9
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada periode Juli 2015 sampai dengan Februari 2016. Bertempat di screen house B, rumah kaca B dan laboratorium ekologi dan menejemen produksi tanaman (EMPT) Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat Penelitian Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, thermometer, polibag (30 x 35 cm), drum air, sprayer, meteran jahit, gelas ukur, chlorophylmeter, pH meter dan EC meter. 2. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan adalah bibit cabai keriting F1 Millioner, pasir pantai, pasir progo, arang sekam, larutan nutrisi AB mix, air kelapa dan air. C. Perancangan Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah substrat dengan 5 taraf, sedangkan faktor kedua adalah nutrisi dengan 2 taraf. Faktor pertama meliputi M0: Arang sekam (kontrol), M1: Pasir progo, M2: Pasir pantai tidak dicuci, M3: Pasir pantai dicuci 1 kali dan M4: Pasir pantai dicuci 2 kali. Faktor kedua meliputi N1: nutrisi AB mix dan N2: nutrisi AB mix dan air kelapa dengan interval penyemprotan 2x seminggu.
9
10
Dari kedua faktor di atas didapatkan 10 kombinasi perlakuan. Penelitian diulang sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 30 kombinasi perlakuan. Berikut rincian perlakuan yang diuji: M0N1 : Arang sekam dengan nutrisi AB mix M0N2 : Arang sekam dengan nutrisi AB mix dan air kelapa M1N1 : Pasir progo dengan nutrisi AB mix M1N2 : Pasir progo dengan nutrisi AB mix dan air kelapa M2N1 : Pasir pantai tidak dicuci dengan nutrisi AB mix M2N2 : Pasir pantai tidak dicuci dengan nutrisi AB mix dan air kelapa M3N1 : Pasir pantai dicuci 1 kali dengan nutrisi AB mix M3N2 : Pasir pantai dicuci 1 kali dengan nutrisi AB mix dan air kelapa M4N1 : Pasir pantai dicuci 2 kali dengan nutrisi AB mix M4N2 : Pasir pantai dicuci 2 kali dengan nutrisi AB mix dan air kelapa D. Pelaksanaan Penelitian Tahapan penelitian penanaman cabai merah keriting adalah sebagai berikut: 1. Persiapan substrat a. Arang sekam dibuat dengan cara sekam dibakar di dalam drum besi yang sebelumnya diberi tabung jaring kawat, pembakaran dilakukan melalui bagian tengah tabung kawat. Pembakaran dilakukan selama kurang lebih 2 jam (sampai setengah matang). Selanjutnya sekam dikeluarkan dari drum ke lantai dan dibolak balik supaya kematangan merata. Saat sekam terlihat matang sempurna (berwarna hitam menyeluruh dan tidak gosong) dilakukan penyemprotan air dengan spray agar proses pembakaran dapat berhenti. b. Substrat pasir progo diperoleh dari Kali Progo. Substrat tidak perlu dilakukan pencucian karena saat pengambilannya sudah tercuci di dalam mesin pengambilan. c. Substrat pasir pantai diperoleh dari Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Pasir pantai diambil dan dibawa ke rumah kaca (Lampiran 6) untuk selanjutnya
11 dilakukan pencucian sesuai dengan perlakuan. Volume substrat adalah 4 5 dari volume polybag dan dibiarkan selama 5-7 hari agar substrat siap ditanami. 2. Analisis Substrat a. Analisa Fisika Substrat Analisa fisika substrat dilakukan sebelum digunakan sebagai media tanam meliputi analisis berat volume serat (Bulk Density), kepadatan partikel (Particle Density), dan kapaitas menahan air (Lampiran 6). Pengukuran dilakukan dengan cara: 1) Gelas ukur yang ditimbang ...................................................................(A) 2) Gelas ukur + substrat pasir ....................................................................(B) =
B−A 1000
3) Gelas ukur + substrat pasir + air hingga volumenya 1 liter ditimbang .(C) 4) Volume air yang ditambahkan dihitung = C- (A+B) ............................(D) 5) Volume substrat dihitung = 1000 - D ....................................................(E) B−A E 6) Analisis kapasitas menahan air dilakukan pada awal sebelum digunakan =
sebagai media tanam. Kapasitas menahan air dilakukan dengan cara substrat 1 L ditimbang untuk menentukan beratnya (berat kering). Kemudian air 1 L ditambahkan, lalu dilihat penambahan beratnya. Setelah seluruh bagian substrat terkena air, substrat ditiriskan dari air. Setelah itu, substrat ditimbang beratnya (berat segar). Kapasitas Menahan Air =
Keterangan: BB= Berat substrat + air (gram)
BB − BK BK
BK= Berat substrat (gram) b. Analisis Kimia Substrat Analisis kimia substrat yaitu menghitung pH substrat setelah digunakan sebagai media tanam (Lampiran 6)
12
3. Persiapan Screen House Screen house dibersihkan dari gulma yang tumbuh dan dilakukan pembersihan dari sampah yang ada dengan cara manual dengan disapu atau disiangi. Hal ini perlu dilakukan untuk memudahkan jalannya penelitian dan jumlah hama (tikus, kadal dan kodok) dapat ditekan. 4. Pembuatan Larutan Nutrisi Pembuatan pekatan dilakukan dengan cara garam-garam pada pekatan A dan B diencerkan dengan air masing-masing 25 liter hingga larut. Kemudian, diambil 2 liter setiap pekatan untuk diencerkan ke dalam 100 liter air (1:50) hingga homogen (Lampiran 6). Larutan nutrisi standar yang sudah jadi dicek Electrical Conductivity (EC) untuk mengetahui kepekatannya. Sedangkan untuk air kelapa diperoleh dari limbah pasar dan diencerkan dengan air menggunakan perbandingan 1:1 masing-masing 500 ml. Air kelapa yang digunakan adalah air kelapa yang segar. Air kelapa yang didapatkan dari pasar, dibawa ke screen house menggunkan botol plastik. 5. Transplanting Bibit cabai keriting siap ditanam jika sudah berumur 3 minggu atau berdaun 2-4 helai ke dalam polibag dengan ukuran 30x35 cm yang telah terisi substrat (Lampiran 6). Pemindahan dilakukan dengan cara bibit dicabut perlahan dari polibag atau dengan cara bagian akar dicelupkan ke dalam air agar tanah liat dapat terlepas dengan sendirinya. Akar yang telah bersih diletakkan satu per satu ke dalam polibag yang telah terisi substrat. Akar diatur sedemikian sehingga akar mampu tersebar merata. Jarak tanam untuk cabai keriting adalah 60 x 70 cm atau 70 x 70 cm. 6. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan meliputi : a. Pemberian nutrisi Pemberian larutan nutrisi sebanyak 500 ml yang diberikan setiap hari sekali, pagi atau sore hari (Lampiran 6). Pada vase vegetatif EC larutan nutrisi sebesar 2-2,5, sedangkan pada vase generatif 3-3,5. Aplikasi air
13
kelapa dilakukan 2x dalam seminggu pada pagi hari dengan cara disemprotkan langsung pada daun. b. Pemberian ajir Pemberian ajir menggunakan bambu yang sudah dipotong dilakukan ketika tanaman berumur 1 bulan setelah tanam atau saat tanaman mulai tumbuh tinggi untuk menopang tegaknya tanaman. c. Perempelan tunas dan bunga pertama Cabai umumnya bertunas banyak yang tumbuh dari ketiak-ketiak daun. Tunas ini tidak produktif dan akan mengganggu pertumbuhan secara optimal. Sehingga perlu dilakukan perempelan (pembuangan) tunas samping. Perempelan tunas samping dilakukan pada tanaman cabai berumur antara 7-20 hari. Semua tunas samping dibuang agar tanaman tumbuh kuat dan kokoh. Saat terbentuk cabang, maka perempelan tunas dihentikan. Perempelan tunas ini dilakukan 2-3 kali seminggu. Tanpa perempelan tunas samping, pertumbuhan tanaman cabai akan lambat. d. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman yang mati atau pertumbuhannya terhambat, yaitu sekitar 7 hari setelah tanam. 7. Pengendalian Hama Pengendalian hama tanaman cabai dilakukan secara fisik dan mekanik. Pengendalian secara fisik yaitu dengan cara mengambil langsung hama yang mengganggu lalu mematikannya. Sedangkan pengendalian mekanik digunakan pertisida yang sesuai dengan jenis OPTnya. 8. Pengamatan dan Pengukuran Pengukuran komponen media dilakukan sebelum digunakan sebagai media tanam. Pengukuran komponen pertumbuhan tumbuhan dilakukan pada seminggu sekali. Pengukuran untuk komponen hasil dilakukan pada akhir pertumbuhan, apabila tanaman sudah tidak menghasilkan buah lagi.
14
9. Pemanenan Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 75-120 HST (hari setelah pindah tanam) yang ditandai dengan berubahnya warna cabai yang semula hijau menjadi merah 75%. Panen dilaksanakan setiap hari senin secara bertahap. Pada akhir pengamatan, seluruh bagian tanaman diambil untuk dihitung berat brangkasan segar dan brangkasan keringnya. Substrat dibongkar untuk memudahkan pengamatan pada bagian akar. E. Pengamatan Peubah Variabel pengamatan penelitian ini antara lain: 1. Kondisi umum lokasi penelitian Kondisi lingkungan meliputi suhu dan kelembaban udara di dalam screen house yang mampu mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai keriting. 2. Variabel pertumbuhan a. Tinggi tanaman Tinggi tanaman dihitung dengan cara mengukur tinggi tanaman sampel dari pangkal batang hingga titik tumbuh. Pengamatan dilakukan setiap minggu sekali dari awal penanaman atau 0 HST sampai tanaman dipanen. b. Jumlah daun Jumlah daun dihitung setiap seminggu sekali. Pengamatan dilakukan sejak transplanting selama musim tanam. Jumlah daun keseluruhan yang telah terbuka sempurna yang dihitung. c. Kadar klorofil Kadar klorofil diukur pada saat vegetatif tanaman menggunakan chlorophylmeter. Tiap tanaman diambil 3 daun sebagai sampel yang akan diukur (diambil daun bawah, tengah, atas), kemudian dihitung rata-ratanya. d. Berat segar pertanaman Pengukuran dilakukan setelah proses pemanenan selesai dilakukan dengan cara menimbang bagian daun dan batang tanaman cabai menggunakan timbangan analitik dengan ketelitian 2 angka dibelakang koma.
15
e. Berat kering pertanaman Pengukuran dilakukan dengan mengoven seluruh tanaman cabai pada suhu 60⁰C selama 48 jam kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik dengan ketelitian 2 angka dibelakang koma. f. Volume akar Volume akar dihitung dengan mencelupkan akar yang telah dibersihkan ke dalam gelas ukur yang telah berisi air. Besarnya volume akar dinyatakan dengan pertambahan volume air dalam gelas ukur setelah akar tanaman dimasukkan. Pengamatan volume akar dilakukan pada panen terakhir. g. Panjang akar Panjang akar diukur dari pangkal akar hingga akar terpanjang pada saat akhir pengamatan (setelah panen). Pengukuran panjang akar dilakukan dengan menggunakan penggaris jahit. h. Berat segar akar Penimbangan berat segar akar cabai dilakukan pada saat akhir pengamatan. Penimbangan meliputi berat batang dan daun tanaman sampel. i. Berat kering akar Pengukuran berat kering dilakukan dengan menimbang tanaman cabai yang telah di oven pada suhu 60oC atau sampai berat konstan. j. Sebaran akar Pengamatan sebaran akar dilakukan dengan menggunakan papan berpaku (pinboard) yang dilakukan setelah semua tanaman dipangkas. Pengamatan dilakukan dengan cara polibag yang berisi substrat dan akar diletakkan pada papan pinboard yang terdiri dari deretan paku yang berjarak 2x2 cm untuk memperoleh gambaran sebaran akar. Setelah polibag tertancap pada pinboard, salah satu sisi polibag dibuka (disobek) hingga akar dapat terlihat, selanjutnya air disemprotkan untuk menghilangkan substrat.
16
3. Variabel Hasil a. Jumlah buah pertanaman Perhitungan jumlah buah tiap tanaman dilakukan pada 6 tahapan panen. Kriteria buah yang dipanen adalah buah yang masak fisiologis. Jumlah buah yang dipanen kemudian dijumlahkan (Lampiran 6). b. Berat buah pertanaman Pengukuran total berat buah per tanaman dilakukan dengan memanen buah. Pengukuran total jumlah buah pertanaman dilakukan dengan memanen buah 6 periode (Lampiran 6). F.
Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam uji F taraf 5% untuk perlakuan nutrisi. Analisis perlakuan media atau substrat dengan uji perbandingan rata-rata menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%, uji ini dilakukan untuk mengetahui taraf perlakuan yang paling mempengaruhi variabel pengamatan. Analisis variabel tinggi tanaman dan jumlah daun menggunakan metode plotting.