III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian dilaksanakan di dua kampung, yaitu Kampung Sindang Barang (meliputi RW 03, RW 04, RW 05) dan Dukuh Menteng (termasuk Kampung Budaya Sindang Barang), Desa Pasireurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor (Gambar 1). Studi berlangsung selama enam bulan, dimulai pada bulan Mei 2009 sampai dengan Oktober 2009, meliputi survei lapang untuk pengamatan kondisi tapak dan penyebaran kuesioner pada bulan Mei sampai dengan Juli kemudian
dilanjutkan dengan analisis, pengolahan data, dan
penyusunan laporan hingga bulan Oktober.
Gambar 1. Peta Administratif Desa Pasireurih
3.2 Metode Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: 1. Penentuan lokasi dan responden berdasarkan keterkaitan dengan lanskap KBSB. Dipilih dua kampung yaitu Kampung Sindang Barang dan Dukuh
11
Menteng (termasuk KBSB) yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan upacara/ritual yang diselenggarakan di KBSB. 2. Pengumpulan data, berupa penilaian masyarakat terhadap lingkungannya melalui wawancara (indeep interview) dengan responden kelompok masyarakat dan menggunakan kuesioner metode Community Sustainability Assesment (CSA) yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Nurlaelih (2005). Pertanyaan dalam kuesioner CSA meliputi tiga aspek, yaitu ekologi, sosial dan spiritual. Untuk dapat menganalisis hubungan data persepsi dengan kondisi lanskap yang sesungguhnya, maka dilakukan pengumpulan data mengenai kondisi lanskap (biofisik, sosial-ekonomi, spiritual dan budaya). 3. Analisis data CSA dan dengan kondisi lanskap yang sesungguhnya dilakukan untuk
mengetahui
hubungan
persepsi
masyarakat
terhadap
tingkat
keberlanjutan lingkungan/lanskap perkampungan deengan kondisi lanskap yang sesungguhnya, serta faktor-faktor yang menyebabkan persepsi tersebut. 4. Sintesis berupa usulan perbaikan terhadap lanskap KBSB untuk menuju keberlanjutan dalam kerangka konsep ecovillage.
3.3 Karakter Lanskap Perkampungan Karakter lanskap perkampungan yang menjadi tujuan penelitian meliputi karakter lanskap, karakter sosial, dan karakter spiritual. Untuk mengetahui karakter lanskap dilakukan pengamatan lapang dan studi literatur mengenai kondisi biofisik, sedangkan karakter sosial dan spiritual dilakukan dengan pengamatan lapang dan wawancara. Melalui karakter lanskap, karakter sosial dan karakter spiritual pada lokasi penelitian dapat diketahui karakter lanskap perkampungan KBSB.
3.4 Penilaian Keberlanjutan Sustainability Assesment (CSA) Kajian
mengenai
Masyarakat
ecovillage
didekati
(PKM)
dengan
atau
Community
metode
Community
Sustainability Assesment (CSA) yang dapat dijadikan salah satu cara mengevaluasi tingkat keberlanjutan suatu masyarakat dalam kerangka pikir ecovillage. Acuan dalam metode Community Sustainability Assesment (CSA) adalah berdasarkan
12
metode yang diperkenalkan oleh Global Ecovillage Network yang meliputi aspek ekologis , sosial dan spiritual. Pada penelitian ini, digunakan kuisioner CSA hasil terjemahan yang sudah digunakan dalam penelitian Aplikasi Konsep Desa Berkelanjutan (Ecovillage) dalam pengelolaan lanskap perkampungan tradisional (Nurlaelih, 2005). Parameter keberlanjutan yang digunakan untuk setiap aspek yaitu: a. Aspek ekologis, lingkungan kehidupan masyarakat seimbang jika: 1. Orang-orang sangat terikat kepada tempat dimana mereka tinggal/hidup. Batasan-batasannya, kekuatan, kelemahan dan irama adalah jelas dan manusia tinggal dalam sinkronisasi dan keselarasan di dalam sistem yang ekologis dimana mereka merupakan satu bagian yang utuh. 2. Kehidupan alami, proses dan sistemnya dihormati; margasatwa dan habitat tumbuhan dipelihara. 3. Gaya hidup manusia bersifat memperbaharui, bukannya mengurangi integritas lingkungan 4. Makanan terutama berasal dari lokal atau sumber-sumber wilayah alami, organik, bebas dari zat pencemar dan menyediakan gizi seimbang. 5. Struktur dirancang untuk memadukan dan melengkapi lingkungan alami, penggunaan alami, material dan sistem pembangunan wilayah dan ekologis (dapat diperbaharui dan tidak beracun) 6. Konservasi dipraktekkan dalam sistem metode dan transportasi, sistem transportasi. 7. Konsumsi dan pembuangan limbah minimal 8. Tersedia air bersih yang dapat diperbaharui, masyarakat menyadari, menghormati, melindungi dan memelihara sumber airnya. 9. Limbah manusia dan limbah cair digunakan dan/atau dibuang untuk manfaat lingkungan dan masyarakat. 10. Sumber energi tidak beracun dan dapat diperbaharui digunakan untuk panas dan kegiatan masyarakat. Teknologi inovatif tidak dieksploitasi dan dibiarkan, tetapi digunakan untuk kepentingan bersama. b. Aspek sosial, kehidupan sosial masyarakat seimbang jika:
13
Ada suatu perasaan terhadap perubahan dan stabilitas sosial dalam kehiduapan masyarakat; suatu pondasi bagi keselamatan dan kepercayaan yang memungkinkan individu untuk secara bebas menyatakan diri mereka untuk kepentingan bersama 1. Tersedia ruang dan sistem untuk mendukung dan memaksimalkan komunikasi, hubungan dan produktivitas 2. Ada cukup kesempatan atau teknologi untuk komunikasi dalam masyarakat dan untuk menghubungkannya dengan masyarakat luas 3. Bakat, keterampilan dan sumberdaya lain diberikan secara bebas dalam masyarakat dan diberikan ke luar masyarakat untuk melayani sebaik mungkin 4. Keanekaragaman dihormati sebagai sumber kesehatan, vitalitas dan kreativitas dalam lingkungan alami dan dalam hubungn masyarakat 5. Penerimaan, ketertutupan dan keterbukaan membantu perkembangan pemahaman
terhadap
keuntungan
keanekaragaman,
memperkaya
pengalaman sosial dan lingkungan serta mempromosikan keadilan 6. Pertumbuhan pribadi,
pembelajaran dan kreativitas
dihargai dan
dipelihara; peluang untuk mengajar dan belajar tersedia utuk semua kelompok umur melalui format bidang pendidikan bervariasi. 7. Kebebasan untuk menyembuhkan, memelihara atau meningkatkan kesehatan (fisik, mental, spiritual, dan emosional) tersedia dan bisa usahakan, mencakup kesehatan alternatif dan praktik penyembuhan alami seperti meditasi dan gerak badan. 8. Aliran sumber daya, memberi dan menerima dana, barang-barang dan jasa adalah seimbang untuk berbagai keinginan dan kebutuhan masyarakat. c. Aspek spiritual, kondisi spiritual masyarakat seimbang jika: 1. Kekuatan budaya dilestarikan melalui aktivitas artistik dan budaya lain serta perayaan-perayaan, filosofi/adat 2. Kreativitas dan seni dilihat sebagai suatu ungkapan kesatuan dan hubungan timbal balik dengan semesta alam, dan dilestarikan melalui berbagai format artistik, kehidupan seni, dan melalui pemeliharaan dan pertukaran nilai-nilai keindahan.
14
3. Menghargai waktu bersenang-senang 4. Rasa hormat dan dukungan untuk manifestasi kespiritualan yang ditunjukkan oleh berbagai cara 5. Tersedia peluang untuk mengembangkan diri 6. Perasaan gembira dan memiliki dikembangkan melalui upacara agama dan perayaan 7. Kualitas dan kebersamaan dalam hati masyarakat membentuk persatuan dan kesatuan dalam kehidupan mereka. Hal ini mungkin merupakan suatu persetujuan dan visi bersama yang menyatakan komitmen; kepercayaan budaya, nilai-nilai dan praktek yang menggambarkan dan menyatakan keunikan dari tiap masyarakat 8. Mempunyai kapasitas untuk fleksibilitas dan kemampuan dalam menghadapi berbagai kesulitan yang muncul 9. Baik kota, pinggiran kota ataupun perdesaan, dikembangkan atau tidak, tumbuh pemahaman saling berhubungan dan saling ketergantungan dari semua unsur-unsur hidup di atas bumi 10. Masyarakat dengan sadar memilih dan berperan untuk menciptakan dunia yang penuh kasih. Kuesioner yang menjadi informasi penting diisi dengan cara wawancara kelompok masyarakat kampung yang dianggap mengetahui dan memahami kondisi
masyarakatnya.
Adapun
proses
wawancara
dilakukan
dengan
mengundang kelompok masyarakat di rumah ketua RW atau di Balai Desa Pasireurih. Penentuan kelompok masyarakat dilakukan berdasarkan posisinya di dalam masyarakat, lama tinggal di daerah tersebut, maupun pengalamannya dalam bermasyarakat. Kuesioner CSA berisikan beragam pertanyaan, dimana setiap jawaban pertanyaan telah ditetapkan nilainya/score. Penilaian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: 1) penjumlahan score tingkat komponen aspek, 2) penjumlahan score tingkat aspek, dan 3) penjumlahan score total ketiga aspek. Pada setiap tingkat, nilai dibedakan dalam tiga kategori, yaitu: Rendah
: menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai kondisi yang mengarah kepada keberlanjutan
15
Sedang
: menunjukkan suatu kondisi awal yang baik untuk mengarah kepada kondisi keberlanjutan
Tinggi
: menunjukkan tingkat kondisi yang baik/sempurna dalam sistem keberlanjutan.
Kriteria penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria Penilaian dalam PKM/CSA Parameter
Bobot
Aspek Ekologis
*
1. Perasaan terhadap tempat
*
2. Ketersediaan, produksi, dan distribusi makanan
*
3. infrastruktur, bangunan dan transportasi
*
4. Pola konsumsi dan pengelolaan limbah padat
*
5. Air-sumber, mutu, dan pola penggunaan
*
6. Limbah cair dan pengelolaan polusi air
*
7. Sumber dan penggunaan energi
* Total nilai aspek ekologis
**
Aspek Sosial 1. Keterbukaan, kepercayaan, keselamatan; ruang bersama
*
2. Komunikasi, aliran gagasan dan informasi
*
3. Jaringan pencapaian dan jasa
*
4. Keberlanjutan sosial
*
5. Pendidikan
*
6. Pelayanan kesehatan
*
7. Keberlanjutan ekonomi-ekonomi lokal yang sehat
*
Total nilai aspek sosial
**
Aspek Spiritual 1. Keberlanjutan budaya
*
2. Seni dan kesenangan
*
3. Keberlanjutan spiritual
*
4. Keterikakatan masyarakat
*
5. Gaya pegas masyarakat
*
6. Holographic baru, pandangan dunia
*
7. Perdamaian dan kesadaran global
*
Total nilai aspek spiritual
**
Total nilai keseluruhan
***
16
Ket : 1). pembobotan variabel/parameter dalam satu aspek *
50+
Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
25-49
Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
0-24
Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan
2). Pembobotan pada satu aspek **
333+
Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
166-332
Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
0-165
Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan
3). Pembobotan gabungan dari ketiga aspek ***
999+
Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
500-998
Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
0-449
Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan