III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penclitian Penelitian ini bertujuan 1). Untuk mengetahui kondisi kehidupan rumah tangga nelayan 2) Untuk mengidentifikasi kegiatan isteri nelayan di Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar 3). Untuk mengetahui program atau kegiatan apa yang cocok dilaksanakan dengan melihat potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia (isteri nelayan) dalam rangka memberdayakan isteri nelayan untuk meningkatkan pendapatan keluarga nelayan di Kecamatan Siak Hulu
3.2. Manfaat Penelitian Sejalan dengan tujuan tersebut, manfaat penelitian ini dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi isteri nelayan jenis kegiatan apa yang dapat dilakukan untuk dapat membantu suami dalam rangka membantu suami untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga di Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Memberikan informasi kepada pemerintah setempat program apa yang benar-benar cocok diterapkan terhadap isteri nelayan di Kecamatan Siak Hulu sesuai dengan potensi sumber daya manusia khususnya isteri nelayan dan sumber daya alam yang tersedia.
pihak, supaya persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dapat dipecahkan ( Arief Budiman, 1982), Juliati (1980), mengemukakan bahwa keterlibatan kaum istri di daerah pedesaan pada umumnya,bukan untuk menonjolkan peranannya tetapi merupakan suatu keharusan. Sehingga untuk membantu keluarga mereka harus terlibat dalam kegiatan ekonomi untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Umumnya mereka yang memilih jalan ini karena status ekonominya rendah. Masyarakat desa merupakan suatu kumpulan manusia dengan tingkat pendapatan yang sangat rendah, dengan kata lain tingkat kesejahteraan masyarakat desa berada pada taraf kemiskinan. Peranan istri pada masyarakat perikanan didasari dari pengertian istri taninelayan. Istri tani-nelayan menurut Departemen Pertanian adalah istri tani yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dan ikut bertanggung jawabdalam kegiatan usaha tani dan kegiatan lain yang berhubungan dengan usaha peningkatan kesejahteraan keluarganya. Pada prinsipnya wanita nelayan dipedesaan mempunyai posisi atau status dalam perkembangan ekonomi rumah tangga dan mencari nafkah yang langsung dapat menunjang pendapatan keluarga yang berarti membantu mempertajam konsepsi peranan wanita dalam keluarga, rumah tangga dan masyarakat luas (Sayogyo, 1993). Selanjutnya dikatakan bahwa peranan wanita dapat dirinci sebagai berikut 1) wanita tani-nelayan sebagai pendamping suami, memiliki peranan aktif dalam kegiatan perikanan, 2) Wanita-tani nelayan sebagai istri mempunyai tanggung jawab mengurus rumah tangga, 3) wanita tani-nelayan sebagai anggota
masyarakat turut berpartisipasi dalam pembangunan pedesaan sehingga turut menentukan kemajuan lingkungan. Pernyataan diatas memnngkinkan istri nelayan dapat melakukan kegiatankegiatan guna meningkatkan pendapan keluarga, seperti yang dikemukakan Rochmiyati (1992) bahwa istri dapat memainkan berbagai peran dalam menunjang keuangan keluarga, baik langsung maupun tidak langsung. Peran langsung itu berkaitan dengan penciptaan kesempatan bagi anggota keluarga lain untuk bidang kerja mendapakan uang diluar rumah. Dengan demikian bila semakin besar kesempatan wanita melakukan pekerjaan mencari nafkah diluar rumah akan memperbesar peranan sumbangan pendapatan kepada keluarga. Besarnya kesempatan yang digunakan untuk bekerja diluar rumah dengan memanfaatkan alokasi waktu sesuai dengan penggunaan yang efektif dan efesien, masih merupakan masalah. Sikap dan kesadaran dalam mamanfaatkan waktu, baik secara kuantitas maupun secara kualitas didorong oleh berbagai faktor antara lain ; pendidikan, pengetahuan, lingkungan sosial, kemiskinan dan lain sebagainya (Budiman, 1985). Kemampuan
wanita
perlu
sekali
dikembangkan
dalam
rangka
meningkatkan peranan dan tanggung jawabnya dalam membangun melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan terutama untuk lebih dapat memanfaatkan kesempatan kerja diberbagai bidang. Sejalan dengan itu perlu dikembangkan iklim sosial budaya yang lebih memungkinkan wanita untuk makin berperan dalam pembangunan (GBHN, 1990).
Menurut Amal Hidayati S.( 1995), pendekatan pemberdayaan perempuan (women empowerment) atau pendekatan penguatan diri perempuan merupakan salah satu pendekatan dalam studi gender sebagai usaha pengintegrasian wanita dalam
proses
pembangunan.
Pendekatan
pemberdayaan
perempuan
dikembangkan berdasarkan asumsi baahwa untuk memperbaiki kehidupan perempuan, campur tangan pihak luar tanpa disertai upaya untuk menguatkan atau memberdayakan atau memampukan kaum perempuan terutama perempuan yang berasal
dari
kelas
bawah
untuk
melakukan
negoisiasi,
mengutarakan
permasalahannya, keinginan, kebutuhannya, kepentingan aspirasi dan mengubah sendiri kehidupannya tidak akan berhasil . Untuk itu perlu diberikan kepada perempuan untuk mengutarakan keinginannya dalam rangka pemberdayaan perempuan. Menurut Sumodiningrat (2001) bahwa upaya memberdayakan masyarakat harus dilakukan melalui 3 jurusan. Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi
masyarakat
berkembang.
Titik
tolaknya
adalah
pengenalan bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan . Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong, memberikan motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya utuk mengembangkannya. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kepada berbagai peluan yang akan membuat masyarakat menjadi makin dalam berdaya memanfatkan peluang. Ketiga,
memberdayakan pula arti melingdungi. Dalam pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah. Wanita sebagai pekerja mempunyai potensi dan hal ini sudah dibuktikan dalam dunia kerja yang tidak kalah dengan pria. Sebagai pekerja masalah yang dihadapi oleh wanita lebih berat dibanding pria, namun kehadiran kaum wanita dalam dunia kerja besar manfaatnya dan perlu ditingkatkan. Sebagai partner kaum pria tidak hanya dirumah tetapi juga dalam bekerja dengan menyalurkan potensi dan bakat-bakat mereka. Wanita dalam meniti karer mempunyai beban dan hambatan lebih besar dibandingkan dengan pria. Perbedaan yang terjadi antara pria dan wanita dapat dilihat dengan adanya "Panca Dharma Wanita". Indonesia yang menurut wanita dapat melakukan lima tugas yaitu :
1). Sebagai istri atau
pendamping suami, 2). Sebagai pengelola rumah tangga, 3). Sebagai penerus keturunan, 4). Sebagai ibu dari anak-anak dan
5). Sebagai warga negara
(Anoraga,1992). Jadi nyatalah bahwa keinginan untuk mempertahankan hidup merupakan salah satu sebab yang terkuat yang dapat menjelaskan mengapa seseorang bekerja. Melalui kerja kita memperoleh uang dan uang tersebut dapat dipakai untuk memuaskan semua
tipe kebutuhan. Menurut Anoraga (1992), kebutuhan-
kebutuhan dapat dibagi menjadi: a. Kebutuhan Fisiologis Dasar Kebutuhan ini menyangkut kebutuhan fisik atau kebutuhan biologis seperti : makan, minum,tempat tinggal dan kebutuhan lain yang sejenis. b. Kebutuhan - kebutuhan Sosial
10
Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial, ia akan memerlukan persahabatan dan tidak akan berbahagia kalau ia ditinggalkan sendirian untuk jangka waktu yang lama. Pekerjaan merapakan suatu kegiatan yang mampu memberikan bagian terbesar didalam memuaskan kebutuhan sosial mereka. Peran wanita sebagai penunjang ekonomi menjadi bertambah penting dengan bertambah miskinnya keluarga. Diperkirakan semakin miskinnya keluarga tersebut semakin tinggi persentase sumbangan wanita terhadap pendapatan anggaran rumah tangga. Wanita dari golongan miskin lebih mandiri secara ekonomis, sehingga mereka masih dapat terus melanjutkan hidupnya tanpa tergantung pada orang lain (Hagul, 1992). Dilihat dari segi waktu dan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh kaum wanita, wanita lebih banyak melakukan pekerjaan daripada kaum laki-laki. Pagipagi sekali wanita sudah mulai bekerja, menyiapkan makanan dan minuman, mengurus anak, menyapu rumah, mencuci pakaian kemudian melanjutkan pekerjaan guna membantu suami, bahkan kadang-kadang mencari kayu bakar untuk keperluan memasak. (Mutawali, 1987). Keinginan dan dorongan untuk mewujudkan peranan wanita sudah selayaknya berasal dari kaum wanita itu sendiri. Wanita tidak lagi merasa puas dengan cara hidup yang terbatas yang diisi dengan kewajiban-kewajiban untuk keluarga dan rumah tangganya saja, mereka ingin memperoleh kebebasan bekerja dilingkungan yang lebih luas (Sukanti, 1984). Faktor-faktor yang menjadi hambatan bagi kemajuan wanita pada umumnya karena kurangnya pendidikan dan kurangnya menghargai tenaga kerja
11 wanita. Dengan demikian hendaknya kaum wanita disamping mempunyai pendidikan formal, juga perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan nonformal. Dan pendidikan kesejahteraan keluarga perlu diintensifikasi secara menyeluruh agar wanita dapat lebih memainkan peranannya dalam kehidupan bersama dalam masyarakat (Notopuro, 1979).