PERILAKU PENGGUNAAN INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA (Studi deskriptif tentang perilaku penggunaan internet dikalangan mahasiswa perguruan tinggi negeri (FISIP UNAIR) dengan perguruan tinggi swasta (FISIP UPN) untuk memenuhi kebutuhan informasinya)
Iik Novianto
ABSTRACT Now days internet become a source of information that most people use to find the information needed, even for students. Use of the Internet to meet the needs of as a source of information due to the easy, fast, accurate, inexpensive and accurate. Through the Internet students can access a variety of information and knowledge in accordance with the relevant requirements according to their academic interests. Internet becomes an alternative option for students in addition to information retrieval library. Internet has many advantages not possessed by the conventional sources of information, information that can be accessed from various places without being restricted by distance, space, and time is one of the advantages possessed by the internet. Thus enabling students to obtain information related to their academic through every related information access information sources on the Internet. This study uses a quantitative approach to the comparative type. Type comparative chosen by researchers because researchers wanted to compare how the use of the Internet by students and Fisip Fisip Unair UPN to meet the needs of the desired information, without performing hypothesis testing. The number of respondents in this study were 100 people. Data were collected using questionnaires and interviews with some of the respondents who have been selected by the researchers for answers as clear as possible and the facts that support this research. The results of this study found that college students use the Internet Fisip Unair motif integrative cognitive and social motives with Internet usage patterns in the category of heavy users. To this effect will be felt as supporting the use of the internet is a medium to communicate and improve academic achievement. While the students Fisip UPN motives underlying the use of the Internet is cognitive motif usage patterns in the category of heavy users which includes addict. To effect that is felt is capable of supporting media to communicate and improve the effectiveness of learning.
Keywords : Internet Usage Motives, Internet Usage Patterns, Information Needs, Students.
1
ABSTRAK Saat ini internet menjadi sumber informasi yang paling banyak digunakan orang untuk mencari informasi yang dibutuhkan, tak terkecuali mahasiswa. Penggunaan internet untuk memenuhi kebutuhan sebagai sumber informasi dikarenakan mudah, cepat, tepat, murah dan akurat. Melalui internet mahasiswa dapat mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan sesuai dengan kebutuhan yang relevan sesuai dengan kepentingan akademik mereka. internet menjadi pilihan alternatif pencarian informasi bagi mahasiswa selain perpustakaan. Internet mempunyai banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh sumber informasi yang bersifat konvensional, informasi yang dapat diakses dari berbagai tempat tanpa dibatasi oleh jarak, ruang, dan waktu merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki oleh internet. Sehingga memungkinkan mahasiswa untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan akademis mereka melalui akses informasi keberbagai sumber informasi yang ada di internet. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe komparatif. Tipe komparatif dipilih oleh peneliti karena peneliti ingin membandingkan bagaimana penggunaan internet oleh mahasiswa Fisip Unair dan Fisip UPN untuk memenuhi kebutuhan informasi yang diinginkan, tanpa melakukan pengujian hipotesis. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner dan wawancara dengan beberapa responden yang telah diseleksi oleh peneliti untuk memperoleh jawaban sejelas mungkin dan fakta fakta yang mendukung penelitian ini. Hasil penelitian ini menemukan bahwa mahasiswa Fisip Unair menggunakan internet dengan motif cognitive dan motif social integrative dengan pola penggunaan internet masuk kedalam kategori heavy user. Untuk efek yang dirasakan akan penggunaan internet adalah sebagai penunjang media untuk berkomunikasi dan mampu meningkatkan prestasi akademik. Sedangkan pada mahasiswa Fisip UPN motif yang mendasari penggunaan internet ialah motif cognitive dengan pola penggunaan masuk kedalam kategori heavy user dimana termasuk addict. Untuk efek yang dirasakan adalah mampu menunjang media untuk berkomunikasi dan meningkatkan efektivitas dalam pembelajaran. Kata Kunci : Motif Penggunaan Internet, Pola Penggunaan Internet, Kebutuhan Informasi, Mahasiswa.
2
Pendahuluan : Di era informasi seperti saat ini internet memegang peranan penting dalam segala aspek kehidupan manusia. Internet menjadi media yang banyak di gunakan oleh kalangan mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan informasi guna menunjang kebutuhan study yang mereka tempuh maupun untuk menunjang aktivitas mereka. Hal ini terjadi karena pada dasarnya kebutuhan setiap individu sangatlah beraneka ragam, sehingga adanya kebutuhan inilah yang menimbulkan motif untuk menemukan informasi pada sebuah media yang paling dianggap tepat. Akibatnya muncul berbagai cara dan strategi untuk mendapatkan informasi tersebut. Dalam hal ini internet banyak digunakan karena menawarkan berbagai kemudahan untuk dapat mengakses berbagai literatur dan referensi ilmu pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan para akademisi. Internet dalam era informasi telah menempatkan dirinya sebagai salah satu pusat informasi yang dapat diakses dari berbagai tempat tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Internet disebut sebagai pusat informasi bebas hambatan karena dapat menghubungkan satu situs informasi ke situs informasi lainnya dalam waktu yang singkat. Internet menjadi pilihan alternatif pencarian informasi bagi mahasiswa selain perpustakaan. Internet menjadi sumber informasi yang mempunyai banyak manfaat dibandingkan dengan sumber informasi lainnya. Saat ini sudah semakin banyak kantor lembaga pemerintah yang memiliki koneksi kedalam jaringan internet. Beberapa diantaranya bahkan telah mempublikasikan lembaganya kedalam bentuk situs homepage pada world wide web (www). Perkembangan internet di indonesia telah menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), akhir tahun 2006, jumlah pengguna yang internet mencapai angka 25.000.000 juta
3
Tabel 1.1 (Jumlah pelanggan dan pengguna internet) Tahun Pelanggan Pengguna 2000 400.000 1.900.000 2001 581.000 4.200.000 2002 667.002 4.500.000 2003 865.706 8.080.534 2004 1.087.428 11.226.143 2005 1.500.000 16.000.000 2006 1.700.000 20.000.000 2007 2.000.000 25.000.000 Sumber : http://www.apjii.or.id Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh MarkPlus Insight terhadap 2161 pengguna Internet di Indonesia memberikan gambaran jelas mengenai tren penggunaan Internet di Indonesia, jumlah pengguna Internet di Indonesia pada tahun 2011 ini sudah mencapai 55 juta orang (dalam harian kompas) , yang menarik dari perkembangan internet yaitu dalam waktu yang cukup signifikan internet telah memperkenalkan beberapa hal hal baru di masyarakat. Beberapa anggota masyarakat kita sekarang mulai banyak yang menggunakan fasilitas world wide web (www) untuk mempromosikan beberapa produk yang hendak dijualnya kepada khalayak konsumen potensial yang secara radikal jauh lebih luas, tetapi dengan biaya yang jauh lebih rendah. Surat elektronik atau e-mail telah menggantikan beberapa fungsi pertukaran informasi dengan format yang jauh lebih lengkap, lebih efisien, murah, dan lebih cepat dari pada metode metode transfer informasi konvensional seperti telpon. Secara keseluruhan internet memang merupakan fenomena khas masyarakat kelas menengah di perkotaan. Sampai tingkat tertentu ia masih belum memungkinkan untuk menjadi medium populer seperti radio atau televisi. Sebelum mengenal media internet, manusia dalam mencari informasi cukup banyak membutuhkan biaya dan waktu yang cukup lama, terutama dalam kegiatan penemuan dan pencarian informasi yang dibutuhkan yang semuanya masih mengandalkan media kertas, dan mereka masih harus mencari di sebuah katalog dan media lainnya.
4
Pencarian dan penggunaan informasi sendiri merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari hari manusia. Mencari dan menggunakan informasi adalah bagian tetap dalam kehidupan manusia banyak mahasiswa mencari informasi yang dibutuhkannya tanpa membuang banyak waktu untuk itu kebanyakan dari mahasiswa mencari informasi yang dibutuhkannya dengan menggunakan media internet. Pengguna membutuhkan informasi yang akurat, relevan, ekonomis, cepat, tepat, serta mudah didapatkan. Pada saat ini pengguna di hadapkan kepada beberapa permasalahan seperti banjir informasi, informasi yang di sajikan tidak sesuai, kandungan informasi yang diberikan kurang tepat, jenis informasi kurang relevan, bahkan ada juga informasi yang tersedia namun tidak dapat dipercaya (Blasius Sudarsono, 2009). Permasalahan tersebut menjadi menjadi sebuah tantangan bagi penyedia informasi. Informasi menjadi kebutuhan pokok bagi pengguna tertentu sehingga jika kebutuhan informasinya tidak terpenuhi akan menjadi masalah bagi pengguna. Informasi yang di butuhkan oleh pengguna bertujuan untuk menambah pengetahuan, dan meningkatkan keterampilan yang pada akhirnya bisa merubah sikap dan perilakunya. Kebutuhan informasi bagi setiap pengguna berbeda beda antara pengguna yang satu dengan pengguna yang lain Wersig dalam Bystrom (1999) yang menyatakan bahwa kebutuhan informasi mencerminkan adanya persyaratan yang harus dipenuhi dalam melaksanakan tugas tertentu. Hal inilah yang menyebabkan mengapa perilaku informasi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan informasi, karena pada dasarnya kebutuhan informasi ini digunakan untuk proses penyelesaian tugas. Siswa SMA dan Mahasiswa adalah salah satu occupation yang secara aktif melakukan pemenuhan kebutuhan informasi yang didorong oleh kebutuhan akademisnya dengan tuntutan penggunaan sumber informasi yang mempertimbangkan relevansi, up to date, serta kredibilitas. Lingkungan memiliki andil besar dalam membentuk perilaku yang ditunjukkan oleh seorang individu. Menurut Pirolli, manusia secara adaptif membentuk perilaku mereka 5
berdasarkan lingkungan informasinya (information environments) Gleeson (2001) Informasi yang diperolehnya ini diyakini akan dapat membangun wawasan dan pengetahuannya. Semakin melimpahnya sumber informasi yang tersedia turut menciptakan persaingan dalam menyediakan informasi yang paling relevan. Perpustakaan sebagai penyedia informasi yang menunjang kegiatan pembelajaran pada instansi induknya harus mampu menghadapi perkembangan teknologi informasi yang memberikan dampak pada perilaku informasi pada pengguna potensial Perpustakaan yang dalam hal ini adalah Mahasiswa. Fenomena munculnya berbagai sumber dan saluran informasi ini menandakan bahwa lingkungan di sekitar individu memberikan peluang berupa berbagai alternatif pilihan dalam penyelesaian tugas akademisnya. Berbagai sumber informasi muncul dalam aneka bentuk atau wadah, baik berupa tercetak (printed), terekam (recorded) maupun terpasang (online). Disamping bentuk buku, majalah, surat kabar yang bersifat konvensional, sumber informasi kini banyak pula berbentuk non-konvensional. Kehadiran e-books, e-journals, e-newspapers, dan sebagainya. Kondisi ini memberikan implikasi pada semakin variatifnya perilaku pencarian informasi. Ketepatan strategi yang diterapkan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sebagai penunjang kegiatan akademis sangat menentukan dalam pencarian informasi. Kesalahan dalam bertindak atau ketidaktahuan mahasiswa mengenai sumber informasi yang dapat diandalkan dapat menjadi faktor penghambat dalam rangka pengumpulan tugas yang diberikan pengajar. (Santrok, 2002) Kebutuhan informasi mahasiswa tersebut perlu mendapatkan respon
dari
perpustakaan sebagai pusat layanan informasi,
salah
satunya
melalui
ketersediaan sumber informasi. Perpustakaan dinilai baik dalam menyediakan sumber informasi meskipun nilai rata rata masih kurang dari kebutuhan informasi yang diperlukan mahasiswa. Oleh karena itu perlu peningkatan sumber-sumber informasi guna memaksimalkan pemenuhan kebutuhan informasi yang sangat dibutuhkan mahasiswa guna
6
menunjang kegiatan akademisnya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Brown dalam Bystrom (1999) bahwa dalam mengerjakan tugas tertentu seseorang tidak bisa mendapatkan informasi dari dirinya sendiri maka mereka akan berusaha untuk mencari sumber informasi secara interpersonal yaitu melalui bertanya dengan teman, orang lain atau ahli bidang tertentu. Dalam pemilihan sumber informasi ini biasanya akan dipilih sumber informasi yang paling mudah, cepat dan murah dalam proses aksesnya. Sebanding dengan upaya - upaya membaca, para mahasiswa diwajibkan untuk berlatih menulis atau mengkomunikasikan gagasan - gagasannya melalui media tulis. Penulisan dalam bentuk - bentuk yang pendek, seperti risalah, baik dalam bentuk yang panjang, seperti makalah, dan laporan penelitian (khususnya skripsi). Pengalaman belajar tulis - menulis ini dapat diacarakan sebagai tugas rumah mingguan (artinya, harus sudah selesai dikerjakan di luar kelas dalam satu minggu), dan dapat pula diacarakan sebagai tugas rumah bulanan atau semesteran. Mahasiswa akan mencoba memanfaatkan berbagai sumber dan saluran informasi yang tersedia, kemudian membandingkan sumber informasi mana saja yang lebih banyak memberikan informasi dalam pemenuhan tugas akademisnya. Sedemikian kompleks tugas akademis yang harus dikerjakan, sehingga kajian ini perlu untuk dilakukan agar lembaga penyedia informasi seperti perpustakaan dapat memperoleh umpan balik dan menyediakan layanan informasi yang sesuai dalam menunjang pembelajaran akademis pada instansi induknya. Saat ini terdapat beragam sumber dan saluran informasi yang tersedia. Internet muncul seiring berkembangnya ICT (information, communication and technology) yang saat ini telah banyak digunakan oleh information seeker dalam upaya pemenuhan kebutuhan informasinya. Dalam penggunaan internet mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun akhir tahun 2006 (Data disajikan pada tabel 3.1). Penggunaan internet pada mahasiswa juga digunakan untuk keperluan akademiknya, seperti penyelesaian tugas yang 7
diberikan dosen, pembuatan makalah, serta mencari materi yang akan diberikan oleh dosen. perilaku penemuan informasi masyarakat di era ICT (information and communication technology) berbeda dari era sebelumnya. Di era ICT ini, internet menjadi “raja” sumber informasi, dengan jumlah pengakses mencapai ratusan juta orang di seluruh dunia. Jumlah langganan internet broadband dunia melewati setengah miliar pertama kalinya pada 2010 mencapai 555 juta, sedangkan jumlah pelanggan mobile broadband melonjak 940 juta. Sementara itu, sambungan telepon tetap menurun berturut-turut selama tahun keempat dan berada di bawah 1,2 miliar (http://spektrumdunia.com). Menurut Sisson dan Pontau dalam Al-Saleh (2004), ini disebabkan karena internet mampu menawarkan sebuah kenyamanan (convenience) yang tidak bisa ditemui dalam saluran informasi lainnya. Bentuk dari kenyamanan tersebut antara lain adalah kecepatan akses, serta kemutakhiran dan keberagaman informasi yang disajikan. Keberadaan internet sebagai tulang punggung ICT berperan besar dalam mengubah wajah perilaku penemuan informasi dewasa ini. Tahap-tahap pada perilaku penemuan informasi Ellis pun telah didukung oleh kapabilitas yang dimiliki oleh browser internet. Misalnya, seseorang memulai penjelajahan (surfing) dari satu situs yang disukainya (starting); kemudian diikuti dengan link menuju sumber informasi yang terkait (chaining); mengamati situs sumber yang dipilih (browsing); menandai sumber yang berguna untuk kepentingan di masa mendatang (differentiating); mengirim email ke alamat email yang tersedia untuk terus dapat mengikuti perkembangan atau informasi terbaru (monitoring); dan mencari sumber atau situs yang memuat semua informasi tentang topik-topik tertentu (extracting) (Choo, Detlor, dan Turnbull, 2000).keberadaan perpustakaan di jaman internet sekarang ini menjadikan sebuah dilema bagi perpustakaan sebagai sumber informasi di tengah era digital yang semakin berkembang. perputakaan berpotensi di tinggal para penggunanya karena adanya internet, internet saat ini menjadi alterantif bagi semua orang
8
khususnya mahasiswa dalam memperoleh informasi yang di inginkannya. Keberadaan perpustakaan mulai terancam dengan munculnya internet , seakan akan semua informasi tersedia di internet. Kenyataannya banyak pihak yang melangkah ke internet terlebih dahulu dalam mencari informasi seakan akan memunculkan rasa ketidak puasan pencari informasi atas kinerja perpustakaan. Perpustakaan sering kali lambat dalam menjawab kebutuhan informasi yang di perlukan pengguna. Perpustakaan juga dianggap lambat dalam menerapkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Perpustakaan sepertinya menjadi lembaga yang ketinggalan jaman. Kecenderungan mahasiswa dalam memanfaatkan internet dapat dilihat dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Arif Firmansyah dan Noorlalily Fitdiarini (2006) (LPPM – FE Unair), melakukan penelitian terhadap mahasiswa manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya tentang penggunaan internet dalam proses pembelajaran mahasiswa menunjukkan bahwa 93,6% responden mendapat manfaat dari penggunaan internet dalam proses pembelajaran sedangkan 6,4% responden tidak mendapatkan manfaat dari internet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75,20% respondeen menyatakan adanya kenaikan prestasi pada semester semester yang didalamnya terdapat mata kuliah yang menggunakan internet dalam menyelesaikan tugas tugas perkulihaan dan 4,8% responden justru mengalami penurunan prestasi sedangkan 20% menyatakan tidak adanya pengaruh atau perubahan. Selain itu dengan adanya internet dapat meningkatkan kerja sama antar mahasiswa. Selanjutnya Budi Santoso (2008), melakukan penelitian di perpustakaan fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tentang pemanfaatan internet menunjukkan bahwa responden sebesar 84% mengenal internet sebelum menjadi mahasiswa S1, responden sebesar 56,5% menggunakan internet 1 sampai 7 kali dalam sebulan, responden sebesar 92,4% menggunakan search engine google untuk mencari informasi, responden sebesar
9
45,7% sering mengakses jurnal online dan responden sebesar 41,3% mengatakan internet berpengaruh dalam memenuhi kebutuhan studi. pemenuhan kebutuhan akan informasi melalui internet menjadikan internet sebagai salah satu sumber informasi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Agus (2008) dengan judul “ pola perilaku penemuan informasi ( information seeking behaviour ) mahasiswa universitas airlangga (studi deskriptif tentang perbedaan penemuan informasi mahasiswa dalam proses penulisan skripsi antara mahasiswa fisip dan mahasiswa farmasi di universitas airlangga). Pada penelitian ini diperoleh gambaran bahwa sebagaian mahasiswa non eksak (FISIP) dan mahasiswa eksak (FARMASI) menggunakan internet sebagai saluran informasi yang memiliki kecepatan akses (FISIP 62%, FARMASI 80%), kelengkapan informasi (FISIP 48%, FARMASI 48%) serta informasi yang up to date (FISIP 40%, FARMASI 8%). mahasiswa lebih memilih menggunakan internet dalam proses pencarian informasi dari pada membaca buku teks, karena dengan browsing di internet dianggap lebih mudah, cepat, dan update meskipun tidak selengkap seperti yang ada pada buku teks. Dari penelitian yang dilakukan oleh Agus (2008) terlihat bahwa mahasiswa di perguruan tinggi negeri seperti halnya UNAIR banyak yang melakukan penemuan informasi dengan menggunakan internet. Rasa frustasi akibat ketiadaan sumber sumber informasi yang tersedia di perpustakaan , sementara di internet ketersediaan sumber sumber tersebut semakin melimpah dan bisa dengan mudah di peroleh hanya dengan mengetik kata kunci pencarian, jelas merupakan faktor utama yang mendorong kepercayaan mahasiswa kepada internet dalam kegiatan akademis mereka. Banyaknya buku yang tidak bisa di dapatkan di perpustakaan tetapi bisa diperoleh di internet dalam bentuk full text (teks elektronik) menurut penelitian Zainudin (2006). penggunaan internet bagi mahasiswa bukanlah hal yang asing lagi. Mahasiswa tersebut bisa dikategorikan sebagai mahasiswa yang memiliki kebutuhan yang cukup tinggi 10
terhadap informasi ilmiah terutama terhadap jurnal jurnal elektronik.Penggunaan internet sebagai sumber informasi yang paling dominan dalam menemukan informasi saat ini tidak lepas dari dampak perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat di era informasi seperti sekarang ini. Keberadaan internet sebagai sumber informasi ini menjadi mahasiswa di perguruan tinggi negeri maupun swasta semakin dimudahkan dalam pemenuhan kebutuhannya akan informasi untuk menunjang proses akademisnya. Hal ini dikarenakan internet sebagai salah satu sumber informasi memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh sumber sumber informasi lainnya, seperti kecepatan akses, biaya yang murah, dan keberadaan sumber informasi yang melimpah. Tak dapat dipungkiri bahwasannya internet mampu menarik banyak kalangan. Salah satunya kalangan mahasiswa yang notabennya mempunyai tingkat kebutuhan yang cukup tinggi terhadap informasi. Meskipun mereka dihadapkan pada banyak pilihan sumber informasi yang beraneka ragamnya yang memungkinkan mereka untuk dapat memperoleh informasi yang diinginkannya, namun mereka bersikap selektif terhadap sumber informasi yang mereka pilih berdasarkan sudut pandang mereka sendiri. Pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk memperkaya temuan – temuan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Namun, untuk memperkaya analisis dalam penelitian ini, pemilihan mahasiswa Fisip Unair dan UPN untuk mewakili responden bidang ilmu sosial untuk mengetahui lebih jauh tentang sejauhmana pemanfaatan internet untuk mengakses sumber informasi dalam mendukung kebutuhan informasi berkaitan dengan akademiknya. Disini peneliti mencoba membedakan dalam pola penggunaan media yang dilakukan di dua universitas yang berbeda (Fisip UNAIR – Fisip UPN). Sehingga dalam segi inilah yang membedakan dengan penelitian penelitian sebelumnya.
11
Pertanyaan Peneliti : Pada studi ini ada dua pertanyaan penelitian diantaranya : 1). Bagaimanakah perilaku penggunaan media internet dikalangan mahasiswa Fisip Unair dalam memenuhi kebutuhan informasinya; 2). Bagaimanakah perilaku penggunaan media internet dikalangan mahasiswa Fisip UPN dalam memenuhi kebutuhan informasinya.
Kebutuhan Informasi : Kata kebutuhan dapat diartikan sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh seseorang. Belkin (1978) dalam Ishak (2006) dengan konsep Anomalous state of knowledge (ASK) memberikan batasan tentang kebutuhan informasi sebagai berikut : “....when a person recognizes something wrong in his or her state of knowledge and wishes to resolve the anomaly. “ Belkin (1978) menyatakan bahwa kebutuhan informasi terjadi ketika seseorang menyadari adanya kekurangan dalam tingkat pengetahuannya tentang situasi atau topik tertentu dan berkeinginan mengatasi kekurangan tersebut. Sementara Derr dalam Suryantini (2003) mengemukakan bahwa kebutuhan informasi merupakan hubungan antara informasi dan tujuan informasi seseorang, dimana ada suatu tujuan yang memerlukan infromasi tertentu untuk mencapainya. Pada dasarnya manusia membutuhkan informasi sebagai bagian dari tuntutan kehidupannya, penunjang kegiatannya, sekaligus sebagai pemenuhan kebutuhannya. Rasa ingin tahu seseorang timbul karena ia ingin selalu berusaha menambah pengetahuannya. Krech, Crutchfield, dan Ballachey (dalam Saepudin, 2009) menjelaskan adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah masalah sosial, seseorang termotivasi untuk mencari pengetahuan, bagaimana caranya agar dapat memecahkan masalah tersebut. salah satu cara yang dilakukan adalah mencari tambahan pengetahuan melalui media informasi. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Krikelas (1983) “.... when the current state of 12
possessed knowledge is less than needed.” Krikelas menyatakan bahwa kebutuhan informasi timbul ketika pengetahuan yang dimiliki seseorang kurang dari yang dibutuhkan, sehingga mendorong seseorang untuk mencari informasi. Disamping itu, Khulthau (1991) dalam Ishak (2006) menyatakan bahwa kebutuhan informasi muncul akibat kesenjangan pengetahuan yang ada dalam diri seseorang dengan kebutuhan informasi yang diperlukan. Konsep umum kebutuhan merupakan konsep psikologis yang mengacu pada kondisi kejiwaan (mental states) atau perhatian (attention) yang dicurahkan pada sebuah gagasan, dimana subyektifitas dan motivasi seseorang berperan besar dalam mendorong timbulnya ekspresi kebutuhan (Wilson, 2000). Merujuk pada pendapat Wilson, kebutuhan informasi manusia terbagi dalam tiga korteks, yaitu kebutuhan terkait dengan lingkungan seseorang (person’s environment), peran sosial yang disandang (social roles), dan karakteristik individu (individual characteristics) (Godbold, 2006). Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Wilson tersebut, Pirolli dan Card memandang bahwa pada dasarnya setiap manusia di era inforamsi ini merupakan informavores (Gleeson, 2001). Informavores merupakan dekripsi dari perilaku infromasi manusia dalam masyarakat modern. Salah satu kebutuhan terbesar manusia adalah memenuhi kebutuhan kognitifnya. Wilson mengertikan kebutuhan kognitif (cognitive need) sebagai “ need to find order and meaning in the environment “ (Eeva-liisa, 1998). Kebutuhan ini berkaitan erat dengan motif seseorang untuk memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungannya. Dalam hal ini, lingkungan memiliki peran besar dalam membentuk perilaku yang ditunjukan oleh individu. Menurut Pirolli (2005), manusia secara adaptif membentuk perilaku mereka berdasarkan lingkungan informasinya, demikian juga sebaliknya lingkungan informasi juga dibentuk oleh manusia. Sehingga, tidak mengherankan jika alat yang digunakan dalam penemuan informasi masyarakat banyak diadaptasi dari fluktasi informasi yang terjadi dalam lingkungan (Gleeson, 2001). 13
Sedangkan konteks kebutuhan informasi terkait peran sosial (social roles) memiliki hubungan erat dengan teori peran (role theory). Teori yang diperkenalkan oleh Biddle dan Thomas ini menyatakam bahwa setiap individu memiliki kecenderungan untuk menyesuaikan pencarian infromasi mereka, menurut konteks sosial dalam sebuah sistem sosial (Marcs dan Mac Dermid, dalam Prabha, 2007). Teori peran melihat bahwa perilaku individu akan lebih banyak disetir oleh posisi sosial yang mereka tempati dari pada karakter individu mereka sendiri, begitu pula dengan perilaku informasi mereka (Zuntriana, 2008). Menurut Prabha (2007), teori peran sosial tidak menjelaskan adanya perbedaan individual dalam diri orang orang yang memainkan peran yang sama. Dengan kata lain, masyarakat yang memiliki peran sosial yang sama, akan memiliki kecenderungan untuk menunjukkan perilaku informasi yang sama pula. Konteks kebutuhan informasi yang terakhir menurut Wilson adalah kebutuhan terkait dengan karakteristik personal (individual characteristics). Kebutuhan ini berkaitan erat dengan pemenuhan faktor faktor kognitif, afektif, serta kebutuhan untuk memperoleh hiburan (escapist needs). Dalam konteks ini, informasi yang diperoleh akan digunakan oleh seseorang individu untuk memenuhi kebutuhan personalnya. Pada dasarnya, kebutuhan informasi timbul pada saat seseorang menemui suatu masalah yang belum dapat dicari solusinya secara pribadi, ia memerlukan informasi dari sumber sumber diluar dirinya. Sehingga, jika dikaitkan dengan lingkungan yang mendorong timbulnya kebutuhan tersebut, khususnya yang berkaitan dengan seseorang yang dihadapkan pada berbagai media penampung informasi (sumber sumber informasi), maka banyak kebutuhan yang bisa dikemukakan, salah satunya adalah kebutuhan kognitif yang diusulkan oleh Katz, Gurevitch, dan Hazz (dalam Yusup, 1995). Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan, dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan mengusai lingkungannya, memuaskan keingintahuan (curiosity), serta
14
penjelajahan (exploratory). Dengan demikian, seseorang yang dihadapkan pada berbagai situasi pembelajaran dilingkungannya, akan berupaya untuk mencari dan menemukan kebutuhannya melalui pemilihan media yang dianggap paling tepat. Terlebih lagi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup pesat mampu melahirkan berbagai inovasi penemuan informasi yang tak terduga sebelumnya. Sehingga berbagai macam inovasi informasi telah mengubah perilaku informasi para ilmuwan saat ini (Brown, dalam Gleeson, 2001). Teori Uses And Gratification : Teori uses and gratifications adalah salah satu teori komunikasi dimana titik berat penelitian dilakukan pada seorang audiens (khalayak) sebagai penentu pemilihan media. Audiens dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dari sinilah timbul istilah uses and gratification. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratification) atau kebutuhan seseorang. (Newhagen dan Rafaeli, 1996) dalam Ebersole (2000) menyarankan agar menggunakan teori uses and gratification untuk menganalisis penggunaan internet disamping itu, (Ruggiero, 2000) dalam Ebersole (2000) menunjukkan bahwa uses and gratification selalu memberikan pendekatan teoritis yang kuat dalam pengenalan setiap media seperti koran, radio, dan televisi, dan internet. Katz, Blumer, and Gruvitch (dalam Rakmat, 2005: 204) menguraikan lima elemen atau asumsi asumsi dasar dari uses and gratification media sebagai berikut : 1). Audiens dipandang bersikap aktif, artinya peranan penting manfaat media diasumsikan berorientasi pada sasaran. 2). Dalam proses komunikasi massa, banyak inisiatif pengaitan antara gratifikasi kebutuhan dan pilihan media yang terletak pada audien. 3). Media bersaing dengan sumber-sumber pemenuhan kebutuhan yang lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media 15
hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan. 4). Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan khalayak; artinya,orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu. 5). Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak. Kebutuhan dan motif penggunaan media atau uses and gratifications dimulai di lingkungan sosial, dimana yang dilihat adalah kebutuhan-kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afialiasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorisasikan (Effendy, 2003:294), sebagai berikut: 1). Kebutuhan Kognitif (Cognitif Needs) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan. 2). Kebutuhan Afektif (Affective Needs) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional. 3). Kebutuhan Pribadi (Personal Integrative Needs)Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri. 4). Kebutuhan Sosial Secara Integratif (Social Integrative Needs) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Hal hal tersebut didasarkan pada hasrat berafiliasi. 5). Kebutuhan Pelepasan (Escapist Needs) Kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman. Beraneka ragamnya kebutuhan tersebut menimbulkan motif motif tertentu dalam diri seseorang untuk menentukan tindakannya, khususnya dalam motif penggunaan media. Motif jika dihubungkan dengan konsumsi media berarti segala alasan dan pendorong dalam diri 16
seseorang menyebabkan orang tersebut menggunakan media dan tujuannya dalam menggunakan media tersebut. Disamping itu, seleksi terhadap media yang dilakukan oleh audiens disesuaikan dengan kebutuhan dan motif. Seleksi media ini berlaku untuk semua jenis media baik media cetak atau elektronik. Keinginan dan kebutuhan masing masing individu berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga motif yang dimiliki berbeda beda. Mc Quail, Blumler, dan Brown (1972) (dalam Ebersole, 2000) mengusulkan empat kategori motif penggunaan media berdasarkan penelitian mereka di Inggris, antara lain : 1). Pengalihan (diversion), pelarian dan rutinitas dan masalah ; pelepasan emosi. 2). Hubungan sosial (social relationship), manfaat sosial informasi dalam percakapan ; pengganti media untuk kepentingan perkawanan. 3). Idetitas pribadi atau psikologi individu (personal identity and individual psychology), penguatan nilai atau penambah keyakinan ; pemahaman diri ; eksplorasi realitas ; dan sebagainya. 4). Pengawasan (surveillence), informasi mengenai hal hal yang mungkin mempengaruhi seseorang atau akan membantu seseorang melakukan atau menuntaskan sesuatu. Effendy (2003) mengatakan bahwa teori uses and gratifications dimulai dari lingkungan sosial, dimana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri ciri afiliasi kelompok dan ciri ciri kepribadian. Sehingga, berangkat dari lingkungan sosial inilah individu menentukan kebutuhannya dengan menggunakan beragam pilihan non media maupun media sebagai alat pemenuhan kebutuhan. Kemudian, pada aspek kebutuhan akan media inilah yang menghasilkan media gratifications, yakni berupa pengawasan, hiburan, identitas diri dan hubungan sosial (Qomariyah, 2009). Teori uses and gratification banyak digunakan sebagai acuan oleh para peneliti didunia untuk mengetahui motif motif penggunaan internet yang dilakukan individu yang berasal dari berbagai kalangan. Dalam hal ini, internet merupakan media yang saat ini sedang 17
digemari oleh banyak kalangan, dengan beragam motif penggunaan yang berbeda beda. Berdasarkan survey yang dilakukan Charney et. al. (1996) menunjukkan bahwa komunikasi, interaksi, dan informasi sebagai tiga kategori besar mengapa seseorang menggunakan internet dalam pemenuhan kebutuhan informasinya. Kemudian studi yang dilakukan Kaye (1998) mengusulkan enam kategori motif seseorang berinteraksi atau menggunakan www (web) atau internet, antara lain : (1) Hiburan, (2) Interaksi, (3) menghabiskan waktu, (4) melarikan diri dari kepenatan, (5) informasi, (6) preferensi penggunaan situs web. Penelitian yang dilakukan oleh Valkenberg dan soeters (2001) menunjukan bahwa karakteristik demografi mempengaruhi perilaku seseorang dalam menggunakan internet. Disamping itu, Sherman et. al. (2000) menyelidiki kesenjangan gender pada pengguna internet antara mahasiswa dengan membandingkan pola penggunaan dan sikap terhadap internet. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pola penggunaan dan sikap antara pengguna laki laki dan perempuan. Secara umum, perbedaan pola tersebut terletak pada cara dan pengalaman mereka dalam menggunakan teknologi internet. Selain karakteristik demografis, pengetahuan dan keterampilan atau skill juga berpengaruh dalam penggunaan media berupa internet. Hargittai (2004) mengungkapkan bahwa salah satu prediksi yang kuat untuk mengetahui pengetahuan dan keterampilan (skill) seseorang berinteraksi menggunakan internet adalah pengalaman berinternet seseorang. Menurutnya lamanya seseorang ( dalam tahun ) menggunakan internet bisa berfungsi sebagai wakil dari keterampilan melek digital ( digital literacy skill ). Kemudian Palmquist dan Kim dalam (Martzoukou, 2005 ) mengatakan bahwa pengalaman didefinisikan sebagai lebih dari 2 tahun berpengalaman menelusur secara online dan ini berkaitan dengan penggunaan online database. Variasi dalam perilaku berinternet juga ditentukan oleh tingkat pengalaman dalam menggunakan internet.
18
Dengan demikian, landasan utama pendekatan studi uses and gratification jika dikaitkan dengan penggunaan media internet sebagai media untuk menelusur informasi adalah sebagai berikut: a). Penggunaan media pada akhirnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dimana individu menggunakan suatu media (internet) untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat spesifik dan kebutuhan tersebut berkembang didalam lingkungannya; b). Individu memilih sendiri jenis serta isi didalam media (internet) guna memenuhi kebutuhan akan informasi yang di inginkan. Dengan demikian individu tersebut akan terlibat dalam suatu proses penelususran informasi menggunakan media yang digunakannua (internet) untuk mendapatkan kebutuhan akan informasi yang di harapkan. Internet Sebagai Sumber Informasi: Internet ( yang dikenal dengan nama information superhighway) merupakan singkatan dari inter-networking. Sesuai dengan kepanjangannya, internet terdiri dari sekumpulan jaringan komputer milik perusahaan, institusi, lembaga pemerintah, ataupun penyedia jasa jaringan (ISP/internet service provider) yang saling terhubung dimana masing masing jaringan komputer yang dikelola secara independen. Pengembangan internet sendiri sebenarnya sudah mulai dirintis sejak tahun 1960-an sebagai proyek dari departemen pertahanan amerika serikat. Internet menjadi salah satu media yang dijadikan sumber informasi paling populer antar mahasiswa perguruan tinggi di dunia. Suatu sumber informasi menurut Murtonen adalah pembawa informasi yang terpercaya dan dapat memberikan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan informasi (Bystrom, 1999). Penggunaan internet telah menjadi sebuah gaya hidup (life style) bagi sebagaian besar mahasiswa perguruan tinggi di seluruh dunia. Bagi mereka internet adalah sebuah alat fungsional yang telah mengubah cara seseorang berinteraksi dengan orang lain, maupun dalam menemukan informasi. Banyak diantara mahasiswa yang menggunakan internet untuk menyelesaikan berbagai kepentingan 19
akademis, baik itu dilakukan melalui pertukaran e- mail dengan fakultas, teman sebaya, atapun kepentingan lainnya. Disamping itu sebagaian mahasiswa juga mengakses katalog online, database bibliografi , dan sumber informasi lainnya dalam bentuk grafik, teks, dan gambar melalui world wide web (WWW) ( asan & koca, 2006 dalam bashir et al, 2008) Usun (2003) dalam Bashir et al.(2008) mengungkapkan bahwa internet menarik bagi mahasiswa di perguruan tinggi untuk sejumlah alasan yaitu : (1) mengurangi jeda waktu antara produksi dan pemanfaatan pengetahuan; (2) mempromosika kerja sama internasinal dan pendapat; (3) berbagai informasi; dan (4) mempromosikan penelitian multidisiplin. Dalam survei penggunaan internet pada mahasiswa pertanian dari perguruan tinggi Amerika, Rhoades et al. (2007) menemukan bahwa sebagaian besar mahasiswa menggunakan search engine pada saat online. Mayoritas dari mereka cenderung melihat internet sebagai pilihan yang baik dalam menemukan informasi, mudah dimengerti, menguntungkan, dapat dipercaya, kredibel, dan akurat. Sementara Asan dan Koca (2006) mengungkapkan bahwa mayoritas mahasiswa memiliki sikap postif terhadap internet. Sehingga hal inilah yang mendorong mereka untuk menggunaka internet sebagai sumber informasi yang diperlukan. Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Sharma et al. (2006), yang mengungkapkan bahwa mahasiswa menggunakan internet untuk mendapatkan informasi atau untuk keperluan penelitian. Kebanyakan dari mereka lebih menyukai internet karena dianggap sebagai sumber pengetahuan terbaru (Bashir et al., 2008). Dalam hal ini banyak diantara mahasiswa yang menggambarkan internet sebagai alat fungsional yang membantu mereka untuk berkomunikasi dengan profesor, melakukan penelitian, dan mengakses bahan perpustakaan. Disamping itu, Qureshi (2002) menambahkan bahwa semakin paham seseorang terhadap sumber sumber informasi yang ada, maka akan menyebabkan orang tersebut paham terhadap cara cara menemukan informasi yang dibutuhkan sehingga akan meningkatkan kemampuan dalam memanfaatkan media informasi yang ada.
20
Peningkaan kebutuhan informasi pada masyarakat informasi, khususnya kalangan akademik dirasakan semakin meningkat akibat adanya saling keterkaitan dan ketergantungan individu terhadap informasi. Diantara banyak kebutuhan manusia, kebutuhan yang paling mencolok peningkatannya adalah kebutuhan akan informasi. Oleh karena itu pemilihan sumber informasi menentukan seseorang terhadap pemenuhan kebutuhannya. Disamping itu, pemilihan sumber informasi seseorang juga didasarkan pada pola kebiasaan. Meyers, Nathan, dan Saxton (2006) menyatakan bahwa pola kebiasaan diartikan bila di masa lalu sebuah sumber informasi dapat memenuhi kebutuhan seseorang maka ia akan cenderung menggunakan sumber informasi tersebut untuk waktu selanjutnya. Leckie dkk. (1996) dalam Ishak (2006) menambahkan bahwa pengetahuan seseorang tentang sumber informasi (awareness of information sources) yang akan digunakan, seperti kecepatan akses (accessibility),
kualitas
(quality),
ketepatan
waktu
(timeliness),
kepercayaan
(trustworthiness), kebiasaan (familiarty) dan keberhasilan sebelumnya (previous success) akan berdampak lansung pada pelaksanaan pencarian informasi (information is sought). Sehingga hal inilah yang mendorong seseorang untuk memilih media yang tepat sebagai sumber informasi bagi pemenuhan kebutuhannya. Fasilitas internet : Pemanfaatan internet mencakup seluruh fasilitas yang tersedia di internet termasuk penggunaan fasilitas search engine, relevansi, dan juga cara penelusuran / pencarian informasi di internet. Menurut Ono Purbo (2004), diantara keseluruhan fasilitas internet tersebut terdapat 5 aplikasi standar internet yaitu : www, e-mail, mailing list, newsgroup, FTP. Adapun kegunaan masing masing fasilitas tersebut adalah sebagai berikut : WWW (World Wide Web).
21
www merupakan kumpulan koleksi besar tentang berbagai macam dokumen yang tersimpan dalam berbagai server diseluruh dunia dan dokumen tersebut dikembangkan dalam format hypertext mark up language (html) yang memungkinkan terjadinya koneksi (link) dokumen yang satu dengan yang lainnya baik dalam bentuk teks, visual, dan lain lain. www bersifat multimedia karena merupakan kombinasi teks, foto, dan grafika, audio, dan video dengan demikina www pada saat ini merupakan puncak pencapaian yang tidak mungkin dicapai oleh media media yang tergabung didalamnya secara sendiri sendiri. E – mail (Elektronic – mail) E-mail adalah surat menyurat secara elektronik dimana pesan yang dikirimkan akan sampai dalam waktu singkat. Pesan email tidak hanya berup tulisan tetapi dapat disertai dengan file gambar, suara, animasi, dan lain lain. Selain itu email dapat dikirimkan kepada ratusan orang hanya dalam satu kali pengiriman. Makanya, email menjadi penting untuk sarana berkomunikasi dalam zaman yang modern ini, dan terutama bagi para mahasiswa. E-mail merupakan fasilitas yang paling sederhana, paling mudah penggunaanya dan digunakan secara luas oleh para pengguna komputer. Mailing List (milis) Mailing list merupakan perluasan e-mail, dengan fasilitas ini pengguna talah memiliki alamat e-mail bisa tergabung dalam sebuah kelompok diskusi dan melalui milis ini bisa digunakan diskusi untuk memecahkan permasalahan secara bersama – sama dengan saling memberikan saran pemecahan (brain storming). Komunikasi melalui milis ini memiliki sifat yang sama dengan e-mail yaitu bersifat tidak sinkron atau bersifat unreal time. FTP (File Transfer Protocol)
22
FTP adalah fasilitas internet yang memberikan kemudahan kepada pengguna untuk mencari dan mengambil arsip file (download file) di suatu server yang terhubungkan internet pada alamat tertentu yang menyediakan berbagai arsip (file), yang memang diizinkan untuk diambil oleh pengguna lain yang membutuhkannya. File ini bisa berupa hasil penelitan, artikel – artikel jurnal. Disamping itu FTP juga dipergunakan meng-upload file materi situs (homepage) sehingga bisa diakses oleh pengguna seluruh dunia. Newsgroup Newsgroup dalam internet adalah fasilitas yang digunakan untuk komunikasi antara dua orang atau lebih secara serempak dalam pengertian waktu yang sama (real time) dan dengan demikian berarti komunikasi adalah komunikasi yang sinkron. Bentuk pertemuan ini lazim disebut sebagai konferensi dan fasilitas iang digunakan bisa sepenuhnya multimedia (audio visual) dengan menggunakan fasilitas video conference, ataupun teks saja atau teks dan audio dengan menggunakan fasilitas IRC (Internet Relay Chat). Menurut
lubis
(2004),
ada
beberapa
search
engine
yang
cukup
dapat
direkomendasikan menjadi sumber informasi yang diinginkan pengguna internet, yaitu : Google http://www.google.com.; Yahoo http://www.yahoo.com.; Altavista http://www.altavista.com. ; Deja http://www.deja.com. ;Excite http://www.excite.com. ;
Lycos
http://www.lycos.com.
;
Hotbot
http://www.hotbot.com.
http://www.mnssearch.com.; Netscape Search http://search.netscape.com.
Manfaat Internet
23
;
MSN
Quarterman dan Mitchell dalam Herring (1996), membagi manfaat internet dalam empat kategori, yaitu: 1). Internet sebagai media komunikasi, merupakan manfaat internet yang paling banyak digunakan dimana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia.; 2). Media pertukaran data, dengan menggunakan email, newsgroup, FTP, dan www (Word Wide Web – jarinagn situs web) para pengguna internet dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan murah.; 3). Media untuk mencari informasi atau data, perkmbangan internet yang pesat, menjadikan www sebagai salah satu sumber informasi yang paling penting dan akurat.; 4). Manfaat komunitas, internet membentuk masyarakat baru yang beranggotakan para pengguna internet dari seluruh dunia. Dalam komunitas ini pengguna internet dapat berkomunikasi, mencari informasi, berbelanja, melakukan transaksi bisnis dan sebagainya. Karena sifat internet mirip dengan dunia kita sehari – hari, maka internet sering disebut sebagai cyberspace atau virtual world (dunia maya). Sementara itu, menurut Raharjo (2008), ada beberapa manfaat lain dari pengguna internet, yaitu : 1). Komunikasi interaktif : Internet memungkinkan terciptanya komunikasi yang cepat antara seorang pengguna dengan pengguna lainnya tanpa mengenal batas ruang dan waktu, selain hal tersebut internt juga dapat menghemat biaya komunikasi yang dikeluarkan. Aplikasi pada internet yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi adalah sebagai berikut : e-mail, video, conferencing, internet relay, dan internet phone.; 2). Askes ke pakar : Internet menghilangkan batas ruang dan waktu sehingga memungkinkan seseorang dapat berkomunikasi dengan pakar di tempat lain. Seorang pengguna ataupun mahasiswa dapat dengan mudah belajar kepada para ahli pada bidang ilmu tertentu. Para ahli banyak yang dengan senang hati menjawab pertanyaan yang dikirimkan oleh audiens.; 3). Akses ke perpustakaan : Koleksi perputakaan tidak terbatas lagi pada koleksi buku dan jurnal tercetak, akan tetapi telah menjadi pusat penyebaran informasi maupun pangkalan data penelitian dan
24
aktivitas yang ada di universitas. 1) Sebagai alat bantu penelitian dan pengembangan pengetahuan Melalui jaringan internet, para peneliti yang berkecimpung dalam dunia penelitian dapat membuat asosiasi di antara mereka untuk dapat saling berkomunikasi. 2) Kerjasama media Kolaborasi atau kerjasama antara pihak – pihak yang terlibat dalam bidang pendidikan dapat terjadi dengan lebih mudah, efisien, dan lebih murah. Kolaburasi ini dapat melibatkan anggota dari berbagai bidang ilmu yang tersebar di berbagai negara di dunia. Internet merupakan media yang sangat membantu suatu kolaborasi yang biasanya terhambat oleh ruang dan waktu.
Aktivitas internet Horrigan (2002) menggolongkan aktivitas – aktivitas internet yang dilakukan para pengguna internet menjadi empat kelompok kepentingan penggunaan internet, yaitu : a). Email ; b). Aktivitas kesenangan (fun activities), yaitu aktivitas yang sifatnya untuk kesenangan atau hiburan seperti : online untuk bersenang – senang, klip video atau audio, pesan singkat, mendengarkan atau mendownload musik,
bermain game, chatting; c).
Kepentingan informasi (information utility), yaitu aktivitas internet untuk mencari informasi, seperti : informasi produk, informasi travel, cuaca, informasi tentang film, musik, buku, berita, sekolah, kesehatan, pemerintah,keuangan, pekerjaan, dan informasi tentang politik; d). Transaksi (transaction), yaitu aktivitas transaksi (jual beli) melalui internet seperti : membeli sesuatu, memesan tiket perjalanan, online banking.
25
Intensitas Penggunaan Internet Intensitas penggunaan internet seseorang menurut Horrigan (2002), terdapat dua hal mendasar yang perlu diamati, yakni frekuensi internet yang sering digunakan dan lama menggunakan tiap kali mengakses internet yang dilakukan oleh pengguna internet. The Graphic, Visualization & Usability Center, the Georgia Institute of Technology (2008), menggolongkan pengguna internet menjadi tiga kategori dengan berdasarkan intensitas internet yang digunakan : 1). Heavy users : pengguna internet menghabiskan waktu lebih dari 40 jam kerja per bulan. Jenis pengguna internet ini adalah salah satu ciri – ciri pengguna internet yang addicted.; 2). Medium users : pengguna internet yang menghabiskan waktu antara 10 sampai 40 jam per bulan.; 3). Light users : pengguna internet yang menghabiskan waktu kurang dari 10 jam per bulan.
Metode dan Prosedur Penelitian : Jenis penelitian yang dipergunakan penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran suatu realitas sosial tertentu, dimana informasi mengenai hal tersebut sudah ada meskipun tidak terperinci dan lengkap. Tipe deskriptif dipilih karena penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas sesuatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti. Sedangkan ada yang menyatakan bahwa tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk mengambarkan secara sistematik dan akurat mengenai fakta-fakta dan karakteristik dari populasi atau mengenai bidang tertentu. Kuesioner digunakan dalam proses pengumpulan data. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan terstuktur dengan alternatif pilihan jawaban yang telah tersedia sehingga responden tinggal memilih jawaban sesuai dengan aspirasi, persepsi, sikap, keadaan atau
26
pendapat pribadinya. Prosedur dalam pengumpulan data dilakukan dengan menyediakan alternatif jawaban dalam kuesioner dengan tujuan membatasi jawaban yang relevan, tidak bermaksud menjebak responden. Pembatasan tersebut dimaksudkan memudahkan tabulasi dan analisis data. Lokasi dalam penelitian ini menggunakan dua tempat, yang pertama Perguruan Tinggi Negeri diwakili oleh Fisip Universitas Airlangga dan yang kedua Perguruan Tinggi Swasta diwakili oleh kampus Fisip Universitas Pembangunan Nasional. Lokasi penelitian ditentukan di Universitas Airlangga Surabaya dengan alasan, pertama Universitas Airlangga mempunyai keragaman Fakultas dengan jurusan yang beragam pula sehingga mempunyai karakteristik mahasiswa dan kurikulum dalam pembelajaran yang berbeda pula khususnya dalam perilaku penggunaan media internet guna memenuhi kebutuhan informasinya. Kedua, Universitas Pembangunan Nasional merupakan perguruan Tinggi Swasta terbaik se - Jawa Timur yang menduduki peringkat kedua, dan menduduki peringkat 50 terbaik PTS se – Indonesia (www.gusbud.web.id). Populasi adalah sekumpulan unit-unit elementary atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel yang memenuhi persyaratan tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fisip Unair yang mewakili dari Perguruan Tinggi Negeri sedangkan untuk Perguruan Tinggi yang swasta yaitu seluruh mahasiswa Fisip Upn. Mahasiswa merupakan salah satu komponen utama dalam ranah perguruan tinggi. Kebutuhan mereka dalam memilih sumber informasi, baik untuk kebutuhan guna mendukung akademik mereka atau kebutuhan lainnya guna meningkatkan kualitas diri dan juga kualitas perguruan tinggi yang menaunginya. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fisip Unair dan mahasiswa Fisip Upn dengan program pendidikan strata satu (S1).
27
Dengan melihat populasi responden yang terlalu luas maka tidak semua Perguruan Tingi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta yang ada di Surabaya dijadikan sasaran penelitian. Untuk memperoleh responden maka digunakan teknik penarikan acak bertingkat (Multistage Random Sampling). Teknik penarikan acak bertingkat merupakan pengembangan dari acak cluster, pada acak cluster pertama kali tidak dilakukan acak atas individu tetapi pada gugus dimana individu berada. Dari gugus-gugus tersebut kemudian dipilih individu-individu. Dalam acak klaster yang akan digunakan peneliti terdapat langkah-langkah pengambilan sampel sebagai berikut : 1).Menentukan Unit atau Satuan pertama terlebih dahulu dengan mengambil sampel yaitu Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta yang mana unit disebut sebagai Primary Sampling Unit PSU. 2). PSU telah ditentukan tahap berikutnya adalah mendaftar semua nama Perguruan Tinggi yang ada di Surabaya dan pada gugus tahap pertama ini adalah Perguruan Tinggi yang ada dibagi menjadi dua golongan yaitu Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta. 3). Maka tahap selanjutnya dari 2 gugus tersebut dilakukan random untuk menentukan dari kedua gugus yang diharapkan dalam penelitian ini. Dari proses random yang dilakukan diperoleh hasil yaitu untuk Perguruan Tinggi Negeri diwakili oleh Universitas Airlangga dan untuk Perguruan Tinggi Swasta diwakili oleh Universitas Pembangunan Nasional. 4). Dari gugus Perguruan Tinggi yang telah didapatkan tadi, selanjutnya peneliti mendaftar semua fakultas yang ada pada Universitas Airlangga dan Universitas Pembangunan Nasional yang akan dipilih secara random. Adapun pembagian fakultas yang ada di kedua Perguruan Tinggi Negeri yang diwakili oleh Unair dan Perguruan Tinggi Swasta yang diwakili oleh UPN. Adapun pembagian tersebut terdapat pada tabel dibawah ini. 5). Tahap selanjutnya dari 2 fakultas yang ada di kedua Perguruan Tinggi tersebut dilakukan random untuk menentukan sampel yang diharapkan dalam penelitian ini. Dari proses random yang dilakukan diperoleh hasil yaitu untuk Universitas Airlangga diwakili oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Sedangkan
28
untuk Universitas Pembangunan Nasional diwakili oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. 6). Penentuan Responden menggunakan Rumus Yamane. Pada perencanaan sampel dengan menggunakan Rumus Yamane dapat memberikan bobot yang representatif sehingga dapat dilakukan perhitungan secara pasti jumlah besaran sampel untuk populasi tertentu. Hal ini digunakan rumus ini dikarenakan populasi memiliki karakter yang sukar digambarkan. Total Populasi : N= = 2537 + 1182 = 3719 Rumus Yamane : n=
N N.(d)² + 1
=
3719 3719 (0,1) 2 + 1
=
3719 38,19
= 97,38
100 responden
Keterangan : n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi d² : Presisi yang ditetapkan sebesar (0,1) 2 Frankel dan Wallen (1993:92) menyarankan besar sampel minimum untuk ; penelitian deskriptif sebanyak 100, penelitian korelasional sebanyak 50, penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30/group, penelitian eksperimental sebanyak 30/15 per group. Atas dasar pertimbangan tersebut maka ukuran sampel penelitian ditetapkan sebanyak 100 orang. Maka 29
penulis menetapkan jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 100 responden. Dan dari 100 responden tersebut akan ditentukan 50 responden di Unair dan 50 responden di UPN dikarenakan agar mendapatkan jumlah mahasiwa yang seimbang dan mempermudah dalam perhitungan statistik. Teknik pengambilan sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah systematic random sampling kerena peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random. Sebagai syarat pemilihan sampel dengan metode ini adalah tersedianya kerangka sampel (sampling frame), sifat populasi homogen, dan populasi tidak tersebar secara geografis. Teknik pemilihan sampel dilakukan dengan penetapan jarak/interval menggunakan rumus di atas, dilanjutkan dengan pengundian nomor pertama dimulainya penghitungan, dan anggota sampel berikutnya ditentukan dengan menambahkan interval pada nomor pertama dan seterusnya. Berikut ini langkah langkah dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut : 1). Ditentukan kerangka sampel dari masing masing kelompok populasi yaitu mahasiswa Fisip Unair dan mahasiswa Fisip UPN yang statusnya masih aktif berkuliah di masing masing fakultas tersebut. Kerangka sampel ini diperoleh dari data bagian akademik Fisip Unair dan Fisip UPN yang berupa data mahasiswa yang masih aktif, selanjutnya data mahasiswa tersebut diurutkan berdasarkan nomor NIM masing masing fakultas (dengan rincian yang dapat dilihat dilampiran). 2). Karena penelitian ini diambil jumlah sampel sebanyak 100 responden, maka dari masing masing kelompok populasi diambil 50 responden. Dimana 50 responden ini diperoleh dari jumlah sampel sebnayak 100 responden dibagi dengan 2 fakultas yaitu Fisip Unair dan Fisip UPN. 3). Penentuan sampel yang akan dijadikan responden dilakukan dengan menentukan interval sampel. Interval (i) ditentukan dengan membagi jumlah populasi (N) dengan jumlah sampel (n).
30
Interval Fisip Unair :
Interval Fisip UPN :
i=N
i=N
n
n
= 2537
= 1182
50 = 50,74
50 51
= 23,64
24
4). Menentukan responden pertama dari sampel dengan cara memilih secara acak (random) yaitu dengan membuat gulungan undian dari angka interval sampel (1 s/d 51) untuk responden Fisip Unair, sedangkan untuk responden Fisip UPN (1 s/d 24). Untuk responden pertama yang berasal dari Fisip Unair yang terpilih dalam penelitian ini adalah nomor urutan satu Sedangkan untuk responden pertama yang berasal dari Fisip UPN yang terpilih adalah nomor urutan empat. Untuk responden kedua didapat dengan menambahkan angka interval dengan nomor urutan responden yang didapat, untuk Fisip Unair (51 + 1 = 52 / responden kedua), (52 + 51 = 103 / responden ketiga). Sedangakan untuk responden ke empat dan seterusnya tinggal bergerak sesuai dengan interval dari masing masing sampel dalam penelitian (langkah ini dilakukan sampai 50 responden terambil). Sedangkan untuk responden kedua di Fisip UPN ialah (24 + 4 = 28 / responden kedua), (28 + 24 = 52 / responden ketiga). Sedangakan untuk responden ke empat dan seterusnya tinggal bergerak sesuai dengan interval dari masing masing sampel dalam penelitian (langkah ini dilakukan sampai 50 responden terambil). 5). Jika karena alasan tertentu, sampel terpilih tidak dapat menjadi responden, maka peneliti mengambil calon responden dengan meneruskannya ke nomor 1 kembali (seperti lingkaran).
31
Peneliti menggunakan metode kuesioner dengan beberapa alasan antara lain responden dapat mengerjakan kuesioner ini pada waktu senggang sehingga tersedia cukup waktu untuk berpikir dan memberikan jawaban yang paling sesuai dengan sikap mereka yang sesungguhnya dan pengumpulan data dapat dilakukan serentak terhadap banyak responden sehingga lebih cepat dan ekonomis. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a). Pengumpulan data primer, yaitu data yang dikumpulkan langsung oleh orang yang melakukan penelitian. Pengumpulan data primer ini dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan secara tertulis yang diberikan kepada responden yang diteliti untuk memperoleh jawaban atau tanggapan. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner setengah terbuka yaitu pertanyaan yang disamping tersedia sejumlah alternatif jawaban, juga memberikan kesempatan kepada responden untuk memberikan jawaban dan pendapatnya sesuai keinginan mereka; 2). Pengumpulan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada yang sudah diolah oleh pihak tertentu; 3).Observasi, yaitu merupakan suatu pengumpulan data melalui pengamatan secara lansung terhadap obyek penelitian. Diharapkan dari observasi ini akan didapatkan gambaran tentang fakta yang sebenarnya untuk mendukung data primer ataupun data sekunder yang telah diperoleh; 4). Study literatur, yaitu dilakukan peneliti melalui pencatatan data literatur, mencermati arsip dan dokumentasi yang terkait penelitian ini. Pemahaman terhadap data dokumenter akan melengkapi data yang dimiliki peneliti, sehingga dapat menjelaskan permasalahan peneliti secara terperinci, serta hasil hasil penelitian yang pernah dilakukan orang lain terkait dengan penelitian ini, yang mana hasil hasil penelitian tersebut akan digunakan dalam latar belakang dan analisis pada penelitian ini.
32
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti mengenai Perilaku Penggunaan Internet di Kalangan Mahasiswa (Studi deskriptif tentang perilaku penggunaan internet dikalangan mahasiswa perguruan tinggi negeri (FISIP UNAIR) dengan perguruan tinggi swasta (FISIP UPN) untuk memenuhi kebutuhan informasinya) dengan berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah diajukan, maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa hasil temuan penelitian, yaitu: 1.
Anteseden meliputi Variabel Individual yang terdiri dari data demografis seperti : usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor psikologis komunikan. Dalam variabel lingkungan tercakup didalamnya adalah organisasi, sistem sosial dan struktur sosial. Dalam penelitian ini banyak didominasi oleh responden yang berjenis kelamin perempuan baik itu di Fisip Unair ataupun Fisip UPN. Sedangakan untuk usia rata rata responden dalam penelitian ini adalah termasuk kedalam remaja akhir dengan kisaran usia 19 – 21 tahun. Dalam segi pekerjaan mayoritas orang tua responden bekerja sebagai pegawai swasta.
2.
Perilaku penggunaan internet yang dilakukan oleh responden dilatarbelakangi oleh beberapa motif tertentu, dimana motif ini mencakup motif kognitif, pengawasan (surveillance), motif hiburan (entertaiment), motif menghabiskan waktu (passing the time), motif melarikan diri dari kepenatan (escape) dan motif interaksi sosial. Dari hasil penelitian ini, motif kognitif (cognitif needs) dan motif interaksi sosial merupakan motif terbesar responden Fisip Unair dalam menggunakan internet. Untuk responden Fisip UPN motif utama dalam penelusura menggunakan internet ialah motif untuk kepentingan informasi. Dalam hal ini motif yang disebabkan muncul karena adanya kebutuhan responden akan informasi ilmiah terkait dengan kepentingan akademik mereka berupa tugas tugas perkulihaan, hasil penelitian,
33
jurnal, artikel ilmiah. Tidak hanya itu responden Fisip Unair juga menggunakan media internet ini untuk media berkomunikasi / berinteraksi dengan sesama contohnya lewat media jejaring sosial (facebook, twwiter, e-mail dll) yang ada di internet. Sehingga dengan adanya internet semakin dirasakan manfaatnya oleh responden yang notabenya adalah mahasiswa, khususnya untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tujuan dari penggunaan internet yang dilakukan oleh responden dalam penelitian ini adalah terkait dengan kegiatan pencarian informasi untuk menunjang penyelesaian tugas akhir, untuk keperluan mengerjakan tugas, memperkaya sumber belajar, untuk memenuhi rasa keingintahuan terhadap informasi yang sedang berkembang, untuk menyiapkan bahan yang terkait dengan materi materi perkulihaan yang akan dijarakan dalam proses perkulihaan dan dapat memperluas wawasan. Internet tidak hanya digunakan untuk oleh responden untuk mencari berbagai informasi yang dibutuhkannya. Mereka juga mempergunakannya sebagai media komunikasi guna menjalin komunikasi atau interaksi dengan orang lain melalui fasilitas (chatting, email, facebook, twwiter). Berbagai aktivitas dilakukan didalam media komunikasi seperti bertukar informasi, diskusi, maupun sebagai sarana untuk menambah teman atau memperluas pergaulan. 3.
Berdasarkan aspek intensitas penggunaan internet, frekuensi penggunaan
internet oleh responden Fisip Unair rata rata hampir setiap hari dengan durasi waktu yaitu 2 – 3 jam per hari. Sedangkan untuk tempat terkoneksinya mayoritas memilih dikampus dikarenakan dikampus disediakan fasilitas wifi area yang dapat dimanfaatkan secara free (baik digaleri / lorong kampus dan ruang baca di perpustakaan). Sedangkan untuk responden Fisip UPN frekuensi penggunaan internet rata rata hampir setiap hari dengan durasi waktu 2 – 3 jam per hari, untuk
34
tempat yang digunakan mayoritas responden Fisip UPN memilih dirumah dan kampus. Alasan pemilihan tersebut dikarenakan dikampus terdapat fasilitas wifi, sedangkan untuk di rumah rata rata responden mengaku bahwa mereka memiliki jaringan pribadi seperti halnya modem dan juga jaringan pribadi (starhub). 4.
Berdasarkan pola pemanfaatan fasilitas internet, sebagaian besar responden
baik itu di Fisip Unair dan juga Fisip UPN menggunakan fasilitas world wide web (www) ketika melakukan pencarian informasi di internet dengan menggunakan fasilitas mesin pencari (search engine) google yang dianggap lebih mudah dalam penggunaannya dan lebih familiar. Disamping itu, strategi yang digunakan untuk pencarian informasi yang paling sering dilakukan oleh responden adalah melakukan penelusuran informasi berdasarkan judul yang sesuai dengan kebutuhan informasi yang mereka butuhkan. 5.
Banyaknya hambatan yang ditemui oleh responden dalam penelusuran informasi di internet sangatlah beranekaragam. Salah satu hambatan yang ditemui oleh responden Fisip UPN dalam penelitian ini adalah memasukkan kata kunci (keyword) pada mesin pencari (search engine) dengan informasi yang benar dan sesuai dengan yang ingin dicari. Sedangkan hambatan yang ditemui oleh responden Fisip Unair yaitu informasi yang terlalu banyak / ledakan informasi (information overload) untuk itu diperlukan sikap selektif dan teliti terhadap informasi yang akan ditelusur lewat internet, dikarenakan tidak semua informasi diinternet bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
35
Daftar Pustaka Andarwati, S. R., Sankarto, B. S. 2005, “Pemenuhan Kepuasan Penggunaan Internet Oleh Peneliti Badan LITBANG Pertanian di Bogor”, Jurnal Perpustakaan Pertanian, vol. 14, Nomor 1, 2005, diakses pada 27 maret 2012 diakses pada http://www.pustakadeptan.go.id/publikasi/pp141052.pdf Anunobi, Chinwe V. 2006, “Dinamic of Internet Usage: A Case of Student of the Federal University Technology of Owerri (FUTO) Nigeria”, Educational Research and Reviews, vol. 1 mei 2010, tersedia pada http://www.academicjournals.org/ERR/PDF/pdf2006/Sep/Anunobi.pdf A.C Gleeson,., 2001, Information-Seeking Behaviour of Scientists and Their Adaptation to Electronic Journals, Master’s theses, University of North Carolina at Chapel Hill, http://ils.unc.edu/MSpapers/2672.pdf) Bashir, s., Mahmood, K., Shfique F.2008, internet use among university students: a survey in university of the punjab, Lahore, tersedia pada www.pu.edu.pk/dlis/pjlis/previous %201issue/pjlis-9-mahmood.pdf Buente, Wayne dan Alice Robbin. 2008. “ Trends in internet Information Behaviour: 20002004” Journal orf the American Society for Information Science, tersedia pada http://eprints.rclis.org/13679/1/RobbinTrends-2008Jun2-EntirePaper.pdf (29/10/2012). Choo, C-W., Detlor, B., & Turnbull. D. 2000, A behavioural model of information seeking on the web: an integrated model of browsing and searching, http://firstmonday.org/issues/issues5_2/choo/index.html Coetze, Helena. 2000. The Development of World Wide Web Information Research for Farmer with Specific Reference to Yogurt Production. Pretoria : University of Pretoria. Donald, O.C. 2008. Looking for Information : A Seeking, Needs, and Behaviour. British Emerald.
Survey of Research on Information
Daftar Urut Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil FISIP Univesitas Airlangga (November 2007) Ebersole, Samuel. 2000, “uses and gratification of the web among students.’’ Journal of compute-mediated communication, vol.6, september 2000, tersedia pada http://jcmc.indiana.edu/vol6/issue1/ebersole.html Eeva-Liisa, E. 1998, Univrsity students’s information seeking behaviour in a changing learning environment, tersedia pada www.shef.ac.uk/infers/isic/eeskola.html
36
Effendy, Onong Uchjana., 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.hal 294 Encang Saepudin. 2009, Perilaku Pencarian dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi, diakses tgl 4 maret 2012, tersedia pada http://encangsaepudin.wordpress.com/2009/01/10/perilakupencarian-dalammemenuhi-kebutuhan-informasi-bagian-1/ Firmansyah, Arif., 2006. Penggunaan Internet dalam Menunjang Proses Belajar Mahasiswa Universitas Airlangga. Surabaya : LPPM – Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga. (KK LP.85/08 Fir p) Fraenkel, J. & Wallen, N. (1993). How to Design and evaluate research in education. (2nd ed). New York: McGraw-Hill Inc.tersedia pada http://teorionlinejurnal.wordpress.com/2012/08/20/menentukan-ukuran-sampel-menurutpara-ahli/. Gleeson, A. C. 2001, Information-Seeking Behaviour of Scientists and Their Adaptation to Electronic Journals. Masters theses, University of North Carolina at Chepel Hill, diakses tanggal 2 juli 2011, tersedia pada www.shef.ac.uk/infers/isic/eeskola.html Godbold, N. 2006, “Beyond Information Seeking : Towards A General Model of Information Behaviour”, Information Research, 11(4) paper 269, diakses pada tanggal 20 agustus 2011, tersedia pada http://InformationR.net/ir/11-4/paper 269.html Herring, Susan C. (ed). 1996. Computer-Mediated Communication: linguistic, social and cross-cultural prespectives. Amsterdam: John Benjamins Publications.(10/11/2011) Hurlock, Elizabeth B. 2004. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga, Jakarta. Horrigan, John B. 2002. New Internet Users: What They do Online, What They Don’t and Implications for the Net’s future. http://www.pewinternet.org/pdfs/New_Users_Report.pdf(9/10/2011). Hargittai, E. & Hinnant, A. 2006. Towards a Social Framework for Information Seeking. http://ksghome.harvard.edu/-pnorris/acrobat/digitalch3.pdf(9/10/2011). Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok – pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia, Jakarta. Ishak. 2006, “kebutuhan informasi mahasiswa program pendidikan dokter spesialis (PPDS) FK-UI dalam memenuhi tugas journal reading.”Pustaha: Jurnal studi perpustakaan dan informasi, vol.2,no.2 desember 2006, tersedia pada http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17058/1/pus-des2006-3.pdf
37
John W Santrok . 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga). Lubis, Muhammad Safri. 2004. Bersama Google Mencari Sebuah Informasi di Internet. http://www.geocities.com/you_phee/informasi.pdf(24/08/2011). Matzoukou, Konstantina. 2005, “ A Review of web information seeking research: Considerations o method and foci of interest”, information research, vol.10 no.2, paper215, tersedia pada http://informationr.net/ir/10-2/paper215.html Mann, Thomas. 2005, Survey of Library User Studies, diakses tanggal 22/10/2011, tersedia pada http://www.webology.ir/2009/v6n2/a70.html Meyers, E.M., Nathan, L.P. & Saxton, M.L. 2006, Barriers to information seeking in school libraries: Conflicts in perceptions an practice, information research,12(2) paper 295, tersedia pada http://informationr.net/ir/12-2/paper295.html Munggaran, Abdi Halim. 2009, Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Indonesia yang Memanfaatkan Layanan Search Engine dalam Menyusun Skripsi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Jakarta, diakses tgl 19/08/2011, tersedia pada http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp/id=127386. Nasution, Laila Hadri. 2006, “Pemanfaatan Internet Guna Mendukung Kegiatan Perkulihaan Mahasiswa Program Pascasarjana UNIMED”, USU Repository, tersedia pada http://library.usu.ac.id/download/fs/06005176.pdf Prabha, Chandra., Lynn silipigni Connaway, L.S. Lawrence Olszewski, and Lillie R. Jenkins. 2007, “what is enough? Sattisficing information needs”, journal of documentation, 63,1:73-89, tersedia pada www.oclo.org./research/publications/archive/2007/prabhasatisficing.pdf Purbo, Ono W. 2004. Internet. http://www.Geocities.com/mrsmkk/internet.html (29/08/2011) Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Informasi dan Elektronika. 2001, Indikator Teknologi Informasi dan Komunikasi Tahun 2001, Jakarta : Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Informasi dan Elektronika, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Elektronika, tersedia pada http://www.apjii.or.id/dokumentasi/arsip/indikator/si_ti2002.pdf Qureshi, Tahir M., Muh Khaqan Z., Moh Bashir K. 2002. Information Needs and Information Seeking Behaviour of Student in Universities of Pakistan. Journal of Applied Science Research, 4(1):40-47, 2008, diakses tgl 6/8/2011, tersedia pada http://
[email protected] Qomariyah, Astutik Nur. 2008. Perilaku Pemggunaan Internet pada Kalangan Remaja perkotaan di Surabaya. Departemen Informasi dan Perpustakaan – Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga.
38
Rakhmat, Jalalludin, 2004. Psikologi Komunikasi. edisi revisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.hal66-208. Rahardjo, Budi. 2001. Internet Untuk Pendidikan. Bandung : PPAU Mikroelektronika ITB. http://budi.insan.co.id/articles/internet-pendidikan.doc(24/09/2012) Santoso, Budi. 2008. Pemanfaatan Internet oleh Pengguna Perpustakaan Mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta. http://digilib.uin-suka.ac.id/gdl.php?mod=browse&opread&id=digilib-uinsuka--budhisanto-806. Surya, Yuyun W.I. 2002, Pola Konsumsi dan Pengaruh Internet sebagai Media Komunikasi Interaktif pada Remaja (Studi Analisis Persepsi pada Remaja di Kotamadya Surabaya), Lembaga Penelitian Universitas Airlangga Surabaya. Santoso, Agus., 2008/2009. Pola Perilaku Penemuan Informasi (Information Seeking Behaviour) Mahasiswa Universitas Airlangga. Surabaya : Departemen Informasi dan Perpustakaan – Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga. (KK-2 Fis IIP 01/09 San p). Singarimbun, Masri., ed.,1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta : LPES.h46 Shahab, Alwi., 2000. Internet Bagi Profesi Kedokteran. Ed.2.Jakartac: ECG. Suhardjo. 2001. 10 Pokok Pertanyaan Tentang Internet dan Internet. http://Thor.prohesting.com/arema/download/internet.html (23/09/2011) Shen, Yi. 2006. Information Seeking in Academic Research: A Study of The Sociology Faculty at the University of Wsconsin Madison. Information Research 19(2): 4 – 13, diakses tanggal 15 maret 2012, tersedia pada http://InformationR.net/ir/192/paper223.html Sahin, Yasar Guneri., Balta, Sabah., Ercan, Tuncay. 2010, “ The Use of Internet Resources by University students During Their Course Pro Jects Elicitation:A Case Study”, The Turkish Online Journak Of Educational Technology, vol 9 issue 2 , tersedia pada http://www.tojet.net.articles/9224.pdf The Graphic, Visualization & Usability Center, the Georgia Institute of Technology (2008). http://www.cc.gatech.edu//gvu/user_surveys/(25/09/2011) Usun, salih. 2003, “undergraduate students attitudes towards educational uses of internet”, interactive educational multimedia, number 7, http://www.ub.es/multimedia/iem Tella, Adeyinka. 2007, “University of Bostwana Undergraduates Uses of The Internet : Implications on Academic Performance”, Journal of Educational Media & Library Science 45:2 (Winter 2007) : 161-185, tersedia pada http://research.dils.tku.edu.tw/joemls/45/452/161-186.pdf 39
Valkenberg, Patti M. Dan Karen E. Soeters. 2001, “children’s positive and negative experience with internet”, Communication research, vol.28 no.5, october 2001 625-657, tersedia pada http://www2.fmg.uva.nl/cam/pdfs/2001 valkSoeters_Comres.pdf Yusup, P.M.2007, Komunikasi, Media, Sumber-sumber Informasi dan beberapa contoh Teori Komunikasi Kontekstual (Persuasi dan Interpersonal), modul kuliah FIKOM UNPAD, tersedia pada http://bdg.centrin.net.id/-pawitmy. Zainudin, Zaslina., 2006. Pola Pemanfaatan Internet oleh Mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Medan. Pustaka : Jurnal studi perpustakaan dan informasi, vol.2 no.1 juni 2006. Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi USU. Zuntriana, Ari. 2008, Model Perilaku Penemuan Informasi Staf Pengajar Perguruan Tinggi Negeri: Studi Deskriptif Mengenai Kebutuhan Infromasi dan Perilaku Penemuan Informasi Staf Pengajar Fisip Universitas Airlangga Menurut model TD Wilson dan David Ellis, Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya. Artikel Website : http://www.apjii.or.id . http://tekno.kompas.com. (http://spektrumdunia.com). (http://www.infokomputer.com). (http://ti.apjii.or.idmain_internet.html).
40