Ill. KERANGKA PEMlKlRAN DAN MODEL ANALISA
3.1. Aplikasi Teori Perkembangan Koperasi dalam
Analisa Keragaman KUD
King (1995) menyatakan bahwa hipotesa Cook merupakan usaha yang baik untuk menjelaskan perkembangan koperasi dan Bapat digunakan sebagai pendekatan studi guna mengelompokan koperasi pada suatu tingkat perkembangan kelembagaan tertentu di wilayah yang berbeda dan rentang waktu yang berbeda pula.
Namun demikian,
hipotesa tersebut tergantung pada dipenuhinya beberapa asumsi yang menjadi dasar penjelasan Cook. Pertarna, koperasi dianggap dibentuk atas prakarsa dan kebutuhan anggota.
Walaupun
mungkin
proses
pengembangan koperasi
dipengaruhi dan menggunakan jasa penasehat (pemerintah, penyuluh, perguruan tinggi) tetapi pada dasarnya koperasi dibentuk atas inisiatif anggotanya. Kedua, pengambilan keputusan dianggap dilakukan secara rasional untuk kepentingan masing-masing pihak, yaitu anggota untuk memajukan usaha yang dilakukan atau untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya, pengurus untuk menunjukkan prestasi usaha pada masa kepengurusannya, dan manajer untuk memaksimumkan pendapatan yang diterima baik dalam bentuk gaji atau bonus. Ketiga, koperasi dan nonkoperasi dapat bersaing dalam pasar yang sama. Walaupun struktur pasar mungkin tidak sempurna tetapi tidak ada hambatan format untuk masuk dan keluar pasar. Ketidak sempurnaan pasar diasumsikan lebih karena aspek skala usaha, penguasaan teknologi, aspek historis
(memang
hanya
satu
atau
sedikit
perusahaan
yang
tertarik
mengusahakan suatu bisnis). Berdasarkan sejarah perkembangan KUD, asumsi-asumsi tersebut tidak sepenuhnya berlaku. Pembentukan KUD terjadi melalui inte~ensi pemerintah yang intensif dan dengan suatu tujuan pembentukan yang juga memperhatikan kepentingan 'pemerintah. Keterlibatan pemerjntah tersebut juga berlanjut pada proses perkembangan KUD, walaupun dengan tingkat i n t e ~ e n syang i berbeda menurut tingkat perkembangan KUD, kegiatan usaha yang dilakukan, bahkan lokasi usaha KUD. Hal ini berakibat pada dua hal. Pertama, pemerintah perlu dipandang sebagai salah satu pihak pelaku pengarnbilan keputusan pada KUD, disamping anggota dan penguruslmanajer. Kedua, sesuai dengan bentuk keikutsertaannya terdapat kegiatan usaha di KUD yang berasal dari program pemerintah. Hal yang kedua ini juga menyangkut pasar dimana KUD dapat beroperasi.
Berbagai peraturan dan ketentuan yang dflakukan
pemerintah telah turut mempengaruhi kebebasan keluar-masuk (market entry-exit) yang dihadapi KUD atau pelaku usaha lainnya yang tidak sepenuhnya terbuka. Hipotesa Cook juga menyatakan bahwa koperasi akan memiliki tingkat perkembangan yang berbeda, dan perkembangan tersebut merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Kesimpulan ini dihasilkan atas analisa terhadap kondisi koperasi dengan menggunakan data antar-waktu (time series) yang cukup panjang. Jenis data tersebut sangat terbatas ketersediaannya di Indonesia, sehingga informasi mengenai kondisi KUD lebih banyak ditampilkan dalam bentuk
data antar-tempat (cross-section).
Hal ini menyebabkan analisa
kesinambungan (continuity analysis) terhadap proses perkembangan dari suatu koperasi menjadi suatu yang relatif sulit dilakukan.
Hal yang
mungkin dilakukan adalah dengan memetakan kondisi koperasi, dalam ha1 ini KUD, pada berbagai kelompok dan kemudian melakukan interpretasi
induktif
untuk
menjelaskan
kemungkinan
proses X
perkembangan yang telah terjadi. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa walaupun Cook telah menunjukkan keterkaitan antara perkembangan kelembagaan dan kinerja, tetapi tidak terdapat batasan-batasan yang jelas pada kondisi kinerja bagaimana suatu kelompok tingkat perkembangan telah dicapai. Oleh sebab itu diperlukan usaha untuk membangun indikator pembeda antar kelompok koperasi. Pemikiran Ware (1975) serta Hill dan Snell (1989) yang diperkuat oleh hasil penelitian Katz (1997) menyatakan bahwa karena koperasi tidak semata-mata betujuan mefiperoleh keuntungan maka produktivitas merupakan indikator kinerja yang paling tepat bagi koperasi. Dalam ha1 ini produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas aset koperasi (return on assets), produktivitas anggota, dan produktivitas modal.
Hill dan Snell (1989)
kemudian menambahkan
bahwa perlu pula diperhatikan parameter manfaat koperasi terhadap anggotanya.
Bagi KUD ha1 yang terakhir secara sederhana dapat
diindikasikan oleh besarnya Sisa Hasil Usaha yang diterima oleh anggota dan proporsi VOLTme usaha yang dapat disisihkan untuk dibagikan dalam bentuk SHU tersebut
Cook (1995) tidak menjelaskan secara terbuka indikator apa yang dapat digunakan untuk menentukan suatu kumpulan koperasi yang memiliki unsur-unsur yang serupa sebagai bagian dari kelompok yang berada pada tahap Defensif, tahap Alternatif, tahap Penataan Struktur Hak, atau tahap Kemapanan Usaha. Cook rnengidentifikasikan kelompok koperasi yang diamati berdasarkan proses perkembangan yang telah ii
dilalui. Pada analisa dengan menggunakan data antar-tempat (crosssection) diperlukan suatu metode lain untuk mengidentifikasi kelompok koperasi pada tingkat perkembangan tertentu. Jika hipotesa Cook tersebut dihubungkan dengan evolusi teori ekonomi koperasi (Staatz, 1987), maka dapat diduga bahwa koperasi pada
tingkat perkembangan bertahan (defensif) adalah koperasi-
koperasi yang tengah menghadapi struktur pasar yang tidak sempurna. Pada kondisi ini perilaku yang paling sesuai bagi koperasi adalah untuk rnemanfaatkan potensi
anggota
guna
mengembangkan
kegiatan
usahanya. Dengan dernikian dapat dinyatakan bahwa koperasi sebagai bentuk integrasi vertikal dari usaha anggota (koperasi merupakan lembaga usaha yang rnenampung peningkatan skala usaha akibat penggabungan manajemen usaha anggota) merupakan bentuk strategi bertahan yang dilakukan koperasi. Kondisi ini dapat diduga jika nilai usaha koperasi sangat ditentukan oleh jumlah anggota, semakin besar jumlah anggota semakin besar pula nilai usaha koperasi. Bentuk lain dari usaha bertahan menghadapi ketidak-sempurnaan pasar adalah adanya campur tangan pemerintah dalam pengembangan koperasi. Hal ini sangat relevan diperhatikan bagi koperasi di Indonesia
khususnya KUD. Pemerintah akan mengembangkan koperasi sebagai suatu lembaga ekonomi rakyat didasarkan pada pemikiran untuk tidak terjadinya penguasaan hajad hidup orang banyak oleh lembaga yang dimiliki oleh perorangan. Misi koperasi tersebut juga disertai dengan tugas untuk turut serta dalam kegiatan pembangunan ekonomi pedesaan. Pada kondisi ini KUD yang bersangkutan masih berkembang menuju
*.
koperasi sebagai badan usaha yang mandiri dan kegiatannya 'masih didominasi oleh inisiatif pemerintah. Nilai usaha koperasi akan sangat ditentukan oleh program-program pemerintah yang menjadi kegiatannya. Pada
kondisi
dimana
koperasi
telah
meningkat
menjadi
kelembagaan usaha alternatif bagi masyarakat pedesaan, maka koperasi mulai mendaya-gunakan sumberdaya internalnya seperti aset dan modal untuk mengembangkan usaha. Pada kasus KUD ha1 ini juga disertai pula dengan pemanfaatan kegiatan program pemerintah, dimana kegiatan tersebut telah dilihat sebagai suatu kesempatan yang dapat dimarifaatkan dan tidak lagi sebagai kegiatan utama atau kegiatan satu-satunya. Perbedaan antara perkembangan KUD pada tahap alternatif dengan tahap penataan struktur hak dan kemapanan akan lebih ditentukan oleh kombinasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi volume usahanya.
3.2. Kerangka Pemikiran Umum
Berdasarkan berbagai pemikiran yang telah dikembangkan pada studi pustaka, kegiatan studi mencakup beberapa bagian (Gambar 6), yaitu pengelompokan KUD, identifikasi kelompok, analisa perilaku, dan perkiraan arah perkembangan KUD tersebut. Bagian pertama dan kedua
F I l (Data Cross Section)
JI
PENGELOMPOKA~~ KUD
KRITERIA PRODUKTIVITAS
(Anal~saKelompok Statlstik Dlsknptlf, Model Persamaan Tunggal)
A I I I I
I I I I I
I I I I I I I I
ANALlSA PERllAKU KUD (Model Persamaan Slmultan)
+----
a
....................
I I I -I
I
STRUKTUR
v PERKEMBANGAN
A PERKEMBANGANKUD
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Analisa Perkembangan Kelembagaan dan Perilaku Usaha KUD
t
diarahkan untuk menjawab tujuan peiama dari kegiatan studi. Bagian ketiga menjawab tujuan kedua sekaligus memberi penjelasan lebih lanjut atas jawaban tujuan pertama serta menjadi bahan bagi pembahasan pada tujuan ketiga.
Sedangkan kegiatan bagian keempat diarahkan untuk
menjawab tujuan ketiga. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan dasar pemikiran dan metode sebagai berikut. I
3.3. Pengelompokan KUD
Berdasarkan hipotesa Cook dan pembahasan keterkaitannya dengan kondisi KUD maka tahap pertama yang akan dilakukan dalam studi ini adalah memetakan tingkat perkembangan KUD dengan menggunakan data antar-tempat (cross-section). menggunakan Analisa Kelompok
Hal ini dilakukan
(Cluster Analysis), dengan faktor
pengelompokan sebagai berikut : (1) tingkat produktivitas anggota, yaitu nilai volume usaha per anggota, disingkat PRAN; (2) produktivit<s aset, yaitu nilai volume usaha per nilai aset, disingkat PRAS; (3) produktivitas modal, yaitu nilai volume usaha per nilai modal total, disingkat PRMO; (4) produktivitas usaha, yaitu rasio nilai SHU terhadap nilai volume usaha, disingkat PRUS; dan (5) besarnya SHU yang diterima per anggota, disingkat SHUA.
Kelima faktor tersebut
merupakan indikator kinerja
yang diharapkan dapat menangkap kemampuan KUD sebagai badan usaha yang memiliki dua dimensi, yaitu dimensi efisiensi usaha serta dimensi keterkaitan dan manfaat KUD bagi kegiatan usaha anggota. Metode pengelompokan yang akan digunakan adalah Metode Kuadrat Kesalahan Terkecil Ward (Ward's Error Sum o f Square Method),
atau Metode WESS.
Metode ini pada dasarnya rnerupakan teknik
pengelompokan secara hirarkis dengan metode aglorneratif, yaitu mengelompokan nilai deviasi kuadrat terkecil antara suatu pengamatan dengan nilai tengah dari masing-masing kelompok berdasarkan faktor pengelompokan yang digunakan (Dillon dan Goldstein, 1984).
Secara
matematis, metode ini bertujuan meminimalkan WESS, dimana X
k
n~
n,
1-1
j=1
!=I
WESS = B [Z X,i2- 1In, (Z xijlz1 dimana Xi, nilai jarak individu ke i di dalam kelompok ke j, k merupakan nilai jumlah kelompok pada setiap tahap iterasi, dan n, rnerupakan jumlah individu dalam kelompok ke j. lterasi hirarkis yang dilakukan dimulai dari pengelompokan dengan nilai WESS terkecil kemudian dilanjutkan dengan memperbesar nilai tersebut dengan rnemperhatikan kemantapan kelompok. Pada nilai WESS yang terbesar akan diperoleh satu kelompok yaitu yang menampung seluruh individu yang dianalisa.
Prdses ini
diawali dengan satu faktor pengelompok dan kemudian secara simultan digabungkan dengan pengelompokan dengan faktor-faktor lainnya. Proses tersebut dilakukan dengan menggunakan program perangkat lunak kornputer untuk mempercepat proses perhitungan dan iterasi. Setiap
kelompok
akan
didiskripsikan
untuk
mendapatkan
gambaran karakteristik KUD yang termasuk dalam satu kelompok. Diskripsi masing-masing kelompok mencakup aspek kewilayahan, anggota, aset, modal, sarana usaha, pengernbangan organisasi, jumlah usaha, jenis usaha, orientasi usaha, volume usaha, dan faktor-faktor
produktivitas. Kelompok-kelompok tersebut kemudian akan diidentifikasi berdasarkan kerangka teori yang telah diajukan sebelumnya.
3.4. ldentifikasi Kelompok
Hipotesa Cook tidak menjelaskan secara terbuka indikator apa yang dapat digunakan untuk menentukan suatu kumpulan koperasivang memiliki unsur-unsur yang serupa sebagai bagian dari kelornpok y w g berada pada tahap Defensif, tahap Alternatif, tahap Penataan Struktur Hak, atau tahap Kemapanan Usaha (Gambar 5, ha1 53).
Cook
mengidentifikasikan kelompok koperasi yang diamati berdasarkan proses perkembangan yang telah dilalui.
Pada analisa dengan menggunakan
data antar-tempat (cross-section) diperlukan suatu rnetode lain untuk rnengidentifikasi kelompok koperasi pada tingkat perkernbangan tertentu. Jika hipotesa Cook tersebut dihubungkan dengan evolusi teori ekonomi koperasi, maka dapat diduga bahwa koperasi pada' tingkat perkembangan bertahan (defensif) adalah koperasi-koperasi yang tengah menghadapi struktur pasar yang tidak sempurna.
Pada kondisi ini
perilaku yang paling sesuai bagi koperasi adalah untuk mernanfaatkan potensi anggota guna mengembangkan kegiatan usahanya.
Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa koperasi sebagai bentuk integrasi vertikal dari usaha anggota (koperasi merupakan lembaga usaha yang rnenampung peningkatan skala usaha akibat penggabungan manajemen usaha anggota) merupakan bentuk strategi bertahan yang dilakukan koperasi.
Kondisi ini dapat diduga jika nilai usaha koperasi sangat
ditentukan oleh jumlah anggota, semakin besar jumlah anggota semakin besar pula nilai usaha koperasi. Bentuk lain dari usaha bertahan menghadapi ketidak-sempurnaan pasar adalah adanya campur tangan pemerintah dalam pengembangan koperasi. Hal ini sangat relevan diperhatikan bagi koperasi di Indonesia khususnya KUD. Pemerintah akah mengembangkan koperasi sebagai suatu lembaga ekonomi rakyat didasarkan pada pemikiran untuk tidak terjadinya penguasaan hajad hidup orang banyak oleh lembaga yang dirniliki oleh perorangan. Mis~koperasi tersebut juga disertai dengan tugas untuk turut serta dalam kegiatan pembangunan ekonomi pedesaan. Pada kondisi ini KUD yang bersangkutan rnasih berkembang menuju
.
koperasi sebagai badan usaha yang mandiri dan kegiatannya masih didominasi oleh inisiatif pemerintah. Nilai usaha koperasi akan sangat ditentukan oleh program-programpemerintah yang menjadi kegiatannya. Pada
kondisi
dimana
koperasi
telah
meningkat
menjadi
kelembagaan usaha alternatif bagi masyarakat pedesaan, maka koperasi mulai mendaya-gunakan sumberdaya internalnya seperti aset dan modal untuk mengembangkan usaha. Pada kasus KUD ha1 ini juga disertai pula dengan pemanfaatan kegiatan program pemerintah, dimana kegiatan tersebut telah dilihat sebagai suatu kesempatan yang dapat dimanfaatkan dan tidak lagi sebagai kegiatan utama atau kegiatan satu-satunya. Perbedaan antara perkembangan KUD pada tahap alternatif dengan tahap penataan struktur hak dan kemapanan akan lebih ditentukan oleh kombinasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi volume usahanya.
Guna memperkuat analisa diskriptif
yang telah diajukan
sebelumnya, hubungan antara volume usaha dengan beberapa faktor yang mempengaruhi akan digunakan pula untuk mengiidentifikasi masing-masing kempok KUD. Pemikiran diatas dapat dirumuskan dalam suatu model ekonometrika sebagai berikut VOLT = a + b l (JUAN) + b2 (MOLU) + B3 (MOSE) + b4 (ASET) + b5 (VOPV + e
dimana VOLT
= volume usaha total KUD,
JUAN MOLU MOSE ASET VOPR
= = = = =
e
'
jumlah anggota KUD, modal luar yang digunakan oleh KUD, modal sendiri yang telah mampu dikembangkan oleh KUD, aset KUD, volume yang berasal dari program pemerintah; maka dapat diidentifikasi kelompok KUD tertentu, dan = galat baku / error, yang dianggap mewakili faktor-faktor lainnya.
Model tersebut diterapkan pada setiap kelompok yang di'peroleh dari analisa lndeks WESS dan diduga dengan metode Ordinary Least Square (OLS) yang disertai dengan pengujian model hasil dugaan menggunakan uji-F, koefisien determinasi, dan uji-t, serta pengujian pelanggaran asumsi; dari setiap kelompok untuk mengetahui karakteristik dan identitas dari tiap kelompok.
Berdasarkan hasil pemilihan model
regresi maka model yang digunakan adalah model linier aditif, karena penggunaan berbagai model ternyata tidak memberikan hasil pendugaan yang terlalu berbeda.
Konsistensi antara diskripsi masing-masing
kelompok dengan hasil pendugaan model ekonometrika diatas
akan
menjadi dasar bagi identifikasi masing-masing kelompok. Dalam ha1 ini
tanda, besaran, dan terutama tingkat kepercayaan pada parameter hasil dugaan akan digunakan sebagai salah satu dasar identifikasi. Berdasarkan hasil pengelompokan, diskripsi karakteristik beberapa peubah dl masing-masing kelompok dan faktor yang mempengaruhi volume usaha di setiap kelompok (sesuai dengan persamaan diatas) serta atas dasar tinjauan teor~yang telah dilakukan sebelumnya paka kelompok-kelompok KUD diidentifikasi sebagai berikut : (a)
Kelompok KUD yang masih berada pada tahap defensif dan masih mengandalkan pada peran serta pemerintah adalah kelompok KUD dimana volume usaha total hanya dipengaruhi oleh volume usaha program, atau nilai b5 > 0 sedangkan b l , b2, b3, dan b4 tidak berbeda dengan no1 pada tingkat kepercayaan tertentu. Kelompok ini dapat disebut sebagai kelompok koperasi yang tergantung kepada program pembangunan pemerintah, atau KUD Proqram. Kelompok ini dianggap masih menjadi pra-koperasi, karena-prinsipprinsip koperasi belum dilaksanakan secara utuh. Hal ini terutama dikaitkan dengan pembentukan koperasi atas inisiatif non-anggota (pemerintah)
serta
dikaitkan dengan
pensuksesan
program
swasembada pangan (beras) dan tidak secara spesifik menjadi wahana mencapai tujuan yang ditetapkan oleh anggota sendiri.
(b) Kelompok KUD yang masih berada pada tahap defensif dan telah memanfaatkan kekuatan usaha anggota adalah kelompok KUD yang volume usahanya dipengaruhi oleh jumlah anggota dan volume usaha program atau nilai b? > 0 dan b5 > 0 sedangkan b2, b3, dan b4 tidak berbeda dengan no1 pada tingkat kepercayaan tertentu.
Dalam ha1 ini KUD sudah mulai berusaha dijalankan sebagai lembaga usaha publik yang memiliki integrasi vertikal dengan kegiatan usaha anggota.
Kelompok ini dapat disebut sebagai
kelompok KUD Transisi atau sementara karena jika struktur pasar atau alasan apapun yang menyebabkan perlu adanya mekanisme defensif tersebut telah hilang maka koperasi tidak dibutuhkan lagi. X
Kelompok KUD ini sudah mulai meninggalkan kedudukannya sebagai pra koperasi, tetapi belum berfungsi sebagai koperaki seutuhnya.
Proses pembelajaran bagi semua pihak menjadi ha1
yang sangat menentukan dalam perkembangan ini.
(c)
Kelompok KUD yang telah berhasil menjadi pelaku usaha alternatif tetapi belum atau tidak menjalankan prinsip-prinsip koperasi dengan benar adalah kelompok KUD yang volume usahanya dipengaruhi oleh sernua peubah tetapi tidak dipengaruhi oleh jumlah anggota atau nilai b2 > 0,
b3 > 0, b4 > 0 dan b5 > 0 sedangkan b4 tidak
berbeda dengan no1 pada tingkat kepercayaan tertentu. Dalam ha1 ini koperasi dijalankan sepenuhnya sebagai perusahaan dalam arti dijalankan sebagai lembaga perusahaan non-koperasi (IOF), dan kondisi ini sekaligus menunjukkan adanya masalah penataan strutuktur hak dalam koperasi yang bersangkutan.
Kelompok ini
dapat disebut sebagai KUD Perusahaan. Kelompok ini rnerupakan perkembangan dari pra-koperasi yang tetap menggunakan nama koperasi
tetapi
tidak
menerapkan
prinsip
koperasi
dengan
konsekwen. Hal tersebut rnenyebabkan kelompbk jni sebenarnya
merupakan koperasi semu (atau psedo-cooperative, dan dapat pula disebut sebagai 'investors-own-cooperative').
(d) Kelompok KUD yang telah berhasil rnenjadi pelaku usaha alternatif dan telah berusaha menjalankan prinsip-prinsip koperasi dengan benar adalah kelompok KUD yang volume usahanya dipengaruhi oleh sernua peubah bebas yang diajukan. Dalam ha1 ini kop~rasi dijalankan sepenuhnya sebagai perusahaan dengan rnenerapkan prinsip-prinsip koperasi, dan kondisi ini sekaligus menunjukkan adanya koalisi diantara pada pengambil keputusan koperasi, yaitu anggota, manajerlpengurus, dan pernerintah. Kelornpok ini dapat disebut sebagai KUD Koaiisi.
Kelornpok ini berusaha untuk
rnernadukan berbagai kepentingan dalarn organisasi koperasi, sehingga dianggap paling mendekati koperasi yang diharapkan, khususnya dilihat dari aspek praktek usaha.
(e)
Kelompok KUD yang telah berhasil rnenjadi pelaku usaha lternatif dan telah berusaha rnenjalankan prinsip-prinsip koperasi dengan benar serta telah rnarnpu secara rnandiri menjalankan usaha yang berkesinarnbungan adalah kelornpok KUD yang volume usahanya dipengaruhi oleh sernua peubah bebas yang diajukan kecuali volume usaha program, atau b l > 0, b2 > 0, b3 > 0 dan b4 > 0 sedangkan b4 tidak berbeda dengan no1 pada tingkat kepercayaan tertentu.
Dalam ha1 ini koperasi dijalankan sepenuhnya sebagai
perusahaan dengan menerapkan prinsip-prinsip koperasi, dan kondisi ini sekaligus menunjukkan tidak adanya atau telah diatasinya rnasalah
penataan
strutuktur
hak
dalarn
koperasi
yang
bersangkutan, pemerintah.
serta
tidak
adanya
ketergantungan
kepada
Koperasi telah mampu menjadi pelaku usaha yang
memiliki daya saing diantara pelaku usaha lainnya. Kelompok ini dapat disebut sebagai KUD
Berkelaniutan.
Kelompok ini
dipandang sebagai kelanjutan dari KUD Koalisi yang rnampu tetap eksis dengan mempertahankan prinsip koperasi. X
(f)
Kelompok KUD yang tidak dapat diidentifikasikan dengan kelima kriteria diatas akan dianggap sebagai kelompok KUD yang belum dapat disebut sebagia badan usaha atau kelompok KUD yang rnemiliki perilaku usaha sangat khusus dan mernbutuhkan perangkat konseptual lain untuk menjelaskannya.
3.5. Analisa Perilaku Usaha
Dalam kerangka pemikiran ekonomi
kelembagaan .tentang
hubungan antara struktur, perilaku atau strategi dan keragaan (S-C-P analysis), maka analisa terhadap faktor yang mempengaruhi kinerja koperasi dapat dilihat dengan pola pikir tersebut : struktur koperasi, yang terbentuk dari sumberdaya koperasi dan kondisi anggota; diduga akan mempengaruhi perilaku usaha koperasi; struktur dan perilaku akan mempengaruhi
keragaan;
dan
pada
gilirannya
keragaan
akan
berpengaruh kembali pada kornponen struktur dan strategi (Gambar 7). Memperhatikan kondisi KUD maka struktur sumberdaya koperasi akan didekati melalui jumlah anggota, jumlah modal, nilai aset, sarana, dan jenis usaha utama yang akan dibedakan menjadi kegiatan usaha dibidang
agribisnis, kegiatan usaha pelayanan konsumsi anggota, kegiatan usaha pelayanan produksi anggota, dan kegiatan usaha program dan nonprogram.
Struktur sumberdaya anggota dan wilayah secara integratif
didekati melalui karaktersitik wilayah yang dibedakan menjadi wilayah yang sudah berkembang infrastruktur dan kegiatan usahanya ke arah non-pertanian
(industri
dan
perdagangan), wilayah
yang
sudah X
berkembang tetapi masih memiliki kegiatan pertanian yang dominan, dan wilayah yang masih sedang berkembang. Perilaku usaha didekati melalui telaahan terhadap orientasi usaha yang dilihat dari perbandingan antara besarnya transaksi koperasi dengan anggota dan non-anggota. Jika transaksi dengan non-anggota
.
lebih besar dari transaksi dengan anggota maka koperasi yang bersangkutan disebut sebagai koperasi yang berorientasi keluar, dan sebaliknya.
Disamping itu juga ditelaah kegiatan usaha utama, yang
dilihat dari perbandingan antara nilai usaha terbesar terhadap tdtal nilai usaha, serta jumlah jenis usaha yang dilakukannya. Keberadaan usaha utama ini akan memberikan indikasi mengenai strategi usaha yang dilakukan apakah mengarah pada diversifikasi usaha yang luas atau pada spesialisasi dengan membangun kegiatan usaha utama yang lebih terfokus. Disamping itu juga akan ditelaah strategi diversifikasi dengan melihat keterkaitan antar usaha yang beragam (terkaitltidak terkait), strategi finansial dengan melihat struktur permodalan, khususnya dilihat dari besarnya modal luar yang digunakan, dan strategi operasi dengan melihat jumlah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK), jumlah Unit Otonom
(UO), jumlah karyawan, dan jumlah manajer.
STRUKTUR 1. Sumberdaya Koperasi 2. Surnberdaya Anggota 3. Kondisi Wilayah
4
v PERILAKU USAHA 1. Orientasi Usaha 2. Strategi Diversifikasi, 3. Finansial, dan 4. Organisasi
KERAGAAN KOPERASI Produktivitas
Gambar 7. Unsur dan Keterkaitan Struktur, Perilaku, dan Keragaan Koperasi
Sesuai dengan pernikiran yang telah dikernukakan sebelumnya mengenai perbedaan orientasi usaha suatu koperasi dengan bentuk badan usaha lain (IOF), aspek kinerja koperasi akan dilihat dari peubahpeubah produktivitas, yaitu produktivitas anggota, produktivitas modal, produktivitas aset, produktivitas usaha, dan nilai SHU yang diterima tiap anggota.
Kriteria produktivitas tersebut diharapkan dapat memberikan I
garnbaran kinerja yang rnencerrninkan peran serta setiap unsur p~oduktif dan pihak-pihak yang rnempunyai hak dalam pengambilan keputusarr di koperasi. .Secara lebih rinci, ditentukan peubah yang termasuk dalam peubah eksogen dan peubah endogen dari masing-masing komponen struktur, perilaku, dan kinerja usaha, dalam bentuk alur hubungan antar peubah yang akan dianalisa (Gambar 8). Dalarn ha1 ini unsur struktur usaha akan dianggap sebagai peubah eksogen, didasarkan pada pertimbangan bahwa data yang akan digunakan adalah data antarwilayah (cross-section) yang bersifat statis dalam waktu. '~adahal pengaruh balik dari kinerja terhadap struktur membutuhkan periodisasi yang umumnya lebih lama dari satu siklus usaha. Rasionalisasi hubungan antar peubah tersebut adalah bahwa KUD merupakan koperasi yang
pada awal pengembangannya sangat
dipengaruhi oleh peran serta pemerintah, terutama berkaitan dengan usaha pernbangunan pertanian (panganlpadi) dan
pembangunan
ekonomi pedesaan pada umumnya (Nasution, 1990).
KUD juga
dirancang untuk menjadi koperasi multi-usaha, dan diharapkan mampu melayani seluruh kegiatan perekonomian masyarakat pedesaan.
Oleh
0
: Peubah Endogen
Keterangan peubah : Tabel 3
: Peubah Eksogen
Gambar 8.
Alur Hubungan Antar Peubah Struktur, Perilaku dan Kinerja KUD
sebab
itu
diperlukan
suatu
pernbatasan tertentu
mengidentifikasi karakteristik usaha KUD.
untuk
dapat
Kebutuhan atas identitas
usaha tersebut sangat diperlukan karena karakteristik usaha yang berbeda akan memiliki tuntutan keunggulan yang berbeda pula.
Dalarn
studi ini identitas kegiatan usaha KUD akan dilihat berdasarkan kegiatan usaha utarnanya, dan dibedakan menjadi kegiatan usaha utama layanan X
konsurnsi, layanan produksi, kegiatan produksi dan pemasaran,untuk produk non-program serta kegiatan produksi dan pernasaran untGk produk program. Kegiatan usaha yang bersifat layanan perlu diperhatikan karena ha1 tersebut berhubungan dengan kedudukan anggota sebagai pasar bagi KUD. Layanan itu sendiri dibedakan menjadi layanan konsumsi dan layanan produksi. Pada layanan produksi kemungkinan KUD masih akan dapat berperan dalam pengolahan dan pernasaran produk anggota, sedangkan pada layanan konsurnsi maka kegiatan produktif anggota justru dilakukan dengan lembaga usaha lain.
Kegiatan usaha yang
bersifat produksi-pemasaran mengisyaratkan peran KUD sebagai wahana anggotanya dalam menghadapi pasar, sedangkan pembedaan program dan non-program adalah untuk rnelihat kemarnpuan KUD dalam mengernbangkan kegiatan perekonomian pedesaan secara mandiri. ldentifikasi jenis usaha KUD tersebut kernudian berkaitan pula dengan jumlah jenis usaha dan keterkaitan antar usaha (terkaiutidak terkait).
Kedua ha1 tersebut dianggap sebagai bentuk strategi
diversifikasi usaha, yang menjadi bagian dari beberapa bentuk perilaku usaha KUD yang akan dianalisa. Bentuk perilaku usaha yang lain adalah
strategi finansial dan strategi organisasi.
Strateg~diversifikasi usaha,
strategi finansial, dan strategi organisasi merupakan bentuk pendekatan perilaku usaha melalui strategi fungsional yang selama ini telah dikembangkan KUD dan sesuai dengan arahan pernbinaan pernerintah. Disamping itu juga akan diperhatikan aspek orientasi usaha : internal atau eksternal. Orientasi internal berarti KUD masih menjagikan anggota sebagai pasar sasarannya yang utama, sedangkan orientasi eksternal berarti KUD menjadikan pasar non-anggota sebagai sasaran kegiatan usahanya.
KUD dengan orientasi pasar internal akan
menghadapi keterbatasan pasar sebesar jumlah anggota dan daya belinya, sedangkan KUD yang berorientasi eksternal akan memiliki peluang untuk memanfaatkan pasar yang jauh lebih besar walaupun pada saat yang bersamaan juga akan menghadapi tantangan persaingan yang lebih besar pula. Secara hipotetis KUD dengan orientasi eksternal akan rnerniliki kesernpatan yang lebih besar untuk dapat berkembang'rnenjadi lembaga usaha seperti yang diharapkan. Orientasi kegiatan usaha KUD dapat diduga dengan mernbandingkan volume transaksi usaha KUD dengan anggotanya dan volume transaksi usaha KUD dengan nonanggota.
Transaksi usaha dengan anggota yang lebih besar dari
transaksi dengan non-anggota menunjukkan lebih orientasi usaha internal,' dan sebaliknya; walaupun ha1 ini tetap harus memperhatikan jenis usaha yang dilakukan. Orientasi usaha dipengaruhi oleh struktur usaha yang dihadapi koperasi, dan dipengaruhi pula oleh besarnya usaha total dan modal luar yang digunakan.
KUD dirancang untuk berfungsi sebagai koperasi serba-usaha,
terutama dengan menggabungkan usaha penyaluran sarana produksi, usaha simpan pinjam, usaha warung serba ada, dan usaha pemasaran produk.
Pengembangan usaha yang beragam tersebut merupakan
tuntutan objektif dari kondisi sosial ekonomi masyarakat pedesaan pada saat KUD dibentuk. Dalam perkembangannya KUD dituntut untuk dapat
*
menunjukan keberadaannya dalam bidang usaha. Hal ini menuntit KUD untuk mengembangkan kegiatan usaha yang memiliki daya saing ya;~g lebih tinggi, dan ha1 tersebut menuntut ditingkatkannya efisiensi usaha, pengembangan sistem usaha yang terkait dalam bentuk integrasi vertikal maupun horizontal, dan perlunya suatu identitas usaha yang jelas untuk dapat membangun citra dan reputasi KUD.
Tuntutan diatas pada
gilirannya memerlukan pengembangan usaha utama yang dapat menjadi andalan KUD, dengan tetap memperhatikan rancangan awalnya untuk menjadi koperasi serba-usaha. Keberadaan kegiatan usaha utama atau
core-business tersebut dapat dilihat dari proporsi volume usaha ierbesar terhadap total nilai usaha. Usaha utama tersebut akan dipengaruhi oleh struktur usaha, orientasi usaha dan modal luar.
Orientasi usaha
eksternal dan penggunaan modal luar yang lebih besar akan mendorong pengembangan kegiatan usaha utama tersebut. Strategi finansial dapat dilihat dari jumlah modal luar relatif rerhadap modal sendiri dan aset. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa modal merupakan salah satu unsur yang paling sering menjadi kendala dalam koperasi, dan pengelola KUD (pengurus dan manajer) selalu berusaha untuk menambah modal bagi pengembangan usaha
KUD. Permodalan juga rnenjadi salah satu unsur pembinaan utarna yan dilakukan pemerintah. Namun penambahan modal memberi konsekwenz pada peningkatan biaya disarnping peluang untuk meningkatkan usaha Penetapan jumlah tarnbahan modal, relatif terhadap modal yang telattersedia, yang dilakukan pengelola akan menjadi salah satu faktor sangat X
menentukan bagi keberhasilan usaha KUD. Jumlah modal luar yang digunakan diduga dipengaruhi oleh orientasi usaha, volume usaha, dan struktur usata yang dihadapi KUD.
Faktor peubah volume usaha
rnerupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan rekanan kerjasama KUD dalam peningkatkan jumlah modal luar yang digunakan. Selain sebagai badan usaha, KUD juga memiliki indentitas sebagai organisasi masyarakat, yang bertujuan untuk melayani masyarakat anggotanya. Disamping itu potensi usaha anggota, yang beragam dan tersebar, juga merupakan potensi KUD itu sendiri. Strategi organisasi yang tepat untuk menjangkau anggota dalam rangka pelayanan dan penghimpunan potensi usaha anggota akan rnenentukan pula dalarn keberhasilan KUD.
Dalam ha1 ini jurnlah ternpat pelayanan koperasi
(TPK) diharapkan dapat mencerminkan bentuk strategi organisasi yang dilakukan. finansial,
Berkaitan dengan strategi diversifikasi usaha dan strategi KUD juga
rnelakukan penyesuaian organisasi dengan
rnelakukan strategi pengembangan unit otonom.
Unit otonom adalah
suatu unit usaha (business unit) yang merniliki kewenangan dalam manajemen usaha tertentu tetapi masih berada dafam lingkup organisasi KUD. Penerapan unit otonom diharapkan dapat meningkatkan kinerja
KUD, walaupun dilain pihak juga akan berakibat pada biaya dan kemampuan manajemen para pengelolanya. Karakteristik wilayah yang dibedakan menjadi wilayah berkembang industriljasa, wilayah berkembang pertanian, dan wilayah sedang berkembang, ditentukan sebagai peubah yang mewakili struktur wilayah yang
akan
mempengaruhi
kkiatan
ekonomi
koperasi
maupun
anggotanya, namun besarannya tidak dapat dipengaruhi oleh koperasi. Ketersediaan telepon dan komputer ditentukan sebagai peubah yang mewakili struktur sarana koperasi. Pemilihan kedua perangkat tersebut ditentukan dalam kaitannya dengan pengembangan perangkat usaha modern pada koperasi di pedesaan, disamping keberadaan kedua perangkat tersebut juga diperkirakan telah mewakili unsur lain seperti ketersediaan listrik, sarana komunikasi, bangunan, dan secara tidak langsung memberi gambaran akan mutu sumberdaya manusia. Kegiatan usaha utama dikelompokkan pula kepada struktur koperasi karena koperasi memiliki sifat sebagai badan usaha yang tergantung pada kegiatan utama anggotanya, dan mengingat yang menjadi objek penelitian adalah KUD yang anggotanya didominasi oleh masyarakat pedesaan maka usaha utama KUD akan tergantung pada kondisi perekonomian wilayah dan penduduknya sehingga bersifat struktural. Koperasi bukan merupakan lembaga usaha yang sepenuhnya berorientasi pada keuntungan sebagaimana perusahaan non-koperasi
(investors own firm/lOF). Sesuai dengan tujuan dan prinsipnya maka koperasi berorientasi pada nilai maksimum yang diperoleh anggota dan produktivitas sumberdaya, baik sumberdaya koperasi itu sendiri (yang
didaya-gunakan untuk kepentingan anggota) dan sumberdaya ahggota. Nilai yang dtperoleh anggota dapat digambarkan oleh nilai Sisa Hasil Usaha yang dibagikan kepada anggota. Disamping itu, dengan asumsi bahwa kegiatan koperasi terutama ditujukan untuk kepentingan anggota, maka volume usaha koperasi dan produktivitas aset dan produktivitas modal
koperasi juga diharapkan dapat menjadi salah satu indikator I
pencapaian tujuan koperasi. Akhirnya pencapaian tujuan tersebut dilihat dari tingkat produktivitas usaha koperasi yang mengacu pada besariiya SHU yang dapat diperoleh pada volume usaha tertentu.
Dengan
demikian, kinerja koperasi secara umum dapat ditunjukkan besarnya, produktivitas
anggota,
produktivitas
aset,
produktivitas
modal,
produktivitas usaha dan SHU yang diterima oleh tiap anggota. Peubah-peubah kinerja tersebut dipengaruhi oleh peubah perilaku, dimana orientasi usaha, usaha utama, dan modal luar menjadi peubah eksogenus. Disamping itu kinerja usaha, yang sekaligus menjadi faktor pembeda pengelompokan KUD tersebut, akan dipengaruhi pula oleh peubah perilaku lain, yaitu jumlah TPK, jumlah Unit Otonom, jumlah usaha, jumlah karyawan, dan jumlah manajer; serta integrasi usaha yang terjadi diantara beragam jenis usaha yang dilakukan KUD. Produktivitas anggota diduga juga akan dipengaruhi oleh produktivitas aset dan produktivitas modal. Secara bersamaan produktivitas anggota tersebut kemudian akan mempengaruhi seluruh peubah kinerja lainnya. Analisa hubungan struktur, perilaku dan kinerja koperasi akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan ekonometrika, dengan persamaan simultan sebagai berikut :
1 ORUS
= a0 + alUSUT + a2MOLU + a3VOLA + a4VOLL +
+ a9MOSE + alOdDIN + a1 1 dPER + al2dKOM + al3dTEL + e a5VOLP + a6VOLN + a7ASET + a8JUAN
2. USUT
= bO + blORUS + b2MOLU + b3VOLA + b4VOLL + b5VOLP + b6VOLN + b7ASET + b8JUAN + b9MOSE + blOdDIN + b l IdPER + bl2dKOM + bl3dTEL + e
3. MOLU
= cO + clORUS + c2VOLA + c3VOLL + c4VOl!lJ + c5VOLN + c6ASET + c7JUAN + c8MOSE
+ c9dDIN +
clOdPER + c l IdKOM + cl2dTEL + e
.
4. PRAN
= do + dlPRAS + d2PRMO + d3ORUS + d4USUT +
5. PRAS
= eO + elPRAN + e20RUS + e3USUT + e4MOLU + e5JUTP + e6JUUO + e7JUUS + e8JUKA + e9JUMA + elOdlNT + e
6. PRMO
= fO + f l PRAN + f20RUS + f3USUT + f4MOLU + f!jJUTP + f6JUUO + f7JUUS + f8JUKA + f9JUMA + flOdlNT + e
7. PRUS
= g0 + glPRAN + g2ORUS + g3USUT + g4MOLU + g5JUTP + g6JUUO + g7JUUS + g8JUKA
+ g9JUMA +
glOdlNT + e 8. SHUA
= hO + hlPRAN + h20RUS + h3USUT + h4MOLU + h5JUTP + h6JUUO + h7JUUS + h8JUKA + h9JUMA + hlOdlNT + e
dimana simbol, keterangan, dan satuan masing-masing peubah dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Daftar Peubah : Sirnbul, Keterangan, dan Satuan
PRAS
'Produktivitas aset = VOLT : ASET
indeks
PRMO
Produktivitas modal = VOLT : MOT0
indeks
PRUS
Produktivitas usaha koperasi = SHUT : VOLT
persen
SHUA
Sisa Hasil Usaha per anggota = SHUT :JUAN
Rplorang
SHUT
Sisa Hasit Usaha total
Rp. 000
VOLT
Volume usaha total
Rp. 000
Sistem persamaan tersebut akan diterapkan pada setiap kelompok yang berhasil diidentifikasi. persamaan linier aditif,
Persamaan yang digunakan adalah terutama didasarkan pada kemudahan
interpretasi hasilnya. Alternatif lain adalah model persamaan logaritmik yang memiliki kinerja struktural yang sama.
Analisa yang dilakukan
*.
terhadap model persarnaan diatas adalah melalui prosedur pendugaan pada sistem persamaan sirnultan. Pendugaan persamaan simultan hi adalah untuk menghindari munculnya persoalan bias sirnultan apabila menggunakan pendugaan "ordinary least squares" (OLS), karena model persamaan yang dibangun bukanlah persamaan tunggal. Beberapa
.
peubah dalam sistem persamaan tidak berdiri sendiri sebagai peubah yang terpengaruh atau mempengaruhi, tetapi beberapa diantaranya memiliki peran ganda baik sebagai peubah yang terpengaruhi maupun mempengaruhi. Dalam persamaan simultan, bentuk saling mempengaruhi tersebut persamaan dapat dianalisa dengan menyederhanakan bentuk persamaan strukturalnya menjadi bentuk persarnaan tereduksi (reduced
form). Pada pendugaan persamaan simultan terdapat masalah pokok yang akan sangat mempengaruhi keberhasilan proses yaitu masalah identifikasi. ldentifikasi suatu persamaan struktural dalam persamaan simultan merupakan syarat untuk dapat menentukan besaran parameter dugaannya. Ada tiga kemungkinan yang akan terjadi adalah masalah identifikasi ini, yaitu (1) persamaan tidak dapat diidentifikasi, (2)
1
persamaan tepat teridentifikasi, dan (3) persamaan teridentifikasi berlebih. Menurut Koutsoyiannis (1977) untuk mengidentifikasikan suatu persamaan struktural dalam ststem persamaan simultan dapat dilihat dari pemenuhan syarat "order untuk identifiabilitas" (The order condition of identifiability) dan syarat "pangkat untuk identifiabilitas" (The; rank condition of idenfiability), yaitu sebagai berikut : (1) Kalau K-k > m-I dan pangkat matriks A = (M-I), persamaan yang diamati adalah persamaan yang teridentifikasi berlebih (over idenfified); (2) Kalau K-k = m-I dan pangkat matriks A = (M-I), persamaan yang diamati adalah persamaan yang tepat teridentifikasi
(exactly
identified); (3) Kalau K-k c rn-I, persamaan yang diamati adalah persamaat yang
tidak dapat diidentifikasi. Demikian juga, walaupun syarat order untuk identifiabilitas dipenuhi, yaitu K-k = m-I atau K-k > m-I akan tetapi syarat pangkat untuk identifiabilitas tidak dipenuhi, yaitu matriks A c (M-I), maka persamaan yang diamati adalah juga merupakan persamaan yang tidak dapat diidentifikasi (unidentified). dimana :
K = jumlah peubah eksogen dalam model k = jumlah peubah eksogen dalam suatu persamaan
M = jumlah peubah endogen dalam model m = jumlah peubah endogen dalam suatu persamaan
Pengertian
order
dan
pangkat
adalah
pengertian
yang
dipergunakan dalam matriks. Suatu matriks yang terdiri dari n baris dan n kolom dikatakan mempunyai order sebesar n. Suatu matriks A dikatakan mernpunyai pangkat sebesar r, jadi r(A) = r, kalau jumlah terbesar dari pada baris (kolom) yang bebas linear adalah sebesar r. Suatu persamaan struktural'dikatakan dapat diidentifikasi @lau tepat teridentifikasi (exactly identified) atau teridentifikasi berlebih (over identified).
Persamaan yang diajukan menunjukkan kondisi over identified
sehingga dapat diduga dengan metode pendugaan Two Stage Least Square (2SLS). Setelah dilakukan proses pemilihan model terbaik maka model linier aditif memberikan kinerja hasil dugaan yang sama baiknya dengan model logistik, namun model linier lebih memudahkan dalam interpretasi parameter yang dihasilkan. Untuk menduga nilai parameter dalam sistem persamaan simultan dan secara bersamaan juga mengukur identifikasi persamaan, maka alternatif prosedur yang ditempuh'adalah prosedur pendugaan
metode rekursif. Secara teknis pendugaan
persamaan simultan dilakukan dengan paket program komputasi SPSS 6.0 for Windows.
3.6. Analisa Perkembangan Kelembagaan
3.6.1.Analisa Jarak Geometrik antar Kelompok Analisa kelompok (cluster analysis) yang diharapkan dapat menghasilkan pengelompokan KUD berdasarkan kedekatan jarak antar pengamatan untuk suatu peubah tertentu, dapat dilanjutkan dengan
analisa perbandingan antar kelompok (cluster cornparation).
Hal ini
dapat dilakukan melalui analisa terhadap jarak antar kelompok dengan menggunakan rataan dan ragarn dari masing-masing kelompok dari suatu faktor pengelompok sebagai indikatornya (Dillon and Goldstein. 1983). Jarak terdekat antara dua kelompok tertentu akan menunjukkan kemungkinan perubahan terbesa~. Artinya jika jarak (geornetrik) suatu X
kelompok (A) semakin dekat dengan kelompok lain (B) maka semakin besar pula kemungkinan anggota kelornpok pertama (A) terpengaruh sehingga menjadi anggota kelompok berikutnya
(B), dan
sebaliknya.
Analisa ini memang tidak dapat menunjukan suatu proses yang berurutan (sequential)
namun
cukup
mampu
untuk
memberikan
indikasi
kecenderungan perkembangan antar kelompok. Keuntungan penggunaan rnetode
ini
adalah
sifatnya
yang
konsisten
dengan
analisa
pengelompokanyang telah ditakukan sebelumnya. Faktor pengelornpok yang dipilih untuk melihat perkdmbangan KUD secara langsung maupun tidak langsung akan berkaitan dengan volume usaha KUD dan jumlah anggotanya.
Oleh sebab itu untuk
memudahkan visualisasi, perkiraan perkembangan dapat dipetakan dalam grafik dua dimensi dengan mernadukan peubah volume usaha sebagai sumbu vertikal dengan beberapa faktor lain, yaitu anggota, aset, modal total, dan SHU.
Paduan keempat
grafik tersebut akan
menghasilkan arah perkembangan yang diharapkan cukup konsisten dan menggambarkan berbagai peubah penting dalam kinerja usaha KUD.
3.6.2. Analisa Simulasi Perkembangan
Memperhatikan bahwa data yang digunakan adalah data antar tempat, maka
analisa yang digunakan untuk menentukan strategi
pengembangan adalah analisa simulasi menggunakan peubah eksogen dalam persamaan simultan sebagai instrumen kebijakan. Memanfaatkan parameter dugaan yang dihasilkan dari analisa ekonometrika, ~ A a ~ i s a tersebut akan diarahkan untuk merubah besaran beberapa peubah yang mempengaruhi faktor pengelompok kemudian dipetakan kernbali pada analisa kelompok guna menghasiikan pengelompokan yang baru. Analisa in1 sekaligus menjadi sarana untuk mernberikan rekomendasi kebijakan pengembangan KUD pada masa yang akan datang. Bentuk analisa yang dapat dilakukan perlu terlebih dahulu rnemperhatikan hasil analisa ekonometrika untuk mengetahui peubah kebijakan yang dapat diubah, yaitu peubah struktur dan perilaku yang berpengaruh terhadap peubah kinerja.
3.7. Data dan Metode Pengambilan Contoh
3.7.1.Objek Penelitian Objek penelitian dalam disertasi ini adalah Koperasi Unit Desa
(KUD) yang telah berstatus Mandiri di Propinsi Jawa Barat. Dalam ha1 ini KUD dipandang sebagai satu kesatuan lembaga usaha. Aspek historis dan proses kegiatan usaha yang dilakukan KUD dianggap dapat dilihat pada data akhir tahun dari setiap KUD.
3.7.2. Metode Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh
dilakukan dengan
metode
stratifikasi
(stratified samplling) dengan kabupaten sebagai satuan strata.. Dalarn
penentuan strata, wilayah Jawa Barat dibagi menjadi tiga kelornpok, yaitu (1) wilayah atau kabupaten yang telah berkembang infrastruktur
usahanya dan memiliki aktiv~tasindustri dan jasa yang berkernbang; ( 2 ) wilayah atau kabupaten yang telah berkernbang infrastruktur usahanya dan memiliki aktivitas pertanian yang dominan; dan (3) wilayah atau kabupaten yang belum atau sedang berkembang infrastruktur usahanya. Dari 20 kabupaten yang terdapat di Jawa Barat (tidak termasuk kotamadya) dipilih secara sengaja Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bekasl sebagai wilayah yang rnewakili kelompok pertama, terutama karena kedudukan ketiga kabupaten tersebut disekitar Jakarta (Jabotabek). Kabupaten Cianjur, Kabupaten Subang dan Kabupaten Garut dipilih mewakili kelompok kedua, terutama' karena kedudukan ketiga kabupaten tersebut sebagai lurnbung pangan Jawa Barat dan nasional.
Sedangkan Kabupaten Lebak, Kabupaten
Pandeglang, dan Kabupaten Majalengka dipilih sebagai wilayah kontrol. Pada masing-masing kabupaten tersebut kemudian diambil seluruh Koperasi Unit Desa Mandiri (sensus) yang tercatat sebagai objek penelitian, kecuali satu KUD di Kabupaten Tangerang dan satu KUD di Kabupaten Bogor, dan satu KUD di Kabupaten Majalengka yang tidak disertakan karena ketidak lengkapan data. disajikan pada Tabel 4 berikut ini.
Objek penelitian tersebut
Tabel 4. Sebaran KUD Contoh
Jumlah
314
Jumlah KUD contoh terhadap total KUD di Jawa Barat = 41,4 persen
3.7.3.Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder cross secfion untuk berbagai aspek usaha dan manajemen KUD di Jawa Barat.
Surnber utarna data yang digunakan adalah Data Profil KUD
Mandiri untuk tahun 1996 yang direkapitulasi oleh Kantor Wilayah Koperasi dan PPK Jawa Barat pada bulan April 1997, dan Laporan Hasil Pemerikasaan Akuntan Atas Laporan Keuangan Tahun Buku 1996 terhadap KUD di Jawa Barat. Disamping itu juga dikumpulkan berbagai data sekunder lain yang relevan. lnformasi kualitatif dikurnpulkan melalui
kunjungan ke beberapa KUD di kabupaten contoh serta diskusi intensif dengan pembina dan para peneliti koperasi lainnya.
3.7.4. Analisa Perkembangan dan Data Cross Secfion Telah cukup banyak penelitian yang menggunakan data cross secfion untuk suatu analisa perkembangan, disamping penebitianpenelitian yang
menggunakan data time-series.
Asumsi pokok yang
mendasari analisa perkembangan dengan data cross-section adalah (1)
keragaman data yang digunakan mencukupi untuk menjelaskan perbedaan perilaku dari objek yang dianalisa;
(2) azas konsistensi berlaku dan digambarkan oleh bentuk representasi yang digunakan, artinya perilaku suatu objek (contoh, responden) akan sama dengan objek lain jika kondisi atau faktor yang mempengaruhi kedua objek tersebut sama; (3)
aspek perkembangan ditunjukkan oleh kondisi yang paling mungkin (the
most
probable
condition)
bagi
suatu
objek
untuk
berpindahlberubahdari satu kondisi ke kondisi lain. (4) aspek perkembangan ditunjukkan pula oleh perubahan kondisi atau
faktor yang dianggap setara dengan perubahan berdasarkan periode waktu yang berbeda. Pada
studi
ini
asurnsi
pertama
diuji
dengan
analisa
pengelompokan dimana terdapat keragaman antar kelompok yang berbeda kecenderungannya satu dengan yang lain, dan terdapat keragaman dalam kelompok. Asumsi kedua berlaku dengan memandang
bahwa perilaku setiap KUD dalam satu kelompok adalah samalserupa dan jika satu KUD berpindah dari anggota salah satu kelompok menjadi kelompok lain, baik karena pengaruh internal maupun eksternal, maka KUD tersebut akan rnemiliki perilaku yang sama dengan KUD lain yang telah lebih dahulu berada pada kelompok baru tersebut.
Secara
konseptual ha1 ini dapat dipertahankan dengan mengasumsikan bahwa
*
kondisi usaha (bisnis) suatu KUD atau pelaku usaha lain adalah hasil dari suatu proses yang berkelanjutan dan bersifat akumulatif.
Perubahan-
perubahan mendadak atau kondisi 'lornpatan-lompatan' kemajuan atau kemunduran merupakan pengecualian khusus dan tidak merubah proses secara keseluruhan.
Asumsi yang ketiga didekati dengan analisa
hubungan antar kelompok yang menunjukkan kedekatan antar kelompok sebagai pendekatan bagi kondisi yang paling mernungkinkan terjadinya perubahan.
Asumsi keempat didekati dengan menganggap bahwa
penggunaan peubah waktu dilakukan karena waktu yang berbeda menjadi representasi dari perubahan kondisi.
Dengan demikian jika
perubahan kondisi telah dapat dianalisa maka peubah perubahan waktu dapat diabaikan.
3.7.5. Definisi Operasional Peubah boneka dDlN = 1, jika KUD yang ditelaah berada di kabupaten
yang
telah
berkembang
infrastrutur
usaha
dan
perekonomiannya serta telah menuju atau memiliki kegiatan industri dan perdagangan yang berkembang pesat, dan dDlN = 0 jika sebaliknya. dPER = 1, jika KUD yang ditelaah berada di kabupaten yang telah
berkembang infrastruktur usaha dan perekonomiannya tetapi masih memiliki kegiatan pertanian yang dominan, dan dPER = 0 jika sebaliknya. Pada kondisi dDlN = 0 dan dPER = 0 diinterpretasikan KUD berada pada kabupaten yang
relatif belum atau masih sedang berkembang
infrastruktur dan kegiatan ekonominya. Dalam ha1 ini 'd' menunjukkan bahwa peubah tersebut merupakan.peubah boneka. II
Karakteristik KUD mencakup ASET (aset KUD, dinyatakan dalam Rp. 000) yaitu nilai buku dari aktiva tetap KUD sama dengan nilai perolehan dikurangi penyusutan; JUAN (jumlah anggota, dinyatakan dalam.orang) yaitu jumlah anggota KUD terdaftar. MOSE (modal sendiri, dinyatakan dalam Rp. 000) yaitu nilai modal yang berasal dari simpanan
.
anggota (wajib, pokok sukarela) dan bagian dari pendapatan yang disisihkan untuk modal. Disamping itu karakteristik KUD juga dinyatakan dengan ketersediaan sarana komputer dan tefepon, serta jenis usaha utama. dKOM = 1 jika KUD memiliki komputer, dKOM = 0 jika setjaliknya; dTEL = 1 jika KUD memiliki telepon, dTEL = 0 jika sebaliknya. V O W (dinyatakan dalam Rp. 000) menunjukkan nilai volume usaha KUD untuk kegiatan minimal satu dari sub-sistem agribisnis (untuk komoditas apapun), yaitu pengadaan sarana produksi, pengolahan, distribusi, dan pemasaran.
Penjumlahan VOLA dengan nilai kegiatan usaha non-
agribisnis merupakan nilai volume usaha total KUD (VOLT).
VOLL
(Rp.OOO) menunjukkan nilai volume usaha dari kegiat'an KUD yang berorientasi pada pelayanan guna mendukung pemenuhan kebutuhan konsumsi anggota dan masyarakat seperti usaha kelistrikan dan warung serba ada (waserda) dan kegiatan pelayanan guna mendukung kegiatan
produksi anggota seperti pengadaan pupuk dan perkreditan. VOLP (Rp.000) menunjukkan nila~ kegiatan usaha dibidang produksi atau pemasaran.
Perbedaan mendasar antara kegiatan pelayanan dan
kegiatan produksi Ipemasaran adalah bahwa pada kegiatan pelayanan, anggota merupakan konsumen KUD; sedangkan pada kegiatan produksi I pemasaran anggota
merupakan pemasok
(supplier)
dari
KUD. X
Penjumlahan VOLL dengan VOLP akan sama dengan VOLT. VOLN (Rp.000) adalah nilai usaha KUD dari kegiatan-kegiatan yang rnerupakan kegiatan non-program. Sesuai dengan kebijakan Departemen Koperasi dan PPK, yang termasuk dalam kegiatan program adalah usaha dibidang pupuk, cengkeh, panganlberas, TRI, dan KUT.
Penjumlahan VOLN
dengan nilai usaha kegiatan program akan sarna dengan VOLT. Perilaku usaha dilihat dari besarnya nilai orientasi usaha (ORUS, dinyatakan dalam indeks antara no1 dan satu), yaitu perbandingan antara nilai usaha dari transaksi dengan anggota terhadap nilai usaHa total. Perilaku usaha juga akan dilihat dari pengaruh kegiatan utama (USUT, dinyatakan dalam indeks antara no1 dan satu), yaitu perbandingan antara kegiatan usaha yang memberikan nilai terbesar terhadap volume usaha total.
Strategi lain yang juga menggambarkan perilaku usaha adalah
strategi finansial, yang dinyatakan dalam besarnya MOLU (modal luar, dinyatakan dalam Rp. 000) yang digunakan oleh KUD, yaitu nilai modal yang diperoleh dari pinjaman dan bantuan dari pihak lain seperti bank, kerjasama usaha, dan sebaginya. Penjumlahan modal luar dan modal sendiri dinyatakan dengan MOT0 (modal total).
1
Perilaku usaha KUD juga dinyatakan dalam penetapan JUTP (jurnlah Tempat Pelayanan KUD ITPK, dinyatakan dalam jumlah unit) yaitu tempat dimana KUD melayani anggota, seperti tempat waserda, tempat pengurnpulan hasil pertanian, pos pembayaran listrik, tempat pelayanan simpan pinjam, dan sebagainya; penetapan JUUO (jumlah Unit Otonom 1 UO, dinyatakan dalam jumlah unit) yaitu kegiatan usah%KUD yang memiliki otonomi dalam pengelolaan dan kinerja terlepas dari kegiatan usaha lainnya; penetapan JUUS (jumlah usaha, dinyatakan dalarn jumlah unit), yaitu jumlah jenis usaha yang dilakukan oleh KUD berdasarkan pernyataan penerimaan dan biaya yang berbeda. Perilaku usaha lainnya dinyatakan dalarn penetapan JUKA (jumlah karyawan, dinyatakan dalarn jumlah orang), dan JUMA (jumlah manajer, dinyatakan dalam jumlah orang).
Disamping itu perilaku usaha juga dinyatakan
dengan diversifikasi usaha yang dilakukan koperasi : dlNT = 1 jika antar kegiatan kegiatan usaha yang dilakukan memiliki keterkaitan atau integrasi usaha, dan dlNT = 0 jika sebaliknya. Keterkaitan usaha didekati dengan beberapa alternatif : usahausaha yang dilakukan adalah usaha yang sama (jika jurnlah usaha yang dilakukan hanya satu maka dlNT = 1); usaha dilakukan untuk pasar yang sama, usaha dilakukan di lokasi yang sama, usaha-usaha yang dilakukan berada pada satu sistem usaha (misalnya sistern agribisnis). Peubahpeubah tersebut diduga akan mempengaruhi kinerja usaha KUD. Kinerja KUD dinyatakan dengan VOLT (volume usaha total, dinyatakan dalam Rp. OOO), yaitu total nilai penjualan seluruh produk dan jasa yang dihasilkan oleh KUD, baik dengan anggota, non-anggota,
maupun dengan pasar pada umumnya; PRAN (produktivitas anggota, dinyatakan dalam Rplorang), yaitu nilai penjualan yang dapat dihasilkan oleh tiap anggota KUD dimana PRAN = VOLT : JUAN; PRAS (produktivitas aset, dinyatakan dalam indeks), yaitu nilai penjualan yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah aset yang dimiliki KUD dirnana PRAS
= VOLT : ASET. PRAN diharapkan dapat mencerminkan besarnya
*
kegiatan usaha KUD yang dapat dimanfaatkan oleh anggota, da" PRAS diharapkan dapat mencerminkan besarnya kegiatan usaha yang dapat dikembangkan dari modal yang dimiliki oleh KUD sendiri. Kinerja koperasi juga akan ditunjukkan oleh PRMO (produktivitas modal, dinyatakan dalam indeks), yaitu nilai penjualan yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah modal (total) yang dimiliki KUD dimana PRMO = VOLT : MOTO; PRUS (produktivitas usaha, dinyatakan dalam persen), yaitu nilai Sisa Has11Usaha total yang dapat dihasilkan dari sejumlah volume usaha tertentu, dimana PRUS = SHUT : VOLT; dan SHUA (Sisa Hasil Usaha Anggota, dinyatakan dalam RpJanggota), yaitu nilai sisa hasil usaha yang diterima oleh setiap anggota, dimana SHUA = SHUT : JUAN.
3.8. Asumsi Pendugaan persamaan simultan diatas diarahkan untuk dapat menjelaskan
perilaku
usaha
KUD
pada
masing-masing
strata
perkernbangan yang telah dihasilkan dari analisa tahap pertama sekaligus melakukan penguj~anatas hipotesa yang telah diajukan dalam
ksrangka pemikiran konseptual diatas. Asumsi-asumsi yang mendasari pembahasan atas hasil analisa adalah :
(1)
Pengambilan keputusan usaha yang dilakukan baik oleh pengelola KUD maupun anggota adalah konsisten dan rasional, yaitu lebih memilih nilai yang besar daripada nilai yang kecil.
(2)
Semua produk yang d~transaksikan,baik oleh anggota maupun oleh KUD, adalah barang normal.
(3)
Pengambilan keputusan, baik oleh anggota maupun oleh KUD, dianggap telah didasarkan atas pertimbangan terhadap aspek internal dan eksternal KUD.
(4)
Faktor-faktor lain, terutama faktor sosial dan politik, yang turut mempengaruhi proses pengambilan keputusan dan kinerja KUD, dianggap dapat diwakili oleh peubah yang dianalisa.
(5)
Kondisi peubah yang diamati menggambarkan hasil proses'historis perkembangan KUD pada waktu-waktu sebelumnya.