27
III METODE PENELITIAN 3.1 3. .1 K Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir be erf rfiikk logis. Kajian strategi pengembangan agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung Lamp La mpu merupakan kajian yang holistik dan terintegrasi. Hal ini disebabkan sifat si ifaat ppermasalahan agroindustri yang bersifat kompleks, yang terdiri dari beberapa sub yang saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu penelitian ini su ub sistem s si melibatkan beberapa kelompok masyarakat yang terkait dengan pengembangan melliiba me b agroindustri bioetanol diantaranya pakar, petani, pejabat pemerintah serta elemen ag gro oin i swasta. sw was asta Untuk memformulasikan strategi pengembangan agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung, maka terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi terhadap P rov ovin ov i bahan ba aha han baku atau potensi sumber daya daerah yang dapat ditransformasi menjadi bioetanol. Metode yang digunakan dalam tahapan ini adalah Metode bi ioeeta ta Perbandingan Eksponensial (MPE). Melalui tahapan ini dapat diketahui potensi P errban a bahan ba aha han baku untuk industri bioetanol Provinsi Lampung yang dinilai paling potensial po ote tens untuk dikembangkan menjadi bioetanol dalam skala industri. Tahapan
selanjutnya
adalah
menentukan
elemen-elemen
kunci
pengembangan agroindustri bioetanol berbasis bahan baku terpilih. Metode yang pe enge dalam tahapan ini adalah Interpretive Structural Modelling (ISM). ddigunakan iguna Pada P ada proses selanjutnya dikaji faktor-faktor internal maupun eksternal menggunakan matriks IFE dan EFE. m engg Setelah itu dilakukan analisys strength, weakness, opportunity and threats (SWOT (S SWO Analisys) terhadap masing-masing faktor yang menjadi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threats) (s stre st renngg ddalam alam llaam pengembangan agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung. Penggunaan metode metood Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam penelitian ini bertujuan untuk, me menyederhanakan suatu persoalan kompleks yang tidak tersetruktur, sehingga meny me nye strategi yang efektif dalam pengembangan agroindustri bioetanol di ddiperoleh ippeero Provinsi P rov ovin i Lampung.
28
Dala Dalam penelitian ini ditekankan pentingnya pengembangan potensi bahan menjadi suatu industri. Strategi yang dihasilkan dalam penelitian baku bioetanol biioeta dapat dijadikan rekomendasi untuk menetapkan kebijakan ini diharapkan dihharap pengembangan agroindustri bioetanol berbasis potensi bahan baku lokal di pengem mbang Provinsi Lampung. Secara garis besar konsep ini diilustrasikan seperti dapat Provins si L a dilihat pa ppada addaa Gambar 6.
29
AGROINDUSTRI BIOETANOL LAMPUNG (Visi dan Misi Dinas Energi dan Pertambangan Provinsi Lampung)
Penentuan Bahan Baku Bioetanol Berbasis Potensi Sumber Daya Lampung (MPE)
IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR STRATEGIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BIOETANOL (ISM)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL (IFE-EFE)
FORMULASI STRATEGI P E PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BIOETANOL (Analisis SWOT)
ANALISIIS KETERSEDIAAN ANALISIS KE SUMB BER E DA SUMBERDAYA UNTUK APLIK KASI STRATEGI APLIKASI
ANALISIS FINANSIAL
PENETAPAN STRATEGI PILIHAN AGROINDUSTRI BIOETANOL (AHP)
IMPLIKASI MANAJERIAL
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Strategi Pengembangan Agroindustri Bioetanol di Provinsi Lampung
30
Tempat 3.2 Tem mpa dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah Provinsi Lampung. Sebaran wilayah Pene penelitian yang mempunyai potensi bahan baku untuk pengembangan agroindustri peneliti ian ya bioetanol mencakup 5 (lima) kabupaten, yaitu Kabupaten Lampung Selatan, bioetan no l m Bawang, Lampung Utara, Lampung Timur dan Lampung Tengah. Kelima Tulang B aw aw kabupaten kabupat ten ttersebut memiliki potensi bahan baku bioetanol tersebut, yaitu ubi te kayu, jagung jaagguun dan tebu. Penelitian dilakukan mulai bulan November 2009 hingga 2010, April 20 010, 10 diawali dengan penelusuran sumber-sumber informasi melalui studi 10 pustaka. Pada pustaka a. Pa P ad Gambar 7 diperlihatkan peta Provinsi Lampung
1 Tulang Bawang PT MEDCO PT Sungai Budi
2 3
Lampung Tengah
Lampung Utara BPPT Unit Lampung
4 5
Lampung Timur
Lampung Selatan
Gambar 7. Peta Provinsi Lampung (Bakosurtanal 2003)
Keterangan Ketera an nggan Gambar: Kabupaten K Ka ab Industri IIn ndu du Bioetanol berbahan baku ubi kayu
31
3.3 Teknik Pengumpulan Data 3. .3 T Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data da ata ssekunder. Data primer diperoleh dari survai lapang dengan melakukan wawancara mendalam dan pengisian kuesioner dengan pelaku terkait, pakar dan wa w aw waa para pa arraa ppengambil kebijakan yang berasal dari Instansi Pemerintah, Perguruan Tinggi, T ing ngg Tokoh Masyarakat dan Swasta. ng Pakar dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terlibat secara langsung ddalam alaam kegiatan agroindustri bioetanol, serta kalangan masyarakat yang memiliki kompetensi yang terkait dengan permasalahan dan perkembangan agroindustri ko om mppe bioetanol di Provinsi Lampung. Metode yang digunakan dalam penentuan pakar bi ioeeta ta adalah ad dal alah metode purposive sampling, yaitu dengan sengaja memilih pakar yang kompeten ko omp mpe dan terlibat langsung dengan agroindustri bioetanol. Observasi langsung bertujuan untuk mengamati dan memetakan secara langsung la anggsu potensi bahan baku bioetanol di Provinsi Lampung. Dalam penelitian ini kuisioner difungsikan sebagai alat untuk mendapatkan informasi yang terkait ku u issio dengan de eng nga bahan baku yang paling berpotensi, mengetahui faktor-faktor kunci pengembangan agroindustri bioetanol, mendapatkan faktor-faktor eksternal dan pe eng nge internal in ntern dan mengetahui sejauh mana strategi pengembangan agroindustri bioetanol yang telah dilakukan, serta memberikan masukan dalam menyusun bi ioeta formulasi strategi yang tepat untuk pengembangan agroindustri bioetanol di fo ormu Provinsi P rovin Lampung. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran pustaka, instansi terkait dan publikasi pu ublik dari lembaga-lembaga yang relevan di lingkup provinsi lampung, seperti Badan B adan Pusat Statistik (BPS), Balitbang Kementerian Pertanian, Pemerintahan daerah da aer eraahh setempat, Dinas Perkebunan, Badan Pusat Statistik, Instansi Penelitian (BPTP), (B BP PT T TP Litbang Industri, Perguruan Tinggi,
Industri bioetanol, dan Petani.
Adapun Ad A dap apu responden yang diwawancarai untuk mengisi kuesioner adalah sebagai berikut be erriiku ku (Tabel 1)
32
Tabel Tab bel 1. Responden Pakar Untuk Penyusunan Strategi Pengembangan Agroindustri Bioetanol di Provinsi Lampung
No
Kelompok Responden
Jumlah (Orang)
1. 2.
Perusahaan Peru Pe rus Bioetanol (Pengusaha) Industri Indu In dus Terkait Bahan Baku (Eksportir Gaplek dan Tetes T Te ettees Tebu) Asosiasi Asos As (Balai Besar Teknologi Pati dan Indonesia Energy E En neerr Information Centre) Perguruan Tinggi (UNILA ) Perrggu Pe g Pemerintah (Tim Nasional BBN, IInstansi In nst sta Departemen Perindustrian dan Departemen D De epa Pertanian, Dinas Pertambangan dan Energi) P Pe errtta t Masyarakat ( Ketua Kelompok Petani) Masy Ma JJumlah Ju uml m
2 2
3. 4. 5.
6.
2 3 3
2 14
Pengumpulan Pengum mppu u la l data dalam penelitian ini dibagi atas bebarapa tahapan sebagai berikut:: data dan informasi potensi sumberdaya Provinsi Lampung. 1. Pengumpulan Penng nguum m Pengumpulan data dalam tahap ini bertujuan untuk menentukan bahan baku Pen ngum ng um yang untuk dikembangkan menjadi agroindustri bioetanol . yan ng ppotensial ng o terhadap semua faktor pengembangan agroindustri bioetanol 2. Identifikasi Ideent nt iiffik berdasarkan studi pustaka dan laporan penelitian yang terkait dengan strategi ber rdasa pengembangan agroindustri, khususnya pen ngem
untuk mendapatkan faktor-faktor
kunci pengaruhnya dalam pengembangan agroindustri bioetanol di kun nci dan d Provinsi Pro ovins Lampung . formulasi strategi dirancang melalui beberapa tahapan kuesioner, 3. Penyusunan Pennyusu sebagai seb bagai berikut : Tahap a. Ta ah I Penentuan faktor-faktor strategis internal dan eksternal secara khusus, Pene Pe dengan data yang diperoleh dari hasil diskusi dengan Pejabat Dinas denngg de Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung, akademisi, pelaku Peeri P erriin agroindustri bioetanol dan petani. Studi pustaka memberikan informasi aag grroo mengenai perkembangan bioetanol di Provinsi Lampung dan hasil diskusi meng me ng memberikan masukan tentang faktor-faktor strategis internal dan eksternal meem m yang yang ya ng mempengaruhi pengembangan agroindustri bioetanol di Provinsi
33
Lampung. Selanjutnya kuesioner diedarkan kembali.
Penyebaran
kuesioner tahap I menghasilkan faktor strategis internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan serta faktor strategis eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. bb. Tahap II. Kuesioner tahap I selanjutnya diidentifikasi dan diolah sehingga diperoleh kuesioner untuk analisis faktor internal dan ekstrernal. Responden dalam analisis faktor internal adalah jajaran Dinas Energi dan Pertambangan di Provinsi Lampung. Sedangkan reponden dalam analisis faktor eksternal responden dipilih dari berbagai lembaga dan instansi terkait seperti Universitas lampung dan industri bioetanol serta kelompok tani. Penyebaran kuisioner tahap II menghasilkan bobot serta peringkat dari masing-masing faktor. cc.
Tahap III. Pengolahan hasil kuisioner tahap II dengan menggunakan analisis SWOT, hingga diperoleh beberapa alternatif strategi yang terkait dengan tujuan yang akan dicapai.
d. Hasil matriks SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi. Alternatif strategi yang didapatkan dari matriks SWOT kemudian diolah menjadi kuesioner AHP dan diedarkan kembali pada responden.
3.4 Model Seleksi Bahan Baku Unggulan Daerah 3. .4 M Model seleksi bahan baku unggulan ditentukan dengan menggunakan pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). MPE merupakan metode pe ende analisis an nalis kualitatif yang dilakukan dengan memadukan nalar pustaka, pengamatan empiris em mppiir dan wawancara mendalam dengan para pakar. MPE dilakukan untuk menentukan prioritas pilihan pakar terhadap berbagai jenis bahan baku me m ene nen e agroindustri bioetanol yang ditetapkan sebagai unggulan teratas. ag gro roin
Penentuan
tingkat ti ing gka ka kepentingan kriteria dilakukan dengan metode wawancara atau melalui kesepakatan pendapat, sedangkan penentuan skor alternatif pada kriteria tertentu, ke esseepa dengan memberi nilai pada setiap alternative. Semakin besar nilai ddilakukan ila laku ku alternatif, semakin besar pula skor alternatif tersebut. Total skor masing-masing al ltteern rna
34
alternat alternatif t if ke keputusan akan relatif berbeda secara nyata karena adanya fungsi eksponensial. ekspone ensia Penggunaan MPE dapat dirumuskan dalam beberapa langkah sebagai Peng berikut : 1) 1 identifikasi bahan baku agroindustri bioetanol, 2) identifikasi komponen kompon neen n analisis dan alat analisisnya, 3) penetapan kriteria penilaian, 4) penetapan penetap pan bbahan baku agroindustri bioetanol unggulan, sebagaimana ditunjukkan pa Gambar 8. Penghitungan total nilai setiap pilihan keputusan dapat pada G amb am diformulasikan sebagai berikut (Marimin, 2004) : diformu ulas ulas a si asik m
TotalN TotalNilai Nillai
¦ ( Rk
ij
)
TKK j
..................................................................................(1)
j 1
Rk ij
=
TKK Kj
=
N M
= =
Derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada alternatif ke-I, yang dapat dinyatakan dengan skala ordinal Derajat kepentingan alternatif keputusan, yang dinyatakan dengan bobot Jumlah pilhan Keputusan Jumlah criteria keputusan.
Beberapa yang dapat dilakukan dalam pemberian bobot terhadap setiap Beberap pa tteknik pa e adalah (a) memberikan bobot secara langsung tanpa melakukan kriteria aad da perbandingan perband ding ding nga relatif terhadap kriteria lainnya, (b) dilakukan oleh orang yang mengerti, paham dan berpengalaman dalam menghadapi masalah keputusan yang menger rti, pa dihadapi, dihadap pi, (c) (c pemberian bobot secara subyektif.
35
Mulai
Identifikasi Bahan Baku dan Pemilihan Pakar
Data hasil penilaian pakar terhadap kriteria dan alternatif pemilihan bahan baku unggulan dalam strategi pengembangan agroindustri bioetanol
Analisis kriteria dan pemilihan alternatif jenis bahan baku unggulan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Peringkat jenis bahan baku unggulan agroindustri bioetanol
Selesai
Gambar 8. Diagram alir rekayasa model seleksi Jenis Bahan Baku Industri G Bioetanol di Provinsi Lampung
3.5 Model Strukturisasi Sistem 3. .5 M Interpretive Structural Modelling (ISM) merupakan alat strukturisasi dalam da allaaam m pemodelan deskriptif. Dalam penelitian ini penggunaan ISM dibagi menjadi me m enj nja dua bagian (Saxena, 1992), yaitu Penyusunan Hirarki dan Klasifikasi sub elemen el lem eme yang dijabarkan sebagai berikut:
Penyusunan Hirarki 1)) P Penjenjangan strukturnya dibagi menjadi elemen-elemen, dan setiap elemen akan diuraikan menjadi sejumlah sub elemen.
36
Men Menetapkan hubungan kontekstual antara sub elemen yang terkandung adanya suatu pengarahan (direction) dalam terminologi sub ordinat yang adan menuju m enu pada perbandingan berpasangan (oleh pakar). Jika jumlah pakar lebih dari satu maka dilakukan perataan. Hubungan konstekstual disajikan dalam da ala lam
bentuk Structural Self-interaction Matrix (SSIM)
dengan
menggunakan simbol VAXO yang kemudian ditransformasi kedalam me m enngg bentuk be ennttu matriks bilangan biner (bilangan ‘0’ dan ‘1’). Gambaran kondisi hubungan ISM-VAXO diuraikan pada Tabel 2. hu ubbuu
Tabel 2. Simbol Hubungan dan Definisi Kontekstual Antar Elemen T a ISM-VAXO Simbol Antar Si S im Elemen i dan El E le Definisi Hubungan Kontekstual Antar Elemen (e ij ) j (e ij ) V Elemen i menyebabkan hubungan kontekstual dengan j tapi tidak sebaliknya............. ( e ij = 1 dan e ji = 0) A Elemen j menyebabkan hubungan kontekstual dengan i tapi tidak sebaliknya............. ( e ij = 0 dan e ji = 1) X Elemen i dan j saling menyebabkan hubungan kontekstual ........................... ( e ij = 1 dan e ji = 1) O Elemen j dan i saling menyebabkan hubungan kontekstual ........................... ( e ij = 0 dan e ji = 0) Sumber: Marimin, 2004 Sum
Pengertian nilai e ij = 1 adalah ada hubungan kontekstual antara sub elemen Peng kke-i e-i dan ke-j, sedangkan nilai e ji = 0 adalah tidak ada hubungan kkontekstual ont antara sub elemen ke-i dan ke-j. Setelah Sete SSIM terbentuk, dibuat tabel Reachability Matrix (RM) dengan m mengganti eng eng V,A,X,dan O menjadi bilangan 1 dan 0. Selanjutnya dilakukan ppe errh h perhitungan Aturan Transivity dengan membuat koleksi terhadap SSIM terbentuk matrik yang tertutup yang kemudian diproses lebih hhingga hi inngg lanjut. la anj nj Revisi transformasi matrik dapat dilakukan dengan menggunakan nju program komputer. Pengolahan lebih lanjut dari Table Reachability Matrix ppr rog og yang yya ang ng telah memenuhi aturan transivity adalah penetapan pilihan jenjang ((level lleeve partition).
37
Berdasarkan Table Reachability Matrix final dapat diketahui nilai driver power, dengan menjumlahkan nilai sub elemen secara horizontal, dimana nilai rangking ditentukan berdasarkan nilai dari driver power yang diurutkan mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil, sedangkan nilai dependence diperoleh dari penjumlahan nilai sub elemen secara vertikal dan nilai level ditentukan berdasarkan nilai dari dependence yang diurutkan mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil. Klasifikasi Sub Elemen 2)) K Secara garis besar klasifikasi sub elemen digolongkan dalam empat sektor S yaitu: yya aa.. Sektor I (Weak driver-weak dependent variabels (Autonomous). Sub elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan system. Sub elemen yang masuk pada sektor 1 jika: Nilai DP ;GDQ nilai D ;;DGDODKMXPODKVXEHOHPHQ bb. Sektor 2 (weak driver-strongly dependent variables). Pada umumnya sub elemen yang masuk dalam sektor ini adalah sub elemen yang tidak bebas. Sub elemen yang masuk pada sektor 2 jika: Nilai DP ;GDQQLODL'! 0.5 X, X adalah jumlah sub elemen. c. Sektor 3 (strong driver- strongly dependent variabels (Linkage). Sub elemen yang masuk dalam sektor ini harus dikaji secara hati-hati, sebab hubungan antara elemen tidak stabil. Setiap tindakan pada sub elemen akan memberikan dampak terhadap sub elemen lainnya dan pengaruh umpan baliknya dapat memperbesar dampak. Sub elemen yang masuk pada sektor 3 jika: Nilai DP > 0.5 X dan nilai D > 0.5 X, X adalah jumlah sub elemen. dd. Sektor 4 (strong driver-weak dependent variabels (Independent).Sub elemen yang masuk dalam sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem dan disebut peubah bebas. Sub elemen yang masuk pada sektor 4 jika: Nilai DP > 0.5 X dan nilai D ;;DGDODKMXPODKVXEHOHPHQ Analisis matriks dari klasifikasi sub elemen disajikan pada Gambar 9 berikut : An A n na
38
D Da aya ya Dorong Daya ((Drive Drriv ive Power)
Independent Variable Sektor IV
Linkage Variablel Sektor III
Autonomous Variable Sektor I
Dependent Variable Sektor II
Ketergantungan (Dependence)
Gambar Gamba ar 9. 9. Matriks Klasifikasi Sub – elemen Berdasarkan Tingkat Pengaruh dan Ketergantungan (Marimin, 2004) Analisis 3.6 An nali na lisi Matriks IFE – EFE Penilaian internal ditujukan untuk mengukur sejauh mana kekuatan dan Pe eni kelemahan kelemah han yang dimiliki. ha
Langkah yang ringkas dalam melakukan penilaian
dengan menggunakan matriks Interal Factor Evaluation (IFE). internall adalah ada matriks Suatu ma m attrrik i External Factor Evaluation (EFE) mengarahkan perumusan strategi dan megevalusi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, untuk merangkum mera me ra n lingkungan, lingkun ngan, politik, pemerintah, hukum, teknologi dan tingkat persaingan (David, Matriks IFE dan EFE diolah dengan menggunakan beberapa langkah 2002). Mat sebagaii berikut. beri
Evaluasi 3.6.1 E valu Faktor Eksternal (EFE) David (2002) menyatakan bahwa melalui Evaluasi Faktor Eksternal atau Davi External Factor Evaluation (EFE), para penyusun strategi dimungkinkan untuk Externa al Fa merangkum merang gku kum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, lingkun ngan, ng an politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Matriks EFE an dibuat ddalam alaam al m lima tahapan, yaitu sebagai berikut: Dibuat faktor eksternal yang telah diidentifikasi di dalam proses analisis 1. Dibu uatt ddaftar a eksernal. ekse errn naall. Daftar tersebut memuat faktor-faktor, termasuk di dalamnya peluang yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Peluang ditulis dan an aancaman nccaa terlebih terle ebihh dahulu, baru kemudian dituliskan ancaman. Diusahakan agar
39
ses sespesifik mungkin menggunakan persentase, rasio, dan nilai komparatif bila dimungkinkan. dim faktor diberi bobot dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling 2. Masing-masing Ma penting). Bobot mengidentifikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap pen keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Seluruh bobot kemudian kke eb dijumlahkan, hasil penjumlahan tersebut harus sama dengan 1,0. ddi ijjuu faktor kemudian diberikan peringkat atau rating mulai dari 3. Masing-masing Ma satu ssa atu t sampai empat. Peringkat di sini menunjukkan seberapa efektif perusahaan saat ssa aa ini merespon faktor tersebut, 1 = respon jelek, 2 = respon biasa, 3 = respon baik, bba ai dan 4 = respon luar biasa Selanjutnya masing-masing bobot faktor dikalikan dengan peringkatnya untuk 4. Se S el mendapatkan nilai tertimbang atau skor terbobot. me m e Setelah itu, skor terbobot dijumlahkan sehingga menghasilkan total skor 5. S Se et terbobot bagi organisasi atau perusahaan. tte erb r Lebih lanjut, David (2002) menyatakan bahwa tanpa memperhatikan jumlah ju um mllah la peluang dan ancaman kunci yang dimasukkan dalam matriks EFE, total nilai atau skor terbobot untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan nilai ni ilaai tertimbang t tertimbang terendah adalah 1,0 te erttiim m
3.6.2 3. .6.2 Evaluasi Faktor Internal (EFI) Menurut David (2002), Evaluasi Faktor Internal (EFI) atau Internal Factor Evaluation (IFE) merupakan suatu alat formulasi strategi yang di dalamnya E valu merangkum dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan kunci dalam area m eran fungsional bisnis serta memberikan dasar mengidentifikasi dan mengevaluasi fu ungsi hubungan antara area-area tersebut. Matriks EFI dikempangkan dalam lima hu ubun tahapan, ta aha happaa yaitu sebagai berikut. Dibuat daftar lima faktor internal yang telah diidentifikasi di dalam proses 1.. D Di ib analisis internal. Daftar tersebut memuat faktor-faktor, termasuk di dalamnya aan n na kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kekuatan ditulis terlebih dahulu lalu kke ek kelemahan. Diusahakan agar sespesifik mungkin menggunakan ddituliskan di itu persentase, rasio, dan nilai komparatif bila dimungkinkan. ppe er
40
2. Masing-masing Masiing-m faktor internal diberi bobot dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling Bobot mengidentifikasikan tingkat penting relatif dari faktor (pali ing penting). p terhadap terha adap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Seluruh bobot kemudian kemu mu udian dijumlahkan, dimana hasil penjumlahan tersebut harus sama dengan 1,0. Masing-masing faktor internal kemudian diberikan peringkat atau rating mulai 3. Masi inngg-m satu dari sat aatttuu sampai empat, dimana 1 = kelemahan utama, 2 = kelemahan biasa, 3 kekuatan = ke ekuuaatta biasa, dan 4 = kekuatan utama. Selanjutnya 4. Selan njuuttn nj
masing-masing
bobot
faktor
internal
dikalikan
dengan
peringkatnya untuk mendapatkan nilai tertimbang atau skor terbobot. perin ngkkaat ng Setelah 5. Sete elaah itu, skor terbobot dijumlahkan sehingga menghasilkan total skor terbobot terbo oboott bagi organisasi atau perusahaan. ob Tanpa Ta anp mempedulikan jumlah peluang dan ancaman kunci yang dimasukkan dimasuk kk an dalam matriks EFI, total nilai tertimbang atau skor terbobot untuk kk adalah 4,0 dan nilai tertimbang terendah adalah 1,0. (David, suatu oorganisasi rga ggaan 2002).
Matriks 3.7 Ma atrriik k SWOT Perumusan strategi pengembangan agroindustri bioetanol didasarkan pada Peru visi dann misi mis Provinsi Lampung yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan kekuatan dan kekuata an da
kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi dalam
pengembangan pengem mbang agroindustri Bioetanol. Dari analisis IFE dan EFE maka hasilnya dimasukkan dimasuk kkan ke matriks SWOT. Strategi dikembangkan berdasarkan nilai EFE dan IFE tertinggi, terrtingg memiliki pangsa pasar tinggi serta berpotensi dikembangkan di masyarakat. masyara akat. Menurut David (2002) terdapat empat strategi yang didapat dari matriks M Me en SWOT,, yaitu yyaait i sebagai berikut : 1.
Strategi Strrate tegi SO (strategi kekuatan-peluang) menggunakan kekuatan internal organisasi org ganniis untuk memanfaatkan peluang eksternal. ga
2.
Strategi Str rate ra tegi WO (strategi kelemahan-peluang) bertujuan untuk memperbaiki kelemahan kel lem le maah internal organisasi dengan memanfaatkan peluang eksternal.
41
3.
Strategi S ST (strategi kekuatan-ancaman) menggunakan kekuatan internal organisasi untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. or
4.
Strategi WT (strategi kelemahan-ancaman) merupakan strategi defensif yang St diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal organisasi dan menghindari di ancaman dari lingkungan eksternal. a an
3.8 3. .8 M Model Penetapan Strategi Pilihan Model pilihan strategi pengembangan agroindustri bioetanol akan dengan metode Analitycal Hierarchi Process (AHP). Marimin (2004), dditetntukan iteettnnt menjelaskan bahwa prosedur yang diwajibkan pada penggunaan metode AHP menj me nje adalah ad dal alah sebagai berikut: tujuan, kriteria, dan alternatif yang merupakan unsur-unsur dari 1)) Perumusan P ppermasalahan yang dikaji, Penyusunan struktur hirarki, 2)) P prioritas bagi setiap kriteria dan alternatif dengan bantuan skala 3)) Penentuan P nilai yang memadai, nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk n ni menentukan peringkat relatif dari seluruh kriteria dan alternatif, m logis dengan menggunakan kriteria nilai Consistency Ratio (CR). 4)) Konsistensi K Nilai N ila l i dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan dapat dilihat pada Tabel T abel 3 skala pendapat sebagai berikut:
Tabel T abel 3. Skala Pendapat (nilai dan definisinya) Nilai
Definisi
1
Sama penting (equal)
3
Sedikit lebih penting (moderate)
5
Jelas lebih penting (strong)
7
Sangat jelas penting (very strong)
9
Mutlak lebih penting (extreme)
2,4,6,8 1/(1–9) Pembobotan Kriteria P Sumber: S Su umb mb Saaty, (1993).
Apabila ragu antara dua nilai yang berdekatan Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1 – 9
42
Matriks i s pen pendapat responden yang diperoleh dari hasil kajian ini dipilih lebih dari responden dan selanjutnya dilakukan penggabungan matriks pendapat satu re espon setiap kriteria (A-H): terhadap app pentingnya pen Perhitungan matriks gabungan dengan formulasi sebagai berikut : Pe erhitu m
g ij ij
m
aij k
g ijij m a ijj
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
1
= elemen matrix gabungan pada baris ke-i kolom ke-j = jumlah responden = elemen matrix individu pada baris ke-i kolom ke-j
Pengolahan Pengola ahaann data untuk penentuan urutan prioritas kriteria, juga dengan ah perhitungan perhitun nga gan konsistensi pendapat individu (dicoba pengolahan pada matrix gabungan). gabung gan a n)).. kriteria A – H = ssetiap e Nilai Eigen = dari hasil perkalian matrix sampai Iterasi ke 2 NE = N Weighted sum vector = a ij x NE WV = W WV CV = C Consistency vector = ..................................................... (3) NE n
ʌ
=
¦ CV i 1
n
(atau nilai rata-rata dari Consistensi vector) .......... (4)
CI (Con (Consistency nsis ns iste Index) = (ʌ – n)/(n - 1), n : banyaknya kriteria atau alternatif C CI CR = .............................................................................. (5) RCI R RCI = R Random Consistency Index Peni Penilaian kriteria telah konsisten bila nilai CR tidak lebih dari 0.10. Nilai sebesar CR seb besar > 0.10 berarti perbandingan berpasangan untuk kriteria belum dilakukan konsisten, sehingga penilaian perlu direvisi. Berdasarkan nilai dilakuk kan dengan d urutan pentingnya kriteria. Hasil akhir pembobotan keseluruhan, eigen ditetapkan ditetap maupun alternatif berdasarkan penilaian responden, ditampilkan dalam kriteria m aauu Pada penilaian ini selain operasi secara manual juga digunakan diagram m struktur. ssttru perangkat Criterium Decision Pluss versi 2.0. Rekayasa model penetapan perangk kat lunak ka l lu dengan pendekatan I’SWOT dilakukan dengan menggunakan strategii pilihan piilli li elemen-elemen elemen n-eellem kajian I’SWOT sebagai dasar penetapan Sasaran, Kriteria, dan berbagai Alternatif pada metode analisis AHP sebagaimana ditunjukkan pada berbaga ai A ai l Gambarr 110. 0.
43
Kelompok elemen dan kelompok sub elemen pada Analis SWOT dan elemen Fakus Pengembangan pada Kajian SWOT
Sasaran
Kriteria A
Strategi D
Kriteria B
Strategi E
Kriteria C
Strategi F
Strategi G
Alternatif Al A lt D.1 Al A lt Alternatif D.2 ..... .....
Alternatif E.1 Alternatif E.2 ..... .....
Alternatif F.1 Alternatif F.2 ..... .....
Alternatif G.1 Alternatif G.2 ..... .....
Alt Alternatif D.n
Alternatif E.n
Alternatif F.n
Alternatif G.n
Gambar 10. Diagram Alir Rekayasa Model Penetapan Strategi Pilihan Ga dengan AHP (Marimin, 2004)
3.9 Model Ketersediaan Sumber Daya 3. .9 M Interaksi antara ketersediaan berbagai jenis bahan baku dan fokus pengembangan (alternatif strategi pilihan) dianalisis menggunakan model matriks pe eng nge ketersediaan sumber daya setelah terlebih dahulu dilakukan penetapan kriteria, ke ete ters rs survey su urrv vey pendapat pakar, dan survey lapang terhadap lokasi-lokasi kajian, sebagaimana digambarkan pada diagram alir tahap analisis ketersediaan bahan se ebbaaga baku ba aku ku dan d sumber daya(Gambar 11).
44
Mulai Penetapan lokasi kajian Dasar : Sentra bahan baku Penetapan Kriteria ketersediaan jenis bahan baku (tebu, ubi kayu, jagung) Observasi Penetapan metode, pengumpulan data, analisis data
Matriks ketersediaan jenis bahan baku industri bioetanol
Selesai
Gambar Gamb bar 111. Diagram Alir Tahap Analisis Ketersediaan Jenis Bahan Baku Bioetanol
Ketersediaan jenis bahan baku tertentu pada keseluruhan alternatif K pengembangan dapat digunakan sebagai gambaran ketersediaan sumber strategii pen daya dalam daalam hal jumlah dan kwalitas. Ketersediaan keseluruhan sumber daya (jenis bahan ba bbaku) aku ku) pada alternatif strategi tertentu digunakan sebagai gambaran kesiapan operasional operasio io ona nal agroindustri bioetanol yang dikaji. Pada tahap awal adalah penetapan kriteria jenis jeenn bahan baku industri bioetanol. Sistem penilaian setiap kriteria mengikuti mengik kutt i pola p biner yaitu: ada = 1, dan tidak ada = 0, sehingga total kisaran nilai pengamatan pengam maattan an adalah tertinggi 5 dan terendah 0, dengan atribut: Nilai 5 = te ttersedia er tersedia Nilai 3 = kurang ku ku hampir tidak tersedia Nilai 1 = hha a
Nilai 4 = cukup tersedia Nilai 2 = sangat kurang tersedia Nilai 0 = tidak tersedia
45
Data ketersediaan jenis bahan baku dari lokasi potensial yang dijadikan lokasi lo okasi kajian disajikan dalam bentuk tabel jenis bahan baku. Data pada tabel jenis bahan ba ahan baku kemudian dianalisis menggunakan Matriks Ketersediaan jenis bahan baku dapat dijelaskan sebagai berikut: Nilai ketersediaan terbatas (S) adalah ba aku ku yang y nilai kesenjangan terbobot (I) yang diperoleh dari hasil multiplikasi ni ila lai maksimum m nilai jenis bahan baku (K) dan nilai bobot fokus pengembangan (B). ni ilaai kesenjagan k Nilai N ila lai kesenjagan diperoleh dari selisih antara nilai maksimum ketersediaan jenis la bahan ba ahhaan baku yang dalam penelitian ini adalah 20 dengan total nilai sumber daya yang ya ang ng tterdatat pada lokasi penelitian (T). Nilai S dapat dirumuskan sebagai berikut (Brelin (B Brreeli et al., 1997) n
S [( SD max ¦ SDi)xB] max .......................................................(6) i 1
n
¦ SDi
totaljenisbahanbakuterdata
T .........................(7)
i 1
S Sdmax Sdma maax m B N
= = = =
Nilai ketersediaan terbatas = Max {Ij} untuk semua j = 1,2,..,n Nilai maksimum jenis bahan baku yang ditetapkan Bobot fokus pengembangan (penilaian pakar) Tipe sumber daya.
3.10 Model Skenario Pengembangan Agroindustri Bioetanol 3. .10 M Model skenario pengembangan agroindustri bioetanol ditentukan dengan beberapa be ebera prioritas. Menurut Brelin et all., (1997), beberapa fokus pengamatan yang ya ang harus diperhatikan adalah 1) faktor sukses kritis (critical success factorsCSF) C SF) yang merupakan faktor penentu pengembangan proses dan 2) proses kunci sebagai se eba baaga ggaa rangkaian proses inti yang memberikan dampak terhadap CSF. Tujuan utama ut taam ma penggunaan matriks ini adalah untuk melihat rangkaian proses
yang
memerlukan prioritas penanganan segera dengan indikator nilai kesenjangan m me em mee terbobot te erb bob ob sebagai perkalian jumlah dampak dan nilai kinerja proses. Kunci pemeringkatan yang ditetapkan adalah sebagai berikut: Dampak proses pada CSF pe eme mer ddiberi ibe beri nilai 1 = Rendah, 2 = Sedang dan, 3 = Tinggi. Kinerja proses diberi nilai
46
1=Tidak k cuk cukup, 5= cukup dan, 9=Baik, di bawah nilai sempurna kinerja proses
pada CS SI CSI
1= tidak
1 = rendah rend dahh
cukup
2 = Sed dang ng ng Sedang
5 = Cukup
3 = Tin ngggii Tinggi
9 = Baik
Prioritas
Proses
Kinerja Proses
proses
Kesenjangan
Kinerja
Kinerja Proses
Dampakk
Faktor Sukses Kritis Jumlah Dampak
Pemeringkatan Kuncii Pe P Pem em
Kesenjangan terbobot
yaitu nilai niilai 10. 1 Bagan matriks prioritas proses ditunjukkan pada Gambar 12.
P Pr Proses ro Kunci 1 2 3 .. .. N Gambar Gamba ar 12. ar 12 Ilustrasi Matriks Prioritas Proses ( Brelin 1997)
Model 3.11 M odel Kelayakan Finansial Model kelayakan finansial dan analisis sensitivitas dalam studi ini Mod dilakukan mengetahui layak atau tidaknya pengembangan agroindustri dilakuk kan untuk u bioetanol bioetan no l ddengan menggunakan bahan baku terpilih yang merupakan potensi sumberdaya sumber rdaya Provinsi Lampung. Kriteria yang digunakan untuk mengukur kelayakan investasi adalah net present value (NPV), internal rate of return kelayak kan suatu s net cost ratio (Net B/C), pay back period (PBP), break event point (IRR), nne et benefit b (BEP), dan ddaan analisis sensitivitas.