh Kriteria Ketuntasan Minimal ………………………
156
Lampiran 14. Contoh Modul / Bahan Ajar ………………………………..
160
Lampiran 15. Perijinan Penelitian ...............................................................
173
16
17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai negara sedang berpacu
dalam perubahan di segala bidang,
termasuk dalam bidang pendidikan. Apabila tidak ingin tertinggal, tentunya harus menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Seiring dengan tuntutan globalisasi, pemerintah Indonesia telah mempercepat pencanangan Millenium Development Goals (MDGs) yang semula dicanangkan tahun 2020 dipercepat menjadi tahun 2015. Millenium Development Goals adalah era pasar bebas yaitu era globalisasi, sebagai era persaingan mutu atau kualitas. Siapa yang berkualitas, dialah yang akan maju dan mampu mempertahankan eksistensinya. Untuk dapat mencapai hal tersebut, bangsa Indonesia membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi, yaitu manusia cerdas, sehat, jujur, beriman, berakhlak mulia, berkarakter, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Diharapkan dengan memiliki sumber daya manusia semacam ini, bangsa Indonesia mampu mengolah sumber daya alam (SDA) yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan bangsa sendiri dan tidak kalah bersaing dengan negara lain. Dengan kata lain, bangsa Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang mampu berpikir secara lokal, dan bertindak secara global. Salah satu jalan utama untuk dapat mewujudkan itu semua adalah melalui jalur pendidikan. Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa: ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Bangsa Indonesia masih memiliki masalah yang begitu berat dalam dunia pendidikan, yaitu rendahnya mutu pelaksanaan pendidikan terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di beberapa daerah. Oleh karena itu, sudah merupakan hal yang wajib apabila pemerintah terus melakukan berbagai upaya 1 17
18
dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah antara lain: pengembangan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pengajaran, penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, juga peningkatan kualitas manajemen sekolah. Salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, khususnya oleh guru dan kepala sekolah dalam penyelenggaraan proses pendidikan. Kurikulum terkini yang ditetapkan oleh pemerintah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Penetapan KTSP secara resmi dilakukan pada tanggal 26 Mei 2006 melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006. Mulyasa (2006:8) mengemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. Setiap satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menerapkan KTSP mulai tahun ajaran 2006/2007 dan paling lambat harus telah diterapkan pada tahun ajaran 2009/2010 sebagaimana tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 dan nomor 23 tahun 2006 yang tercantum pada pasal 2 ayat 1, 2, dan 3. Sampai saat ini yaitu tahun ajaran 2008/2009, pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terus menerus dilakukan untuk memenuhi standar pelaksanaan KTSP oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Maka, guru sebagai pemeran utama dalam pelaksanaan kurikulum diharapkan telah memiliki pengalaman dan ketrampilan dalam pengembangan kurikulum mata pelajaran yang diampunya. Penerapan KTSP di setiap tingkat sekolah, mulai dari SD, SMP, dan SMA pada dasarnya bertujuan untuk membuat guru semakin pintar dan kompeten karena dalam implementasi KTSP guru dituntut mampu merencanakan dan mengembangkan sendiri materi pelajaran, silabus, dan bahan ajar pelajaran yang diampunya untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. 18
19
Kurikulum yang selama ini dibuat dari pusat menyebabkan kreativitas guru kurang terpupuk, tetapi dengan KTSP, kreativitas guru bisa berkembang. Demikian pendapat dari pakar kurikulum, Karnadi dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Ansyar dari Universitas Negeri Padang (UNAND) sebagaimana dikutip dari http://www.erlangga.co.id/index.php. Implementasi KTSP di sekolah sebenarnya membutuhkan penciptaan iklim pendidikan yang memungkinkan tumbuhnya semangat intelektual dan ilmiah terutama bagi setiap pendidik, mulai dari rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Hal ini berkaitan dengan adanya pergeseran peran guru yang semula lebih banyak berperan sebagai instruktur namun kini menjadi fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai lembaga pendidikan yang bertugas mempersiapkan peserta didik ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga mengalami pembenahan penerapan KTSP. Mata pelajaran Akuntansi di tingkat pendidikan ini merupakan salah satu bahan kajian (sub mata pelajaran) dari mata pelajaran Ekonomi, sehingga kurikulum pelajaran Akuntansi untuk SMA juga perlu disesuaikan dengan KTSP yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Penyusunan KTSP selain mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) juga berpedoman pada panduan penyusunan KTSP yang diterbitkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Salah satu bagian penting yang perlu diperhatikan dalam implementasi KTSP adalah Silabus. Pengembangan silabus diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 20 dan pasal 17 ayat 2. Agar pengembangan silabus yang dilakukan oleh setiap satuan pendidikan tetap berada dalam bingkai pengembangan standar nasional kurikulum, maka pihak-pihak terkait perlu memperhatikan prinsip pengembangan silabus. Prinsip-prinsip tersebut adalah: ilmiah, relevan, fleksibel, kontinuitas, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, serta efektif, dan efisien. Dengan pelaksanaan pengembangan silabus secara mandiri, diharapkan kebutuhan siswa menjadi semakin terakomodasi oleh guru dan lembaga sekolah, karena silabus disusun dengan memperhatikan kebutuhan pendidikan siswa.
19
20
Dalam implementasi KTSP, guru tidak berperan penuh dalam kegiatan pembelajaran siswa di kelas, karena diharapkan siswa mampu belajar secara mandiri dan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang menjadi penyedia fasilitas, memberikan arahan, bimbingan, dan menjadi tempat bertanya. Salah satu alat yang dapat menjadi bantuan bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran adalah bahan ajar. Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, siswa tidak hanya bisa mendapatkan sumber belajar dalam bentuk buku saja, namun juga dalam bentuk visual, audio, visual audio, multimedia, dan internet. Oleh karena itu, dengan tersedianya bahan ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan pembelajaran, maka akan lebih memudahkan guru dan siswa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Standar Nasional Pendidikan yang diatur dalam penjelasan PP Nomor 19 Tahun 2005 ayat 2 dan ayat 3 menyebutkan bahwa dengan diberlakukannya Standar Nasional Pendidikan, maka pemerintah memiliki kepentingan untuk memetakan sekolah/madrasah menjadi sekolah/madrasah yang sudah atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan sekolah/madrasah yang belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah mengkategorikan sekolah/madrasah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori mandiri, dan sekolah/madrasah yang belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori standar. Pada saatnya nanti, pemerintah mewajibkan setiap satuan pendidikan untuk menyesuaikan diri dengan Peraturan Pemerintah ini paling lambat dalam jangka waktu 7 tahun dari diterbitkannya Peraturan tersebut. Hal tersebut berarti bahwa paling lambat pada tahun 2013 semua sekolah jalur pendidikan formal khususnya di SMA/MA sudah atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan yang berarti berada pada Kategori Sekolah Mandiri, yaitu memenuhi 8 Standar Nasional Pendidikan, yang diterapkan secara bertahap. Selain
kedua kategori
di
atas,
pemerintah
juga menetapkan
kategori
penyelenggaraan pendidikan yang lain yaitu Kategori Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dan Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal. Karakteristik SBI adalah menerapkan
KTSP yang dikembangkan dari standar isi, standar kompetensi
kelulusan dan kompetensi dasar yang diperkaya dengan muatan internasional. 20
21
Sedangkan Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal atau SBKL, adalah jenis sekolah yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik, sebagaimana yang tercantum dalam PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada penjelasan pasal 91 ayat (1). Dengan menyesuaikan antara penyelenggaraan pendidikan dengan potensi keunggulan lokal masing-masing daerah, SMA Berbasis Keunggulan Lokal mampu bersaing dan mengembangkan potensi daerahnya masing-masing. Pada saat ini, tahap perkembangan setiap sekolah berbeda antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, kategori sekolah juga berpengaruh dalam implementasi pengembangan KTSP pada umumnya dan penyusunan silabus serta bahan ajar secara khusus. Penyelenggaraan Sekolah Kategori Mandiri tentu akan berbeda dengan proses penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional misalnya, meskipun memang perbedaan tersebut tidak terlalu jauh. Yang menjadi pertanyaan pula, apakah pendidik, dalam hal ini guru mata pelajaran, mampu mengikuti perkembangan dan memenuhi tuntutan pengem-bangan program sekolah tempatnya mengajar, sehingga pada saatnya nanti sekolah akan menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing, serta mencapai tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan pemerintah. Dalam proses perjalanan penerapan dan pengembangan KTSP yang telah diterapkan beberapa tahun ini, tentu para pendidik menemui berbagai hal untuk menyesuaikan diri dalam usaha memenuhi tuntutan pendidikan sesuai dengan arah yang hendak dituju oleh setiap satuan pendidikan. Semakin baik pemahaman guru tentang program pengembangan sekolah dan implementasi KTSP, serta penguasaan dalam penyusunan dan penyampaian materi pelajaran, maka diharapkan semakin maksimal pula hasil pendidikan yang akan dicapai, dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul ”Implementasi Penyusunan Silabus dan Bahan Ajar Mata Pelajaran Akuntansi Dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada SMA Negeri Di Kota Surakarta.” 21
22
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi berbagai permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Bangsa Indonesia memiliki masalah di bidang pendidikan berupa rendahnya mutu pendidikan dan bahwa pendidikan merupakan salah satu jalur utama untuk mempersiapkan dan mengembangkan masyarakat Indonesia dalam menghadapi era globalisasi. 2. Pemerintah terus-menerus mengupayakan perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia salah satunya dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), namun pelakasanaan di lapangan masih banyak menemui kendala. 3. Dengan pemberlakuan KTSP, beban guru juga bertambah yaitu mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi daerah, karakteristik dan kategori sekolah, serta karakteristik peserta didik sehingga dituntut kesiapan dari sekolah dan guru yang merupakan faktor utama penentu keberhasilan penerapan KTSP, sementara itu beban mengajar dan administrasi pendidikan lainya juga memakan waktu yang banyak 4. Salah satu yang perlu dikembangkan dalam KTSP adalah penyusunan silabus dan bahan ajar yang dapat mempengaruhi tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran dan peningkatan kualitas pendidikan, sementara pemahaman pemahaman guru tentang silabus maupun kuriukulum belum semuanya sama dana memadai. 5. Adanya berbagai kendala dan usaha penanggulanggan dalam pengembangan kurikulum terutama dalam proses penyusunan silabus dan bahan ajar sesuai dengan ketentuan sekolah, sementara kondisi sekolah yang ada sangat bervariasi.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah serta agar masalah yang dikaji dalam penelitian ini menjadi terarah dan tidak melebar terlalu jauh, maka peneliti memberikan pembatasan masalah sebagai berikut:
22
23
1. Prosedur dan proses penyusunan silabus dan pengembangan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). 2. Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam menyusun silabus dan mengembangkan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tingkat SMA. 3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah penyusunan silabus dan pengembangan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tingkat SMA sehingga diperoleh pelaksanaan pendidikan yang efektif dan optimal.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang diuraikan pada latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah prosedur dan proses penyusunan silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Surakarta? 2. Kendala apakah yang dihadapi oleh guru dalam menyusun silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada SMA Negeri di Kota Surakarta? 3. Usaha apakah yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam menyusun silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS yang sesuai dengan ketentuan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada SMA Negeri di Kota Surakarta?
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Ingin mengetahui bagaimana prosedur dan proses penyusunan silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada SMA Negeri di Kota Surakarta.
23
24
2. Ingin mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dalam menyusun silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada SMA Negeri di Kota Surakarta. 3. Ingin mengetahui usaha-usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala dalam menyusun silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS yang sesuai dengan ketentuan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada SMA Negeri di Kota Surakarta.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para guru, calon guru dan semua pihak yang membutuhkan informasi dari topik ini. Manfaat yang penulis harapkan adalah sebagai berikut: 2. Secara teoritis: i.
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi bagi guru, siswa dan semua pihak yang ingin mengetahui dan memahami konsep penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan secara umum, khususnya dalam penyusunan silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi pada Sekolah Menengah Atas.
ii.
Memberikan gambaran tentang pengkategorian sekolah menurut Standar Nasional Pendidikan dan pengaruhnya terhadap keoptimalan hasil belajar dengan penyusunan silabus dan bahan ajar berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
3. Secara praktis: a. Untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan yaitu meningkatkan prestasi akademik siswa XI IPS khususnya dalam pelajaran Akuntansi. b. Memahami aplikasi praktis penyusunan KTSP dalam lingkungan pendidikan, terutama pada tingkat Sekolah Menengah Atas, dan hubungannya dengan pengkategorian sekolah. c. Memberikan informasi dan referensi kepada pihak yang berkepentingan dalam membahas dan memperdalam masalah yang berhubungan dengan topik penelitian. 24
25
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
i.
Pengertian Kurikulum Kegiatan belajar mengajar di kelas yang dipimpin oleh seorang guru memerlukan perencanaan untuk mencapai sasaran pembelajaran yang telah ditetapkan. Perencanaan tersebut termuat dalam kurikulum dimana kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan dan menjadi patokan bagi setiap guru maupun kepala sekolah dalam menyelenggarakan proses pendidikan. Istilah ”Kurikulum” memiliki tafsiran yang berbeda-beda sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang mencetuskan tafsirannya. Penafsiran para pakar tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan perkembangan kegiatan pendidikan pada saat itu, namun masih relevan untuk digunakan pada saat ini. Antara lain, tafsiran mengenai kurikulum seperti yang diungkapkan oleh Oemar Hamalik sebagai berikut: 1) Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran, yang telah disusun secara sistematis dan logis, yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. 2) Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan demikian, siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. 3) Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Pengertian ini lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian kegiatan pengalaman belajar dimana kegiatan kurikulum tersebut tidak terbatas dalam ruang kelas saja melainkan juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Pada intinya, semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa merupakan kurikulum. Oemar Hamalik (2003:16-17) 9
25
26
Tafsiran dari Hilda Taba seperti dikutip S. Nasution (2003:7) mengemukakan bahwa kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakatnya. Demikian juga di dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 19 terdapat definisi tentang kurikulum, yakni ”Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.” Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang berisi seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, materi pelajaran, rencana pengajaran, pengalaman belajar, cara-cara yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, serta evaluasi hasil belajar demi mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dan mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakat. Setelah definisi kurikulum, maka selanjutnya diuraikan mengenai fungsi kurikulum. Hendyat Soetopo dan Soemanto seperti yang dikutip oleh M. Joko Susilo membagi fungsi kurikulum menjadi tujuh bagian, yaitu: 1. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan: kurikulum merupakan suatu alat atau usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh sekolah. 2. Fungsi kurikulum bagi anak: kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun yang disiapkan untuk siswa 3. Fungsi kurikulum bagi guru: sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar bagi anak didik, sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak, dan sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan pengajaran. 4. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina sekolah: sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi yaitu memperbaiki situasi belajar, menciptakan situasi untuk menunjang belajar anak, dan memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi mengajar. Selain itu, kurikulum juga berfungsi sebagai pedoman untuk pengembangan lebih lanjut dan untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar. 5. Fungsi kurikulum bagi orang tua murid: orang tua dapat turut serta membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya.
26
27
6. Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkatan di atasnya: sebagai pemelihara keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga guru. 7. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah: untuk mereka ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program kerja sama pendidikan dan kritik atau saran yang membangun untuk menyempurnakan program pendidikan sekolah agar lebih serasi dengan tuntutan dunia kerja dan kebutuhan masyarakat. M. Joko Susilo (2007:86-87)
Masing-masing fungsi berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkan kurikulum sesuai dengan jenis kebutuhannya terhadap kurikulum. Fungsi kurikulum dalam rangka pendidikan, akan berbeda dengan fungsi kurikulum bagi guru atau bagi siswa, atau bagi pihak-pihak lainnya. Namun fungsi tersebut saling melengkapi dan menunjang satu sama lain. Keberhasilan fungsi kurikulum akan tampak apabila masing-masing pihak mendapatkan manfaat dan pengetahuan secara optimal dari kurikulum sesuai dengan kebutuhannya. Apabila seorang guru mampu menyusun dan menerapkan sebuah kurikulum dengan baik dalam proses belajar mengajar, maka akan terlihat dari pencapaian siswa yang diajarnya. Apabila siswa berhasil mencapai suatu nilai tertentu yang telah ditetapkan, maka kualitas sekolah dapat dikatakan meningkat, dengan demikian meningkatkan pula kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut. Hal ini berdampak terhadap pencapaian hasil belajar dan pemenuhan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, yang dapat diartikan sebagai meningkatnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Setelah fungsi kurikulum, selanjutnya mengenai komponen kurikulum, maka seperti yang dikutip dari Ralph W. Tyler oleh M. Joko Susilo (2007:88-89), terdapat empat komponen dalam kurikulum yaitu tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengajar, serta evaluasi dan penilaian.
27
28
Sebagai suatu sistem, kurikulum memiliki komponen-komponen atau bagian-bagian yang saling mendukung dan membentuk satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Komponen-komponen dalam sebuah sistem bersifat harmonis, tidak saling bertentangan. Kesatuan dan kesaling-terkaitan keempat komponen kurikulum ini seperti yang digambarkan dalam bagan berikut: Tujuan
Penilaian
Bahan Pelajaran
Proses Belajar Mengajar Gambar 1. Bagan kesalingterkaitan antar komponen kurikulum
Tanda panah dua arah melambangkan interrelasi antara komponenkomponen kurikulum. Hal ini berarti dalam pengembangan maupun dalam pelaksanaannya, komponen-komponen tersebut saling mempengaruhi sehingga pendidik tidak bisa menyusun komponen yang satu tanpa memperhatikan komponen yang lain. Misalnya dalam menyusun tujuan kurikulum, maka akan bertalian erat dengan bahan pelajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian. Demikian pula sebaliknya. Dalam menyusun bahan pelajaran, harus pula memperhatikan tujuan dalam proses belajar mengajar yang hendak diraih sehingga mampu mencapai standar nilai yang telah ditetapkan.
Penjelasan dari uraian di atas adalah sebagai berikut: 1) Tujuan Yang dimaksud tujuan dalam bagan tersebut adalah tujuan instruksional. Seorang guru yang mengajar tanpa menetapkan dan berpedoman pada tujuan instruksional akan meraba-raba menentukan tujuan yang hendak dicapai. Hal ini akan berdampak pada penyampaian materi dan mutu output sekolah.
28
29
Tujuan instruksional diklasifikasi menjadi tiga kawasan yang lebih khusus. Dengan dikembangkannya tujuan instruksional secara umum dan khusus akan memudahkan dalam mengukur tingkat keberhasilan atau prestasi belajar seorang siswa. Pembagian kawasan tujuan instruksional ini juga memudahkan dalam penyusunan bahan ajar yang dibutuhkan, sehingga dapat disusun sedemikian rupa untuk dapat mendukung proses penyampaian pesan yang hendak disampaikan kepada peserta didik. Pembagian kawasan tersebut yaitu: a. Kawasan Kognitif (pemahaman) Berorientasi kepada kemampuan ”berpikir dan memahami”, mencakup kemampuan intelektual yang dibagi dalam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda yaitu mengingat, mengerti, memakai, menganalisis, menilai, dan mencipta. Dalam penerapannya, perlu diperhatikan eksistensi dan kontinuitas dari tingkat yang paling rendah, sederhana dan konkrit (tingkat pengetahuan) sampai pada tingkat yang paling tinggi, kompleks dan abstrak (tingkat evaluasi), sehingga akan didapatkan berbagai tipe tugas dan penilaian yang berbeda sesuai dengan kebutuhan pendidikan. b. Kawasan Afektif (sikap dan perilaku) Afektif sederhana mulai dari memperhatikan suatu fenomena, sampai pada memperhatikan faktor internal seseorang seperti kepribadian dan hati nurani. Afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan minat, sikap hati, sikap menghargai, sistem nilai, serta kecenderungan emosi. Bidang afektif lebih bersifat abstrak daripada yang lain. Perumusan tujuan instruksionalnya tidak berbeda jauh dengan kognitif, tetapi dalam mengukur hasil belajarnya jauh lebih sukar karena menyangkut kawasan sikap dan apresiasi. Tujuan instruksional kawasan afektif dikategorikan dalam beberapa tingkatan yaitu tingkat menerima (receiving), tingkat menanggapi (responding), tingkat menghargai (appreciating), tingkat mengorganisasi (organization), dan tingkat menghayati (characterization). Tingkatan ini memudahkan penentuan ukuran penilaian kawasan afektif sehingga kesahihan dan keterandalan penilaian dapat dipertanggungjawabkan. c. Kawasan Psikomotorik (psychomotor domain) Berorientasi pada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot sehingga diperoleh tingkat ketrampilan fisik tertentu. Tujuan instruksional kawasan psikomotorik dikategorikan menjadi empat kategori yaitu gerakan seluruh badan (gross body movement), gerakan yang terkoordinasi (coordination movement), komunikasi nonverbal (nonverbal communication), dan kebolehan dalam berbicara
29
30
(speech behaviors). Secara umum, pengukuran prestasi belajar kawasan psikomotorik lebih mudah terlihat daripada kawasan afektif, namun penilaian tetap harus dilakukan dengan teliti dan dapat diandalkan sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. M. Joko Susilo (2007:88) Dalam penetapannya, ketiga kawasan tujuan instruksional ini saling mendukung satu sama lain, sehingga harus diperhatikan sesuai dengan pembelajaran yang hendak diberikan kepada siswa dengan mengelompokkan materi sesuai dengan aspek yang tepat sehingga memudahkan pendidik untuk menyusun rencana proses belajar mengajar yang dikehendaki sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. 2) Bahan Pelajaran Yang dimaksud bahan pelajaran adalah segala bentuk bahan yang dapat digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dalam rangka menguasai materi pelajaran yang diberikan, baik berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan adanya bahan pelajaran yang lengkap dan sesuai kebutuhan, akan memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, semakin banyak variasi bahan pelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu proses belajar mengajar. Salah satunya yang dapat dijadikan contoh adalah dengan modul yang disusun oleh guru tiap mata pelajaran sendiri. 3) Proses Belajar Mengajar Dalam proses belajar mengajar terdapat isi program kurikulum yang disampaikan kepada siswa untuk mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang ditentukan atas dasar tujuan institusional sekolah yang bersangkutan. Dalam pelaksanaannya, proses belajar mengajar merupakan penentu berhasil tidaknya semua komponen lain yang telah disusun.
30
31
Proses belajar mengajar melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Guru yang kreatif dalam mengembangkan mata pelajaran bidang studinya sesuai tujuan, baik dalam penyusunan bahan ajar maupun dalam proses penyampaian materi, akan mampu menarik perhatian dan minat siswa untuk memperhatikan dengan sungguh-sungguh sehingga mampu menerima ilmu yang diajarkan dan mengalami proses belajar mengajar yang kreatif dan menyenangkan. Dalam proses belajar mengajar juga dapat dilihat strategi pengajaran yaitu dalam cara yang ditempuh untuk melaksanakan pengajaran, penyampaian materi, penilaian, bimbingan dan konseling, pengaturan kegiatan sekolah secara keseluruhan, pemilihan metode pengajaran, alat atau media pengajaran, dan sebagainya. Oleh karena itu, keberhasilan proses pendidikan secara menyeluruh terpusat pada proses ini. 4) Penilaian Penilaian dan evaluasi merupakan tolok ukur keberhasilan pelaksaksanaan kurikulum yang telah disusun. Secara umum, penilaian tidak dapat dilakukan dengan sama rata, melainkan ada pembagian sesuai dengan ranahnya untuk mendapatkan nilai yang maksimal. Seperti yang diungkapkan oleh Joko Susilo, cara dan standar penilaian yang digunakan oleh guru akan berpengaruh terhadap tujuan, proses belajar mengajar, dan penetapan bahan ajar, sehingga berpengaruh terhadap penetapan penilaian, yaitu: ”Penetapan jenis penilaian hendaknya memperhatikan beberapa hal, antara lain dilakukan berdasarkan indikator, mencerminkan alat penilaian yang akan digunakan, indikator dalam satu kompetensi dasar dapat dijadikan alat ukur untuk kompetensi dasar lainnya terutama pada penilaian berbasis kelas, misalnya dengan menetapkan penilaian untuk proyek dengan jenis kompetensi dasar yang sama.” (M. Joko Susilo, 2007:89)
31
32
Maka, dalam penjabaran mengenai komponen kurikulum ini dapat dijelaskan bahwa dengan tujuan yang berlainan, kognitif, afektif, ataupun psikomotorik, akan mempunyai bahan pelajaran yang sama, namun dalam proses belajar dan penilaiannya menggunakan pendekatan atau metode yang berbeda. Metode pengajaran untuk ranah afektif berbeda dengan kognitif atau psikomotorik. Demikian juga dengan proses penilaian. Penilaian untuk ranah psikomotorik berbeda dengan penilaian ranah afektif atau kognitif. Namun perbedaan-perbedaan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dalam mengembangkan kurikulum, secara teoretis biasanya mulai dengan merumuskan tujuan kurikulum, diikuti oleh penentuan atau pemilihan bahan pelajaran, metode atau pendekatan dalam proses belajar mengajar, dan alat penilaiannya. Namun dalam prakteknya, meskipun dimulai dengan perumusan tujuan, masih ada kemungkinan perubahan atau tambahan setelah mempelajari bahan yang dianggap perlu diberikan, sehingga dalam proses pengembangannya tampak proses interaksi menuju perpaduan dan penyempurnaan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada berbagai pengertian kurikulum yang selalu berkembang. Kurikulum dapat diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan yang harus ditempuh siswa yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan agar anak dapat berpartisipasi aktif dan produktif di masyarakat dengan menjadi pribadi yang cerdas, berakhlak mulia, berkepribadian, serta memiliki keahlian yang dapat digunakan bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Kurikulum mempunyai fungsi-fungsi yang saling mendukung satu sama lain yang memberikan kegunaan yang berbeda bagi setiap pengguna kurikulum. Di dalamnya juga terdapat komponen kurikulum yang saling berkaitan dan disusun dengan sistematis yaitu merumuskan tujuan, memilih bahan pelajaran, menetapkan proses belajar mengajar, dan membuat alat penilaian. Komponen-komponen tersebut merupakan suatu kesatuan yang harmonis dan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri.
32
33
ii.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang selanjutnya disingkat KTSP, sampai saat ini sudah berjalan hampir tiga tahun ajaran sejak diberlakukan pada tahun ajaran 2006/2007. Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yang menekankan pada penguasaan kompetensi siswa terhadap bahan pelajaran yang dipelajarinya. Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2006 pasal 1 ayat 15, KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan berdasarkan panduan pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional melalui Permendiknas nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006. Selain itu, pengembangan KTSP harus disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta peserta didik. KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang lebih efektif, produktif dan berprestasi. KTSP memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Pengembangan KTSP melibatkan peran serta guru, kepala sekolah, komite sekolah, serta dewan pendidikan sehingga diharapkan didapatkan masukan dari berbagai pihak yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan lokal. Terdapat beberapa tujuan mengapa pemerintah memberlakukan KTSP pada setiap jenjang pendidikan. Tujuan tersebut dijabarkan dalam uraian sebagai berikut: Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah: 1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
33
34
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. 3) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai. Mulyasa (2006:22-23)
Menurut pendapat Mulyasa tentang penerapan KTSP pada satuan pendidikan, beliau mengemukakan bahwa KTSP perlu diterapkan pada satuan pendidikan berkaitan dengan tujuh hal, yaitu : 1) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya. 2) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan. 3) Pengambilan keputusan lebih baik dilakukan oleh sekolah karena sekolah sendiri yang paling tahu yang terbaik bagi sekolah tersebut. 4) Keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat. 5) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikannya masingmasing. 6) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain dalam meningkatkan mutu pendidikan. 7) Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah secara cepat serta mengakomodasikannya dengan KTSP. Mulyasa (2006:24) KTSP dikembangkan dengan dilandasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut: 1) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2) Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 3) Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi 4) Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan 5) Permendiknas nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas nomor 22 dan 23 tahun 2006. Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006, yang mengatur tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi, men-
34
35
cakup lingkungan materi minimal dan tingkat kompetensi minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, sebagai berikut: 1) Berpusat pada potensi, perkembangan serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya. Pengembangan kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa peserta didik adalah sentral proses pendidikan agar menjadi manusia yang bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, serta warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab sehingga perlu disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan lingkungan peserta didik. 2) Beragam dan terpadu Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman peserta didik, kondisi daerah dengan tidak membedakan agama, suku, budaya, adat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal dan pengembangan diri secara terpadu. 3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. 4) Relevan dengan kebutuhan. Kurikulum dikembangkan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) dan memperhatikan relevansi pendidikan tersebut dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja. 5) Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan. 6) Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. 7) Seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang saling mengisi dan memberdayakan. Mulyasa (2006:151-153) Di samping itu, terdapat tujuh strategi yang perlu diperhatikan dalam pengembangan KTSP di sekolah, yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Sosialisasi KTSP di sekolah. Menciptakan suasana yang kondusif. Menyiapkan sumber belajar. Membina disiplin. Mengembangkan kemandirian Kepala Sekolah Membangun karakter guru, dan Memberdayakan staf. Mulyasa (2006:153-167)
35
36
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan yang pengembangannya didasarkan pada panduan dari Badan Standar Nasional Pendidikan dan melibatkan guru, kepala sekolah, komite sekolah dan dewan pendidikan serta memperhatikan potensi, perkembangan, kebutuhan dan lingkungan peserta didik, dan pengembangan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum yang telah ditetapkan. KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah.
iii.
Kategori Sekolah Ditjen Pendidikan Nasional mengungkapkan bahwa permasalahan utama pendidikan adalah disparitas (perbedaan) mutu pendidikan dan penyebaran sekolah yang belum merata. Hal ini menjadi semakin sulit diatasi karena tidak didukung dengan komponen-komponen utama pendidikan seperti kurikulum, sumber daya manusia pendidikan yang berkualitas, sarana dan prasarana yang memadai, serta sumber pembiayaan untuk menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan, dimana sumber pembiayaan ini berasal dari anggaran pemerintah, orang tua atau peserta didik, dan masyarakat. Oleh karena itu, salah satu solusi pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan menerbitkan UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yang didalamnya terdapat acuan dasar (bench mark) bagi setiap penyelenggara dan satuan pendidikan yang merupakan Standar Nasional Pendidikan atau SNP. SNP, yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005, memuat kriteria minimal tentang komponen pendidikan yang memungkinkan setiap jenjang dan jalur pendidikan untuk mengembangkan pendidikan secara optimal sesuai
36
37
dengan karakteristik dan kekhasan programnya. Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi: 1) Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. 2) Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. 3) Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. 5) Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. 6) Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. 7) Standar pembiayaan adalah standar yg mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. 8) Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. (Mulyasa, 2006:25-50) Salah satu implikasi dari Peraturan Pemerintah tersebut adalah pemerintah berkepentingan untuk melakukan pemetaan sekolah atau madrasah dengan melakukan pengkategorian sekolah khususnya di tingkat pendidikan SMA berdasarkan tingkat terpenuhinya delapan Standar Nasional Pendidikan. Pengkategorian sekolah/madrasah dilakukan dalam beberapa kategori, yaitu: 1) Sekolah Kategori Standar Sekolah yang memiliki komponen pendidikan standar yang masih memerlukan bantuan dan penyediaan penuh dari pemerintah dan belum bisa secara mandiri memenuhi dan menyelenggarakan kebutuhan sekolah-
37
38
nya, sehingga masih tergantung dan memanfaatkan susunan yang diberikan pemerintah dalam seluruh program pengembangan sekolah. 2) Sekolah Kategori Mandiri / Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN) Adalah sekolah yang mampu mengoptimalisasikan pencapaian tujuan pendidikan, potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan peserta didik sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sekolah Kategori Mandiri atau disebut juga Sekolah Standar Nasional, dapat mengembangkan diri menjadi sekolah yang unggul dan mengalami percepatan pembelajaran (accelerated learning), dimana kelas akselerasi merupakan kelas dengan siswa yang memiliki tingkat kemampuan keberbakatan heterogen. Sekolah kategori mandiri (SKM) adalah sekolah yang telah mampu memenuhi delapan Standar Nasional Pendidikan yang ditetapkan. Salah satu ketentuan dalam SKM adalah harus menerapkan sistem kredit semester (SKS). SKS merupakan salah satu sistem penerapan program pendidikan yang menempatkan peserta didik sebagai subyek. Pembelajaran berpusat pada peserta didik, yaitu bagaimana peserta didik belajar. Peserta didik diberi kebebasan untuk merencanakan kegiatan belajarnya sesuai dengan minat, kemampuan, dan harapan masing-masing, sehingga dimungkinkan bagi peserta didik untuk menyelesaikan pendidikannya lebih cepat dari waktu standar yang ditetapkan yaitu 6 semester, seperti kutipan berikut: ”Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa sistem kredit semester adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Mengacu pada konsep tersebut, SKS dapat diterapkan untuk menunjang realisasi konsep belajar tuntas yang digunakan dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada Sistem Kredit Semester, setiap satu satuan kredit semester (1 SKS) berbobot dua jam kegiatan pembelajaran per minggu selama 16 minggu per semester.” (http://awan965.wordpress.com)
38
39
Hubungan antara SKM / SSN dan SKS, serta pemenuhan Standar Nasional Pendidikan dapat digambarkan dalam bagan di bawah ini: SKM / SSN
8 SNP
SKS
Gambar 2. Skema Hubungan Pemenuhan SKM / SSN Namun sebelum sekolah-sekolah dapat mencapai taraf SKM, terlebih dahulu sekolah ditetapkan sebagai Rintisan Sekolah Kategori Mandiri atau RSKM. Ditjen Pembinaan SMA memberikan pembinaan dalam bentuk peningkatan kemampuan tenaga pendidik dalam mengembangkan bahan ajar dan bahan ujian berbasis TIK. Hasil yang diharapkan dari Rintisan Sekolah Kategori Mandiri yang dilaksanakan selama tiga (3) tahun ajaran ini, antara lain: a). Adanya sejumlah SMA yang terdorong untuk melakukan upayaupaya menyelenggarakan pendidikan yang memenuhi/hampir memenuhi standar nasional pendidikan. b). Terjalinnya kerjasama dan terlaksananya peran serta stakeholder pendidikan di SMA antara pusat dan daerah sesuai tugas dan perannya masing-masing untuk mewujudkan SMA kategori mandiri. c). Terpilihnya sejumlah SMA yang dapat dijadikan sekolah model kategori mandiri. (http://awan965.wordpress.com) Diharapkan, melalui penetapan RSKM, dapat memenuhi target pencapaian program rintisan sekolah formal kategori mandiri di SMA yaitu pada tahun 2009 lebih dari 50% Kabupaten Kota minimal satu SMA negeri atau swasta yang telah mencapai kategori mandiri dan dapat dijadikan SMA model, sehingga pada akhirnya nanti target penetapan SMA SKM pada tahun 2013 dapat tercapai dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Sampai saat ini tahun 2009, wilayah Surakarta telah terdapat enam buah Sekolah Menengah Atas Negeri yang ditetapkan sebagai Rintisan
39
40
Sekolah Kategori Mandiri, antara lain adalah SMAN 2 Surakarta, SMAN 4 Surakarta, SMAN 5 Surakarta, SMAN 6 Surakarta, SMAN 7 Surakarta, dan SMAN 8 Surakarta. Selain itu, masih ada beberapa Sekolah Menengah Atas Swasta yang juga ditetapkan sebagai pelaksana RSKM, namun karena yang menjadi obyek penelitian dalam penelitian ini adalah SMA Negeri, maka SMA Swasta tidak dibahas lebih jauh. 3) Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) Adalah sekolah yang menggunakan dua jenis kurikulum yaitu kurikulum lokal, dalam hal ini KTSP, dan kurikulum internasional yang disesuaikan dengan tuntutan pendidikan luar negeri. Sekolah ini bertujuan supaya lulusannya mampu bersaing untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri maupun di dalam negeri karena telah menempuh masa SMA dengan kurikulum internasional dan nasional. Beberapa tingkat yang harus dilalui oleh satuan pendidikan agar sampai pada level SBI, yaitu sekolah potensial adalah kategori sekolah yang belum memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan), kemudian menjadi SSN (Sekolah Standar Nasional) yang berarti penyelenggaraan pendidikan di sekolah itu sudah memenuhi SNP, setelah itu sekolah tersebut dapat mencapai SBI (SNP+X). Di tingkatan SBI pun, satuan pendidikan harus diverifikasi untuk mendapatkan pengesahan sebagai Sekolah Persiapan RSBI, RSBI, kemudian SBI. Tersedianya input berupa visi-misi sekolah, kurikulum, pendidik, peserta didik, sarana prasarana, dana, regulasi, organisasi, peran serta masyarakat, dan budaya sekolah belumlah cukup. Satuan pendidikan harus melakukan inovasi agar tersedia mutu input yang sesuai dengan standar internasional. Karakteristik SBI antara lain: a). Menerapkan KTSP yang dikembangkan dari standart isi, standart kompetensi kelulusan dan kompetensi dasar yang diperkaya dengan muatan Internasional. b). Menerapkan proses pembelajaran dalam Bahasa Inggris, minimal untuk mata pelajaran MIPA dan Bahasa Inggris. c). Mengadopsi buku teks yang dipakai SBI (negara maju).
40
41
d). Menerapkan standar kelulusan yang lebih tinggi dari standar kompetensi lulusan (SKL) yang ada di dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP). (http://akhmadsudrajat.wordpress.com) Di Surakarta saat ini terdapat dua buah SMA Negeri yang ditetapkan sebagai Rintisan Sekolah Berstandar Nasional yaitu SMAN 1 Surakarta dan SMAN 3 Surakarta. 4) Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal (SBKL) SBKL atau Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) adalah sekolah yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik. Pengembangan PBKL di SMA memiliki karakteristik berbeda dengan di SMK, sebab SMA lebih mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, secara umum tujuan program PBKL di SMA adalah memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pendidikan di sekolahnya dengan memasukkan kajian materi keunggulan lokal sesuai dengan kondisi dan potensinya. Sedangkan secara khusus PBKL bertujuan agar peserta didik : a.) Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budaya daerah dimana siswa berada; b.) Memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan mengenai lingkungan daerah yang berguna bagi dirinya, masyarakat dan negara; c.) Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai / aturan yang berlaku di daerah, serta melestarikan dan mengembangkan nilainilai luhur budaya daerah dalam rangka menunjang pembangunan nasional; d.) Berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat dan pemerintah daerah. (http://awan965.wordpress.com)
41
42
Konsep pengembangan keunggulan lokal diinspirasikan dari berbagai potensi, yaitu potensi sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), geografis, budaya dan historis. Uraian masing-masing potensi yang tersebut di atas adalah sebagai berikut: a). Potensi Sumber Daya Alam. Sumber daya alam (SDA) adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan dirgantara yang dapat didayagunakan untuk berbagai kepentingan hidup. b). Potensi Sumber Daya Manusia. Sumber daya manusia (SDM) didefinisikan sebagai manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menjadi makhluk sosial yang adaptif dan transformatif dan mampu mendayagunakan potensi alam di sekitarnya secara seimbang dan berkesinambungan (Wikipedia, 2006). c). Potensi Geografis. Objek geografi antara lain meliputi, objek formal dan objek material. Objek formal geografi adalah fenomena geosfer yang terdiri dari, atmosfer bumi, cuaca dan iklim, litosfer, hidrosfer, biosfer (lapisan kehidupan fauna dan flora), dan antroposfer. d). Potensi Budaya. Budaya adalah sikap, sedangkan sumber sikap adalah kebudayaan. Agar kebudayaan dilandasi dengan sikap baik, masyarakat perlu memadukan antara idealisme dengan realisme yang pada hakekatnya merupakan perpaduan antara seni dan budaya. Ciri khas budaya masing-masing daerah tertentu (yang berbeda dengan daerah lain) merupakan sikap menghargai kebudayaan daerah sehingga menjadi keunggulan lokal. e). Potensi Historis. Keunggulan lokal dalam konsep historis merupakan potensi sejarah dalam bentuk peninggalan benda-benda purbakala maupun tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Konsep historis jika dioptimalkan pengelolaannya akan menjadi tujuan wisata yang bisa menjadi asset, bahkan menjadi keunggulan lokal dari suatu daerah tertentu. (http://awan965.wordpress.com) Untuk wilayah Surakarta, sampai saat ini belum ada sekolah setingkat SMA yang dikembangkan menuju SMA PBKL, sehingga hanya ada jenis SMA umum seperti yang tersedia saat ini. Namun apabila hendak diarahkan menjadi SMA PBKL, wilayah Surakarta mempunyai potensi Budaya dan Historis yang dapat dikembangkan menjadi keunggulan tersendiri. Hal ini dilihat dari potensi wisata budaya di Surakarta yang sangat potensial untuk dikelola lebih lanjut.
42
43
Dalam KTSP, sekolah mempunyai wewenang dalam mengembangkan kurikulum sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan tujuan pembelajaran sekolah tersebut, sehingga pengembangan KTSP akan berbeda-beda untuk masing-masing sekolah. Oleh karena itu, sekolah saat ini saling berusaha memperbaiki mutu pendidikannya sehingga mampu memenuhi standarstandar yang ditetapkan pemerintah untuk menjadi sekolah yang berkualitas.
iv.
Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Setelah membahas mengenai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan pegkategorian sekolah, maka proses penyusunan KTSP perlu diawali dengan melakukan analisis konteks terhadap hal-hal sebagai berikut: 1) Analisis potensi, kekuatan, dan kelemahan yang ada di sekolah dan satuan pendidikan, baik yang berkaitan dengan peserta didik, guru, kepala sekolah dan program-program yang ada di sekolah. 2) Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar, baik yang bersumber dari komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri, dan dunia kerja, serta sumber daya alam dan sosial budaya. 3) Mengidentifikasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai acuan dalam penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Mulyasa (2006:172-173) Selanjutnya dilakukan School review dan Benchmarking. School review adalah suatu proses untuk mengembangkan seluruh komponen sekolah agar dapat bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas lembaga, serta mutu lulusan. Sedangkan Benchmarking adalah suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Semua proses ini dilakukan oleh tim penyusun KTSP di bawah pengawasan dinas kabupaten / kota dan provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan. Secara garis besar, KTSP memiliki enam komponen penting yaitu: 1) Visi dan misi satuan pendidikan Visi merupakan suatu pandangan atau wawasan yang merupakan representasi dari apa yang diyakini dan diharapkan dalam suatu organisasi, dalam hal ini sekolah pada masa yang akan datang.
43
44
2) Tujuan pendidikan satuan pendidikan Tujuan pendidikan satuan pendidikan merupakan acuan dalam mengembangkan KTSP. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 3) Kalender pendidikan Dalam penyusunan kalender pendidikan, pengembang kurikulum harus mampu menghitung jam belajar efektif untuk pembentukan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik. 4) Struktur muatan KTSP Struktur muatan KTSP terdiri atas: a) Mata pelajaran b) Muatan lokal c) Kegiatan pengembangan diri d) Pengaturan beban belajar e) Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan f) Pendidikan kecakapan hidup g) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global 5) Silabus Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. 6) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. (Mulyasa, 2006 : 176) Adapun mekanisme penyusunan KTSP yang diungkapkan oleh Mulyasa yaitu :: 1) Pembentukan tim kerja Tim pengembang kurikulum terdiri dari guru, kepala sekolah, guru pembimbing (konselor / councelor), komite sekolah, dan dalam hal tertentu dapat melibatkan orang tua atau peserta didik. 2) Penyusunan draft Pengembangan draft KTSP yang lengkap mulai dari perumusan visi dan misi satuan pendidikan sampai pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang siap diaktualisasikan dalam pembelajaran.
44
45
3) Revisi dan Finalisasi Sebelum KTSP benar-benar diaplikasikan dalam pembelajaran, perlu dilakukan revisi melalui rapat kerja sekolah/madrasah dan/atau kelompok sekolah/madrasah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun ajaran baru sehingga semua materi dalam KTSP sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dari peserta didik. Mulyasa (2006:184) Kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi penyiapan dan penyusunan draft, review dan revisi, serta finalisasi. Langkah lebih rinci dari semua kegiatan tersebut dapat diatur dan dikembangkan oleh tim penyusun kurikulum pada masing-masing satuan pendidikan. Dengan proses penyusunan yang tidak hanya berjalan satu kali, memungkinkan guru sebagai salah satu komponen penyusun KTSP untuk mengoreksi atau merevisi hasil pekerjaan penyusunan tersebut dan dapat menentukan apakah kiranya dapat berjalan dengan baik dan telah sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Setelah semua prosedur dan dokumen penyusunan KTSP terpenuhi dan lengkap, langkah selanjutnya adalah melakukan pengesahan terhadap dokumen KTSP. Untuk tingkat SMA dan SMK, dokumen KTSP dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta diketahui oleh komite sekolah dan dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan, dan oleh departemen agama bagi instansi pendidikan yang diselenggarakan dengan basic keagamaan.
2. Silabus dan Bahan Ajar a. Silabus Terdapat beberapa pengertian silabus seperti yang diungkapkan oleh beberapa pihak. Salah satu pendapat tentang pengertian silabus yaitu : “Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan”. Mulyasa (2006:190)
45
46
Menurut Pola Induk Sistem Pengujian Hasil Kegiatan Pembelajaran Berbasis Kemampuan Dasar SMA terbitan Depdiknas (2002:17-18), silabus merupakan produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kemampuan dasar yang ingin dicapai, dan uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Dari definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa silabus merupakan pengembangan dari kurikulum yang berupa rencana pembelajaran suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang digunakan untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Pengembangan silabus berbasis KTSP dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Silabus disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik siswa, kondisi sekolah dan lingkungannya. Dengan demikian, silabus KTSP yang pengembangannya diserahkan kepada guru diharapkan akan memberikan hasil dan kreatifitas yang berbeda antara satu guru dengan guru lain, baik dalam satu daerah ataupun dalam daerah yang berbeda. Suatu silabus minimal harus memuat enam komponen utama, yaitu: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi standar, standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan standar penilaian. Landasan pengembangan silabus diatur dengan jelas di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 17 ayat (2) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 20. Pengembangan terhadap komponen-komponen tersebut merupakan kewenangan mutlak guru, termasuk pengembangan format silabus, dan pe-
46
47
nambahan komponen-komponen lain dalam penyusunan silabus di luar komponen minimal yang sudah ditentukan, yang pengawasannya berada di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI. MTs, MA, dan MAK. Semakin lengkap komponen suatu silabus, semakin memudahkan guru dalam menjabarkan silabus tersebut ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang berisi garis-garis besar materi pembelajaran. Agar pengembangan silabus tetap berada dalam bingkai pengembangan kurikulum nasional (standar nasional), maka perlu memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan silabus sebagai berikut: 1). Ilmiah Prinsip ilmiah berarti bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan silabus harus benar, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. 2). Relevan Relevan berarti bahwa pengembangan silabus harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik serta sesuai dengan tuntutan kerja di lapangan. Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik. 3). Fleksibel Prinsip fleksibel mengandung makna bahwa pelaksana program, peserta didik, dan lulusan memiliki ruang gerak dan kebebasan dalam bertindak. Dengan demikian guru tidak mutlak harus menyajikan program dengan konfigurasi seperti dalam silabus (dokumen tertulis), tetapi guru dapat juga mengakomodasi berbagai ide baru atau memperbaiki ide-ide sebelumnya. Untuk peserta didik, mereka diberi berbagai pengalaman belajar yang sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki kewenangan dan kemampuan yang multi arah, berkaitan dengan dunia kerja yang akan dimasuki. 4). Kontinuitas Kontinuitas mengandung arti bahwa setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.
47
48
5). Konsisten Konsisten mengandung arti bahwa standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki hubungan yang konsisten dalam membentuk kompetensi peserta didik. 6). Memadai Memadai mengandung arti bahwa ruang lingkup indikator, materi, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan. Memadai juga berkaitan dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. 7). Aktual dan kontekstual Aktual dan kontekstual berarti bahwa ruang lingkup komponen-komponen silabus memperhatikan perkembangan IPTEK dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat, sesuai dengan konteksnya. Cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. 8). Efektif dan Fleksibel Silabus yang efektif adalah silabus yang dapat diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran nyata di kelas atau di lapangan. Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. 9). Efisien dan Menyeluruh Efisien dalam pengembangan silabus berkaitan dengan upaya untuk memperkecil atau menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi standar yang ditetapkan. Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor). (Mulyasa, 2006 : 191-196) Selain prinsip-prinsip di atas, dalam pengembangan silabus perlu diperhatikan pula komponen silabus, seperti yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Pokok/Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
48
49
7. Alokasi Waktu 8. Sumber Belajar (http://www.presidenri.go.id) Adapun prosedur pengembangan silabus berbasis KTSP menurut Mulyasa, meliputi: a. Mengisi kolom identitas b. Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi, dengan memperhatikan hal-hal berikut: a). Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi; b). Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran; c). Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran. c. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar d. Mengidentifikasi materi pokok/standar pembelajaran, dengan mempertimbangkan: a). Potensi peserta didik; b). Relevansi dengan karakteristik daerah; c). Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik; d). Kebermanfaatan bagi peserta didik; e). Struktur keilmuan; f). Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; g). Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; h). Alokasi waktu. e. Mengembangkan pengalaman belajar, memberikan bantuan guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional, antara lain: a). Memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar b). Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran c). Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik yaitu kegiatan siswa dan materi. f. Merumuskan indikator keberhasilan, prinsip pengembangan indikator adalah sesuai dengan kepentingan (Urgensi), kesinambungan (Kontinuitas), kesesuaian (Relevansi) dan Kontekstual. Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten, dan digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
49
50
g. Menentukan penilaian (standar penilaian), penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. h. Menentukan alokasi waktu, penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. i. Menentukan sumber belajar, sumber belajar adalah rujukan, objek dan /atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, dan dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Mulyasa (2006:203)
Hal ini dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:
MEKANISME PENGEMBANGAN SILABUS Materi Pokok/ Pembelajaran
Analisis SI/SKL/ SK-KD
KD-Indikator
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
Sumber Belajar Penilaian
Gambar 3. Skema Mekanisme Pengembangan Silabus (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com)
Sosialisasi KTSP
50
51
Contoh Format Silabus yang dapat digunakan pada tingkat SMA : Nama Sekolah
: SMA N 1 Surakarta
Mata Pelajaran
: Akuntansi
Kelas/Semester
: XI IPS 2 / 2
Standar Kompetensi : Siswa memahami siklus akuntansi
Kompetensi Dasar 1. Siswa mampu menyelesaikan Siklus Akuntansi
No.
Materi Pokok/ Pembelajaran Siklus Akuntansi perusahaan jasa
Kegiatan Pembelajaran Membuat jurnal – Laporan Keuangan
Indikator Penilaian Alokasi Jurnal dan laporan keuangan
Tugas dan Ulangan harian
3 x 45 menit
Sumber Belajar Buku Esis, Akuntansi Jilid 2, Erlangga
Tabel. 1. Contoh Format Silabus Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com) b. Bahan Ajar Sebelum melaksanakan proses pembelajaran maka seorang guru berkewajiban membuat dan menyediakan materi pembelajaran (instructional materials). Materi atau bahan ajar merupakan salah satu komponen dalam sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari materi secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Secara garis besar materi atau bahan ajar ini berisikan tentang pengetahuan, ketrampilan dan minat atau sikap yang harus dipelajari dan dikuasai siswa sebagai subyek didik. Hal ini sesuai dengan salah satu pendapat yang menyatakan :
51
52
“Materi ajar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, kemudian dievaluasi dengan menggunakan perangkat penilaian yang disusun berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar”. Mimin Haryati (2007:10) Bahan ajar harus dirancang sedemikian rupa dengan memperhatikan jenis materi, ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran, dan lain-lain. Jenis materi pembelajaran perlu diidentifikasi dengan tepat. Setiap jenis materi bahan memerlukan media, metode, dan teknik evaluasi yang berbeda-beda. Ruang lingkup atau kedalaman suatu materi ajar harus diperhatikan sehingga materi ajar tersebut tidak kurang dan tidak lebih. Urutan materi ajar harus diperhatikan sehingga proses pembelajaran menjadi runtut (hirarkis). Langkah-langkah dalam memilih materi pembelajan, yaitu : 1) Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Hal ini diperlukan karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu juga harus ditentukan apakah aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar termasuk aspek kognitif, psikomotorik atau afektif. 2) Identifikasi jenis-jenis materi atau bahan ajar. Materi aspek kognitif secara terperinci dapat dibedakan menjadi empat jenis antara lain : pertama, materi jenis fakta yaitu materi berupa namanama objek, nama tempat, nama orang, peristiwa atau sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda dan lain sebagainya. Kedua, materi konsep yaitu berupa pengertian, definisi, hakekat, inti dan isi. Ketiga, materi jenis prinsip yang berupa rumus, dalil, postulat, adagium, paradigma, dan teorema. Keempat, materi jenis prosedural yaitu berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut. Materi pembelajaran aspek afektif meliputi pemberian respon, apresiasi, internalisasi dan penilaian. Sedangkan materi aspek motorik meliputi gerakan awal, semi rutin dan rutin. Mimin Haryati (2007:11) Disamping memperhatikan langkah-langkah pemilihan materi pembelajaran, juga perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip dalam menentukan materi pembelajaran antara lain:
52
53
1) Prinsip relevansi Adanya keterkaitan antara materi dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai. 2) Prinsip konsistensi Adanya keajegan antara materi dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. 3) Prinsip kecukupan Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditentukan. Mimin Haryati (2007:15) Bahan ajar disusun dengan tujuan: menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa, membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh, dan memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Manfaat bahan ajar yaitu : ”Bagi guru, bahan ajar bermanfaat dalam proses pembelajaran sehingga diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar, membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya, dan menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan. Sedang bagi siswa, bahan ajar menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru, dan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya Dalam sosialisasi yang dilakukan oleh Litbang Depdiknas mengenai bahan ajar, disebutkan bahwa bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.” (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com) Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain: 1) Petunjuk belajar (petunjuk siswa / guru) 2) Kompetensi yang akan dicapai 3) Informasi pendukung
53
54
4) Latihan-latihan 5) Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK) 6) Evaluasi Namun demikian, bahan ajar berbeda dengan sumber belajar (learning resource). Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Dalam mencari sumber belajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya. Sumber belajar yang dimaksud antara lain buku teks, laporan hasil penelitian, jurnal, pakar bidang studi/ professional, majalah ilmiah, media masa yang terbit berkala, buku kurikulum, internet, media audiovisual, dan bahkan lingkungan sekitar. Dalam pelaksanaannya, untuk mengembangkan bahan ajar harus memperhatikan beberapa hal, antara lain: 1) Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak, 2) Pengulangan akan memperkuat pemahaman 3) Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa 4) Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar 5) Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu. 6) Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan. (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com) Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak, maka semuanya tidak berarti apa-apa. Masing-masing sumber bahan ajar akan semakin memaksimalkan proses pembelajaran dan penyerapan pengetahuan oleh siswa karena dengan demikian siswa akan memiliki pengalaman secara langsung dan aplikasi nyata materi yang diberikan oleh guru di sekolah.
54
55
Dalam sosialisasi KTSP yang dilakukan oleh pemerintah melalui bimbingan teknis tentang pengembangan bahan ajar, bahan atau materi ajar yang tersedia saat ini terbagi dalam beberapa jenis yaitu: 1) Bahan cetak (printed) seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. 2) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. 3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. 4) Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials). (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com) Dalam usaha mewujudkan bahan ajar menjadi bentuk nyata yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, perlu melakukan analisa penyusunan bahan ajar, yaitu analisis kebutuhan bahan ajar, analisis SK – KD, analisis sumber belajar, kemudian pemilihan dan penentuan bahan ajar. Hal ini dapat digambarkan dalam alur penyusunan bahan ajar sebagai berikut: Standar Kompetensi
BAHAN AJAR
Kompetensi Dasar
Indikator
Kegiatan Pembelajaran
Materi Pembelajaran
Gambar 4. Alur Penyusunan Bahan Ajar (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com) Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar atau materi ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran, dan juga memegang peranan penting dalam membantu siswa untuk mencapai indikatorindikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi
55
56
dasar. Guru memiliki kebebasan untuk mengembangkan bahan ajar dan sumbernya sesuai dengan standar atau kategori satuan pendidikan tempatnya bekerja sehingga kreatifitas dan wawasan guru akan berpengaruh pada keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar.
3. Pengajaran Akuntansi di SMA Sebelum membahas pengertian pengajaran akuntansi, terlebih dahulu perlu dibahas pengertian pengajaran. Pengajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suatu kondisi subyek belajar dapat menguasai pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1990:2) yang menyatakan bahwa secara sederhana pengajaran menunjuk suatu kegiatan yang mengandung terjadinya proses penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan sikap oleh subyek yang sedang belajar. Penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan sikap tersebut merupakan tujuan instruksional yang harus dicapai oleh siswa. Dalam KTSP, tujuan instruksional dirumuskan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Agar dapat mencapai tujuan tersebut, guru harus menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar secara optimal sehingga dapat dikatakan bahwa pengajaran melibatkan aktivitas siswa sebagai subyek belajar dan guru yang memberikan pengajaran. Pengajaran merupakan proses sistematis yang terdiri dari komponenkomponen dalam pengajaran yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa: ”Sistem pengajaran adalah suatu kombinasi yang terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur-prosedur yang berinteraksi untuk mencapai tujuan” (Oemar Hamalik, 1990:12). Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengajaran adalah suatu sistem yang merupakan proses mengkoordinasikan komponen-komponen meliputi tujuan, unsur-unsur manusiawi, bahan ajar, metode, alat dan evaluasi yang saling berinteraksi sehingga memudahkan siswa mencapai tujuan pengajaran.
56
57
Dalam Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolah dari Depdiknas menyatakan bahwa: ”Pendidikan di Sekolah Menengah Atas bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dan mampu mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta untuk meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar”. M. Joko Susilo (2007:17) Berdasarkan tujuan pendidikan SMA yang telah diungkapkan, maka mata pelajaran Akuntansi di SMA diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusannya melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi (perguruan tinggi) dengan membekali para siswanya ilmu pengetahuan dan kompetensi serta kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sehingga menjadi siswa yang cerdas, pintar, berwawasan luas dan berjiwa sosial. Dari pengertian pengajaran dan akuntansi diatas, disimpulkan bahwa pengajaran akuntansi adalah suatu proses mengkoordinasikan komponenkomponen meliputi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terkait dengan akuntansi, unsur-unsur manusiawi, bahan pelajaran akuntansi, metode, alat dan evaluasi yang berinteraksi sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada diri siswa seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengajaran akuntansi merupakan suatu sistem yang membutuhkan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar akuntansi pada diri siswa. Mata pelajaran akuntansi yang merupakan bahan kajian mengenai suatu sistem untuk menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan, diberikan pada kelas XI jurusan IPS pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini berguna untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap rasional, teliti, jujur dan bertanggung jawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan penafsiran hasil-hasilnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Adapun tujuan dari diberikannya mata pelajaran akuntansi di SMA adalah untuk membekali lulusan SMA dalam berbagai kompetensi dasar, agar mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan
57
58
prosedur akuntansi yang benar, baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ataupun untuk terjun ke masyarakat khususnya dunia usaha, sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan siswa lulusan. Ruang lingkup pelajaran Akuntansi di SMA dimulai dari dasar-dasar konseptual, struktur, dan siklus akuntansi. Dari tahun ke tahun, materi pokok pelajaran Akuntansi yang diberikan pada siswa SMA sedikit mengalami perubahan, sampai akhirnya yang diberikan kepada siswa tahun ajaran 2008/2009 adalah sebagai berikut: i.
Akuntansi dan sistem akuntansi
ii.
Dasar hukum pelaksanaan akuntansi
iii.
Struktur dasar akuntansi
iv.
Siklus akuntansi perusahaan jasa
v.
Siklus akuntasi perusahaan dagang
B. Penelitian Yang Relevan Sebagai referensi pendukung dalam penelitian ini digunakan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Untuk pembahasan topik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, telah dilakukan berbagai penelitian dengan segala macam variasi subyek yang diteliti. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini yaitu penelitian oleh Nur Puji Lestari, K 1304007, 2008, yang berjudul Kesiapan Guru Matematika Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Dalam Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Di Kota Surakarta. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Guru Matematika di Sekolah Menengah Atas Negeri Di Wilayah Surakarta memiliki : (a). Karakter dan kecintaan yang kuat terhadap profesinya, sehingga hal ini mempengaruhi kinerja dan profesionalisme mereka, (b). Guru Matematika di SMA Negeri di Surakarta ini memiliki pemahaman yang cukup mendalam mengenai pelaksanaan dan implementasi KTSP di SMA, khususnya dalam mata pelajaran Matematika, dan mengetahui apa saja yang perlu dipersiapkan dalam penerapan KTSP, dan
58
59
(c). Penelitian ini menemukan bahwa Guru Matematika di SMA Negeri di Wilayah Surakarta telah memiliki kesiapan untuk melaksanakan KTSP. Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian dari Nur Puji Lestari adalah keduanya sama-sama melakukan penelitian mengenai implementasi KTSP dalam lingkup Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Surakarta.
C. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan arah penalaran untuk sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan, yaitu tentang pengaliran jalan pikiran menurut kerangka yang logis. Hal ini berarti menempatkan masalah dalam kerangka teoritis yang relevan yang mampu menangkap, menerangkan dan menunjukkan masalah. Upaya ini ditujukan untuk menjawab atau menerangkan masalah yang diidentifikasikan. Sekolah mempunyai tujuan yang termuat dalam KTSP yaitu: membekali siswa agar dapat mengembangkan kepribadian, ketrampilan dan kemampuan berkomunikasi, menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, terutama untuk menghadapi tantangan globalisasi mendatang. Salah satu cara untuk memenuhi tuntutan perubahan jaman adalah dengan mempunyai kompetensi unggul yang didapatkan dari pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di sekolah saat ini, sangat perlu untuk mempersiapkan pengembangan KTSP dengan semaksimal mungkin. Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam implementasi KTSP adalah pengembangan silabus dan bahan ajar. Hal ini harus dilakukan dengan persiapan yang matang karena silabus dan bahan ajar akan digunakan sebagai pilar utama dalam proses pembelajaran setiap hari, sehingga harus sesuai dengan prinsip pengembangan dan tujuan masing-masing satuan pendidikan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, sehingga pada akhirnya diharapkan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
59
60
Untuk bisa mempersiapkan silabus dan bahan ajar dengan baik, dituntut pemahaman dan kesiapan guru terhadap pelaksanaan KTSP dan juga semangat siswa untuk menyerap pelajaran dalam proses pembelajaran. Upaya untuk mempersiapkan silabus dan bahan ajar tidak selalu berjalan mudah dan lancar, namun juga dihadapkan dengan berbagai kendala baik yang bersumber dari guru pengampu mata pelajaran itu sendiri seperti kemampuan profesionalisme guru, pemahaman terhadap KTSP dan peserta didik, dan lain sebagainya maupun dari pihak selain guru seperti peraturan pemerintah, keterbatasan sarana, kerjasama dengan rekan guru yang lain, dan lain-lain. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk menemukan solusi dari berbagai kendala yang dihadapi sehingga pada akhirnya akan dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dan meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan di Indonesia pada umumnya, dan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah menengah atas pada khususnya. Uraian tersebut di atas dapat digambarkan dalam skema berikut:
Pemahaman terhadap KTSP KTSP
Guru Akuntansi Penyusunan Silabus dan Bahan Ajar Kendala Kategori Sekolah
Institusi Sekolah
Solusi Gambar 5. Skema Kerangka pemikiran Implementasi Penyusunan Silabus dan Bahan Ajar Mata Pelajaran Akuntansi Dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada SMA Negeri Di Kota Surakarta
60
61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di 8 (delapan) Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Surakarta yang telah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Alasan penelitian dilakukan di SMA Negeri karena sebelum ini belum ada penelitian yang meneliti tentang penyusunan silabus dan bahan ajar dalam KTSP yang dilakukan di SMA Negeri di Kota Surakarta, dan juga SMA merupakan jenjang pendidikan yang akan berlanjut ke perguruan tinggi, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti proses penyesuaian yang dilakukan pihak sekolah dengan kriteria dalam KTSP untuk meningkatkan kualitas anak didiknya. Adapun subyek penelitiannya adalah guru mata pelajaran Akuntansi dan Kepala Sekolah yang sebagian diwakili oleh Waka Kurikulum. 2. Waktu Penelitian Waktu yang penulis rencanakan untuk menyelesaikan penelitian ini terbagi dalam beberapa tahap seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 2: Jadwal Pelaksanaan Penelitian KEGIATAN
Feb
A. Tahap Persiapan 1. Pengajuan Proposal 2. Ijin Penelitian B. Pelaksanaan Penelitian 1. Pengumpulan Data Lapangan 2. Analisis Data C. Penulisan Laporan Penelitian 45
61
Mar
Tahun 2009-2010 Apr Juli Okt
Jan ‘10
62
B. Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dan jenis data penelitian yang diperlukan, maka penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian bermaksud untuk melakukan penyelidikan dengan menggambarkan dan memaparkan keadaan subyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya. Menurut Lexy J. Moleong (2007:4) mengutip pendapat Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa “Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati.” Oleh karena itu data yang terkumpul berwujud kata-kata dalam kalimat atau gambar berisi catatan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Dalam buku yang sama, Lexy J. Moleong (2007:5) juga menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, metode yang biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Pada penelitian kualitatif, penelitian lebih ditekankan pada sifat naturalisme, yaitu realita yang muncul dan didasarkan pada peristiwa-peristiwa nyata yang menjadi bahan kajian dalam penelitian, sehingga arah dari kegiatannya diarahkan secara dekat pada masalah kekinian dengan semua teknik pengumpulan data, dan kualitas pelaksanannya sangat tergantung pada penelitinya sebagai alat pengumpulan data utama.
C. Sumber Data Ketepatan dalam memilih dan menentukan sumber data dalam penelitian akan turut menentukan ketepatan, kekayaan data dan atau informasi yang diperoleh peneliti. Pemilihan sumber data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh kedalaman studi. Menurut Sutopo, H.B. (2006:2) “Sumber data penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa dan tingkah laku, dokumen serta arsip serta berbagai benda lain.” Menurut Lofland dan Lofland, yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2007:157) mengatakan bahwa: “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif
62
63
adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.” Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Informan atau nara sumber, adalah orang-orang yang memberikan informasi kepada peneliti karena orang tersebut dipandang mengetahui permasalahan yang dikaji peneliti. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati merupakan penelitian. Informan yang dipilih peneliti adalah orang-orang yang dipandang benar-benar mengetahui permasalahan sehingga dapat diperoleh data yang obyektif. Informan yang dipilih pada penelitian ini adalah : a). Guru-guru mata pelajaran Akuntansi b). Kepala sekolah yang diwakili oleh Waka Kurikulum 2. Tempat, peristiwa atau kejadian, adalah tempat terjadinya peristiwa atau berlangsungnya kegiatan yang dijadikan sumber data bagi penelitian. Dalam penelitian ini, tempat dan peristiwa merupakan kegiatan yang dapat diamati yang dilakukan oleh informan pada SMA Negeri 1 Surakarta hingga SMA Negeri 8 Surakarta. 3. Sumber tertulis yaitu dokumen berupa arsip atau catatan mengenai segala informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
D. Teknik Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran Akuntansi, Kepala Sekolah yang diwakili oleh Waka Kurikulum SMA Negeri di Kota Surakarta yang telah melaksanakan KTSP yaitu pada SMA Negeri 1 Surakarta hingga SMA Negeri 8 Surakarta. Untuk meneliti seluruh kegiatan yang ada pada wilayah penelitian, maka peneliti harus meneliti seluruh populasi tersebut. Akan tetapi hal ini membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, peneliti mengambil sampel, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan tujuan menggali informasi yang sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya dari sumber yang tepat dan dapat dipercaya. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan rekomendasi dari sekolah terhadap salah satu guru Akuntansi di sekolah tersebut.
63
64
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik purpossive sampling (sampel bertujuan), yaitu sampel diambil tidak ditekankan pada jumlah, melainkan pada kekayaan informasi yang dimiliki anggota sampel sebagai sumber data. Cara pengambilan sampel didasarkan pada karakteristikkarakteristik tertentu yang dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian karena sampel tidak dimaksudkan untuk generalisasi. Pengertian menurut Lexy J. Moleong (2007:165) tentang sampel yaitu: “sampling dimaksudkan untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dalam pelbagai macam sumber dan bangunannya. ... maksud yang kedua ialah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.” Sehingga dalam penelitian kualitatif tidak akan ada sampel acak, melainkan sampel yang bertujuan. Dalam pelaksanaannya pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan data. Informan yang dipilih dapat menunjuk yang lebih mengetahui permasalahan sehingga diperoleh data yang mendalam dan benar-benar dapat mendukung tercapainya hasil penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data merupakan suatu bagian sangat penting dalam setiap bentuk penelitian. Kesalahan dalam suatu pengumpulan data akan sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Maka data yang dikumpulkan diharapkan dalam setiap penelitian adalah data yang benar dan dapat dipercaya. Sesuai dengan pendekatan kualitatif dan jenis sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Kuesioner Metode kuesioner merupakan cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan secara lisan maupun tertulis kepada responden serta terdapat alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden. Metode ini juga sering disebut metode angket. Penggunaan metode kuesioner ini dilandasi karena peneliti ingin mendapatkan data yang cukup banyak dalam waktu yang singkat
64
65
namun mencakup keseluruhan materi dan garis besar sehingga didapatkan gambaran umum penelitian. Metode kuesioner dalam penelitian ini tidak dimaksudkan untuk membuat sistem penilaian dengan kelompok angka melainkan akan dideskripsikan dalam bentuk kalimat. Kuesioner dalam penelitian ini diberikan kepada guru mata pelajaran Akuntansi yang menjadi responden utama dalam penelitian ini sebagai salah satu sumber data yang akan digunakan sebagai trianggulasi dalam pengolahan hasil penelitian.
2. Wawancara Dalam penelitian kualitatif, sumber data yang sangat penting adalah berupa manusia dalam posisinya sebagai nara sumber atau informan sehingga untuk mengumpulkan informasi dari sumber data diperlukan teknik wawancara. Salah satu pendapat tentang wawancara yaitu: “Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan dengan tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)”. Moh. Nazir (1999:234) Lexy J. Moleong (2002:135) menyatakan bahwa, “Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. Pada umumnya, wawancara dalam penelitian kualitatif tidak dilakukan secara terstruktur dan ketat dengan pertanyaan tertutup, tetapi dilakukan secara tidak terstruktur sebagai teknik wawancara mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat terbuka dan mengarah kepada kedalaman informasi, sehingga tidak terpancang pada satu bentuk atau jenis pertanyaan saja, namun dapat berkembang sesuai dengan temuan studi dan kebutuhan penelitian. Dalam penelitian ini, teknik wawancara dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan untuk memperoleh informasi-informasi yang
65
66
berkaitan dengan masalah penelitian serta informan juga memberikan jawaban secara lisan. Terdapat dua kelompok informan atau interviewee dalam penelitian ini, yaitu informan utama, yang terdiri dari guru-guru mata pelajaran Akuntansi di SMA Negeri di Surakarta, dan informan yang digunakan sebagai validasi atas hasil wawancara dengan informan utama, yaitu kepala sekolah yang diwakili oleh waka kurikulum, dan beberapa siswa kelas XI IPS yang diajar oleh guru yang menjadi responden utama. 3. Observasi Teknik obsevasi atau pengamatan digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktifitas, perilaku, tempat, benda, serta rekaman gambar. Menurut Suharsismi Arikunto (1997:146), “Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra”. Dalam penelitian ini, observasi yang akan dilakukan adalah mengamati proses kegiatan belajar mengajar Akuntansi di salah satu kelas yang diampu guruguru yang menjadi informan utama dalam teknik wawancara, dan juga mengamati penyusunan silabus dan bahan ajar yang digunakan oleh informan tersebut dalam proses belajar mengajarnya sehingga akan mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. 4. Dokumentasi “Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu.” Demikian diungkapkan oleh H.B. Sutopo (2006:54) yang menunjukkan bahwa teknik pengumpulan data ini merupakan cara untuk mendapatkan data tertulis dengan cara mencatat dan mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang isinya berhubungan dengan masalah dan tujuan dari penelitian ini, yaitu implementasi penyusunan silabus dan bahan ajar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Metode dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mempelajari dokumen, arsip, catatan-catatan, atau hal-hal lain guna melengkapi informasi-informasi agar lebih dalam dan lengkap. Dokumen tersebut antara lain
66
67
berupa kelengkapan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, program tahunan, program semester, rancangan penilaian, bahan ajar yang disusun atau digunakan oleh guru yang menjadi informan utama, beserta dokumen lain yang dibutuhkan untuk melengkapi penelitian ini.
F. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti (atau orang lain yang ditugasi) dalam kegiatan pengumpulan data agar kegiatan pengumpulan data menjadi sistematis dan mudah (Budiyono, 2003:47). Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi, lembar dokumentasi, pedoman wawancara, serta angket yang akan digunakan untuk saling melengkapi dan mendukung informasi yang didapatkan dari masing-masing instrumen.
G. Teknik Analisa Data Dalam penelitian kualitatif, data-data disajikan dalam bentuk kata-kata verbal, bukan dalam bentuk angka. Data yang berupa kata-kata tersebut masih sangat beragam, sehingga perlu diolah agar menjadi sistematis, ringkas dan logis. Data yang diperoleh dari lapangan harus dipelajari, dan selanjutnya dipilah-pilah sehingga informasi penting bisa didapatkan. Penelitian kualitatif tidak menguji hipotesis yang dibuat sebelum penelitian. Proses analisis data dilakukan secara bersamaan dan berkelanjutan dengan proses pengumpulan data. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Lexy J. Moleong. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif. H.B. Sutopo (2006:120) mengungkapkan: ”Analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.”
67
68
Berikut ini gambaran analisis data model interaktif : Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Verifikasi / Penarikan Kesimpulan Gambar 6. Analisis Data Model Interaktif (H.B. Sutopo, 2006:120) Semua komponen dalam analisis data tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dimana suatu langkah harus dilakukan untuk menuju langkah selanjutnya dan terjadi hubungan antara satu langkah dengan langkah lain.
H. Validitas Data Data yang telah digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Untuk memperoleh data yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka peneliti melakukan pemeriksaan keabsahan data atau validitas data. Menurut Lexy J. Moleong (2007:178), ”Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.” Macam teknik triangulasi menurut Patton sebagaimana telah dikutip oleh H.B Sutopo (2002:78), yaitu ”(1) triangulasi data (data triangulation), (2) triangulasi peneliti (investigator triangulation), (3) triangulasi metodologis (methodological triangulation), dan (4) triangulasi teoretis (theoretical triangulation)”.
68
69
Adapun uraiannya sebagai berikut: 1. Triangulasi Data Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. 2. Triangulasi Peneliti Yaitu hasil penelitian baik data maupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti. 3. Triangulasi Metode Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data yang sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda 4. Triangulasi Teori Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dalam penelitian ini, teknik pemeriksaan data yang digunakan adalah triangulasi data (sumber) dan triangulasi metode. Peneliti menggunakan triangulasi data (sumber) dengan tujuan agar di dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih valid kebenarannya bila di dapat dan digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah tata urutan atau langkah-langkah rinci yang harus ditempuh untuk melaksanakan penelitian. Hal ini dimaksudkan agar penelitian dapat berjalan dengan teratur sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Prosedur penelitian dapat berupa gambar (skema) yang melukiskan kegiatan sejak awal (persiapan) sampai dengan pembuatan laporan. Menurut Bogdan yang dikutip Lexy J. Moleong (2007:85) mengatakan bahwa dalam prosedur penelitian ada tiga tahapan, yaitu: pra lapangan, kegiatan lapangan, dan analisis data.
69
70
Dalam penelitian ini menggunakan prosedur penelitian dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Disebut juga tahap pra lapangan yang kegiatannya antara lain dimulai dari mempersiapkan rancangan penelitian dan mengurus ijin penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Tahap ini sering disebut juga tahap lapangan. Pada tahap ini kegiatan penelitian adalah menggali data dan sumber data yang relevan dengan tujuan penelitian, antara lain wawancara dan pengumpulan dokumen. 3. Tahap Analisis Data Kegiatan pada tahap ini adalah berusaha menemukan tema-tema yang relevan dengan masalah penelitian, serta merumuskan hipotesis, dan menganalisis berdasarkan hipotesis tersebut, meskipun hipotesis tersebut tidak selalu ada karena tidak semua penelitian kualitatif merumuskan hipotesis. 4. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian Tahap ini merupakan tahap akhir dalam proses penelitian, dimana dalam tahap ini semua data yang telah didapatkan, diolah dan dianalisis untuk kemudian dilaporkan dan disusun dalam bentuk skripsi. Keempat tahap tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut ini: Penarikan Kesimpulan
Proposal
Penulisan Laporan
Persiapan Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan data dan analisis
Analisis Akhir Laporan dan penggandaan
Gambar 7. Skema Prosedur Penelitian
70
lxxi
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di delapan (8) SMA Negeri di kota Surakarta. Secara terperinci, ke-delapan Sekolah Menengah Atas tersebut bisa disajikan dalam tabel berikut : Tabel 3. Nama Sekolah, Alamat dan Kepala Sekolah SMA Negeri di Kota Surakarta. No Nama Sekolah 1. SMA N 1 Surakarta
Alamat Jl. Monginsidi No. 40 Surakarta
Kepala Sekolah Drs. Thoyibun, SH, MM
2.
SMA N 2 Surakarta
Jl. Monginsidi No. 40 Surakarta
Drs. Sukardjo, MA
3.
SMA N 3 Surakarta
Jl. Prof Johannes 58 Surakarta
Drs. Ngadiyo, M.Pd.
4.
SMA N 4 Surakarta
Jl. Adi Sucipto No. 1 Surakarta
Drs. Edy Pudiyanto, M.Pd.
5.
SMA N 5 Surakarta
Jl. Letjend. Sutoyo 18 Surakarta
Drs. Unggul S, M.Pd
6.
SMA N 6 Surakarta
Jl. Mr. Sartono No. 30 Surakarta
Drs. Makmur S, M.Pd.
7.
SMA N 7 Surakarta
Jl. Muh. Yamin No. 79 Surakarta Dra. Endang Sri K, M.Pd
8.
SMA N 8 Surakarta
Jl. Sumbing VI No. 65, Surakarta Drs. Sudadi Mulyono, M.Si
Secara ringkas deskripsi
penelitian dari 8 (delapan) SMA di kota
Surakarta dapat dideskripsikan sebagai berikut : 1. Sekolah Menegah Atas Negeri I Surakarta Visi : Terwujudnya sekolah yang mampu menghasilkan insan yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, disiplin, cerdas, berbudi luhur dan berwawasan luas. Misi : a. Memelihara dan meningkatkan pengamalan dari ajaran agama masing-masing dengan mengembangkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari. b. Menanamkan kesadaran berdisipiln tinggi kepada seluruh warga sekolah. c. Melaksanakan pendidikan pembelajaran dan pelayanan yang optimal sehingga terbentuk insan yang berprestasi di segala bidang. 55 lxxi
lxxii
d. Membudayakan perilaku santun, jujur dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya bangsa. e. Meningkatkan fasilitas-fasilitas sekolah sebagai sumber dan sarana belajar. f. Mendayagunakan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan wawasan yang semakin luas dan semakin terampil g. Menjalin kerjasama dengan berbagai instansi lokal, nasional, maupun internasional. h. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian warga sekolah terhadap kelestarian lingkungan hidup. Tujuan : a. Mempersiapkan peserta didik yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. b. Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian, cerdas, berkualitas, dan berprestasi di bidang akademik maupun nonakademik. c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu bersaing dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. d. Mempersiapkan dan membekali ketrampilan peserta didik untuk hidup bermasyarakat dan bernegara dengan berpegang pada nilai-nilai martabat dan budi luhur bangsa. e. Membekali peserta didik untuk dapat memelihara seni dan budaya bangsa (budaya Jawa khususnya seni budaya Surakarta). 2. Sekolah Menegah Atas Negeri 2 Surakarta Visi : Mampu menjadi SMA unggulan yang berwawasan IPTEK, Seni, Olah Raga dan IMTAQ Misi : a. Menumbuhkan semangat disiplin tinggi kepada seluruh warga sekolah. b. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efesien, sehingga mencapai hasil yang optimal.
lxxii
lxxiii
c. Mendorong semangat seluruh warga sekolah untuk lebih berprestasi sesuai bakat minatnya. d. Membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya agar dapat dikembangkan secara optimal (meliputi bidang agama, bahasa, seni, budaya, olah raga dan ilmu pengetahuan),sehingga memiliki kepercayaan diri yang kuat dan mampu bersaing masuk perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang favorit. 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Surakarta Visi : Terwujudnya akhlak mulia dan semangat berprestasi dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Seni Buaya menuju sekolah unggul yang berwawasan Internasional. Misi : a. Mengembangkan tata nilai dan akhlak mulia berdasarkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Mewujudkan sinergi dan profesionalisme warga sekolah c. Menciptakan kondisi sekolah yang kondusif untuk mewujudkan semangat berprestasi dan berkembangnya wawasan keilmuan, teknologi serta seni budaya Tujuan a. Memberi layanan kepada siswa yang berpotensi untuk mencapai prestasi bertaraf nasional dan internasional b. Menyiapkan lulusan SMA Negeri 3 Surakarta yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global c. Menyiapkan lulusan SMA Negeri 3 Surakarta memiliki kompetensi seperti yang tercantum dalam SKL yang diperkaya dengan sekolah berciri internasional 4. Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Surakarta Visi : SEKOLAH : UNGGUL DALAM PRESTASI SANTUN DALAM PERILAKU Dengan Indikator:
lxxiii
lxxiv
a. Unggul dalam perolehan Nilai Ujian Nasional b. Unggul dalam Persaingan SNMPTN c. Unggul dalam lomba akademik dan non akademik d. Unggul dalam hal mentalitas dan moralitas Misi : Mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan : Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
5. Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Surakarta Visi : “Unggul dalam mutu, berpijak pada budaya bangsa, beriman, bertaqwa dan mampu menghadapi tantangan global”. Misi : a. Menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta budi pekerti. b. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang membentuk pengembangan diri guru dan memotivasi siswa. c. Menumbuhkan semangat kedisiplinan, kejujuran, ketertiban dan rasa tanggung jawab yang tinggi kepada seluruh warga sekolah. d. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. e. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah
lxxiv
lxxv
f. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali dirinya agar dapat dikembangkan secara optimal
6. Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Surakarta Visi : Menjadi sekolah yang mampu menghasilkan insan yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, disiplin, cerdas, berbudi luhur dan berwawasan luas. Misi : a. Memelihara dan meningkatkan pengamalan dari ajaran agama b. Menanamkan kesadaran berdisipiln tinggi kepada seluruh warga sekolah. c. Melaksanakan pendidikan pembelajaran dan pelayanan yang optimal d. Membudayakan perilaku santun, jujur dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya bangsa. e. Meningkatkan fasilitas-fasilitas sekolah sebagai sumber dan sarana belajar. f. Mendayagunakan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan wawasan yang semakin luas dan semakin terampil Tujuan : a. Mempersiapkan peserta didik yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. b. Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian, cerdas, berkualitas, dan berprestasi. c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi d. Mempersiapkan dan membekali ketrampilan peserta didik untuk hidup bermasyarakat dan bernegara dengan berpegang pada nilai-nilai martabat dan budi luhur bangsa.
7. Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Surakarta Visi : Unggul dalam meraih Pendidikan Tinggi Misi : a. Disiplin dan berbudi luhur menuju prestasi. b. Dengan menumbuhkan semangat disiplin tinggi pada seluruh warga Sekolah.
lxxv
lxxvi
c. Terwujudnya siswa memiliki keimanan, ketaqwaan, sehat jasmani dan rohani. d. Memelihara, melestarikan dan memberdayakan budaya daerah. e. Menyiapkan SDM yang berdaya saing tinggi.
8. Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Surakarta Visi Meningkat dalam prestasi akademis dan unggul dalam prestasi non akademis berdasarkan iman dan takwa Misi a. Melaksanakan pembelajaran secara efektif sehingga siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki b. Mengenalkan dan menggunakan serta mengembangkan hasil teknologi modern c. Mengoptimalisasi bakat dan ketrampilan siswa sehingga memiliki kemandirian dan kecakapan hidup di tengah masyarakat d. Menumbuhkan semangat ketertiban dan kedisiplinan bagi warga sekolah sebagai konsep dasar menuju sukses e. Mendorong semangat kerja bagi guru dan karyawan sehingga memiliki tanggung jawab dan berdedikasi tinggi f. Meningkatkan pengamalan ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan berperilaku g. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi diri dalam bidang olahraga dan seni sehingga dapat berkembang secara optimal h. Membudayakan etika pergaulan yang saling sapa, salam, senyum sehingga terjalin persaudaraan dan kesetiakawanan sejati, saling asah, asih asuh.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada SMA di Kota Surakarta
lxxvi
lxxvii
Di kota Surakarta terdapat dua SMA Negeri yang termasuk dalam kelompok Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI) yaitu SMA Negeri 1 dan 3, sementara enam SMA Negeri lainnya yatu SMA Negeri 2,4,5,6,7,8 termasuk dalam Rintisan Sekolah Katagori Mandiri (RSKM). Tidak bisa dipungkiri bahwa pemahaman guru terhadap kurikulum masih beragam, namun tidak salah artinya mereka menekankan pada inti dan pandangan pakar. Ada yang mengemukakan, sebagaimana disampaikan oleh salah satu guru SMA Negeri 4, Bp Haryanto bahwa : ”Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran, yang telah disusun secara sistematis dan logis, yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan” . Sementara itu, salah seorang guru SMA Negeri 6, Ibu Hestrini mengemukakan bahwa : ”Kurikulum merupakan serangkaian kegiatan pengalaman belajar dimana kegiatan kurikulum tersebut tidak terbatas dalam ruang kelas saja melainkan juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Pada intinya, semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa merupakan kurikulum”. Pandangan yang agak berbeda dikemukakan oaleh salah satu kepala Sekolah Menengah Atas, Bp Edy Pudiyanto sebagai berikut : ”Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan
pembelajaran
untuk
mencapai
tujuan
pendidikan tertentu.” Sebagai suatu perangkat sekaligus sistem, kurikulum memiliki empat komponen penting, yaitu : a) Tujuan, b) Bahan pelajaran, c) Proses belajar mengajar, d) Evaluasi dan penilaian. Sebagai suatu sistem, kurikulum memiliki komponen-komponen atau bagian-bagian yang saling mendukung dan membentuk satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Komponen-komponen dalam sebuah sistem bersifat harmonis, tidak saling bertentangan
lxxvii
lxxviii
Tujuan pembelajaran merupakan kompas bagi guru mencapai tiga ranah utama, yaitu : a) Ranah Kognitif, b) Ranah Afektif dan c) Ranah Psikomotorik. Bahan Pelajaran adalah segala bentuk bahan yang dapat digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dalam rangka menguasai materi pelajaran yang diberikan, baik berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Proses Belajar Mengajar mencakup isi program kurikulum yang disampaikan kepada siswa untuk mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang ditentukan atas dasar tujuan institusional sekolah yang bersangkutan. Dalam pelaksanaannya, proses belajar mengajar merupakan penentu berhasil tidaknya semua komponen lain yang telah disusun. Sedang penilaian dan evaluasi merupakan tolok ukur keberhasilan pelaksaksanaan kurikulum yang telah disusun. Secara umum, penilaian tidak dapat dilakukan dengan sama rata, melainkan ada pembagian sesuai dengan ranahnya untuk mendapatkan nilai yang maksimal. Dari sekian pendapat dari informan bisa dikemukakan bahwa pemahaman kurikulum selalu dinamis, namun setidaknya bisa disimpulkan bahwa kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan yang harus ditempuh siswa yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan agar anak dapat berpartisipasi aktif dan produktif di masyarakat dengan menjadi pribadi yang cerdas, berakhlak mulia, berkepribadian, serta memiliki keahlian yang dapat digunakan bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan mengadopsi pengertian kurikuluam di atas, maka pengertian Kurkulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan kurikulum yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi masing-masing satuan pendidikan agar benar-benar sesuai dengan tuntutan masyarakat yang ada disekitar. Hampir semua informan mengemukakan kesamaan pandangan dalam proses penyusunan KTSP. Mereka mengemukakan bahwa dalam proses
lxxviii
lxxix
penyusunan KTSP perlu diawali dengan melakukan analisis konteks terhadap hal-hal sebagai berikut : a. Potensi, kekuatan, dan kelemahan yang ada di sekolah dan satuan pendidikan, baik yang berkaitan dengan peserta didik, guru, kepala sekolah dan program-program yang ada di sekolah. b. Peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar, baik yang bersumber dari komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri, dan dunia kerja, serta sumber daya alam dan sosial budaya. c. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai acuan dalam penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam proses penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Salah seorang informan dari SMA 4 (Bp Haryanto) mengemukakan bahwa : ”Setelah dilakukan tiga langkah diatas kemudian dilakukan School review dan Benchmarking. School review adalah suatu proses mengembangkan komponen sekolah agar bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas lembaga, serta mutu lulusan. Benchmarking adalah kegiatan menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Semua proses ini dilakukan oleh tim penyusun KTSP di bawah pengawasan dinas kabupaten / kota dan provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan”. Sebagai suatu sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memiliki enam komponen penting, yaitu bahwa satuan pendidikan dalam menyusun kurikulum harus memiliki : a. Visi dan misi satuan pendidikan b. Tujuan pendidikan satuan pendidikan c. Kalender pendidikan d. Struktur muatan KTSP yang terdiri atas : 1) Mata pelajaran 2) Muatan lokal 3) Kegiatan pengembangan diri 4) Pengaturan beban belajar 5) Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan
lxxix
lxxx
6) Pendidikan kecakapan hidup 7) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global e. Silabus f. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Implementasi penyusunan Kurikulum Satuan Pendidikan
pada
Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Surakarta secara formal telah memenuhi enam tuntutan itu, yang meliputi : a) Visi dan misi pendidikan, b) Tujuan pendidikan, c) Kalender pendidikan, d) Struktur muatan KTSP e) Silabus dan f) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hampir semua informan pada SMA Negeri di Kota Surakarta memiliki pandangan yang sama terhadap enam komponen tersebut. Visi merupakan suatu pandangan atau wawasan yang merupakan representasi dari apa yang diyakini dan diharapkan dalam suatu organisasi, dalam hal ini sekolah pada masa yang akan datang. Tujuan pendidikan satuan pendidikan merupakan acuan dalam mengembangkan KTSP. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam penyusunan kalender pendidikan, pengembang kurikulum harus mampu menghitung jam belajar efektif untuk pembentukan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik. Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetesi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.
lxxx
lxxxi
Mekanisme penyusunan KTSP pada Sekolah Menengah Atas di Kota Surakarta menempuh tiga tahap utama, yaitu a) Pembentukan tim kerja, b) Penyusunan draft dan c) Revisi dan Finalisasi. Bpk Wiyono, sebagai salah satu tim pengembang kurikulum pada SMA Negeri 1 Surakarta mengemukakan : ”Tim pengembang kurikulum terdiri dari guru, kepala sekolah, guru pembimbing, komite sekolah, dan dalam hal tertentu dapat melibatkan orang tua atau peserta didik. Pengembangan draft KTSP yang lengkap mulai dari perumusan visi dan misi satuan pendidikan sampai pada rencana pelaksanaan pembelajaran, yang siap diaktualisasikan dalam pembelajaran. Sebelum KTSP benar-benar diaplikasikan dalam pembelajaran, perlu dilakukan revisi melalui rapat kerja sekolah dan/atau kelompok sekolah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun ajaran baru sehingga semua materi dalam KTSP sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dari peserta didik”. Penyusunan KTSP meliputi penyiapan dan penyusunan draft, review dan revisi, serta finalisasi. Dengan proses penyusunan yang tidak hanya berjalan satu kali, memungkinkan guru sebagai salah satu komponen penyusun KTSP untuk mengoreksi atau merevisi. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengesahan terhadap dokumen KTSP oleh kepala sekolah serta diketahui oleh komite sekolah dan dinas kabupaten/kota.
2. Proses Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS pada SMA Negeri di Kota Surakarta Seperti diketahui bahwa silabus merupakan salah satu komponen dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Menurut Pola Induk Sistem Pengujian Hasil Kegiatan Pembelajaran Berbasis Kemampuan Dasar SMA terbitan Depdiknas dikatakan bahwa silabus merupakan produk pengembangan kurikulum berupa
lxxxi
lxxxii
penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kemampuan dasar yang ingin dicapai, dan uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Di Sekolah Menengah Atas wilayah Kota Surakarta, pengembangan silabus berbasis KTSP dilakukan oleh para guru secara mandiri dan atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus KTSP bisa diserahkan kepada guru sehingga diharapkan akan memberikan hasil dan kreatifitas yang berbeda antara satu guru dengan guru lain, baik dalam satu daerah ataupun dalam daerah yang berbeda. Namun demikian, hampir semua SMA yang ada di Kota Surakarta tetap mengacu pada Silabus yang diedarkan pemerintah (Depdiknas), sebagaimana dikemukakan oleh Ibu Th. Dwi Nuraini seorang guru SMA 2 Surakarta: ”Penyusunan Silabus mengacu pada silabus KTSP dari Pemerintah dan dikembangkan melalui forum MGMP baik sekolah maupun MGMP Kota”. Hampir semua guru memahmi bahwa Landasan pengembangan silabus diatur dengan jelas di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 17 ayat (2) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 20. Suatu silabus minimal harus memuat enam komponen utama, yaitu: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi standar, standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan standar penilaian. Kenyataan seperti itu didukung oleh seorang guru SMA Negeri 3, Ibu Dyah Retniningsih yang berpendapat : ”Penyusunan Silabus tetap mengacu pada silabus dari pemerintah tetapi dikembangkan secara intern sekolah itu sendiri dengan memanfaatkan forum MGMP sekolah maupun MGMP Kota” Pengembangan terhadap komponen-komponen tersebut merupakan kewenangan mutlak guru, termasuk pengembangan format silabus, dan
lxxxii
lxxxiii
penambahan komponen-komponen lain dalam penyusunan silabus di luar komponen minimal yang sudah ditentukan, yang pengawasannya berada di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan. Semakin lengkap komponen suatu silabus, semakin memudahkan guru dalam menjabarkan silabus tersebut ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang berisi garis-garis besar materi pembelajaran. Agar pengembangan silabus tetap berada dalam bingkai pengembangan kurikulum nasional, maka perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pengembangannya. Dalam penyusunan silabus senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip dimana setiap silabus harus : ilmiah, relevan, fleksibel, kontinuitas, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, efektif dan fleksibel serta efisien dan menyeluruh. Peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberi arahan bahwa dalam pengembangan silabus perlu diperhatikan komponen-komponen penting yang meliputi : Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi Pokok Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu serta Sumber Belajar. Fleksibilitas dan aktualitas penyusunan silabus dikemukakan seorang guru SMA 5, Bp Maryono : “Penyusunan silabus mengacu pada prinsip-prinsip yang disampaikan pemerintah, antara lain bahwa silabus harus fleksibel dan aktual. Pengembangan silabus ditempuh melalui forum MGMP sekolah dan Kota. Salah satu bentuk pengembangan silabus yang fleksiabel dan aktual yang diberlakukan pada SMA Negeri 5 adalah pemberian materi Myob Accounting. Pemberian materi itu sesuai kondisi dan kebutuhan masyarakat industri dan dunia usaha saat ini, sehingga dirasa perlu diberikan kepada siswa”. Hampir tidak ada perbedaan pengembangan silabus yang berlaku pada Rintisan Sekolah Berbasis Internasional dengan Rintisan Sekolah Katagori Mandiri. Pendapat seperti itu dikemukakan oleh dua orang guru akuntansi pada dua SMA bertaraf RSBI di Kota Surakarta (Bp Wiyono dan Ibu Dyah Retniningsih), yang mengemukakan :
lxxxiii
lxxxiv
“Katagori sekolah baik RSBI ataupun RSKM tidak terlalu berpengaruh dalam penyusunan dan pengembangan silabus. Penyusunan silabus pada sekolah RSBI hanya mentranslate silabus sekolah Reguler (RSKM) kedalam silabus dalam bahasa inggris. Untuk kelas SBI silabusnya hanya akan mentransfer silabus kelas IPS reguler yang ada sekarang ke bahasa inggris”. Pengembangan silabus pada delapan SMA Negeri di Kota Surakarta telah mengikuti prosedur yang ditawarkan Pemerintah melalui forum MGMP baik tingkat sekolah maupun MGMP tingkat Kota. Prosedur itu meliputi : a. Pengisian kolom identitas b. Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi, dengan memperhatikan hal-hal berikut: 1) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi; 2) Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran; 3) Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran. c. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar. d. Mengidentifikasi materi pokok/standar pembelajaran, dengan mempertimbangkan: 1) Potensi peserta didik; 2) Relevansi dengan karakteristik daerah; 3) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik; 4) Kebermanfaatan bagi peserta didik; 5) Struktur keilmuan; 6) Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; 7) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; 8) Alokasi waktu. e. Mengembangkan pengalaman belajar, memberikan bantuan guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional, antara lain:
lxxxiv
lxxxv
1) Memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar 2) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran 3) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik yaitu kegiatan siswa dan materi. f. Merumuskan indikator keberhasilan, prinsip pengembangan indikator adalah sesuai dengan kepentingan (Urgensi), kesinambungan (Kontinuitas), kesesuaian (Relevansi) dan Kontekstual. Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten. Digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. g. Menentukan penilaian (standar penilaian), penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. h. Menentukan alokasi waktu, penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. i. Menentukan sumber belajar, sumber belajar adalah rujukan, objek dan/ atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, dan dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam,
lxxxv
lxxxvi
sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Salah satu format silabus yang dikembangkan pada sekolah bertaraf RSBI di Kota Surakarta adalah sebagai berikut : Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi No. 1.
Kompetensi Dasar Siswa mam pu menyelesaikan Siklus akuntansi
Materi Pembelajaran Siklus akuntansi perusahaan jasa
: SMA N 1 Surakarta : Akuntansi : XI IPS 2 / 2 : Siswa memahami siklus akuntansi Kegiatan Sumber Indikator Penilaian Alokasi Pembeljrn Belajar Membuat Jurnal & Tugas 3 x 45 Buku jurnal – lap keu dan menit Esis, laporan Ulangan Akuntansi keuangan harian Jilid 2, Erlangga
3. Kendala yang dihadapi dan Upaya yang dilakukan dalam Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS pada SMA Negeri di Kota Surakarta Secara keseluruhan, penyusunan silabus pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Surakarta tidak banyak mengalami kesulitan. Kendala yang dihadapi bukan pada prosedur penyusunan silabus, namun lebih banyak pada implementasi pelaksanaan dari silabus yang telah disusun. Berbagai kendala itu antara lain : i.
Sarana yang belum memadai untuk mendukung KBM (tidak ada laboratorium IPS). Harus diakui bahwa untuk mencapai standar kompetensi dibutuhkan berbagai sarana penunjang. Meskipun silabus telah disusun secara baik, namum dalam pelaksanaannya masih perlu dilengkapi sarana yang lain. Satu hal yang dirasakan adalah terbatasnya sarana laboratorium berupa laboratorium komputer dan laboratorium IPS sebagai sarana
lxxxvi
lxxxvii
praktik akuntansi sebagaimana dikemukakan oleh seorang guru SMA Negeri 5, Bp Maryono: ”Satu hal yang menyulitkan bagi guru dalam mengimplementasikan silabus, yaitu terbatasnya laboratorium IPS, sehingga menyulitkan dalam proses pembelajaran” ii.
Kualitas Sumber Daya Manusia pada Sekolah berkatagori RSBI. Tidak bisa dipungkiri bahwa sekolah yang berkatagori RSBI menitikberatkan pada pembelajaran bertaraf internasional, namun kenyataannya masih sulit dibedakan dengan proses pembelajaran yang terjadi pada sekolah yang berkatagori RSKM. Penguasaan bahasa inggris bagi para tenaga pengajar menjadi kendala utama, sebagaimana dikemukakan Bpk. Wiyono dan Ibu Dyah Retniningsih sebagai berikut : ”Sumber daya manusia dari guru masih belum cukup mampu memenuhi standar sebagai guru sekolah berbasis internasional, termasuk didalamnya adalah penguasaan media pembelajarannya”.
iii.
Disparitas Kualitas Input Siswa Terdapat perbedaan kualitas input siswa pada kelompok sekolah bertaraf RSBI dengan sekolah berkatagori RSKM. Perbedaan itu sangat menyulitkan bagi guru dalam ”mensukseskan” silabus yang telah dikembangkan dan disusun dengan susah payah. Tidak bisa dipungkiri bahwa kesenjangan kualitas input siswa pada SMA Negeri di Kota Surakarta antara SMA Negeri 1 sampai SMA Negeri 8 sangat tampak. Kondisi seperti itu sangat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran, sebagaimana dikemukakan seorang guru SMA Negeri 8, Bp Joko Trisianto sebagai berikut : ”Input nilai siswa yang sangat rendah dibanding Sekolah Menengah Atas Negeri yang lain sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran”
iv.
Sarana penunjang Proses Pembelajaran
lxxxvii
lxxxviii
Partisipasi orang tua dalam bentuk sumbangan komite sekolah sangat mempengaruhi penyediaan sarana penunjang pembelajaran bagi siswa. Pada sekolah sekolah yang tergolong RSKM dalam katagaori ”rendah” masih banyak dijumpai persoalan, terutama berkenaan dengan sarana media pembelajaran maupun sarana praktik dalam wujud fasilitas laboratorium, sebagaimana disampaikan oleh dua orang guru, SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 8 sebagai berikut : ”Terbatasnya sarana dan prasarana berupa media pembelajaran maupun laboratorium baik komputer maupun laboratorium IPS sangat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran” Kendala utama yang dihadapi masing masing sekolah berbedabeda, sehingga masing-masing sekolah akan melakukan upaya yang beragam sesuai persoalan yang dihadapi. Terbatasnya sarana pembelajaran pada sekolah berkatagori RSKM ditempuh dengan pengadaan secara bertahap melalui pengajuan dana kepada pemerintah baik kota maupun pusat serta kepada komite sekolah. Pada sekolah berkatagori RSBI, peningkatan kualitas SDM dilakukan dengan pelatihan-pelatihan bahasa inggris bagi guru-guru. Optimalisasi sarana dan laboratorium yang dimiliki mejadi satu-satunya cara untuk mengatasi kekurangan dan kendala bagi sekolah-sekolah berkatagori RSKM.
4. Proses Penyusunan Bahan Ajar Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS pada SMA Negeri di Kota Surakarta Seorang guru berkewajiban membuat dan menyediakan materi pembelajaran (instructional materials). Materi pembelajaran atau bahan ajar merupakan salah satu komponen dalam sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Dengan materi pembelajaran berupa bahan ajar siswa dapat mempelajari materi secara runtut dan sistematis sehingga siswa mampu menguasai
lxxxviii
lxxxix
semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Materi atau bahan ajar berisikan tentang pengetahuan, ketrampilan dan minat atau sikap yang harus dipelajari dan dikuasai siswa sebagai subyek didik. Betapa pentingnya materi ajar dalam proses pembelajaran siswa, maka setiap guru harus merancang agar komponen pengetahuan, sikap dan ketrampilan bisa ditransfer ke subyek didik secara baik. Transfer disini tidak diartikan secara statis bahwa guru hanya sekedar menyampaikan materi, namun guru dituntut untuk bisa mendesain dan mengorganisir materi sehingga kompetensi bisa tercapai dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan media setepat mungkin. Tuntutan penyusunan bahan ajar yaitu : “Materi ajar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, kemudian dievaluasi dengan menggunakan perangkat penilaian yang disusun berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar”. Mimin Haryati (2007:10) Bahan ajar harus dirancang sedemikian rupa dengan memperhatikan jenis materi, ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran, dan lain-lain. Jenis materi pembelajaran perlu diidentifikasi dengan tepat. Setiap jenis materi bahan memerlukan media, metode, dan teknik evaluasi yang berbeda-beda. Ruang lingkup atau kedalaman suatu materi ajar harus diperhatikan sehingga materi ajar tersebut tidak kurang dan tidak lebih. Urutan materi ajar harus diperhatikan sehingga proses pembelajaran menjadi runtut (hirarkis). Dalam kontek implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pengembangan bahan ajar tidak terbatas pada bahan ajar berbentuk buku teks saja, namun bisa berbentuk lain. Hasil wawancara terhadap sejumlah guru akuntansi bisa dikemukakan bahwa terdapat wacana yang semakin maju, bahwa bahan ajar yang disampaikan dan dirancang guru tidak terbatas pada buku teks, namun sudah dalam bentuk lain yag beragam dan sangat inovatif, sebagaimana dikemukakan salah seorang guru SMA Negeri 7, Ibu Miyanti sebagai berikut :
lxxxix
xc
“Setiap guru diwajibkan membuat bahan ajar berupa modul akuntansi, namun dalam implementasinya siswa diwajibkan mencari bahan-bahan yang relevan melalui internet dan media cetak lainnya”. Pemahaman guru yang seperti itu sejalan dengan apa yang direkomendasikan Pemerintah dalam sosialisasi KTSP yang dilakukan melalui bimbingan teknis tentang pengembangan bahan ajar. Menurut rekomendasi itu dikemukakan bahwa bahan ajar bisa meliputi : a. Bahan cetak seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. b. Bahan ajar dengar seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. c. Bahan ajar pandang dengar seperti video compact disk, film. d. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials). Memperhatikan berbagai ragam bahan ajar yang bisa dikembangkan, ternyata apa yang dilakukan guru-guru SMA Negeri di Kota Surakarta masih banyak bertumpu pada bahan ajar yang bersifat bahan cetak seperti modul, hand out maupun lembar kerja siswa, sebagaimana dikemukakan oleh guru SMA Negeri 6, Ibu Hestrini : “Pengembangan bahan ajar yag dilakukan adi SMA Negeri 6 berupa hand out untuk materi tertentu disamping juga menggunakan bahan cetak berupa buku teks yang sudah terstandar”. Masing-masing sekolah berbeda dalam pengembangan bahan ajar, seperi yang terjadi pada SMA Negeri 1,2,3,4, dan 7 bahwa setiap guru diwajibkan membuat modul pembelajaran, sebagaimana dikemukakan oleh guru SMA Negeri 4, Bp Haryanto : “Pada sekolah kami, setiap guru diwajibkan membuat modul dan dibiayai pihak sekolah sebagai bentuk penghargaan serta hand out untuk materi tertentu”.
xc
xci
Lain halnya yang terjadi pada SMA Negeri 5, 6 dan 8 bahwa bahan ajar merujuk pada buku teks yang sudah jadi dengan disertai pembuatan hand out oleh guru sebagai sarana penunjang, sebagaimana dikemukakan oleh guru SMA Negeri 6, Ibu Hestrini : “Untuk materi-materi akuntansi tertentu, guru diwajibkan untuk membuat hand out agar proses pembelajaran lebih terarah” Apa yang dilakukan guru pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Surakarta dalam usaha mewujudkan bahan ajar baik berupa hand out ataupun modul tetap berkonsentrasi pada analisis kebutuhan bahan ajar itu sendiri. Analisis yang dilakukan meliputi : a. Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar disertai indikator pencapaian standar yang dimaksud. b. Analisis sumber belajar, kemudian pemilihan dan penentuan bahan ajar. Analisis penyusunan kebutuhan bahan ajar yang dilakukan guru-guru bisa digambarkan pada alur sebagai berikut : Standar Kompetensi
BAHAN AJAR
Kompetensi Dasar
Indikator
Kegiatan Pembelajaran
Materi Pembelajaran
Langkah yang dilakukan guru-guru Akuntansi pada SMA Negeri di Kota Surakarta dalam penyusunan bahan ajar apabila dihubungkan dengan pendapat Mimin Haryati (2007:11) terdapat kesamaan pandangan. Kesamaan itu terletak pada langkah-langkah dalam memilih materi pembelajaran, yaitu meliputi : a. Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa. b. Identifikasi jenis-jenis materi atau bahan ajar.
xci
xcii
Kegiatan guru-guru akuntansi yang berkenaan dengan kegiatan pembelajaran siswa terkoordinasi dalam kegiatan MGMP baik tingkat sekolah maupun tingkat kota, sehingga setiap perkembangan yang terjadi selalu bergerak secara sinergi antar guru antar sekolah di wilayah kota Surakarta. Ada empat prinsip yang selalu menjadi komitmen bagi guruguru dalam penyusunan bahan ajar, yaitu : a) Prinsip relevansi, b) Prinsip konsistensi dan c) Prinsip kecukupan. Ketiga prinsip itu menjadi penting pada saat mengembangkan bahan ajar, sebagaimana dikemukakan oleh guru akuntansi dari SMA Negeri 5, Bp Maryono : “Pengembagan bahan ajar memang masih berkonsentrasikan pada bahan ajar berupa bahan cetak berupa modul dan hand out, namun setidaknya kami selalu berusaha mengembangkan bahan ajar agar relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dimasyarakat, selalu konsisten dalam penyampaian materi serta memadai dengan kebutuhan siswa” Pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh guru-guru akuntansi antara sekolah yang satu dengan yang lain memang bervariasi. Pada sekolah berkatagori RSBI, bahan ajar dikembangkan oleh guru berupa modul dan lembar kerja siswa yang disusun oleh guru. Pengembangan bahan ajar seperti itu dimaksudkan agar guru lebih bertanggunjawab terhadap sajian materi, disamping hal itu dituntut oleh pihak sekolah agar guru berkonsentrasi penuh terhadap penguasaan kompetensi siswa, sebagamana dikemukakan oleh guru SMA Negeri 3, Ibu Dyah Retniningsih : “Guru dituntut untuk mengembangkan bahan ajar berupa modul yang dikembangan dengan mengacu berbagai sumber yang bisa dipercaya. SMA Negeri 3 Surakarta sebagai salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional mau tidak mau harus berbenah diri untuk lebih maju, satu upaya diantaranya adalah pengembagan bahan ajar”. Pengembangan bahan ajar pada SMA Negeri berkatagori RSKM lebih banyak berkonsentrasi pada pembuatan hand out, disamping ada pula yang telah berusaha pada pembuatan bahan ajar berupa modul sebagaimana dikemukakan guru Akuntansi pada SMA Negeri 8, Bp Joko Trisianto :
xcii
xciii
“ Pengembangan bahan ajar masih terbatas pada pembuatan hand out saja” Meskipun terjadi perbedaan dalam pengembangan
jenis
bahan ajar, namun hampir seluruh guru akuntansi pada SMA Negeri di Kota Surakarta telah mengembangkan bahan ajar baik berupa modul, hand out maupun pengembangan media pembelajaran yang kesemuanya dimaksudkan untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran siswa. Dari hasil observasi dilapangan, pengembangan bahan ajar oleh guru akuntansi baik berupa modul maupun hand out telah memenuhi beberapa komponen, antara lain : a. Petunjuk belajar (petunjuk siswa / guru) b. Kompetensi yang akan dicapai c. Informasi pendukung d. Latihan-latihan e. Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK) f. Evaluasi Untuk mendukung proses pembelajaran, harus dipisahkan antara bahan ajar dengan sumber belajar. Pengertian bahan ajar telah dijelaskan dimuka, sedang sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Dalam mencari sumber belajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya. Sumber belajar yang dimaksud antara lain buku teks, laporan hasil penelitian, jurnal, pakar bidang studi/professional, majalah ilmiah, media masa yang terbit berkala, buku kurikulum, internet, media audiovisual, dan bahkan lingkungan sekitar. Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. 5. Kendala yang dihadapi dan Upaya yang dilakukan dalam Penyusunan Bahan ajar Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS pada SMA Negeri di Kota Surakarta
xciii
xciv
Harus disadari bahwa pengembangan bahan ajar baik berupa modul ataupun hand out yang dilakukan guru-guru akuntansi di SMA Negeri di Kota Surakarta masih menemui berbagai hambatan. Hambatan-hambatan itu terutama berkenaan dengan sarana dan prasarana, sumber pendanaan, kualitas sumber daya manusia serta beban pekerjaan guru. i.
Sarana, Prasarana dan Pendaanaan Kondisi sarana dan prasarana yang ada antara sekolah yang berkatagori RSBI dan yang RSKM menjadikan kendala dalam pengembangan bahan ajar. Pada jenis sekolah yang RSBI tidak banyak mengalami kendala oleh karena pihak sekolah memfasilitasi. Fasilitas yag diberikan sekolah tidak lepas dari partisipasi orang tua siswa yang memang tergolong tinggi, terutama dalam pembiayaan melalui komite sekolah, sebagamana dikemukakan oleh guru akuntansi dari SMA Negeri 1 dan 3. Pengakuan yang disampaikan Ibu Dyah Retniningsih sebagai berikut : “Pengembangan bahan ajar berupa modul yang disusun guru merupakan tahap awal yang harus dibuat. Oleh karena pengembangan bahan ajar seperti itu juga dimaksudkan untuk mensukseskan keberhasilan sekolah maka diberikan pendanaan yang besarnya memang tidak terlalu besar, namun cukuplah untuk pengganti pembiayaan penyusunan bahan ajar”. Hal senada juga disampaikan oleh Bp Wiyono, guru akuntansi SMA Negeri 1 Surakarta. Beliau mengatakan : “Untuk pengembangan bahan ajar, terus terang pihak sekolah mendorong agar guru aktif dan kreatif membuat modul dan juga LKS untuk menopang keberhasilan proses pemelajaran. Kami diberi dana secukupnya untuk mensukseskan program sekolah tersebut. Dengan modul dan LKS buatan guru maka akan lebih terfokus karena dalam penyusunannya mengacu pada kurikulum dan silabus yang telah dibuat”. Kondisi yang agak berbeda terjadi pada kelompok sekolah berkatagori RSKM. Pada sekolah jenis inipun kondisi masing-masing sekolah juga berbeda. Yang menjadi perbedaan sekali lagi adalah dukungan sekolah terhadap pengembangan bahan ajar tersebut. Pada sekolah RSKM yang agak maju, kendala pendanaan tidak begitu dirasa-
xciv
xcv
kan, sebagaimana dikemukakan oleh Bp Haryanto, guru akuntansi dari SMA Negeri 4 Surakarta. Beliau mengatakan : “Untuk pengembangan bahan ajar khususnya bagi guru-guru yang membuat modul maupun hand out, pihak sekolah membantu sepenuhnya dengan diberi stimulan. Tujuan pemberian stimulan tidak lain agar guru lebih giat melakukan pengembangan kualitas pembelajaran, disamping hal itu merupakan tuntutan bagi guru yang profesional.” Kondisi yang memprihatinkan terjadi pada sekolah katagori RSKM namun masih dalam katagori “rendah”. Pada sekolah tersebut pengembangan bahan ajar masih terkonsentrasi pada pembuatan hand out saja. Hal itu lebih disebabkan pada kemampuan sekolah dalam memfasilitasi. Pengembangan bahan ajar. Pengakuan itu terungkap dari pernyataan salah seorang guru akuntansi pada SMA Negeri 8 Surakarta, Bp Joko Trisianto sebagai berikut : “Untuk SMA Negeri 8 terus terang pengembangan bahan ajar masih terbatas pada pembuatan hand out,. Karena pihak sekolaha belum mampu sepenuhnya mendukung pengembangan bahan ajar berupa modul”. Upaya yang dilakukan pihak sekolah maupun guru dalam mengatasi kendala dalam pengembangan bahan ajar dilihat dari sisi pendanaan, sarana dan prasarana adalah dengan mengusulkan kepada pihak sekolah dan komite agar mengalokasikan dana bagi guru untuk pengembangan bahan ajar. Selain itu, untuk mengatasi terbatasnya sarana dan pendanaan adalah melalui pengembangan guru agar lebiha kreatif dan memanfaatkan lingkungan sekitar. Upaya lain yang dilakukan adalah pengupayaan terhadap guru agar lebih kreatif agar siswa bisa menerima materi pembelajaran secara optimal. ii.
Sumber Daya Manusia dan Beban Pekerjaan Guru Tidak bisa dipungkiri bahwa masing-masing sekolah akan didukung oleh kuantitas dan kualitas guru yang berbeda-beda. Maju tidaknya sebuah sekolah memang tidak haya dipengaruhi oleh kualitas guru, namun juga faktor-faktor lain seperti kualitas siswa, fasilitas, model pembelajaran yang diterapkan serta media dan lain-lain. Akan tetapi tidak
xcv
xcvi
bisa dipungkiri pula bahwa peran guru juga sangat strategis dalam peningkatan kualitas pembelajaran siswa. Pada sekolah berkatagori RSBI , kendala utama yang dihadapi guru dalam pengembangan bahan ajar adalah penguasaan bahasa inggris begitu pula terhadap teknik penyusunan bahan ajar yang memenuhi standart karya ilmiah sebuah bahan ajar. Kondisi seperti itu dikemukakan oleh Bp Wiyono, guru akuntansi pada SMA Negeri 1 Surakarta : “Sumber daya manusia berupa guru belum sepenuhnya mampu memenuhi tuntutan
kompetensi seperti yang diharapkan sebagai guru
sekolah yang bertaraf internasional. Kendala utama adalah penguasaan bahasa asing (inggris) begitu pula penguasaan model pembelajaran serta penguasaan medianya”. Lain halnya pada sekolah yang masih dalam katagori RSKM, kendala yang dihadapi lebih luas. Rendahnya nilai input siswa, partisipasi orang tua yang belum optimal sampai pada kualitas guru yang belum seperti harapan. Dari sisi guru, kualitas yang belum opotimal menjadikan proses pengembangan bahan ajar juga terganggu. Terbatasnya akses bahan referensi serta penguasaan bahasa asing menjadi kendala dalam pengembangan bahan ajar. Sehingga tidak jarang bahan ajar yang disusun hanya sebatas hand out, itupun kadang-kadang hanya terfokus pada pokok bahasan tertentu, sebagaimana dikemukakan oleh guru akuntansi SMA Negeri 6 Ibu Hestrini dan SMA Negeri 8 Bp. Joko Trisianto : “Kami membuat bahan ajar masih terbatas hand out saja, dan hal itu juga masih kadang terbatas pada pokok bahasan tertentu”. Beban guru dalam mengajar dan tugas tambahan lainnya ternyata juga menyita waktu dalam pengembangan bahan ajar. Beban guru 24 jam setiap minggu cukup memberatkan dalam rangka meningkatkan kemampuan menyusun bahan ajar. Kondisi seperti itu kadang masih ditambah dengan tidak aktifnya guru yang serumpun karena alasan kesehatan, sehingga mau atau tidak harus ikut membantu menyelesaikan
xcvi
xcvii
tugas guru yang berhalangan tersebut, sebagaimana dikemukakanm Bp. Maryono, Guru akuntansi SMA Negeri 5 Surakarta : “Kami dihadapkan pada persoalan dalam pengembangan bahan ajar. Pertama beban mengajar yang cukup berat, kadang masih disampiri tugas membantu guru yang kebetulan berhalangan hadir karena kondisi kesehatan”. Upaya yang dilakukan pihak sekolah adalah dengan memberi dorongan kepada guru-guru untuk mengembangkan bahan ajar baik berupa modul atau hand out berupa pemberian fasilitas pendanaan. Disamping itu pihak sekolah juga aktif mengikutsertakan guru-guru yang berminat pada kegiatan seminar, lokakarya, workshop dan sejenisnya berkenaan dengan peningkatan kemampuan dan kompetensi guru, lebih khusus lagi pada kegiatan-kegiatan ilmiah pengembangan bahan ajar.
C. Temuan Hasil Penelitian Di kota Surakarta terdapat dua SMA Negeri yang termasuk dalam kelompok Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI) yaitu SMA Negeri 1 dan 3, sementara enam SMA Negeri lainnya yaitu SMA Negeri 2,4,5,6,7, dan 8 termasuk dalam Rintisan Sekolah Katagori Mandiri (RSKM). Kedelapan SMA tersebut mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sebagai suatu sistem, kurikulum memiliki empat komponen penting, yaitu : a) Tujuan, b) Bahan pelajaran, c) Proses belajar mengajar, d) Evaluasi dan penilaian. Kurikulum disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran yang meliputi tiga ranah, yaitu : a) Ranah Kognitif, b) Ranah Afektif dan c) Ranah Psikomotorik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka dibutuhkan materi pelajaran yang dituangkan dalam bahan ajar. Bahan Pelajaran adalah segala bentuk bahan yang dapat digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegi-
xcvii
xcviii
atan belajar mengajar, dalam rangka menguasai materi pelajaran yang diberikan, baik berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Landasan pengembangan silabus diatur dengan jelas di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 17 ayat (2) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 20. Suatu silabus minimal harus memuat enam komponen utama, yaitu: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi standar, standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan standar penilaian. Pengembangan silabus pada delapan SMA Negeri di Kota Surakarta telah mengikuti prosedur yang ditawarkan Pemerintah melalui forum MGMP baik tingkat sekolah maupun MGMP tingkat Kota. Prosedur itu meliputi : 1. Pengisian kolom identitas 2. Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi 3. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar 4. Mengidentifikasi materi pokok/standar pembelajaran 5. Mengembangkan pengalaman belajar 6. Merumuskan indikator keberhasilan 7. Menentukan penilaian (standar penilaian) 8. Menentukan alokasi waktu 9. Menentukan sumber belajar Secara keseluruhan, penyusunan silabus pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Surakarta tidak banyak mengalami kesulitan. Kendala utama yang dihadapi masing masing sekolah berbeda-beda, sehingga masing-masing sekolah akan melakukan upaya yang beragam sesuai persoalan yang dihadapi. Terbatasnya sarana pembelajaran pada sekolah berkatagori RSKM ditempuh dengan pengadaan secara bertahap melalui pengajuan dana kepada pemerintah baik kota maupun pusat serta kepada komite sekolah.
xcviii
xcix
Pada sekolah berkatagori RSBI, peningkatan kualitas SDM dilakukan dengan pelatihan-pelatihan bahasa inggris bagi guru-guru. Optimalisasi sarana dan laboratorium yang dimiliki mejadi satu-satunya cara untuk mengatasi kekurangan dan kendala bagi sekolah-sekolah berkatagori RSKM. Dalam kontek implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pengembangan bahan ajar tidak terbatas pada bahan ajar berbentuk buku teks saja, namun bisa berbentuk lain, bisa meliputi : 1. Bahan cetak seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. 2. Bahan ajar dengar seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. 3. Bahan ajar pandang dengar seperti video compact disk, film. 4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials). Langkah yang dilakukan guru-guru Akuntansi dalam penyusunan bahan ajar meliputi : 1. Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa. 2. Identifikasi jenis-jenis materi atau bahan ajar. Hambatan yang dihadapi dalam pengembangan bahan ajar terutama berkenaan dengan sarana dan prasarana, sumber pendanaan, kualitas sumber daya manusia serta beban pekerjaan guru. Upaya yang dilakukan pihak sekolah adalah dengan memberi dorongan kepada guru-guru untuk mengembangkan bahan ajar baik berupa modul atau hand out berupa pemberian fasilitas pendanaan. Disamping itu pihak sekolah juga aktif mengikutsertakan guru-guru yang berminat pada kegiatan seminar, lokakarya, workshop dan sejenisnya berkenaan dengan peningkatan kemampuan dan kompetensi guru, lebih khusus lagi pada kegiatan-kegiatan ilmiah pengembangan bahan ajar.
xcix
c
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka kesimpulan yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Proses Penyusunan dan Pengembangan Silabus dan Bahan Ajar a. Silabus Dalam proses penyusunan dan pengembangan silabus, Landasan pengembangan silabus diatur
dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 17 ayat (2) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 20. Suatu silabus minimal harus memuat enam komponen utama, yaitu: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi standar, standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan standar penilaian. Pengembangan silabus mengikuti prosedur melalui forum MGMP meliputi : 1.) Pengisian kolom identitas 2.) Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi 3.) Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar 4.) Merumuskan indikator keberhasilan 5.) Menentukan penilaian (standar penilaian)
c
ci
6.) Menentukan alokasi waktu didasarkan pada jumlah minggu, jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. 7.) Menentukan sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
b. Bahan Ajar
85
Proses penyusunan bahan ajar dilakukan dengan langkah : 1.) Identifikasi standar kompetensi Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa. 2.) Identifikasi jenis-jenis materi atau bahan ajar. Bahan ajar tidak terbatas pada bahan ajar berbentuk buku teks saja, namun bisa berbentuk lain seperti : 1.) Bahan cetak seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. 2.) Bahan ajar dengar seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. 3.) Bahan ajar pandang dengar seperti video compact disk, film. 4.) Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials). Tiga prinsip yang selalu menjadi komitmen bagi guru-guru dalam penyusunan bahan ajar, yaitu : a) Prinsip relevansi, b) Prinsip konsistensi dan c) Prinsip kecukupan.
2. Kendala yang dihadapi dalam Penyusunan dan Pengembangan Silabus dan Bahan Ajar a. Silabus
ci
cii
Kendala yang dihadapi oleh guru dalam penyusunan dan pengembangan silabus mata pelajaran Akuntansi di SMA Negeri Kota Surakarta antara lain : 1) Sarana yang belum memadai untuk mendukung KBM 2) Kualitas Sumber Daya Manusia dari guru masih belum mampu memenuhi standar sebagai guru sekolah berbasis internasional, termasuk didalamnya adalah penguasaan media pembelajarannya
3) Disparitas Kualitas Input Siswa 4) Sarana penunjang Proses pembelajaran b. Bahan Ajar Kendala yang dihadapi oleh guru dalam penyusunan dan pengembangan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi di SMA Negeri Kota Surakarta antara lain : 1) Sarana, Prasarana dan Pendanaan 2) Sumber Daya Manusia dan Beban Pekerjaan Guru
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penyusunan dan pengembangan silabus dan bahan ajar a. Silabus Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala penyusunan dan pengembangan silabus mata pelajaran Akuntansi sangat beragam sesuai persoalan yang dihadapi. Terbatasnya sarana pembelajaran pada sekolah berkatagori RSKM ditempuh dengan pengadaan secara bertahap melalui pengajuan dana kepada pemerintah. Pada sekolah berkatagori RSBI, peningkatan kualitas SDM dilakukan dengan pelatihan-pelatihan bahasa inggris bagi guru-guru. Optimalisasi sarana dan laboratorium yang dimiliki mejadi satu-satunya cara untuk mengatasi kekurangan dan kendala bagi sekolah berkatagori RSKM. b. Bahan Ajar Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penyusunan dan pengembangan bahan ajar dari pihak sekolah adalah dengan memberi
cii
ciii
dorongan kepada guru guru untuk mengembangkan modul atau hand out dengan memberi fasilitas pendanaan. Disamping itu pihak sekolah juga aktif mengikutsertakan guruguru pada kegiatan seminar, lokakarya, workshop dan sejenisnya berkenaan dengan peningkatan kemampuan pengembangan bahan ajar.
B. IMPLIKASI Hasil penelitian ini membawa implikasi baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu :
1. Implikasi secara teoritis Penelitian ini mengungkap proses penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pengembangan silabus dan pengembangan bahan ajar. Secara hierarkhis, dalam kurikulum ada komponen yang namanya silabus. Untuk menunjang tercapainya kompetensi dasar, maka seorang guru akan menyampaikan materi yang tertuang dalam materi pembelajaran. Wujud konkrit dari materi pembelajaran berupa bahan ajar, bisa bebentuk modul ataupun hand out. Pembahasan tentang pengembangan kurikulum, silabus dan bahan ajar akan membuka wacana betapa pentingnya ketiga kegiatan itu dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan penelitian ini setidaknya akan menambah khasanah keilmuan, setidaknya pula bisa dijadikan referensi untuk kajian lebih mendalam bagi peneliti lain.
2. Implikasi secara praktis Penelitian ini akan membawa implikasi secara praktis, terutama bagi para guru maupun pimpinan sekolah. Dampak yang paling bisa dirasakan bahwa dengan pengembangan kurikulum, silabus dan bahan ajar akan memudahkan bagi guru-guru terutama guru akuntansi dalam menjalankan tugas. Bagi pimpinan sekolah, pengembangan kurikulum, silabus dan bahan
ciii
civ
ajar bisa dijadikan
pijakan dalam menjalankan fungsi kepemimpinan,
terutama dari sisi akademis.
C. SARAN Dengan memperhatikan berbagai kendala yag dihadapi dalam penyusunan kurikulum KTSP, pengembangan silabus dan pengembangan bahan ajar pada SMA Negeri di Kota Surakarta, maka saran yang dikemukakan adalah : 1. Kepada Guru-guru Akuntansi a. Guru sebagai salah satu komponen pada institusi pendidikan, maka harus ikut berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum KTSP di tingkat sekolah. Indikasi keaktifan guru dengan memberi masukan berkenaan dengan perkembangan dinamika tuntutan masyarakat . b. Kurikulum tidak bersifat statis, sehingga guru harus selalu terbuka dengan setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai suatu sistem, kurikulum akan dijabarkan dalam silabus. Dalam hal pengembangan silabus, guru akuntansi juga harus melihat perkembangan dan praktik yang terjadi di lapangan dan dunia usaha, sehingga tidak kedaluwarsa.
2. Kepada Institusi Sekolah a. Oleh karena guru dalam berkarya selalu melibatkan unsur pimpinan sekolah, maka pihak sekolah harus selalu mendorong kepada guru-guru untuk aktif berkarya dalam pengembangan kurikulum, silabus dan bahan ajar. b. Pihak sekolah harus selalu mengevaluasi terhadap produk yang berupa kurikulum, silabus dan bahan ajar agar tidak ketinggalan dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. c. Pihak sekolah hendaknya memberi dorongan agar guru-guru selalu aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah, terutama berkenaan dengan pengem-
civ
cv
bangan kurikulum, silabus maupun bahan ajar serta model pembelajaran yang inovatif. Pelatihan-pelatihan seperti itu menjadi penting untuk meningkatkan kompetensi guru, sehingga kualitas proses pembelajaran menjadi lebih baik.
3. Kepada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Surakarta Gerak langkah kinerja sekolah menjadi bagian penting dari fungsi Dikpora, oleh karena itu pihak Dikpora harus senantiasa memberi dorongan, fasilitas dalam rangka peningkatan guru-guru serta institusi sekolah untuk mengikuti kegiatan ilmiah berupa pengembangan kurikulum, silabus maupun bahan ajar.
cv
cvi
DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid, 2006, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya. Akhmad Sudrajad, 2007, Program Implementasi Sekolah Kategori Mandiri, http://www.akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2007/05/programimplementasi-sekolah-kategori-mandiri/index.php, diakses Desember 2008 Akhmad Sudrajad, 2008, Konsep Dasar Sekolah Kategori Mandiri dan Sekolah Standar Nasional, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/ 01/konsep-dasar-sekolah-kategori-mandiri-sekolah-standarNasional. Diunduh pada September 2008 Akhmad Sudrajad, 2007, Pengembangan Bahan Ajar SMA (Power Point), http:// akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2007/05/pengembanganbahan-ajar.ppt – diunduh pada Januari 2009 Akhmad Sudrajad, 2007, Pengembangan Silabus SMA (Power Point), http://. akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2007/05/pengembangansilabus.ppt – diunduh pada Januari 2009 Awan, 2008, Seputar Sekolah Kategori Mandiri, http://awan965.wordpress.com/ 2008/11/19/seputar-sekolah-kategori-mandiri/
diunduh
pada
Januari 2009 Budiyono, 2003, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surakarta: UNS Press. Depdiknas, 2002, Pola Induk Sistem Pengujian hasil kegiatan pembelajaran berbasis kemampuan dasar SMU, Jakarta. Depdiknas, 2003, UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, http://www.presidenri.go.id/dokumenuu.php/177.pdf, diakses Desember 2008.
cvi
cvii
Depdiknas, 2005, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, www.presidenri.go.id/ dokumenuu.php/177.pdf, diakses Desember 2008. H.B. Sutopo, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
91
Lexy. J. Moleong, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), Bandung: Remaja Rosdakarya. Masnur Muslich, 2007, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara. Martinis Yamin, 2008, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, Implementasi KTSP & UU. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Gaung Persada Press. Miles & Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press. Mimin Haryati, 2008, Model dan Teknik Penilaian pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: GP Press. Muh. Nazir, Metode Penelitian, 1999, Jakarta : Ghalia Indonesia. Muhammad Joko Susilo, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyasa, 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, 2006, Kurikulum Yang Disempurnakan Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Bandung: Remaja Rosdakarya. Nur Puji Lestari, 2008, Kesiapan Guru Matematika Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Dalam Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Kota Surakarta, Skripsi, Surakarta: FKIP. Oemar Hamalik, 2003, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara. _____________, 1990, Perencanaan Pengajaran, Bandung: Cipta Aditya Bakti. S. Nasution, 2003, Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara
cvii
cviii
Siti Nur Halimah, 2009, Implementasi KTSP Dalam Pembelajaran Ekonomi di SMA Batik Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009, Skripsi, Surakarta: FKIP. Suara Pembaruan Daily, 2003, KTSP membuat guru kreatif, www.erlangga.co.id/ index.php, diakses Desember 2008. Suharsimi Arikunto, 1990, Manajemen Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Waspada, 2007, Keunggulan PBKL, http://www.waspada.co.id, diunduh pada Desember 2008
cviii